Anda di halaman 1dari 65

ANALISA KUALITAS BAHAN BAKAR SOLAR DENGAN BEBERAPA

METODE ASTM

Laporan Praktik Kerja Lapangan Diajukan Sebagai Tugas Akhir

Pendidikan Program Diploma 3 Kimia Terapan

Disusun oleh :

ISMAIL MARZUKI

2305311418

PROGRAM DIPLOMA 3 KIMIA TERAPAN

DEPARTEMEN KIMIA

FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM

UNIVERSITAS INDONESIA

DEPOK

2008
LEMBAR PENGESAHAN

ANALISA KUALITAS BAHAN BAKAR SOLAR DENGAN BEBERAPA

METODE ASTM

LAPORAN PRAKTIK KERJA LAPANGAN

Disusun oleh:

ISMAIL MARZUKI
2305311418

Menyetujui,

Fatah Hidayat, ST Dra. Tresye Utari, MSi


Pembimbing I Pembimbing II
Manager Teknis PT. Petrolab Departemen Kimia
Services FMIPA UI

ii

Analisa kualitas..., Ismail Marzuki, FMIPA UI, 2008.


KATA PENGANTAR

Alhamdulillah, puji dan syukur penulis panjatkan ke hadirat Allah SWT yang

telah melimpahkan rahmat, berkah dan karuniaNya sehingga penulis dapat

menyelesaikan laporan Praktik Kerja Lapangan yang berjudul Analisa Kualitas

Bahan Bakar Solar dengan Beberapa Metode ASTM ini.

Laporan ini disusun sebagai syarat untuk menyelesaikan program studi

Diploma 3 Kimia Terapan, Departemen Kimia, Fakultas Matematika dan Ilmu

Pengetahuan Alam, Universitas Indonesia. Laporan Praktik Kerja Lapangan ini

merupakan hasil kegiatan PKL yang telah dilaksanakan di Laboratorium Lubricant

PT.Petrolab Services, Jakarta Timur.

Pada kesempatan ini penulis mengucapkan terima kasih kepada seluruh pihak

yang telah membantu selama kegiatan Praktik Kerja Lapangan maupun dalam

penyusunan laporan. Penulis banyak memperoleh bimbingan dan bantuan dari

berbagai pihak, oleh karena itu penulis ingin berterima kasih kepada :

1. Bapak Drs. Riswiyanto, M.Si. selaku Ketua Program D3 Kimia Terapan

FMIPA UI.

2. Bapak Budiono selaku Presiden Direktur PT. Petrolab Services.

3. Bapak Drs. Erzi Rizal Azwar sebagai pembimbing akademis saya yang telah

banyak membantu saya selama tiga setengah tahun ini.

iii

Analisa kualitas..., Ismail Marzuki, FMIPA UI, 2008.


4. Ibu Dra Tresye Utari MSi, sebagai pembimbing II, yang telah banyak

membimbing penulis dalam menyelesaikan penulisan laporan Praktik Kerja

Lapangan.

5. Kak Fatah Hidayat selaku pembimbing I, “bang makasih banget atas

semuanya ya..”

6. Kak Daeng yang telah memberikan kesempatan untuk melaksanakan PKL.

7. Seluruh staf pengajar di Program D3 Kimia Terapan FMIPA UI yang telah

memberikan bekal ilmu pengetahuan selama perkuliahan.

8. Ibu & Ayah ( miss u ) serta keluarga atas motivasi, perhatian, kasih sayang,

doa yang tak pernah putus, dan dukungannya baik moril dan materil yang

menjadi semangat untuk penulis sehingga dapat menyelesaikan laporan PKL

ini.

9. Mba Nana, Mas Bayu, Kak Selfi, Pak Asbari, Pak Nurudin, Vino, Mas

Rephai, Pak Sartono, Mba Suci, Mba Endri, Mas Hendra, Mas Yogi, Kak

Ana, Mba Mia, Pak Ma’ruf, Mas Koko, Mas Budi, Mba Dewi dan semua

orang-orang di Petrolab, “maaf telah banyak merepotkan,dan terima kasih

telah banyak membantu penulis selama kegiatan PKL, serta atas ilmu dan

pengalaman yang telah diberikan”.

10. Anak-anak kos D n D “Sahabat Terbaik yang pernah aku punya, terima kasih

atas motivasi, bantuan dan pemberian pertolongan pertama ketika ajal mau

menjemput hehe..

iv

Analisa kualitas..., Ismail Marzuki, FMIPA UI, 2008.


11. Anak-anak Futsal BMB (Bukan Musang Biasa), atas pengalaman dan

kerjasamanya.

12. Teman-teman KT Angkatan 2005, atas kebersamaan dan kenangan yang tak

terlupakan selama 3 tahun terakhir.

13. Senior dan Junior KT, “terima kasih buat semangatnya, selalu jaga keluarga

KT…”

Semua pihak yang tidak dapat penulis sebutkan satu persatu, yang

telah membantu penulis dalam melaksanakan PKL hingga menyelesaikan

laporan PKL, Penyusunan laporan Praktik Kerja Lapangan ini disadari masih

jauh dari sempurna. Oleh karena itu sangat diharapkan saran dan kritik yang

bersifat membangun demi kesempurnaan penulisan di masa yang akan datang.

Akhir kata penulis berharap semoga laporan ini dapat bermanfaat bagi

seluruh mahasiswa D3 Kimia Terapan FMIPA UI khususnya dan pembaca

pada umumnya.

Depok, Juni 2008

Penulis

Analisa kualitas..., Ismail Marzuki, FMIPA UI, 2008.


ABSTRAK

PROGRAM D3 KIMIA TERAPAN

FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM

UNIVERSITAS INDONESIA

DEPOK

2008

Ismail Marzuki (2305311418)

Analisa Kualitas Beberapa Bahan Bakar Solar Menggunakan Metode ASTM

(xiii + 51 halaman, tabel, gambar, dan lampiran)

Tujuan percobaan ini adalah untuk mengetahui kualitas bahan bakar solar dengan

beberapa metode uji ASTM. Umumnya bahan bakar yang diproduksi memiliki sifat-

sifat sesuai dengan standar spesifikasi yang telah ditetapkan untuk bahan bakar yang

dijual secara komersial. Namun penurunan mutu bahan bakar dapat terjadi seperti

adanya pencampuran solar dengan kerosene, solar dengan oli, atau dapat juga terjadi

selama penyimpanan dan penanganannya. Tingkat kontaminan di dalam bahan bakar

dapat dikurangi dengan menjaga tangki penyimpanan bebas dari air dan dari zat-zat

kimia berbahaya yang terdapat di dalam bahan bakar atau merupakan produk

pembakaran (emisi gas buang). Sistem bahan bakar dan komponen-komponennya

perlu diawasi dan dirawat secara teratur untuk menjamin agar mesin tetap berjalan

vi

Analisa kualitas..., Ismail Marzuki, FMIPA UI, 2008.


dengan baik. Mengabaikan salah satu faktor diatas dapat menimbulkan masalah

penggunaan bahan bakar yang akhirnya mengakibatkan kerusakan pada peralatan

atau mesin yang digunakannya. Metode yang digunakan adalah ASTM D-1298 untuk

penentuan gravitasi spesifik, ASTM D-93 untuk penentuan flash point, ASTM D-445

untuk penentuan viskositas 40 0C, ASTM D-97 untuk penentuan titik tuang dan titik

kabut, ASTM D-86 untuk penentuan destilasi.

Hasil pengujian menunjukkan bahwa ketiga sampel solar tersebut masih masuk dalam

range menurut ketetapan dirjen MIGAS.

Kata kunci : Solar, Kerosene, Minyak Pelumas, ASTM

vii

Analisa kualitas..., Ismail Marzuki, FMIPA UI, 2008.


DAFTAR ISI

LEMBAR PENGESAHAN .......................................................................................... ii

KATA PENGANTAR ................................................................................................. iii

ABSTRAK ................................................................................................................... vi

DAFTAR ISI .............................................................................................................. viii

DAFTAR GAMBAR ................................................................................................... xi

DAFTAR TABEL ....................................................................................................... xii

DAFTAR LAMPIRAN .............................................................................................. xiii

BAB I PENDAHULUAN ....................................................................................... 1

I.1 Latar Belakang Praktik Kerja Lapangan (PKL) ....................................... 1

I.2 Tempat Pelaksanaan Praktik Kerja Lapangan (PKL) .............................. 3

I.3 Jadwal Kegiatan Praktik Kerja Lapangan (PKL) ..................................... 3


I.4 Tujuan Praktik Kerja Lapangan (PKL) .................................................... 3

I.4.1 Tujuan Umum ..................................................................................... 3


I.4.2 Tujuan Khusus .................................................................................... 4

I.5 Tinjauan Pustaka ......................................................................................... 5

BAB II INSTITUSI TEMPAT PKL ........................................................................ 7

II.1. Nama dan Lokasi Tempat PKL ................................................................ 7


II.2. Sejarah Singkat Petrolab Services............................................................ 7

viii

Analisa kualitas..., Ismail Marzuki, FMIPA UI, 2008.


II.3. Struktur Organisasi .................................................................................. 8

II.4. Tugas dan Fungsi ..................................................................................... 9

II.5. Fasilitas dan Sarana .................................................................................. 9

II.6. Kegiatan ................................................................................................. 10

II.7. AdministrasiLaboratorium ..................................................................... 11

II.8. Sumber Daya Manusia ........................................................................... 11

II.9. Disiplin Kerja ......................................................................................... 12


II.10. Keselamatan dan Kesehatan Kerja ......................................................... 13

II.11. Kebijakan Etika ...................................................................................... 13

*BAB III PELAKSANAAN PKL .......................................................................... 15

III.1. Jadwal Kegiatan Praktik Kerja Lapangan (PKL) ............................................ 15

III.2. Tinjauan Pustaka ............................................................................................. 15


III.2.1. Bahan Bakar Minyak (BBM) ................................................................. 15

III.2.2. Mesin Diesel...........................................................................................16

III.2.3. Bahan Bakar Mesin Diesel ..................................................................... 17

III.2.4. Pencampuran Solar dengan Minyak Tanah............................................ 18

III.2.5. Bahan Bakar Solar.................................................................................. 19

III.3. Metode Penelitian ........................................................................................... 27

III.3.1. Flash Point PMCC ................................................................................. 28


III.3.1.1. Peralatan Flash Point PMCC............................................................ 28

III.3.1.2. Pengujian Flash Point PMCC...........................................................28

III.3.2Viskositas Kinematik 40 0C ..................................................................... 29

ix

Analisa kualitas..., Ismail Marzuki, FMIPA UI, 2008.


III.3.2.1. Peralatan Viskositas Kinematik 40 0C ............................................. 29

III.3.2.2. Pengujian Viskositas Kinematik 40 0C ............................................ 30

III.3.3. Spesifik Gravity ..................................................................................... 30

III.3.3.1. Peralatan Spesifik Gravity................................................................ 30

III.3.3.2. Pengujian Spesifik Gravity .............................................................. 31

III.3.4 Destilasi .................................................................................................. 32

III.3.4.1. Peralatan Destilasi ............................................................................ 32

III.3.4.2. Pengujian Destilasi ........................................................................... 32

III.3.5 Titik Tuang .............................................................................................. 33

III.3.5.1. Peralatan Titik Tuang ....................................................................... 33

III.3.5.2. Pengujian Titik Tuang ...................................................................... 33

III.3.6. Cara Perhitungan .................................................................................... 34

III.4. Hasil dan Pembahasan .................................................................................... 35

III.4.1. Hasil Analisa .......................................................................................... 35

III.4.2. Pembahasan ............................................................................................ 39

III.4.2. Kesimpulan ............................................................................................ 46


BAB IV PENUTUP ................................................................................................ 47

IV.1. Hasil Praktek Kerja Lapangan (PKL) ............................................................. 47

IV.2. Manfaat Praktek Kerja Lapangan (PKL) ........................................................ 47

IV.3. Saran ............................................................................................................... 48


DAFTAR PUSTAKA ................................................................................................. 50

LAMPIRAN ................................................................................................................ 52

Analisa kualitas..., Ismail Marzuki, FMIPA UI, 2008.


DAFTAR TABEL

Tabel 3.1. Spesifikasi Minyak Solar Menurut Dirjen Migas ................................... 26

Tabel 3.2 Gravitasi Spesifik Sampel A .................................................................. 35

Tabel 3.3 Gravitasi Spesifik Sampel B ................................................................... 36

Tabel 3.4 Gravitasi Spesifik Sampel C ................................................................... 36

Tabel 3.5 Hasil Destilasi Sampel A ........................................................................ 36

Tabel 3.6 Hasil Destilasi Sampel B......................................................................... 37

Tabel 3.7 Hasil Destilasi Sampel C......................................................................... 38

Tabel 3.8 Perbandingan Hasil Pengujian dengan Ketentuan Dirjen Migas ............ 49

xi

Analisa kualitas..., Ismail Marzuki, FMIPA UI, 2008.


DAFTAR GAMBAR

Gambar 3.1 Alat Flash Point PMCC .......................................................................... 28

Gambar. 3.2 Alat Viskositas Kinematik 40 0C ........................................................... 29

Gambar. 3.3 Alat Hidrometer...................................................................................... 30

Gambar. 3.4 Alat Destilasi .......................................................................................... 32

xii

Analisa kualitas..., Ismail Marzuki, FMIPA UI, 2008.


DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran 1. Perhitungan Viskositas Kinematik 40 0C ............................................ 52

Lampiran 1. Perhitungan API Gravity ..................................................................... 52

xiii

Analisa kualitas..., Ismail Marzuki, FMIPA UI, 2008.


BAB I

PENDAHULUAN

I.1. Latar Belakang

Negara Indonesia merupakan negara yang terkenal dengan kekayaan

alamnya dan sebagai salah satu negara berkembang saat ini, tidak terlepas dari

peningkatan sumber daya manusianya. Seiring dengan kemajuan dunia teknologi,

maka perkembangan kurikulum di dunia akademi juga harus disesuaikan dengan

perkembangan IPTEK dan kebutuhan dunia kerja. Demikian juga perkembangan

yang terjadi di industri yang terus berkembang. Perusahaan-perusahaan besar

mencoba memperbarui teknologi peralatan mekanik mereka untuk disesuaikan

dengan fungsi yang sangat beragam dan penekanan biaya operasi.

Peningkatan proses indrustri sebagai suatu manivestasi kemajuan

teknologi perlu persaingan dalam bidang industri, maka industri perlu kemampuan

untuk menguasai, memanfaatkan, dan melakukan penelitian serta pengembangan,

sehingga dapat menghasilkan produk baru yang memiliki kualitas yang lebih baik

dan dapat bersaing dan mensejajarkan diri dengan negara lain yang lebih maju.

Salah satu sektor yang perlu dipersiapkan adalah kualitas sumber daya

manusia. Sumber daya manusia yang berkualitas sangat dibutuhkan untuk dapat

menjadi tulang punggung berkembangnya proses industrialisasi. Dengan jumLah

penduduk yang besar, sumber daya manusia menjadi salah satu modal dasar bagi

bangsa Indonesia dalam melaksanakan pembangunan di segala bidang. Untuk

Analisa kualitas..., Ismail Marzuki, FMIPA UI, 2008.


2

mewujudkan sumber daya yang terampil, mandiri, kreatif, inovatif, dan berjiwa

wirausaha.

Mutu pendidikan nasional turut menentukan proses tersebut. Perguruan

tinggi yang berbasis ilmu pengetahuan dan teknologi mempunyai peran sangat

besar dalam mencetak dan menghasilkan sumber daya manusia yang berkompeten

di bidangnya serta mampu mengabdikan diri ke masyarakat, khususnya

masyarakat industri dan lembaga guna membangun dan memajukan bangsa.

Dalam rangka pemenuhan sumber daya manusia menghadapi tantangan

globalisasi, Program D3 Kimia Terapan Fakultas Matematika dan Ilmu

Pengetahuan Alam Universitas Indonesia mengadakan program pendidikan untuk

menyalurkan tenaga-tenaga profesional. Praktik Kerja Lapangan merupakan

bagian program pendidikan D3 Kimia Terapan Universtas Indonesia sebagai

bagian dari tugas akhir dan mempersiapkan mahasiswa untuk terjun ke

masyarakat khususnya masyarakat industri. Praktik Kerja Lapangan ini bertujuan

agar mahasiswa dapat melihat langsung penerapan ilmu kimia baik dalam bidang

penelitian maupun industri. Dengan melihat langsung penerapan-penerapan ilmu

yang diperoleh selama menuntut ilmu kimia pada dunia industri, diharapkan

mahasiswa mempunyai gambaran yang nyata tentang penerapannya di bidang

industri kimia. Selain itu, dapat menjadi evaluasi bagi pihak industri tentang

sejauh mana persiapan lembaga pendidikan dalam upaya menyiapkan sumber

daya manusia yang berkualitas.

Analisa kualitas..., Ismail Marzuki, FMIPA UI, 2008.


3

I.2 Tempat Pelaksanaan Praktik Kerja Lapangan

Praktik Kerja Lapangan (PKL) ini dilaksanakan di Laboratorium Lubricant

PT.Petrolab Services yang berlokasi di Graha Pemuda Mas Commercial Centre

Blok AD/23. Taman Berdikari Sentosa, Jl.Pemuda, Jakarta Timur 13220.

I.3 Jadwal Kegiatan Praktik Kerja Lapangan

Praktik Kerja Lapangan di Laboratorium Lubricant PT.Petrolab Services

dilaksanakan dari tanggal 16 Juni sampai dengan 16 Juli 2008.

I.4. Tujuan Praktik Kerja Lapangan

Tujuan Praktik Kerja Lapangan meliputi tujuan umum dan khusus, antara lain :

I.4.1 Tujuan Umum

a) Mengembangkan sikap profesional serta mendisiplinkan diri sebagai bekal

untuk memasuki dunia kerja.

b) Meningkatkan dan mengembangkan proses penyerapan teknologi baru dari

tempat praktik kerja lapangan.

Analisa kualitas..., Ismail Marzuki, FMIPA UI, 2008.


4

c) Memperoleh kesempatan untuk mendapatkan pengalaman kerja dalam

lingkungan kerja yang sebenarnya dan mempersiapkan mahasiswa untuk

memasuki dunia industri atau dunia kerja dalam konteks nyata.

d) Memperoleh masukan untuk memperbaiki, mengembangkan serta

meningkatkan kesesuaian antara program pndidikan dan dunia kerja.

e) Menerapkan ilmu yang didapat dalam proses perkuliahan untuk diaplikasikan

ke dalam dunia kerja.

f) Melatih mahasiswa untuk mengenal dan mampu mengoperasikan instrumen

kimia yang lebih modern untuk lebih memantapkan ketrampilan.

g) Menjalin kerjasama yang baik antara pihak Program DIII Kimia Terapan

FMIPA UI dengan pihak industri atau instansi pemerintah sehingga membuka

peluang bagi mahasiswa lain yang ingin melakukan Praktik Kerja Lapangan di

tempat yang sama.

I.4.2 Tujuan Khusus

a) Menumbuh kembangkan dan memantapkan sikap profesionalisme

mahasiswa dalam memasuki lapangan kerja.

b) Mendapatkan kesempatan mengaplikasikan ilmu dan pengetahuan yang

diperoleh selama masa pembelajaran dalam kegiatan produksi.

c) Memahami tentang bahan bakar minyak.

Analisa kualitas..., Ismail Marzuki, FMIPA UI, 2008.


5

d) Memahami tentang analisa kualitas bahan bakar solar dengan beberapa

metode uji ASTM.

e) Meningkatkan wawasan mahasiswa dalam aspek potensial dunia kerja

seperti struktur organisasi, disiplin, lingkungan, safety, dan sistem kerja

serta penerapannya dalam upaya menganalisis hasil suatu produksi.

I.5 Tinjauan Pustaka

Untuk melihat sejauh mana mahasiswa telah menguasai setiap pekerjaan

di laboratorium yang diberikan terhadap teori yang didapat di perkuliahan sesuai

dengan judul laporan yang ingin ditulis. Untuk itu, mahasiswa diwajibkan untuk

menuangkan hasil karyanya dalam bentuk tulisan ke dalam laporan yang meliputi

™ Tinjauan Pustaka

Berisi teori dari data yang bersumber dari buku dan informasi ilmiah

lainnya yang menunjang dalam penulisan laporan Praktik Kerja Lapangan

ini.

™ Tinjauan Lapangan

Melihat secara langsung kegiatan operasional lapangan, sehingga akan

terlihat aplikasi dari teori-teori yang dipelajari.

Analisa kualitas..., Ismail Marzuki, FMIPA UI, 2008.


6

™ Pengumpulan Data

Mengumpulkan data-data yang ada di lapangan untuk menunjang

penulisan laporan.

™ Pembuatan Laporan

Melengkapi nilai mata kuliah wajib Praktik Kerja Lapangan dan

merupakan salah satu persyaratan bagi mahasiswa untuk mengerjakan

tugas akhir.

Analisa kualitas..., Ismail Marzuki, FMIPA UI, 2008.


7

BAB II

INSTITUSI TEMPAT PKL

II.1. Nama dan Lokasi Tempat PKL

Praktik Kerja Lapangan (PKL) dilaksanakan di Laboratorium Lubricant

PT. Petrolab Services yang berlokasi di Graha Pemuda Mas Commercial Centre

Blok AD/23. Taman Berdikari Sentosa, JL.Pemuda, Jakarta Timur 13220.

II.2. Sejarah Singkat Petrolab Services

Petrolab mempunya core bisnis di bidang jasa analisa kimia

(Laboratorium) dan konsultan dengan spesifikasi Jasa Analisa dan Konsultan di

bidang Lingkungan, Industrial Hygiene (BIOMONITORING), Lubricant, Bahan

Bakar, dan Raw Material Analysis. Berdiri sejak tahun 2000 dan saat ini telah

mempunyai jaringan pemasaran di perusahaan besar seperti United Tractor,

PAMA, Shell, Petronas, dll.

Laboratorium kami telah mendapatkan sertifikat KAN untuk ISO 17025-

2000 untuk parameter lubricant & Fuel analysis. Dengan demikian tentunya data

yang keluar dari Petrolab Services telah mempunyai kekuatan penuh dan

memenuhi prinsip mampu telusur yang baik (Treaceliability).

Selain mempunyai dukungan dari Sumber Daya Manusia yang

berkompeten di bidangnya, juga di dukung oleh fasilitas instrumentasi kimia

Analisa kualitas..., Ismail Marzuki, FMIPA UI, 2008.


8

seperti AAS (Atomic Absorption Spectrophotometer) untuk pengukuran logam,

GC (Gas Chromatograpy) guna pengukuran senyawaan organik, FTIR (Fourier

Transform Infra Red) spectrophotometer untuk analisa gugus fungsi, juga

fasilitas lainnya yang kesemua peralatan tersebut terkalibrasi dengan baik dan

berkala.

II.3. Struktur Organisasi

PT. Petrolab Services adalah suatu perusahaan swasta yang memberikan

jasa pelayanan di bidang Minyak dan Gas Bumi, Pelumas dan Bahan terkait

lainnya, Industrial Hygiene, Kesehatan Kerja dan Lingkungan Hidup dan Raw

Matterial Analysis yang berpusat di Jakarta serta memiliki kantor cabang di

Jl. Jenderal Sudirman No. 874, Balikpapan.

Sesuai dengan Anggaran Dasar Perusahaan dikelola oleh Presiden

Direktur dibawah pengawasan Komisaris dengan susunan sebagai berikut :

Komisaris : Dr. Ir. Gatut. S Adisoma

Dr. Arif Siregar

Presiden Direktur : Boedhijono MK

General Manager : Ir. Achmad Sanusi Wiradimaja

Tenaga Ahli Kesehatan Kerja

Lubricant & Fuel : DR. Tan Malaka, Moh,DrPH, SpOk, HIU

Ir. Achmad Sanusi Wiradimaja

Manager Teknis : Fatah Hidayat, ST

Analisa kualitas..., Ismail Marzuki, FMIPA UI, 2008.


9

Deputi Manager Teknis : Bayu Riyadi, SSi

Manager Mutu : Maruf Amaludin

Manager Lab & Technical : Asbari, SSi

Manager Marketting : Ariosaloko DB

Manager Eksekutif : Nurudin, ST

Manager Keuangan & IT : Ir. Edi Ahmad Effendi

II.4. Tugas dan Fungsi

PT. Petrolab Services sebagai perusahaan swasta yang mempunyai tugas

dan fungsi sebagai berikut :

1. Melakukan penelitian dan pengembangan teknologi eksplorasi dan

eksploitasi minyak dan gas bumi.

2. Memberikan pelayanan jasa laboratorium dan petunjuk teknologi

eksploitasi minyak dan gas bumi.

3. Melakukan penelitian dan pelayanan jasa di bidang lingkungan.

4. Pelaksanaan pendidikan dan pelatihan serta penelitian dan pengembangan

di bidang lubricant.

Analisa kualitas..., Ismail Marzuki, FMIPA UI, 2008.


10

II.5. Fasilitas dan Sarana

Fasilitas utama untuk menjalankan fungsi dan tugas PT. Petrolab Services

diantaranya adalah :

1. Laboratorium analisis, beserta seluruh kelengkapannya.

2. Buku-buku tentang minyak dan gas bumi.

3. Komputer

4. Tenaga Ahli

5. Internet

6. Ruang Pelatihan

II.6. Kegiatan

Dalam melaksanakan tugas dan fungsinya PT. Petrolab Services Indonesia

melaksanakan kegiatan yang tersusun dalam berbagai program yaitu tentang studi,

penelitian maupun pelayanan jasa. Jasa penelitian yang dapat diberikan oleh PT.

Petrolab Services antara lain:

1 Environmental Workplace Health (Vibrating, Noise, Heat Stress, Organic

etc)

2 Human BIOMONITORING Analysis

3 Ambient Air Quality Analysis

4 Emission Air Quality Analysis

5 Water & Waste Water Quality Analysis

6 POMEC (Progressive Oil Analysis for Maintaining Engine Condition)

Analisa kualitas..., Ismail Marzuki, FMIPA UI, 2008.


11

7 Petroleum & Oil Analysis

8 Raw Material Analysis

9 TCLP Analysis

10 Industrial Hygiene Consultant

11 Lubricant & Fuel Consultant

12 Environmental Consultant (AMDAL,UKL/UPL, etc)

II.7. Administrasi Laboratorium

Sesuai dengan pengembangan dan pelayanan teknologi, maka bagi yang

membutuhkan PT. Petrolab Services dapat melayani kegiatan jasa laboratorium.

Adapun prosedur yang dilalui oleh setiap sampel yang masuk dapat dilihat

sebagai berikut :

1. Konsumen menyerahkan sampel yang akan diperiksa kepada petugas

penerima sampel.

2. Petugas penerima sampel melakukan pendataan identitas sampel,

kemudian didistribusikan sampel tersebut ke laboratorium yang sesuai

dengan permintaan analisis dari konsumen.

3. Setelah analisis selesai hasil akan diperiksa oleh bagian Quality Control

yang kemudian dilaporkan ke Manajer Laboratorium untuk disahkan.

4. Hasil analisis yang telah disahkan kemudian dilanjutkan ke bagian

pengiriman dan diteruskan kepada konsumen yang bersangkutan.

Analisa kualitas..., Ismail Marzuki, FMIPA UI, 2008.


12

II.8. Sumber Daya Manusia

Sumber daya manusia merupakan aset utama perusahaan dalam

meningkatkan daya saing. Kualitas barang atau jasa yang dihasilkan sangat

ditentukan oleh kualitas sumber daya manusia. Sumber daya manusia yang

berkualitas tinggi akan memberikan pengaruh pada produktivitas karyawan dalam

bekerja. Oleh karena itu, program-program pelatihan khusus maupun pendidikan

tertentu untuk seluruh karyawan diberikan secara berkala.

Beberapa program pelatihan yang sangat diperlukan untuk meningkatkan

pengetahuan dan keterampilan karyawan meliputi :

1. Pelatihan Manajemen personalia, produksi, pemasaran dan sumber daya

manusia untuk direksi dan manajer.

2. Pelatihan jaminan kualitas.

3. Pelatihan proactive maintenance

4. Pelatihan manajemen laboratorium (ISO 17025).

II.9. Disiplin Kerja

Jam kerja di PT. Petrolab Services Indonesia dimulai pukul 08.30 WIB

hingga pukul 16.30 WIB, dengan waktu istirahat selama 60 menit mulai pukul

12.00-13.00 WIB. Dalam waktu satu minggu terdapat lima hari kerja, dari hari

Senin sampai Jumat. Jumlah jam kerja seminggu sesuai dengan ketentuan

Departemen Tenaga Kerja yaitu 40 jam seminggu. Untuk meningkatkan disiplin

kerja, setiap karyawan memiliki kartu jam kerja sehingga perusahaan dapat

mengetahui jam masuk dan keluar karyawan kantor. Ketentuan-ketentuan lain

Analisa kualitas..., Ismail Marzuki, FMIPA UI, 2008.


13

yang menyangkut ketenagakerjaan disesuaikan dengan ketentuan yang berlaku di

Indonesia.

II.10. Keselamatan dan Kesehatan Kerja

Para pekerja yang bekerja di tempat-tempat berbahaya diwajibkan untuk

memakai alat-alat keselamatan kerja seperti masker, kacamata keselamatan,

sepatu keselamatan, dan lain-lain. Bagi pekerja yang lalai dikenakan sanksi

berupa surat peringatan ataupun tidak mendapat penggantian biaya pengobatan

atau rumah sakit bila terjadi kecelakaan.

Alat-alat keselamatan dan kesehatan yang tersedia seperti pemadam

kebakaran, alarm, boorwater atau eyewash, dan lain sebagainya. Bagi pegawai

maupun keluarga yang sakit, biaya pengobatan diganti 50% oleh perusahaan, dan

juga secara rutin diadakan pemeriksaan mata. Selain itu kesehatan pegawai

merupakan hal utama bagi perusahaan, maka setiap satu kali sebulan disediakan

sarana lapangan untuk berolahraga.

II.11. Kebijakan Etika

1. Dengan kebijakan ini, Petrolab Services dan cabangnya mengakui usaha dan

keuntungan legal dengan cara yang pantas. Kebijakan ini untuk diterapkan dan

dijalankan di seluruh perusahaan.

2. Seluruh karyawan setiap saat harus bertingkah laku dan bekerja di perusahaan

dengan cara yang jujur dan beretika.

Analisa kualitas..., Ismail Marzuki, FMIPA UI, 2008.


14

3. Komitmen dan ketaatan karyawan tehadap cara yang pantas harus

dikembangkan melalui pelatihan, dengan contoh, dan dengan dukungan etikal

dan teknikal terhadap fungsi kerja, tugas dan situasi karyawan.

4. Petunjuk dan/atau bantuan yang jelas harus diberikan kepada karyawan demi

untuk pemenuhan pengambilan keputusan yang tepat baik untuk tugas-tugas

rutin ataupun untuk keadaan luarbiasa.

5. Taat terhadap kebijakan ini harus dilaksanakan. Gagal mentaati kebijakan ini

tidak dapat ditoleransi dan akan berakibat pada tindakan pendisiplinan

termasuk pemecatan dari perusahaan.

Analisa kualitas..., Ismail Marzuki, FMIPA UI, 2008.


15

BAB III

PELAKSANAAN PKL

III.1. Jadwal Kegiatan PKL

Penulis melakukan kegiatan PKL selama kurang lebih satu bulan di

Laboratorium Lingkungan, Divisi Analisa Enviromental PT. Petrolab Services

Jakarta. Pelaksanaan Praktek Kerja Lapangan (PKL) dimulai tanggal 16 Juni 2008

sampai dengan 16 Juli 2008.

III.2. Tinjauan Pustaka

III.2.1. Bahan Bakar Minyak (BBM)

Bahan bakar minyak (BBM) yang umum dikenal dan dipakai oleh

masyarakat adalah minyak tanah, solar, bensin, avtur (bahan bakar pesawat).

Produk minyak bumi tersebut sebagian besar terdiri dari hidrokarbon (tersusun

atas atom hidrogen dan karbon) serta sejumlah zat lain, seperti nitrogen, oksigen,

sulfur, dan sejumlah kecil unsur logam. Produk minyak bumi tersebut dipisahkan

dengan cara distilasi yang menghasilkan fraksi-fraksi yang terbagi-bagi menurut

titik didihnya, dari yang paling ringan yaitu fraksi nafta dengan daerah titik didih -

1º C sampai 150º C sampai dengan minyak lumas dengan titik didih di atas 400ºC.

Temperatur distilasi akan menentukan produk yang dihasilkan dari minyak bumi.

Minyak tanah (light kerosene) memiliki rentang rantai karbon dari C10 - C15,

sedangkan solar antara C10 - C20.

Analisa kualitas..., Ismail Marzuki, FMIPA UI, 2008.


16

Klasifikasi bahan bakar minyak berdasarkan Peraturan Direktur Jendral

Minyak dan Gas Bumi No. 002/P/DM/Migas/1979 tanggal 25 Mei 1979 :

a. Bensin penerbangan 73 (Avgas 73)

b. Bensin penerbangan 100/130 (Avgas 100/150)

c. Bahan bakar jet (Avtur)

d. Bensin super /Super 98

e. Bensin Premium

f. Minyak tanah /Kerosin

g. Minyak Solar

h. Minyak Diesel

i. Minyak Bakar

III.2.2. Mesin Diesel

Dunia otomotif pada umumnya didominasi oleh mesin diesel dan bensin.

Perbedaan prinsip antara kedua mesin tersebut terletak pada pengapian bahan

bakarnya: mesin diesel menggunakan prinsip auto-ignition (terbakar sendiri),

sedangkan mesin bensin menggunakan prinsip spark-ignition (pembakaran yang

dipicu oleh percikan listrik pada busi). Mesin diesel memiliki rasio kompresi

(perbandingan antara volume total silinder dan volume sisa/dead space) yang

sangat tinggi: bisa mencapai 25:1. Tingginya rasio kompresi ini merupakan

tuntutan mekanisme auto-ignition - perlu kompresi yang sangat tinggi untuk

menghasilkan tekanan dan temperatur tinggi pada udara di dalam silinder. Pada

Analisa kualitas..., Ismail Marzuki, FMIPA UI, 2008.


17

mesin bensin yang menggunakan spark-ignition tidak memerlukan kompresi

tinggi pada campuran bahan bakar udaranya - justru rasio kompresi yang terlalu

tinggi pada mesin bensin akan mengancam terjadinya knocking (fenomena

terbakarnya bahan bakar sebelum waktunya - berpotensi menurunkan performa

mesin dan menimbulkan kerusakan pada komponen mesin). Tingginya rasio

kompresi pada mesin diesel memiliki aspek ganda: secara termodinamika, rasio

kompresi yang tinggi akan meingkatkan efisiensi mesin, namun di sisi lain rasio

kompresi yang tinggi juga menuntut kekuatan material yang lebih tinggi pada

mesin diesel. Perkembangan teknologi pada mesin diesel memungkinkan

penggunaan mesin diesel pada kendaraan-kendaraan pribadi, bahkan hingga

kendaraan mewah.

III.2.3. Bahan Bakar Mesin Diesel

Ada tiga jenis bahan bakar yang dapat digunakan untuk menggerakkan

motor diesel, yaitu : minyak bakar, minyak diesel, dan minyak solar.

Minyak diesel ( MDF atau Middle Diesel Fuel) lebih kental dan lebih

berat dari pada minyak solar, mutu pembakaran (angka setana) lebih rendah dan

kadar sulfur lebih tinggi dari pada minyak solar. Minyak diesel ini digunakan

untuk motor diesel putaran sedang dan rendah, yang bekerja pada kecepatan

tetap, seperti motor diesel untuk industri dan kapal laut.

Minyak bakar ( MFO atau Marine Fuel Oil ) memiliki kekentalan yang

lebih besar dan berat dari pada minyak diesel. Begitu pula dengan mutu

Analisa kualitas..., Ismail Marzuki, FMIPA UI, 2008.


18

pembakarannya yang rendah serta kadar sulfur yang lebih tinggi dibandingkan

minyak diesel. Bahan bakar ini sering digunakan untuk mesin diesel putaran

rendah, seperti mesin diesel untuk kapal laut dan konstruksi baja (alat berat).

Minyak solar adalah bahan bakar yang sering digunakan pada mesin-

mesin putaran tinggi (High Speed Diesel Engines, HSDE), yang bekerja pada

putaran diatas 1000 putaran per menit (rpm) atau lebih. Minyak solar ini memiliki

kriteria seperti : angka setana yang tinggi (min.45), kadar sulfur yang rendah

(maks.0,5% berat) dan viskositas yang rendah (antara 1,6-5,8).

III.2.4. Pencampuran Solar dengan Minyak Tanah

Dilihat dari kemiripan rantai karbon penyusun inti solar dan minyak tanah,

maka pencampuran solar dengan minyak tanah bukanlah sesuatu yang di luar

dugaan. Dari website Pertamina diketahui bahwa minyak tanah memiliki

kandungan sulfur yang lebih rendah dibandingkan solar (minyak tanah 0.2 wt%

sedangkan solar 0.5 wt%). Ini berarti minyak tanah memiliki kemampuan

pelumasan yang lebih buruk dibandingkan solar. Meski lebih baik untuk

lingkungan, penggunaan minyak tanah tanpa aditif pelumas akan menyebabkan

komponen mesin lebih cepat aus dalam jangka panjang. Dari segi korosivitas,

minyak tanah tidak berbeda dengan solar.

Analisa kualitas..., Ismail Marzuki, FMIPA UI, 2008.


19

Belum banyak penelitian yang membahas dampak pencampuran minyak

tanah dan solar terhadap performansi mesin dan emisi gas buangnya. Asfar dan

Hamed (1996) dari Jordan University of Science and Technology melaporkan

bahwa pencampuran solar dan kerosene berhasil meminimalkan dampak negatif

masing-masing komponen dan meningkatkan efisiensi thermal mesin.

Pembakaran kerosene berlangsung pada temperatur tinggi ini berpotensi

menimbulkan NO (Nitrogen Oxide) yang pada kondisi lingkungan akan mudah

membentuk NO2 (Nitrogen Dioxide) yang bersifat racun. Sedangkan dampak

negatif pembakaran solar terhadap manusia terutama terletak pada

ketidakmampuannya untuk menghancurkan semua hidrokarbon (tinggi kadar

UHC = Unburn Hydrocarbon). Dengan pencampuran kerosene dan solar, kedua

dampak negatif tadi, NO dan UHC bisa ditekan. Namun sayang sekali tidak

terdapat penegasan jenis kerosene yang digunakan dalam studi tersebut. Minimal

ini bisa memberikan gambaran dampak thermal dan emisi akibat pencampuran

minyak tanah dengan solar.

III.2.5. Bahan Bakar Solar

Terdapat beberapa kriteria yang perlu diperhatikan pada bahan bakar solar,

diantaranya: (1) Angka setana, yang menunjukkan tingkat kemudahan

keterbakaran (flammability) (2) Sifat korosif bahan bakar terhadap komponen

mesin (3) Potensi endapan/residu yang dapat timbul akibat pembakaran bahan

bakar (4) Sifat lubrikasi bahan bakar terhadap komponen ruang bakar, dan (5)

Analisa kualitas..., Ismail Marzuki, FMIPA UI, 2008.


20

Zat-zat kimia berbahaya yang terdapat di dalam bahan bakar atau merupakan

produk pembakaran (emisi gas buang).

Berdasarkan informasi dari Pertamina, angka cetane solar di Indonesia

berkisar antara 45 sampai 48. Di sisi lain, sulfur memberikan efek pelumasan pada

komponen mesin diesel - sehingga pengurangan kandungan sulfur mewajibkan

produsen untuk memberikan aditif untuk pelumasan.

Berbeda dengan bensin yang memiliki rantai karbon lebih pendek, rantai

karbon solar yang panjang menyebabkan besarnya energi yang diperlukan untuk

menghancurkan seluruh ikatan molekuler pada solar sehingga timbulnya asap

hitam yang khas pada saluran buang mesin diesel yang disebabkan tidak semua

partikel solar dapat dihancurkan. Meski demikian, saat ini telah dikembangkan

teknologi injeksi solar tekanan sangat tinggi (common-rail direct injection) ke

dalam ruang bakar, ini akan membantu penghancuran partikel-partikel solar.

Bahan bakar solar yang baik harus mempunyai beberapa karakteristik, meliputi

antara lain :

A. Angka Setana

Angka setana adalah angka pengujian mesin dari suatu bahan bakar solar

yang menggambarkan sifat kelambatan pembakaran (ignition delay). Angka

setana yang tinggi menandakan makin pendek kelambatan pembakaran, makin

jauh jumlah bahan bakar yang terdapat di dalam ruang bakar pada saat

pembakaran. Karena itu angka setana yang tinggi memberikan kenaikan tekanan

maksimum yang rendah, keduanya ini mengurangi suara pembakaran.

Analisa kualitas..., Ismail Marzuki, FMIPA UI, 2008.


21

Angka setana diperoleh dengan jalan membandingkan kesamaan sifat

pembakaran suatu bahan bakar motor uji dengan sifat pembakaran campuran

setana (n-heksadekana) yang mempunyai angka setana = 100 dengan

α-metilnaftalena yang mempunyai angka setana = 0. angka setana bahan bakar

langsung dinyatakan oleh besarnya persentase volume n-setana dalam campuran

tersebut yang memiliki kesamaan nilai kelambatan pembakaran dan dengan

sendirinya memiliki mutu penyalaan yang sama dangan bahan bakar yang diuji.

Karakteristik angka setana mirip dengan karakteristik angka oktan pada

bensin. Semakin rendah angka oktan, semakin tinggi pengetukan yang terjadi

pada mesin. Pengetukan pada mesin terjadi karena pembakaran tidak normal,

dimana bahan bakar terbakar sendiri sebelum waktunya di dalam ruang bakar.

Pengujian ini sendiri adalah suara yang timbul dari logam, dan mengakibatkan

kerugian tenaga dan getaran mesin yang akibatnya dapat melubangi piston.

Campuran isooktan dengan n-heptana dalam persen volume dipakai

sebagai campuran penbanding terhadap sifat pengetukan. Isooktan dinyatakan

mempunyai angka oktan 100 dan n-heptana bernilai oktan 0 (nol). Sifat

pengetukan ini diuji pada mesin yang dibuat menurut ASTM D-908.

Bilangan setana yang baik dari minyak solar adalah lebih besar dari 30

dengan volatilitas yang tidak terlalu tinggi supaya pembakaran yang terjadi di

dalamnya lebih sempurna. Minyak solar dikehendaki memiliki kekentalan yang

relatif rendah agar mudah mengalir melalui pompa injeksi. Untuk keselamatan

selama penanganan dan penyimpanan, titik nyala harus cukup tinggi agar

terhindar dari bahaya kebakaran pada suhu kamar. Kadar belerang dapat

Analisa kualitas..., Ismail Marzuki, FMIPA UI, 2008.


22

menyebabkan terjadinya keausan pada dinding silinder. Jumlah endapan karbon

pada bahan bakar solar dapat diukur dengan metode Conradson atau Ramsbottom

untuk memperkirakan kecenderungan timbulnya endapan karbon pada nozzle dan

ruang bakar. Abu kemungkinan berasal dari produk mineral dan logam sabun

yang tidak dapat larut dan jika tertinggal dalam dinding dan permukaan mesin

dapat menyebabkan kerusakan nozzle dan menambah deposit dalam ruang bakar.

Air dalam jumlah kecil yang berbentuk dispersi dalam bahan bakar sebenarnya

tidak berbahaya bagi bagian-bagian mesin. Tetapi di daerah dingin, air tersebut

dapat membentuk kristal-kristal es kecil yang dapat menyumbat saringan pada

mesin.

B. Indeks Setana

Angka setana dapat juga dihitung dengan suatu rumus tertentu yang

hasilnya dikenal dengan Indeks Setana. Indeks setana sebagai alternatif

perhitungan angka setana yang memerlukan peralatan mahal dan contoh yang

banyak. Indeks setana dihitung berdasarkan suatu persamaan yang mengandung

variabel-variabel sebagai karakteristik lainnya dari bahan bakar solarl. Penentuan

indeks setana dapat dilakukan dengan metode AOCS (American Oil Chemists

Society) melalui angka penyabunan dan angka iod dari bahan bakar solar dan

ASTM (American Society for Testing and Materials) melalui berat jenis dan suhu

ketika 50% bahan bakar menguap (mid-boi’ling point).

Analisa kualitas..., Ismail Marzuki, FMIPA UI, 2008.


23

C. Kekentalan (Viskositas)

Kekentalan (ASTM D-445) dapat dilukiskan sebagai tahanan dari cairan

untuk mengalir dan biasa ditentukan dengan mencatat waktu mengalir yang

dibutuhkan sejumlah volume tertentu contoh melalui lubang kecil yang sudah

distandarkan, dimana suhu selama pengujian harus tetap. Kekentalan ini penting

diketahui, karena berpengaruh terhadap kemudahan mengalir dan sistem injeksi.

Rumus :

Viskositas (cst) = waktu alir (detik) x faktor labu (cst / detik )

D. Panas Pembakaran (Nilai Kalor)

Panas pembakaran adalah jumlah panas yang dihasilkan, bila bahan bakar

terbakar sempurna, dinyatakan dalam kalori per kilogram contoh.

Tenaga yang dihasilkan dari suatu bahan bakar adalah sebanding dengan

nilai kalor dari bahan bakar tersebut. Dalam jumlah yang sama bahan bakar

dengan nilai kalor rendah akan menghasilkan tenaga yang lebih kecil dari pada

bahan bakar dengan nilai bahan bakar yang tinggi.

E. Indeks Solar

Waktu yang diperlukan untuk awal terjadinya pembakaran pada ruang

bakar motor diesel sesaat setelah penyalaan terjadi disebut sebagai mutu

penyalaan (ignition quality). Semakin cepat pembakaran terjadi, maka bertambah

tinggi tekanan yang dibangkitkan berarti mutu penyalaan bahan bakar itu semakin

baik dan demikian sebaliknya.

Analisa kualitas..., Ismail Marzuki, FMIPA UI, 2008.


24

F. Berat jenis

Berat jenis bukan merupakan suatu indikasi terhadap mutu, tetapi dapat

memberikan suatu gambaran mengenai mutu, jika dihubungkan dengan pengujian

lain. API Gravity adalah merupakan fungsi berat jenis yang lazim digunakan di

USA.

API Gravity = 141,5 - 131,5

Berat jenis 60/60ºF

G. Distilasi (Sifat Penguapan)

Kemudahan suatu cairan berubah menjadi gas, memegang peranan penting

dalam nilai campuran udara dan bahan bakar solar pada saat terjadi penyalaan di

ruang bakar motor diesel. Penentuan sifat penguapan ini dilakukan dengan metoda

ASTM D-86.

H. Kandungan Abu

Abu yang terkandung dalam bahan bakar padat adalah mineral yang tidak

dapat terbakar dan tertinggal di dalam setelah proses pembakaran. Abu dapat

menurunkan mutu bahan bakar, karena menurunkan nilai kalor. Di dalam dapur

atau dalam generator gas, abu dapat meleleh pada suhu tinggi, menghasilkan

massa yang disebut ”slag”.

Adanya Slag dapat menutup aliran udara yang masuk di antara batang-

batang rooster (kisi-kisi) dalam ruang pembakaran, menutupi timbunan bahan

Analisa kualitas..., Ismail Marzuki, FMIPA UI, 2008.


25

bakar dan merusak dapur, serta abu yang terbawa oleh gas asap mengikis bidang

pemanasan ketel.

Bahan bakar solar dikehendaki relatif mudah terbakar sendiri (tanpa harus

dipicu dengan letikan api busi) jika disemprotkan ke dalam udara panas

bertekanan. Tolak ukur dari sifat ini adalah bilangan setana, yang didefinisikan

sebagai % volume n-setana di dalam bahan bakar yang berupa campuran n-setana

(n-C16H34) dan α-metil naftalena (α-CH3-C10H7) serta berkualitas pembakaran di

dalam mesin diesel standar. Normal-setana (suatu hidrokarbon berantai lurus)

sangat mudah terbakar sendiri dan diberi nilai bilangan setana 100, sedangkan

α-metil naftalena (suatu hidrokarbon aromatik bercincin ganda) sangat sukar

terbakar dan diberi nilai bilangan setana nol.

Sesuai dengan peraturan Direktur Jendral Minyak dan Gas Bumi No.

13.K/72/DJM/1999 tanggal 27 Oktober 1999, telah ditetapkan batas sifat-sifat

(spesifikasi) bahan bakar minyak solar yang dapat digunakan secara komersil di

Indonesia.

Analisa kualitas..., Ismail Marzuki, FMIPA UI, 2008.


26

Tabel.3.1 Spesifikasi Minyak Solar Menurut Direktur Jendral

Minyak dan Gas Bumi No. 13.K/72/DJM/1999 tanggal 27 Oktober 1999

No. Parameter Unit Minyak Solar


Min. Maks. Metode ASTM
1. Berat jenis pada 15ºC Kg/m3 815 870 D-1298

2. Angka Setana atau 45 - D-613


Perhitungan indeks Setana 48 - D-976
3. Viskositas kinematik pada mm2/sec 1,6 5,8 D-445
37,8ºC
4. Titik Tuang ºC - 18 D-97

5. Sulpur Content % massa - 0,5 D-1552

6. Korosi lempeng tembaga (3 ASTM No. - No.1 D-130


jam/100ºC)
7. Conradson Carbon Residue % massa - 0,1 D-189
or
Micro Carbon Residue % massa - 0,1 D-4530
(pada 10% vol. dasar)
8. Kandungan air % vol - 0,05 D-95

9. Kandungan sedimen % massa - 0,01 D-473

10. Kandungan debu % massa - 0,01 D-482

11. Netralisasi :
Bilangan asam kuat mg KOH/g - Nil -
Bilangan asam total mg KOH/g - 0,6 -
12. Titik nyala “PMcc” ºC 60 - D-93

13. Destilasi :
Recovery at 300ºC % vol 40 - D-86
14. Warna ASTM No. - No.3 D-1500

Analisa kualitas..., Ismail Marzuki, FMIPA UI, 2008.


27

III.3. Metode Penelitian

Dalam menganalisa kualitas bahan bakar solar diperlukan metode ASTM

dengan beberapa parameter yang digunakan untuk mengetahui kualitas bahan

bakar solar yang akan diujikan dari tiga sampel, solar A berasal dari SPBU

Pertamina, solar B dan C berasal dari PT United Tractors.

Parameter yang diuji pada percobaan ini adalah :

1. Flash Point : ASTM D-93

- Menentukan suhu titik api pada sampel

2. Viskositas 40 0C : ASTM D-445

- Menentukan kekentalan pada sampel.

3. Gravitasi Spesifik (SG) : ASTM D-1298-2001

- Menentukan pengujian spesifik gravitasi (SG) dari minyak bumi,

produk-produk minyak bumi, campuran minyak bumi, dan produk-

produk bukan minyak bumi yang berupa cairan menggunakan

hidrometer kaca.

4. Destilasi : ASTM D-86

- Menentukan trayek didih produk-produk minyak

bumi yang tidak mengandung material residu yang signifikan.

Analisa kualitas..., Ismail Marzuki, FMIPA UI, 2008.


28

5. Titik Tuang : ASTM D-97

- Menentukan titik tuang pada produk minyak bumi.

III.3.1. Flash Point ( PMCC)

III.3.1.1 Peralatan

• Alat Flash Point PMCC

Gambar 3.1 Alat Flash Point PMCC

• Termometer

• LPG

• Korek Api

III.3.1.2. Pengujian

• Sampel dimasukkan ke dalam mangkok PMCC sampai tanda batas.

• Mangkok ditaruh pada alat Flash Point PMCC

Analisa kualitas..., Ismail Marzuki, FMIPA UI, 2008.


29

• Termometer dipasang pada alat Flash Point

• LPG dialirkan untuk pembakaran api pada alat Flash Point tersebut

• Sampel dipanaskan dengan setiap kenaikan 20 C lalu diputar knop pada

alat Flash Point untuk melihat terjadi nyala.

• suhu dicatat ketika sampel tepat terbakar.

III.3.2. Viskositas Kinematik 40 o C

III.3.2.1. Peralatan

• Unit alat bath viskositas

Gambar 3.2 Alat Bath Viskositas

• Labu Ubbelohde 100

• Alat Vakum

• Stopwatch

Analisa kualitas..., Ismail Marzuki, FMIPA UI, 2008.


30

III.3.2.2. Pengujian

• Sampel solar disiapkan sebanyak 5 mL

• Labu Ubbelohde 100 dibilas dengan sampel dengan disedot menggunakan

vakum.

• Lalu dimasukkan kembali sampel ke dalam tube 100 sampai tanda batas

pipa kapiler didalam labu Ubbelohde 100.

• Pemanasan dilakukan pada sampel selama 10 menit di dalam visko bath.

• Setelah dipanaskan, lalu mulai melakukan pengujian pada sampel tersebut.

Sampel disedot pada atas garis tanda batas. Setelah sampel tepat pada garis

tanda batas atas, kita mulai menjalankan stopwatch. Sampel akan mengalir

pada labu tersebut. Ketika sampel sudah tepat pada tanda batas bawah, kita

menghentikan stopwatch. Dicatat waktu nya.

III.3.3. SG ( Spesific Gravity )

III.3.3.1. Peralatan

• Hidrometer Gambar 3.3 Alat Hidrometer

Analisa kualitas..., Ismail Marzuki, FMIPA UI, 2008.


31

• Gelas ukur 250 mL

• Termometer ASTM 12 C

• Kertas Saring

• Lap bersih

III.3.3.2. Pengujian

• Sampel dimasukkan ke dalam gelas ukur 250 mL sampai tanda batas.

• Kertas saring yang bersih disentuhkan pada permukaan bagian sampel

yang diuji untuk menghilangkan gelembung udara yang terbentuk sebelum

memasukkan hidrometer.

• Termometer dimasukkan dan diaduk sampel dengan termometer untuk

memastikan meratanya temperatur dan density diseluruh sampel. Dicatat

temperatur sampel. Dikeluarkan termometer.

• Hidrometer yang cocok dimasukkan ke dalam sampel dan biarkan

hingga posisi setimbang, dilakukan dengan hati-hati untuk mencegah

membasahnya tangkai diatas permukaan dimana hidrometer

mengapung bebas. Diamati bentuk cekungan jika hidrometer ditekan

ke bawah titik kesetimbangan sekitar 1-2 mm dan biarkan kembali

kesetimbangan.

• Hidrometer dibiarkan menjadi diam dengan waktu secukupnya dan

semua gelembung udara mencapai permukaan. Dihilangkan semua

gelembung udara sebelum melakukan pembacaan.

• Jika hidrometer telah mengapung bebas terpisah dari dinding gelas

Analisa kualitas..., Ismail Marzuki, FMIPA UI, 2008.


32

ukur, dibaca skala hidrometer hingga mendekati 1/5 dari skala pembagi

penuh. Dicatat hasilnya.

III.3.4. Destilasi

III.3.4.1. Peralatan

• Unit Alat destilasi

Gambar 3.4 Alat Destilasi

• Labu destilat

• Gelas Ukur

• Termometer

III.3.4.2. Pengujian

• Sampel solar diambil 100 mL ke dalam gelas ukur.

• Lalu sampel dimasukkan dalam labu destilasi yang terhubung dengan

termometer.

Analisa kualitas..., Ismail Marzuki, FMIPA UI, 2008.


33

• Pemanas dinyalakan pada alat destilasi, pemanasan dilakukan dengan

kawat elektrothermal sehingga solar mulai menguap lalu terkondensasi.

• Tetesan pertama disebut IBP (initial boiling point) lalu ditampung dalam

gelas ukur 100 mL dan dicatat suhu nya pada termometer.

• Pencatatan suhu dilakukan pada volume 5, 10, 20, 30, 40, 50, 60, 70, 80,

90, 95 sampai mendekati 100 mL dimana terletak EP (end point) yaitu titik

dimana suhu tidak naik lagi dan destilat tidak menetes lagi.

III.3.5. Titik Tuang

III.3.5.1. Peralatan

• Jar test Titik Tuang 4 buah

• Termometer 4 buah ASTM 5C/IP 1C

• Sumbat tutup karet 4 buah

• Wadah kotak tutup

• Dry es

III.3.5.2. Pengujian

Titik Tuang

• Sampel dituangkan ke dalam jar test sampai tanda batas.

• Jar test ditutup dengan kencang denagn sumbat karet yang membawa

termometer uji. Atur posisi sumbat karet dan termometer tepat kencang

dan termometer berada satu sumbu dengan jar, bulb termometer berada

pada tepat di bawah permukaan solar.

Analisa kualitas..., Ismail Marzuki, FMIPA UI, 2008.


34

• Dry es dituangkan pada kotak tutup yang telah dilengkapi mantel untuk

tempat jar test.

• Jar test dimasukkan pada mantel didalam kotak tersebut. Jangan pernah

menempatkan jar langsung ke dalam media pendingin. Ditutup kotak

tersebut.

• Pada setiap penurunan 1 oC pembacaan termometer uji, dikeluarkan jar

dari kotak dengan cepat tapi tidak mengganggu sampel uji,

• Sampel yang ada di dalam kotak dilihat kembali, apakah sudah membeku

atau belum.

• Suhu kisaran membeku biasanya di bawah 0 oC

• Sampel yang ada di dalam kotak diamati kembali, apabila sudah membeku

lalu jar diangkat dari dalam kotak dan ketika jar dimiringkan tidak

mengalir sampel berarti itulah titik tuangnya. Dicatat suhu nya.

III.3.6. Cara Perhitungan

Viskositas 40oC

Laju Alir (cst) = Waktu alir (s) x Faktor Kalibrasi Labu Ubbelohde 100

SG ( Spesific Gravity )

Rumus API = (141,5 : SG (60/60)) -131,5

Analisa kualitas..., Ismail Marzuki, FMIPA UI, 2008.


35

III.4. Hasil dan Pembahasan.

III.4.1. Hasil Analisa

Flash Point

• Sampel A : 70 0C

• Sampel B : 49 0C

• Sampel C : 53 0C

Viscosity 40 0C

• Sampel A : 274,44 (detik) Æ Viskositas = 4,473 centistoke (cst)

• Sampel B : 143,09 (detik) Æ Viskositas = 2,332 centistoke (cst)

• Sampel C : 154,52 (detik) Æ Viskositas = 2,518 centistoke (cst)

SG & API Gravity

Tabel 3.2 Gravitasi Spesifik Sampel A

Sampel Solar T ( suhu ) SG ( gravitasi Spesifik )

Sampel A 81,95 0F 0,800

65 0F 0,8092

60 0F 0,8096

Analisa kualitas..., Ismail Marzuki, FMIPA UI, 2008.


36

Tabel 3.3 Gravitasi Spesifik Sampel B

Sampel Solar T ( suhu ) SG ( gravitasi Spesifik )

Sampel B 76,55 0F 0,8155

65 0F 0,8224

60 0F 0,8228

Tabel 3.4 Gravitasi Spesifik Sampel C

Sampel Solar T ( suhu ) SG ( gravitasi Spesifik )

Sampel C 77 0F 0,8180

65 0F 0,8250

60 0F 0,8255

Destilasi

Tabel 3.5 Hasil Destilasi Sampel A

Sampel A Suhu ( 0C )

IBP 150 End Point = 356 0C

5 mL 169 Recovery = 98 mL

10 mL 175 Residu = 1 mL

20 mL 188 Loss = 1 mL

30 mL 199 300 0C = 85 mL

40 mL 210

Analisa kualitas..., Ismail Marzuki, FMIPA UI, 2008.


37

50 mL 221

60 mL 233

70 mL 248

80 mL 269

90 mL 307

95 mL 339

Tabel 3.6 Hasil Destilasi Sampel B

Sampel B Suhu ( 0C )

IBP 152 End Point = 368 0C

5 mL 169 Recovery = 99 mL

10 mL 176 Residu = 0,5 mL

20 mL 194 Loss = 0,5 mL

30 mL 210 300 0C = 79 mL

40 mL 225

50 mL 241

60 mL 258

70 mL 277

80 mL 303

90 mL 331

95 mL 349

Analisa kualitas..., Ismail Marzuki, FMIPA UI, 2008.


38

Tabel 3.7 Hasil Destilasi Sampel C

Sampel C Suhu ( 0C )

IBP 154 End Point = 381 0C

5 mL 172 Recovery = 99 mL

10 mL 181 Residu = 0,5 mL

20 mL 197 Loss = 0,5 mL

30 mL 212 300 0C = 75 mL

40 mL 229

50 mL 247

60 mL 266

70 mL 288

80 mL 313

90 mL 347

95 mL 365

Titik Tuang

• Sampel A = -15 0C

• Sampel B = - 7 0C

• Sampel C = -6 0

Analisa kualitas..., Ismail Marzuki, FMIPA UI, 2008.


39

III.4.2. Pembahasan

III.4.2.1 Flash Point

Flash Point adalah angka yang menyatakan suhu terendah dari bahan

bakar minyak yang akan timbul penyalaan api sesaat, apabila pada permukaan

minyak tersebut didekatkan api. Angka titik nyala ini diperlukan untuk

pertimbangan keamanan saat penimbunan minyak atau pengangkutan bahan bakar

minyak terhadap bahaya kebakaran. Angka titik nyala ini dapat juga digunakan

sebagai salah satu indikasi apakah bahan bakar tercampur dengan fraksi-fraksi

ringan dari suatu hidrokarbon. Apabila bahan bakar tercampur dengan fraksi

ringan seperti kerosene atau wash solvent maka angka flash point akan semakin

kecil dan mudah terbakar. Umumnya untuk minyak solar mempunyai Flash Point

minimum sebesar 60 0C. Dari pengujian yang dilakukan, diperoleh Flash Point

untuk sampel A = 70 0C ; sampel B = 49 0C ; sampel C = 53 0C. Dalam pengujian

yang dilakukan, pada sampel B dan C mempunyai Flash Point di bawah 60 0C,

kemungkinan sampel tersebut sudah terkontaminasi dengan fraksi ringan seperti

kerosene. Kerosene mempunyai Flash Point minimum sebesar 37,8 0C yang

menyebabkan pada pengujian tersebut sampel B dan C mempunyai angka flash

point yang rendah karena pada saat pengujian, kerosene terbakar terlebih dahulu

karena putusnya rantai karbon pada kerosene yang kemudian sampel solar pun

ikut terbakar. Pada industri, untuk mencegah hal tersebut biasanya solar

ditambahkan oli untuk menaikkan kembali Flash Point tersebut.

Analisa kualitas..., Ismail Marzuki, FMIPA UI, 2008.


40

III.4.2.2 Viskositas

Viskositas adalah angka yang menyatakan besarnya perlawanan atau

hambatan dari suatu bahan cair untuk mengalir atau ukuran besarnya tahanan

geser dari bahan cair. Makin tinggi viskositas minyak akan semakin kental dan

lebih sulit mengalir, demikian sebaliknya. Viskositas bahan bakar minyak sangat

penting artinya, terutama bagi mesin diesel maupun ketel uap, karena viskositas

minyak sangat berkaitan dengan suplai konsumsi bahan bakar ke dalam ruang

bakar dan juga sangat berpengaruh terhadap kesempurnaan proses pengkabutan

( atomizing ) bahan bakar melalui injektor. Apabila viskositas terlalu tinggi maka

proses atomizing akan terganggu karena kecendrungan bahan bakar yang

mempunyai viskositas tinggi akan sulit dikabutkan, sedangkan untuk bahan bakar

yang mempunyai viskositas rendah dapat menimbulkan abrasif atau gesekan

dalam ruang bakar karena gerakan piston dalam prosesnya membutuhkan

pelumasan. Angka viskositas juga dapat dipakai untuk mengetahui apabila bahan

bakar tercampur fraksi ringan atau tidak. Bila suatu bahan bakar dalam hal ini

solar tercampur dengan bahan-bahan dari fraksi ringan maka nilai viskositasnya

cenderung akan kecil. Pada pengujian viskositas, media pada bak viskositas

menggunakan PAO (base oil) dengan tujuan :

1. Pemanasan pada media lebih stabil dari pada menggunakan air.

2. Mempunyai titik didih yang tinggi sehingga pada pengukuran viskositas

40 0C media tidak mudah menguap dan mendidih.

3. Jika menggunakan air, air dapat menimbulkan korosi pada logam di dalam

bath viskositas.

Analisa kualitas..., Ismail Marzuki, FMIPA UI, 2008.


41

Pada percobaan viskositas, labu ubbelohde yang digunakan dikalibrasi terlebih

dahulu untuk mendapatkan faktor kalibrasi labu tersebut. Kalibrasi dilakukan

dengan menggunakan larutan standar yaitu CRM ( certifikat raw materials )

dengan cara menghitung waktu alir dari labu ubbelohde tersebut yang kemudian

didapat faktor labu tersebut. Dari pengujian yang dilakukan diperoleh angka

viskositas untuk sampel A = 4,473 cst ; sampel B = 2,332 cst ; sampel C = 2,518

cst. Disini terlihat perbedaan yang jauh antara sampel A dengan sampel B dan

sampel C, kemungkinan sampel B dan C terkontaminasi fraksi ringan seperti

kerosene. Kerosene dan solar merupakan senyawa non polar sehingga kerosene

dapat bercampur dengan solar. Kerosene mempunyai molekul relatif yang lebih

rendah daripada solar, hal tersebut dapat terlihat dengan adanya rantai karbon

yang lebih pendek dari pada solar, sehingga viskositas solar yang tercampur

dengan kerosene lebih kecil dari pada solar yang tidak tercampur kerosene.

Semakin besar molekul relatif suatu bahan bakar maka viskositas juga semakin

besar, begitu pula sebaliknya. Tetapi dari data tersebut, ketiga sampel solar masih

termasuk dalam range yang diperbolehkan sesuai tabel dirjen Migas.

III.4.2.3 Spesifik Gravity API

Spesifik Gravity API adalah angka yang menyatakan perbandingan berat

bahan bakar minyak terhadap air pada volume dan temperatur yang sama.

Penggunaan gravitasi spesifik adalah untuk mengukur berat atau massa minyak

bila volumenya telah diketahui. Bahan bakar minyak umumnya mempunyai

specific gravity antara 0,74-0,96 dengan kata lain, berat jenis bahan bakar minyak

Analisa kualitas..., Ismail Marzuki, FMIPA UI, 2008.


42

lebih rendah daripada air. Di Amerika, specific gravity umumnya dinyatakan

dengan satuan yang lain yaitu API Gravity (American Petroleum Institute

Gravity) dengan cara perhitungan sebagai berikut :

API Gravity = 141,5 : Specific Gravity ( 60/60 oF ) – 131,5

Sehingga air pada suhu 60 oF mempunyai API Gravity sebesar 10 dan bahan

bakar minyak mempunyai API Gravity lebih besar dari 10. Dari pengujian yang

dilakukan diperoleh hasil sebagai berikut :

Sampel Solar T ( suhu ) SG ( gravitasi Spesifik )

Sampel A 81,95 0F 0,800

65 0F 0,8092

60 0F 0,8096

API Gravity = 43,3

Sampel Solar T ( suhu ) SG ( gravitasi Spesifik )

Sampel B 76,55 0F 0,8155

65 0F 0,8224

60 0F 0,8228

API Gravity = 40,5

Analisa kualitas..., Ismail Marzuki, FMIPA UI, 2008.


43

Sampel Solar T ( suhu ) SG ( gravitasi Spesifik )

Sampel C 77 0F 0,8180

65 0F 0,8250

60 0F 0,8255

API Gravity = 39,9

Besarnya molekul relatif dari suatu bahan bakar terlihat dari seberapa panjang

rantai karbon yang menyusunnya. Jika molekul relatif dari suatu bahan bakar

tinggi, maka angka gravitasi spesifik nya juga tinggi, begitu pula sebaliknya. Jika

solar tercampur dengan kerosene maka gravitasi spesifiknya turun karena rantai

karbon kerosene lebih pendek dari pada solar serta kerosene dan solar merupakan

senyawa non polar. Makin besar gravitasi spesifik suatu bahan bakar solar, makin

tinggi nilai kalorinya dan semakin bagus kualitas solar tersebut. Dari ketiga data

tersebut, nilai gravitasi spesifik dan API masih memenuhi range yang

diperbolehkan.

III.4.2.4 Destilasi

Destilasi suatu bahan bakar bertujuan untuk mengetahui potongan fraksi

dari suatu bahan bakar solar dan karakteristik solar tersebut. Juga bisa digunakan

sebagai pertimbangan apabila bahan bakar solar tersebut tercampur dengan fraksi-

fraksi dibawah solar dengan melihat Initial Boiling Point ( IBP ), apabila IBP

terlalu rendah maka ada kemungkinan solar tercampur dengan fraksi ringan.

Analisa kualitas..., Ismail Marzuki, FMIPA UI, 2008.


44

Suhu minimum IBP adalah 190 0C. Pada 95% volum, maka suhu maksimal adalah

370 0C, bila diatas suhu tersebut maka solar tersebut terkontaminasi fraksi berat.

Bila kita mengacu kepada dirjen Migas tertulis pada range destilasi 300 oC

= 40 % volume minimum. Dengan mendapatkan distilat kurang dari 40 % pada

suhu 300 oC, kemungkinan solar ini mengandung pelumas dan lilin/wax yang

banyak ( umumnya pelumas dan lilin ini banyak ditemui pada temperatur diatas

300 oC ). Kualitas bahan bakar seperti ini rendah, karena pelumas dan lilin

mempunyai nilai kualitas bakar ( Caloric Value ) yang rendah. Kemungkinan

yang lain juga untuk mencegah terjadinya pencampuran solar dengan fraksi

pertengahan destilat seperti gemuk (grease), vaseline, minyak pelumas hingga

heavy destilat seperti lilin (wax), aspal dan lain-lain. Semakin panjang rantai

karbon bahan bakar maka titik didihnya juga semakin besar, begitu pula

sebaliknya. Namun bila solar tercampur fraksi ringan atau berat dapat dilihat dari

initial boiling pointnya dan suhu 95% volume. Dari pengujian yang dilakukan,

ketiga sampel tersebut mempunyai nilai IBP di bawah nilai minimum,

kemungkinan dari ketiga sampel solar tersebut sudah tercampur dengan fraksi

ringan seperti kerosene, tapi bila kita lihat pada suhu pada 300 0C dimana volume

nya diatas 40% maka ketiga sampel solar tersebut masih normal dan memenuhi

standar yang diperbolehkan untuk digunakan.

Analisa kualitas..., Ismail Marzuki, FMIPA UI, 2008.


45

III.4.2.5 Titik Tuang

Titik Tuang (pour point) adalah angka yang menyatakan suhu terendah

dari bahan bakar minyak yang masih dapat mengalir karena gaya gravitasi. Nilai

titik tuang ini dibutuhkan sehubungan dengan persyaratan praktis dari prosedur

penimbunan dan pemakaian dari bahan bakar minyak. Hal ini dikarenakan bahan

bakar minyak sering sulit dipompa apabila suhu telah mencapai di bawah titik

tuangnya. Oleh karena itu titik tuang yang rendah sering kali dijumpai hanya

dengan angka setana yang lebih rendah atau volatilitas yang lebih tinggi, maka

spesifikasi titik tuang hendaknya tidak ditetapkan lebih rendah dari pada

keperluan untuk pemakaian bahan bakar di bawah kondisi iklim yang telah

diketahui sebelumnya. Pada umumnya pembuat mesin diesel merekomendasikan

bahwa bahan bakar yang akan digunakan untuk suatu mesin hendaknya

mempunyai titik tuang 6 0C lebih rendah dari pada temperatur atmosfir terendah

di mana mesin itu digunakan. Dari pengujian diperoleh hasil sebagai berikut :

• Sampel A = - 15 0C

• Sampel B = - 7 0C

• Sampel C = - 6 0C

Dari data tersebut, sampel B dan C kemungkinan terkontaminasi dengan fraksi

ringan seperti kerosene. Karena fraksi ringan seperti kerosene mempunyai rantai

karbon lebih pendek dari pada solar maka sample solar yang mengandung

kerosene akan lebih mudah membeku karena kerosene dan solar merupakan

senyawa non polar yang mudah bercampur.

Analisa kualitas..., Ismail Marzuki, FMIPA UI, 2008.


46

Kesimpulan

Dari semua analisa yang dilakukan bahwa ketiga sampel solar tersebut

masih memenuhi persyaratan untuk digunakan oleh masyarakat karena nilai-nilai

analisa yang didapat masih termasuk dalam standar nilai yang diperbolehkan oleh

Direktur Jendral Minyak dan Gas Bumi.

Analisa kualitas..., Ismail Marzuki, FMIPA UI, 2008.


47

BAB 1V

PENUTUP

IV.1 Hasil Praktek Kerja Lapangan (PKL)

Hasil yang diperoleh penulis setelah melaksanakan Praktik Kerja

Lapangan (PKL) di Laboratorium Lubricant PT. Petrolab Services adalah :

1. Penulis mendapatkan ilmu pengetahuan dan wawasan yang berarti

mengenai bahan bakar minyak dan minyak pelumas.

2. Penulis mendapatkan ilmu pengetahuan dan wawasan yang berarti

mengenai bahan bakar solar.

3. Penulis dapat mengetahui kualitas bahan bakar solar yang baik.

4. Penulis dapat memahami dan mengoperasikan peralatan yang digunakan

dalam penentuan kualitas bahan bakar solar dengan beberapa metode

ASTM.

5. Penulis dapat mengetahui prinsip kerja dari analisis yang telah dilakukan.

IV.2 Manfaat Praktek Kerja Lapangan (PKL)

Manfaat yang diperoleh penulis setelah pelaksanaan Praktek Kerja Lapangan

(PKL) antara lain :

1. Mengetahui prinsip dan cara kerja peralatan yang digunakan dalam

penentuan flash point (PMCC), titik tuang, specivic gravity, viscosity 40


0
C, destilasi.

Analisa kualitas..., Ismail Marzuki, FMIPA UI, 2008.


48

2. Meningkatkan pengetahuan dan wawasan dibidang analisis sampel.

3. Dapat menjalin kerjasama yang baik antara instansi/lembaga/industri

dengan lembaga pendidikan.

4. Memperoleh bekal dan gambaran mengenai dunia kerja.

5. Dapat mengaplikasikan dan mempraktekkan ilmu pengetahuan dan

wawasan yang diperoleh dalam perkuliahan.

6. Peningkatan sikap mandiri dan kreatif dalam menghadapi suatu masalah.

IV.3 Saran

1. Sebelum pelaksanaan PKL, diharapkan mahasiswa terlebih dahulu

mempelajari kegiatan yang akan dilaksanakan selama PKL, sehingga

mempermudah mahasiswa dalam pelaksanaannya.

2. Laboratorium Lubricant PT. Petrolab Services tetap mempertahankan

suasana kerja yang sangat kekeluargaan dan tetap memberikan bimbingan

yang terbaik terhadap mahasiswa/i yang melakukan PKL.

3. Dalam melakukan pekerjaan di laboratorium hendaknya selalu

menggunakan alat-alat keselamatan kerja.

4. Untuk Program D3 Kimia Terapan, diharapkan untuk lebih meningkatkan

kerjasama dengan berbagai instansi baik pemerintah maupun swasta

sehingga dapat mempermudah pelaksanaan PKL di masa yang akan

datang.

Analisa kualitas..., Ismail Marzuki, FMIPA UI, 2008.


49

Tabel 3.8 Perbandingan Hasil Pengujian dengan Ketentuan Dirjen Migas

Sampel A Sampel B Sampel C Dirjen Migas

Flash Point 70 0C 49 0C 53 0C Min 60 0C


PMCC

Viskositas 37,8 4,473 cst 2,332 cst 2,518 cst 1,6-5,8 cst
0
C

SG 60/60 0F 0,8096 0,8228 0,8255 0,820-0,870

API 60/60 0F 43,3 40,5 39,9 31-41

Titik Tuang -15 0C -7 0C -6 0C Maks 18 0C

Destilasi
Recovery at 85 mL 79 mL 75 mL Min 40 mL
300 0C

Analisa kualitas..., Ismail Marzuki, FMIPA UI, 2008.


50

DAFTAR PUSTAKA

Ahadiat, Nur. 1987. Minyak Solar, Mutu dan Penggunaan, Lembaran Publikasi

Lemigas No.3. Jakarta: Pusat Penelitian dan Pengembangan Teknologi

Minyak dan Gas Bumi ”Lemigas”.

SAE Handbook, vol. 3. 1986. Engines, Fuels, Lubricants, Emission & Noise.

USA : Society of Automotive Engineers Inc.

American Society for Testing and Materials [ASTM]. 2004. ASTM and Other

Specifications and Classifications for Petroleum Products and Lubricants

Volume 05.01. Philadelphia : ASTM.

Fessenden, Realp J dan Joan S. Fesssenden. 1982. Kimia Organik Edisi Ketiga.

Jakarta : Erlangga.

Lubrizol. 2002. Ready Reference for Lubricant and Fuel Performance. The

Lubrizol Corporation.

Underwood, A.L dan R.A. Day, Jr. 1986. Analisis Kimia Kuantitatif Edisi Kelima.

Jakarta : Erlangga.

La Puppung, Pallawagau. 1985. Pelumas untuk Motor Diesel, Lembaran

Publikasi Lemigas. Jakarta: Pusat Penelitian dan Pengembangan

Teknologi Minyak dan Gas Bumi ”Lemigas”.

Dr. Weissmann, J. 1972. Fuels of Internal Combustion Engines and Furnaces.

Jakarta : Lembaga Minyak dan Gas Bumi.

Analisa kualitas..., Ismail Marzuki, FMIPA UI, 2008.


51

Dr. Amstrong, G. 1989. Residual Fuels in Medium Speed Engines.

UK : Department of Marine Technology, The University Newcastle

Arismunandar, Wiranto dan Koichi Tsuda. 1975. Motor Diesel Putaran Tinggi.

Jakarta : Pradnya Paramita.

http://www.google.com (Jumat, 5 Desember 2008, pukul 16.30 WIB)

http://id.wikipedia.org/wiki/Minyak_bumi (Jumat, 28 November 2008, pukul

16.00 WIB).

http://id.wikipedia.org/wiki/Diesel (Selasa, 4 November 2008, pukul 07.00 WIB)

http://spark-indonesia.com/SparkDieselSupplementDetail.html (Jumat, 5

September 2008, pukul 09.00 WIB).

Analisa kualitas..., Ismail Marzuki, FMIPA UI, 2008.


52

Lampiran 1. Perhitungan Viskositas Kinematik 40 0C

Viskositas ( cst ) = waktu alir ( s ) x faktor Labu ( cst/s )

Sampel A = 274,44 ( s ) x 0,0163 ( cst/s )

= 4,473 cst

Sampel B = 143,09 ( s ) x 0,0163 ( cst/s )

= 2,332 cst

Sampel C = 154,52 ( s ) x 0,0163 ( cst/s )

= 2,518 cst

Lampiran 2. Perhitungan API Gravity

API Gravity = 141,5 : Specific Gravity ( 60/60 oF )-131,5

Sampel A = ( 141,5 : 0,8096 ) – 131,5

= 43,3

Sampel B = ( 141,5 : 0,8228 ) – 131,5

= 40,5

Sampel C = ( 141,5 : 0,8255 ) – 131,5

= 39,9

Analisa kualitas..., Ismail Marzuki, FMIPA UI, 2008.

Anda mungkin juga menyukai