Anda di halaman 1dari 10

BAB I

PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Muhammadiyah adalah gerakan Islam yang melaksanakan dakwah dan
tajdid untuk terwujudnya masyarakat Islam yang sebenar-benarnya. Sebagai
gerakan dakwah, Muhammadiyah mengajak umat manusia untuk memeluk
agama Islam (da’wah ila al-Khair), menyuruh pada yang ma’ruf (al-amr bi al-
ma’ruf), dan mencegah dari yang munkar (al-nahy ‘an al-munkar) {QS. Ali
Imran/3: 104}, sehingga hidup manusia selamat, bahagia, dan sejahtera di
dunia dan akhirat. Karena itu seluruh warga, pimpinan, hingga berbagai
komponen yang terdapat dalam Muhammadiyah, termasuk amal usaha dan
orang-orang yang berada di dalamnya, haruslah memahami Muhammadiyah
serta mengaktualisasikannya dalam kehidupan nyata.
Dalam memahami hakikat Muhammadiyah, karena Persyarikatan ini
merupakan gerakan Islam sebagaimana disebutkan di atas, maka merupakan
kewajiban bagi seluruh warga dan pimpinan serta segenap pengelola dan
pelaksana di lingkungan struktur Persyarikatan termasuk di amal usahanya,
untuk memahami Islam sebagaimana paham agama dalam Muhammadiyah.
Tuntutan seperti ini bukan bermazhab dan taklid, tetapi sebagai bentuk ‘ittiba
sekaligus keniscayaan menyetujui asas dan tujuan Muhammadiyah,
sebagaimana lazimnya siapapun yang berada dalam rumah Muhammadiyah.

B. Rumusan Masalah
1. Bagaiman Pemahaman agama dalam muhammadiyah ?
2. Apa saja manhaj pemahaman agama dalam muhammadiyah ?
3. Apa itu himpunan pemahaman Tarji ?
4. Apa pedoman hidup islam warga muhammadiyah?
BAB II
PEMBAHASAN

A. Pemahaman agama dalam muhammadiyah

B. Manhaj pemahaman agama dalam muhammadiyah

C. Himpunan pemahaman Tarji


Kata Tarjih menurut bahasa  bersasal dari “ rajjaha”.Rajjaha berarti
member pertimbangan lebih dari pada yang lain.menurut istilah,para ulama
berbeda-beda dalam memberikan rumusan tarjih ini.sebagaian besar ulama
Hanafiyah,Syafi:iyyah dan Hanabilah,memberikan rumusan bahwa tarjih itu
perbuatan mujtahid.

1. Sejarah Manhaj Tarjih Muhammadiyah

Sejak tahun 1935 upaya perumusan Manhaj Tarjih Muhammadiyah telah


di mulai, dengan surat edaran yang dikeluarkan oleh Hoof
bestuur (Pimpinan Pusat) Muhammadiyah. Langkah pertama kali yang
ditempuh adalah dengan mengkaji ” Mabadi’ Khomsah “( Masalah Lima )
yang merupakan sikap dasar Muhammadiyah dalam persoalan agama
secara umum. Masalah Lima tersebut meliputi :

a. Pengertian Agama (Islam) atau al Din , yaitu :” Apa yang diturunkan


Allah dalam Al Qur’an dan yang tersebut dalam Sunnah yang shahih,
berupa perintah-perintah dan larangan-larangan serta petunjuk untuk
kebaikan manusia di dunia dan akherat.
b. Pengertian Dunia (al Dunya ):” Yang dimaksud urusan dunia dalam sabda
Rosulullah saw : ” Kamu lebih mengerti urusan duniamu ” ialah segala
perkara yang tidak menjadi tugas diutusnya para nabi ( yaitu perkara-
perkara/pekerjaan-pekerjaan/urusan-urusan yang diserahkan sepenuhnya
kepada kebijaksanaan manusia)
c. Pengertian Al Ibadah, ialah :” Bertaqarrub ( mendekatkan diri ) kepada
Allah,dengan jalan mentaati segala perintah-perintahnya, menjahuhi
larangan-larangan-nya dan mengamalkan segala yang diijinkan Allah.
Ibadah itu ada yang umum dan ada yang khususnya. yang umum ialah
segala amalan yang diijinkan Allah. Yang khusus ialah apa yang telah
ditetapkan Allah akan perincian-perinciannya, tingkat dan cara-caranya
yang tertentu.
d. Pengertian Sabilillah, ialah : ” Jalan yang menyampaikan perbuatan
seseorang kepada keridloaan Allah, berupa segala amalan yang diijinkan
Allah untuk memuliakan kalimat ( agama )-Nya dan melaksanakan
hukum-hukum-Nya
e. Pengertian Qiyas, ( Ini belum dijelaskan secara rinci baik pengertian
maupun pelaksanaannya )
Karena Masalah Lima tersebut, masih bersifat umum, maka Majlis
Tarjih terus berusaha merumuskan Manhaj untuk dijadikan pegangan di dalam
menentukan hukum. Dan pada tahun 1985-1990, yaitu tepatnya pada tahun
1986, setelah Muktamar Muhammadiyah ke- 41 di Solo, Majlis Tarjih baru
berhasil merumuskan 16 point pokok-pokok Manhaj Tarjih Muhammadiyah.
Adapun Pokok-pokok Manhaj Majlis Tarjih adalah sbb :
a. Di dalam beristidlal, dasar utamanya adalah al Qur’an dan al Sunnah al
Shohihah. Ijtihad dan istinbath atas dasar illah terhadap hal-hal yang tidak
terdapat dalam nash , dapat dilakukan. Sepanjang tidak menyangkut
bidang ta’abbudi, dan memang hal yang diajarkan dalam memenuhi
kebutuhan hidup manusia. Dengan perkataan lain, Majlis Tarjih menerima
Ijitihad , termasuk qiyas, sebagai cara dalam menetapkan hukum yang
tidak ada nashnya secara langsung.
b. Dalam memutuskan sesuatu keputusan , dilakukan dengan cara
musyawarah. Dalam menetapkan masalah ijtihad, digunakan sistem ijtihad
jama’I. Dengan demikian pendapat perorangan dari anggota majlis, tidak
dipandang kuat.
c. Tidak mengikatkan diri kepada suatu madzhab, akan tetapi pendapat-
pendapat madzhab, dapat menjadi bahan pertimbangan dalam menentukan
hukum. Sepanjang sesuai dengan jiwa Al Qur’an dan al – Sunnah, atau
dasar-dasar lain yang dipandang kuat.
d. Berprinsip terbuka dan toleran dan tidak beranggapan bahwa hanya majlis
Tarjih yang paling benar. Keputusan diambil atas dasar landasan dalil-
dalil yang dipandang paling kuat, yang di dapat ketika keputusan diambil.
Dan koreksi dari siapapun akan diterima. Sepanjang dapat diberikan dalil-
dalil lain yang lebih kuat. Dengan demikian, Majlis Tarjih dimungkinkan
mengubah keputusan yang pernah ditetapkan. ( Seperti halnya pencabutan
larangan menempel gambar KH. Ahamd Dahlan karena kekawatiran
tejadinya syirik sudah tidak ada lagi , pencabutan larangan perempuan
untuk keluar rumah dll)
e. Di dalam masalah aqidah ( Tauhid ) , hanya dipergunakan dalil-dalil
mutawatir
f. Tidak menolak ijma’ sahabat sebagai dasar suatu keputusan.
g. Menggunakan asas ” saddu al-daraI’ ” untuk menghindari terjadinya fitnah
dan mafsadah.
h. Men-ta’lil dapat dipergunakan untuk memahami kandungan dalil- dalil Al
Qur’an dan al Sunnah, sepanjang sesuai dengan tujuan syare’ah.
Adapun qaidah : ” al hukmu yaduuru ma’a ‘ilatihi wujudan wa’adaman”
dalam hal-hal tertentu , dapat berlaku “
i. Pengunaaan dalil- dalil untuk menetapkan suatu hukum , dilakukan dengan
cara konprehensif , utuh dan bulat. Tidak terpisah.
j. Dalil –dalil umum al Qur’an dapat dimengerti dengan hadist Ahad, kecuali
dalam bidang aqidah
k. Dalam mengamalkan agama Islam, mengunakan prinsip “Taisir
” ( Diantara contohnya adalah : dzikir singkat setelah sholat lima waktu,
sholat tarawih dengan 11 rekaat )
l. Dalam bidang Ibadah yang diperoleh ketentuan- ketentuannya dari Al
Qur’an dan al Sunnah, pemahamannya dapat dengan menggunakan akal,
sepanjang dapat diketahui latar belakang dan tujuannya. Meskipun harus
diakui ,akal bersifat nisbi, sehingga prinsip mendahulukan nash daripada
akal memiliki kelenturan dalam menghadapai situsi dan
kondisi. ( Contohnya, adalah ketika Majlis Tarjih menentukan awal Bulan
Ramadlan dan Syawal, selain menggunakan metode Rukyat,juga
menggunakan metode al Hisab. Walaupun pelaksanaan secara rinci
terhadap keputusan ini perlu dikaji kembali karena banyak menimbulkan
problematika pada umat Islam di Indonesia )
m. Dalam hal- hal yang termasuk “al umur al dunyawiyah” yang tidak
termasuk tugas para nabi , penggunaan akal sangat diperlukan, demi
kemaslahatan umat.
n. Untuk memahami nash yang musytarak, paham sahabat dapat diterima.
o. Dalam memahani nash , makna dlahir didahulukan dari ta’wil dalam
bidang aqidah. Dan takwil sahabat dalam hal ini, tidak harus
diterima.Seperti dalam memahami ayat-ayat dan hadist yang
membicarakan sifat-sifat dan perbuatan Allah swt,seperti Allah
bersemayam d atas Arsy, Allah turun ke langit yang terdekat dengan bumi
pada sepertiga akhir malam dll

Penyempurnaan dan Pengembangan Majlis Tarjih Sebagaimana diketahui


bahwa Persyarikatan Muhammadiyah merupakan persyarikatan yang
bergerak untuk Tajdid dan pembaharuan. Maka Majlis Tarjih, yang
merupakan bagian terpenting dalam organisasi tersebut tidak bersifat kaku
dan kolot, akan tetapi keputusan- keputusan Majlis Tarjih masih ada
kemungkinan mengalami perubahan kalau sekiranya dikemudian hari ada
dalil atau alasan yang dipandang lebih kuat. Bahkan nama dan kedudukan
Majlis dalam Persyarikatan bisa mengalami perubahan sesuai dengan
kebutuhan.

D. Pedoman hidup islam warga muhammadiyah


a. Memahami Pedoman Hidup Islami Warga Muhammadiyah.
Pedoman Hidup Islami Warga Muhammadiyah adalah seperangkat
nilai dan norma Islami yang bersumber Al-Quran dan Sunnah menjadi
pola bagi tingkah laku warga Muhammadiyah dalam menjalani kehidupan
sehari-hari sehingga tercermin kepribadian Islami menuju terwujudnya
masyarakat utama yang diridloi Allah SWT.
Pedoman Hidup Islami Warga Muhammadiyah merupakan
pedoman untuk menjalani kehidupan dalam lingkup pribadi, keluarga,
bermasyarakat, berorganisasi, mengelola amal usaha, berbisnis,
mengembangkan profesi, berbangsa dan bernegara, melestarikan
lingkungan, mengembangkan ilmu pengetahuan dan teknologi, dan
mengembangkan seni dan budaya yang menunjukkan perilaku uswah
hasanah (teladan yang baik).
b. Landasan dan Sumber
Landasan dan sumber Pedoman Hidup Islami Warga Muhammadiyah
ialah Al-Quran dan Sunnah Nabi dengan pengembangan dari pemikiran-
pemikiran formal (baku) yang berlaku dalam Muhammadiyah, seperti;
Matan Keyakinan dan Cita-cita Hidup Muhammadiyah, Muqaddimah
Anggaran Dasar Muhammadiyah, Matan Kepribadian muhammadiyah,
Khittah Perjuangan Muhammadiyah serta hasil-hasil Keputusan Majelis
Tarjih.
c. Kepentingan
Warga Muhammadiyah dewasa ini memerlukan pedoman kehidupan
yang bersifat panduan dan pengkayaan dalam menjalani berbagai kegiatan
sehari-hari, Tuntutan ini didasarkan atas perkembangan situasi dan kondisi
antara lain:
a) Kepentingan akan adanya Pedoman yang dijadikan acuan bagi segenap
anggota Muhammadiyah sebagai penjabaran dan bagian dari Keyakinan
Hidup Islami Dalam Muhammadiyah yang menjadi amanat Tanwir
Jakarta 1992 yang lebih merupakan konsep filosofis.
b) Perubahan-perubahan sosial-politik dalam kehidupan nasional di era
reformasi yang menumbuhkan dinamika tinggi dalam kehidupan umat
dan bangsa serta mempengaruhi kehidupan Muhammadiyah, yang
memerlukan pedoman bagi warga dan Pimpinan Persyarikatan
bagaimana menjalani kehidupan di tengah gelombang perubahan itu.
c) Perubahan-perubahan alam pikiran yang cenderung pragmatis
(berorientasi pada nilai guna semata), materialistis (berorientasi pada
kepentingan materi semata), dan hedonistis (berorientasi pada
pemenuhan kesenangan duniawi) yang menumbuhkan budaya inderawi
(kebudayaan duniawi yang sekular) dalam kehidupan modern abad ke-
20 yang disertai dengan gaya hidup modern memasuki era baru abad
ke-21.
d) Penetrasi budaya (masuknya budaya asing secara meluas) dan
multikulturalisme (kebudayaan masyarakat dunia yang majemuk dan
serba milintasi) yang dibawa oleh globalisasi (proses-proses hubungan-
hubungan sosial-ekonomi-politik-budaya yang membentuk tatanan
sosial yang mendunia) yang akan makin nyata dalam kehidupan bangsa.
e) Perubahan orientasi nilai dan sikap dalam bermuhammadiyah karena
berbagai faktor (internal dan eksternal) yang memerlukan standar nilai
dan norma yang jelas dari Muhammadiyah sendiri.
d. Bagian Keempat: Tuntunan Pelaksanaan
Pimpinan Pusat Muhammadiyah berkewajiban dan bertanggung jawab
untuk memimpin pelaksanaan Pedoman Hidup Islami Warga
Muhammadiyah ini dengan mengerahkan segala potensi, usaha, dan
kewenangan yang dimilikinya sehingga program ini dapat berhasil
mencapai tujuannya. Karenanya, berikut ini disusun langkah-langkah
pokok sebagai Tuntunan Pelaksanaan dalam mewujudkan konsep Pedman
Hidup Islami dalam Muhammadiyah.
Pedoman Hidup Islami Warga Muhammadiyah mengikat seluruh
warga, pimpinan, dan lembaga yang berada di lingkungan Persyarikatan
Muhammadiyah sebagai program khusus yang harus dilaksanakan dan
diwujudkan dalam kehidupan sehari-hari untuk kebaikan hidup bersama
dan tegaknya Masyarakat Utama yang menjadi rahmatan lil’alamin
a) Pimpinan Wilayah, Pimpinan Daerah, Pimpinan Cabang, dan Pimpinan
Ranting di bawah kepemimpinan Pimpinan Pusat Muhammadiyah
bertanggung jawab di setiap daerah masing-masing untuk
melaksanakan, mengelola, dan mengevaluasi pelaksanaan program
khusus Pedoman Hidup Islami Warga Muhammadiyah.
b) Pelaksanaan penerapan/operasionalisasi Pedoman Hidup Islami Warga
Muhammadiyah di setiap tingkatan hendaknya melibatkan semua
Majelis, Lembaga, Badan dan Organisasi Otonom dalam satu
koordinasi pellaksanaan oleh Pimpinan Persyarikatan yang terpadu dan
efektif serta efisien menuju keberhasilan mencapai tujuan.
e. Bagian Kelima: Penutup
Pedoman Hidup Islami Warga Muhammadiyah akan terlaksana dan
dapat mencapai keberhasilan jika benar-benar menjadi tekad dan
kesungguhan sepenuh hati segenap warga dan pimpinan Muhammadiyah
dengan menggunakan seluruh ikhtiar yang optimal yang didukung oleh
berbagai faktor yang positif menuju tujuannya.
Dengan senantiasa memohon pertolongan dan kekuatan dari Allah
SWT. insya-Allah Muhammadiyah dapat melaksanakan program khusus
yang mulia ini sebagai wujud ibadah kepada-Nya demi tegaknya Baldatun
Thayyibatun wa Rabbun Ghafûr (Negara Yang Adil-Makmur dibawah
Naungan Ampunan Allah).
BAB III
PENUTUP

A. Kesimpulan
DAFTAR PUSTAKA
Abdul Munir Mulkhan, Teologi dan Fiqh Dalam Tarjih Muhammadiyah, Cet. I,
Yogyakarta: SIPress, 1994.
Asjmuni Abdurrahman, Manhaj Tarjih Muhammadiyah, Metodologi dan Aplikasi,
Cetakan III, Yogyakarta: Pustaka Pelajar, 2004.
(http://www.pdmbontang.com/cetak.php?id=306).
) (http://luqm.multiply.com/journal/item/74).

Anda mungkin juga menyukai