METODE ASTM
Disusun oleh :
ISMAIL MARZUKI
2305311418
DEPARTEMEN KIMIA
UNIVERSITAS INDONESIA
DEPOK
2008
LEMBAR PENGESAHAN
METODE ASTM
Disusun oleh:
ISMAIL MARZUKI
2305311418
Menyetujui,
ii
Alhamdulillah, puji dan syukur penulis panjatkan ke hadirat Allah SWT yang
Pada kesempatan ini penulis mengucapkan terima kasih kepada seluruh pihak
yang telah membantu selama kegiatan Praktik Kerja Lapangan maupun dalam
berbagai pihak, oleh karena itu penulis ingin berterima kasih kepada :
FMIPA UI.
3. Bapak Drs. Erzi Rizal Azwar sebagai pembimbing akademis saya yang telah
iii
Lapangan.
semuanya ya..”
8. Ibu & Ayah ( miss u ) serta keluarga atas motivasi, perhatian, kasih sayang,
doa yang tak pernah putus, dan dukungannya baik moril dan materil yang
ini.
9. Mba Nana, Mas Bayu, Kak Selfi, Pak Asbari, Pak Nurudin, Vino, Mas
Rephai, Pak Sartono, Mba Suci, Mba Endri, Mas Hendra, Mas Yogi, Kak
Ana, Mba Mia, Pak Ma’ruf, Mas Koko, Mas Budi, Mba Dewi dan semua
telah banyak membantu penulis selama kegiatan PKL, serta atas ilmu dan
10. Anak-anak kos D n D “Sahabat Terbaik yang pernah aku punya, terima kasih
atas motivasi, bantuan dan pemberian pertolongan pertama ketika ajal mau
menjemput hehe..
iv
kerjasamanya.
12. Teman-teman KT Angkatan 2005, atas kebersamaan dan kenangan yang tak
13. Senior dan Junior KT, “terima kasih buat semangatnya, selalu jaga keluarga
KT…”
Semua pihak yang tidak dapat penulis sebutkan satu persatu, yang
laporan PKL, Penyusunan laporan Praktik Kerja Lapangan ini disadari masih
jauh dari sempurna. Oleh karena itu sangat diharapkan saran dan kritik yang
Akhir kata penulis berharap semoga laporan ini dapat bermanfaat bagi
pada umumnya.
Penulis
UNIVERSITAS INDONESIA
DEPOK
2008
Tujuan percobaan ini adalah untuk mengetahui kualitas bahan bakar solar dengan
beberapa metode uji ASTM. Umumnya bahan bakar yang diproduksi memiliki sifat-
sifat sesuai dengan standar spesifikasi yang telah ditetapkan untuk bahan bakar yang
dijual secara komersial. Namun penurunan mutu bahan bakar dapat terjadi seperti
adanya pencampuran solar dengan kerosene, solar dengan oli, atau dapat juga terjadi
dapat dikurangi dengan menjaga tangki penyimpanan bebas dari air dan dari zat-zat
kimia berbahaya yang terdapat di dalam bahan bakar atau merupakan produk
perlu diawasi dan dirawat secara teratur untuk menjamin agar mesin tetap berjalan
vi
atau mesin yang digunakannya. Metode yang digunakan adalah ASTM D-1298 untuk
penentuan gravitasi spesifik, ASTM D-93 untuk penentuan flash point, ASTM D-445
untuk penentuan viskositas 40 0C, ASTM D-97 untuk penentuan titik tuang dan titik
Hasil pengujian menunjukkan bahwa ketiga sampel solar tersebut masih masuk dalam
vii
ABSTRAK ................................................................................................................... vi
viii
ix
LAMPIRAN ................................................................................................................ 52
Tabel 3.8 Perbandingan Hasil Pengujian dengan Ketentuan Dirjen Migas ............ 49
xi
xii
xiii
PENDAHULUAN
alamnya dan sebagai salah satu negara berkembang saat ini, tidak terlepas dari
teknologi perlu persaingan dalam bidang industri, maka industri perlu kemampuan
sehingga dapat menghasilkan produk baru yang memiliki kualitas yang lebih baik
dan dapat bersaing dan mensejajarkan diri dengan negara lain yang lebih maju.
Salah satu sektor yang perlu dipersiapkan adalah kualitas sumber daya
manusia. Sumber daya manusia yang berkualitas sangat dibutuhkan untuk dapat
penduduk yang besar, sumber daya manusia menjadi salah satu modal dasar bagi
mewujudkan sumber daya yang terampil, mandiri, kreatif, inovatif, dan berjiwa
wirausaha.
tinggi yang berbasis ilmu pengetahuan dan teknologi mempunyai peran sangat
besar dalam mencetak dan menghasilkan sumber daya manusia yang berkompeten
agar mahasiswa dapat melihat langsung penerapan ilmu kimia baik dalam bidang
yang diperoleh selama menuntut ilmu kimia pada dunia industri, diharapkan
industri kimia. Selain itu, dapat menjadi evaluasi bagi pihak industri tentang
Tujuan Praktik Kerja Lapangan meliputi tujuan umum dan khusus, antara lain :
g) Menjalin kerjasama yang baik antara pihak Program DIII Kimia Terapan
peluang bagi mahasiswa lain yang ingin melakukan Praktik Kerja Lapangan di
dengan judul laporan yang ingin ditulis. Untuk itu, mahasiswa diwajibkan untuk
menuangkan hasil karyanya dalam bentuk tulisan ke dalam laporan yang meliputi
Tinjauan Pustaka
Berisi teori dari data yang bersumber dari buku dan informasi ilmiah
ini.
Tinjauan Lapangan
Pengumpulan Data
penulisan laporan.
Pembuatan Laporan
tugas akhir.
BAB II
PT. Petrolab Services yang berlokasi di Graha Pemuda Mas Commercial Centre
Bakar, dan Raw Material Analysis. Berdiri sejak tahun 2000 dan saat ini telah
2000 untuk parameter lubricant & Fuel analysis. Dengan demikian tentunya data
yang keluar dari Petrolab Services telah mempunyai kekuatan penuh dan
fasilitas lainnya yang kesemua peralatan tersebut terkalibrasi dengan baik dan
berkala.
jasa pelayanan di bidang Minyak dan Gas Bumi, Pelumas dan Bahan terkait
lainnya, Industrial Hygiene, Kesehatan Kerja dan Lingkungan Hidup dan Raw
di bidang lubricant.
Fasilitas utama untuk menjalankan fungsi dan tugas PT. Petrolab Services
diantaranya adalah :
3. Komputer
4. Tenaga Ahli
5. Internet
6. Ruang Pelatihan
II.6. Kegiatan
melaksanakan kegiatan yang tersusun dalam berbagai program yaitu tentang studi,
penelitian maupun pelayanan jasa. Jasa penelitian yang dapat diberikan oleh PT.
etc)
9 TCLP Analysis
Adapun prosedur yang dilalui oleh setiap sampel yang masuk dapat dilihat
sebagai berikut :
penerima sampel.
3. Setelah analisis selesai hasil akan diperiksa oleh bagian Quality Control
meningkatkan daya saing. Kualitas barang atau jasa yang dihasilkan sangat
ditentukan oleh kualitas sumber daya manusia. Sumber daya manusia yang
Jam kerja di PT. Petrolab Services Indonesia dimulai pukul 08.30 WIB
hingga pukul 16.30 WIB, dengan waktu istirahat selama 60 menit mulai pukul
12.00-13.00 WIB. Dalam waktu satu minggu terdapat lima hari kerja, dari hari
Senin sampai Jumat. Jumlah jam kerja seminggu sesuai dengan ketentuan
kerja, setiap karyawan memiliki kartu jam kerja sehingga perusahaan dapat
Indonesia.
sepatu keselamatan, dan lain-lain. Bagi pekerja yang lalai dikenakan sanksi
kebakaran, alarm, boorwater atau eyewash, dan lain sebagainya. Bagi pegawai
maupun keluarga yang sakit, biaya pengobatan diganti 50% oleh perusahaan, dan
juga secara rutin diadakan pemeriksaan mata. Selain itu kesehatan pegawai
merupakan hal utama bagi perusahaan, maka setiap satu kali sebulan disediakan
1. Dengan kebijakan ini, Petrolab Services dan cabangnya mengakui usaha dan
keuntungan legal dengan cara yang pantas. Kebijakan ini untuk diterapkan dan
2. Seluruh karyawan setiap saat harus bertingkah laku dan bekerja di perusahaan
4. Petunjuk dan/atau bantuan yang jelas harus diberikan kepada karyawan demi
5. Taat terhadap kebijakan ini harus dilaksanakan. Gagal mentaati kebijakan ini
BAB III
PELAKSANAAN PKL
Jakarta. Pelaksanaan Praktek Kerja Lapangan (PKL) dimulai tanggal 16 Juni 2008
Bahan bakar minyak (BBM) yang umum dikenal dan dipakai oleh
masyarakat adalah minyak tanah, solar, bensin, avtur (bahan bakar pesawat).
Produk minyak bumi tersebut sebagian besar terdiri dari hidrokarbon (tersusun
atas atom hidrogen dan karbon) serta sejumlah zat lain, seperti nitrogen, oksigen,
sulfur, dan sejumlah kecil unsur logam. Produk minyak bumi tersebut dipisahkan
titik didihnya, dari yang paling ringan yaitu fraksi nafta dengan daerah titik didih -
1º C sampai 150º C sampai dengan minyak lumas dengan titik didih di atas 400ºC.
Temperatur distilasi akan menentukan produk yang dihasilkan dari minyak bumi.
Minyak tanah (light kerosene) memiliki rentang rantai karbon dari C10 - C15,
e. Bensin Premium
g. Minyak Solar
h. Minyak Diesel
i. Minyak Bakar
Dunia otomotif pada umumnya didominasi oleh mesin diesel dan bensin.
Perbedaan prinsip antara kedua mesin tersebut terletak pada pengapian bahan
dipicu oleh percikan listrik pada busi). Mesin diesel memiliki rasio kompresi
(perbandingan antara volume total silinder dan volume sisa/dead space) yang
sangat tinggi: bisa mencapai 25:1. Tingginya rasio kompresi ini merupakan
menghasilkan tekanan dan temperatur tinggi pada udara di dalam silinder. Pada
tinggi pada campuran bahan bakar udaranya - justru rasio kompresi yang terlalu
kompresi pada mesin diesel memiliki aspek ganda: secara termodinamika, rasio
kompresi yang tinggi akan meingkatkan efisiensi mesin, namun di sisi lain rasio
kompresi yang tinggi juga menuntut kekuatan material yang lebih tinggi pada
kendaraan mewah.
Ada tiga jenis bahan bakar yang dapat digunakan untuk menggerakkan
motor diesel, yaitu : minyak bakar, minyak diesel, dan minyak solar.
Minyak diesel ( MDF atau Middle Diesel Fuel) lebih kental dan lebih
berat dari pada minyak solar, mutu pembakaran (angka setana) lebih rendah dan
kadar sulfur lebih tinggi dari pada minyak solar. Minyak diesel ini digunakan
untuk motor diesel putaran sedang dan rendah, yang bekerja pada kecepatan
Minyak bakar ( MFO atau Marine Fuel Oil ) memiliki kekentalan yang
lebih besar dan berat dari pada minyak diesel. Begitu pula dengan mutu
pembakarannya yang rendah serta kadar sulfur yang lebih tinggi dibandingkan
minyak diesel. Bahan bakar ini sering digunakan untuk mesin diesel putaran
rendah, seperti mesin diesel untuk kapal laut dan konstruksi baja (alat berat).
Minyak solar adalah bahan bakar yang sering digunakan pada mesin-
mesin putaran tinggi (High Speed Diesel Engines, HSDE), yang bekerja pada
putaran diatas 1000 putaran per menit (rpm) atau lebih. Minyak solar ini memiliki
kriteria seperti : angka setana yang tinggi (min.45), kadar sulfur yang rendah
Dilihat dari kemiripan rantai karbon penyusun inti solar dan minyak tanah,
maka pencampuran solar dengan minyak tanah bukanlah sesuatu yang di luar
kandungan sulfur yang lebih rendah dibandingkan solar (minyak tanah 0.2 wt%
sedangkan solar 0.5 wt%). Ini berarti minyak tanah memiliki kemampuan
pelumasan yang lebih buruk dibandingkan solar. Meski lebih baik untuk
komponen mesin lebih cepat aus dalam jangka panjang. Dari segi korosivitas,
tanah dan solar terhadap performansi mesin dan emisi gas buangnya. Asfar dan
dampak negatif tadi, NO dan UHC bisa ditekan. Namun sayang sekali tidak
terdapat penegasan jenis kerosene yang digunakan dalam studi tersebut. Minimal
ini bisa memberikan gambaran dampak thermal dan emisi akibat pencampuran
Terdapat beberapa kriteria yang perlu diperhatikan pada bahan bakar solar,
mesin (3) Potensi endapan/residu yang dapat timbul akibat pembakaran bahan
bakar (4) Sifat lubrikasi bahan bakar terhadap komponen ruang bakar, dan (5)
Zat-zat kimia berbahaya yang terdapat di dalam bahan bakar atau merupakan
berkisar antara 45 sampai 48. Di sisi lain, sulfur memberikan efek pelumasan pada
Berbeda dengan bensin yang memiliki rantai karbon lebih pendek, rantai
karbon solar yang panjang menyebabkan besarnya energi yang diperlukan untuk
hitam yang khas pada saluran buang mesin diesel yang disebabkan tidak semua
partikel solar dapat dihancurkan. Meski demikian, saat ini telah dikembangkan
Bahan bakar solar yang baik harus mempunyai beberapa karakteristik, meliputi
antara lain :
A. Angka Setana
Angka setana adalah angka pengujian mesin dari suatu bahan bakar solar
jauh jumlah bahan bakar yang terdapat di dalam ruang bakar pada saat
pembakaran. Karena itu angka setana yang tinggi memberikan kenaikan tekanan
pembakaran suatu bahan bakar motor uji dengan sifat pembakaran campuran
sendirinya memiliki mutu penyalaan yang sama dangan bahan bakar yang diuji.
bensin. Semakin rendah angka oktan, semakin tinggi pengetukan yang terjadi
pada mesin. Pengetukan pada mesin terjadi karena pembakaran tidak normal,
dimana bahan bakar terbakar sendiri sebelum waktunya di dalam ruang bakar.
Pengujian ini sendiri adalah suara yang timbul dari logam, dan mengakibatkan
kerugian tenaga dan getaran mesin yang akibatnya dapat melubangi piston.
mempunyai angka oktan 100 dan n-heptana bernilai oktan 0 (nol). Sifat
pengetukan ini diuji pada mesin yang dibuat menurut ASTM D-908.
Bilangan setana yang baik dari minyak solar adalah lebih besar dari 30
dengan volatilitas yang tidak terlalu tinggi supaya pembakaran yang terjadi di
relatif rendah agar mudah mengalir melalui pompa injeksi. Untuk keselamatan
selama penanganan dan penyimpanan, titik nyala harus cukup tinggi agar
terhindar dari bahaya kebakaran pada suhu kamar. Kadar belerang dapat
pada bahan bakar solar dapat diukur dengan metode Conradson atau Ramsbottom
ruang bakar. Abu kemungkinan berasal dari produk mineral dan logam sabun
yang tidak dapat larut dan jika tertinggal dalam dinding dan permukaan mesin
dapat menyebabkan kerusakan nozzle dan menambah deposit dalam ruang bakar.
Air dalam jumlah kecil yang berbentuk dispersi dalam bahan bakar sebenarnya
tidak berbahaya bagi bagian-bagian mesin. Tetapi di daerah dingin, air tersebut
mesin.
B. Indeks Setana
Angka setana dapat juga dihitung dengan suatu rumus tertentu yang
perhitungan angka setana yang memerlukan peralatan mahal dan contoh yang
indeks setana dapat dilakukan dengan metode AOCS (American Oil Chemists
Society) melalui angka penyabunan dan angka iod dari bahan bakar solar dan
ASTM (American Society for Testing and Materials) melalui berat jenis dan suhu
C. Kekentalan (Viskositas)
untuk mengalir dan biasa ditentukan dengan mencatat waktu mengalir yang
dibutuhkan sejumlah volume tertentu contoh melalui lubang kecil yang sudah
distandarkan, dimana suhu selama pengujian harus tetap. Kekentalan ini penting
Rumus :
Panas pembakaran adalah jumlah panas yang dihasilkan, bila bahan bakar
Tenaga yang dihasilkan dari suatu bahan bakar adalah sebanding dengan
nilai kalor dari bahan bakar tersebut. Dalam jumlah yang sama bahan bakar
dengan nilai kalor rendah akan menghasilkan tenaga yang lebih kecil dari pada
E. Indeks Solar
bakar motor diesel sesaat setelah penyalaan terjadi disebut sebagai mutu
tinggi tekanan yang dibangkitkan berarti mutu penyalaan bahan bakar itu semakin
F. Berat jenis
Berat jenis bukan merupakan suatu indikasi terhadap mutu, tetapi dapat
lain. API Gravity adalah merupakan fungsi berat jenis yang lazim digunakan di
USA.
dalam nilai campuran udara dan bahan bakar solar pada saat terjadi penyalaan di
ruang bakar motor diesel. Penentuan sifat penguapan ini dilakukan dengan metoda
ASTM D-86.
H. Kandungan Abu
Abu yang terkandung dalam bahan bakar padat adalah mineral yang tidak
dapat terbakar dan tertinggal di dalam setelah proses pembakaran. Abu dapat
menurunkan mutu bahan bakar, karena menurunkan nilai kalor. Di dalam dapur
atau dalam generator gas, abu dapat meleleh pada suhu tinggi, menghasilkan
Adanya Slag dapat menutup aliran udara yang masuk di antara batang-
bakar dan merusak dapur, serta abu yang terbawa oleh gas asap mengikis bidang
pemanasan ketel.
Bahan bakar solar dikehendaki relatif mudah terbakar sendiri (tanpa harus
dipicu dengan letikan api busi) jika disemprotkan ke dalam udara panas
bertekanan. Tolak ukur dari sifat ini adalah bilangan setana, yang didefinisikan
sebagai % volume n-setana di dalam bahan bakar yang berupa campuran n-setana
sangat mudah terbakar sendiri dan diberi nilai bilangan setana 100, sedangkan
Sesuai dengan peraturan Direktur Jendral Minyak dan Gas Bumi No.
(spesifikasi) bahan bakar minyak solar yang dapat digunakan secara komersil di
Indonesia.
11. Netralisasi :
Bilangan asam kuat mg KOH/g - Nil -
Bilangan asam total mg KOH/g - 0,6 -
12. Titik nyala “PMcc” ºC 60 - D-93
13. Destilasi :
Recovery at 300ºC % vol 40 - D-86
14. Warna ASTM No. - No.3 D-1500
bakar solar yang akan diujikan dari tiga sampel, solar A berasal dari SPBU
hidrometer kaca.
III.3.1.1 Peralatan
• Termometer
• LPG
• Korek Api
III.3.1.2. Pengujian
• LPG dialirkan untuk pembakaran api pada alat Flash Point tersebut
III.3.2.1. Peralatan
• Alat Vakum
• Stopwatch
III.3.2.2. Pengujian
vakum.
• Lalu dimasukkan kembali sampel ke dalam tube 100 sampai tanda batas
Sampel disedot pada atas garis tanda batas. Setelah sampel tepat pada garis
tanda batas atas, kita mulai menjalankan stopwatch. Sampel akan mengalir
pada labu tersebut. Ketika sampel sudah tepat pada tanda batas bawah, kita
III.3.3.1. Peralatan
• Termometer ASTM 12 C
• Kertas Saring
• Lap bersih
III.3.3.2. Pengujian
memasukkan hidrometer.
kesetimbangan.
ukur, dibaca skala hidrometer hingga mendekati 1/5 dari skala pembagi
III.3.4. Destilasi
III.3.4.1. Peralatan
• Labu destilat
• Gelas Ukur
• Termometer
III.3.4.2. Pengujian
termometer.
• Tetesan pertama disebut IBP (initial boiling point) lalu ditampung dalam
• Pencatatan suhu dilakukan pada volume 5, 10, 20, 30, 40, 50, 60, 70, 80,
90, 95 sampai mendekati 100 mL dimana terletak EP (end point) yaitu titik
dimana suhu tidak naik lagi dan destilat tidak menetes lagi.
III.3.5.1. Peralatan
• Dry es
III.3.5.2. Pengujian
Titik Tuang
• Jar test ditutup dengan kencang denagn sumbat karet yang membawa
termometer uji. Atur posisi sumbat karet dan termometer tepat kencang
dan termometer berada satu sumbu dengan jar, bulb termometer berada
• Dry es dituangkan pada kotak tutup yang telah dilengkapi mantel untuk
• Jar test dimasukkan pada mantel didalam kotak tersebut. Jangan pernah
tersebut.
• Sampel yang ada di dalam kotak dilihat kembali, apakah sudah membeku
atau belum.
• Sampel yang ada di dalam kotak diamati kembali, apabila sudah membeku
lalu jar diangkat dari dalam kotak dan ketika jar dimiringkan tidak
Viskositas 40oC
Laju Alir (cst) = Waktu alir (s) x Faktor Kalibrasi Labu Ubbelohde 100
SG ( Spesific Gravity )
Flash Point
• Sampel A : 70 0C
• Sampel B : 49 0C
• Sampel C : 53 0C
Viscosity 40 0C
65 0F 0,8092
60 0F 0,8096
65 0F 0,8224
60 0F 0,8228
Sampel C 77 0F 0,8180
65 0F 0,8250
60 0F 0,8255
Destilasi
Sampel A Suhu ( 0C )
5 mL 169 Recovery = 98 mL
10 mL 175 Residu = 1 mL
20 mL 188 Loss = 1 mL
30 mL 199 300 0C = 85 mL
40 mL 210
50 mL 221
60 mL 233
70 mL 248
80 mL 269
90 mL 307
95 mL 339
Sampel B Suhu ( 0C )
5 mL 169 Recovery = 99 mL
30 mL 210 300 0C = 79 mL
40 mL 225
50 mL 241
60 mL 258
70 mL 277
80 mL 303
90 mL 331
95 mL 349
Sampel C Suhu ( 0C )
5 mL 172 Recovery = 99 mL
30 mL 212 300 0C = 75 mL
40 mL 229
50 mL 247
60 mL 266
70 mL 288
80 mL 313
90 mL 347
95 mL 365
Titik Tuang
• Sampel A = -15 0C
• Sampel B = - 7 0C
• Sampel C = -6 0
III.4.2. Pembahasan
Flash Point adalah angka yang menyatakan suhu terendah dari bahan
bakar minyak yang akan timbul penyalaan api sesaat, apabila pada permukaan
minyak tersebut didekatkan api. Angka titik nyala ini diperlukan untuk
minyak terhadap bahaya kebakaran. Angka titik nyala ini dapat juga digunakan
sebagai salah satu indikasi apakah bahan bakar tercampur dengan fraksi-fraksi
ringan dari suatu hidrokarbon. Apabila bahan bakar tercampur dengan fraksi
ringan seperti kerosene atau wash solvent maka angka flash point akan semakin
kecil dan mudah terbakar. Umumnya untuk minyak solar mempunyai Flash Point
minimum sebesar 60 0C. Dari pengujian yang dilakukan, diperoleh Flash Point
yang dilakukan, pada sampel B dan C mempunyai Flash Point di bawah 60 0C,
point yang rendah karena pada saat pengujian, kerosene terbakar terlebih dahulu
karena putusnya rantai karbon pada kerosene yang kemudian sampel solar pun
ikut terbakar. Pada industri, untuk mencegah hal tersebut biasanya solar
III.4.2.2 Viskositas
hambatan dari suatu bahan cair untuk mengalir atau ukuran besarnya tahanan
geser dari bahan cair. Makin tinggi viskositas minyak akan semakin kental dan
lebih sulit mengalir, demikian sebaliknya. Viskositas bahan bakar minyak sangat
penting artinya, terutama bagi mesin diesel maupun ketel uap, karena viskositas
minyak sangat berkaitan dengan suplai konsumsi bahan bakar ke dalam ruang
( atomizing ) bahan bakar melalui injektor. Apabila viskositas terlalu tinggi maka
mempunyai viskositas tinggi akan sulit dikabutkan, sedangkan untuk bahan bakar
pelumasan. Angka viskositas juga dapat dipakai untuk mengetahui apabila bahan
bakar tercampur fraksi ringan atau tidak. Bila suatu bahan bakar dalam hal ini
solar tercampur dengan bahan-bahan dari fraksi ringan maka nilai viskositasnya
cenderung akan kecil. Pada pengujian viskositas, media pada bak viskositas
3. Jika menggunakan air, air dapat menimbulkan korosi pada logam di dalam
bath viskositas.
dengan cara menghitung waktu alir dari labu ubbelohde tersebut yang kemudian
didapat faktor labu tersebut. Dari pengujian yang dilakukan diperoleh angka
viskositas untuk sampel A = 4,473 cst ; sampel B = 2,332 cst ; sampel C = 2,518
cst. Disini terlihat perbedaan yang jauh antara sampel A dengan sampel B dan
kerosene. Kerosene dan solar merupakan senyawa non polar sehingga kerosene
dapat bercampur dengan solar. Kerosene mempunyai molekul relatif yang lebih
rendah daripada solar, hal tersebut dapat terlihat dengan adanya rantai karbon
yang lebih pendek dari pada solar, sehingga viskositas solar yang tercampur
dengan kerosene lebih kecil dari pada solar yang tidak tercampur kerosene.
Semakin besar molekul relatif suatu bahan bakar maka viskositas juga semakin
besar, begitu pula sebaliknya. Tetapi dari data tersebut, ketiga sampel solar masih
bahan bakar minyak terhadap air pada volume dan temperatur yang sama.
Penggunaan gravitasi spesifik adalah untuk mengukur berat atau massa minyak
specific gravity antara 0,74-0,96 dengan kata lain, berat jenis bahan bakar minyak
dengan satuan yang lain yaitu API Gravity (American Petroleum Institute
Sehingga air pada suhu 60 oF mempunyai API Gravity sebesar 10 dan bahan
bakar minyak mempunyai API Gravity lebih besar dari 10. Dari pengujian yang
65 0F 0,8092
60 0F 0,8096
65 0F 0,8224
60 0F 0,8228
Sampel C 77 0F 0,8180
65 0F 0,8250
60 0F 0,8255
Besarnya molekul relatif dari suatu bahan bakar terlihat dari seberapa panjang
rantai karbon yang menyusunnya. Jika molekul relatif dari suatu bahan bakar
tinggi, maka angka gravitasi spesifik nya juga tinggi, begitu pula sebaliknya. Jika
solar tercampur dengan kerosene maka gravitasi spesifiknya turun karena rantai
karbon kerosene lebih pendek dari pada solar serta kerosene dan solar merupakan
senyawa non polar. Makin besar gravitasi spesifik suatu bahan bakar solar, makin
tinggi nilai kalorinya dan semakin bagus kualitas solar tersebut. Dari ketiga data
tersebut, nilai gravitasi spesifik dan API masih memenuhi range yang
diperbolehkan.
III.4.2.4 Destilasi
dari suatu bahan bakar solar dan karakteristik solar tersebut. Juga bisa digunakan
sebagai pertimbangan apabila bahan bakar solar tersebut tercampur dengan fraksi-
fraksi dibawah solar dengan melihat Initial Boiling Point ( IBP ), apabila IBP
terlalu rendah maka ada kemungkinan solar tercampur dengan fraksi ringan.
Suhu minimum IBP adalah 190 0C. Pada 95% volum, maka suhu maksimal adalah
370 0C, bila diatas suhu tersebut maka solar tersebut terkontaminasi fraksi berat.
Bila kita mengacu kepada dirjen Migas tertulis pada range destilasi 300 oC
suhu 300 oC, kemungkinan solar ini mengandung pelumas dan lilin/wax yang
banyak ( umumnya pelumas dan lilin ini banyak ditemui pada temperatur diatas
300 oC ). Kualitas bahan bakar seperti ini rendah, karena pelumas dan lilin
yang lain juga untuk mencegah terjadinya pencampuran solar dengan fraksi
heavy destilat seperti lilin (wax), aspal dan lain-lain. Semakin panjang rantai
karbon bahan bakar maka titik didihnya juga semakin besar, begitu pula
sebaliknya. Namun bila solar tercampur fraksi ringan atau berat dapat dilihat dari
initial boiling pointnya dan suhu 95% volume. Dari pengujian yang dilakukan,
kemungkinan dari ketiga sampel solar tersebut sudah tercampur dengan fraksi
ringan seperti kerosene, tapi bila kita lihat pada suhu pada 300 0C dimana volume
nya diatas 40% maka ketiga sampel solar tersebut masih normal dan memenuhi
Titik Tuang (pour point) adalah angka yang menyatakan suhu terendah
dari bahan bakar minyak yang masih dapat mengalir karena gaya gravitasi. Nilai
titik tuang ini dibutuhkan sehubungan dengan persyaratan praktis dari prosedur
penimbunan dan pemakaian dari bahan bakar minyak. Hal ini dikarenakan bahan
bakar minyak sering sulit dipompa apabila suhu telah mencapai di bawah titik
tuangnya. Oleh karena itu titik tuang yang rendah sering kali dijumpai hanya
dengan angka setana yang lebih rendah atau volatilitas yang lebih tinggi, maka
spesifikasi titik tuang hendaknya tidak ditetapkan lebih rendah dari pada
keperluan untuk pemakaian bahan bakar di bawah kondisi iklim yang telah
bahwa bahan bakar yang akan digunakan untuk suatu mesin hendaknya
mempunyai titik tuang 6 0C lebih rendah dari pada temperatur atmosfir terendah
di mana mesin itu digunakan. Dari pengujian diperoleh hasil sebagai berikut :
• Sampel A = - 15 0C
• Sampel B = - 7 0C
• Sampel C = - 6 0C
ringan seperti kerosene. Karena fraksi ringan seperti kerosene mempunyai rantai
karbon lebih pendek dari pada solar maka sample solar yang mengandung
kerosene akan lebih mudah membeku karena kerosene dan solar merupakan
Kesimpulan
Dari semua analisa yang dilakukan bahwa ketiga sampel solar tersebut
analisa yang didapat masih termasuk dalam standar nilai yang diperbolehkan oleh
BAB 1V
PENUTUP
ASTM.
5. Penulis dapat mengetahui prinsip kerja dari analisis yang telah dilakukan.
IV.3 Saran
datang.
Viskositas 37,8 4,473 cst 2,332 cst 2,518 cst 1,6-5,8 cst
0
C
Destilasi
Recovery at 85 mL 79 mL 75 mL Min 40 mL
300 0C
DAFTAR PUSTAKA
Ahadiat, Nur. 1987. Minyak Solar, Mutu dan Penggunaan, Lembaran Publikasi
SAE Handbook, vol. 3. 1986. Engines, Fuels, Lubricants, Emission & Noise.
American Society for Testing and Materials [ASTM]. 2004. ASTM and Other
Fessenden, Realp J dan Joan S. Fesssenden. 1982. Kimia Organik Edisi Ketiga.
Jakarta : Erlangga.
Lubrizol. 2002. Ready Reference for Lubricant and Fuel Performance. The
Lubrizol Corporation.
Underwood, A.L dan R.A. Day, Jr. 1986. Analisis Kimia Kuantitatif Edisi Kelima.
Jakarta : Erlangga.
Arismunandar, Wiranto dan Koichi Tsuda. 1975. Motor Diesel Putaran Tinggi.
16.00 WIB).
http://spark-indonesia.com/SparkDieselSupplementDetail.html (Jumat, 5
= 4,473 cst
= 2,332 cst
= 2,518 cst
= 43,3
= 40,5
= 39,9