Anda di halaman 1dari 27

MATAN KEYAKINAN DAN CITA-CITA HIDUP

MUHAMMADIYAH

Disusun Untuk Memenuhi Tugas Mata Kuliah Gerakan Muhammadiyah


Dosen Pengasuh :
Rasman, M.Ikom

Kelompok 1 :

1. NELVI MELA SARI (2155201051)


2. VENNY ARISI (2155201029)
3. M. NABIL MUHTAROM (2155201065)
4. JEFRI ANDI ANGGARA (2155201193)
5. RIDO SYAPUTRA (2155201007)
6. NUGRAHA APRIANSYAH (2155201127)

PROGRAM STUDI TEKNIK INFORMATIKA


FAKULTAS TEKNIK
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH BENGKULU
KATA PENGANTAR
Puji syukur kami panjatkan kehadirat Allah SWT, yang telah melimpahkan
rahmat serta karunianya sehingga kami dapat menyelesaikan makalah ini dengan
tepat waktu. Makalah ini dibuat untuk memenuhi tugas mata kuliah Gerakan
Muhammadiyah. Makalah ini membahas tentang Matan Keyakinan dan Cita-Cita
Hidup Muhammadiyah.
Dengan disusunnya makalah ini diharapkan dapat membantu pembaca untuk
mendapatkan informasi terbaru dan memudahkan dalam pelajaran mata kuliah
Gerakan Muhammadiyah. Kami menyadari masih banyak kekurangan dalam
pembuatan makalah ini, oleh karena itu saran dan kritik yang membangun sangat
kami harapkan. Tidak lupa kami mengucapkan terimakasih kepada semua yang
telah membantu kami dalam proses pengerjaan makalah ini.

Bengkulu, 17 Oktober 2023

Penulis

ii
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR ........................................................................................... ii


DAFTAR ISI ......................................................................................................... iii
BAB I
PENDAHULUAN.................................................................................................. 1
A. Latar Belakang ...................................................................................................... 1
B. Rumusan Masalah ................................................................................................ 2
C. Tujuan Penulisan .................................................................................................. 2
BAB II
PEMBAHASAN .................................................................................................... 3
A. Matan Keyakinan dan Cita-Cita Hidup Muhammadiyah................................ 3
a. Definisi Matan Keyakinan Dan Cita-Cita Hidup Muhammadiyah............... 3
b. Sejarah Perumusan Matan Keyakinan dan Cita-Cita Hidup
Muhammadiyah ................................................................................................... 3
B. Memahami Keyakinan Dan Cita-Cita Hidup Muhammadiyah ...................... 5
a. Rumusan Matan Keyakikan dan Cita-Cita Hidup Muhammadiyah ............. 5
b. Pedoman Memahami Keyakitan dan Cita-Cita Hidup Muhammadiyah ...... 7
C. Islam Dalam Keyakinan Muhammadiyah ....................................................... 12
D. Muhammadiyah Dalam Bidang Akidah, Ibadah, Akhlak dan Muamalah
Duniawiyah ........................................................................................................ 17
BAB III
PENUTUP ............................................................................................................ 23
A. Kesimpulan ......................................................................................................... 23
B. Saran..................................................................................................................... 23
DAFTAR PUSTAKA .......................................................................................... 24

iii
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Matan “Keyakinan dan Cita-Cita Hidup Muhammadiyah” diputuskan oleh
Tanwir Muhammadiyah tahun1969 di Ponorogo, dalam rangka melaksanakan
amanat Muktamar Muhammadiyah ke-37 tahun 1968 di Yogyakarta.
Kemudian oleh Pimpinan Pusat Muhammadiyah Matan ini diubah dan
disempurnakan, khususnya pada peristilahannya berdasarkan amanat dan
kuasa Tanwir Muhammadiyah tahun 1970. Muktamar Muhammadiyah ke-37
tahun 1968 berlangsung di Yogyakarta dengan bertemakan “Tajdid
Muhammadiyah”, atau Pembaharuan Muhammadiyah. Adapun yang
dimaksud dengan Tajdid Muhammadiyah adalah mengadakan pembaharuan
dalam berbagai bidang, meliputi Ideologi (Keyakinan dan Cita-cita Hidup),
Khittah Perjuangan, Gerak dan Amal Usaha, Organisasi, Sasaran. Pada akhir
periode “Nasakom” atau periode “Demokrasi Terpimpin” (5 Juli 1959–11
Maret 1966) bangsa Indonesia pada umumnya, termasuk juga Persyarikatan
Muhammadiyah menghadapi persoalan politik yang sangat dilematik. Pada
periode rezim ini kehidupan politik Negara ditandai dengan menyoloknya
dominasi PKI dalam seluruh aspek kehidupan bernegara. Kesempatan yang
sangat bagus ini oleh PKI tidak disia-siakan guna menghantam lawan-lawan
ideologinya.
Menghadapi pilihan masuk atau tidak masuk dalam lembaga situasi seperti
ini, bagi Muhammadiyah benar-benar dirasakan sebagai suatu persoalan yang
sangat dilematis. Kalau Muhammadiyah memilih opsi pertama, yaitu masuk
ke dalam Front Nasional, Muhammadiyah akan selamat dari berbagai
macam rongrongan dan fitnah, namun jelas sekali bahwa Front Nasional
adalah merupakan lembaga politik, suatu lembaga yang teori perjuangannya
bertolak belakang dengan “Kepribadian Muhammadiyah”, bertolak belakang
dengan sibghah nya sebagai “Gerakan Dakwah Islam, Amar Ma’ruf Nahi
Munkar”. Sebaliknya kalau Muhammadiyah memilih opsi yang kedua pasti

1
akan dikategorikan ke dalam kelompok Kontra Revolusi, suatu kekuatan yang
akan di ganyang, dilindas dan dihancurkan oleh barisan Progresif
Revolusioner, dan akan digulung sampai ke akar-akarnya oleh roda-roda
revolusi.
Menghadapi dua pilihan yang sama-sama pahitnya seperti di
atas,Muhammadiyah dalam mengambil keputusannya mempertimbangkan
hal-hal salah satu nya adalah Surat an- Nahl-16:106 yang artinya: “Barang
siapa yang kafir kepada Allah sesudah ia beriman (dia akan mendapatkan
murka dari Allah), kecuali orang yang dipaksa kufur, padahal hatinya tetap
tenang/konsisten dalam keimananya (dia tidak berdosa atas keterpaksaan nya
itu). Akan tetapi orang yang lapang dadanya (tidak sangat terpaksa) untuk
kekafiran, maka kemurkaan Allah akan menimpanya dan baginya adzab yang
besar”.
B. Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang yang telah di uraikan diatas, maka diperoleh
rumusan masalah sebagai berikut :
1. Apa cita-cita Muhammadiyah?
2. Bagaimana Islam dalam keyakinan Muhammadiyah?
3. Bagaimana pemikiran dan gerakan Muhammadiyah dalam bidang Akidah,
Ibadah, Akhlak, dan Muamalah Duniawiyah?
C. Tujuan Penulisan
Tujuan dari dibuatnya makalah ini adalah untuk mengetahui lebih jauh
tentang Matan Keyakinan dan Cita-Cita Hidup Muhammadiyah.
1. Mengetahui dan memahami cita-cita dari Muhammadiyah.
2. Mengetahui dan memahami Islam dalam keyakinan Muhammadiyah.
3. Mengetahui dan memahami pemikiran dan gerakan Muhammadiyah
dalam bidang Akidah, Ibadah, Akhlak, dan Muamalah Duniawiyah.

2
BAB II
PEMBAHASAN
A. Matan Keyakinan dan Cita-Cita Hidup Muhammadiyah
a. Definisi Matan Keyakinan Dan Cita-Cita Hidup Muhammadiyah
Matan Keyakinan dan Cita-Cita Hidup Muhammadiyah pada dasarnya
merupakan rumusan ideologi Muhammadiyah yang menggambarkan
hakekat Muhammadiyah, faham agama menurut Muhammadiyah dan misi
Muhammadiyah dalam kehidupan berbangsa dan bernegara.
Fungsi MKCHM dan sudut isinya adalah penegasan tentang kedudukan
manusia di hadapan Allah dan di antara manusia sendiri, yakni sebagai
hamba Allah dan khalifah di muka bumi. Selain itu, MKCHM juga
berfungsi sebagai penunjuk arah yang tepat menuju terwujudnya cita-cita
yang diperjuangkan, serta penegas sikap Muhammadiyah sebagai gerakan
Islam dan tajdid. Di antara tujuan MKCHM disusun adalah agar warga
persyarikatan mengerti dan memahami keyakinan dan cita-cita hidup
Muhammadiyah, sehingga mau berperan aktif dan ikut mendukung
perwujudan cita-cita hidup Muhammadiyah.
b. Sejarah Perumusan Matan Keyakinan dan Cita-Cita Hidup
Muhammadiyah
Sejarah perumusan MKCHM tidak bisa dilepaskan dari perkembangan
pemikiran mengenai ideologi Muhammadiyah yang muncul pada tahun
1960-an. Pada waktu itu, ada pemikiran untuk melakukan pembaruan
kembali (re-tajdid) di lingkungan Muhammadiyah, khususnya dalam
bidang ideologi. Pemikiran untuk melakukan re-tajdid pada gilirannya
melahirkan sebuah rumusan yang dikenal dengan MKCHM.
Rumusan ini (MKCHM) mengandung gagasan ideologis yang di
dalamnya terdapat keyakinan dan cita-cita hidup Muhammadiyah. Dengan
demikian, MKCHM dapat disebut sebagai ideologi Muhammadiyah yang
disusun secara sistematis. Secara historis, konsep MKCHM yang
diputuskan dalam Sidang Tanwir tahun 1969 di Ponorogo ini merupakan

3
amanah Muktamar Muhammadiyah ke-37 tahun 1868 di Yogyakarta.
Muktamar ini sangat bersejarah karena dalam forum permusyawaratan
tertinggi itu persyarikatan mulai menetapkan Iangkah baru untuk
melakukan re-tajdid gerakan Muhammadiyah.
Pada rumusan pokok-pokok persoalan di Muktamar ke-37 tahun 1968
dinyatakan bahwa ideologi adalah ajaran atau ilmu pengetahuan secara
sistematis dan menyeluruh yang membahas mengenai gagasan, cara-cara,
angan-angan, atau gambaran dalam pikiran untuk mendapatkan keyakinan
mengenai hidup dan kehidupan yang benar dan tepat. Di dalam rumusan
tersebut juga dtnyatakan bahwa ideologi berarti keyakinan hidup yang
mencakup pandangan dan tujuan hidup, serta ajaran dan cara yang
dipergunakan untuk melaksanakan pandangan hidup dalam mencapai
tujuan hidup. Berdasarkan pemaknaan ini, maka ideology bukan sekedar
seperangkat paham atau pemikiran, tetapi juga teori, sistem maupun
strategi perjuangan untuk mewujudkan paham tersebut dalam kehidupan.
Pada masa ini Muhammadiyah mendapatkan predikat sebagai ormaspol
(organisasi kemasyarakatan dan politik), yang artinya Muhammadiyah
sebagai organisasi kemasyarakatan yang berpolitik praktis. Keterlibatan
persyarikatan dalam politik praktis inilah yang dikhawatirkan bias
mengakibatkan Muhammadiyah kehilangan jati dirinya sebagai gerakan
Islam dakwah amar ma’ruf nahi munkar. Kekhawatiran tersebut
dikemukakan sejumlah tokoh Muhammadiyah. Hal ini pada gilirannya
mendorong mereka untuk melakukan gerakan pembaruan (tajdid) di segala
bidang, termasuk juga ideologi. Muktamar Muhammadiyah ke-37
merupakan momentum penting untuk mewujudkan gagasan itu, sehingga
para tokoh persyarikatan dalam forum permusyawaratan tertinggi
Muhammadiyah menyepakati perlunya dilakukan pembaruan ideologi
persyarikatan. Karena itu, “Keyakinan dan Cita-Cita Hidup
Muhammadiyah” adalah sebuah konsep ideologi persyarikatan yang lahir
dalam momentum Muktamar Muhammadiyah ke-37 yang sangat
monumental itu.

4
B. Memahami Keyakinan Dan Cita-Cita Hidup Muhammadiyah
a. Rumusan Matan “Keyakikan dan Cita-Cita Hidup Muhammadiyah”
Terdiri dari 5 (lima) rumusan, 5 (lima) rumusan tersebut dibagi menjadi
3 (tiga) kelompok.
Kelompok Pertama: Mengandung pokok-pokok persoalan yang bersifat
ideologis, yang berbunyi:
1. Muhammadiyah adalah gerakan Islam dan dakwah amar ma’ruf nahi
munkar, berakidah Islam dan bersumber pada al-Qur’an dan as Sunnah,
bercita-cita dan bekerja untuk terwujudnya masyarakat Islam yang
sebenar-benarnya, untuk malaksanakan fungsi dan misi manusia
sebagai hamba dan khalifah Allah di muka bumi.
2. Muhammadiyah berkeyakinan bahwa Islam adalah agama Allah yang
diwahyukan kepada Rasul-Nya, sejak Nabi Adam, Nuh, Ibrahim, Musa,
Isa dan seterusnya sampai kepada Nabi penutup Muhammad SAW,
sebagai hidayah dan rahmat Allah kepada umat manusia sepanjang
masa dan menjamin kesejahteraan hidup materil dan spiritual, duniawi
dan ukhrawi.
Kelompok Kedua: Mengandung persoalan mengenai paham agama
menurut Muhammadiyah yang berbunyi :
3. Muhammadiyah dalam mengamalkan Islam berdasarkan Al-Qur’an:
Kitab Allah yang diwahyukan kepada Nabi Muhammad SAW, Sunnah
Rasul: Penjelasan dan palaksanaan ajaran-ajaran al-Qur’an yang
diberikan oleh Nabi Muhammad SAW dengan menggunakan akal
pikiran sesuai dengan jiwa ajaran Islam.
4. Muhammadiyah bekerja untuk terlaksananya ajaran-ajaran Islam yang
meliputi bidang akidah, akhlak, ibadah, dan mu’amalah duniawiyah.
a. Aqidah: Muhammadiyah bekerja untuk tegaknya aqidah Islam yang
murni, bersih dari gejala-gejala kemusyrikan, bid’ah dan khurafat,
tanpa mengabaikan prinsip-prinsip toleransi menurut ajaran Islam.

5
b. Akhlaq: Muhammadiyah bekerja untuk tegaknya nilai-nilai akhlaq
mulia dengan berpedoman kepada ajaran-ajaran Al-Qur’an dan
Sunnah Rasul, tidak bersendi kepada nilai-nilai ciptaan manusia.
c. Ibadah: Muhammadiyah bekerja untuk tegaknya ibadah yang
dituntunkan oleh Rasulullah SAW tanpa tambahan dan perubahan
dari manusia.
d. Muamalah Duniawiyah: Muhammadiyah bekerja untuk
terlaksananya muamalah duniawiyah (pengolahan dunia dan
pembinaan masyarakat) dengan berdasarkan ajaran agama serta
menjadikan semua kegiatan dalam bidang ini sebagai ibadah kepala
Allah SWT.
Kelompok Ketiga: Mengandung persoalan mengenai fungsi dan misi
Muhammadiyah dalam masyarakat Negara Republik Indonesia yang
berbunyi:
5. Muhammadiyah mengajak segenap lapisan bangsa Indonesia yang telah
mendapat karunia Allah berupa tanah air yang mempunyal sumber-
sumber kekayaan, kemerdekaan bangsa dan negara Republik Indonesia
yang berdasar pada Pancasila dan Undang-Undang Dasar 1945, untuk
berusaha bersama-sama menjadikan suatu negara yang adil, makmur
dan diridhai Allah SWT: baldatun thayyiba tun wa rabbun ghafur.
Lima poin (rumusan) yang telah disebutkan di atas merupakan Matan
Keyakinan dan Cita-Cita Hidup Muhammadiyah hasil keputusan Tanwir
Muhammadiyah tahun 1969 di Ponorogo. Namun, atas kuasa Tanwir
Muhammadiyah tahun 1970 di Yogyakarta, maka rumusan MKCHM
tersebut telah mendapatkan perubahan dan perbaikan oleh Pimpinan Pusat
Muhammadiyah. Pada akhirnya, rumusan tersebut disesuaikan dengan
keputusan Muktamar Muhammadiyah ke-41 di Surakarta yang
diselenggarakan pada tanggal 7-12 Januari 1984.

6
b. Pedoman Memahami Keyakitan dan Cita-Cita Hidup
Muhammadiyah
“Keyakinan dan Cita-Cita Hidup Muhammadiyah” (KCHM) memuat hal-
hal sebagai berikut:
1. Ideologi
Istilah ideologi dibentuk oleh kata ‘ideo’ yang artinya pemikiran,
khayalan, konsep atau keyakinan, dan ‘logoi’ artinya logika, ilmu atau
pengetahuan. Secara harfiyah ideologi artinya pengetahuan tentang ide,
keyakinan atau tentang berbagai gagasan.
Dengan memahami makna ideologi dapat ditegaskan bahwa pada
setiap ideologi terdapat tiga aspek yang merupakan satu kesatuan yang
utuh, yaitu:
a. Adanya suatu realitas yang diyakini dalam hidupnya (Keyakinan
Hidup).
b. Keyakinan ini dijadikan asas atau landasan untuk merumuskan
tujuan hidup yang di cita-citakannya (Cita-Cita Hidup).
c. Cara atau ajaran yang digunakan untuk merealisasikan tujuan hidup
yang di cita-citakan.
Pertama kalinya-ketika masih dalam konsep-Keyakinan dan Cita-
Cita Muhammadiyah ini dinamakan ideologi Muhammadiyah. Namun
setelah didiskusikan dan ditelaah lebih mendalam akhirnya team
perumus memutuskan istilah ideologi perlu diganti dengan mencari
padanannya. Semua itu dengan pertibangan agar pihak lain tidak
dengan mudahnya menuduh Muhammadiyah memiliki ideologi
tandingan terhadap ideology Negara. Dan akhirnya team menganti
istilah “Ideologi Muhammadiyah” dengan istilah “Keyakinan dan Cita-
Cita Hidup Muhammadiyah”.
Dalam matan Keyakinan dan cita-cita hidup Muhammadiyah
pokok-pokok persoalan yang bersifat ideologi mengandung inti
persoalan:

7
1. Asas: Muhamadiyah adalah gerakan Islam dan Dakwah Amar
Makruf Nahi Munkar, berakidah Islam dan bersumber pada Al-
Qur’an dan Sunnah.
2. Keyakinan hidup: bercita-cita dan bekerja untuk terwujudnya
masyarakat utama,adil, Makmur yang diridhai Allah SWT, untuk
melaksanakan fungsi dan misi manusia sebagai hamba dan khalifah
Allah dimuka bumi.
3. Ajaran untuk: Agama islam ialah Agama Allah sebagai hidayah
melaksanakan “asas” hidayah dan rahmat Allah kepada umat dalam
mencapai cita-cita manusia sepanjang masa dan menjamin
kesejahteraan materiil, spiritual, duniawi dan ukhrawi.
a. Fungsi “asas”
Dalam persoalan Ideoligi atau keyakinan dan cita-cita hidup
maka asas/dasar atau keyakinan hidup yang berfungsi sebagai
sumber yang menentukan keyakinan cita-cita hidup itu sendiri.
Berdasarkan Islam, artinya ialah Islam sebagai sumber ajaran
yangmenentukan keyakinan dan cita-cita hidupnya. Ajaran Islan
yang inti ajarannya berupa kepercayaan “tauhid” membentuk
keyakinan dan cita-cita hidup, bahwa hidup manusia di dunia ini
semata-mata hanyalah untuk beribadah kepada Allah SWT, demi
untuk mendapatkan kebahagiaan dunia dan akhirat.
Hidup beribadah menurut agama Islam, ialah hidup
bertaqarrub kepada Allah SWT. Dengan menunaikan amanah-
Nya serta mematuhi ketentuan-ketentuan, yang menjadi
peraturan-Nya guna mendapatkan keridhaan-Nya. Amanah Allah
yang menentukan fungsi dan misi manusia dalam hidupnya di
dunia ialah, manusia sebagai hamba Allah dan Khalifah
(pengganti)-Nya yang bertugas mengatur dn membangun dunia
serta menciptakan dan memelihara keamanan dan ketertiban
untuk kemakmurannya.

8
b. Fungsi “cita-cita”
Cita-cita (tujuan) hidup berfungsi sebagai kelanjutan atau
konsekuensi dari adanya “asas” hidup yng berasaskan Islam tidak
bisa lain kecuali menimbulkan kesadaran dan pendirian, bahwa
cita-cita atau tujuan yang akan dicapai dalam hidupnya di dunia
ini, ialah terwujudnya tata kehidupan masyarakat yang baik guna
beribadah kepada Allah SWT. Dalam hubungan ini,
Muhammadiyah telah menegaskan cita-cita/tujuan perjuangannya
dengan rumusan “sehingga terwujud masyarakat Islam yang
sebenr-benarnya”. Bagaimana bentuk atau wujud masyarakat
islam yang sebenar-benarnya yang dimaksud itu, haus
dirumuskan dalam satu konsepsi yang jelas, gamblang, dan
menyeluruh.
Berdasarkan keyakinan dan cita-cita idup yang berasas Islam
yang dikuatkan oleh hasil penyeidikan secra ilmiah, historis dan
sosiologis, Muhammadiyah berkeyakinan bahwa ajaran yang
dapat digunakan untukmelaksanakan hidup yang sesuai
dengan“asas”nya dan “cita-cita atau tujuan perjuangan”nya
sebagai yang dimaksud, hanyalah ajaran Islam. Dan oleh karena
itu sangat perlu, bahkan mutlak adanya rumusan secara konkret,
sistematis, dan menyeluruh tentang berbagi konsepsi ajaran Islam
yang meliputi seluruh aspek hidup dan kehidupan manusia atau
masyarakat, sebagai isi dari masyrakat Islam yang sebenar-
benarnya.
2. Faham agama
Agam Islam adalah agama Allah yang diturunkan kepada para
Rasul-Nya sejak Nabi Adam as hingga Nabi terakhir, ialah Nabi
Muhammdiyah SAW. Sebagai Nabi terakhir, ia diutus dengan
membawa syari’at agama yang sempurna, untuk seluruh umat manusia
sepanjang masa. Maka dari itu agama yang diturunkan kepada Nabi
Muhammad SAW itulah yang tetap berlaku sampai sekarang dan untuk

9
masa selanjutnya. “Agama Islam (yakni agama Islam yang dibawa
oleh Nabi Muhammad SAW) apa yang diturunkan Allah didalam Al-
Qur’an yang tersebut didalam sunnah shahih, berupa perintah-perintah
dan larangan-larangan serta petunjuk-petunjukan untuk kebaikan
manusia di dunia dan akhirat”. (Putusan Majlis Tarjih)
a. Dasar agama
1. Al-Qur’an: Kitab Allah yang diwahyukan kepada Nabi
Muhammad SAW.
2. Sunah Rasul: penjelasan dan pelaksaan ajaran Al-Qur’an
yang diberikan oleh Nabi
Muhammad SAW dengan menggunakan akal sesuai dengan jiwa
agama Islam.Al-Qur’an dan Sunnah Rasul adalah pokok dasar
hukum/ajaran Islam yang mengandung ajaran yang mutlak
kebenarannya akal-pikiran atau al-ra’yu adalah alat untuk:
1. Mengungkap dan mengetahui kebenaran yang terkandung dalam
Al-Qur’an dan Sunah Rasul.
2. Mengetahui maksud yang tercakup dalam Al-Qur’an dan Sunah
Rasul
Begitu pula akal pikiran bisa untuk mempertimbangkan seberapa
jauh pengaruh keadaan dan waktu terhadap penerapan suatu ketentuan
hukum dalam bata maksud-maksud pokok ajaran agama, yang lazim
disebut “ijtihad”. Dan dalam hal ini Muhammadiyah berpendirian
bahwa pintu ijtihad senantiasa terbuka.
b. Ijtihad
Ijtihad menurut bahasa berasal dari akar kata “ja-ba-da” artinya
mencurahkan segala kemampuan atau menanggung beban kesulitan.
Bentuk kata yang mengikuti wazan “ifti’a:lun” seperti ijtiba:dun
menunjukan arti berlebih (mubalighah). Arti ijtihad dari segi bahasa
ialah ”mencurahkan semua kemampuan dalam segala perbuatan”.
Atau dapat diartikan juga sebagai “mengerahkan segala kesanggupan
untuk mengerjakan sesuatu yang sulit”. Dari segi istilah arti ijtihad

10
adalah “mengarahkan segala kesanggupan oleh seorang ahli fiqih
atau mujtahid untuk memperoleh pengertian tingkat dan mengenai
sesuatu hukum syara”.
Adapun macam-macam metode ijtihad yang dipergunakan oleh
Muhammadiyah adalah sebagai berikut:
1. Ijtihad bayani (semantik)
Yaitu ijtihad terhadap nash yang mujamal (global), baik
karena belum jelas lafadz/kata/kalimat yang dimaksud, maupun
karena lafadz itu mengandung makna ganda, mengandung arti
musyatarak, atau karena pengertian lafadz dalam ungkapan yang
konteksnya mempunyai arti yang jumbuh (musytabiahat), ataupun
adanya beberapa dalil yang bertentangan (ta’arud). Dalam hal
yang terakhir dipergunakan jalan ijtihad dengan jalan tarjih, yaitu
apabila tidak dapat ditempuh dengan cara jama’, dan taufiq.
2. Ijtihad qiyasy
Yaitu menyeberangkan hukum yang telah ada nash-nya kepada
masalah baru yang belum hukumnya berdasarkan nash, karena
adanya kesamaan ‘illat.
Dan dalam masalah qiyas Muhammadiyah memberikan ketentuan
sebagai berikut:
a. Hal yang akan ditetapkan hukumnya dengan qiyas itu sudah
muncul dan terjadi ditengah-tengah masyarakat.
b. Hal yang akan ditetapkan hukumnya memang biasanya perlu
ditetapkan hukumnya karena akan diamalkan.
c. Hal yang akan ditetapkan hukumnya lewat qiyas bukan
merupakan hal yang termasuk ibadah madhlah.
3. Ijtihad istislahi (filosofi)
Yaitu ijtihad terhadap masalah yang tidak ditunjuki nash sama
sekali secara khusus, maupun tidak adanya nash yang mengenai
maslaah yang ada kesamaannya. Dalam yang demikian, penetapan
hukum dilaukan dilakukan berdasarkan ‘illah untuk kemaslahatan.

11
c. Kesatuan ajaran Islam
Muhammadiyah berpendirian bahwa ajaran Islam merupakan satu
“kesatuan ajaran” yang bulat, dan tidak boleh dipisah-pisahkan dan
meliputi:
1. Aqidah: ajaran yang berhubungan dengan kepercayaan.
2. Akhlak: ajaran yang berhubungan dengan pembentukan sikap
mental.
3. Ibadah: ajaran yang berhubungan dengan peraturan dan tatacara
hubungan manusia dengan Tuhan.
4. Mu’amalat: ajaran yang berhubungan dengan pengolahan dunia
dan pembinaan masyarakat.
d. Fungsi dan misi muhammadiyah
Berdasarkan keyakinan dan cita-cita hidup yang bersumberkan
ajaran Islam yang murni, Muhammadiyah menyadari kewajibannya,
berjuang dan mengajak segenap golongan dan lapisan bangsa
Indonesia, untuk mengatur dan membangun tanah air dan Negara
Indonesia, sehingga merupakan masyarakat dan negara adil dan
makmur, sejahtera bahagia, materiil dan spiritual yang diridhai Allah
SWT.
Sedangkan pola perjuangan Muhammadiyah dalam melaksanakan
dan mencapai keyakinan dan cita-cita hidpnya dalam masyarakat
negara Republik Indonesia Muhammadiyah menggunakan dakwah
Islam dan amar maruf nahi mungkar dalam arti dan proporsi yang
sebenar-benarnya, sebagai jalan satu-satnya. Lebih lanjut mengenai
soal ini dapat diketahui dan dipahami dalam Khittah Perjuangan
Muhammadiyah.
C. Islam Dalam Keyakinan Muhammadiyah
Ketika KH A. Dahlan sudah mempunyai pengertian bahwa ternyata agama
adalah sebagaimana yang kemudian difahaminya, lalu timbul pemikiran
bahwa kalau begitu maka untuk melaksanakan agama islam sebagaimana
yang di fahaminya itu umat islam diindonesia (bahkan nanti di seluruh

12
didunia) harus diberi pengertian lebih dahulu tentang apa islam yang
sebenarnya.
Sesudah Muhammadiyah berdiri, yang dikerjakan dengan Muhammadiyah
tiada lain adalah bagaimana merealisasikan dan memperjuangkan Islam, oleh
karenanya Muhammadiyah yang sudah dilaksanakan itu harus betul-betul
memahami tentang Islam, menghayati tentang Islam dan mengamalkan Islam.
Harus mampu merealisasikan dan memperjuangkan Islam. Tugas inilah yang
harus dikerjakan Muhammadiyah.
1. Identitas Muhammadiyah
Bentuk identitas Muhammadiyah adalah agama. Muhammadiyah yang
kemudian menjadi persyarikatan yang beridentitas sebagai gerakan Islam,
gerakan dakwah Islam dan amar makruf nahi munkar serta gerakan tajdid,
merupakan hasil pemikiran almarhum KH A. Dahlan dalam memahami
Agama Islam, dan kemudian dalam menghayati serta mengamalkan
(termasuk dalam mengamalkan adalah merealisasi ajaran-ajaran dan
memperjuangkan Islam) yang dapat lebih dipertegas, lahirnya
Muhammadiyah, dari tiada menjadi ada, didorong oleh faham almarhum
KH A. Dahlan “Apakah Agama Islam itu?”. Wujud nyatanya, bentuk, sifat
serta ciri-ciri lainnya (yaitu identitasnya) dibentuk oleh penghayatan dan
pengalaman almarhum KH A. Dahlan akan Agama Islam berdasarkan
fahamnya. Begitulah kedudukan Agama Islam dalam Muhammadiyah.
2. Arti Pentingnya Beragama Islam
Orang akan sepakat untuk mempelajari sesuatu, untuk mengkaji
sesuatu, bila dia mempunyai kesadaran bahwa sesuatu yang akan dipelajari
itu adalah hal yang penting. Orang akan lebih bersemangat mengkaji Islam
oleh karena mengetahui bahwa Islam penting sekali bagi dirinya, bagi
kaumnya, bagi bangsanya. Kalau sudah bisa memahami dan berkeyakinan
serupa itu, maka orang jadi lebih bersemangat lagi dalam mempelajari
Agama Islam.

13
3. Prinsip-prinsip pemahaman agama islam
Ujud wahyu syari’at Allah dua macam: berupa kalam Allah dan yang
bukan berupa kalam Allah. Yang berupa kalam terhimpun dalam apa yang
dinamakan Kitab. Yang bukan kalam Allah hanya untuk menjelaskan
kandungan Kitab. Penjelasan yang diberikan oleh masing-masing Rasul
merupakan penjelasan otentik, karena pada hakikatnya juga wahyu.
Penjelasan dari wahyu yang diberikan kepada Rasul di zaman Nabi
Muhammad oleh para ulama disebut As-Sunnah, dapat juga disebut Al-
Hadist. Muhammadiya mempunyai prinsip-prinsip di dalam memahami
Agama Islam.
a. Prinsip pertama
Ajaran Agama Islam (sebelum ini kita membicarakan Agama
Islam,sekarang ajarannya) yang sesungguhnya, yang terkandung dalam
Al-Qur’an dan As-Sunnah. Dia hanya satu dan tidak berubah-ubah serta
merupakan kebenaran yang hakiki. Ajaran Agama Islam yang
sebenarnya adalah itu. Maka manusia harus berusaha untuk memahami
kandungan Al-Qur’an dan As-Sunnah untuk bisa memahami ajaran
Agama Islam.
b. Prinsip kedua
Kemudian hasil pemahaman itu disusun dan dirumuskan menjadi
kitab ajaran ajaran Agama Islam. Jadi, ajaran Agama Islam yang
dirumuskan dan disusun oleh para ulama yang lalu menjadi kitab-kitab
ajaran, dengan sendirinya bisa terjadi perbedaan anatara yang satu
dengan yang lain, yang lantas menimbulkan mazhab-mazhab. Tidak
hanya mengundang perbedaan, tapi bahkan pendapat seseorang itu bisa
berubah, tidak berbeda dari ulama lain.
Ajaran Agama Islam yang dirumus dan disusun oleh manusia (ulama
sebagai hasil pemikiran didalam memahami Al-Qur’an dan as-Sunnah
bukanlah ajaran Agama Islam yang murni secara hakiki. Tidak
menjamin kebenaran sebagai kebenaran yang hakiki. Dia bisa berbeda-
beda dan bisa berubah-ubah. Begitulah untuk memberi gambaran

14
bagaimana pandangan muhammadiyah tentang ajaran agama yang
dirumuskan, disusun oleh manusia, oleh ulama.
4. Ajaran agama islam: risalah Allah
Agama Islam merupakan petunjuk Allah kepada manusia dalam
hidupnya didunia ini. Gunanya agar manusia dapat melaksanakan hidup
dan kehidupan di dunia sesuai dengan yang dikehendaki dan direncanakan
oleh Allah. Jadi, Agama Islam adalah: petunjuk Allah kepada manusia
agar manusia dapat mengetahui hidup dan kehidupan yang bagaimanakah
yang dikehendaki dan direncanakan oleh Allah. Jadi Agama Islam,
seluruhnya, memberi pelajaran kepada manusia tentang bagaimana cara
hidup beribadah kepada Allah sepanjang hidupnya di dunia ini.
a. Islam sebagai pandangan hidup
Pandangan fundamental mengenai Islam sebagai keyakinan dan
pedoman hidup Muhammadiyah yang tercermin dalam pemikiran-
pemikiran Islam dari Kyai Ahmad Dahlan yang bercorak tajdid, hasil-
hasil pemikiran Majelis Tarjih, Masalah Lima, Muqaddimah Anggaran
Dasar Muhammadiyah, Matan Keyakinan dan Cita-cita Hidup
Muhammadiyah, Keyakinan Hidup Islami dalam Muhammadiyah,
Pedoman Hidup Islami Warga Muhammadiyah, dan pemikiran-
pemikiran Islam lainnya yang selama ini menjadi acuan nilai dan norma
yang semuanya merujuk pada Al-Quran dan Sunnah Nabi yang
shahihah (maqblah) dengan mengembangkan ijtihad. Pandangan hidup
Islami tersebut pada prinsipnya mengadung pokok-pokok pikiran
tentang dasar atau landasan hidup berdasarkan Tauhid, fungsi hidup
berupa ibadah dan kekhalifahan, tugas hidup beramal shalih, pedoman
hidup ialah Al-Quran dan As-Sunnah, teladan hidup yakni Nabi
Muhammad dan tujuam hidup untuk meraih keridhaan dan karunia
Allah.
b. Al-Islam dan kemuhammadiyahan sebagai jiwa gerakan
Bahwa keseluruhan aktivitas gerakan Muhammadiyah yang
dilembagakan dan dioperasionalisasikan melalui berbagai penggarapan

15
amal usaha dan program-program Persyarikatan maupun dalam
membangun pola tingkahlaku segenap anggota Muhammadiyah
senantiasa disemangati dan dilandasi oleh ruh atau jiwa Al-Islam dan
Kemuhammadiyahan yang menjadi faktor pengikat ideologis baik
dalam jama’ah, jami’iyah, maupun imamah ditubuh persyarikatan. Al-
Islam dan Kemuhammadiyahan sebagai jiwa, alam pikiran dan
pengetahuan kolektif yang menjadi ciri khas atau identitas
Muhammadiyah yang melahirkan cara beragama yang berlandas tauhid
murni, berperilaku dengan meneladani uswah hasanah Muhammad
Rasulullah, mengembangkan ijtihad dan alam pikiran tajdid, beramal
ilmiah dan berilmu amaliah, serta senantiasa melahirkan amal usaha
yang bermanfaat dan menjadi rahmatan lil-‘alamin bagi umat dan
masyarakat luas dimana Muhammadiyah berada.
c. Masyarakat Islam yang sebenar-benarnya sebagai tujuan
Masyarakat Islam yang sebenar-benarnya merujuk pada kualitas
umat terbaik (Khaira Ummah) yang kualitas Rabbani yang dibina oleh
ajaran Islam, masyarakat pengabdi Tuhan,yang memiliki pertalian
kepada Allah dan kepada sesama manusia, suatu “ masyarakat dimana
keutamaan, kesejahteraan, dan kebahagiaan luas merata”, dan secara
umum digambarkan sebagai “baldhatun thayyibatun wa Rabbun
ghafur”.
d. Dakwah amar ma’ruf nahi munkar sebagai praksis gerakan
Komitmen gerakan Muhammadiyah dengan seluruh kegiatannya
tidak lain menjalankan misi dakwah Islam yaitu menyeru kepada Al-
Kair, mengajak kepada Al-Ma’ruf, mencegah dari Al-Munkar, dan
mengajak beriman kepada Allah, yang dilaksanakan secara menyeluruh
ke berbagai bidang kehidupan dengan pilihan-pilihan strategis sesuai
dengan misi dan situasi yang dihadapai, dan cara-cara yang sesuai
dengan jiwa ajaran Islam, sehingga Islam menjadi rahmat bagi semesta
alam.

16
Muhammadiyah sebagai Gerakan Islam dalam kenyataannya di
lapangan kehidupan yang pusparagam memang mempunyai tantangan-
tantangan yang bersifat ideologi baik secara internal maupun eksternal
yang membutuhkan misi dan strategi ideologis dalam menghadapainya
dengan tidak mengabaikan dimensi-dimensi lain dalam keseluruhan
gerakannya. Misi dan strategi ideologis yang dimaksudkan ialah peran-
peran dan langkah-langkah kebijakan yang mengandung muatan
keyakinan, pemahaman, dan aksi gerakan yang mengikat secara kolektif
dan keseluruhan struktur Muhammadiyah.
Misi dan strategi ideologis itu haruslah diyakini dan dipahami
sepenuh hati oleh seluruh anggota Muhammadiyah termasuk oleh para
kader pimpinan dan pelaku amal usaha persyarikatan sebagai satu
sistem gerakan dalam menghadapai tantangan-tantangan dari luar yang
bersebrangan dengan misi dan kepentingan Islam Seluruh anggota
Muhammadiyah yang disebutkan itu haruslah berada dalam sistem
ideologis dari gerakan Muhammadiyah itu mengandung keyakinan dan
paham gerakan yang berorientasi dakwah islam amar ma’ruf nahi
munkar yang membutuhkan kesetiaan, pengorbanan, dan kiprah yang
sepenuh hati oleh segenap anggota Muhammadiyah yang diikat dalam
satu kesatuan jama’ah, jam’iyah, dan imamah di bawah kendali
Pimpinan Persyarikatan dari Pusat hingga Ranting.
D. Muhammadiyah Dalam Bidang Akidah, Ibadah, Akhlak dan
Muamalah Duniawiyah
Dalam matan Kepribadian Muhammadiyah dinyatakan bahwa “maksud
geraknya ialah dakwah islam amar makruf nahi munkar” yang ditujukan
kepada dua bidang: perseorangan dan masyarakat. Dari penegasan ini jelas
bahwa sasaran gerak dakwah Islam yang dilaksanakan oleh Muhammadiyah
terbagi menjadi 2 yaitu: perseorangan, yang terbagi pula dalam dua
kelompok, yaitu; orang yang sudah Islam (umat ija:bab) dan orang yang
belum Islam (umat dakwah) dan masyarakat yang mana sifat dakwah yang

17
digerakkan Muhammadiyah berbeda-beda, disesuaikan dan kondisi masing-
masing.
1. Sifat dakwah terhadap orang yang sudah Islam (umat Ijabah)
Sifat dakwah yang ditujakan kepada orang yang sudah Islam bukan lagi
bersifat ajakan untuk menerima Islam sebagai keyakinan hidupnya,akan
tetapi bersifat tajdid dalam arti pemurnian. Artinya bahwa tajdid yang
dikenakan kepada golongan ini adalah bersifat menata kembali amal
keagamaan mereka sedemikian bersih dan murninya sebagaimana yang
diajarkan oleh Allah dan Rasul-Nya.
Tajdid atau pemurnian terhadap amal keberagaman umat ijabah meliputi
bidang-bidang:
a. Akidah
Akidah yaitu ajaran yang berhubungan dengan kepercayaan
keyakinan hidup. Secara etimologis, makna Aqidah adalah ikatan
(bundelan Jawa), sedang secara terminologis berarti kepercayaan,
keyakinan, cread atau credo. Dalam ajaran Islam, ajaran yang
bersangkut paut dengan masalah aqidah atau iman meliputi 6 prinsip,
yaitu:
1. Iman kepada Allah SWT
2. Iman kepada Hari Akhir
3. Iman kepada Malaikat-Malaikat-Nya
4. Iman kepada Rasul-Rasul-Nya
5. Iman kepada kitab-kitab-Nya
6. Iman kepada qadla dan taqdir-Nya
Dalam matan Keyakinan dan Cita-Cita Hidup Muhammadiyah
disebutkan bahwa Muhammadiyah bekerja untuk terlaksananya aqidah
Islam yang murni, bersih dari gejala-gejala kemusyrikan, bid’ah dan
khurafat. Dari isi matan tersebut dapat dipahami bahwa tekanan tajdid
yang perlu mendapatkan perhatian yang cukup seirus adalah dalam
bidang ajaran tauhid. Dan sesungguhnyalah bahwa ketiga bentuk
penyakit aqidah sebagaimana yang ditegaskan dalam matan tersebut–

18
yaitu syirik, bid’ah, dan khurafat–sebagian besar memang mengarah
dan mengancam kepada ketauhidan seseorang. Sementara itu pula,
masalah tauhid dalam ajaran Islam menjadi landasan yang paling
mendasar yang menjadi satu-satunya penentu yang akan menentukan
diterima atau tidaknya amal perbuatan manusia dihadapan Allah SWT.
Terhadap orang yang telah menerima Islam, wajib baginya
diluruskan, dibersihkan, dan dimurnikan ketauhidan mereka dari
berbagai penyakit sebagai berikut.
1. Syirik
Syirik dilihat dari arti bahasa adalah menyekutukan atau
mensyariatkan. Sedang dari segi istilah Yang dimaksud dengan
syirik adalah menyekutukan Tuhan Allah dengan selainnya, baik
menyekutukan dari segi zat, sifat, wujud, ataupun dari segi
perbuatannya.
2. Khurafat
Arti bahasa dari kata khurafat ialah berbagai cerita bohong.
Sedangkan menurut arti istilah yang dimaksud dengan arti khurafat
ialah berbagai kepercayaan yang khayali, bahwa diluar Allah ada
berbagai kekuatan ghaib yang dapat menyebabkan keselamatan
seseorang dan dapat pula mendatangkan mudlarat terhadap
seseorang.
3. Bid’ah
Kata bid’ah menurut arti bahasa dapat berarti model atau sesuatu
yang baru yang tidak didahului oleh contoh, atau sesuatu perkara
yang terjadi dengan tidak ada contohnya atau sesuatu yang diadakan
dengan bentuk belum pernah ada contohnya.
b. Akhlak
Tajdid dalam bidang akhlak adalah berupa mendidikkan dan
mendayakan sikap hidup yang mulia dan terpuji, dan bersamaan dengan
hal tersebut menuntunkan untuk melepaskan diri dari sikap dan
kebiasaan hidup yang tercela dan menjijikkan. Dalam matan Keyakinan

19
dan Cita-cita HidupMuhammadiyah dinyatakan bahwa Muhammadiyah
bekerja untuk tegaknya nilai-nilai akhlak mulia dengan berpedoman
kepada ajaran-ajaran Al-Qur’an dan As-Sunnah, yang berarti suatu
ajaran nilai yang bersifat absolut, hingga oleh karenanya memiliki
kewibawaan yang dapat memaksa dan mendorong dengan sepenuh
kesadaran para pendukungnya. Tegasnya bahwa tajdid dalam bidang
akhlak terhadap orang yang sudah menerima seruan Islam berupa
mendidikkan dan membudayakan sikap dan berperangai yang Islami,
bersumber pada Al-Qur’an dan As-Sunnah.
c. Ibadah
Tajdid dalam bidang ibadah (ibadah mahdliah) terhadap orang yang
sudah Islam adalah menuntunkan ibadah sebagaimana yang dituntunkan
oleh Rasulullah SAW tanpa tambahan perubahan dari manusia (bid’ah)
serta menghilangkan kebiasaan bersikap taqlid atau membeo. Istilah
ibadah dilihat dari arti bahasa berarti taat dan tunduk disertai dengan
merendahkan diri.
Pengertian ibadah menggambarkan “tunduknya seseorang terhadap
ketinggian dan keunggulan orang lain, hingga ia turun dari derajat
kebebasan dan melepaskan kemerdekaan untuk orang tersebut dengan
meninggalkan perlawanan dan pendurhakaan serta mengikutinya
dengan patuh”. Sedangkan menurut istilah, sebagaimana yang
dirumuskan Majelis Tarjih dinyatakan bahwa ibadah ialah bertaqarub
(mendekatkan diri) kepada Allah dengan mentaati segala perintah-Nya,
menjauhi segala larangan-Nya dan mengamalkan segala yang
diizinkan-Nya. Selanjutnya oleh Majelis Tarjih pengertian ibadah
tersebut dibedakan menjadi 2 yaitu:
1. Ibadah umum atau disebut juga dengan istilah muamalat duniawiyat
yaitu segala amalan yang diizinkan Allah.
2. Ibadah khusus atau sering disebut juga dengan istilah ibadah
mahdlah, ialah apa yang telah ditetapkan Allah perincian-
perinciannya, tingkah laku dan cara-caranya yang tertentu.

20
Pengertian ibadah yang dimaksud dalam pembahasan disini adalah
ibadah dalam arti khusus, atau yang disebut dengan ibadah madliyah.
Ibadah ini berupa tata aturan Ilahi yang mengatur hubungan ritual
langsung antara hamba dengan Tuhan, yang cara, acara, tata cara dan
upacaranya ditentukan secara terperinci dan sunnah Rasul. Terhadap
bidang ini, tertutup sama sekali dari berbagai ragam ijtihad ataupun
berbagai macam bid’ah, serta dalam pengalaman dan penerapannya
dilarang sekedar dengan sikap taqlid semata-mata.
d. Muamalah Duniawiyah
Dari segi bahasa mumalah duniawiyah berarti berbagai macam
amalan keduniaan. Sementara kalau dilihat dari segi istilah
mengandung pengertian tata aturan Ilahi yang mengatur hubungan
manusia dengan sesama manusia dan hubungan manusia dengan benda.
Muamalah duniawiyah ini mencakup bidang secara luas, dan bukan
menjadi tujuan pokok medangarap bagi diutusnya para Rasul Allah.
Meliputi bidang politik, sosial, ekonomi, kesenian, kebudayaan,
pendidikan, dan sebagainya. Tajdid dalam bidang Muamalah
Duniawiyah ini adalah dalam bentuk membimbingkan, menuntunkan
kepada mereka agar dalam berkiprah ditengah-tengah masyarakat
dengan berbagai kegiatannya mereka selalu berpedoman kepada
kaidah-kaidah yang telah digariskan oleh ajaran Islam.
2. Dakwah kepada orang yang belum Islam
Dakwah Islam kepada orang yang belum Islam adalah merupakan
ajaran, seruan dan panggilan yang bersifat menggembirakan,
menyenangkan atau tabsyir. Adapun tujuan utamanya ialah agar mereka
bisa mengerti, memahami ajaran Islam, dan kemudian mau menerima
Islam sebagai agamanya, dilakukan dengan menunjukkan mahasinul-Islam
(keindahan Islam) dengan keterangan-keterangan dan tingkah laku (contoh
teladan) serta tanpa paksaan.
Ajaran Islam menggambarkan dua nuansa yang berpasangan secara
serasi dan harmonis. Nuansa yang pertama ialah yang penuh kegembiraan,

21
ringan, dan menyenangkan, “basyiran”, sedang nuansa sebaliknya
menggambarkan ajaran yang cukup berat, serius, menakutkan dan sedih
yang dalam Al-Qur’an digambarkan dengan ungkapan “nadzi:ran”,
memberi kabar peringatan. Kedua nuansa diatas jelas berkaitan dengan apa
yang disebut dengan ganjaran (reward) dan hukuman (punishment),
berkaitan dengan surge dan neraka.

22
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
Muhammadiyah adalah Gerakan berasas Islam, bercita-cita dan bekerja
untuk terwujudnya masyarakat Islam yang sebenar-benarnya, untuk
melaksanakan fungsi dan misi manusia sebagai hamba dan khalifah Allah di
muka bumi. Bentuk identitas Muhammadiyah adalah agama. Muhammadiyah
yang kemudian menjadi persyarikatan yang beridentitas sebagai gerakan
Islam, gerakan dakwah Islam dan amar makruf nahi munkar serta gerakan
tajdid.
Dalam Matan Keyakinan dan Cita-Cita Hidup Muhammadiyah disebutkan
bahwa Muhammadiyah bekerja untuk terlaksananya aqidah Islam yang
murni, bersih dari gejala-gejala kemusyrikan, bid’ah dan khurafat. Juga
dinyatakan bahwa “maksud geraknya ialah dakwah islam amar makruf nahi
munkar” yang ditujukan kepada dua bidang: perseorangan dan masyarakat.
Al-Islam dan Kemuhammadiyahan sebagai jiwa, alam pikiran dan
pengetahuan kolektif yang menjadi ciri khas atau identitas Muhammadiyah
yang melahirkan cara beragama yang berlandas tauhid murni, berperilaku
dengan meneladani uswah hasanah Muhammad Rasulullah, mengembangkan
ijtihad dan alam pikiran tajdid, beramal ilmiah dan berilmu amaliah, serta
senantiasa melahirkan amal usaha yang bermanfaat dan menjadi rahmatan lil-
‘alamin bagi umat dan masyarakat luas dimana Muhammadiyah berada.
B. Saran
Kita sebagai seorang muslim dan generasi muda muhammadiyah harus
bisa menjadi hamba Allah yang yang taat pada ajaran-Nya dan menjauhi
larangan-Nya, Menjadi kader Muhammadiyah yang beridentitas sebagai
gerakan Islam, gerakan dakwah Islam dan amar makruf nahi munkar.

23
DAFTAR PUSTAKA

https://wikimuh.id/index.php?title=Matan_Keyakinan_dan_Cita-
cita_Hidup_Muhammadiyah#:~:text=(1)%20Muhammadiyah%20adalah%20gera
kan%20Islam,khalifah%20Allah%20di%20muka%20bumi.
http://dewyrohmawati.blogspot.com/2017/04/matan-keyakinan-dan-cita-cita.html
http://sakinahekos.blogspot.com/2018/12/pemikiran-muhammadiyah-dalam-
bidang.html
https://www.judin.my.id/2021/01/mkchm-matan-keyakinan-dan-cita-cita-hidup-
muhammadiyah.html

24

Anda mungkin juga menyukai