Anda di halaman 1dari 17

Tugas Makalah

MATAN KEYAKINAN DAN CITA-CITA HIDUP


MUHAMMADIYAH
AIK 3
Dosen Pengajar : Dr.Munkizul Umam Kau,S.Fil.I,M.Phil

Oleh: Kelompok 3

Dewi Mustapa Sri Rahayu S. Yusuf


Desriani Saleh Tassya Anggriani Dehimeli
Alan Malanua

A Keperawatan 2019
Semester 3

PROGRAM STUDI ILMU KEPERAWATAN


FAKULTAS ILMU KESEHATAN
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH GORONTALO
2020
KATA PENGANTAR

Assalamu’alaikum warahmatullahi wabarakatu

Puji syukur atas kehadirat Allah SWT, Yang telah memberikan Rahmat
dan Karunia-Nya kepadah kita semua sehingga saya bisa menyelesaikan makalah
Matan keyakinan dan cita-cita Muhammadiyah ini. sholawat serta salam selalu
tercurahkan kepadah nabi Muhammad SAW, beserta keluarga-nya, sahabat-nya
dan kita selaku umatnya hingga akhir zaman.

Saya menyadari bahwa makalah ini masih jauh dari sempurna,hal ini
karena kemampuan dan pengalaman saya yang masih ada dalam keterbatasan.
untuk itu saya mengharapkan saran dan kritik yang sifatnya membangun,demi
perbaikan dalam makalah yang akan datang.

Akhir kata saya sampaikan terimah kasih semoga Allah SWT senantiasa
meridohi segala usaha kita aamiin.

Gorontalo,14 Desember 2020

Penyusun

i
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR.........................................................................................i
DAFTAR ISI........................................................................................................ii
BAB I PENDAHULUAN....................................................................................1
1.1 Latar Belakang.................................................................................................1
1.2 Rumusan Masalah...........................................................................................1
1.3 Tujuan penulisan.............................................................................................1
BAB II PEMBAHASAN.....................................................................................3
2.1 Pengertian Matan Keyakinan dan Cita Cita Hidup Muhammadiyah..............3
2.2 Cita-cita Hidup Muhammadiyah.....................................................................3
2.3 Islam dalam keyakinan Muhammadiyah.........................................................4
2.4 Pemikiran dan gerakan Muhammadiyah dalam bidang aqidah, ibadah, akhlaq
dan muamalah duniawiyah..............................................................................6

BAB III PENUTUP.............................................................................................12


3.1 Kesimpulan......................................................................................................12
3.2 Saran................................................................................................................12

DAFTAR PUSTAKA..........................................................................................13

ii
iii
BAB I

PENDAHULUAN

1.1 LATAR BELAKANG

Dalam sebuah perkumpalan, persyarikatan, jam’iyyah, atau organisasi,


tak terkecuali persyarikatan Muhammadiyah, pasti didirikan dengan cita-cita,
maksud atau tujuan tertentu. Bahkan, kekuatan, kejayaan dan kelangsungan
suatu organisasi sangat tergantung pada kemuliaan dan kelangsungan suatu
organisasi sangat tergantung pada kemuliaan dan keluhuran cita-cita para
pendiri dan penerusnya, kemaslahatan (idealitas) dan kemanfaatan
(fungsionalitas) maksud atau tujuan yang diperjuangkan. Cita-cita dan tujuan
organisasi itu biasanya dirumuskan dalam core bilief, core value, visi, misi dan
tujuan organisasi yang dalam Muhammadiyah disebut MKCH atau MKCHM
singkatan dari Matan Keyakinan dan Cita-Cita Hidup Muhammadiyah dengan
demikian, MKCHM itu meliputi core bilief atau keyakinan inti organisasi
massa (ormas) keagamaan lain, core value atau nilai-nilai inti/dasar menjadi
pedoman atau nilai-nilai dasar perjuangan. Visi atau khittah menjadi blue print
araj gerak dan perjuangan. Misi atau core business atau bidang/tugas utama
menjadi medan gerakan dan perjuangan, dan tujuan atau objektive yaitu sasaran
langsung yang hendak diwujudkan dari gerakan dan perjuangannya.

1.2 Rumusan Masalah


1. Apa pengertian matan keyakinan dan cita-cita hidup Muhammadiyah?
2. Apa cita-cita hidup Muhammadiyah?
3. Bagaimana islam dalam keyakinan Muhammadiyah?
4. Arah uasaha Muhammadiyah dalam bidang Aqidah,Ibadah,Akhlak dan
Mu’amalah Dunyawiyah
1.3 Tujuan Penulisan
1. Untuk mengatahui apa pengertian matan keyakinan dan cita-cita hidup
Muhammadiyah
2. Untuk mengetahui apa cita-cita hidup Muhammadiyah

1
3. Untuk mengathui bagaimana islam dalam keyakinan Muhammadiyah
4. Untuk mengetahui bagaiman arah uasaha Muhammadiyah dalam bidang
Aqidah,Ibadah,Akhlak dan Mu’amalah Dunyawiyah

2
BAB II

PEMBAHASAN

2.1 Pengertian Matan Keyakinan dan Cita-Cita Hidup Muhammadiyah

Matan Keyakinan dan Cita-Cita Hidup Muhammadiyah adalah sebuah teks


dan putusan resmi persyarikatan yang disahkan oleh sidang Tanwir. Berisi tentang
matan atau teks keyakinan dan cita-cita persyarikatan. Matan Keyakinan dan Cita-
Cita Hidup Muhammadiyyah pada dasarnya merupakan rumusan ideologi
Muhammadiyah uang menggambarkan tentang hakekat muhammadiyah, faham
agama menurut Muhammadiyah dan misi Muhammadiyah dalam kehidupan
berbangsa dan bernegara.

Matan Keyakinan dan Cita-Cita hidup Muhammadiyah adalah sistem


paham (ideologi) Muhammadiyah dalam memperjuangkan gerakan untuk
mencapai tujuan atau dengan kata lain substansi ideologis yang mengandung
paham agama yang fundamental.

2.2 Cita-Cita Hidup Muhammadiyah


 Kelompok satu : mengandung pokok-pokok persoalan yang bersifat
ideologis, ialah angka 1 dan 2 yang berbunyi:
- Ayat 1: Muhammadiyah adalah gerakan yang berasas islam, bercita-
cita dan bekerja untuk terwujudnya masyarakat islam yang sebenar-
benarnya, untuk melaksanakan fungsi dan misi manusia sebagai hamba
dan khalifah allah di muka bumi.
- Ayat 2: Muhammadiyah berkeyakinan bahwa islam adalah agama
allah yang diwahyu kepada para rasulnya sejak nabi Adam, sampai
nabi penutup yaitu nabi Muhammad saw. Sebagai hidayah dan rahmat
allah kepada umat manusia  sepanjang masa dan menjamin
kesejahteraan hidup materi an spiritual, duniawi dan ukhrawi.
 Kelompok kedua: mengandung persoalan mengenai faham agam menurut
muhammadiyah ialah angka 3 dan 4 yang berbunyi :

3
- Ayat 3: Muhammadiyah dalam mengammalkan islam berdasarkan; a)
Al-Qur’an; b) Al Hadits, dengan menggunakan akal pikiran sesuai
dengan jiwa ajaran islam.
- Ayat 4: Muhammadiyah bekerja untuk ajaran-ajaran islam meliputi
bidang a) Aqidah, yaitu ajaran yang berhubungan dengan kepercayaan,
b) Akhlak, yaitu ajaran yang berhubungan dengan pembentukan sikap
mental, c) Ibadah, yaitu ajaran yang berhubungan dengan tatacara
hubungan manusia dengan Tuhan; d) Mu’amalah dunawiyah, yaitu
ajaran yang berhubungan dengan pengolahan dunia dan pembinaan
masyarakat.
 Kelompok ketiga : mengenai fungsi dan misi Muhammadiah dalam
masyarakat negara indonesia, ialah ayat 5 yang berbunyi.:
- Ayat 5: Muhammadiyah mengajak segenap lapisan bangsa indonesia
yang telah karunia allah berupa tanah  air yang mempunyai smber-
sumber kekayaan, kemerdekaan bangsa dan negara republik indonesia
yang berfilsafat pancasila, untuk berusaha bersama-sama menjadikan
suatu negara adil makmur dan di ridhai Allah SWT (Baldatun
thayyibatul wa rabbun ghafur).
2.3 Islam Dalam Keyakinan Muhammadiyah

Muhammadiyah adalah Gerakan Islam dan Dakwah Amar Ma’ruf Nahi


Munkar, beraqidah Islam dan bersumber pada Al-Qur’an dan Sunnah, bercita-cita
dan bekerja untuk terwujudnya masyarakat islam yang sebenar-benarnya, adil,
makmur yang diridhai Allah SWT, untuk malaksanakan fungsi dan misi manusia
sebagai hamba dan khalifah Allah di muka bumi.

Hal-hal yang berkaitan dengan paham agama dalam Muhammadiyah


secara garis besar dan pokok-pokoknya ialah sebagai berikut:

1) Agama, yakni Agama Islam yang dibawa oleh Nabi Muhammad S.A.W.
ialah apa yang diturunkan Allah dalam Alquran dan yang disebut dalam
Sunnah maqbulah, berupa perintah-perintah, larangan-larangan, dan

4
petunjuk-petunjuk untuk kebaikan manusia di dunia dan akhirat (Kitab
Masalah Lima, Al-Masail Al-Khams tentang al-Din).
2) Muhammadiyah berkeyakinan bahwa Islam adalah Agama Allah yang
diwahyukan kepada para Rasul-Nya sejak Nabi Adam, Nuh, Ibrahim,
Musa, Isa, dan seterusnya sampai kepada Nabi Muhammad S.A.W.,
sebagai hidayah dan rahmat Allah kepada umat manusia sepanjang masa,
dan menjamin kesejahteraan hidup materiil dan spirituil, duniawi dan
ukhrawi (Matan Keyakinan dan Cita-cita Hidup
Muhammadiyah/MKCHM butir ke-2).
3) Muhammadiyah bekerja untuk terlaksananya ajaran-ajaran Islam yang
meliputi bidang-bidang: (a) ‘Aqidah; Muhammadiyah bekerja untuk
tegaknya aqidah Islam yang murni, bersih dari gejala-gejala kemusyrikan,
bid’ah dan khurafat, tanpa mengabaikan prinsip toleransi menurut ajaran
Islam; (b) Akhlaq; Muhammadiyah bekerja untuk tegaknya nilai-nilai
akhlaq mulia dengan berpedoman kepada ajaran-ajaran Alquran dan
Sunnah Rasul, tidak bersendi kepada nilai-nilai ciptaan manusia; (c)
‘Ibadah; Muhammadiyah bekerja untuk tegaknya ‘ibadah yang
dituntunkan oleh Rasulullah S.A.W. tanpa tambahan dan perubahan dari
manusia; (d) Mu’amalah dunyawiyat; Muhammadiyah bekerja untuk
terlaksananya mu’amalah dunyawiyat (pengolahan dunia dan pembinaan
masyarakat) dengan berdasarkan ajaran Agama serta menjadikan semua
kegiatan dalam bidang ini sebagai ‘ibadah kepada Allah S.W.T. (MKCH,
butir ke-4).
4) Islam adalah agama untuk penyerahan diri semata-mata karena Allah,
agama semua Nabi, agama yang sesuai dengan fitrah manusia, agama yang
menjadi petunjuk bagi manusia, agama yang mengatur hubungan dengan
Tuhan dan hubungan manusia dengan sesama, dan agama yang menjadi
rahmat bagi semesta alam. Islam satu-satunya agama yang diridhai Allah
dan agama yang sempurna. (Pedoman Hidup Islami Warga
Muhammadiyah/PHIWM, bab Pandangan Islam Tentang Kehidupan).

5
5) Bahwa dasar muthlaq untuk berhukum dalam agama Islam adalah Alquran
dan Sunnah. Bahwa di mana perlu dalam menghadapi soal-soal yang telah
terjadi dan sangat dihajatkan untuk diamalkannya, mengenai hal-hal yang
tak bersangkutan dengan ‘ibadah mahdhah padahal untuk alasan atasnya
tiada terdapat nash sharih dalam Alquran dan Sunnah maqbulah, maka
dipergunakanlah alasan dengan jalan ijtihad dan istinbath dari nash yang
ada melalui persamaan ‘illat, sebagaimana telah dilakukan oleh ‘ulama
salaf dan Khalaf (Kitab Masalah Lima, Al-Masail Al-Khams tentang
Qiyas).
6) Muhammadiyah dalam memaknai tajdid mengandung dua pengertian,
yakni pemurnian (purifikasi) dan pembaruan (dinamisasi) (Keputusan
Munas Tarjih di Malang).
2.4 Pemikiran Dan Gerakan Muhammadiyah Dalam Bidang Aqidah,
Ibadah, Akhlak Dan Muamalah Duniawiyah
1. Bidang Aqidah
Aqidah Islam menurut Muhammadiyah dirumukan sebagai konsekuensi
logis dari gerakannya. Formulasi aqidah yan dirumuskan dengan merujuk
langsung kepada sumber utama ajaran Islam itu disebut ‘aqidah shahihah’, yang
menolak sebagai bentuk campur tangan pemikiran teologis. Karakteristik aqidah
muhammadiyah itu secara umum dapat dijelaskan sebagai berikut :

Pertama, nash sebagai dasar rujukan. Semangat kembali kepada Al-Qur’an


dan Sunnah sebenarnya sudah menjadi tema umum pada setiap gerakan
pembaharuan. Karena diyakini sepenuhnya bahwa hanya dengan berpedoman
pada kedua sumber utama itulah ajaran islam dapat hidup dan berkembang secara
dinamis. Muhammadiyah juga menjadikan hal ini sebagai tema sentral
gerakannya, lebih-lebih dalam masalah aqidah seperti dinyatakan: “Inilah pokok-
pokok aqidah yang benar itu, yang terdapat dalam Al-Qur’an dan dikuatkan
dengan pemberitahuan-pemberitahuan mutawatir. ”Berdasarkan pernyataan diatas,
jelaslah bahwa sumber aqidah Muhammadiyah adalah Al-Qur’an dan Sunnah
yang dikuatkan dengan berita-berita yang mutawatir.

6
Kedua, keterbatasan peranan akal dalam soal aqidah Muhammadiyah
termasuk kelompok yang memandang kenisbian akal dalam masalah aqidah.
Sehingga formulasi posisi akal sebagai berikut “Allah tidak menyuruh kita
membicarakan hal-hal yang tidak tercapai pengertian oleh akal dalam hal
kepercayaan, sebab akal manusia tidak mungkin mencapai pengertian tentang
Dzat Allah dan hubungan-Nya dengan sifat-sifat yang ada pada-Nya.

Ketiga, kecondongan berpandangan ganda terhadap perbuatan manusia.


Pertama, segala perbuatan telah ditentukan oleh Allah dan manusia hanya dapat
berikhtiar. Kedua, jika ditinjau dari sisi manusia perbuatan manusia merupakan
hasil usaha sendiri. Sedangkan bila ditinjau dari sisi Tuhan, perbuatan manusia
merupakan ciptaan Tuhan.

Keempat, percaya Qada dan Qadar.

Serta kelima, menetapkan sifat-sifat Allah. Seperti halnya pada aspek-


aspek aqidah lainnya, pandangan Muhammadiyah mengenai sifat-sifat Allah tidak
dijelaskan secara mendetail.

2. Bidang Ibadah
Secara etimologis ibadah berasal dari kata ubudah, ubudiyah, dan abdiyah,
yang artinya tunduk dan merendahkan diri. Maksudnya menyerah dan tunduknya
seseorang terhadap orang lai  secara patuh tanpa perlawanan, penyelewengan dan
pendurhakaan, hingga dilayaninya orang itu (yang dipatuhimya) menurut
keinginan dan kemauannya. Sementara Majlis Tarjih Muhammadiyah
merumuskan pengertian ibadah yakni “ bertaqarruf (berserah diri) kepada Allah,
dengan mentaati segala perintah-Nya, menjauhi segala larangan-Nya, dan
mengamalkan semua yang diizinkan Allh SWT.”

Dari batasan ibadah di atas, selanjutnya Muhammadiyah membedakan


ibadah menjadi dua yaitu:

Ibadah khusus atau ibadah mahdlah, yakni ibadah yang telah ditetapkan
secara pasti oleh Syara , baik rincian, tingkah laku, maupun tata caranya.
Contohnya thaharah, shalat umrah dan haji. Ibadah umum yaitu segala amalan

7
keduniaan yang diizinkan Allah. Ibadah umum ini dalam bidang politik, ekonomi,
sosial, kebudayaan, pendidikan, pertahanan dan keamanan. Pengertian ibadah
yang dimaksud dalam pembahasan di sini adalah ibadah dalam arti khusus, atau
yang disebut ibadah mahdliyah. Ibadah ini berupa aturan ilahi yang mengatur
hubungan ritual langsug antara hamba dengan Tuhannya, yang cara atau tata
caranya ditentukan dengan terperinci dalam Al-Qur’an da Sunnah Rasul.
Terhadap bidang ini tertutup sama sekali dan berbagai ragam ijtihad ataupun
berbagai macam bid’ah serta dalam pengamalan dan penerapannya dilarang
sekedar dengan sikap taqlid semata-mata.

Bid’ah Dalam urusan ibadah mahdlah, hanya Rasulullah sendiri sajalah


yang mengetahui seluk-beluknya,baik rinciannya, tata cara dan tata
pelaksanaannya. Hal itu dikarenakan hanya Rasulullah yang mendapat
pemberitahuan dari Allah secara langsung, dan umat Muhammad saw hanya dapat
mengetahuinya mengenai perkara mahdlah lewat Rasulullah semata-mata, bukan
dari jalan lain betapapun orang tersebut sudah menduduki status mujtahid besar.
Dan kemudian muncul hal-hal baru yang tidak dicontohkan oleh Rasulullah,
apakah dalam menambahkannya, mengurangi atau justru mengadakan hal yang
baru sama sekali maka semua itu adalah terlarang menurut agama, dan itulah yang
disebut bid’ah dalam bidang ibadah mahdlah. Orang yang secara sengaja
melakukan hal semacam ini oleh Rasululah diancam masuk neraka. Dalam sebuah
hadis Rasulullah saw menegaskan. “Barangsiapa berucap mengatasnamakan aku
sesuatu hal yang tidak pernah aku ucapkan, maka ia akan disediakan tempat
duduk di atas bara api neraka.” (H.R. Bukhari dari Salmah bin al- Akwa’ra).

3. Bidang Akhlak
Mengingat pentingnya akhlaq dalam kaitannya dengan keimanan
seseorang, maka Muhammadiyah sebagai gerakan Islam juga dengan tegas
menempatkan akhlaq sebagai salah satu sendi dasar sikap keberagamaannya.

Dalam Matan Keyakinan dan Cita-cita Hidup Muhammadiyah


dijelaskan “Muhammadiyah bekerja untuk tegaknya nilai-nilai akhlaq mulia

8
dengan berpedoman kepada ajaran-ajaran Alquran dan Sunnah Rasul, tidak
bersendi pada nilai-nilai ciptaan manusia.”

Akhlak adalah nilai-nilai dan sifat yang tertanam dalam jiwa yang
menimbulkan perbuatan-perbuatan dengan gampang dan mudah, tanpa
memerlukan pemikiran dan pertimbangan (Imam Ghazali). Nilai dan perilaku baik
dan burruk seperti sabar, syukur, tawakal, birrul walidaini, syaja’ah dan
sebagainya (Al-Akhlaqul Mahmudah) dan sombong, takabur, dengki, riya’,
‘uququl walidain dan sebagainya (Al-Akhlaqul Madzmuham).

Mengenai Muhammadiyah menjadikan akhlaq sebagai salah satu garis


perjuangannya, hal ini selain secara tegas dinyatakan dalam nash, juga tidak dapat
dipisahkan dari akar historis yang melatarbelakangi kelahirannya. Kebodohan,
perpecahan di antara sesama orang Islam, melemahnya jiwa santun terhadap
dhu’afa’, pernghormatan yang berlebi-lebihan terhadap orang yang dianggap suci
dan lain-lain, adalah bentuk realisasi tidak tegaknya ajaran akhlaqul karimah.

Untuk menghidupkan akhlaq yang islami, maka Muhammadiyah berusaha


memperbaiki dasar-dasar ajaran yang sudah lama menjadi keyakinan umat Islam,
yaitu dengan menyampaikan ajaran yang benar-benar berdasar pada ajaran
Alquran dan Sunnah Maqbulah, membersihkan jiwa dari kesyirikan, sehingga
kepatuhan dan ketundukan hanya semata-mata kepada Allah. Usaha tersebut
ditempuh melalui pendidikan, sehingga sifat bodoh dan inferoritas berangsur-
angsur habis kemudian membina ukhuwah antar sesame muslim yang disemangati
oleh Surat Ali Imron ayat 103.

Adapun sifat-sifat akhlak Islam dapat digambarkan sebagai berikut:

1. Akhlaq Rabbani : Sumber akhlaq Islam itu wahyu Allah yang termaktub
dalam Al-Qur’an dan As-Sunnah, bertujuan mendapatkan kebahagiaan
dunia dan akhirat. Akhlaq Islamlah moral yang tidak bersifat kondisional
dan situasional, tetapi akhlaq yang memiliki nilai-nilai yang mutlak.
Akhlaq rabbanilah yang mampu menghindari nilai moralitas dalam hidup
manusia (Q.S.) Al-An’am / 6 : 153).

9
2. Akhlak Manusiawi. Akhlaq dalam Islam sejalan dan memenuhi fitrah
manusia. Jiwa manusia yang merindukan kebaikan, dan akan terpenuhi
dengan mengikuti ajaran akhlaq dalam Islam. Akhlaq Islam benar-benar
memelihara eksistensi manusia sebagai makhluk terhormat sesuai dengan
fitrahnya.
3. Akhlak Universal. Sesuai dengan kemanusiaan yang universal dan
menyangkut segala aspek kehidupan manusia baik yang berdimensi
vertikal, maupun horizontal. (Q.S. Al-An’nam : 151-152).
4. Akhlak Keseimbangan. Akhlaq Islam dapat memenuhi kebutuhan sewaktu
hidup di dunia maupun di akhirat, memenuhi tuntutan kebutuhan manusia
duniawi maupun ukhrawi secara seimbang, begitu juga memenuhi
kebutuhan pribadi dan kewajiban terhadap masyarakat, seimbang pula.
(H.R. Buhkori).
5. Akhlaq Realistik. Akhlaq Islam memperhatikan kenyataan hidup manusia
walaupun manusia dinyatakan sebagai makhluk yang memiliki kelebihan
dibanding dengan makhluk lain, namun manusia memiliki kelemahan-
kelemahan itu yaitu sangat mungkin melakukan kesalahan-kesalahan. Oleh
karena itu Allah memberikan kesempatan untuk bertaubat. Bahkan dalam
keadaan terpaksa. Islam membolehkan manusia melakukan yang dalam
keadaan biasa tidak dibenarkan. (Q.S. Al- Baqarah / 27 : 173)
4. Bidang Muamalah Duniawiyah
Dari segi bahasa muamalat berarti berbagai macam amalan keduniaan.
Sementara kalau dilihat dari segi istilah mengandung pengertian tata aturan ilahi
yang mengatur hubungan manusia dengan sesama manusia dengan benda. Dalam
hal ini agama islam memberikan berbagai pedoman baik dalam bentuk qaidah-
qaidah hukum yang ditegaskan oleh ajaran islam, meliputi masalah hukum nikah,
waris, dan masih banyak lagi. Tajdid dalam bidang muamalah ini adalah bentuk
membimbingkan, menuntunkan kepada mereka agara dalam berkiprah di tengah-
tengah masyarakat dengan berbagai kegiatannya mereka selalu berpedoman
kepada qaidah-qaidah yang telah digariskan oleh ajaran agama.

10
Dalam bidang Muamalat Duniawiyat Muhammadiyah mengajarkan dalam
bentuk membimbing, menuntunkan kepada mereka agar dalam berkiprah
ditengah-tengah masyarakat dengan berbagai kegiatannya mereka selalu
berpedoman kepada qaidah-qaidah yang telah digariskan oleh ajaran agama.
Muhammadiyah bekerja untuk terlaksananya mu’amalat duniawiyah (pengolahan
dunia dan pembinaan masyarakat) dengan berdasarkan ajaran Agama serta
menjadi semua kegiatan dalam bidang ini sebagai ibadah kepada Allah SWT.

Di dalam prinsip-prinsip Majlis Tarjih poin 14 disebutkan “ dalam hal-hal


termasuk Al-Umurud Dunyawiyah yang tidak termasuk tugas para nabi,
menggunakan akal sangat diperlukan, demi untuk tercapainya kemaslahatan
umat.” Adapun prinsip-prinsip mu’amalah dunyawiyah yang terpenting antara
lain:

1. Menganut prinsip mubah.
2. Harus dilakukan dengan saling rela artinya tidak ada yang dipaksa.
3. Harus saling menguntungkan. Artinya mu’amalah dilakukan untuk
menarik manfaat dan menolak kemudharatan.
4. Harus sesuai dengan prinsip keadilan.

11
BAB III

PENUTUP

3.1 Kesimpulan
Muhammadiyah berkeyakinan bahwa Islam adalah Agama Allah yang
diwahyukan kepada Rasul-Nya mulai dari nabi adam hingga nabi terakhir  yaitu
nabi Muhammad SAW, sebagai hidayah dan rahmat Allah kepada umat manusia
sepanjang masa, dan menjamin kesejahteraan hidup materil dan spritual, duniawi
dan ukhrawi. Rumusan matan keyakinann dan cita-cita hidup muhammadiah
terdiri dari 5 lima angka 5 (lima) angka tersebut dibagi menjadi 3 (tiga) kelompok.
“agama (yakni agama islam yang di bawa oleh nabi muhammad saw) ialah apa
yang diturunkan allah didalam al-qur’an dan yang tersebut didalam sunnah shahih
berupa perintah-perintah dan larangan-larangan serta petunju-petunjuk untuk
kebaikan manusia di dunia dan di akhirat.”(PUTUSAN MAJLIS TARJIH).

3.2 Saran
Dengan belajarnya kemuhammadiyaan kita sebagai mahasiswa yang
kuliah dibawah naungan Muhammadiyah mampu mengetahui seperti apa
Muhammadiyah dan memahami aqidah, ibadah, akhlak dan muamalah dalam
perspektif Muhammadiyah yang dapat menambah wawasan kita semua.

12
DAFTAR PUSTAKA

Saiful Amien. Al-Islam dan Kemuhammadiayahan.2016. Malang, UMM Press.

Official Website Muhammadiyah http://www.muhammadiyah.or.id/id/content-


175-det-matan-keyakinan-dan-citacita-hidup.html. Diakses pada 12 Oktober
2016.

Academia Edu. Aby Maulana. Matan Keyakinan dan Cita-Cita Hidup


Muhmmadiyah.

Hambali, H (2006). Ideologi dan Strategi Muhammadiyah.Yogyakarta: Suara


Muhammadiyah.

Pasha, M.K., & Darban, A.A. (2003). Muhammadiyah sebagai gerakan islam.
Yogyakarta : Lembaga Pengkajian dan Pengamalan Islam

http://dewyrohmawati.blogspot.nl/2017/04/matan-keyakinan-dan-cita-cita.html
https://pandikalbar.wordpress.com/2010/02/25/paham-keagamaan
muhammadiyah/
https://waskitozx.wordpress.com/makalah/makalah-pendidikan-islam/makalah-
akidah/gerakan-akidah-corak-muhammadiyah/

13

Anda mungkin juga menyukai