Anda di halaman 1dari 13

M A N H A J M U H A M M A D I YA H

DALAM BERAGAMA

KELOMPOK 8:
1. H A N I F A H M A D N A S R U L H A Q
2. M O C H . F A H R I A K B A R H
3. R I R I N S I T I A R O F A H

M AT A K U L I A H
I S L A M , I L M U P E N G E TA H U A N D A N T E K N O L O G I
PENGERTIAN MANHAJ

Secara bahasa, manhaj (‫ )منهج‬atau minhaj (‫ )منهاج‬berarti “jalan yang jelas” (‫)الطريق الواضح‬. Berasal dari kata nahaja al-thariqu ( ‫بمعنى وضح‬
‫ وصار نهجا واضحا بينا نهج الطريق‬،‫ )واستبان‬: “jalan tersebut jelas dan terang”. Al-Imam Al-Alusi dan Ibnu ‘Asyur menjelaskan “minhaj” sebagai
jalan yang luas dan terang dalam agama.” Sementara menurut Ibnu Katsir dan Rasyid Ridla, tuntunan atau jalan yang mempermudah
manusia menuju tujuannya tanpa tergelincir dan menyimpang.

Dengan penjelasan arti kata tersebut, manhaj tabligh/dakwah Muhammadiyah dapat diartikan sebagai, “sejumlah rumusan yang
menjadi pijakan, prinsip dasar (mabda’/munthalaq), tujuan (ghayah), metode (thariqah), model pendekatan (uslub) dalam menjalankan
aktifitas tabligh dan dakwah Persyarikatan Muhammadiyah yang mencakup seluruh persoalan dakwah; keilmuan, praktek, pemikiran,
perilaku muballigh/da’i termasuk seluruh organ amal usaha dan warga Persyarikatan dalam mewujudkan cita-cita suci Muhammadiyah :
masyarakat Islam yang sebenar-benarnya, baldatun thayyibatun wa Rabbun ghafur.”
‫ُقْل َهِذِه َس ِبيِلي َأْدُع و ِإَلى ِهَّللا َع َلى َبِص يَرٍة َأَنا َو َمِن اَّتَبَعِني َو ُسْبَح اَن ِهَّللا َو َم ا َأَنا ِم َن اْلُم ْش ِر ِكيَن‬
“Katakanlah: “Inilah jalan (agama) ku, aku dan orang-orang yang mengikutiku mengajak kepada Allah dengan hujjah yang nyata, Maha
Suci Allah, dan aku tiada termasuk orang-orang yang musyrik.” (Q.S. Yusuf : 108)
Pengertian Tarjih

Kata Tarjih menurut bahasa bersasal dari “ rajjaha”. Rajjaha berarti member pertimbangan lebih dari
pada yang lain.menurut istilah,para ulama berbeda-beda dalam memberikan rumusan tarjih
ini.sebagaian besar ulama Hanafiyah,Syafi:iyyah dan Hanabilah,memberikan rumusan bahwa tarjih
itu perbuatan mujtahid,sehingga dalam kitab Kasyf-u “I Asrar di sebutkan, tarjih itu adalah :
“ Usaha yang di lakukan oleh mujtahid untuk mengemukakan satu di antara dua jalan yang
bertentangan,karena adanya kelebihan yang nyata untuk di lakukan tarjih itu ”
Sejarah Manhaj
Tarjih Muhammadiyah
Sejak tahun 1935 upaya perumusan Manhaj Tarjih Muhammadiyah telah dimulai, dengan surat edaran yang dikeluarkan oleh Hoofdbestuur (Pimpinan Pusat)
Muhammadiyah. Langkah pertama kali yang ditempuh adalah dengan mengkaji ” Mabadi’ Khomsah “( Masalah Lima ) yang merupakan sikap dasar
Muhammadiyah dalam persoalan agama secara umum. Masalah Lima tersebut meliputi :

1. Pengertian Agama (Islam) atau ad-Din , yaitu :” Apa yang diturunkan Allah dalam Al Qur’an dan yang tersebut dalam Sunnah yang shahih, berupa
perintah-perintah dan larangan-larangan serta petunjuk untuk kebaikan manusia di dunia dan akherat.
2. Pengertian Dunia (ad-Dunya ):” Yang dimaksud urusan dunia dalam sabda Rosulullah saw : ” Kamu lebih mengerti urusan duniamu ” ialah segala
perkara yang tidak menjadi tugas diutusnya para nabi ( yaitu perkara-perkara/pekerjaan-pekerjaan/urusan-urusan yang diserahkan sepenuhnya
kepada kebijaksanaan manusia)
3. Pengertian Ibadah, ialah :” Bertaqarrub ( mendekatkan diri ) kepada Allah, dengan jalan mentaati segala perintah-perintahnya, menjauhi larangan-
larangan-nya dan mengamalkan segala yang diijinkan Allah. Ibadah itu ada yang umum dan ada yang khususnya. yang umum ialah segala amalan
yang diijinkan Allah. Yang khusus ialah apa yang telah ditetapkan Allah akan perincian-perinciannya, tingkat dan cara-caranya yang tertentu.
4. Pengertian Sabilillah, ialah : ” Jalan yang menyampaikan perbuatan seseorang kepada keridloaan Allah, berupa segala amalan yang diijinkan Allah
untuk memuliakan kalimat ( agama )-Nya dan melaksanakan hukum-hukum-Nya
5. Pengertian Qiyas, ( Ini belum dijelaskan secara rinci baik pengertian maupun pelaksanaannya ) Karena Masalah Lima tersebut, masih bersifat
umum, maka Majlis Tarjih terus berusaha merumuskan Manhaj untuk dijadikan pegangan di dalam menentukan hukum. Dan pada tahun 1985-1990,
yaitu tepatnya pada tahun 1986, setelah Muktamar Muhammadiyah ke- 41 di Solo, Majlis Tarjih baru berhasil merumuskan 16 point pokok-pokok
Manhaj Tarjih Muhammadiyah.
POKOK-POKOK
MANHAJ MAJLIS TARJIH MUHAMMADIYAH

Pokok-pokok Manhaj Majlis Tarjih Muhammadiyah adalah sbb :


1. Di dalam beristidlal, dasar utamanya adalah al Qur’an dan al Sunnah al Shohihah. Ijtihad dan istinbath atas dasar illah terhadap hal-hal
yang tidak terdapat dalam nash , dapat dilakukan. Sepanjang tidak menyangkut bidang ta’abbudi, dan memang hal yang diajarkan dalam
memenuhi kebutuhan hidup manusia. Dengan perkataan lain, Majlis Tarjih menerima Ijitihad , termasuk qiyas, sebagai cara dalam
menetapkan hukum yang tidak ada nashnya secara langsung.
2. Dalam memutuskan sesuatu keputusan , dilakukan dengan cara musyawarah. Dalam menetapkan masalah ijtihad, digunakan sistem
ijtihad jama’I. Dengan demikian pendapat perorangan dari anggota majlis, tidak dipandang kuat.
3. Tidak mengikatkan diri kepada suatu madzhab, akan tetapi pendapat-pendapat madzhab, dapat menjadi bahan pertimbangan dalam
menentukan hukum. Sepanjang sesuai dengan jiwa Al Qur’an dan al – Sunnah, atau dasar-dasar lain yang dipandang kuat.
4. Berprinsip terbuka dan toleran dan tidak beranggapan bahwa hanya majlis Tarjih yang paling benar. Keputusan diambil atas dasar
landasan dalil- dalil yang dipandang paling kuat, yang di dapat ketika keputusan diambil. Dan koreksi dari siapapun akan diterima.
Sepanjang dapat diberikan dalil-dalil lain yang lebih kuat. Dengan demikian, Majlis Tarjih dimungkinkan mengubah keputusan yang
pernah ditetapkan. ( Seperti halnya pencabutan larangan menempel gambar KH. Ahamd Dahlan karena kekawatiran tejadinya syirik
sudah tidak ada lagi , pencabutan larangan perempuan untuk keluar rumah dll)
5. Di dalam masalah aqidah ( Tauhid ) , hanya dipergunakan dalil-dalil mutawatir
Perspektif
(Wawasan / Semangat) Tarjih

Definisi manhaj tarjih di atas menggambarkan bahwa manhaj tersebut memuat unsur-unsur:
(1) wawasan (atau semangat/perspektif),
(2) sumber ajaran,
(3) pendekatan,
(4) metode (prosedur tehnis).
Manhaj tarjih sebagai kegiatan intelektual untuk merespons berbagai persoalan dari sudut pandang agama Islam tidak
sekedar bertumpu pada sejumlah prosedur tehnis an sich, melainkan juga dilandasi oleh wawasan/perspektif pemahaman
agama yang menjadi karakteristik pemikiran Islam Muhammadiyah. Wawasan/perspektif tarjih itu meliputi :

1. Wawasan Agama,
2. Wawasan Tajdid,
3. Wawasan Toleransi,
4. Wawasan Keterbukaan,
5. Wawasan Tidak Berafiliasi Mazhab Tertentu.
Wawasan Agama
Ada banyak pendekatan yang dilakukan dalam memahami agama. Ada beberapa ahli yang memahami agama dengan
melihat fungsinya sebagaimana diikuti oleh beberapa antropolog, terutama yang beraliran fungsionalis. Ada pula yang
melihat hakikat agama dalam pengalaman Tarjih mendefinisikan pula agama Islam yang dibawa oleh Nabi Muhammad
saw, yaitu
Artinya: Agama (yaitu agama Islam) yang dibawa oleh nabi Muhammad saw ialah apa yang diturunkan Allah di dalam
Quran dan yang tersebut dalam sunnah yang sahih, berupa perintah-perintah dan larangan-larangan serta petunjuk-
petunjuk untuk kebaikan manusia di Dunia dan Akhirat.
Seperti halnya definisi para ulama Islam, pengertian agama yang dirumuskan tarjih ini juga melihat agama sebagai suatu
tatanan normatif yang menjadi kerangka rujukan dan sekaligus bimbingan bagi manusia dalam menjalani hidupnya untuk
mencapai kebahagiaan baik di dunia maupun di akhirat. Definisi ini benar sepenuhnya, namun baru menggambarkan satu
sisi dari agama. Untuk melengkapi konsep ini, kita dapat pula melihat agama dari segi hakikatnya sebagaimana yang
diresapi dan dimanifetasikan oleh pelakunya. Dari sudut pandang ini kita dapat mendefinisikan agama sebagai “suatu
pengalaman imani yang terekspresikan dalam wujud amal salih yang dijiwai oleh “islam”, ihsan dan syariah.
Wawasan Tajdid

Tajdid sebagai karakteristik pemikiran Islam Muhammadiyah diingat dalam memori kolektif warga masyarakat Muslim
Indonesia yang melabeli gerakan ini
sebagai gerakan kaum modernis. Deliar Noer menegaskan bahwa Muhammadiyah adalah “sebuah gerakan kaum modernis
yang melakukan pendekatan terhadap sumber-sumber ini maksudnya al-Quran dan as-Sunnah. dengan cara melakukan
ijtihad guna melakukan pembaruan sosial dan keagamaan di kalangan orang-orang Muslim Indonesia. Sejak tahun 2005
semangat tersebut oleh Muhammadiyah sendiri dipatrikan dalam dokumen resmi. Semangat (wawasan) tajdid ditegaskan
sebagai identitas umum gerakan Muhammadiyah termasuk pemikirannya di bidang keagamaan. Ini ditegaskan dalam pasal
4 Anggaran Dasar Muhammadiyah yang telah dikutip pada awal tulisan ini. Dalam kaitan dengan manhaj tarjih, tajdid
menggambarkan orientasi dari kegiatan tarjih dan
corak produk ketarjihan.
Wawasan Toleransi

Toleransi artinya bahwa putusan Tarjih tidak menganggap dirinya saja yang benar, sementara yang lain tidak
benar. Dalam “Penerangan tentang Hal Tardjih” yang dikeluarkan tahun 1936, dinyatakan, “Kepoetoesan
tardjih moelai dari meroendingkan sampai kepada menetapkan tidak ada sifat perlawanan, jakni menentang
ataoe menjatoehkan segala jang tidak dipilih oleh Tardjih itoe.” Pernyataan ini menggambarkan bahwa Tarjih
Muhammadiyah tidak menegasikan pendapat lain apalagi menyatakannya tidak benar. Tarjih Muhammadiyah
memandang keputusan-keputusan yang diambilnya adalah suatu capaian maksimal yang mampu diraih saat
mengambil keputusan itu. Oleh karena itu Tarjih Muhammadiyah terbuka terhadap masukan baru dengan
argumen yang lebih kuat. Keterbukaan terhadap penemuan baru adalah prinsip berikutnya dalam wawasan
ketarjihan Muhammadiyah.
Wawasan Keterbukaan

Keterbukaan artinya bahwa segala yang diputuskan oleh Tarjih dapat dikritik dalam rangka melakukan perbaikan, di mana
apabila ditemukan dalil dan argumen lebih kuat, maka Majelis Tarjih akan membahasnya dan mengoreksi dalil dan
argumen yang dinilai kurang kuat. Dalam “Penerangan tentang Hal Tardjih” ditegaskan, “Malah kami berseroe kepada
sekalian oelama soepaya soeka membahas poela akan kebenaran poetoesan Madjelis Tardjih itoe di mana kalaoe terdapat
kesalahan ataoe koerang tepat dalilnja diharap soepaya diajoekan, sjoekoer kalaoe dapat memberikan dalil jang lebih tepat
dan terang, Yang nanti akan dipertimbangkan pula, diulang penjelidikannja, kemudian kebenarannya akan ditetapkan dan
digunakan. Sebab waktu mentarjihkan itu ialah menurut sekedar pengertian dan kekuatan kita pada waktu itu.
Wawasan
Tidak Berafiliasi Mazhab

Memahami agama dalam perspektif tarjih dilakukan langsung dari sumber-sumber pokoknya, al-Quran dan Sunnah
melaluin proses ijtihad dengan metode-metode ijtihad yang ada. Ini berarti Muhammadiyah tidak berafiliasi kepada mazhab
tertentu. Namun ini tidak berarti menafikan berbagai pendapat fukaha yang ada. Pendapat-pendapat mereka itu sangat
penting dan dijadikan bahan pertimbangan untuk menentukan diktum norma/ajaran yang lebih sesuai dengan semangat di
mana kita hidup.
HATUR NUHUN

Anda mungkin juga menyukai