Anda di halaman 1dari 10

DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR................................................................................................................i
DAFTAR ISI..............................................................................................................................ii
BAB I PENDAHULUAN..........................................................................................................1
A. Latar Belakang................................................................................................................1
B. Rumusan Masalah...........................................................................................................2
C. Tujuan Masalah...............................................................................................................2
BAB II PEMBAHASAN...........................................................................................................3
A. Pengertan Da’i……………….........................................................................................3
B. Pengertian Mad’u............................................................................................................4
C. Hubungan antar manusia, Da'i dan Mad'u.......................................................................
BAB III PENUTUP....................................................................................................................8
A. Kesimpulan.....................................................................................................................8
B. Saran................................................................................................................................8
DAFTAR PUSTAKA................................................................................................................9

i
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Psikologi Dakwah merupakan ilmu yang mengkaji tentang gejala-gejala yang
berhubungan dengan Interaksi sosial kemasyarakatan antara da’i dan mad’u oleh karena
itu dalam diri manusia selalu terdapat beberapa elemen yang layak untuk kita ketahui
bersama, guna mempermudah kita sebagai makhluk sosial dalam bermasyarakat.
Oleh karena itu penting sekali mengkaji tentang unsur-unsur yang ada dalam diri
manusia.Dalam melaksanakan proses dakwah akan menghadapi berbagai keragaman
dalam berbagai hal, seperti pikiran-pikiran, pengalaman, kepribadian, dan lain-lain.
Keragaman tersebut akan memberikan corak dalam menerima pesan dakwah, karena
itulah untuk mengefektifkan sorang da’i ketika menyampaikan pesan dakwah kepada
mad’u diperlukan memahami psikologi yang mempelajari tentang kejiwaan.
Psikologi dakwah juga diartikan sebagai ilmu pengetahuan yang mempelajari
tentang tingkah laku manusia yang merupakan cerminan hidup kejiwaannya untuk diajak
kepada pengalaman ajaran-ajaran islam demi kesejahteraan hidup manusia di dunia dan
di akhirat.
Pada proses dakwah yang bermaksud untuk mengubah sikap kejiwaan seorang
mad’u, maka pengetahuan tentang psikologi dakwah menjadi sesuatu yang sangat
penting. Jika dilihat dari segi psikologi, bahwa dakwah dalam prosesnya dipandang
sebagai pembawa perubahan, atau suatu proses. Dari segi dakwah, psikologi banyak
memberi jalan pada tujuan dakwah pemilihan materi dan penetapan metodenya. Bagi
seorang da’i dengan mempelajari metode psikologi dapat memungkinkan mengenal
berbagai aspek atau prinsip yang dapat menolongnya dalam meneliti tingkah laku
manusia dengan lebih kritis dan juga dapat memberikan kepadanya pengertian yang lebih
mendalam tentang tingkah laku. Psikologi memberikan jalan bagaimana menyampaikan
materi dan menetapkan metode dakwah kepada individu manusia yang merupakan
makhluk yang berjiwa dan memiliki kepribadian.
Dalam pembahasan kali ini mudah-mudahan dengan sedikit dikupas tentang
masalah ini, akan memberikan penerangan kepada kita semua.

1
B. Rumusan Masalah
1. Apa yang dimaksud dengan pengertian Da’i ?
2. Apa yang dimaksud dengan pengertian Mad’u ?
3. Bagaimana Hubungan Antar Manusia, Da’i dan Mad’u

C. Tujuan
1. Untuk mengetahui pengertian dari Da’i
2. Untuk mengetahui pengertian dari Mad’u
3. Untuk mengetahui Hubungan Antar Manusia, Da’i dan Mad’u

2
BAB II
PEMBAHASAN
A. Pengertian Da’i
Menurut Ahmad Suyuti Da’i atau mubaligh adalah berasal dari bahasa Arab
“balagha yubalighu” yang berarti orang yang menyampaikan ajaran Islam kepada
masyarakat penerima dakwah. Da’i adalah orang yang melaksanakan dakwah baik
lisan,tulisan, maupun perbuatan yang dilakukan baik secara individu, kelompak,atau
lewat organisasi/lembaga. kata da'i sering disebut dengan sebutan mubaligh(orang
yang menyampaikan ajaran islam) masyarakat cenderung mengartikannya sebagai
orang yang menyampaikan ajaran islam melalui lisan, seperti pencemaran
agama.Nasaruddin lathief bahwa da'i adalah muslim dan muslimat yang menjadikan
dakwah sebagai suatu amaliah pokok bagi tugas ulama,ahli dakwah adalah juru
penerang yang menyeru,mengajak,memberi pengajaran,dan pelajaran dalam islam,
da'i juga harus mengetahui cara menyampaikan dakwah tentang Allah,alam semesta
dan kehidupan.
Da’i dibagi menjadi dua kriteria yaitu umum dan khusus. Secara umum adalah
setiap muslim dan muslimat yang berdakwah menjadi kewajiban yang melekat tidak
terpisahkan dari misinya sebagai penganut Islam sesuai dengan perintah
“sampaikanlah walau Cuma satu ayat” Sedangkan secara khusus adalah mereka yang
mengambil keahlian khusus dalam bidang dakwah Islam dengan kesungguhan dan
qodrah khasanah.
Da’i berfungsi sebagai penyampai kebenaran ajaran tauhid, dan membersihkan
jiwa manusia dari kepercayaan-kepercayaan yang keliru.
Sifat-sifat yang harus di miliki oleh seorang Da’i :
a. iman dan taqwa kepada Allah
b. Tulus ikhlas dan tidak mementingkan
kepentingan diri pribadi
c. Ramah dan penuh pengertian
d. Tawadlu’ (rendah diri)
e. Sederhana dan jujur
f. Tidak memiliki sifat egoisme

3
g. Sifat semangat
h. Sabar dan tawakal
Ulama, Mubaligh maupun Da’i harus bertanggung jawab atas kesalahan-kesalahan
dan kekeliruan-kekeliruan yang merintangi jalannya risalah yang mereka emban
untuk diteruskan dalam peradaban manusia.
Banyak para Da’i yang kehilangan metode untuk keberhasilan dakwah dan
mengislamkan manusia. Seandainya saja islam tidak mempunyai karakter menyebar
dan meluas karena kemudahan ajarannya dan respon dari naluri, tidak mustahil
negeri-negeri islam akan dirampas oleh orang lain.Penyebab utama permasalahan
para Da’i ini adalah karena hampir mayoritas para Da’i tidak memiliki profesionalitas
dan tidak dibarengi dengan hikmah, keikhlasan dan pengorbanan yang besar.

B. Pengertian Mad’u
Pengertian mad'u atau objek dakwah merupakan sasaran dakwah. Artinya aktivitas
dakwah tidak akan sukses tanpa adanya suatu unsur atau faktor tertentu. Sistem
dakwah tak ubahnya dengan sistem tubuh manusia, bila salah satu anggota tubuhnya
sakit maka sakitlah semuanya. Ini berarti bahwa keberhasilan suatu aktivitas dakwah
tidak mungkin disukseskan atas dasar satu faktor atau dua faktor saja, tetapi
keberhasilan dakwah ditentukan oleh kesatuan faktor-faktor atau unsur-unsur yang
saling membantu, memengaruhi dan berhubungan satu dengan yang lain. Salah satu
unsur dakwah adalah Mad'u yakni manusia yang merupakan individu atau bagian dari
komunitas tertentu. Mempelajari tentang unsur ini merupakan suatu keniscayaan
dalam keberhasilan suatu dakwah. Secara psikologis, manusia sebagai objek dakwah
dibedakan oleh berbagai aspek: 1. Sifat-sifat kepribadian (personality traits) yaitu
adanya sifat- sifat manusia yang penakut, pemarah, suka bergaul, peramah, sombong,
dan sebagainya. 2. Inteligensi yaitu aspek kecerdasan seseorang mencakup
kewaspadaan, kemampuan belajar, kecepatan berpikir, kesanggupan untuk
mengambil keputusan yang tepat dan cepat, kepandaian menangkap dan mengolah
kesan-kesan atau masalah, dan kemampuan mengambil kesimpulan. 3. Pengetahuan
(knowledge). 4. Keterampilan (skill). 5. Nilai-nilai (Values). 6. Peranan (roles).

4
C. Hubungan Antar Manusia, Da’i dan Mad’u
Dalam kegiatan dakwah selalu terjadi proses interaksi sosial, yaitu hubungan antara Da’i
dan Mad’u. Interaksi sosial dalam proses dakwah ini ditujukan untuk mempengaruhi mad’u
yang akan membawa perubahan sikap prilaku seperti mempererat tali perasaudaraan dengan
silaturahmi dan meneladani kepribadian yang baik dari sang Da’i.
Dakwah merupakan suatu upaya untuk merealisasikan ajaran Islam ke dalam kehidupan
manusia. Langkah pertama dalam sebuah dakwah yaitu hadirnya orang-orang yang menyeru
kepada kebajikan, menyuruh yang makruf dan mencegah yang munkar. Kelompok inilah
yang disebut subjek dakwah (da’i). Da’i adalah orang yang melaksanakan dakwah baik lisan
maupun tulisan ataupun perbuatan baik secara individu, kelompok, atau berbentuk lembaga.
Selain itu unsur kedua terwujudnya suatu kegiatan dakwah yaitu adanya orang yang
menjadi sasaran dakwah. kelompok atau orang inilah yang disebut dengan mad’u. Antara da’i
dan mad’u terdapat hubungan yang tidak dapat dipisahkan. Seorang da’i dalam aktivitas
dakwahnya harus terlebih dahulu memahami kondisi dan karakter mad’u. Begitu pula
seorang mad’u harus memandang seorang da’i dari segi kredibilitas yang dimiliki oleh
seorang da’i.
Salah satu dakwah yang efektif adalah apabila hubungan baik antara da’I dan mad’u
(hubungan interpersonal atau hubungan batin) semakin meningkat. Kedekatan
hubungan antar kedua pihak itu boleh jadi terjadi secara alamiah karena bertemunya
dua unsur yang saling membutuhkan dan saling mendukung, tapi bisa juga
merupakan buah hasil kerja dakwah yang efefktif, yakni melalui usaha keras dan
lama. A A. FAKTOR YANG MENDEKATKAN HUBUNGAN DA’I DAN MAD’U
Keterkaitan dan sikap positif masyarakat terhadap da’I dapat di uraikan faktor-
faktornya sebagai berikut :
1. Ketertarikan masyarakat kepada da’i boleh jadi di sebabkan karena daya pesona
sang da’i, misalnya orangnya gagah sikapnya lemah lembut dan halus budi
memiliki kemampuan membantu masyarakat dalam memecahkan problem sosial
masyarakat, dan mampu memberikan harapan masa depan (optimisme) kepada
masyarakat luas. Ketertarikan ini seperti orang jatuh cinta karena melihat gadis
yang memang cantik. Jangan lagi sepian, sudah mempunyai istri pun masih
terpikat oleh daya tarik.

5
2. Ketertarikan itu boleh jadi karena kehadiran da’I tepat waktu yakni pada saat
masyarakata membutuhkan kehadiran figur seorang tokoh panutan, yakni disaat
suasana psikologis sedang menunggu kehadiran seseorang yang didambakan,
tiba-tiba hadir sang da’I mengisi kekosongan. Faktor yang menghubungkan
kedua belah pihak seperti ini sama seperti cinta seorang pemuda yang sedang
kesepian, kemudian bertemu seorang gadis, meski tidak ideal tetapi mampu
mengisi kekosongan jiwanya.
3. Hubungan batin itu terbentuk boleh jadi karena masyarakat sedang merindukan
hadirnya keajaiban karena sedang menghadapi masalah-masalah yang tidak logis.
Sosok yang dipandang mampu mengatasi hal seperti itu biasanya adalah seorang
pemimpin spiritual. Tiba-tiba datang seorang da’I membawa apa yang di idamkan
yang do’anya dianggap mujarab dan bahkan lebih kedekatan batin antara da’I dan
mad’u dalam model ketiga ini dapat dibandingkan kaum ansor dan kaum
muhajirin pada zaman awal islam. Ketika itu orang yastrib yang sudah lama
berkutat dalam konflik sosial dengan lawan-lawan kabilahnya sampai pada suatu
titik merindukan hadirnya tokoh pemersatu, apa lagi dalam menghadapi
kesombongan teologis orang yahudi. Dalam kondisi psikologis demikian mereka
mendengar ada tokoh bernama Muhammad yang dilecehkan oleh orang Makkah,
maka setelah mereka berjumpa dan melihat keunggulan komperatif yang dimiliki
oeh pribadi Muhammad, orang Yastrib nama Madinah ketika itu meminta Nabi
untuk hijrah ke Madinah.
Dalam kasus ini orang Madinah sudah terlebih dahulu jatuh cinta kepada Nabi
Muammad, bahkan sebelum berjumpa dengan beliau. Oleh karena itu, dalam
hubunggan interpersonal selanjutnya, kaum Ansor (penduduk Madinah) sanggup
memberikan kontribusi yang sangat besar terhadap perjuangan Nabi, termasuk
menanggung segala kosekwensinya : antara lain – menampung arus penggungsi dari
Mekkah (kaum Muhajirin). Akan sangat berbeda hubungan Interpersonal Ansor
Muhajirin. Jika keberadaan Nabi di Madinah itu atas permohonan orang Mekkah.
Sikap positif dan kesukaan atau ketertarikan orang kepada da’I dipengaruhi oleh
hal-hal sebagai berikutKesamaan karakteristik personal.Yakni kesamaan agama,

6
keyakinan, aliran ideologi, tingkat sosial ekonomi, nilai-nilai yang dianut, sikap
terhadap sesuatu dan sebagainya.

7
BAB III
PENUTUP

A. Kesimpulan

kesimpulannya adalah, psikologi dakwah yaitu mempelajari tentang tingkah laku


manusia yang merupakan cerminan hidup kejiwaannya untuk diajak kepada pengalaman
ajaran ajaran Islam demi kesejahteraan hidup manusia di dunia dan di akhirat, hubungan
manusia da'i dan mad'u dalam psikologi islam sangat penting untuk kesejahteraan hidup
manusia baik di dunia dan di akhirat

B. Saran
Penulis menyadari jika dalam penyusunan makalah di atas masih banyak kesalahan
serta jauh dari kata sempurna. Dengan demikian keritikan dan saran yang sifatnya
membangun sangat kami harapkan,untuk memperbaiki makalah kami yang akan datang.

8
DAFTAR PUSTAKA

19 H.M.S.Nasaruddin lathief,Op cit.hlm 20


Jalaluddin. 2004. Psikologi Agama. Jakarta: PT. RajaGrafindo Persada
Al-Ghazali, Muhammad. 2002. Memahami Islam. Jakarta: PT. RajaGrafindo Persada
Jalaluddin & Ramayulis. 1989. Pengantar Ilmu Jiwa Agama. Jakarta: Kalam Mulia
Crapps, Robert W.1993. Dialog Psikologi dan Agama. Yogyakarta: Kanisius
Thouless, Robert H. 1992. Pengantar Psikologi Agama. Jakarta: Raja Wali Pres

Anda mungkin juga menyukai