Anda di halaman 1dari 17

KATA PENGANTAR

Bismillahirrahmanirrahim

Puji syukur kehadirat Allah SWT yang telah melimpahkan rahmat serta
hidayahnya kepada kita semua, sehingga telah selesainya makalah ini.
Salawat serta salam semoga senantiasa tercurahkan kepada Rasululah
Muhammad SAW.
Dalam pembuatan makalah Fisiologi Tumbuhan ini tidak lepas bantuan
dari berbagai pihak,maka kami mengucapkan banyak terima kasih kepada Ibu
Hilmi Hmabali. S.Pd.,M.Kes sebagai dosen mata kuliah Fisiologi Tumbuhan serta
kepada teman-teman yang telah membantu,sehingga terseleseikannya makalah ini
Kami menyadari bahwa manusia tak luput dari kekurangan.mungkin dalam
penyusunan praktikum ini banyak kekurangan baik dari segi sisi maupun
penulisannya.maka dari itu kami mohon maaf atas kekurangan-kekurangan yang
sengaja maupun tak sengaja.saran dan kritik dari pembaca sengat kami butuhka.
Tanpa ada kritikan maupun saran dari pembaca tak mungkin tau dan bisa tuk
memperbaikinya.
Kami berharap semoga makalah ini dapat menambah wawasan dan
pengetahuan kita semua khususnya mahasiswa Pendidikan Biologi Universitas
Muhammadiyah Makassar serta memberikan manfaat dari pembaca dan penulis.

Penulis,
Makassar, 16 Desember 2018

i
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR ........................................................................................................ i


DAFTAR ISI...................................................................................................................... ii
BAB I .................................................................................................................................. 1
PENDAHULUAN ............................................................................................................. 1
A. Latar Belakang ...................................................................................................... 1
B. Rumusan masalah ................................................................................................. 2
C. Tujuan .................................................................................................................... 2
BAB II ................................................................................................................................ 3
PEMBAHASAN ................................................................................................................ 3
A. Pengertian Giberelin ............................................................................................. 3
B. Metabolisme giberelin........................................................................................... 4
C. Struktur molekul dan aktivitas gibberelline....................................................... 5
D. Peran gibberellin bagi fisiologi tanaman ............................................................ 6
E. Mekanisme kerja giberelin ................................................................................. 11
BAB III............................................................................................................................. 13
PENUTUP........................................................................................................................ 13
A. Kesimpulan .......................................................................................................... 13
B. Saran .................................................................................................................... 13
DAFTAR PUSTAKA ...................................................................................................... 14

ii
iii
BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Pertumbuhan, perkembangan, dan pergerakan tumbuhan dikendalikan

beberapa golongan zat yang secara umum dikenal sebagai hormon tumbuhan

atau fitohormon. Penggunaan istilah "hormon" sendiri menggunakan analogi

fungsi hormon pada hewan; dan, sebagaimana pada hewan, hormon juga

dihasilkan dalam jumlah yang sangat sedikit di dalam sel. Beberapa ahli

berkeberatan dengan istilah ini karena fungsi beberapa hormon tertentu

tumbuhan (hormon endogen, dihasilkan sendiri oleh individu yang

bersangkutan) dapat diganti dengan pemberian zat-zat tertentu dari luar,

misalnya dengan penyemprotan (hormon eksogen, diberikan dari luar sistem

individu). Mereka lebih suka menggunakan istilah zat pengatur tumbuh

(bahasa Inggris plant growth regulator).

Hormon tumbuhan merupakan bagian dari proses regulasi genetik dan

berfungsi sebagai prekursor. Rangsangan lingkungan memicu terbentuknya

hormon tumbuhan. Bila konsentrasi hormon telah mencapai tingkat tertentu,

sejumlah gen yang semula tidak aktif akan mulai ekspresi. Dari sudut

pandang evolusi, hormon tumbuhan merupakan bagian dari proses adaptasi

dan pertahanan diri tumbuh-tumbuhan untuk mempertahankan kelangsungan

hidup jenisnya.

Pemahaman terhadap fitohormon pada masa kini telah membantu

peningkatan hasil pertanian dengan ditemukannya berbagai macam zat

sintetis yang memiliki pengaruh yang sama dengan fitohormon alami.

1
Aplikasi zat pengatur tumbuh dalam pertanian modern mencakup

pengamanan hasil (seperti penggunaan cycocel untuk meningkatkan

ketahanan tanaman terhadap lingkungan yang kurang mendukung),

memperbesar ukuran dan meningkatkan kualitas produk (misalnya dalam

teknologi semangka tanpa biji), atau menyeragamkan waktu berbunga

(misalnya dalam aplikasi etilena untuk penyeragaman pembungaan tanaman

buah musiman), untuk menyebut beberapa contohnya.

B. Rumusan masalah
1. Apa yang dimaksud dengan giberelin?
2. Bagaimana metabolisme giberelin?
3. Bagaimana struktur molekul dan aktivitas giberelin?
4. Bagaimana peran giberelin bagi fisiologi tanaman?
C. Tujuan
1. Apa yang dimaksud dengan giberelin?
2. Bagaimana metabolisme giberelin?
3. Bagaimana struktur molekul dan aktivitas giberelin?
4. Bagaimana peran giberelin bagi fisiologi tanaman?

2
BAB II
PEMBAHASAN

A. Pengertian Giberelin
Hormon giberelin pertama kali ditemukan di Asia pada tumbuhan padi
yang terkena penyakit “benih bodoh”. Penyakit ini menyebabkan perpanjangan
padi yang tak terkendali sehingga padi yang terinfeksi patah dan roboh. Pada
tahun 1926, seorang ilmuwan Jepang, E.Kurosawa, menemukan penyebab
penyakit itu adalah fungi yang bergenus Gibberella. Fungi tersebut
mensekresikan sejenis zat kimia yang menyebabkan pemanjangan yang tak
terkendali, kemudian zat kimia tersebut diberi nama giberelin. Sampai saat ini.
Produksi giberelin yang paling besar berada pada akar dan daun muda.
Meskipun demikian pangaruh giberelin hanya pada batang dan daun. Pada
batang giberelin bersama auksin merangsang pemanjangan dan pembelahan sel
batang. Giberelin juga berpengaruh pada perkembangan buah. Namun kinerja
giberelin harus dibarengi dengan control auksin. Salah satu contoh
pengaplikasian giberelin adalah pada buah anggur Thompson yang tumbuh
besar dan terpisah jauh antara buah yang lain. Perkecambahan biji juga
dipengaruhi oleh giberelin, karena setelah sebuah biji mengimbibisi air,
giberelin akan dibebaskan dan mengakhiri dormansi biji.
Giberelin adalah jenis hormon tumbuh yang mula-mula diketemukan di
Jepang oleh Kurosawa pada tahun 1926. Penelitian lanjutan dilakukan oleh
Yabuta dan Hayashi (1939). Ia dapat mengisolasi crystalline material yang
dapat menstimulasi pertumbuhan pada akar kecambah. Dalam tahun 1951,
Stodola dkk melakukan penelitian terhadap substansi ini dan menghasilkan
"Gibberelline A" dan "Gibberelline X". adapun hasil penelitian lanjutannya
menghasilkan GA1, GA2, dan GA3.
Pada saat yang sama dilakukan pula penelitian di Laboratory of the
Imperial Chemical Industries di Inggris sehingga menghasilkan GA3 (Cross,
1954 dalam Weaver 1972). Nama Giberelin acid untuk zat tersebut telah
disepakati oleh kelompok peneliti itu sehingga populer sampai sekarang.

3
B. Metabolisme giberelin
Giberellin adalah zat kimia yang dikelompokan kedalam terpinoid.
Semua kelompok terpinoid terbentuk dari unit isoprene yang terdiri dari 5 atom
karbon. Unit-unit isoprene ini dapat bergabung sehingga menghasilkan
monoterpene (C-10), Sesqueterpene (C-15), diterpene (C-20) dan triterpene (C-
30). Khususnya berupa diterpen yang disintesis dari unit asetat asetil koenzim
A melalui lintasan asam mevalonat. Geranileranil pirofosfat yaitu senyawa 20
karbon, bertindak sebagai donor bagi semua atom karbon pada giberelin.
Senyawa itu diubah menjadi kopalilpiroposfat memilki sistem dua cincin, dan
senyawa terakhir tersebut kemudian diubah menjadi kauren yang mempunyai
sistem 4 cincin. Perubahan kauren lebih lanjut di sepanjang lintasan meliputi
oksidasi yang terjadi di retikulum endoplasma menghasilkan senyawa-senyawa
kaurenol (jenis alkohol), kaurenal (jenis aldehid), dan asam kaurenoat. Setiap
senyawa teroksidasi lebih lanjut.

Biosintesis giberelin yang terdapat dalam jamur Gibberella Fujikuroi


berproses dari Mevalonic acid sampai menjadi giberelin. Di dalam proses
biosintesis telah diketemukan zat penghambat (growth retardant) di dalam
aktivitas ini. Beberapa contoh growth retardant yang menghambat biosintesis
giberelin pada tanaman antara lain Amo-1618 (2-isopropil-4-dimetil-kamine-5
metil phenil-4pipendine karboksilatmetil klorida) menghambat biosintesis

4
giberelin pada tanaman mentimun liar (Exhmocytis macrocarpa). Amo-1618
menghambat dalam proses perubahan dari Geranylgeranyl pyrophosphat ke
Kauren. Begitu pula growth retardant CCC (2-chloroethyl) trimethyl (-
amonium chloride) memperlihatkan aktivitas yang sama dengan Amo-1618.
C. Struktur molekul dan aktivitas gibberelline
Giberelin merupakan suatu compound (senyawa) yang mengandung
"gibban skeleton". Menurut Weaver (1972), perbedaan utama pada giberelin
adalah:
1. Beberapa giberelin mempunyai 19 buah atom karbon dan yang lainnya
mempunyai 20 buah atom karbon.
2. Grup hidroksil berada dalam posisi 3 dan 13 (ent gibberellene numbering
system). Semua giberelin dengan 19 atom karbon adalah monocarboxylic
acid yang mengandung COOH grup pada posisi 7 dan mempunyai sebuah
lactonering.
Semua giberelin merupakan turunan angka ent-giberellan. Struktur
molekul ini dengan sistem penomoran cincinnya, bersama dengan struktur
enam giberelin yang aktif. Semua giberelin bersifat asam dan dinamakan GA
(asam giberelat) yang dinomori untuk membeda-bedakannya. Semua giberelin
memiliki 19 atau 20 atom karbon, yang bergabung dalam sistem cincin 4 atau
5. Sistem cincin ke 5 (tidak terdapat pada ent-giberelat) adalah cincin lakton
yang terlihat menempel pada cincin A giberelat. Semua giberelin mempunyai
satu gugus karboksil yang melekat pada karbon 7, dan beberapa diantaranya
memiliki karboksil tambahan yang terletak pada karbon 4, sehingga semuanya
dapat disebut asam giberelat.

5
Di dalam alam, dijumpai pula beberapa senyawa yang di ekstrak dari
tanaman. Senyawa tersebut tidak mengandung giberelin atau gibberellane
structure tetapi termasuk ke dalam giberelin. Dari hasil penelitian Tamura dkk,
ia menemukan suatu substansi dalam jamur Helminthosporium sativum yang
dinamakan "helminthosporol" yang aktif dalam perpanjangan daun pada
kecambah padi dan barley. Senyawa lain yang ditemukan tanpa gibban
skeleton yaitu "Steviol", namun aktivitasnya seperti giberelin.
D. Peran gibberellin bagi fisiologi tanaman
Giberelin sebagai hormon tumbuh pada tanaman sangat berpengaruh
pada sifat genetik (genetic dwarfism), pembuangan, penyinaran,
partohenocarpy, mobilisasi karbohidrat selama perkecambahan (germination)
dan aspek fisiologi kainnya. Giberelin mempunyai peranan dalam mendukung
perpanjangan sel (cell elongation), aktivitas kambium dan mendukung
pembentukan RNA baru serta sintesa protein.
a. Genetic dwarfism
Genetic dwarfism adalah suatu gejala kerdil yang disebabkan oleh
adanya mutasi. Gejala ini terlihat dari memendeknya internode. Terhadap

6
Genetic dwarfism ini, giberelin mampu merubah tanaman yang kerdil
menjadi tinggi. Hal ini telah dibuktikan oleh Brian dan Hemming (1955).
Dalam eksperimennya mereka telah memberi perlakuan penyemprotan
gibberellic acid pada berbagai varietas kacang. Hasil dari eksperimen ini
menunjukan bahwa gibberellic acid berpengaruh terhadap tanaman kacang
yang kerdil dan menjadi tinggi.
Mengenai hubungannya dengan cell elengation, dikemukakan
bahwa giberelin mendukung pengembangan dinding sel. Menurut van
Oberbeek (1966) penggunaan giberelin akan mendukung pembentukan
enzym protolictic yang akan membebaskan tryptophan sebagai asal bentuk
dari auksin. Hal ini berarti bahwa kehadiran giberelin tersebut akan
meningkatkan kandungan auksin.
Mekanisme lain menerangkan bahwa giberelin akan menstimulasi
cell elengation, karena adanya hidrolisa pati yang dihasilkan dari giberelin,
akan mendukung terbentuknya a amilase. Sebagai akibat dari proses
tersebut, maka Giberelin sebagai salah satu hormon tumbuh pada tanaman,
mempunyai peranan dalam pembungaan konsentrasi gula meningkat yang
mengakibatkan tekanan osmotik di dalam sel menjadi naik, sehingga ada
kecenderungan sel tersebut berkembang.
b. Pembungaan (flowering)
Penelitian yang dilakukan Henny (1981) pada bunga spothiphyllum
Mauna loa. Dengan memberikan perlakuan GA3 dengan dosis: 250, 500
dan 1000 mg/l. saat tumbuhan membentuk bunga bergantung pada
beberapa factor, termasuk umur dan keadaan lingkungan tertentu.
Misalnya perbandingan lamanya siang dan malam sangat berpengaruh
pada beberapa spesies.beberapa spesies hanya berbunga apabila lamanya
siang hari melewati titik kritis tertentu, dan yang lainnya hanya berbunga
jika lamanya siang hari lebih pendek dari titik kritis tertentu. Giberelin
dapat menggantikan hari panjang yang dibutuhkan oleh beberapa spesies.
Hal inipun menunjukan adanya interaksi dengan cahaya. Giberelin juga
memenuhi kebutuhan beberapa spesies akan masa dingin untuk

7
menginduksi pembungaan atau agar berbunga lebih awal (vernalisasi).
Sejumlah bukti menunjukan bahwa beberapa giberelin jauh lebih efektif
dalam mendorong pembungaan daripada factor lain.
c. Parthenocarpy dan fruit set
Seperti auksin, giberelin pun berpengaruh terhadap Parthenocarpy.
Hasil penelitian menunjukan bahwa gibberellic acid (GA3) lebih efektif
dalam terjadinya Parthenocarpy dibanding dengan auksin yang dilakukan
pada blueberry. Hasil eksperimen lain menunjukan pula bahwa GA3 dapat
meningkatkan tandan buah (fruit set) dan hasil.
Peranan Giberelin dalam pematangan buah (fruit ripening)
Pematangan (ripening) adalah suatu proses fisiologis, yaitu terjadinya
perubahan dari kondisi yang tidak menguntungkan ke suatu kondisi yang
menguntungkan, ditandai dengan perubahan tekstur, warna, rasa dan
aroma. Dalam proses pematangan ini, giberelin mempunyai peran penting
yaitu mampu mengundurkan pematangan (repening) dan pemasakan
(maturing) suatu jenis buah. Dari hasil penelitian menunjukan aplikasi
giberelin pada buah tomat dapat memperlambat pematangan buah,
sedangkan gibberellic acid yang diterapkan pada buah pisang matang,
ternyata pemasakannya dapat ditunda.
d. Mobilisasi bahan makanan selama fase perkecambahan (germination)
Biji cerealia terdiri dari embrio dan endosperm. Didalam
endosperm terdapat masa pati (starch) yang dikelilingi oleh suatu lapisan
"aleuron".. sedangkan embrio itu sendiri merupakan suatu bagian hidup
yang suatu saat akan menjadi dewasa. Pertumbuhan embrio selama
perkecambahan bergantung pada persiapan bahan makanan yang berada di
dalam endosperm. Untuk keperluan kelangsungan hidup embrio maka
terjadilah penguraian secara enzimatik yaitu terjadi perubahan pati menjadi
gula yang selanjutnya ditranslokasikan ke embrio sebagai sumber energi
untuk pertumbuhannya.
Embrio biji serelia dan rumput lainnya dikelilingi cadangan
makanan yang terdapat di sel yang secara metabolic tidak aktif, yaitu

8
endosperma sendiri diselimuti selimut tipis yang hidup, yang biasanya
mempunyai ketebalan dua hingga empat sel, dan disebut selaput aleuron.
Setelah perkecambahan terjadi, terutama akibat meningkatnya
kelembapan, sel aleuron mengeluarkan sejumlah enzim hidrolisis yang
mencerna pati, protein, fitin, RNA, dan bahan dinding sel tertentu yang
terdapat dalam sel endosperma. α amylase, yang menghidrolisis pati. Jika
embrio dihilangkan dari biji jelai, sel aleuron tidak menghasilkan dan
mengeluarkan sebagian besar enzim hidrolitiknya, termasuk α amylase.
Hal itu memperlihatkan bahwa embrio jelai biasanya menyediakan suatu
hormone untuk selaput aleuron dan bahwa hormon tersebut memacu sel
aleuron untuk membuat enzim hidrolitik ini. Hormon tersebut, yaitu
giberelin, juga mendorong sekresi enzim hidrolitik ke endosperma, tempat
enzim tersebut mencerna cadangan makanan dan dinding sel. Unsur
mineral cadangan menjadi lebih mudah tersedia, sebagai hasil kerja
giberelin.

9
e. Stimulasi aktivitas cambium dan perkembangan xylem
Giberelin mempunyai peranan dalam aktivitas kambium dan
perkembangn xylem. Aplikasi GA3 dengan konsentrasi 100, 250, dan 500
ppm mendukung terjadinya diferensiasi xylem pada pucuk olive. Begitu
pula dengan mengadakan aplikasi GA3 + IAA dengan konsentrasi masing-
masing 250 dan 500 ppm, maka terjadi pengaruh sinergis pada xylem.
Sedangkan aplikasi auksin saja tidak memberi pengaruh pada tanaman.
f. Dormansi
Dormansi adalah masa istirahat bagi suatu organ tanaman atau biji.
Menurut Copeland (1976), dormansi adalah kemampuan biji untuk
mengundurkan fase perkecambahannya hingga saat dan tempat itu
menguntungkan untuk tumbuh.
Secara umum terjadinya dormansi adalah disebabkan oleh faktor luar dan
faktor dalam. Faktor yang menyebabkan dormansi pada biji adalah sbb:
1) Tidak sempurnanya embrio (rudimentery embriyo)
2) Embrio yang belum matang secara fisikologis (physiological
immature embriyo)
3) kulit biji yang tebal (tahan terhadap gerakan mekanis)
4) kulit biji impermeable ( impermeable seed coat)
5) adanya zat penghambat (inhibitor) untuk perkecambahan (presence of
germination inhibitors).
Fase yang terjadi dalam dorminasi biji, menurut Amen (1968) ada
empat fase yang harus dilalui :
1. Fase induksi, ditandai dengan terjadinya penurunan jumlah hormon
(hormon level)
2. Fase tertundanya metabolisme (a period of partial metabolic arrest)
3. Fase bertahannya embrio untuk berkecambah karena faktor
lingkungan yang tidak menguntungkan.
4. Perkecambahan (germination), ditandai dengan meningkatnya hormon
dan aktivitas enzym.

10
Pada biji, salah satu efek giberelin adalah mendorong pemanjangan
sel, sehingga radikula dapat mendobrak endosperm, kulit biji, atau kulit
buah yang membatasi pertumbuhannya.

E. Mekanisme kerja giberelin


Pertama, pembelahan sel dipacu di apeks tajuk, terutama di sel
meristematik yang terletak lebih bawah, yang menumbuhkan jalur panjang sel
korteks dan sel empulur. Dari penelitian Lui dan Loy (1976) diketahui bahwa
giberelin mendorong pembelahan sel, sebab giberelin memacu sel pada G1
untuk memasuki fase S, dan karena giberelin juga memperpendek fase S.
peningkatan jumlah sel menyebabkan pertumbuhan batang yang lebih cepat,
sebab setiap selnya akan tumbuh.
Kedua, kadang giberelin memacu pertumbuhan sel karena zat itu
meningkatkan hidrolisis pati, fruktan, dan sukrosa menjadi molekul glukosa
dan fruktosa. Gula heksosa tersebut menyediakan energi melalui respirasi,
berperan penting dalam pembentukan dinding sel, dan juga membuat potensial
air sel lebih negative pada saat-saat tertentu. Akibat penurunan potensial air, air
akan bergerak masuk lebih cepat, menyebabkan pemelaran pada sel dan
pengenceran gula. Pada batang tebu, pertumbuhan batang akibat giberelin

11
dihasilkan antara lain dari meningkatnya sintesis enzim invertase yang
menghidrolisis sukrosa menjadi glukosa dan fruktosa.
Ketiga, giberelin sering meningkatkan plastisitas dinding sel. Contoh
pada tanaman oat. Pertumbuhan sel mudanya yang berasal dari meristem
interkalar terpacu dengan maksimal. Dalam hal ini, pemacuan terhadap
pembelahan sel tidak terjadi. Pemanjangan yang disebabkan GA3 lebih besar
15 kali lipat dibandingkan dengan potongan yang tidak mendapat perlakuan,
asalkan ada sejumlah sukrosa dan berbagai macam garam sebagai sumber
energi dan pencegah terjadinya pengenceran yang berlebihan pada isi sel
(berarti mencegah peningkatan potensial osmotik). Terjadinya kenaikan nyata
pada plastisitas dinding dan fenomena yang serupa menjelaskan pertumbuhan
yang dipacu oleh giberelin pada potongan hipokotil slada dan pada seluruh
hipokotil kecambah mentimun.

12
BAB III
PENUTUP

A. Kesimpulan
Auksin dan Giberelin merupakan fitohormon yang mempercepat
pertumbuhan tanaman. Auksin adalah senyawa asam indol asetat (IAA) yang
dihasilkan di ujung meristem apikal (ujung akar dan batang). F.W. Went
(1928) pertama kali menemukan auksin pada ujung koleoptil kecambah
gandum Avena sativa. Adapun faktor-faktor yang mempengaruhi konsentrasi
IAA ini diantaranya Sintesis Auksin, Pemecahan Auksin, dan In-aktifnya
IAA sebagai akibat proses pemecahan molekul.
Auksin memiliki beberapa peran, diantaranya . Pengembangan sel,
Phototropisme, Geotropisme, Apical dominasi, Pertumbuhan akar (root
initiation), Parthenocarpy, Abisission, Pembentukan callus (callus formation)
dan Respirasi. Giberellin adalah zat kimia yang dikelompokan kedalam
terpinoid. Semua kelompok terpinoid terbentuk dari unit isoprene yang terdiri
dari 5 atom karbon . Giberelin sebagai hormon tumbuh pada tanaman sangat
berpengaruh pada sifat genetik (genetic dwarfism), pembuangan, penyinaran,
partohenocarpy, mobilisasi karbohidrat selama perkecambahan (germination)
dan aspek fisiologi kainnya. Giberelin mempunyai peranan dalam mendukung
perpanjangan sel (cell elongation), aktivitas kambium dan mendukung
pembentukan RNA baru serta sintesa protein.
B. Saran
Setelah mempelajari dan menguraikannya, perlu penerapan lebih lanjut
dalam hal praktik agar dapat lebih memahami peranan serta pengaruh hormone
pertumbuhan seperti auksin dan giberelin terhadap pertumbuhan tanaman.

13
DAFTAR PUSTAKA

Kurniati, Fitri. 2017. Aplikasi Berbagai Bahan ZPT alami untuk mengembangan
pertumbuhan Bibit kemiri sunan (Reutealis trisperma (Blanco) Airy
shaw). Jurnal Agro Vol IV (1). 40-49
Maharani, Asih. 2018. Pengaruh Konsentrasi Giberelin (GA3) terhadap
pertumbuhan kalian (Brasica oleracea L. Var albogla bra) pada berbagai
media tanam dengan hidroponik wick system. Jurnal Biologi Universitas
Andalas Vol 6 (1). 63-70
Salmah, Siti dkk. 2011. Bahan Ajar Biologi Umum. Padang: Universitas Andalas

Wiraatmaja, Wayan. 2017. Zat Pengatur Tumbuh Giberelin dan sitokinin.


Denpasar: Universitas Udayana
Widodo, Chomsin. 2008. Bahan Ajar Biologi. Jakarta: Gramedia

14

Anda mungkin juga menyukai