Anda di halaman 1dari 11

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Adab merupakan bagian dari pendidikan yang sangat penting yang
berkenan dengan aspek-aspek sikap dan nilai, baik individu maupun
berhubungan dengan sosial masyarakat. Adab yang baik akan memberikan
pengaruh dalam kehidupan. Sehingga ada pepatah yang mengatakan “adab
lebih tinggi dari ilmu”. Oleh karena itu nilai yang terkandung dalam agama
perlu diketahui, dipahami, diyakini dan diamalkan oleh manusia Indonesia
agar dapat menjadi dasar kepribadian sehingga dapat menjadi manusia yang
utuh Mengingat begitu pentingnya adab dalam kehidupan, sampai hal terkecil
pun mempunyai aturan tersendiri. Dalam mewujudkan perubahan dan
perkembangan kearah yang lebih baik, maka perlu adanya penyesuaian dan
realisasi dalam pembelajaran dan kehidupan, sehingga tujuan pendidikan
tersebut dapat menghasilkan kualitas yang baik. Penyesuaian tersebut dapat
dilakukan dengan kurikulum dan materi pembelajaran, proses pembelajaran
dan pembinaan, serta dengan kegiatan ekstra kurikuler yang ada di
lingkungan tersebut.
Fenomena-fenomena yang terjadi dalam dunia pendidikan saat ini,
sebagai cermin tentang merosotnya adab siswa dalam pelaku pendidikan, baik
dari segi pimpinan pendidikan, guru dan peserta didik. Kondisi tersebut akan
berdampak terhadap kualitas pendidikan yang diharapkan. Salah satu
contohnya adalah adab atau etika yang sudah semakin jauh atau hampir
hilang dari setiap orang termasuk pada anak didik. Hal itu dapat dilihat
dengan banyaknya siswa atau mahasiswa yang tidak mempunyai sopan santu
dalam berbicara, berprilaku dan berpakaian yang tidak sesuai dengan konsep
ajaran Islam, melanggar akhlak, peraturan sekolah kode etik ditingkat
mahasiswa, itu semua menunjukkan bahwa kerusakan moral, akhlak dan adab
sudah sangat memperihatinkan.
Maka hal terpenting bagi guru adalah menanamkan adab pada
anak/siswa. Sebab anak merupakan amanah Allah yang harus dibina,

1
dipelihara dan diurus secara seksama serta sempurna agar kelak berguna bagi
agama, bangsa dan Negara dan secara khusus dapat menjadi pelipur lara
orang tua, penenang hati ayah dan bunda serta sebagai kebanggaan
B. Rumusan Masalah
1. Apa yang di maksud dengan adab?
2. Apa saja adab dalam belajar dan mengajar?
3. Jelaskan pentingnya adab dalam pembelajaran?
C. Manfaat
1. Agar dapat mengetahui apa itu adab
2. Agar dapat mengetahui adab belajar dan mengajar
3. Agar dapat mengetahui pentingnya adab dalam pembelajaran

2
BAB II
PEMBAHASAN

A. Pengertian Adab
Menurut al-Attas, secara etimologi (bahasa); adab berasal dari bahasa
Arab yaitu addaba-yu’addibu-ta’dib yang telah diterjemahkan oleh al-Attas
sebagai ‘mendidik’ atau ‘pendidikan’. Dalam kamus Al-Munjid dan Al
Kautsar, adab dikaitkan dengan akhlak yang memilki arti budi pekerti,
perangai, tingkah laku atau tabiat sesuai dengan nilai-nilai agama Islam.
Sedangkan, dalam bahasa Yunani adab disamakan dengan kata ethicos atau
ethos, yang artinya kebiasaan, perasaan batin, kecenderungan hati untuk
melakukan perbuatan, dan etika. Menurut al-Attas, akar kata adab tersebut
berdasarkan dalam sebuah hadis Rasulullah saw yang secara jelas
mengunakan istilah adab untuk menerangkan tentang didikan Allah SWT
yang merupakan sebaik-baik didikan yang telah diterima oleh Rasulullah saw.
Hadis tersebut adalah: “Addabani Rabbi pa Ahsana Ta’dibi” yang artinya
Aku telah dididik oleh Tuhanku maka pendidikanku itu adalah yang terbaik.
Secara terminologi pandangan para sarjana dan cendikiawan
muslim tentang adab ialah:
1. Al-Jurjani, mendefinisikan adab adalah proses memperoleh ilmu
pengetahuan (ma’rifah) yang dipelajari untuk mencegah pelajar dari
bentuk kesalahan.
2. Ibrahim Anis mengatakan adab ialah ilmu yang objeknya membahas
nilai-nilai yang berkaitan dengan perbuatan manusia.
3. Ahmad Amin mengatakan bahwa adab ialah kebiasaan baik dan
buruk.
4. Soegarda Poerbakawatja mengatakan adab ialah budi pekerti, watak,
kesusilaan, yaitu kelakukan baik yang merupakan akibat dari sikap
jiwa yang benar terhadap khaliknya dan terhadap sesama manusia.

3
B. Adab Belajar dan Mengajar
1. Adab Belajar
Hakikat hidup adalah belajar. Hakikat belajar adalah proses
transformasi diri menuju peningkatan kapasitas intelektual, keluhuran
moral, kedalaman spiritual, kecerdasan sosial, keberkahan profesional,
dan perubahan sosial menuju khaira ummah (umat terbaik). Dengan
belajar, manusia bisa hidup bermartabat dan membangun peradaban yang
bersendikan nilai-nilai ketuhanan dan kemanusiaan.
a. Membaca
Perintah Allah SWT yang pertama kepada Nabi Muhammad
SAW adalah membaca. Sebagaimana dijelaskan dalam surah Al-Alaq
ayat 1-5:

Artinya: ”Bacalah dengan (menyebut) nama Tuhanmu yang


menciptakan. Dia telah menciptakan manusia dari segumpal darah.
Bacalah, dan Tuhanmulah Yang Maha Mulia. Yang mengajar
(manusia) dengan pena. Dia mengajarkan manusia apa yang tidak
diketahuinya.”

Perintah ini sangat penting karena inti belajar adalah membaca.


Tidak ada proses pembelajaran yang tidak melibatkan aktivitas
pembacaan. Dalam Islam, belajar adalah ibadah. "Menuntut ilmu itu
(belajar) wajib bagi Muslim dan Muslimah." (HR Muslim).

b. Bismi Rabbik (atas nama Tuhanmu)


Perintah membaca tersebut sarat dengan adab (etika) mulia.
Tidak semua membaca itu disebut belajar atau mencari ilmu. Alquran

4
mula-mula mengaitkan perintah membaca dengan bismi rabbik (atas
nama Tuhanmu). Artinya, adab belajar mengharuskan pelajar untuk
meneguhkan niat yang ikhlas karena semata-mata mengharap ridha
Allah SWT, agar ilmu yang diperoleh membuahkan keberkahan dan
memberi manfaat bagi orang lain.
c. Menjauhi maksiat
Imam Syafi’i (150- 204 H) pernah “curhat” kepada gurunya,
Waqi’ mengenai hafalannya yang buruk. Sang guru menasihatinya
agar meninggalkan maksiat. Kata sang guru, ilmu itu cahaya, dan
cahaya Allah itu tidak akan diberikan kepada orang yang berbuat
maksiat. Dengan demikian, belajar harus jauh dari perbuatan maksiat
agar apa yang dipelajari menjadi “cahaya” yang dapat menerangi
jalan hidup si pembelajar.
d. Rendah hati
Dalam menjelaskan keutamaan belajar Al Ghazzali (2009)
mempertegas dengan ayat Al-Qur’an QS. At-Taubah:122:

Artinya: “Dan kami tidak mengutus sebelum engkau (Muhammad),


melainkan laki-laki yang kami beri wahyu kepada mereka; maka
bertanyalah kepada yang mempunyai pengetahuan, jika kamu tidak
mengetahui.”
Selain bismi rabbik dan menjauhi maksiat, pelajar juga harus
senantiasa berperilaku yang baik (husnul adab), rajin, tekun, rendah
hati, dan selalu mengamalkan ilmunya. “Ilmu yang tidak diamalkan
itu bagaikan pohon yang tidak berbuah.”

5
Menurut Ahmad Zainuddin, ada beberapa adab (etika) peserta
didik terhadap guru yaitu:
1. Menghormati guru sebagaimana menghormati kedua orang tua
2. Berbicara dengan guru dengan lemah lembut
3. Apabila duduk didepan guru dengan sopan
4. Berbica dengan sopan
5. Tidak memotong pembicaraan guru
6. Mendengarkan yang di sampaikan guru
7. Ketika tidak faham bertanya dengan mengangkat tangan kanan
2. Adab Mengajar
Al-Ghazali (2009) menjelaskan dasar hukum dan dalil
mengajarkan ilmu itu wajib dalam QS. Ali Imran: 187

Artinya: “Dan ingatlah ketika Allah mengambil janji dari orang-orang


yang telah diberi kitab (yaitu): hendaklah kamu menerangkan isi kitab itu
kepada manusia dan janganlah kamu menyembunyikannya.
Ayat lain menjelaskan tentang larangan menyembunyikan ilmu
dalam QS. AL-Baqarah: 283

6
Artinya: “Dan jika kamu dalam perjalanan sedang kamu tidak mendapat
seorang penulis, maka hendaklah ada barang jaminan yang dipegang.
Tetapi, jika sebagian kamu mempercayai sebagian yang lain, hendaklah
yang dipercayai itu menunaikan amanatnya (utangnya) dan hendaklah dia
bertakwa kepada Allah, Tuhannya. Dan janganlah kamu
menyembunyikan kesaksian, karena barang siapa menyembunyikannya,
sungguh, hatinya kotor (berdosa). Allah maha mengetahui apa yang
kamu kerjakan.
Menurut Al-Knani adab (etika) guru ditengah-tengah muridnya
sebagaimana dikutip oleh Ramayulis sebagai berikut:
1. Mengajar dengan niat mengaharapkan ridha Allah, menyebarkan
ilmu, menghidupkan syara’menegakkan kebenaran, dan melenyapkan
kebatilan serta memelihara kemaslahatan umat.
2. Bersikap adil terhadap muridnya. Hal ini pernah diingatkan oleh
Allah dalam Firman-Nya,
َّ‫ل يهأ ْ ُم َُّر ّللاهَّ إِن‬
َِّ ‫ان بِ ْال هع ْد‬
َِّ ‫س‬ ِ ْ ‫هو‬
‫اْلحْ ه‬
artinya sesungguhnya Allah menyuruh kamu berlaku adil dan berbuat
kebaikan” (Q.S An-Nahl : 90).
3. Guru harus bersifat lemah lembut dan kasih sayang
4. Tidak menolak untuk mengajar murid yang tidak mempunyai niat
tulus dalam belajar.
5. Guru harus berlaku dan berkata jujur
6. Memotivasi murid untuk mencari ilmu seluas mungkin.
7. Mempunyai pelajaran dengan bahasa yang mudah dan berusaha agar
muridnya memahami pelajaran. Artinya, seorang guru harus
memahami kondisi murid-muridnya dan mengetahui tingkat
kemampuannya dalam berbahasa.
8. Melakukan evaluasi terhadap kegiatan belajar-mengajar yang
dilakukannya. Hal ini dimaksudkan agar guru selalu memperhatikan
tingkat pemahaman siswanya dan pertambahan ilmu yang
diprolehnya.

7
C. Pentingnya Adab Dalam Pembelajaran
Banyak sekali riwayat dan penukilan yang menjelaskan tentang
pentingnya mempunyai adab. Habib al- Jalab berkata :” aku bertanya kapada
Ibnul mubarak: “apakah sebaik-baik perkara yang diberikan kepada seseorang
? dia menjawab: “adab yang baik”. Kedudukan adab bagi orang berilmu dan
pelajar sangat penting. Diriwayatkan, Imam Malik bin Anas menghabiskan
waktu selama enam belas tahun untuk mempelajari adab dan empat tahun
untuk mencari ilmu. Artinya, beliau memposisikan akhlak pada posisi penting
yang tidak bisa dipandang sebelah mata.
Riwayat tentang Imam Malik di atas juga dialami oleh Imam Syafi`i
dengan kondisi yang berbeda. Suatu ketika beliau ditanya oleh seseorang,
“Bagaimana engkau mencari (mempelajari) akhlak?.” Dijawab oleh beliau,
“Aku mencari adab seperti usaha seorang ibu yang mencari-cari anaknya
yang hilang.” Dengan kata lain, begitu keras usaha seorang Imam Syafi`i
untuk memacu diri berhias akhlak.
Mencari ilmu sangat penting, masuk dalam kategori “wajib” bagi laki-
laki dan perempuan muslim. Dalam Alquran, orang berilmu Allah berikan
derajat “kemuliaan” di sisi-Nya dan juga di sisi manusia. Derajat kemuliaan
didapat, ketika dalam mencari ilmu para murid memiliki adabnya.
Melihat di sosial media (sosmed) kembali viral kasus murid yang
mengajak berkelahi gurunya. Hal ini sungguh memprihatinkan dunia
pendidikan yang murid kini tak lagi memperdulikan adab terhadap gurunya.
Bagi seorang murid tingkat lanjut, seharusnya mempelajari adab-adab apasaja
dalam mencari ilmu. Mengapa? Karena tak ada manfaat ilmu setinggi dan
seluas apapun ketika adab tiada. Supaya ilmu-ilmu yang dipelajari
bermanfaat, menjadi pencerahan dan berkah, maka perlu adanya adab.
Allah Swt mengumpamakan orang-orang yang tidak beradab dengan
firman-Nya, “Perumpamaan orang-orang yang dipikulkan kepadanya Taurat,
kemudian mereka tiada memikulnya adalah seperti keledai yang membawa
kitab-kitab yang tebal. Amatlah buruknya perumpamaan kaum yang

8
mendustakan ayat-ayat Allah itu. Dan Allah tiada memberi petunjuk kepada
kaum yang zalim.” (QS. al-Jumu’ah: 5).
Seekor keledai, tentu tidak mengerti akan kitab-kitab tersebut, ia
hanya memikul saja. Begitulah perumpaannya. Betapapun banyak ilmu dari
setiap mata pelajaran yang didapat dari sekolah, tiada gunanya. Ketika adab
tidak ada. Para ulama mengatakan, kada al-adab qabla al-’ilm (posisi adab itu
sebelum ilmu).
Para ulama, menaruh perhatian yang besar kepada adab, misalnya,
Imam al-Ghazali, Ibnu Khaldun, Ibnu Sina, Imam Syafi’i, Imam Malik.
Mereka telah mendapat ilmu dan manfaatnya dikarenakan mereka selalu
menjaga adab dalam mencari ilmu. Dikarenakan adab dan ilmunya, mereka
terus hidup meskipun jasadnya telah tiada.

9
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
Dari rangkaian pembahasan dan beberapa uraian di atas, maka adab
belajar siswa dan implikasinya terhadap pendidikan karakter dapat
disimpulkan bahwa adab belajar merupakan kumpulan sikap dan perilaku
yang harus dijalani oleh para pelajar dalam menjalani proses pembelajaran.
Impikasi pendidikan karakter terhadap adab peserta didik dalam
belajar maka yang tumbuh dari niat adalah karakter religius, dari memilih
ilmu, guru, dan teman terwujudlah dalam dirinya karakter jujur, bersahabat/
komunikatif, cinta damai, serta peduli sosial, dari adab menghormati ilmu dan
ahli ilmu maka tumbuhlah karakter tanggung jawab dan demokratis, dari adab
tekun dan serius dalam pembelajaran maka akan tumbuh dalam dirinya
karakter tanggung jawab dan kerja keras.
B. Saran
Semoga dengan adanya uraian ini, dapat sedikit menyadarkan guru
dan peserta didik mengenai pentingnya adab. Dan juga agar keduanya saling
menghargai satu sama lain, baik guru terhadap peserta didik maupun peserta
didik terhadap gurunya.

10
DAFTAR PUSTAKA

Ali, Zainuddin. 2011. Pendidikan Agama Islam. Jakarta: Bumi Aksara

Al-ghazali. 2007. Ihya Ulumuddin, cet-ke 2. Jakarta: Pustaka Alami

Az-Zarnuuji, TA’LI MUTA’ALLIM, Daaruihyaa’i-l-kutub Al-‘Arabiyah.


http://muslimah.or.id/akhlaj-dan-nasehat/nikmatnya-menuntut-ilmu.html

Haris, Abd. 2010. Etika Hamka. Yogyakarta: PT Lkis Printing Cemerlang

11

Anda mungkin juga menyukai