OLEH:
KELOMPOK 9
Segala puja dan puji syukur kehadirat Allah SWT. Karena dengan
anugerah dan kasih sayang, petunjuk dan kekuatannya yang telah diberikan pada
penulis sehingga penulis dapat menyelesaikan makalah yang berjudul “Masailul
Khamzah menurut Manhaj Muhammadiyah”. Tanpa pertolongan-Nya mungkin
saya tidak akan sanggup menyelesaikan dengan baik. Yang akan memberikan
manfaat di kemudian hari guna kemajuan ilmu pengetahuan.
Saya sangat berharap makalah ini dapat berguna dalam rangka menambah
wawasan serta pengetahuan kita. Saya juga menyadari sepenuhnya bahwa di
dalam tugas ini terdapat kekurangan-kekurangan dan jauh dari apa yang kami
harapkan. Untuk itu, saya berharap adanya kritik, saran dan usulan demi
perbaikan di masa yang akan datang, mengingat tidak ada sesuatu yang sempurna
tanpa sarana yang membangun.
Semoga makalah sederhana ini dapat dipahami bagi siapapun yang
membacanya. Sekiranya laporan yang telah disusun ini dapat berguna bagi kami
sendiri maupun orang yang membacanya. Sebelumnya kami mohon maaf apabila
terdapat kesalahan kata-kata yang kurang berkenan dan kami memohon kritik dan
saran yang membangun demi perbaikan di masa depan.
BAB I PENDAHULUAN
C. Tujuan ............................................................................................ 1
BAB II PEMBAHASAN
4. Sabilillah .................................................................................... 7
A. Kesimpulan ................................................................................... 10
B. Saran .............................................................................................. 10
A. Latar belakang
Muhammadiyah, sebagai gerakan keagamaan yang berwatak sosio-
kultural, dalam dinamika kesejarahannya selalu berusaha merespon berbagai
perkembangan kehidupan dengan senantiasa merujuk pada ajaran Islam (al-
ruj'u ila al-Qur’an wa as-Sunnah, menjadikan al-Quran dan as-Sunnah sebagi
sumber rujukan). Di satu sisi sejarah selalu melahirkan berbagai persoalan,
dan pada sisi yang lain Islam menyediakan referensi normatif atas berbagai
persoalan tersebut. Orientasi pada dimensi illahiah inilah yang membedakan
Muhammadiyah dari gerakan sosio-kultural lainnya, baik dalam merumuskan
masalah, menjelaskannya maupun dalam menyusun kerangka operasional
penyelesaiannya. Orientasi inilah yang mengharuskan Muhammadiyah
memproduksi pemikiran, meninjau ulang dan merekonstruksi pemikiran
keislamannnya.
Pemikiran keislaman meliputi segala sesuatu yang berkaitan dengan
tuntunan kehidupan keagamaan secara praktis, wacana moralitas publik dan
discourse (wacana) keislaman dalam merespon dan mengantisipasi
perkembangan kehidupan manusia. Masalah yang selalu hadir dari kandungan
sejarah tersebut mengharuskan adanya penyelesaian. Muhammadiyah
berusaha menyelesaikannya melalui proses penafsiran dinamik antara
normativitas ad-din (agama), berupa al-ruj'u ila al-Qur’an wa as-Sunnah
(keharusan merujuk kepada al-Qurân dan as-Sunnah), historisitas (kenyataan
sejarah tentang adanya) penafsiran atas ad-din, realitas kekinian dan prediksi
masa depan. Mengingat proses penafsiran dinamik ini sangat dipengaruhi
oleh asumsi (pandangan dasar) tentang agama dan kehidupan, di samping
pendekatan dan teknik pemahaman terhadap ketiga aspek tersebut, maka
Muhammadiyah perlu merumuskannya secara spesifik. Dengan demikian
diharapkan ruhul ijtihad (semangat untuk menggali ajaran agama dari
sumber-sumbernya) dan tajdid (upaya pemurnian dan pembaharuan
pemikiran keislaman) terus tumbuh dan berkembang.
Dari wacana yang terus bergulir, orang pun selalu mempertanyakan:
“Bagaimana Muhammadiyah memahami Islam sebagai sebuah kebenaran
mutlak untuk mendapatkan jawaban yang yang mendekati kebenaran Islam
yang sejati? Apa rumusan kongkret pandangan Muhammadiyah tentang
Islam? Dan, yang tidak kalah pentingnya, bagaimana melaksanakannya di
dalam tindakan nyata? Dalam hal ini Muhammadiyah telah memiliki tiga
rumusan penting, yang diasumsikan bisa menjawab pertanyaan-pertanyaan di
atas. Pertama rumusan tentang Masailul Khamsah (Masalah Lima), kedua
rumusan Matan Keyakinan dan Cita-cita Hidup Muhammadiyah (yang
dikenal di kalangan warga Muhammadiyah dengan singkatan MKCH), dan
ketiga rumusan tentang Pedoman Kehidupan Islami Warga Muhammadiyah.
Dan yang akan dibahas pada pembahasan ini adalah mengenai Masailul
Khamsah (Masalah Lima).
B. Rumusan masalah
2. Ad Dunyaa (Dunia)
سلَّ َم َم َّر ِبقَ ْو ٍم يُلَ ِقِّحُونَ فَقَا َل لَ ْو لَ ْم تَ ْف َعلُوا َ علَ ْي ِه َو َّ صلَّى
َ َُّللا َ ي َّ ت َع ْن أَن ٍَس أ َ َّن النَّ ِب َ شةَ َو
ٍ ع ْن ثَا ِب َ َِع ْن َعائ
صا فَ َم َّر ِب ِه ْم فَقَا َل َما ِلن َْخ ِل ُك ْم قَالُوا قُ ْلتَ َكذَا َو َكذَا قَا َل أ َ ْنت ُ ْم أَ ْعلَ ُم ِبأ َ ْم ِر ُد ْن َيا ُك ْم ً صلُ َح قَا َل فَخ ََر َج ِشي
َ َل
Artinya: Dari 'Aisyah dan dari Tsabit dari Anas bahwa Nabi saw pernah
melewati suatu kaum yang sedang mengawinkan pohon kurma, lalu beliau
bersabda: Sekiranya mereka tidak melakukannya, kurma itu akan (tetap)
baik. Tapi setelah itu, ternyata kurma tersebut tumbuh dalam keadaan
rusak. Hingga suatu saat Nabi saw melewati mereka lagi dan melihat hal
itu beliau bertanya: Ada apa dengan pohon kurma kalian? Mereka
menjawab: Bukankah anda telah mengatakan hal ini dan hal itu? Beliau
lalu bersabda: Kalian lebih mengetahui urusan dunia kalian. (HR.
Muslim: 4308).
Artinya: Jika sesuatu menyangkut urusan dunia, maka itu adalah urusan
kalian, dan jika menyangkut perkara-perkara agama kalian, maka
serahkan kepadaku (Ibnu Majah: 2462, Ahmad: 12086, 23773).
3. Al ‘Ibadah (Ibadah)
ٌِي َعا َّمة
َ ع َوه
ُ ار
ِ ش ِ ِي التَّقَ ُّربُ إلى هللاِ بِا ْمتِثَا ِل َأو ِام ِره َواجْ تِنَا
َّ ب ن ََواهِي ِه َوالعَ َم ِل بِ َما أذِنَ بِ ِه ال َ ال ِعبَادَة ه
.صة
َّ َوخَا
“Ibadah ialah bertaqarrub (mendekatkan diri) kepada Allah dengan jalan
mentaati segala perintah Nya, menjauhi larangan Nya dan mengamalkan
segala di inginkannya (diizinkannya). Dan ibadah itu terbagi dua yaitu
ammah (umum) dan khasshah (khusus)” (PP Muhammadiyah, Majelis
Tarjih, Tt: 276-277).
ُارع
ِ شَّ فَالعَا َّمة ُك ُّل َع َم ٍل أَذِنَ بِ ِه ال
“Ibadah ammah (umum) ialah segala amal yang di izinkan Allah”
صة ُ ت َم ْخ
َ صو ٍ ت َو َك ْي ِفيَّا ٍ ع ِفي َها ِب ُج ْز ِئيَّا
ٍ ت و َه ْيئ َا ُ ار
ِ شَّ صةُ َما َحدَّدَهُ ال
َّ َوالخَا
“Ibadah khassah (khusus) ialah yang telah dibatasi Allah dengan bagian-
bagiannya, keadaan dan tata caranya yang tertentu.”
Menambah atau mengurangi ibadah khusus itulah yang disebut
bid’ah, dan bid’ah itu sesat. Bid’ah ialah mengada-ada atau menambah-
nambah ibadah khusus seperti shalat, haji, dll.
Ibadah umum juga segala kegiatan hidup manusia yang dibolehkan Allah,
yang gunanya menopang ibadah khusus, seperti bekerja, makan, minum,
tidur, dll.
Tanpa semua yang diatas, kita tidak bisa melakukan shalat, dll
Kalau demikian, maka cocoklah firman Allah swt dalam surat az Zariyat
56 :
“Tidak aku ciptakan jin dan manusia kecuali untuk menyembahku.”
Karena seluruh hidup kita adalah ibadah.
4. Sabilillah
Sabil artinya jalan. Jadi sabilillah artinya jalan Allah. Dalam qarar
(keputusan) majlis Tarjih pengertinya ialah :
َ ص ُل إلَى َما يَ ْر
ضاهُ هللاُ ِم ْن ُك ِِّل َع َم ٍل أذِنَ هللا بِ ِه ِإل ْعَلَ ِء َك ِل َمتِ ِه َوتَ ْن ِف ْي ِذ َّ سبِيل هللا ه َُو ال
ُ ط ِر
ِ يق ال ُم ْو َ
َام ِه
ِ أحْ ك
“Sabillah ialah jalan yang menyampaikan perbuatan seseorang kepada
keridhaan Allah, berupa segala amal yang di izinkan Allah untuk
meninggikan kalimatnya (agamanya) dan melaksanakan hukum-
hukumnya.” (PP Muhammadiyah, Majelis Tarjih, Tt: 277).
5. Al Qiyaas (Qiyas)
Qiyas ialah ijtihad dalam menetapkan hukum suatu masalah yang
belum ada ketentuan hukumnya dengan menyamakan hukum kepada suatu
masalah yang telah ada hukumnya berdasarkan nash, karena ada
persamaan illah antara kedua hukum itu.
ي ِم ْنَ ت ِه ْ لى اَ ْلعَ َم ِل بِها َ َولَ ْي َس
َ ِت اْلحا َ َجةُ إ ِ ت َودَ َعْ َف ِع ْندَ ُموا َ َج َه ِة أ ُ ُم ْو ٍر َوقَع ُّ ت ال
ُ ظ ُر ْو ِ تى ا ْستَدْ َعَ َو َم
ُ ص ِح ْي َح ِة فَا ْ ُلو
ص ْو ُل َّ سنَّ ِة الُّ آن أ َ ِو ال
ِ ص ِر ْي ٌح ِمنَ اْلقُ ْر
َ َص ٌّ لم يَ ِردْ فِ ْي ُح ْك ِمها َ ن َ ْت اْل َمح
َ ض ِة َو ِ أ ُ ُم ْو ِر اْل ِعبَادَا
علَى أَسا َ ِس ت َسا َ ِوي اْل ِع َل ِل َ ِص اْ َلو ِاردَة ِ ص ْو ُ ُّق اَْلِجْ تِها َ ِد َواْ َِل ْس ِت ْنبا َ ِط ِمنَ الن َ لى َم ْع ِرفَ ِة ُح ْك ِمها َ َع ْن
ِ ط ِر ْي َ ِإ
.ف ِ ف َواْل َخ َل ِ س َل ُ َكَما َ َج َرى َع َل ْي ِه اْل َع َم ُل ِع ْند
َّ ع َلما َ ِء ال
Artinya: Bilamana perlu dalam menghadapi soal-soal yang telah terjadi
dan dihajatkan untuk diamalkannya, mengenai hal-hal yang tak
bersangkutan dengan ibadah mahdah pada hal untuk alasannya tidak
terdapat nash yang sharih di dalam al-Qur’an atau Sunnah shahihah,
maka jalan untuk mengetahui hukumnya adalah melalui ijtihad dan
istinbat dari nash-nash yang ada berdasarkan persamaan ‘illat sebagai
mana telah dilakukan oleh ulama salaf dan khalaf (PP Muhammadiyah,
Majelis Tarjih, Tt: 278).
Contoh : Mengharamkan narkoba karena di qiyaskan kepada khamar,
karena persamaan illahnya yaitu sama-sama menghilangkan akal, atau
memabukkan. (Surat al Baqarah 219 dan al Maidah 90).
Contoh lain: Dalam pengangkatan khalifah pengganti Nabi, para sahabat
mengqiyaskannya dengan penunjukan Abu Bakar menjadi imam shalat
waktu masih hidup.
Nu’man bin Tsabit (Abu Hanifah) adalah ulama mazhab yang
paling banyak menggunakan qiyas, karena beliau tidak banyak menerima
hadits disebabkan tinggal di Irak. Ini berbeda dengan Imam Maliki yang
tinggal di Madinah yang banyak menggunakan hadits.
ث ْال ُمؤْ ت َِم ِر ْينَ فِى
ِ ت يَ ْست َِم ُع فِ ْي َها ْال ُمؤْ تَ َم ُر ِلبُ ُح ْو َ َث َجل
ٍ سا ِ َث َح ْو َل َم ْسأَلَ ِة ْال ِقي
ِ اس فِى ث َ ََل ِ ْبَ ْعد ُ البَح
ِ ت َو ُم َح َاو َرةٍ بَيْنَ ْالفَ ِر ْي َقي ِْن فِى دَ ْو َرةٍ َو
ٍاحدَة ٍ ث دَ ْو َراِ ث َ ََل
Setelah persoalan qiyas dibicarakan dalam waktu tiga kali sidang, dengan
mengadakan tiga kali pemandangan umum dan satu kali Tanya jawab
antara kedua belak pihak.
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
Adapun kesimpulan dalam makalah ini yaitu :
1. Masalah Lima (Masailul khamsah) merupakan rumusan awal tentang
Islam menurut pandangan Muhammadiyah tanpa ada rujukannya dari
nashnya (baik Al Qur'an maupun As Sunnah).
2. Dari rumusan tersebut tercantum pandangan dasar tentang islam menurut
pandangan muhammadiyah yang tertuang dalam penjelasan mengenai
Agama, Dunia, Ibadah, Sabilillah, Dan Qiyas
B. Saran
Bagi para pemuda Muhammadiyah Perlu adanya pemahaman tentang
Masailul Khamsah agar dapat menjalankan kehidupan yang bernilai ibadah di
sisi Allah SWT dan bermanfaat bagi sesamanya.
DAFTAR PUSTAKA