Laporan Tugas Akhir dengan Judul “Pemanfaatan Limbah Cair Industri Gula
Kontinyu ” oleh Ayu Wandira NIM 331 15 021 dinyatakan layak dan siap untuk
diseminarkan.
Mengetahui
Ketua Program Studi,
ii
HALAMAN PENGESAHAN
Mengetahui
Ketua Program Studi,
HALAMAN PENERIMAAN
iii
Pada hari ini, Senin 6 Agustus 2018, tim penguji ujian sidang laporan
tugas akhir telah menerima hasil sidang laporan tugas akhir oleh mahasiswa
Khaerun Mukarrama nomor induk mahasiswa 331 15 011 dan Ayu Wandira
iv
KATA PENGANTAR
Puji syukur penulis panjatkan ke hadirat Tuhan Yang Maha Esa. Karena
berkat rahmat dan karunia-Nya penulis laporan tugas akhir ini yang berjudul
baik.
Dalam penulisan laporan tugas akhir ini tidak sedikit hambatan yang
1. Bapak Dr. Ir. Hamzah Yusuf, M,S selaku Direktur Politeknik Negeri
Ujung Pandang.
2. Bapak Wahyu Budi Utomo, HND, M.Sc selaku Ketua Jurusan Program
(ayah dan ibu) atas dukungan, doa dan cinta kasihnya yang tiada hentinya
v
penyelesaiannya studi ini. Serta diucapkan terima kasih untuk teman-teman,
membangun demi kesempurnaan laporan tugas akhir ini dan demi perbaikan
pada masa mendatang. Semoga laporan tugas akhir ini bermanfaat bagi
pembacanya.
Penulis
vi
DAFTAR ISI
hlm.
HALAMAN SAMPUL ...................................................................................i
RINGKASAN ..............................................................................................xv
2.1 Limbah Cair Industri Gula Rafinasi PT. Makassar Te’ne .....5
............................................................................................................
2.2 Kotoran S api ..........................................................................7
............................................................................................................
vii
2.3 Biogas .....................................................................................8
............................................................................................................
2.4 Tahapan Proses Pembentukan Biogas ....................................9
............................................................................................................
2.5 Faktor yang Mempengaruhi pada Proses Biogas .................12
............................................................................................................
2.6 Biodigester Kontinyu………………………………………..16
LAMPIRAN ................................................................................................49
viii
DAFTAR TABEL
Tabel 4.1 Data analisis kadar VS dan TS laju umpan 0,5 L/2 hari..............24
Tabel 4.2 Data analisis kadar VS dan TS laju umpan 1 L/2 hari.................24
Tabel 4.3 Data analisis kadar VS dan TS laju umpan 1,5 L/2 hari..............25
Tabel 4.6 Data analisis kadar MLSS laju umpan 0,5 L/2 hari.....................26
Tabel 4.7 Data analisis kadar MLSS laju umpan 1 L/2 hari........................27
Tabel 4.8 Data analisis kadar MLSS laju umpan 1,5 L/2 hari.....................27
Tabel 4.10 Data analisis kadar MLSS starter laju umpan 1,5 L/2
hari.............................................................................................28
Tabel 4.16 Data pengamatan Harian laju umpan 0,5 L/2 hari....................30
ix
Tabel 4.18 Data pengamatan Harian laju umpan 1,5 L/2 hari....................31
x
DAFTAR GAMBAR
Hlm.
Gambar 3.1 Rangkaian Alat Biodigester ....................................................18
Gambar 4.1 Hubungan waktu proses fermentasi terhadap
.................................................................................................34
.....................................................................................................
Total solid pada setiap laju umpan
Gambar 4.2 Hubungan waktu proses fermentasi
terhadap volatile solid pada setiap laju
umpan......................................................................................35
.....................................................................................................
xi
DAFTAR LAMPIRAN
xii
SURAT PERNYATAAN
laporan tugas akhir yang berjudul “ Pemanfaatan Limbah Cair Industri Gula
pembimbing, dan belum pernah diajukan dalam bentuk apa pun pada
Semua data dan informasi yang digunakan telah dinyatakan secara jelas
dikutip dari karya yang diterbitkan oleh penulis lain telah disebutkan dalam
naskah dan dicantumkan dalam daftar pustaka laporan tugas akhir ini.
Jika pernyataan saya tersebut di atas tidak benar, saya siap menanggung
Khaerun Mukarama
NIM. 331 15 011
SURAT PERNYATAAN
xiii
Saya yang bertanda tangan dibawah ini:
laporan tugas akhir yang berjudul “Pemanfaatan Limbah Cair Industri Gula
pembimbing, dan belum pernah diajukan dalam bentuk apa pun pada
Semua data dan informasi yang digunakan telah dinyatakan secara jelas
dikutip dari karya yang diterbitkan oleh penulis lain telah disebutkan dalam
naskah dan dicantumkan dalam daftar pustaka laporan tugas akhir ini.
Jika pernyataan saya tersebut di atas tidak benar, saya siap menanggung
Ayu Wandira
NIM. 331 15 021
xiv
RINGKASAN
Limbah cair industri gula merupakan sisa hasil produksi (buangan) dari
proses pembuatan gula rafinasi yang berbentuk cair. Limbah organik ini
dapat menimbulkan masalah lingkungan jika tidak diolah dengan tepat,
seperti pencemaran lingkungan. Limbah tersebut merupakan limbah organik
yang memiliki kandungan COD yang lebih besar 1000 ppm sehingga dapat
dimanfaatkan sebagai bahan baku biogas. Biogas sebagai salah satu sumber
energi alternatif yang aman dan ekonomis diproduksi dari fermentasi bahan-
bahan organik, termasuk limbah organik.
Penelitian ini bertujuan mengetahui pengaruh komposisi laju umpan
terhadap volume biogas yang dihasilkan, pengaruh waktu fermentasi
terhadap produksi biogas untuk nyala api biru, menentukan parameter slury
didalam biodigester (COD,TS,VS dan MLSS) untuk menghasilkan biogas
dengan nyala api biru. Biogas dihasilkan melalui proses pemecahan bahan
organik yang melibatkan aktivitas mikroorganisme anaerob dalam
biodigester yang beroperasi secara kontinyu dengan kapasitas 20 liter dan
volume isian sebanyak 16 liter yang difermentasi selama 21 hari kemudian
dilakukan pengumpanan setiap dua hari sekali pada setiap laju umpan.
Waktu fermentasi untuk menghasilkan biogas dengan nyala api biru
yaitu 4 minggu untuk masing-masing biodigester. Parameter utama adalah
COD, VS, TS, MLSS, pH, Suhu, volume biogas. pada digester dengan laju
umpan 0,5 L/2 Hari dengan COD, VS, TS dan MLSS yaitu 7800-5800
ppm, 95,78-97,60 %,1,00-7,25 % dan 8,1-42,6 mg/L. Laju umpan 1 L/2
Hari dengan COD, VS, TS, dan MLSS yaitu 4400-7840 ppm, 93,38-
97,15%, 0,60-5,68% dan 2,15-6,5 mg/L. Laju umpan 1,5 L/2 Hari dengan
COD, VS, TS, dan MLSS yaitu 5600-9200 ppm, 96,00-97,86 %, 0,66-
4,54% dan 7,45-14 mg/L. Nilai pH masing-masing biodigester berkisar
antara 6 sampai 7. Suhu pada masing-masing biodigester berkisar antara
27-320C. laju umpan yang optimal untuk menghasilkan biogas dengan
nyala api biru adalah laju umpan 1,5 L/2 Hari.
kata kunci: Limbah cair, kotoran sapi, COD. VS. TS. MLSS, suhu, pH.
xv
BAB I PENDAHULUAN
Salah satu bahan bakar alternatif yang ramah lingkungan adalah Biogas
dengan kandungan gas metana (CH 4). Biogas dapat diproduksi dengan
menggunakan bahan baku padat dan cair yang mengandung senyawa organik.
Salah satu bahan baku yang dapat dimanfaatkan adalah limbah cair industri gula
rafinasi PT. Makassar Tene dengan kandungan senyawa organik yang tinggi
3
dimana nilai COD pada aktivitas produksi dengan volume 120 m /hari ; nilai
COD 7.000-10.000 ppm. Make up water dari power plant dan cooling tower
m³/minggu ; COD 20.000 ppm (Data primer PT. Makassar Te’ne, 2016) secara
umum limbah tersebut memiliki kandungan COD yang lebih tinggi dari standar
baku mutu limbah cair industri gula yaitu 100 ppm, yang menunjukkan
jika dibuang. Menurut Droste (1997), konsentrasi COD yang lebih dari 1000 ppm
dapat dibuat sebagai bahan baku pembuatan biogas. Biogas yang dihasilkan dari
menghasilkan energi. Energi biogas dapat dimanfaatkan sebagai bahan bakar gas
pengganti Liquefied Petroleum Gas (LPG). Biogas didominasi gas metana 50-
70%, 30-40% karbon dioksida (CO₂ ), dan gas lainnya dalam jumlah kecil
biogas dengan menggunakan limbah cair industri gula rafinasi dengan metode
1
batch diperoleh hasil terbaik pada komposisi substrat 70% : 30% dengan waktu
sekitar 43%. Kelemahan proses batch adalah keterbatasan substrat dan akumulasi
produk yang menyebabkan akan terjadi fase kematian dari mikroorganime. Hal ini
menyebabkan kondisi steady state dalam proses batch susah tercapai. Pada proses
penelitian ini akan dilakukan strategi dengan melakukan proses operasi kontinyu
waktu operasi di dalam biodigester lebih lama dengan produksi biogas (energi
terbarukan) dengan kadar gas metana sampai pada kondisi steady state. Kinerja
sistem biodigester anaerob dalam mengolah limbah cair meliputi tahap star-up
total solid (TS), volatile solid (VS). Aktivitas biologis dalam biodigester anaerob
1) Bagaimana pengaruh komposisi laju umpan (0,5 L/2 hari, 1 L/ 2 hari, 1,5 L/2
hari) limbah cair industri gula rafinasi terhadap produksi biogas dengan kadar
gas metana yang baik (uji nyala) dengan kondisi steady state.
steady state terhadap produksi biogas dengan gas metana yang baik (nyala api
yang biru).
2
3) Bagaimana pengaruh umpan (substrat) dan slury dalam biodigester berupa
kandungan total solid (TS), VS, COD dan MLSS serta kondisi operasi (pH,
menghasilkan biogas dengan kadar gas metana yang baik (uji nyala).
memanfaatkan limbah cair industri gula rafinasi PT. Makassar Tene dengan
1) Menentukan pengaruh komposisi laju umpan (0,5 L/2 hari, 1 L/ 2 hari, 1,5 L/2
hari) limbah cair industri gula rafinasi terhadap produksi biogas dengan kadar
ramah lingkungan
3
khususnya dalam penerapan pembuatan biogas berbahan baku limbah
4) Dapat dijadikan sebagai bahan masukan pada PT. Makassar Tene dalam
dimanfaatkan.
4
BAB II TINJAUAN PUSTAKA
chemical oxygen demand (COD) yang tinggi yang menandakan besarnya zat-zat
dalam air. Limbah tersebut tidak tercampur dengan limbah bahan berbahaya dan
sebelum dibuang kelingkungan. Limbah cair industri gula rafinasi PT. Makassar
3
120m /hari dengan kondisi COD sekitar 7.000-10.000 ppm, pH sekitar 4-6 dan
0
suhu 40-50 C, Make up water dari Power Plant dan Cooling Tower dalam jumlah
yang sedikit dengan kisaran 50 m3/minggu dengan COD <100 ppm dan Aktifitas
0
dibawah 5 dan temperatur 40-50 C (Data primer PT. Makassar Te’ne, 2016).
5
Pada umumnya limbah cair industri gula memiliki karakteristik yaitu
mengandung bahan-bahan organik yang tinggi. Hal ini ditunjukkan dengan nilai
BOD yang tinggi dimana bahan organik tersebut digunakan sebagai makanan
Dari beberapa penelitian, produksi biogas yang terdapat dalam limbah cair
tahu dan limbah cair kelapa sawit memiliki kandungan COD yang cukup tinggi.
Kandungan COD limbah cair tahu 7000 mg/l dengan waktu tinggal 1 hari dapat
menghasilkan biogas 2,979 liter. Produksi biogas pada hari kedua tidak berbeda
jauh dibandingkan hari pertama. Penurunan laju produksi biogas pada hari ketiga
laju produksi hanya 0,335 liter/hari. Setelah 8 hari, total biogas yang dihasilkan
sebesar 11,115 liter. Pada sistem pengolahan dengan sistem sirkulasi laju
produksi biogas tinggal 0,056 liter/hari dalam rentang waktu 8 hari. Produksi
biogas sampai pada hari kedelapan ini adalah 6,575 liter dan metan yang
menghasilkan biogas tetapi peningkatan laju produksi pada hari keempat sampai
dengan hari kedelapan relatif kecil sehingga hari keempat dapat digunakan
6
Pengukuran volume biogas dilakukan dengan mengamati perubahan
hukum Archimedes untuk mengetahui volume gas yang terbentuk pada tekanan
gas yang diamati dengan memanfaatkan air sebagai media. Tinggi air pada U
tekanan gas yang ada pada U manometer. Teknik ini bisa digunakan untuk
mengetahui volume biogas yang terbentuk, karena gas yang masuk pada U
50.000 mg/l. Selain itu, Pada penelitian ini memiliki variasi perbandingan antara
limbah cair kelapa sawit dan kotoran sapi. Dimana variasi pertama ( 20 liter
limbah cair kelapa sawit : 80 kotoran sapi ) dan variasi kedua ( 30 liter limbah
biogas yang dihasilkan 1,08 liter dengan rasio C/N paling tinggi yaitu 30,48
sedangkan perbandingan 30:70 volume biogas yang dihasilkan 1,77 liter dan
selulosa yang ada dalam kotoran sapi cukup tinggi sehingga dimanfaatkan untuk
7
Eubacterium, Propionibacterium, Streptococcus, Bacteroides ,Butyvibrio,
2010).
yang lebih optimal. Pemanfaatan kotoran sapi secara biologis dapat dilakukan
yang cukup tinggi diatas 3.500 mg/l (Tjandra Setiadi., 2000) sedangkan
kandungan COD kotoran sapi sangat tinggi yaitu sebesar 105.000 mg/l.
Menurut Rika (2011:79) dalam gunawan (2013). Kotoran sapi tersusun atas
organik, dan 1,26% total nitrogen. Selain itu, kotoran sapi juga mengandung
0.37% fosfor dan 0,68% kalium. Kandungan selulosa yang tinggi, kotoran sapi
dapat menghasilkan biogas dalam jumlah yang banyak. Susunan kotoran sapi
juga dinyatakan dengan jumlah kotoran padat dan jumlah kotoran cair.
3
kotoran sapi sebanyak 1 kg dapat menghasilkan 0,023-0,040 m biogas.
2.3 Biogas
Biogas merupakan salah satu jenis energi yang dapat dibuat dari banyak
jenis bahan buangan dan bahan sisa, semacam sampah, kotoran ternak, jerami,
8
menghasilkan biogas, dibutuhkan pembangkitan biogas yang disebut biodigester.
Biogas terbentuk pada hari ke 4-5 sesudah biodigester terisi penuh, dan
mencapai puncak pada hari ke 20-25. Biogas yang dihasilkan oleh biodigester
sebagian besar terdiri dari 50-70% metana (CH4), 30-40% karbondioksida (CO2),
dan gas lainnya dalam jumlah kecil. Biogas juga mengandung uap air yang
jumlahnya tergantung pada suhu udara. Apabila suhu udara naik, kandungan
uap air didalam biogas akan meningkat begitu pula sebaliknya. Selain
mengandung uap air, biogas juga mengandung hydrogen sulfide (H2S) dan
carbondioksida (CO2). Gas H2S yang besarnya tidak lebih dari 2% berasal dari
Pada tahap hidrolisis, bahan organik padat maupun yang mudah larut berupa
larut dalam air. Tahap awal ini dilakukan oleh bakteri untuk menguraikan
tersebut dilakukan oleh dua tipe enzim yaitu endoenzim disintesis dalam sel
bakteri, mendegradasi molekul bersamaan dalam sel dan eksoenzim yang juga
9
Saat menyentuh molekul kompleks, enzim akan melarutkan partikel dan
substrat koloidal, kemudian substrat ini masuk ke dalam sel dan didegradasi
oleh endoenzim (Gerardi, 2003). Bakteri yang berperan dalam tahap hidrolisis
Reaksi :
volatil seperti asam butirat dari karbohidrat dan asam propionat dari asam amino.
Pada tahap ini asam volatil yang dapat dimanfaatkan oleh mikroorganisme
desulfovibrio.
Reaksi :
10
(C6H12O6)n CH3OH + CO2.......................................................... (4)
dioksidasi di bawah kondisi anaerobik menjadi asam asetat, CO2, dan hidrogen
yang akan menjadi substrat bakteri metanogen. Bakteri pembentuk oksidasi ini
bahan organik. Etanol, asam propionat, dan asam butirat dirubah menjadi asam
asetat oleh bakteri asetogenik (bakteri yang memproduksi asetat dan H2 ) seperti
perlu dioksidasi menjadi asetat dan hidrogen oleh bakteri asetogen, agar dapat
pembentukan hidrogen dan tekanan hidrogen, hal ini akan mengganggu aktivitas
Reaksi :
11
(asam butirat + air) ( asam asetat + hidrogen)
Tahap ini merupakan akhir dari keseluruhan proses konversi anaerobik dari
bahan organik menjadi gas metana dan karbon dioksida. Bakteri yang bekerja
mereduksi CO2 menjadi metana (Hardoyo dkk, 2014). Bakteri penghasil metan
memiliki kondisi atmosfer yang sesuai akibat proses bakteri penghasil asam.
Reaksi :
diantaranya temperature, derajat keasaman pH, Total solid , volatil solid bahan ,
2.5.1 Temperatur/Suhu
12
Suhu udara maupun suhu di dalam tangki pencerna mempunyai peran besar
suhu di dalam tangki pencerna, artinya penurunan suhu udara akan menurunkan
Adapun proses produksi yang terjadi dalam dua rentang temperatur yaitu
Termofilik yang hidup pada suhu antara 40-60°C, dan Mesofilik yang hidup pada
mesofilik adalah 30°C atau lebih tinggi sedikit. Bila reaktor anaerobik
dioperasikan pada suhu yang lebih rendah, misalnya 20°C pertumbuhan mikroba
pada kondisi ini sangat lambat dan sulit pada awal operasi untuk beberapa
bioreaktor.
2.5.2 pH
yang tidak sesuai mikroba tidak dapat tumbuh dengan maksimal dan bahkan
Menurut Yani dan Darwis (1990), nilai pH terbaik untuk suatu biodigester
yaitu sekitar 7,0. Bila nilai pH di bawah 6,5 maka aktivitas akan menurun,
13
2.5.3 Chemical Oxygen Demand (COD)
(Mulyadi,1994).
yang lebih sederhana. Menurut Saputra (2010), proses digesti anaerobik mampu
menurunkan nilai COD pada bahan isian, artinya proses ini mampu menurunkan
Total solid adalah jumlah materi padatan yang terdapat dalam limbah pada
bahan organik selama proses digester terjadi dan ini mengindikasikan laju
mengidindikasikan banyaknya padatan dalam bahan organik dan nilai total solid
Total padatan( total solids) adalah residu yang tertinggal di dalam wadah
setelah proses evaporasi cairan dari sampel yang selanjutnya dikeringkan di dalam
oven pada suhu 105°C selama tidak kurang dari satu jam (Telliard,2001).
14
Total padatan (TS) optimum yang dibutuhkan oleh mikroba untuk fermentasi
Volatile solids merupakan bagian padatan yang berubah menjadi fase gas
limbah organik. Dalam pengujian skala laboratorium, berat saat bagian padatan
dengan pembakaran pada suhu 550°C, disebut sebagai volatile solids. Total solids
dan volatile solids berupa slurry keluaran biodigester terjadi penurunan karena
(dalam hari) proses pencernaan / digesting pada tangki anaerob terhitung mulai
dari pemasukan bahan organik sampai dengan proses awal pembentukan biogas
dalam biodigester anaerob. Lamanya waktu HRT sangat tergantung dari jenis
pencernaan biodigester.
lumpur aktif disebut sebagai mixed liquor yang merupakan campuran air limbah
jumlah total dari padatan tersuspensi yang berupa material organik dan mineral,
15
termasuk didalamnya adalah mikroorganisme. MLSS ditentukan dengan cara
menyaring lumpur campuran dengan kertas saring atau filter kemudian filter
dilakukan secara terus menerus setiap saat setelah diperoleh konsentrasi produk
dengan mobilisasi sel akan memberikan hasil yang lebih baik dibandingkan
fermentasi batch. Fermentasi secara batch pada fermentasi etanol terjadi kendala
kondisi tertentu etanol yang dihasilkan akan menjadi inhibitor, yang akan
solusi terhadap kelemahan tersebut dari hasil penelitian Abdul Hakim (2010),
maka pada produksi etanol dari molases ini dilakukan proses fermentasi secara
16
Untuk digester jenis mengalir, aliran bahan baku dimasukkan dan residu
dikeluarkan pada selang waktu tertentu. Lamanya bahan baku berada dalam
3.2.1 Alat
Manometer U Oven
Furnace Termometer
Pemanas listrik
Buret
Bola isap
Pipet ukur
Gegep besi
17
Labu semprot
Spoit 1 ml
Rak besi
Kertas saring
3.2.2 Bahan
Kotoran sapi
Air kran
Reagen HR+
Reagen HR
Aquadest
2) Kapasitas : 20 liter
18
Gambar 3.1 Rangkaian Alat Biogas
Keterangan :
A. Pressure gauge
B. Inlet
C. Gas valve outlet
D. Thermocouple
E. Slury valve outlet
1) Alat terdiri dari tangki bermaterial Plat besi yang berfungsi sebagai tempat
fermentasi.
2) Alat ini dilengkapi dengan pressure gauge, thermocouple, gas valve outlet
dan slurry valve outlet. pressure gauge dan thermocouple di tempatkan pada
bagian atas badan biodigester yang berfungsi untuk mengetahui tekanan gas
3) Gas valve outlet berfungsi mengatur aliran biogas keluar dari biodigester dan
19
dalam biodigester terjadi tekanan yang ditandai dengan bergeraknya jarum
4) Jika tidak ada perubahan tekanan, maka alat tersebut layak digunakan.
2) Mencampurkan bahan baku limbah industri gula dan kotoran sapi dengan
3) Melakukan analisis awal pada campuran berupa analisa COD, TS, VS, pH,
4) Mengisi tangki biodigester dengan komposisi substrat limbah cair gula dan
5) Melakukan pengujian parameter pH, suhu, COD, TS, VS, dan MLSS pada
tangki biodigester dengan membuka katup bukaan bawah setiap dua hari
kemudian melakukan pengumpanan limbah cair industri gula 0,5 L/2 Hari,
6) Melakukan uji nyala setiap dua hari pada setiap laju umpan.
1) Memasukkan sampel air limbah ke dalam tabung reaksi COD solution sesuai
reagen.
20
3) Mengaktifkan peralatan COD reaktor.
C).
ditekan read.
o
3) Memanaskan pada oven pada suhu 103-105 C.
tetap.
o
5) Sampel analisa Total Solid dimasukkan dalam Furnace pada suhu 550 C
selama 2 jam.
........... (1)
21
................................................................. (2)
................................................................................................. (3)
............................................................................. ( 4)
Ket :
3.5.3 Analisa pH
1) Uji nyala dilakukan dengan cara membuka kran secara perlahan pada bagian
22
3.5.8 Analisa MLSS
dalam oven dengan temperatur 105°C selama 30 menit. Setelah itu kertas filter
filter stabil.
2) Menyaring lumpur dengan menggunakan kertas filter yang telah distabilkan.
23
BAB IV HASIL DAN DESKRIPSI KEGIATAN
4.1 Hasil
diisi sampel limbah cair industri gula dan kotoran sapi pada perbandingan 70:30
pada biodigester kecil berukuran 20 liter dengan volume sampel yang diisi 16
liter.
2) Analisis yang dilakukan pada penelitian ini yaitu COD, TS, VS, Suhu, pH, ,
Tabel 4.1 Data Analisis Kadar VS dan TS perbandingan 70:30 Laju Umpan 0,5 L/
2 hari
Tabel 4.2 Data Analisis Kadar VS dan TS Perbandingan 70:30 Laju Umpan 1L/ 2
Hari
Data
Hari Hari Hari Hari Hari Hari Hari
Penimbang
Ke-22 Ke-24
Ke-26 Ke-28 Ke-30 Ke- Ke-34
an
(g) (g) (g) (g) (g) 32 (g) (g)
Cawan 29, 28,
28,0673 27, 3408 25,6993 29, 1274 28,7945
kosong 1098 8086
Lanjutan Tabel 4.2
Data
Penimbang Sampe Sampel Sampel Sampel Sampe Sampe Sampe
24
l Hari Hari Hari Hari l Hari l Hari l Hari
an Ke-22 Ke-24 Ke-26 Ke-28 Ke-30 Ke-32 Ke-34
(g) (g) (g) (g) (g) (g) (g)
Berat
cawan 30,299 29,539 31,268 27,700 31,322 30,818 30,916
+ sampel 1 4 1 3 4 3 7
Berat
2,2318 2, 1986 2, 1098 2, 001 2,195 2,0097 2,1222
Sampel
Berat
29, 28,
Cawan + 28,1010 27, 3999 29,2045 28,8072
25,7231 1566 9227
Residu
Berat
29, 28,
Cawan + 28,0793 27,3630 29,1439 28,7999
25,7094 1402 9174
Abu
Tabel 4.3 Data Analisis Kadar VS dan TS Perbandingan 70;30 Laju Umpan 1,5 L/
2 Hari
Tabel 4.4 Data Analisis Kadar VS dan TS Perbandingan 70;30 Umpan dan Starter
Laju Umpan 0,5 dan 1L/2 Hari
25
Berat Sampel 2,1113 2,0089 2,3445 2,0062
Berat Cawan
26,7740 29,8939 26,6000 27,6277
+ Residu
Berat Cawan
26,7721 29,9070 26,5847 27,6276
+ Abu
Tabel 4.5 Data Analisis Kadar VS dan TS Perbandingan 70;30 Umpan dan Starter
Laju Umpan 1,5L/2 Hari
Sampel
Data Sampel
Sampel Up Sampel Up Sampel Up Starter
Penimba Up Ke-4
Ke-1 (g) Ke-2 (g) Ke-3 (g)
ngan (g)
(g)
Berat
Cawan 27,3421 29,8905 27,6221 25,2224 26,8430
Kosong
Berat
Cawan + 29,9961 32,0531 29,7848 27,2748 28,8430
Sampel
Berat
2,654 2,1626 2,1627 2,0524 2,000
Sampel
Berat
Cawan + 27,3477 29,9132 27,6289 25,2516 26,8648
Residu
Berat
Cawan + 27,3436 29,9000 27,6230 25,2331 26,8518
Abu
Tabel 4.6 Data Analisis MLSS Perbandingan 70;30 Laju Umpan 0,5 L/2 Hari
Sampel Sampel Sampel Sampel Sampel
Data
Hari Ke-22 Hari Ke-24 Hari Ke- Hari Ke- Hari Ke-
Penimbangan
(g) (g) 26 (g) 28 (g) 30 (g)
Cawan Kosong 52,8767 49,0214 39,7033 39,4415 55,8543
Cawan +kertas 52,8460 48,9953 39,6632 39,4186 55,8280
Lanjutan Tabel 4.6
Sampel Sampel Sampel Sampel Sampel
Data
Hari Ke-22 Hari Ke-24 Hari Ke- Hari Ke- Hari Ke-
Penimbangan
(g) (g) 26 (g) 28 (g) 30 (g)
Volume
2 ml 2 ml 2 ml 2 ml 2 ml
Sampel
Berat Cawan + 52,9312 49,0462 39,6927 39,4348 55,8466
26
Residu
Tabel 4 .7 Data Analisis MLSS Perbandingan 70;30 Laju Umpan 1 L/2 Hari
Sampel Sampel Sampel Sampel Sampel Sampel Sampel
Data
Hari Ke- Hari Hari Hari Hari Hari Hari
Penimba
22 Ke-24 Ke-26 Ke-28 Ke-30 Ke-32 Ke-34
ng-an
(g) (g) (g) (g) (g) (g) (g)
Cawan
47,7571 37,7340 40,9268 54,8816 37,8282 35,8844 53,1157
Kosong
Berat
Cawan +
47,7251 37,7004 40,8952 54,8565 37,8051 35,8539 53,6859
kertas
saring
Volume
2 ml 2 ml 2 ml 2 ml 2 ml 2 ml 2 ml
Sampel
Berat
Cawan + 47,7298 37,7134 40,9152 54,8651 37,8129 35,8653 53,6902
Residu
Tabel 4.8 Data Analisis MLSS Perbandingan 70;30 Laju Umpan 1,5 L/2 Hari
Sampel Hari
Data Sampel Hari Sampel Hari Sampel Hari
Ke-1
Penimbangan Ke-2 (g) Ke-3 (g) Ke-4 (g)
(g)
Cawan
52,8183 45,9193 48,1280 44,9143
Kosong
Berat Cawan
+ kertas 53,8022 46,9183 49,1320 45,8891
saring
Volume
2 ml 2 ml 2 ml 2 ml
Sampel
Berat Cawan
53,8302 46,9444 49,1524 45,9040
+ Residu
Tabel 4.9 Data Analisis MLSS Perbandingan 70;30 Umpan dan Starter Laju
Umpan 0,5 dan 1L/2 Hari
27
Berat Cawan + kertas
49,1984 49,2756 49,0336 45,8043
saring
Volume sampel 2 ml 2 ml 2 ml 2 ml
Berat Cawan + Residu 49,2104 49,2851 49,0362 17,9485
Tabel 4.10 Data Analisis MLSS Perbandingan 70;30 Umpan dan Starter Laju
Umpan 1,5 L/2 Hari
28
Kadar Abu
0,043 0,081 0,117 0,039 0,044 0,376 0,018
(%)
Total solid
1,51 2,69 2,19 1,19 1,34 5,68 0,60
(%)
Volatil solid
97,15 96,98 94,65 96,72 96,71 93,38 97,00
(%)
Volatil solid
96,62 96,06 97,86 96
(%)
Up
Analisa Up Ke-1 Up Ke-2 Starter
Ke-3
Kadar Air (%) 100,00 99,79 99,82 95,59
29
Tabel 4.15 Data Perhitungan TS dan VS Biodigester perbandingan 70;30 starter
dan umpan 1,5L/2 hari
Up
Analisa Up Ke-1 Up Ke-2 Up Ke-4 Starter
Ke-3
Kadar Air
99,79 98,95 99,69 98,58 98,91
(%)
Kadar Abu
0,005 0,032 0,0033 0,042 0,033
(%)
Total solid
0,21 1,05 0,31 1,42 1,09
(%)
Volatil solid
97,61 96,95 98,94 0,97 96,97
(%)
Tabel 4.16 Data Pengamatan Harian Biodigester Perbandingan 70;30 Laju Umpan
0,5 L/2 Hari
Tabel 4.17 Data Pengamatan Harian Biodigester Perbandingan 70;30 Laju Umpan
1L/2 Hari
30
stabil
2 6 27 -
Nyala Api biru tidak
3 6 27
stabil
4 6 27 -
Nyala Api biru tidak
5 6 27
stabil
6 6 28 -
7 7 28 Nyala Api biru
8 7 27 -
9 7 28 Nyala Api Biru
10 7 28 -
11 7 27 Nyala Api Biru
12 7 27 -
13 7 27 Mati
Tabel 4.18 Data Pengamatan Harian Biodigester Perbandingan 70;30 Laju Umpan
1,5 L/2 Hari
Suhu
Parameter pH Uji nyala
(0C)
Hari
1 7 30 Uji nyala Biru
7
2 28 -
7
3 28 Nyala Api Biru
7
4 27 -
Lanjutan Tabel 4.18
7
5 27 Nyala Api Biru
7
6 27 -
7
7 28 Mati
31
Sampel Volume Sampel COD
ml Ppm
Hari Ke-22 1 7800
Hari Ke-24 1 7200
Hari Ke-26 1 7000
Hari Ke-28 1 6400
Hari Ke-30 1 5800
COD
Sampel Volume Sampel
Hari ml Ppm
Hari Ke-22 1 7840
Hari Ke-24 1 7600
Hari Ke-26 1 7000
Hari Ke-28 1 6400
Hari Ke-30 1 5800
Hari Ke-32 1 5100
Hari Ke-34 1 4400
Umpan ml Ppm
Hari Ke-22 1 9200
Hari Ke-24 1 7600
Hari Ke-26 1 6800
Hari Ke-28 1 6200
Hari Ke-30 1 5600
Tabel 4.22 Data Analisa Chemical Oxigen Demand Umpan dan Starter
Biodigester perbandingan 70;30 Laju Umpan 0,5 dan 1L/2 Hari
32
Volume Sampel COD
Sampel
Umpan ml Ppm
Up Ke-1 1 589
Up Ke-2 1 585
Up Ke-3 1 760
Starter 1 7900
Tabel 4.23 Data Analisa Chemical Oxigen Demand Umpan dan Starter
Biodigester perbandingan 70;30 Laju Umpan 1,5L/2 Hari
Umpan Ml Ppm
Up Ke-1 1 1794
Up Ke-2 1 2069
Up Ke-3 1 2960
Up Ke-4 1 7390
Up Ke-5 1 4791
Starter 1 10200
4.2 Deskripsi
Penelitian ini dilakukan dalam 3 tahap yaitu memperbaiki alat digester atau
fermentor, uji kebocoran dan pengisian tangki biodigester. Bahan baku dalam
pembuatan biogas adalah limbah cair industri gula (equalizatin pound) dengan
sumber bakteri yang berasal dari kotoran sapi. Digester ini akan diisi dengan limbah
cair gula dan kotoran sapi pada perbandingan 70:30 dengan volume limbah cair
11,2 liter dan kotoran sapi 5,4432 kg. Digester difermentasikan hingga 21 hari
kemudian dilakukan pengumpanan setiap dua hari sampai mencapai nyala api yang
konstan.
33
Parameter pendegradasian bahan organik juga dapat ditentukan oleh nilai total
Gambar 4.1 Hubungan waktu terhadap total solid slury pada setiap laju umpan
dalam biodigester
biogas adalah tingkat pengenceran slury dari kandungan bahan organik dalam
biodigester. Pengenceran slury dalam biodigester dapat dilihat dari total padatan
(total solid). Pada gambar 4.1 Hubungan laju umpan terhadap total solid pada
slury dalam biodigester diatas dapat dilihat bahwa nilai total solid mengalami
naik turun dari 0,21-7,25%. Nilai total solid ini menunjukkan tingkat pengenceran
dimana semakin besar laju umpan maka semakin kecil nilai total solid nya. Nilai
total solid paling besar terdapat pada digester dengan laju umpan 0,5 L/2 Hari
dengan nilai total solid antara 1% - 7,25% sedangkan nilai total solid paling kecil
terdapat pada digester dengan laju umpan 1,5 L/2 Hari dengan nilai total solid
34
Gambar 4.2 Hubungan waktu terhadap volatil solid slury pada setiap laju
umpan dalam biodigester
reaksi hidrolisis hingga reaksi metanogenesis dan dilihat pada gambar 4.2
Hubungan laju umpan terhadap volatil solid pada slury dalam biodigester nilai
volatil solid yang paling cepat terdapat pada digester dengan laju umpan 0,5 L/2
begitu cepat sedangkan pada digester dengan laju umpan 1 dan 1,5 L/2 Hari
sangat lambat. Hal ini dipengaruhi karena tidak optimumnya bakteri mengurai
35
atau mendegradasi bahan organik pada pengumpanan limbah cair indutri gula 1
dan 1,5 L/2 Hari karena banyaknya limbah cair yang diumpankan sehingga
Gambar 4.3 Hubungan waktu terhadap nilai pH slury pada setiap laju umpan
dalam biodigester
36
Berdasarkan grafik 4.3 Hubungan waktu terhadap nilai pH slury pada setiap
laju umpan dalam biodigester didapatkan nilai pH paling bagus pada laju umpan
1,5L/2 Hari yaitu pH 7 pada hari pertama pengumpanan, dimana dapat dilihat dari
hasil uji nyala menghasilkan nyala api yang biru sedangkan pada biodigester
dengan laju umpan 0,5 dan 1L/2 Hari pada hari pertama pengumpanan
menghasilkan pH yang lebih kecil yaitu pH 6 sehingga nyala api yang dihasilkan
pada saat pembakaran adalah nyala api biru yang tidak stabil. Nilai pH yang
Menurut Yani dan Darwis (1990), nilai pH terbaik untuk suatu biod igester
yaitu sekitar 7,0. Bila nilai pH dibawah 6,5 maka aktifitas akan menurun,
Gambar 4.4 Hubungan waktu terhadap MLSS pada slury dalam biodigester pada
setiap laju umpan
37
Mixed Liqour Suspended Solids (MLSS) atau lumpur campuran didalam
tangki dalam sistem lumpur aktif adalah jumlah total dari padatan tersuspensi
dengan kertas saring (filter) kemudian dikeringkan pada temperatur 105 °C.
pengendapan lumpur yang baik dapat terjadi jika lumpur mikroorganisme berada
dalam fase endegeneous yang terjadi jika karbon dan sumber energi terbatas dan
jika pertumbuhan bakteri rendah. Pengendapan lumpur yang baik dapat terjadi
pada tingginya konsentrasi MLSS. Dilihat pada gambar 4.4 hubungan laju umpan
terhadap MLSS slury dalam biodigester nilai MLSS mengalami flokluatif pada
laju umpan 0,5 dan 1 L/2 Hari 8,1-42,6 dan 2,15-6,5 mg/L sedangkan pada laju
umpan 1,5 L/2 Hari mengalami penurunan yang signifikan dari 14-7,45 mg/L.
Uji nyala dilakukan untuk menguji kualitas biogas yang terbentuk. untuk uji
nyala yang dihasilkan tidak berbau dan memiliki warna nyala biru berarti terdapat
banyak kandungan gas metan dari produksi biogas, namun jika warna api yang
timbul berwarna merah orange berarti CO₂ lebih dominan terdapat dalam
Dari perlakuan yang ada dapat dilihat bahwa semua api yang dihasilkan pada
biodigester menghasilkan nyala api sama yaitu biru. Menurut Luthfianto (2012)
diperoleh warna nyala api menjadi biru karena telah terbentuk gas berwarna biru
dan menghasilkan energi panas. Energi panas yang terkandung dalam biogas
38
tergantung dari konsentrasi metana. Semakin tinggi konsentrasi metana maka
semakin besar kandungan energi (nilai kalor). Biogas dapat terbakar apabila
mengandung kadar metana minimal 57% yang menghasilkan api biru (Beni dkk,
2007). Menurut Jewel (1982) didalam Srihatini (2005), bahwa warna api yang
mengetahui kandungan CO2 dalam biogas. Nyala api yang berwarna kuning atau
merah menunjukkan kandungan CO2 dalam biogas lebih dari 48%. Jadi warna
biru dari pembakaran biogas adalah warna yang baik dan menunjukkan bahwa
kandungan gas lain berkadar rendah. Pada hasil penelitian ini digester laju umpan
0,5 L/2 Hari menghasilkan nyala api biru pada hari ke-2 dan tidak menghasilkan
api lagi pada hari ke-4 dan 5 pengumpanan karena digester mengalami kebocoran,
sedangkan pada digester tangki dengan laju umpan 1L/2 Hari menghasilkan nyala
api biru pada hari ke-4 pengumpanan hingga hari ke-6 dan tidak menghasilkan api
lagi pada hari ke-7 pengumpanan dan pada digester tangki dengan laju umpan 1,5
L/2 Hari menghasilkan nyala api biru pada hari pertama pengumpanan hingga
hari ke-3 dan tidak menghasilkan api lagi pada hari ke-4 pengumpanan.
39
Tabel 4.24 hasil uji nyala pada masing-masing biodigester
40
41
42
43
4.2.6 Temperatur
penting. suhu yang tinggi akan memberikan hasil biogas yang baik namun, suhu
tersebut sebaiknya tidak boleh melebihi suhu kamar. Bakteri hanya dapat subur
bila suhu disekitarnya berada pada suhu kamar. Suhu yang baik untuk proses
pembentukan biogas berkisar antara 20-40 0C, dan suhu optimum antara 28-30 0C
Gambar 4.5 Hubungan Waktu terhadap nilai COD pada setiap laju umpan dalam
biodigester
gambar grafik 4.4 Hubungan waktu terhadap COD pada slury dalam biodigester
pada setiap laju umpan, didapatkan penurunan COD. Penurunan nilai COD
disebabkan karena telah terjadi proses hidrolisis. Pada tahap tersebut, bahan
44
organik dimanfaatkan oleh mikroorganisme sebagai substrat dan mengubahnya ke
dalam bentuk senyawa yang lebih sederhana. Nilai COD pada akhir proses lebih
kecil dibandingkan dengan nilai COD pada awal, yang berarti selama proses
produksi biogas terjadi penurunan nilai COD. Pada laju umpan 0,5 dan 1 L/2 Hari
mengalami penurunan kadar COD yang hampir sama karena pada pengumpanan
menggunakan substrat yang sama dengan nilai COD yang lebih rendah 580-760
ppm dari substrat yang digunakan pada pengumpanan 1,5 L/2 Hari 1794-7390
ppm, sehingga pada laju umpan 1,5 l/2 Hari menghasilkan nilai COD yang lebih
45
BAB V PENUTUP
5.1 Kesimpulan
1) Komposisi laju umpan limbah cair industr gula rafinasi pada produksi biogas
dengan kadar gas metana yang baik adalah laju umpan 1,5 L/2 hari
2) Waktu fermentasi untuk menghasilkan nyala api biru yaitu pada minggu ke
menghasilakn nyala api biru adalah laju umpan 0,5 L/2 Hari 7200 ppm,
7,21%,95,78% dan 25,45 ml/g, laju umpan 1L/2 Hari 6400 ppm, 1,19%,96,72
dan 4,3 ml/g dan laju umpan 1,5 L/2 Hari 9200 ppm, 0,74%, 96,62% dan 14
ml/g.
5.2 Saran
Perlu diadakan penelitian lebih lanjut agar pemanfaatan limbah cair gula
menjadi biogas lebih maksimal dan memperolah kadar metan yang tinggi dengan
46
DAFTAR PUSTAKA
Agustine, Restiyana, 2011. Produksi Biogas dari Palm Oil Mill Effluent (POME)
dengan Penambahan Kotoran Sapi Potong Sebagai Aktivator. Fakultas
peternakan : Institute Pertanian Bogor
Deublein, D., And A. Steinhauser. 2008. Biogas from Waste and Renewable
Resource. Second Edition. Weinheir: Wiley-VCH Verlag GmbH & Co.
KgaA.
Droste, R. 1997. Theory and Practice of Water an Wastewater Treatment. John
Wiley and Son. Canada
Paimin, 2001. Alat Pembuatan Biogas dari Drum. Penebar Swadaya. Jakarta.
47
Jakarta :Badan Standarisasi Nasional (BSN).
Wagiman, 2006. Identifikasi Potensi Produksi Biogas dari Limbah Cair Tahu
dengan Reaktor uflow anaerob sludge with upflow anaerobic sludge
blanket reaktor (UASB). Jurusan Teknologi Industri Pertanian, Fakultas
Teknologi Pertanian, UGM. Yogyakarta
Yani M dan Darwis AA. 1990. Diktat Teknologi Biogas. Pusat Antar Universitas
Bioteknologi-IPB. Bogor
48
Lampiran 1 Perhitungan Komposisi Isian Biodigester Berdasarkan Laju
Umpan
49
Untuk data hasil perhitungan total solid dan volatil solid masing-masing
biodigester dapat dilihat pada tabel data perhitungan TS dan VS Biodigester
perbandingan 70:30 pada laju umpan 0,5, I dan 1,5 L/2 Hari
50
Untuk data hasil perhitungan MLSS masing- masing biodigester dapat dilihat
pada tabel.
51
Lampiran 3 Diagram Alir Pembuatan Biogas
52
Gambar substrat Gambar alat biodigester
Gambar pemijaran sampel (analisa VS) Gambar pemanasan sampel MLSS &TS
53