NPM 230210170004
UNIVERSITAS PADJADJARAN
JATINANGOR
2019
IDENTIFIKASI KARAKTERISTIK SARANG SEMI ALAMI PENGERAMAN
TELUR PENYU TERHADAP POTENSI DAN PERSENTASE KEGAGALAN DI
TURTLE CONSERVATION AND EDUCATION CENTER, BALI
NPM 230210170004
UNIVERSITAS PADJADJARAN
JATINANGOR
2019
i
JUDUL : IDENTIFIKASI KARAKTERISTIK SARANG SEMI ALAMI
PENGERAMAN TELUR PENYU TERHADAP POTENSI DAN
PERSENTASE KEGAGALAN DI TURTLE CONSERVATION AND
EDUCATION CENTER, BALI
NPM :230210170004
Menyetujui,
Pembimbing/Dosen Wali
ii
KATA PENGANTAR
Puji syukur penulis panjatkan kepada Allah SWT. atas segala rahmat dan karunia-
Nya. Sehingga penulisan laporan praktik kerja lapangan (PKL) dapat terselesaikan dengan
baik. Laporan praktik kerja lapangan merupakan hasil akhir dari kegiatan praktik kerja
lapangan yang telah dilaksanakan oleh penulis di Turtle Conservation and Education Center,
Bali mengenai Identifikasi Karakteristik Sarang Semi ALami Pengeraman Telur Penyu
Terhadap Potensi dan Persentase Kegagalan di Turtle Concervation and Education Center.
Semoga ilmu pengetahuan dan ketrampilan yang penulis dapatkan dari semua pihak
selalu menjadi ilmu yang berkah dan bermanfaat, dan Allah SWT. memberikan balasan yang
berlimpah kepada semua pihak. Besar harapan penulis laporan praktik kerja lapangan ini
dapat memberikan manfaat bagi para pembaca pada umumnya.
iii
Akhir kata. penulis juga sangat berterima kasih apabila pembaca ada yang ingin
memberikan kritik dan saran yang membangun, untuk perbaikan penulisan karya tulis
selanjutnya.
NPM 230210170004
iv
DAFTAR ISI
v
PENUTUP ...................................................................................................................................20
5.1. Kesimpulan ..................................................................................................................20
DAFTAR PUSTAKA ..................................................................................................................21
Kesan dan Pesan Selama Praktik Kerja Lapangan ...................................................................24
LAMPIRAN ................................................................................................................................25
vi
DAFTAR TABEL
Tabel 1. Alat Beserta Fungsinya ................................................................................. 8
vii
DAFTAR GAMBAR
Gambar 1. Peta Pulau Serangan ................................................................................3
Gambar 8. Rata-Rata Suhu Sarang Semi Alami Perdelapan Jam Selama Tiga
Minggu ........................................................................................................................ 13
Gambar 10. Rata-Rata Tingkat Keasaman Tanah Sarang Semi Alami Perdelapan
Jam Selama Tiga Minggu ........................................................................................... 15
viii
DAFTAR LAMPIRAN
Lampiran 1. Logbook Kegiatan ................................................................................. 25
Lampiran 5. Data Tingkat Keasaman Didalam Sarang Semi Alami Bak ................35
Lampiran 6. Data Kelembapan Tanah Didalam Sarang Semi Alami Bak ...............38
Lampiran 8. Data Tingkat Keasaman Didalam Sarang Semi Alami Dalam Ember 44
Lampiran 9. Data Kelembapan Tanah Didalam Sarang Semi Alami Ember ..........47
ix
ABSTRAK
Muhammad Ghifari Abimanyu (Dibimbing oleh: Dr. Achmad Rizal, S.Pi, M.Si)
2019. Identifikasi karakteristik sarang semi alami pengeraman telur penyu terhadap potensi
dan persentase kegagalan di Turtle Conservation And Education Center, Bali. Praktik Kerja
Lapangan (PKL) ini dilaksanakan di Turtle Conservation And Education Center, Pulau
Serangan, Pusat ini memanfaatkan potensinya untuk pendidikan, pariwisata, konservasi serta
penelitian, dengan sentuhan bisnis, untuk memberikan kesempatan baru bagi penyu yang
terancam punah di Serangan dan daerah lain di Bali. Kegiatan Praktik Kerja Lapangan ini
dimulai pada tanggal 15 Juli 2019 hingga 11 Agustus 2019. Praktik Kerja Lapangan ini
bertujuan untuk memperoleh pengalaman kerja yang sebenarnya terutama pada kegiatan
konservasi hewan langka, disamping itu, tujuan dari judul yang diambil adalah mengetahui
karakteristik sarang semi alami yang ada di Turtle Conservation And Education Center.
ABSTRACT
Muhammad Ghifari Abimanyu (Supervisid by: Dr. Achmad Rizal, S.Pi, M.Sc) 2019.
Identification of the characteristics of the semi-natural nest of turtle egg incubation on the
potential and percentage of failure at the Turtle Conservation And Education Center, Bali.
This Field Work Practice (PKL) is carried out at the Turtle Conservation And Education
Center, Serangan Island. The center utilizes its potential for education, tourism, conservation
and research, with a business touch, to provide new opportunities for endangered sea turtles
in Serangan and other areas in Bali. The Field Work Practices activities began on July 15,
2019 until August 11, 2019. The Field Work Practices aim to gain actual work experience,
especially in the conservation of endangered animals, in addition, the purpose of the title
taken is to know the characteristics of existing semi-nests at the Turtle Conservation And
Education Center.
x
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang Praktik Kerja Lapangan
Praktik Kerja Lapangan (PKL) merupakan salah satu mata kuliah wajib yang
harus dilaksanakan di luar kampus, yaitu Instansi/Lembaga atau Perusahaan yang
bergerak di bidang Perikanan dan Ilmu Kelautan. Praktik kerja lapangan memiliki beban
2 SKS dan harus dilakukan sebelum melakukan penelitian tugas akhir (Skripsi), yaitu
saat libur semester setelah menempuh empat semester.
Penyu telah mengalami penurunan jumlah populasi dalam jangka waktu terakhir
ini bahkan beberapa spesies terancam kepunahan. Di alam, penyu-penyu yang baru
menetas menghadapi ancaman kematian dari hewan-hewan seperti kepiting, burung, dan
1
2
reptilia lainnya seperti biawak. Ancaman yang paling besar bagi penyu di Indonesia,
seperti juga halnya di seluruh dunia, adalah manusia. Pembangunan daerah pesisir yang
berlebihan telah mengurangi habitat penyu untuk bersarang. Penangkapan penyu untuk
diambil telur, daging, kulit, dan cangkangnya telah membuat populasi penyu berkurang.
Semua penyu menurut Sukresno (1997) telah terdaftar dalam Daftar Apendik I CITIES
(Convension on International Trade of Endangered Species).
TCEC memiliki tiga jenis penyu yaitu penyu lekang (Lepidochelys olivacea),
penyu hijau (Chelonia mydas), dan penyu sisik (Eretmochelys imbricate). TCEC sendiri
memiliki tempat penetasan telur khusus penyu lekang, dimana penyu lekang saat ini
memiliki status Red List of Threatened Species (Daftar Merah Spesies yang Terancam)
menurut IUCN. Maka dari itu penulis mengambil judul kegiatan PRAKTIK KERJA
LAPANGAN yang berjudul Identifikasi Karakteristik Sarang Semi Alami Pengeraman
Telur Penyu Terhadap Potensi dan Presentase Kegagalan Penetasan Telur Penyu di Turle
Conservation and Education Center ini karena banyaknya ancaman yang membahayakan
populasi penyu dan juga telur penyu, terlebih lagi pulau serangan ini dulunya merupakan
salah satu pulau pembantaian penyu yang ada di Indonesia.
Ruang lingkup kegiatan praktik kerja lapangan yang dilakukan penulis meliputi
kegiatan praktik kerja lapangan dan kegiatan balai. Kegiatan praktik kerja lapangan
meliputi presentasi awal dimana penulis memaparkan apa saja yang akan dilakukan di
TCEC, melakukan pengambilan data praktik kerja lapangan, dan presentasi akhir dimana
penulis memaparkan hasil akhir praktik kerja lapangan. Sedangkan kegiatan balai
3
meliputi tour guide dimana penulis memberikan edukasi kepada turis mancanegara
maupun turis local dan melakukan monitoring dimana penulis melakukan pemantauan
terhadap penyu yang ingin bertelur di Kawasan TCEC.
PROFIL INSTANSI
2.1 Sejarah TCEC
TCEC atau Turtle Concervation and Education Center merupakan salah satu
balai konservasi yang ada dipulau Bali yang bergerak untuk menjaga, merehabilitasi, dan
merwat penyu yang ada dipulau Bali maupun sekitarnya.
Turtle Conservation and Education Center (TCEC) awalnya berdiri pada tahun
2002, akan tetapi kegiatan konservasi penyu pada tahun tersebut masih terbilang kegiatan
yang belum resmi atau disahkan oleh pemerintah. Kegiatan konservasi ini sebelumnya
ingin dibangun di kawasan Tanjung Benoa, karena pada kawasan tersebut dahulunya
memiliki penilaian negatif mengenai perlindungan penyu. Dahulunya di Tanjung Benoa
terbilang kawasan yang bebas memperjual belikan penyu sebagai mata pencarian
ekonomi bagi para nelayan. Saat kegiatan konservasi penyu di kawasan Tanjung Benoa
mendapatkan dukungan World Wildlife Fund (WWF), sempat terjadi kontroversi antara
masyarakan nelayan di Tanjung Benoa dengan staf konservasi penyu, dimana tempat
kegiatan konservasi penyu tersebut yang berada di Tanjung Benoa dirusak oleh
masyarakat nelayan. Sehingga kegiatan konservasi yang rencananya dibangun di Tanjung
Benoa dipindahkan kembali ke Pulau Serangan.
4
5
Selain Tanjung Benoa, Desa Serangan juga memiliki potensi sebagai tempat
pendaratan penyu untuk bertelur. Hal ini dibuktikan dengan sebutan Pulau Serangan
sebagai pulau penyu (Turtle Island), dan hingga sekarang tiap tahun ditemukan penyu
bertelur di pantai Pulau ini. Oleh karena itu masyarakat ingin mewujudkan pulau
Serangan sebagai destinasi wisata konservasi penyu.
Pada tanggal 20 Januari 2006 TCEC dibuka dan diresmikan oleh Gubernur Bali
Bapak Dewa Barata di pulau Serangan yang dikembangkan sebagai bagian dari salah satu
strategi untuk mengatasi perdagangan ilegal penyu. TCEC dibangun di areal seluas 2,4
hektar dengan maksud untuk membantu masyarakat lokal membuat alternatif usaha lain
untuk mengurangi bisnis perdagangan penyu. Pengembangan bisnis alternatif tersebut
maka akan memberikan kesempatan penyu kembali ke pulau Serangan. Dalam
menjalankan kegiatan konservasi penyu, TCEC didukung oleh WWF, Balai Konservasi
Sumber Daya Alam (BKSDA), Gubernur Bali dan komunitas masyarakat lokal yang
berada di pulau Serangan. Pusat penangkaran penyu ini berfungsi sebagai pusat
pendidikan, kawasan wisata, konservasi dan penelitian.
Selain melakukan kegiatan konservasi, TCEC secara langsung ikut
menyelamatkan penyu di alam, perawatan penyu yang sakit, merelokasi/memindahkan
telur penyu dari alam bebas ke dalam sarang semi alami yang berada di TCEC, dan
membeli telur penyu dari para nelayan. Telur penyu nantinya akan ditetaskan di pusat
penangkaran, sehingga tukik yang baru menetas akan dirawat selama ±1 minggu sebelum
dilepasliarkan.
2.2 Stuktur Organisasi TCEC
TCEC merupakan tempat konservasi dan Pendidikan penyu yang dibina oleh
BKSDA (Balai Konservasi Sumber Daya Alam) serta diawasi oleh I Made Yatna selaku
penanggung jawab pusat konservasi penyu di TCEC. TCEC dikepalai/dipimpin oleh
Bapak I Made Sukanta. Terdapat sepuluh unit departemen didalam organisasi TCEC,
yakni : Bendahara, Sekertaris, Konservasi, Rescue, Kesehatan Satwa, Edukasi, Security,
Souverneer, Maintenant, dan Kebersihan.
6
UNIT KEBERSIHAN
Ni Ketut Ningsih
Ni Made Roman
METODE PELAKSANAAN
3.1.Waktu dan Tempat Praktik Kerja Lapangan
Waktu kegiatan praktik kerja lapangan ini berlangsung selama 24 hari dimulai
dari tanggal 15 Juli 2019 dan diakhiri pada tanggal 11 Agustus 2019. Lokasi kegiatan
praktik kerja lapangan ini berada di Pusat Konservasi dan Pendidikan Penyu/Turtle
Conservation and Education Center (TCEC) yang beralamat di Jalan Tukad Punggawa
Lingkungan Ponjok, Serangan, Kota Denpasar, Provinsi Bali, Indonesia.
8
9
(Dokumentasi pribadi)
10
(Dokumentasi Pribadi)
(Dokumentasi Pribadi)
11
(Dokumentasi Pribadi)
𝐽𝑠
𝐻𝑆𝑠 = × 100%
𝐽𝑠 + 𝑇𝑀
3.5.Metode Analisis
Data praktik kerja lapangan yang diambil selama tiga minggu di Turtle
Conservation and Education Center didapatkanlah hasil suhu, kelembapan, tingkat
keasaman, dan persentase penetasan telur sebagai berikut :
Gambar 8. Grafik rata-rata suhu sarang semi alami perdelapan jam selama 3
minggu.
Pada grafik diatas didapatkan hasil rata-rata suhu sarang semi alami perdelapan
jam, pada sarang semi alami dalam bak pukul 6 adalah 27,35⁰C, pada pukul 14 adalah
29,11⁰C, dan pada pukul 22 adalah 28,16⁰C. Sementara suhu rata-rata pada ember
pukul 6 adalah 26,38⁰C, pukul 14 adalah 28,24⁰C, dan pada pukul 22 adalah 26,94⁰C.
Menurut Alfi Satriadi, dkk (2004) rata-rata suhu sarang penyu pada pukul 06.00 ialah
13
14
26,87ºC, pukul 14.00 ialah 38,20ºC, dan pukul 22.00 ialah 28,29ºC dengan kedalaman
sarang 29,20cm-29,70cm. Suhu normal sarang yaitu 24-34ºC menurut Miller(1997).
Gambar 9. Grafik rata-rata kelembapan sarang semi alami perdelapan jam selama 3
minggu.
Pada grafik diatas didapatkan hasil rata-rata kelembapan sarang semi alami
perdelapan jam, pada sarang semi alami dalam bak pukul 6 adalah 1% RH, pada pukul
14 adalah 1,02% RH, dan pada pukul 22 adalah 1,01% RH. Sementara kelembapan
rata-rata pada ember pukul 6 adalah 2,25% RH, pukul 14 adalah 3.03% RH, dan pada
pukul 22 adalah 2,77% RH. Menurut Alfi Satriadi dkk. (2004) kelembaban sarang yang
baik untuk penetasan telur penyu adalah 4- 6% RH.
15
Gambar 10. Grafik rata-rata tingkat keasaman sarang semi alami perdelapan jam
selama 3 minggu.
Pada grafik diatas didapatkan hasil rata-rata tingkat keasaman sarang semi alami
perdelapan jam, pada sarang semi alami dalam bak pukul 6, 14, dan 22 adalah 7.
Sementara kelembapan rata-rata pada ember pukul 6 adalah 6,98, pukul 14 adalah6,93,
dan pada pukul 22 adalah 6,96. Sarang alami meiliki tingkat keasaman dibawah 4,5
yang digolongkan asam sedangkan sarang semi alami memiliki tingkat keasaman
berkisar 6,5-7,5 yang digolongkan netral (Sabrina dkk, 2018)
16
1748
𝐻𝑆𝑠 = × 100%
1982 + 1748
𝐻𝑆𝑠 =46,86%
Menurut Hasibuan (2014), angka penetasan telur penyu baiknya lebih dari
50%. Dari pernyataan tersebut dapat dinyatakan bahwa angka penetasan telur penyu
di sarang semi alami di TCEC sudah cukup baik karena menyentuh angka 54%.
17
4.2.Pembahasan
Jumlah sarang semi alami yang ada di TCEC ada sebanyak 70, dimana 50 sarang
semi alami terdapat didalam bak dan 20 sarang semi alami terdapat didalam ember.
Terdapatnya 2 jenis sarang semi alami ini karena sarang semi alami didalam bak hanya
bisa menampung sebanyak 40 – 50 sarang saja sementara jumlah penemuan telur penyu
ini melebihi kapasitas sehingga dibuatlah sarang semi alami didalam ember dan diletakan
ditempat yang tidak begitu jauh dari sarang semi alami dalam bak tetapi terdapat
perbedaan karakteristik tempat penempatan sarang semi alami ini dimana sarang semi
alami dalam ember disimpan ditempat yang tidak terkena sinar matahari secara langsung
sehingga menyebabkan perbedaan suhu, tingkat keasaman, dan kelembabpan yang mana
factor-faktor ini juga mempengaruhi persentase kegagalan penetasan telur penyu di
TCEC.
Suhu rata-rata pada sarang semi alami yang ada di TCEC berkisar 26-30⁰C.
Embrio dalam telur penyu akan tumbuh optimal pada kisaran suhu 24-33⁰C dan akan mati
apabila diluar kisaran suhu tersebut (Direktorat Konservasi dan Taman Nasional Laut,
2009). Hal ini diperkuat dengan penelitian yang dilakukan oleh Yusuf (2000) yang
mendapatkan hasil penetasan yang optimal pada kisaran suhu 24-32⁰C.
Suhu sarang dapat dipengaruhi oleh beberapa factor seperti radiasi matahari,
penguapan, curah hujan, vegetasi, kapasitas panas, kelembapan serta struktur dan tekstur
tanah. Hal ini diperkuat dengan pendapat (Fitri Rianda, Widya Sari, A.A. Muhammadar,
2017) yang mengatakan perbedaan suhu tanah pada tiap sarang dipengaruhi oleh banyak
sedikitnya intensitas cahaya yang diterima permukaan sarang karena sebagian panas akan
diserap dan dirambatkan ke permukaan tanah yang lebih dalam dan sebagian lagi akan
dipantulkan.
Pada sarang semi alami didalam bak maupun yang didalam ember memiliki nilai
kelembabpan yang berbeda-beda hal ini dipengaruhi oleh sirkulasi udara yang ada
didalam sarang maupun diluar sarang tersebut. Hal ini diperkuat dengan penelitian yang
18
dilakukan oleh Nyabakken (1992) yang mengatakan perbedaan kelembabpan pasir pada
media penetasan dipengaruhi oleh sirkulasi udara yang terjadi di sekitar lingkungan
sarang, baik diluar maupun didalam. Selain itu aktivitas boologisdari sampel telur penyu
lekang juga dapat mempengaruhi kelembapan didalam media pasir penetasan. Menurut
Silalahi (1990) kesesuaian kelembapan dalam sarang sangat dibutuhkan untuk
perkembangan janin penyu secara normal kelembapan sarang yang sesuai dibutuhkan
untuk perkembangan janin dan proses reaksi biokimia yang berlangsung didalam telur
penyu.
Rata-rata nilai kadar air sarang pada Pantai Syiah Kuala ada naungan memiliki
nilai rata-rata sebesar 3 ± 1 % dan pada perlakuan tidak ada naungan memiliki nilai rata-
rata kadar air 4 ± 3 %. Dengan demikian perlakuan naungan dengan jaring paranet 70 %
menyebabkan terjadinya peningkatan kadar air sarang semi alami. Namun perubahan
kadar air pasir sarang tersebut masih berada dalam kisaran normal (Fitri Rianda, Widya
Sari, A.A. Muhammadar, 2017).
Pasir yang digunakan TCEC ini berbeda dengan pasir disarang alaminya dimana
pasir yang digunakan TCEC bewarna putih dengan karakteristik krikil pasiran dengan
19
ukuran 0,50 mm sampai 1,0 mm sementara pasir alaminya berwarna hitam dengan
karakteristik pasir sedikit krikilan dengan ukuran 0,1 mm sampai 0,21 mm. Perbedaan
karakteristik butiran dan warna pasir pantai menyebabkan terjadinya perbedaan suhu
pasir, suhu udara, kelembapan udara, dan kelembapan pasir pada setiap media pasir
penetasan (Parawangsa, 2018). Menurut Sears dan Zamansky (1982) pasir pantai
berwarna hitam mampu mengabsorbsi sebagian besar radiasi kira-kira 30-80% dari
radiasi panas yang dating dan mengurangi evaporasi dari permukaan pasir dibandingkan
dengan pasir berwarna putih, karena kandungan mineral logam yang terdapat pada pasir
berwarna hitam lebih tinggi dibandingkan dengan pasir berwarna putih. Hal serupa juga
dikemukaan Amalia (2012) yang menyatakan pasir pantai Samas, Bantul yang berwarna
hitam dapat menyerap dan menjaga kestabilan suhu didalam pasir karena memiliki
kandungan mineral magnetic yang tinggi.
Menurut Utomo (2005) dalam Khaisu (2014) karakteristik pantai yang dipilih
penyu lekang (L. olivacea) sebagai tempat bertelur adalah pantai berpasir halus dengan
hamparan yang luas dan landai serta substrat pasir yang berwarna gelap. Mortimer (1990)
dalam Catur et al., (2011) menambahkan pasir kasar yang kering membuat induk penyu
betina sulit menggali untuk membuat sarang. Dan menurut Nybakken (1992), bahwa
tekstur kasar bersifat lebih mengalirkan air dari pada menampung air karena pasir
bertekstur kasar memiliki pori yang lebih besar.
Pasir merupakan tempat yang mutlak diperlukan untuk penyu bertelur. Semua
jenis penyu, termasuk yang hidup di perairan Indonesia akan memilih daerah tempat
bertelur yang khas. Pantai dengan fraksi pasir halus sampai kasar merupakan habitat
peneluran penyu lekang. Habitat pantai peneluran penyu lekang di kasawan tropis yang
luas dan sedikit terang (Nuitja, 1992).
BAB V
PENUTUP
5.1.Kesimpulan
Persentase kegagalan penetasan di sarang semi alami di TCEC ialah 52,21 %. Hal
ini disebabkan oleh beberapa faktor diantaranya kelembapan yang belum optimal,
terdapatnya parasait didalam sarang semi alami, dan kerapatan setiap sarang dalam bak
yang terlalu rapat menyebabkan sirkulasi oksigen terlalu sedikit.
20
DAFTAR PUSTAKA
Adnyana, I. B. W. (2012). Unit Pengelolaan Konservasi Penyu Sukamade. Taman nasional
Meru Betiri.
Alfi Satriadi, Esti Rudiana, dan Nurul Af-idati. (2004). Identifikasi Penyu dan Studi
Karakteristik Fisik Habitat Penelurannya di Pantai Samas, Kabupaten Bantul,
Yogyakarta.
Amalia, R. (2012). Pengaruh Naungan Sarang Terhadap Persentase Penetasan Telur Penyu
Lekang (Lepidochelys olivacea) di Pantai Samas Bantul, Yogyakarta. Journal of
Marine Research.
Bustard, R. H. (1972). Sea Turtle: Natural History and Conservation. Sydney: Collings.
Direktorat Konservasi dan Taman Nasional Laut. (2009). Buku Pedoman Teknis Pengelolaan
Konservasi Penyu.
Dobbs, K.A., J.D. Miller, C.J. Limpus, and A.M.Jr Landry. (1999). Hawksbill Turtle,
Eretmochelys imbricata, Nesting at milman Island, Northem Great Barrier Reef,
Australia. In Chelonian Conservation and Boilogy (pp. Vol. III. 344-361 pp).
Fitri Rianda, Widya Sari, A.A. Muhammadar. (2017). Pengaruh Naungan Terhadap
Pertumbuhan Embrio Penyu Lekang (Lepidochelys olivacea) Di Lhok Pante Tibang
Syah Kuala, Banda Aceh. Jurnal Ilmiah Mahasiswa Kelautan dan Perikanan Unsyiah.
21
22
Hasibuan, A. I., dkk. (2014). Habitat Characteristics and Reproductive Aspects of Olive
Ridley Sea Turtles (Lepidochelys olivacea) in Sunur Beach of Pariaman City of West
Sumatra Province. Jurnal FAPERIA Vol. 2, No.1, Agustus 2014.
Miller, J. (1997). Reproduction In Sea Turtles. In:Lutz, P.L dan Musick, J.A (eds). In The
Biology ofSea Turtle.
Nuitja, I.N.S. (1992). Biologi Laut dan Ekologi Pelestarian Penyu Laut.
Sabrina Hatoguan Samosir, Tatik Hernawati, Aditya Yudhana, Wiyanto Haditanojo. (2018).
4. Perbedaan Sarang Alami Dengan Semi Alami Mempengaruhi Masa Inkubasi Dan
Keberhasilan Menetas Telur Penyu Lekang (Lepidochelys Olivacea) Pantai Boom
Banyuwangi.
Samosir, S. H. (2018). Perbedaan Sarang Alami Dengan Semi Alami Mempengaruhi Masa
Inkubasi dan Keberhasilan Menetas Telur Penyu Lekang (Lepidochelys Olivacea)
Pantai Boom Banyuwangi. Jurnal Medik Veteriner April 2018, Vol.1 No.2 : 33-37.
Sears, F.W dan Zemansky, M.W. (1982). Fisika Untuk Universitas 1; Mekanika, Panas,
Bunyi. Bandung: Penerbit Bina Cipta.
Segara, A. (2008). Studi karakteristik biofisik habitat peneluran penyu hijau (chelonia
mydas) di Pangumbahan Suka Bumi, Jawa barat.
23
Silalahi, S. (1990). Pengaruh Perlindungan Sarang dan Kepadatan Telur terhadap Laju Tetas
Telur Penyu Hijau (Chelonia mydas) di pantai pangumbahan, Sukabumi.
Yusuf, A. (2000). Mengenal Penyu. Yayasan Alam Lestari dan Keidanren Nature
Conservation Fund (KNCF) Jepang.
Pesan saya kepada TCEC agar tetap meningkatkan kualitas lingkungannya dan juga
lebih meningkatkan kualitas website/media sosialnya agar lebih banyak dikenal masyarakat
lagi. Besar harapan saya TCEC bisa menjadi lembaga yang lebih besar dari saat ini.
LAMPIRAN
Lampiran 1. Logbook Kegiatan Selama Praktik Kerja Lapangan
Kolam tukik
30
56 83 107 54 53 50%
55 84 111 59 52 53%
52 91 102 80 22 78%
50 96 120 66 54 55%
51 98 98 71 27 72%
53 101 103 12 91 12%
53 102 138 111 27 80%
53 103 110 38 72 35%
55 105 100 46 54 46%
57 106 107 60 47 56%
57 107 98 61 37 62%
57 108 107 50 57 47%
55 109 105 40 65 38%
56 110 120 62 58 52%
54 111 114 99 15 87%
55 112 110 40 70 36%
55 113 110 28 82 25%
55 114 100 27 73 27%
54 115 117 72 45 62%
57 116 125 29 96 23%
57 118 120 98 22 82%
57 120 103 75 28 73%
31
Stasiun 1 2 3 4 5 6 7 8 9
06.00 27 28 28 28 29 29 29 28 28
14.00 29 30 30 29 30 31 32 29 29
22.00 28 28 29 29 30 31 30 28 29
06.00 27 28 27 28 28 29 28 28 29
14.00 29 29 32 31 30 31 29 29 29
22.00 30 29 29 30 31 30 29 28 29
06.00 28 28 27 28 29 29 28 27 27
14.00 29 29 29 30 30 30 30 29 30
22.00 28 29 29 29 29 31 31 27 28
Suhu sarang semi alami dalam bak pukul
06.00 28 29 29 28 28 28 27 28 28
14.00 29 29 29 30 30 30 30 29 29
22.00 28 27 28 29 30 29 29 28 28
06.00 29 29 29 29 28 28 28 28 29
14.00 29 29 29 29 30 30 29 29 29
22.00 27 28 28 28 29 29 29 28 29
06.00 28 28 29 29 28 28 27 28 28
14.00 29 29 29 30 31 32 29 28 29
22.00 28 27 28 28 29 29 28 28 29
06.00 27 28 29 29 28 28 28 27 29
14.00 28 28 29 29 30 31 31 29 30
22.00 27 28 28 28 29 28 29 28 29
06.00 28 27 27 28 28 28 27 28 28
14.00 29 29 29 30 30 31 29 29 29
22.00 28 28 28 29 29 29 28 28 28
06.00 27 27 27 28 27 28 28 27 27
14.00 29 28 29 29 30 30 29 29 29
33
22.00 28 28 28 29 30 29 29 28 29
06.00 27 27 27 28 28 28 28 27 28
14.00 29 29 28 29 29 30 30 30 30
22.00 28 28 28 28 29 29 29 29 29
06.00 27 27 27 28 29 29 29 28 28
14.00 29 30 30 31 32 30 30 29 29
22.00 28 28 28 29 29 28 28 28 28
06.00 26 27 27 28 28 28 27 27 27
14.00 29 29 29 29 30 29 29 28 28
22.00 28 28 28 28 29 28 28 28 28
06.00 26 26 26 27 27 27 26 26 26
14.00 29 28 28 29 30 30 29 29 29
22.00 27 27 26 28 28 28 28 27 27
06.00 25 26 26 27 27 27 27 27 27
14.00 28 28 28 29 30 29 29 29 29
22.00 28 27 28 28 29 29 28 28 29
06.00 26 26 27 27 27 27 27 26 27
14.00 28 28 28 30 29 29 28 28 29
22.00 27 28 27 28 28 28 28 27 28
06.00 26 27 27 27 27 27 27 27 27
14.00 28 28 28 29 29 29 29 28 29
22.00 27 27 28 28 27 29 27 28 28
06.00 26 27 27 26 27 27 27 27 27
14.00 28 28 28 28 29 29 29 28 29
22.00 28 27 27 28 28 28 28 28 28
06.00 27 27 26 26 27 28 28 28 27
14.00 28 28 28 29 28 28 28 29 29
22.00 28 28 28 28 27 28 27 27 28
34
06.00 25 26 26 26 27 26 27 26 27
14.00 28 28 28 29 30 29 29 29 28
22.00 27 27 28 28 28 27 28 28 28
06.00 26 25 25 26 27 27 26 27 27
14.00 29 29 28 29 29 29 29 28 30
22.00 27 28 28 28 28 27 27 27 28
06.00 26 26 27 27 27 27 27 27 27
14.00 28 28 28 28 29 28 29 29 28
22.00 26 27 27 27 27 28 28 27 28
35
Stasiun 1 2 3 4 5 6 7 8 9
06.00 7 7 7 7 7 7 7 7 7
14.00 7 7 7 7 7 7 7 7 7
22.00 7 7 7 7 7 7 7 7 7
06.00 7 7 7 7 7 7 7 7 7
14.00 7 7 7 7 7 7 7 7 7
22.00 7 7 7 7 7 7 7 7 7
06.00 7 7 7 7 7 7 7 7 7
Tingkat keasaman sarang semi alami dalam bak pukul
14.00 7 7 7 7 7 7 7 7 7
22.00 7 7 7 7 7 7 7 7 7
06.00 7 7 7 7 7 7 7 7 7
14.00 7 7 7 7 7 7 7 7 7
22.00 7 7 7 7 7 7 7 7 7
06.00 7 7 7 7 7 7 7 7 7
14.00 7 7 7 7 7 7 7 7 7
22.00 7 7 7 7 7 7 7 7 7
06.00 7 7 7 7 7 7 7 7 7
14.00 7 7 7 7 7 7 7 7 7
22.00 7 7 7 7 7 7 7 7 7
06.00 7 7 7 7 7 7 7 7 7
14.00 7 7 7 7 7 7 7 7 7
22.00 7 7 7 7 7 7 7 7 7
06.00 7 7 7 7 7 7 7 7 7
14.00 7 7 7 7 7 7 7 7 7
22.00 7 7 7 7 7 7 7 7 7
06.00 7 7 7 7 7 7 7 7 7
14.00 7 7 7 7 7 7 7 7 7
36
22.00 7 7 7 7 7 7 7 7 7
06.00 7 7 7 7 7 7 7 7 7
14.00 7 7 7 7 7 7 7 7 7
22.00 7 7 7 7 7 7 7 7 7
06.00 7 7 7 7 7 7 7 7 7
14.00 7 7 7 7 7 7 7 7 7
22.00 7 7 7 7 7 7 7 7 7
06.00 7 7 7 7 7 7 7 7 7
14.00 7 7 7 7 7 7 7 7 7
22.00 7 7 7 7 7 7 7 7 7
06.00 7 7 7 7 7 7 7 7 7
14.00 7 7 7 7 7 7 7 7 7
22.00 7 7 7 7 7 7 7 7 7
06.00 7 7 7 7 7 7 7 7 7
14.00 7 7 7 7 7 7 7 7 7
22.00 7 7 7 7 7 7 7 7 7
06.00 7 7 7 7 7 7 7 7 7
14.00 7 7 7 7 7 7 7 7 7
22.00 7 7 7 7 7 7 7 7 7
06.00 7 7 7 7 7 7 7 7 7
14.00 7 7 7 7 7 7 7 7 7
22.00 7 7 7 7 7 7 7 7 7
06.00 7 7 7 7 7 7 7 7 7
14.00 7 7 7 7 7 7 7 7 7
22.00 7 7 7 7 7 7 7 7 7
06.00 7 7 7 7 7 7 7 7 7
14.00 7 7 7 7 7 7 7 7 7
22.00 7 7 7 7 7 7 7 7 7
37
06.00 7 7 7 7 7 7 7 7 7
14.00 7 7 7 7 7 7 7 7 7
22.00 7 7 7 7 7 7 7 7 7
06.00 7 7 7 7 7 7 7 7 7
14.00 7 7 7 7 7 7 7 7 7
22.00 7 7 7 7 7 7 7 7 7
06.00 7 7 7 7 7 7 7 7 7
14.00 7 7 7 7 7 7 7 7 7
22.00 7 7 7 7 7 7 7 7 7
38
Stasiun 1 2 3 4 5 6 7 8 9
06.00 1 1 1 1 1 1 1 1 1
14.00 1 1 1 1 1 1 1 1 1
22.00 1 1 1 1 1 1 1 1 1
06.00 1 1 1 1 1 1 1 1 1
14.00 1 1 1 1 1 1 1 1 1
22.00 1 1 1 1 1 1 1 1 1
06.00 1 1 1 1 1 1 1 1 1
14.00 1 1 1 1 1 1 1 1 1
Kelembapan sarang semi alami dalam bak pukul
22.00 1 1 1 1 1 1 1 1 1
06.00 1 1 1 1 1 1 1 1 1
14.00 1 1 1 1 1 1 1 1 1
22.00 1 1 1 1 1 1 1 1 1
06.00 1 1 1 1 1 1 1 1 1
14.00 1 1 1 1 1 1 1 1 1
22.00 1 1 1 1 1 1 1 1 1
06.00 1 1 1 1 1 1 1 1 1
14.00 1 1 1 1 1 1 1 1 1
22.00 1 1 1 1 1 1 1 1 1
06.00 1 1 1 1 1 1 1 1 1
14.00 2 1 1 1 1 1 1 1 1
22.00 1 1 1 1 1 1 1 1 1
06.00 1 1 1 1 1 1 1 1 1
14.00 1 1 1 1 1 1 1 1 1
22.00 1 1 1 1 1 1 1 1 1
06.00 1 1 1 1 1 1 1 1 1
14.00 1 1 1 1 1 1 1 1 1
39
22.00 1 1 1 1 1 1 1 1 1
06.00 1 1 1 1 1 1 1 1 1
14.00 1 1 1 1 1 1 1 1 1
22.00 1 1 1 1 1 1 1 1 1
06.00 1 1 1 1 1 1 1 1 1
14.00 1 1 1 1 1 1 1 1 1
22.00 1 1 1 1 1 1 1 1 1
06.00 1 1 1 1 1 1 1 1 1
14.00 1 1 1 1 1 1 1 1 1
22.00 1 1 1 1 1 1 1 1 1
06.00 1 1 1 1 1 1 1 1 1
14.00 1 1 1 1 1 1 1 1 1
22.00 1 1 1 1 1 1 1 1 1
06.00 1 1 1 1 1 1 1 1 1
14.00 2 1 1 1 1 1 1 1 1
22.00 2 1 1 1 1 1 1 1 1
06.00 1 1 1 1 1 1 1 1 1
14.00 1 1 1 1 1 1 2 1 1
22.00 1 1 1 1 1 1 1 1 1
06.00 1 1 1 1 1 1 1 1 1
14.00 1 1 1 1 1 1 1 1 1
22.00 1 1 1 1 1 1 1 1 1
06.00 1 1 1 1 1 1 1 1 1
14.00 1 1 1 1 1 1 1 1 1
22.00 1 1 1 1 1 1 1 1 1
06.00 1 1 1 1 1 1 1 1 1
14.00 1 1 1 1 1 1 1 1 1
22.00 1 1 1 1 1 1 1 1 1
40
06.00 1 1 1 1 1 1 1 1 1
14.00 2 1 1 1 1 1 1 1 1
22.00 1 1 1 1 1 1 1 1 1
06.00 1 1 1 1 1 1 1 1 1
14.00 1 1 1 1 1 1 1 1 1
22.00 1 1 1 1 1 1 1 1 1
06.00 1 1 1 1 1 1 1 1 1
14.00 1 1 1 1 1 1 1 1 1
22.00 1 1 1 1 1 1 1 1 1
41
Stasiun 1 2 3 4
06.00 26 26 26 26
14.00 28 29 28 29
22.00 27 27 28 27
06.00 25 26 26 27
14.00 27 27 28 28
22.00 29 28 28 29
06.00 27 25 26 27
14.00 29 28 28 29
Suhu sarang semi alami dalam ember pukul
22.00 27 27 27 27
06.00 26 27 27 26
14.00 29 28 28 29
22.00 26 27 27 27
06.00 26 27 25 27
14.00 29 29 29 29
22.00 26 25 26 27
06.00 27 27 27 27
14.00 29 28 29 30
22.00 26 27 27 27
06.00 27 26 27 27
14.00 29 29 29 29
22.00 26 27 27 27
06.00 27 27 27 27
14.00 28 28 28 29
22.00 26 27 27 27
06.00 27 26 27 27
14.00 29 29 29 29
42
22.00 28 27 26 28
06.00 27 27 27 27
14.00 30 29 29 30
22.00 28 27 28 28
06.00 27 27 27 28
14.00 28 29 29 30
22.00 28 28 28 28
06.00 26 26 27 26
14.00 28 29 28 29
22.00 27 26 27 27
06.00 26 26 26 26
14.00 28 28 28 29
22.00 26 27 27 28
06.00 25 26 26 27
14.00 28 28 28 28
22.00 26 26 27 26
06.00 25 25 26 27
14.00 28 27 28 27
22.00 26 27 27 27
06.00 24 25 26 27
14.00 28 27 27 28
22.00 26 27 27 26
06.00 26 26 27 27
14.00 28 27 27 27
22.00 26 27 26 27
06.00 27 27 27 27
14.00 27 28 28 27
22.00 27 27 28 27
43
06.00 26 26 25 26
14.00 29 29 28 29
22.00 26 26 26 27
06.00 26 26 26 27
14.00 27 27 27 27
22.00 26 27 27 27
06.00 26 26 27 26
14.00 27 27 27 27
22.00 27 27 27 27
44
Stasiun 1 2 3 4
06.00 7 7.5 7.5 6
14.00 7.5 7 7 6
22.00 7.5 7 7 6.5
06.00 7 7 7 7
14.00 7 7.5 7 7
22.00 7.5 7 7 6.5
06.00 7 7 7.5 6.5
14.00 8 7 7 7
Suhu sarang semi alami dalam ember pukul
22.00 7.5 7 7 8
06.00 7 7 7 6
14.00 7 7.5 7.5 5.5
22.00 7 7.5 7 7
06.00 7 7 7 7
14.00 6.5 7 7 6.5
22.00 7 7 7 5.5
06.00 7 7 7 7
14.00 6.5 7 7 6
22.00 7 7 7 6.5
06.00 7 7 7 6.5
14.00 7 7 7 7
22.00 7 7 7 6
06.00 7 7 7 7
14.00 7 7 7 6.5
22.00 7 7 7 6
06.00 7 7 7 7
14.00 7 7 7.5 6.5
45
22.00 7 7 7 7
06.00 7 7 7 7
14.00 7 7 7 6
22.00 7 7 7 6.5
06.00 7 7 7 7
14.00 7 7 7 6.5
22.00 7 7 7 6
06.00 7 7 7 7
14.00 7 7 7 7
22.00 7 7 7 7
06.00 7 7 7 7
14.00 7 7 6 7
22.00 7 7 7 7
06.00 7 7 7 7
14.00 6 7 7 6
22.00 7 7 7 7
06.00 7 7 7 7
14.00 7.5 7 8 7
22.00 7 7 7 7
06.00 7 7 7 7
14.00 7 7 7 7
22.00 7 7 7 7
06.00 7 7 7 7
14.00 7 7 7 7
22.00 7 7 7 7
06.00 7 7 7 7
14.00 7 7 7 7
22.00 7 7 7 7
46
06.00 7 7 7 7
14.00 7 7 7 7
22.00 7 7 7 7
06.00 7 7 7 7
14.00 7 7 7 7
22.00 7 7 7 7
06.00 7 7 7 7
14.00 7 7 7 7
22.00 7 7 7 7
47
Stasiun 1 2 3 4
06.00 1 1 1 5
14.00 1 1 1 5
22.00 1 2 1 7
06.00 1 1 2 6
14.00 1 1 2 5
22.00 1 1.5 3 7
06.00 2 1 1 9
14.00 9 4.5 8 10
22.00 5 1 1 10
06.00 3 2 1 7
14.00 1 10 1 4
Kelembabpan pukul
22.00 2 7 1 6
06.00 1 2 1 6
14.00 1 1 1 7
22.00 1 2 1 7
06.00 1 2 2 6
14.00 2 4 6 5
22.00 1 1 1 7
06.00 1 1 1 5
14.00 3 1 1 6
22.00 1 2 1 6
06.00 1 1 1 5
14.00 2 1 2 6
22.00 1 1 1 5
06.00 1 1 1 5
14.00 1 2 1 6
48
22.00 5 2 6 8
06.00 1 1 2 5
14.00 1 1 1 4
22.00 1 2 1 4
06.00 1 1 1 5
14.00 2 2 1 6
22.00 2 2 2 6
06.00 1 1 2 4
14.00 1 1 1 5
22.00 1 1 2 4
06.00 1 1 1 4
14.00 1 1 1 4
22.00 1 1 1 5
06.00 1 2 1 4
14.00 2 5 5 3
22.00 2 1 2 6
06.00 1 1 1 5
14.00 3 3 2 8
22.00 2 2 1 6
06.00 2 1 1 4
14.00 3 1 1 4
22.00 2 1 1 5
06.00 2 1 1 3
14.00 3 1 1 4
22.00 2 1 1 4
06.00 2 1 1 4
14.00 1 1 1 4
22.00 1 1 1 4
49
06.00 1 1 1 3
14.00 7 1 2 6
22.00 6 1 1 4
06.00 6 1 1 3
14.00 6 2 1 4
22.00 5 1 1 4
06.00 6 1 1 4
14.00 5 1 2 5
22.00 5 1 1 4