Anda di halaman 1dari 18

ANALISIS SISTEM DAKWAH

MAKALAH

Diajukan untuk memenuhi salah satu tugas matakuliah Metodologi Dakwah


dengan Dosen Pengampu Dr. Deden Sumpena, M. Ag

Disusun Oleh :

Nissa Nur Amalia 1224030084

Muhammad Ilham 1224030078

Irma Wulandari 1224030054

Imam Faturohman 1224030047

Muhamad Syahdan Sofyan 1224030072

JURUSAN MANAJEMEN DAKWAH

FAKULTAS DAKWAH DAN KOMUNIKASI

UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SUNAN GUNUNG DJATI

BANDUNG

2023
KATA PENGANTAR

Assalamu’alaikum Wr.Wb

Puji syukur kepada Allah SWT karena atas berkat dan rahmatnya makalah ini dapat
diselesaikan tepat pada waktunya. Shalawat dan salam semoga tercurahkan kepada
Nabi Muhammad SAW, dan kepada seluruh pengikutnya sampai akhir zaman.
Kami sebagai penulis mengucapkan rasa syukur kepada Allah SWT karena kami
diberikan kesehatan baik itu secara lahir dan bathin sehingga penulis dapat
menyelesaikan pembuatan makalah ini

Tentu kami menyadari bahwa makalah ini jauh dari kata sempurna maka dari itu
kritik dan saran sangat kami butuhkan. Kami memohon maaf yang sebesar-
besarnya mudah-mudahan makalah ini dapat bermanfaat khususnya bagi kami dan
umumnya bagi kita semua. Aamiin

Bandung, 06 November 2023

Penulis

ii
DAFTAR ISI

JUDUL .................................................................................................................... i

KATA PENGANTAR ............................................................................................ ii

DAFTAR ISI ......................................................................................................... iii

BAB I PENDAHULUAN .......................................................................................1

A. Latar Belakang .............................................................................................1


B. Rumusan Masalah ........................................................................................1
C. Tujuan...........................................................................................................1

BAB II PEMBAHASAN ........................................................................................2

A. Unsur-Unsur Dakwah Sebagai Sebuah Sistem Dakwah ..............................2


B. Karakteristik Unsur Dakwah Sebagai Sebuah Sistem Dakwah ...................8
C. Macam-Macam Jenis Unsur-Unsur Dakwah Sebagai Sebuah Sistem
Dakwah ...................................................................................................... 11

BAB III PENUTUPAN ........................................................................................14

A. Kesimpulan ................................................................................................14
B. Saran ...........................................................................................................14

DAFTAR PUSTAKA............................................................................................15

iii
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Dakwah islam adalah usaha mengajak manusia supaya masuk ke
jalan Allah (agama islam) secara menyeluruh (kaffah). Baik dengan lisan
ataupun tulisan, maupun perbuatan sebagai ikhtiar muslim mewujudkan
ajaran islammenjadi kenyataan dalam kehidupan syahsiyah, usrah, jamaah,
dan ummah dalam semua segi kehidupan secara berjamaah (terorganisir)
sehingga terwujud Khairul ummah.1
Sistem dakwah berangkat dari anggapan dasar bahwa dakwah islam
merupakan suatu sistem usaha merealisasikan jaaran islam pada semua
dataran kenyataan kehidupan manusia. Sebagaiman ayang telah diuraikan
dalam hal ini menggunakan teori sisitem yang bersifat analitis, yakni
membentuk konstruksi pemikiran yang tersusun dari aspek realitas dakwah
islam. Dengan demikian, dapat dikatakan bahwa dakwah islam
sesungguhnya merupakan suatu sistem usaha yang mewujudkan nilai-nilai
islam. Dakwah islam ini merupakan kebulatan dari sejumlah unsur atau
elemen yang natara satu dengan yang lainya saling berhubungan dan
berinteraksi dalam rangka mencapai satu tujuan.
B. Rumusan Masalah
1. Bagaimana unsur-unsur dakwah sebagai sebuah sistem dakwah
2. Bagaimana karakteristik unsur dakwah sebagai sebuah sistem dakwah
3. Bagaimana macam-macam dan jenis unsur-unsur dakwah sebagai
sebuah sistem dakwah
C. Tujuan
1. Untuk mengetahui unsur-unsur dakwah sebagai sebuah sistem dakwah
2. Untuk mengetahui karakteristik unsur dakwah sebagai sebuah sistem
dakwah

1
Amrullah Ahmad, dakwah islam sebagai ilmu, sebuah kajian epistimologi dan struktur keilmuan
dakwah.

1
3. Untuk mengetahui bagaimana macam-macam jenis unsur-unsur dakwah
sebagai sebuah sistem dakwah

2
BAB II

PEMBAHASAN

A. Unsur Dakwah Sebagai Sebuah Sistem Dakwah


Unsur-unsur dakwah adalah komponen-komponen yang terdapat
dalam setiap kegiatan dakwah. Dalam proses kegiatan itu banyak unsur
yang terlibat, baik yang secara langsung mempengaruhi jalannya proses
Islamisasi tersebut maupun secara tidak langsung dapat menghambat
jalannya proses Islamisasi kepada individu, kelompok maupun masyarakat.
Pokok-pokok yang harus ada dalam setiap kegiatan da’wah paling tidak
terdapat 3 (tiga) unsur penentu sehingga proses da’wah itu dapat
berlangsung yaitu Da’i (subyek dakwah), Mad’u (obyek da’wah) dan
Maadatu al-Da’wah (materi da’wah). Sedangkan unsur-unsur lainya yang
juga dapat mempengaruhi proses da’wah antara lain: wasaailu Al-Da’wah
(media da’wah), Kaifiyatu Ad Da’wah/Toriqotu Ad-Da’wah (metode
da’wah), Atsar (efek da’wah), Ghoyatul al-Da’wah (tujuan da’wah) dan
lain-lainnya.
a) Da’i (pelaku Dakwah)
Da’i adalah orang yang melaksanakan dakwah baik lisan, tulisan,
maupun perbuatan yang dilakukan baik secara individu, kelompok, atau
lewat organisasi/lembaga.
Nasarudin Latief mendefinisikan bahwa da’i adalah muslim dan muslimat
yang menjadikan dakwah sebagai suatu amaliah pokok bagi tugas ulama.
Ahli dakwah adalah wa’ad, mubaligh mustama’ain (juru penerang) yang
menyeru, mengajak, memberi pengajaran, dan pelajaran agama Islam.2
Da’i juga harus mengetahui cara menyampaikan dakwah tentang Allah,
alam semesta, dan kehidupan, serta apa yang dihadirkan dakwah untuk
memberikan solusi, terhadap problema yang dihadapi manusia, juga
metode-metode yang dihadirkannya untuk menjadikan agar pemikiran dan

2
H.M.S. Nasarudin Latief, Op.cit., hlm.20.

3
perilaku manusia tidak salah dan tidak melenceng. Oleh karena itu da’i
ataupun mubaligh haruslah memiliki beberapa persyaratan yang merupakan
sifat yang dituntut kepadanya baik da’i yang melaksanakan da’wahnya
secara munfarid/individual maupun da’i yang melaksanakan da’wahnya
secara jama’ah/terorganisasikan.
b) Mad’u (Penerima Dakwah)

Mad’u, yaitu manusia yang menjadi sasaran dakwah, atau manusia


penerima dakwah, baik sebagai individu maupun sebagai kelompok, baik
manusia yang beragama Islam maupun tidak, atau dengan kata lain, manusia
secara keseluruhan. Kepada manusia yang belum beragama Islam, dakwah
bertujuan untuk mengajak mereka untuk mengikuti agama Islam, sedangkan
kepada orang-orang yang telah beragama Islam dakwah bertujuan
meningkatkan kualitas iman, Islam, dan ihsan.

Secara umum Al-Qur’an menjelaskan ada tiga tipe mad’u, yaitu:


mukmin, kafir, dan munafik. 3 Dari ketiga klasifikasi besar ini, mad’u
kemudian dikelompokkan lagi dalam berbagai macam pengelompokan,
misalnya, orang mukmin dibagi menjadi tiga, yaitu: dzalim linafsih,
muqtashid, dan sabiqun bilkhairat. Kafir bisa di bagi menjadi kafir zimmi
dan kafir harbi. Mad’u atau mitra dakwah terdiri dari berbagai macam
golongan manusia. Oleh karena itu, menggolongkan mad’u sama dengan
menggolongkan manusia itu sendiri dari aspek profesi, ekonomi, dan seter
Muhammad Abduh membagi mad’u menjadi tiga golongan, yaitu:

• Golongan cerdik cendekiawan yang cinta kebenaran, dapat berpikir


secara kritis, dan cepat dapat menangkap persoalan.
• Golongan awam, yaitu orang kebanyakan yang belum dapat berpikir
secara kritis dan mendalam, serta belum dapat menangkap
pengertian-pengertian yang tinggi.

3
Lihat.QS.al-Baqarah 2:20.

4
• Golongan yang berbeda dengan kedua golongan tersebut, mereka
senang membahas sesuatu tetapi hanya dalam batas tertentu saja,
dan tidak mampu membahasnya secara mendalam.
c) Maddah/Maadatu al-Da’wah (Materi Dakwah)

Maddah dakwah adalah isi pesan atau materi yang disampaikan da’I
kepada mad’u. Dalam hal ini sudah jelas bahwa yang menjadi maddah
adalah ajaran Islam itu sendiri. Ajaran yang dibawa Rasul itu sendiri tidak
lain adalah Al-Islam sebagai suatu agama.

d) Masalah syariah

Hukum atau syariah sering disebut sebagai cermin peradapan dalam


pengertian bahwa ia ketika tumbuh matang dan sempurna, maka peradaban
mencerminkkan dirinya dalam hukum-hukumnya. Pelaksanaan syariah
merupakan sumber yang melahirkan peradaban Islam, yang melestarikan
dan melindunginya sejarah. Syariah inilah yang menjadi kekuatan
peradaban-peradaban dan di kalangan kaum muslimin.

Materi dakwah yang bersifat syariah ini sangat luas dan mengikat
seluruh umat Islam. Ia merupakan jantung yang tidak terpisah dari
kehidupan umat Islam diberbagai penjuru dunia dan sekaligaus merupakan
hal yang patuh dibanggaklkan. Kelebihan dari syariah antara lain, adalah
bahwa ia tidak dimiliki oleh umat-umat yang lain. Syariah ini bersifat
universal, yang menjelaskan hak-hak umat muslim dan non muslim, bahkan
hak seluruh umat manusia. Dengan adanya materi syariah ini, maka tatanan
sistem dunia akan teratur dan sempurna.

e) Masalah mu’amalah

Islam merupakan agama yang menekankan urusan mu’amalah lebih


besar porsinya dari pada urusan ibadah. Islam lebih banyak memperhatikan
aspek kehidupan sosial dari pada aspek kehidupan ritual. Islam adalah
agama yang menjadikan seluruh bumi ini masjid, tempat mengabdi kepada

5
Allah. Ibadah dalam mu’amalah disini, diartikan sebagai ibadah yang
mencakup hubungan dengan Allah dalam rangka mengabdi kepada Allah
SWT.

f) Masalah Akhlak

Secara etimologis, kata akhlaq berasal dari bahasa Arab, jama’ dari
“khuluqun” yang berarti budi pekerti, perangai, dan tingkah laku atau tabiat.
Kalimat-kalimat tersebut memiliki segi-segi persamaan dengan perkataan
“khuluqun” yang berarti kejadian, serta erat hubungannya dengan kholiq
yang berarti pencipta, dan “makhluq” yang berarti yang diciptakan.

Sedangkan secara terminologi, pembahasaan akhlak berkaitan dengan


masalah tabiat atau kondisi temperatur batin yang mempengaruhi perilaku
manusia. Ilmu akhlak bagi al-farabi, tidak lain dari bahasa tentang
keutamaan-keutamaan yang dapat menyampaikan manusia kepada tujuan
hidupnya yang tertinggi, yaitu kebahagiaan, dan tentang berbagai kejahatan
atau kekurangan yang dapat merintangi usaha pencapaian tujuan tersebut.4

g) Wasila/ Wasaailu Al-Da’wah (Media Dakwah)

Wasilah (media) dakwah adalah alat yang digunakan untuk


menyampaikan materi dakwah (ajaran islam) kepada mad’u. Untuk
menyampaikan ajaran Islam kepada umat, dakwah dapat menggunakan
berbagai wasilah.

Pada dasarnya dakwah dapat menggunakan berbagai wasilah yang dapat


merangsang indera-indera manusia serta dapat menimbulkan perhatian
untuk menerima dakwah. Semakin tepat dan efektif wasilah yang dipakai

4
Abdul Aziz Dahlan, Ensiklopedia Tematis Dunia Islam,[Jakarta: PT Ichtiar Baru Van
Hoeve,2002],hlm.190.

6
semakin efektif pula upaya pemahaman ajaran islam pada masyarakat yang
menjadi sasaran dakwah.5

h) Kaifiyatu ad- Dakwah / Thariqatu Ad-Da’wah (Metode Dakwah)

Kata metode telah menjadi bahasa Indonesia yang memiliki pengertian


“sesuatu cara yang bisa ditempuh atau cara yang ditentukan secara jelas
untuk mencapai dan menyelesaikan suatu tujuan, rencana sistem, tata pikir
manusia”. 6
Sedangkan dalam metodologi pengajaran ajaran Islam
disebutkan bahwa metode adalah “suatu cara yang sistematis dan umum
terutama dalam mencari kebenaran ilmiah”. 7 Dengan kaitanya dengan
pengajaran ajarar Islam, maka pembahasan selalu berkaitan dengan hakikat
penyampaian materi kepada peserta didik agar dapat diterima dan dicerna
dengan baik.

Metode dakwah ialah jalan atau cara yang dipakai juru dakwah untuk
menyampaikan ajaran materi dakwah Islam. Dalam menyampaikan suatu
pesan dakwah, metode sangat penting perannya, karena suatu pesan
walaupun baik, tetapi disampaikan lewat metode yang tidak benar, maka
pesan itu bisa saja ditolak oleh si penerima pesan.

i) Atsar (Efek) Dakwah

Dalam setiap aktifitas dakwah pasti akan menimbulkan reaksi. Artinya,


jika dakwah telah dilakukan seseorang da’i dengan materi dakwah, wasilah,
dan thariqah tertentu, maka akan timbul respons dan efek (atsar) pada mad’u
(penerima dakwah).

Atsar (efek) sering disebut dengan feedback (umpan balik) dari proses
dakwah ini sering dilupakan atau tidak banyak menjadi perhatian para da’i.

5
http://chochoviq.blogsot.com/2013/04/pengertian-dan-unsur-unsur-dakwah.html diakses
tanggal 6 November 2023
6
M. Syafaat Habib, Buku Pedoman Dakwah, [Jakarta: Wijaya, 1992], Cet.1,hlm.160
7
Soeleman Yusuf, Slamet Soesanto, Pengantar Sosial,[Surabaya: Usaha
Nasional,1981],hlm.38

7
Kebanyakan mereka menganggap bahwa setelah dakwah disampaikan,
maka selesailah dakwah. Padahal, atsar sangat besar artinya dalam
penentuan langkah-langkah dakwah berikutnya. Tanpa menganalisis atsar
dakwah, maka kemungkinan kesalahan strategi yang sangat merugikan
pencapaian tujuan dakwah akan terulang kembali. Sebaliknya, dengan
menganalisis atsar dakwah secara cermat dan tepat, maka kesalahan strategi
dakwah akan segera diketahui untuk diadakan penyempurnaan pada
langkah-langkah berikutnya (corrective action). Demikian juga stratehi
dakwah termaksud didalam penentuan unsur-unsur dakwah yang dianggap
baik dapat ditinggalkan.

j) Ghayatu al Dakwah (Tujuan Dakwah)

Ghayatul al Dakwah / tujuan akhir dakwah atau Ultimate Goal Dakwah


adalah suatu nilai akhir ideal yang ingin dicapai dalam keseluruhan aktifitas
dakwah. Nilai akhir dakwah yang ingin diwujudkan ialah terwujudnya insan
pribadi dan masyarakat yang berpola pikir, berpola sikap dan berpola
perilaku sesuai ajaran Islam dalam kehidupannya sehingga akan
memperoleh kesejahteraan dan kebahagiaan hidup di dunia dan di akhirat.

B. Karakteristik Unsur Dakwah Sebagai Sistem Dakwah


Istilah karakteristik diambil dari Bahasa Inggris yakni Characteristic,
yang artinya mengandung sifat khas. Ia mengungkapkan sifat-sifat yang
khas dari sesuatu. Dalam kamus lengkap psikologi karya chaplin, dijelaskan
bahwa karakteristik merupakan sinonim dari kata laralter, watak, dan sifat.
Adapun dalam setiap unsur dakwah memiliki karakteristik tersendiri
diantaranya :
1. Da’i
Diantara sifat da’I yang disebutkan dalam Al-Qur’an adalah :
a. Perintah agar da’I istiqomah, tidak memperuntukan hawa nafsu,
menjelaskan tentang ketegaranya dalam iman, berbuat adil, dan
berusaha berdakwah sampai pada non muslim.

8
b. Bertawakkal dalam dakwah dan meyakini kebenaran yang
disampaikan
2. Mad’u
Mad’u dapat dikelompokan dari beberapagolongan yaitu :
a. Dari segi sosiologis, yaitu masyasrakat terasing dan pedesaan
b. Dari struktur kelembagaan, ada golongan priyai, abangan dan santri
c. Dari segi tingkatan usia, ada golongan anak-anak, remaja dan orang
tua
d. Dari golongan profesi, ada golongan petani, pedagang, seniman,
buruh dan pegawai negeri
e. Dari segi tingkatan social ekonomi, ada golongan kaya, menengah
dan miskin
f. Dari segi kelamin, ada laki-laki dan Perempuan
g. Dari segi kekhususan, ada mayarakat tunasusila, tunawisma,
tunakarya, narapidana, dan sebagainya.
Mad’u juga bisa dilihat dari segi pemikiranya sebagai berikut :
a. Umat yang berfikir kritis, yaitu orang yang berpendidikan yang
selalu berfikir mendalam sebelum menerima sesuatu yang
dikemukakan padanya.
b. Umat yang mudah dipengaruhi, yaitu Masyarakat yang mudah
dipengaruhi oleh paham baru (suggestible) tanpa menimbang-
nimbang secara matang apa yang dikemukakan padanya.
c. Umat bertaklid, yaitu golongan yang fanatic, buta dan berpegang
pada tradisi, dan kebiasaan turn-temurun tempat menyelidiki
salah satu benarnya.

Mad’u digolongkan dari berdasarkan response :

a. Golongan simpati aktif, yaitu mad’u yang menaruh simpati dan


secara aktif memberi dukungan moril dan materil terhadap
kesuksesan dakwah.

9
b. Golongan pasif, yaitu mad’u yang masa bodoh terhadap dakwah,
tidak merintangi dakwah,
c. Golongan yang natipati, yaitu mad’u yang tidak rela atu tidak
suka akan terlaksananya dakwah.
3. Maddah (Materi Dakwah)
Ajaran islam yang dijadikan maddah dakwah itu pada garis besarnya
dapat dikelompokan sebagaii berikut :
a. Akidah (Rukun Iman)
b. Syari’ah (Ibadah)
c. Muamalah, dalam arti luas meliputi :
a) Hukum Niaga
b) Hukum Nikah
c) Hukum Waris, dan sebgainya.
d. Al-Qunnul ‘am (hukum public)
a) Jinayah (hukum pidana)
b) Khilafah (hukum negara)
c) Jihad (hukum perang dan damai), dan lainya.
4. Wasilah (Media dakwah)
Hamzah bin ya’kub mmebagi wasilah kedalam lima macam, yaitu
tulisan, lukisan, audio visual dan akhlaq. Dalam lisan inilah wasilah
dakwah yang paling sederhana menggunakan lidah dan suara. Dakwah
dengan bnetuk wasilah dapat berbentuk pidato, ceramah, kuliah,
bimbingan, penyuluhan dan lainya.
a. Tulisan, seperti : buku, majalah, surat kabar, surat menyurat
(korespondensi) spanduk,flash-card, dan sebagainya.
b. Lukisan, seperti : gambar, karikatur, dan sebagainya.
c. Audi visual, yaitu dakawah yang merangsang Indera pendengaran
atau penglihatan dan kedua-duanya. Contohnya televisi, film, slide,
internet, dan sebagainya.
d. Akhlaq. Yaitu perbuatan nyata yang mencerminkan ajaran islam
dapat dinikmati sera didengarkan oleh mad’u.

10
5. Thoriqoh (Metode dakwah)
Diantar ametode dakwah yang diajarkan dan dicontohkan nabi sebagai
berikut :
a. Memberi kabar yang mneyennagkan mad’u dan tidakmmebuat
mad’u frustasi
b. Bertahap
c. Menggunakan sarana baru yang dianggap maslahat
d. Mengenai jiwa mad’u / menghujam pada dirinya
e. Mengundang kaum kerabat sambal makan, minum, berdakwah pada
keluarga, pidato terbuka dan hijrah.
C. Macam-Macam Jenis Unsur-Unsur Dakwah Sebagai Sistem Dakwah
a. Dakwah Fardiah
Macam-macam dakwah yang pertama yaitu Dakwah Fardiah. Dakwah
Fardiah adalah metode dakwah yang dilakukan seseorang kepada individu
lain (satu orang) atau kepada banyak orang dalam jumlah yang kecil dan
terbatas. Biasanya, Dakwah Fardiah berlangsung tanpa adanya kesiapan dan
tersusun secara tertib. Contoh Dakwah Fardiah ini di antaranya yaitu saat
seseorang menasihati teman sekantor, atau memberikan teguran, anjuran,
dan memberi contoh. Contoh lainnya yaitu saat seseorang mengunjungi
orang sakit, pada acara tahniah, hingga pada saat upacara kelahiran.
b. Dakwah Ammah
Macam-macam dakwah selanjutnya adalah Dakwah Ammah. Dakwah
Ammah merupakan jenis dakwah yang dilaksanakan seseorang dengan
media lisan yang diarahkan kepada orang banyak dengan tujuan memberi
pengaruh kepada orang lain. Contoh media yang dipakai dalam Dakwah
Ammah adalah khotbah atau pidato. Biasanya, orang yang melakukan
Dakwah Ammah ini bisa perorangan atau ada organisasi yang memang
bergerak dalam bidang dakwah.
c. Dakwah bil-lisan
Dakwah bil-lisan adalah macam-macam dakwah yang secara langsung
disampaikan dalam wujud lisan, sehingga ada interaksi yang terjalin antara

11
pemberi dakwah dengan orang yang mendengarkan dakwah tersebut. Pada
dakwah lisan atau dakwah langsung, seseorang bisa langsung
mendengarkan dan memahami apa yang telah disampaikan oleh pemberi
dakwah.
Jika ada hal-hal yang belum dipahami, maka orang tersebut bisa langsung
menanyakan hal tersebut agar lebih jelas dan mampu dipahami. Dakwah bil-
lisan ini akan menjadi efektif bila disampaikan berkaitan dengan hari ibadah
seperti khutbah Jumat atau khutbah hari Raya, kajian yang disampaikan
menyangkut ibadah praktis, konteks sajian terprogram, dan disampaikan
dengan metode dialog dengan hadirin.
d. Dakwah Bilhal

Dakwah Bilhal adalah macam-macam dakwah dengan contoh perbuatan


yang nyata. Dakwah ini dimaksudkan agar si penerima dakwah mengikuti
jejak dan hal ihwal si Da'i (juru dakwah). Dakwah jenis ini dilaksanakan
dengan maksud tidak hanya membuat pendengar memahami arti yang
disampaikan dari dakwah tersebut, tapi juga mengaplikasikan berbagai
perbuatan yang dicontohkan tersebut dalam kehidupan sehari-hari.
Contohnya, pada saat pertama kali Nabi Muhammad SAW tiba di kota
Madinah, beliau mencontohkan dakwah bil-haal ini dengan mendirikan
Masjid Quba, dan mempersatukan kaum Anshor dan kaum Muhajirin dalam
ikatan ukhuwah Islamiyah.

e. Dakwah bit-Tadwin
Seperti yang telah disebutkan sebelumnya, macam-macam dakwah juga
berkembang seiring perkembangan teknologi. Pola dakwah bit Tadwin atau
dakwah melalui tulisan, baik dengan menerbitkan kitab-kitab, buku,
majalah, tulisan internet, koran, dan tulisan-tulisan yang mengandung pesan
dakwah sangat penting dan efektif. Dakwah bit-tadwin tidak akan musnah
meskipun sang dai, atau penulisnya sudah wafat. Menyangkut dakwah bit-
Tadwin ini Rasulullah saw bersabda, “Sesungguhnya tinta para ulama
adalah lebih baik dari darahnya para syuhada.”

12
f. Dakwah bil Hikmah
Dakwah bil Hikmah yakni macam-macam dakwah yang disampaikan
dengan cara yang arif bijaksana, yaitu melakukan pendekatan sedemikian
rupa. Hal ini mengakibatkan pihak objek dakwah bisa melaksanakan
dakwah atas kemauannya sendiri, tidak merasa ada paksaan, tekanan
maupun konflik. Kata lain dakwah bil-hikmah merupakan suatu metode
pendekatan komunikasi dakwah yang dilakukan atas dasar persuasif.

13
BAB III

PENUTUPAN

A. Kesimpulan
Dari pembahsan diatas terlihat bahwa yang dimaksud dengan unsur
dakwah adalah komponen-komponen yang selalu ada dalam setiap
kegiatan dakwah. Interaksi antar unsur dakwah yang merupakan suatu
sistem yang saling berkaitan antara satu den yang lainya, dan Gerakan
dakwah atau harakah addakwah mustahil dilakukan jika tanpa melihat
serta menggunakan dan memfungsikan sistem-sistem yang ada pada unsur
dakwah tersebut.
B. Saran
Demikian makalah yang kami buat, kami menyadari masih banyak
kekurangan dan kesalahan dalam penulisan makalah ini. Untuk itu kritik
dan saran yang membangun senantiasa kami tunggu guna memperbaiki
makalah ini selanjutnya. Semoga makalah ini bermanfaat bagi kita semua,
Aamiin ya robbal’alamin.

14
DAFTAR PUSTAKA

Ali Aziz, Moh. 2004. Ilmu Dakwah.Jakarta : Prenada

Amrullah Ahmad, dakwah islam sebagai ilmu, sebuah kajian epistimologi dan
struktur keilmuan dakwah.

H.M.S. Nasarudin Latief, Op.cit., hlm.20.

Abdul Aziz Dahlan, Ensiklopedia Tematis Dunia Islam,[Jakarta: PT Ichtiar Baru


Van Hoeve,2002],hlm.190.

http://chochoviq.blogsot.com/2013/04/pengertian-dan-unsur-unsur-dakwah.html
diakses tanggal 6 November 2023

M. Syafaat Habib, Buku Pedoman Dakwah, [Jakarta: Wijaya, 1992],


Cet.1,hlm.160

Soeleman Yusuf, Slamet Soesanto, Pengantar Sosial,[Surabaya: Usaha


Nasional,1981],hlm.38

15

Anda mungkin juga menyukai