Anda di halaman 1dari 19

OLEH :

KELOMPOK V

1. Didin Ferdiansyah (105361112216)


2. Nurhikma Amriah (105361112316)
3. Siti Salmawati (105361112416)
4. Santri Purwani (105361112716)
5. Irwan Setiawan (105361112616)

JURUSAN PENDIDIKAN MATEMATIKA


FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH MAKASSAR
2018/2019
KATA PENGANTAR

Assalamu ‘Alaikum Wr.Wb.


Dengan menyebut nama Allah Yang Maha Pengasih Lagi Maha
Penyayang. Puji syukur kita panjatkan kehadirat Allah SWT. yang telah
melimpahkan Rahmat, Hidayah, dan Inayah-Nya sehingga kami dapat
merangkum dan menyelesaikan penyusunan makalah AIK V dengan judul
“Khittah Perjuangan Muhammadiyah” tepat pada waktunya.
Penyusunan makalah ini semaksimal mungkin kami upayakan dan
didukung bantuan berbagai pihak, sehingga dapat memperlancar dalam
penyusunannya. Untuk itu tidak lupa kami mengucapkan terima kasih kepada
semua pihak yang telah membantu kami dalam merangkum makalah ini.
Namun tidak lepas dari semua itu, kami menyadari sepenuhnya bahwa
masih terdapat kekurangan baik dari segi penyusunan bahasa dan aspek lainnya.
Oleh karena itu, dengan lapang dada kami membuka selebar-lebarnya pintu bagi
para pembaca yang ingin memberi saran maupun kritik demi memperbaiki
makalah ini.
Akhir kata, semoga makalah ini dapat bermanfaat bagi kita semua,
khususnya bagi kami dan para pembaca pada umumnya.

Makassar, 29 Desember 2018


Tim Penyusun

Kelompok V

ii | P a g e
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR ............................................................................................... ii


DAFTAR ISI .............................................................................................................. iii
BAB I PENDAHULUAN ......................................................................................... 1
1.1 Latar Belakang ....................................................................................... 1
1.2 Rumusan Masalah .................................................................................. 2
1.3 Tujuan ..................................................................................................... 2
BAB II PEMBAHASAN .......................................................................................... 3
2.1 Pengertian Khittah Perjuangan Muhammadiyah..................................... 3
2.2 Sejarah Perumusan Khittah Perjuangan Muhammadiyah ....................... 3
2.3 Matan Khittah Perjuangan Muhammadiyah dari Masa ke Masa ........... 4
BAB III PENUTUP .................................................................................................. 15
3.1 Simpulan ................................................................................................. 15
3.2 Saran ....................................................................................................... 15
DAFTAR PUSTAKA ............................................................................................... 16

iii | P a g e
BAB I
PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang


Perkembangan masyarakat Indonesia, baik yang disebabkan oleh daya
dinamik dari dalam ataupun karena persentuhan dengan kebudayaan dari luar
akibat dari penjajahan telah menyebabkan perubahan tertentu. Perubahan itu
menyangkut seluruh aspek kehidupan masyarakat, diantaranya bidang sosial,
ekonomi, politik dan kebudayaan yang menyangkut perubahan stuktural dan
perubahan pada sikap serta tingkah laku dalam hubungan antar manusia.
Muhammadiyah sebagai sebuah organisasi yang keberadaannya sudah
ada sejak lama sebagai sebuah gerakan penyebaran agama yang dilakukan oleh
KH. Ahmad Dahlan sebagai pendiri Muhammadiyah tidak hanya menyuruh
kepada kebaikan dan mencegah kemungkaran semata. Akan tetapi, sebagai
gerakan sekaligus organisasi yang turut membantu bangsa Indonesia agar bisa
terlepas dari cengkeraman penjajah.
Perjuangan Muhammadiyah adalah perjuangan menegakkan dan
menjunjung tinggi agama Islam sehingga terwujud masyarakat Islam yang
sebenar-benarnya. Perjuangan Muhammadiyah tersebut dilaksankan melalui
gerakan dakwah amar ma’ruf nahi munkar di seluruh lapangan kehidupan dengan
sasaran umat dakwah dan umat ijabah baik pada level perseorangan maupun
masyarakat, sebagaimana yang menjadi misi persyarikatan sesuai firman Allah
SWT. dalam surah Ali Imran ayat 104 yang atinya: “Dan hendaklah ada diantara
kamu segolongan umat yang menyeru kepada yang ma’ruf dan mencegah kepada
yang munkar; merekalah orang-orang yang beruntung.”
Berangkat dari hal ini maka Muhammadiyah sebagai bagian dari
komponen bangsa sekaligus sebagai warna dalam kemajemukkan bangsa
Indonesia. Sebagai bangsa yang majemuk yang terdiri dari berbagai macam suku,
bahasa dan kebudayaan serta organisasi-organisasi kemasyarakatan (ORMAS)
adalah warna yang masing-masing mempunyai keunikan tersendiri. Dalam
organisasi Muhammadiyah, ada sebuah pedoman yang disebut dengan khithah,

1|Page
dimana khittah tersebut sebagai langkah atau kebijakan yang dirumuskan untuk
mencapai tujuan.

1.2. Rumusan Masalah


Adapun masalah yang akan di bahas dalam makalah ini adalah :
1. Apa pengertian khittah muhammadiyah?
2. Bagaimana sejarah perumusan khittah muhammadiyah?
3. Bagaimana isi atau matan khittah perjuangan muhammadiyah dari masa
ke masa?

1.3. Tujuan Penulisan


Adapun tujuan dari penyusunan makalah ini adalah untuk mengetahui :
1. Pengertian Khittah Muhammadiyah
2. Sejarah Perumusan Khittah Muhammadiyah
3. Matan Khittah Perjuangan Muhammadiyah dari masa ke masa.

2|Page
BAB II
PEMBAHASAN

2.1 Pengertian Khittah Perjuangan Muhammadiyah


Secara etimologis, kata khittah berasal dari derivasi bahasa Arab ‫َي ُخطﱡ – ِخـطة‬
– ‫ خَطﱠ‬yang berarti rencana, jalan, atau garis (Kamus Al-Munawwir : 1997).
Sedangkan secara terminologis yaitu suatu pikiran untuk melaksanakan
perjuangan ideologi atau keyakinan hidup (PP Muhammadiyah, 1968). Dalam
dunia gerakan Muhammadiyah, Khittah dipakai untuk menyebut panduan
langkah-langkah dalam berjuang. Dengan demikian, Khittah dapat diartikan
sebagai pedoman yang dipegang oleh Muhammadiyah yang sangat berguna ketika
menghadapi kenyataan yang sebenarnya di masyarakat. Singkatnya khittah adalah
garis-garis haluan perjuangan Muhammadiyah.
Khittah perjuangan Muhammadiyah merupakan strategi yang ditetapkan
dalam Muktamar untuk mencapai maksud dan tujuan persyarikatan. Khittah
merupakan langkah-langkah yang terperinci dan berjenjang serta
berkesinambungan yang memberikan jalan dan arah bagi amal usaha
Muhammadiyah, sehingga khittah dapat berubah setiap saat. Oleh karena
diputuskan dalam Muktamar, maka perubahanya pun harus disyahkan dalam
Muktamar.

2.2 Sejarah Perumusan Khittah Muhammadiyah


Dari penyusunan Khittah yang berkembang sejak 1956 hingga 2002 itu
terkandung isyarat yang penting, bahwa Muhammadiyah sebenarnya jauh lebih
antisipatif dalam menyikapi dunia politik dan menyadari betapa banyak
kemusykilan soal politik kekuasaan itu, sehingga menggariskan Khitah
Perjuangannya agar tetap istiqomah dalam mengemban fungsi dakwah dan
tajdidnya sebagai gerakkan Islam yang berkiprah dalam lapangan kemasyarakatan
dan tidak dalam lapangan politik praktis (Kurniawati, 2014). Sedangkan menurut
Zuriati (2012) fungsi khittah perjuangan Muhammadiyah adalah sebagai landasan

3|Page
berpikir bagi semua pimpinan dan anggota juga menjadi landasan setiap amal
usaha Muhammadiyah.
Khittah mengandung konsepsi (pemikiran) perjuangan yang merupakan
tuntunan, pedoman, dan arah perjuangan. Hal tersebut mempunyai arti penting
karena menjadi landasan berpikir dan amal usaha bagi semua pimpinan dan
anggota muhammadiyah.
Umumnya suatu khittah bersifat pembinaan kepemimpinan dan bimbingan
untuk berjuang bagi para anggota Muhammadiyah. Maksud dan tujuan khittah
perjuangan Muhammadiyah adalah sebagai tuntunan, pedoman, dan arahan untuk
berjuang bagi anggota persyarikatan Muhammadiyah. Sedangkan fungsi dari
khittah perjuangan Muhammadiyah adalah sebagai landasan berpikir bagi semua
pimpinan dan anggota juga menjadi landasan setiap amal usaha Muhammadiyah.
Secara objektif, perumusan khittah Muhammadiyah didorong oleh faktor
internal dan eksternal organisasi. Faktor internal merujuk pada evaluasi dan
otokritik terhadap kiprah organisasi di dalam melayani umat Islam dan
masyarakat lain pada umumnya. Sedangkan faktor eksternal merujuk pada
fenomena perubahan dunia yang menuntut setiap orang untuk terlibat aktif dalam
mewarnai perkembangan peradaban. Kompetisi dan persaingan dalam seluruh
aspek kehidupan harus dihadapi, bukan dihindari. Sejalan dengan itu, motto
Muhammadiyah “Fastabiqul Khairat” harus kembali menjadi spirit dan landasan
gerak bagi setiap aktivitas dan kreativitas yang dilakukan oleh kader-kader
Muhammadiyah di semua level kepemimpinan.
Dengan semangat ini, Muhammadiyah harus tampil sebagai pelopor dalam
mewujudkan pencerahan peradaban dan pembebasan umat dari kemiskinan,
kebodohan, dan ketidakadilan. Semua itu harus menjadi cita-cita umat yang
semestinya diperjuangkan secara kolektif tanpa memandang perbedaan suku, ras,
tingkat pendidikan, bahkan agama.

2.3 Matan khittah Perjuangan Muhammadiyah dari Masa ke Masa


Matan atau isi khittah perjuangan Muhammadiyah disusun sesuai dengan
perkembangn zaman dan tidak terlepas dari tujuan Muhammadiyah itu sendiri.

4|Page
Adapun Matan khittah Perjuangan Muhammadiyah dari masa ke masa adalah
sebagai berikut:
1) Periode KH. Mas Mansyur (Langkah 12 Muhammadiyah 1938-1940)
a) Memperdalam Masuknya Iman
Hendaklah iman itu ditablighkan, disiarkan dengan selebar-lebarnya,
yakni diberi riwayatnya dan diberi dalil buktinya, dipengaruhkan dan
digembirakan, sampai iman itu mendarah daging, masuk di tulang sumsum
dan mendalam di hati kita, sekutu-sekutu Muhammadiyah seumumnya.
b) Memperluas Faham Agama
Hendaklah faham agama yang sesungguhnya itu dibentangkan dengan
arti yang seluas-luasnya, boleh diujikan dan diperbandingkan, sehingga kita
sekutu-sekutu Muhammadiyah mengerti perluasan Agama Islam, itulah yang
paling benar, ringan dan berguna, maka dahulukanlah pekerjaan keagamaan
itu.
c) Memperbuahkan Budi Pekerti
Hendaklah diterangkan dengan jelas tentang akhlaq yang terpuji dan
akhlaq yang tercela serta membahas tentang memiliki akhlaq yang mahmudah
dan menjauhi akhlaq yang madzmumah itu, sehingga menjadi amalan kita
sebagai seorang Muhammadiyah, kita berbudi pekerti yang baik juga berjasa.
d) Menuntun Amalan Intiqad (self correctie)
Hendaklah senantiasa melakukan perbaikan diri kita sendiri (self
correctie), segala usaha dan pekerjaan kita supaya diperbaiki lagi. Buah
penyelidikan perbaikan itu dimusyawarahkan di tempat yang tentu, dengan
dasar mendatangkan maslahat dan menjauhkan madlarat, sedang yang kedua
ini didahulukan dari yang pertama.
e) Menguatkan Persatuan
Hendaklah menjadikan tujuan kita juga, akan menguatkan persatuan
organisasi dan mengokohkan pergaulan persaudaraan kita serta menyamakan
hak-hak dan memerdekakan lahirnya pikiran-pikiran kita.

5|Page
f) Menegakkan Keadilan
Hendaklah keadilan itu dijalankan semestinya, walaupun akan
mengenai badan sendiri, dan ketetapan yang sudah seadil-adilnya itu dibela
dan dipertahankan di manapun.
g) Melakukan Kebijaksanaan
Dalam gerak kita tidaklah melupakan hikmah, hikmah hendaklah
disendikan kepada Kitabullah dan Sunnaturrasulillah. Kebijaksanaan yang
menyalahi kedua pegangan kita itu, harus kita buang, karena itu bukan
kebijaksanaan yang sesungguhnya, dengan tidak mengurangi segala gerakan
kemuhammadiyahan.
h) Menguatkan Majlis Tanwir
Sebab majlis ini nyata-nyata berpengaruh besar dalam kalangan kita
Muhammadiyah dan sudah menjadi tangan kanan yang bertenaga disisi
Hoofdbestuur (PP) Muhammadiyah, maka wajib kita perteguhkan dengan
diatur sebaik-baiknya.
i) Mengadakan Konperensi Bagian
Untuk mengadakan garis yang tentu dalam langkah-langkah bagian
kita, maka hendaklah kita berikhtiar mengadakan Konperensi bagian, contoh
Konperensi Bagian Penyiaran Agama seluruh Indonesia dan lain-lain
sebagainya.
j) Memusyawarahkan Putusan
Agar dapat keringanan dan dipermudahkan pekerjaan, maka hendaklah
setiap ada keputusan yang mengenai kepala Majlis (Bagian),
dimusyawarahkanlah dengan yang bersangkutan itu lebih dahulu, sehingga
dapat mentanfidzkan dengan cara menghasilkannya dengan segera.
k) Mengawaskan Gerak Langkah
Pemandangan kita hendaklah kita tajamkan agar mengawasi gerak kita
yang ada di dalam Muhammadiyah, yang sudah berlalu, yang masih langsung
dan yang bertambah (yang akan datang atau berkembang).

6|Page
l) Mempersambungkan Gerakan Luar
Kita berdaya-upaya akan memperhubungkan diri kepada iuran
(ekstern), lain-lain persyarikatan dan pergerakan di Indonesia, dengan dasar
Silaturahim, tolong-menolong dalam segala kebaikan, yang tidak mengubah
asasnya masing-masing, terutama hubungan kepada persyarikatan dan
pemimpin Islam.

2) Periode A.R Sutan Mansyur (Khittah Palembang 1956-1959)


 Isi khittah:
a) Menjiwai pribadi anggota dan pimpinan Muhammadiyah dengan
memperdalam dan mempertebal tauhid, menyempurnakan ibadah dengan
khusyu’ dan tawadlu’, mempertinggi akhlak, memperluas ilmu
pengetahuan, dan menggerakkan Muhammadiyah dengan penuh
keyakinan dan rasa tanggung jawab;
b) Melaksanakan uswatun hasanah;
c) Mengutuhkan organisasi dan merapikan administrasi;
d) Memperbanyak dan mempertinggi mutu amal;
e) Mempertinggi mutu anggota dan membentuk kader;
f) Memperoleh ukhuwah sesama muslim;
g) Menuntun penghidupan anggota.

 Adapun programnya adalah:


a) Menempatkan Aqidah, membersihkan pokok dan alam pikiran serta
penyiaran pengetahuan agama Islam;
b) Dan segala usaha itu tidaklah boleh mundur melainkan harus maju, dan
dikerjakan dengan penuh gembira dan semangat. Maka ajaran Islam itu
tidaklah hanya semata-mata diajarkan serta dipelajari melainkan harus
diamalkan. Bukan orang lain yang terlebih dahulu harus diajak dan
disuruh mengerjakannya, tetapi hendaklah dimulai dari anggota
Muhammadiyah sendiri. Mereka harus berusaha memajukan dan
menggembirakan kehidupannya menurut kemauan agama Islam.

7|Page
3) Periode KH. AR Fakhrudin (Khittah Ponorogo 1968-1971)
Kelahiran PARMUSI merupakan buah dari Khittah Ponorogo (1968).
Dalam rumusan Khittah tahun 1968 ini disebutkan bahwa dakwah Islam amar
ma'ruf nahi munkar dilakukan melalui dua saluran: politik kenegaraan dan
kemasyarakatan. Muhammadiyah sendiri memposisikan diri sebagai gerakan
Islam amar ma'ruf nahi munkar dalam bidang kemasyarakatan. Sayangnya,
partai parmusi ini gagal sehingga khittah ponorogo kemudian "dinasakh"
meminjam istilah Haedar nashir lewat khittah ujung pandang.
 Pola Dasar Perjuangan
1) Muhammadiyah berjuang untuk mewujudkan cita-cita dan keyakinan
hidup yang bersumber ajaran islam;
2) Dakwah islam dan amar ma’ruf nahi mungkar dalam arti dan proporsi
yang sebenar-benarnya sebagaimana yang telah dituntutkan oleh
Muhammad saw adalah satu-satunya jalan untuk mencapai cita-cita dan
keyakinan hidup tersebut;
3) Dakwah islam dan amar ma’ruf nahi mungkar seperti dimaksud harus
melalui dua saluran/bidang secara simultan, yaitu:
a. Saluran politik kenegaraan (Politik praktis);
b. Saluran masyarakat.
4) Untuk melaksanakan perjuangan dakwah islam dan amar ma’ruf nahi
mungkar seperti dimaksud di atas dibuat alatnya masing-masing yang
berupa organisasi:
a. Untuk saluran/bidang politik kenegaraan (politik) praktis dengan
organisasi politik (partai);
b. Untuk saluran/bidang masyarakat dengan organisasi non partai.
5) Muhammadiyah sebagai organisasi memilih dan menempatkan diri
sebagai gerakan islam amar makruf nahi munkar dalam bidang
masyakarat. Sedang untuk alat perjuangan dalam bidang kenegaraan
(politik praktis), Muhammadiyah menyerahkan kepada partai politik di
luar organisasi Muhammadiyah;

8|Page
6) Muhammadiyah harus menyadari bahwa partai tersebut adalah merupakan
sasaran amar ma’ruf nahi munkar;
7) Antara Muhammadiyah dan partai tidak ada hubungan organisatoris tetapi
tetap mempunyai hubungan kemasyarakatan;
8) Masing-masing berdiri dan berjalan sendiri menurut caranya sendiri-
sendiri;
9) Pada prinsipnya tidak dibenarkan ada perangkapan jabatan, terutama
jabatan pimpinan antara keduanya demi tertibnya pembagian pekerjaan
(spesialisasi).
 Program Dasar Perjuangan
Dengan dakwah dan amar ma’ruf nahi mungkar dalam arti proporsi
yang sebenar-benarnya, Muhammadiyah harus mampu membuktikan bahwa
ajaran Islam mampu mengatur masyarakat dalam NKRI yang berpancasila dan
ber UUD 1945 menjadi masyarakat yang adil dan makmur serta sejahtera,
bahagia materil, dan spritual yang diridhoi Allah SWT.

4. Periode KH. Abdur Razak Fakhruddin (Khittah Ujung Pandang 1971-


1990)
Isi khittah :
a) Muhammadiyah adalah Gerakan Da’wah Islam yang beramal dalam segala
bidang kehidupan manusia dan masyarakat;
b) Setiap anggota Muhammadiyah sesuai dengan hak asasinya dapat tidak
memasuki atau memasuki organisasi lain, sepanjang tidak menyimpang
dari ketentuan-ketentuan yang berlaku dalam Persyarikatan
Muhammadiyah;
c) Untuk lebih memantapkan Muhammadiyah sebagai gerakan da’wah Islam
setelah pemilu tahun 1971, Muhammadiyah melakukan amar ma’ruf nahi
munkar secara konstruktif dan positif terhadap Partai Muslimin Indonesia;
d) Untuk lebih meningkatkan partisipasi Muhammadiyah dalam pelaksanaan
pembangunan nasional.

9|Page
5. Periode K.H. Abdul Razaq Fakhruddin (Khittah Surabaya 1978)
Program Dasar Muhammadiyah, sebagai berikut:
a) Memulihkan kembali Muhammadiyah sebagai Persyarikatan yang
menghimpun sebagian anggota masyarakat, terdiri dari muslimin dan
muslimat yang beriman teguh, ta‘at beribadah, berakhlaq mulia, dan
menjadi teladan yang baik di tengah-tengah masyarakat.
b) Meningkatkan pengertian dan kematangan anggota Muhammadiyah
tentang hak dan kewajiban sebagai warga negara dalam Negara Kesatuan
Republik Indonesia dan meningkatkan kepekaan sosialnya terhadap
persoalan dan kesulitan hidup masyarakat.
c) Menepatkan Persyarikatan Muhammadiyah sebagai gerakan untuk
melaksanakan da’wah amar ma’ruf nahi munkar ke segenap penjuru dan
lapisan masyarakat serta di segala bidang kehidupan di Negara Republik
Indonesia yang berdasarkan Pancasila dan Undang-Undang Dasar 1945.

6. Periode Prof. Dr. H. Ahmad Syafi’i Ma’arif (Khittah Denpasar 2002)


Khittah Perjuangan dalam Kehidupan Berbangsa dan Bernegara atau
Khittah Denpasar Tahun 2002 dirumuskan pada era kepemimpinan Prof. Dr.
H. Ahmad Syafi’i Ma’arif pada tahun 2002. Program dasarnya yaitu : Warga
atau anggota Muhammadiyah yang aktif dalam kegiatan politik hendaklah
bersungguh-sungguh dalam melaksanakan tugasnya dan mengedepankan
empat hal :
a. Rasa tanggung jawab (amanah)
b. Berakhlak mulia (akhlaq al karimah)
c. Menjadi teladan / contoh yang baik (uswatun hasanah)
d. Perdamaian (ishlah)
Muhammadiyah adalah Gerakan Islam yang melaksanakan da’wah
amar ma’ruf nahi munkar dengan maksud dan tujuan menegakkan dan
menjunjung tinggi Agama Islam sehingga terwujud masyarakat Islam yang
sebenar-benarnya. Muhammadiyah berpandangan bahwa Agama Islam
menyangkut seluruh aspek kehidupan meliputi aqidah, ibadah, akhlaq, dan

10 | P a g e
mu’amalat dunyawiyah yang merupakan satu kesatuan yang utuh dan harus
dilaksanakan dalam kehidupan perseorangan maupun kolektif. Dengan
mengemban misi gerakan tersebut Muhammadiyah dapat mewujudkan atau
mengaktualisasikan Agama Islam menjadi rahmatan lil-’alamin dalam
kehidupan di muka bumi ini.
Muhammadiyah berpandangan bahwa berkiprah dalam kehidupan
bangsa dan negara merupakan salah satu perwujudan dari misi dan fungsi
melaksanakan da’wah amar ma’ruf nahi munkar sebagaimana telah menjadi
panggilan sejarahnya sejak zaman pergerakan hingga masa awal dan setelah
kemerdekaan Indonesia. Peran dalam kehidupan bangsa dan negara tersebut
diwujudkan dalam langkah-langkah strategis dan taktis sesuai kepribadian,
keyakinan dan cita-cita hidup, serta khittah perjuangannya sebagai acuan
gerakan sebagai wujud komitmen dan tanggungjawab dalam mewujudkan
“Baldatun Thoyyibatun Wa Rabbun Ghafur”.
Bahwa peran dalam kehidupan berbangsa dan bernegara dapat
dilakukan melalui dua strategi dan lapangan perjuangan. Pertama, melalui
kegiatan-kegiatan politik yang berorientasi pada perjuangan kekuasaan atau
kenegaraan (real politics, politik praktis) sebagaimana dilakukan oleh partai-
partai politik atau kekuatan-kekuatan politik formal di tingkat kelembagaan
negara. Kedua, melalui kegiatan-kegiatan kemasyarakatan yang bersifat
pembinaan atau pemberdayaan masyarakat maupun kegiatan-kegiatan politik
tidak langsung (high politics) yang bersifat mempengaruhi kebijakan negara
dengan perjuangan moral (moral force) untuk mewujudkan kehidupan yang
lebih baik di tingkat masyarakat dan negara sebagaimana dilakukan oleh
kelompok-kelompok kepentingan (interest groups).
Muhammadiyah secara khusus mengambil peran dalam lapangan
kemasyarakatan dengan pandangan bahwa aspek kemasyarakatan yang
mengarah kepada pemberdayaan masyarakat tidak kalah penting dan strategis
daripada aspek perjuangan politik kekuasaan. Perjuangan di lapangan
kemasyarakatan diarahkan untuk terbentuknya masyarakat utama atau
masyarakat madani (civil society) sebagai pilar utama terbentuknya negara

11 | P a g e
yang berkedaulatan rakyat. Peran kemasyarakatan tersebut dilakukan oleh
organisasi-organisasi kemasyarakatan seperti halnya Muhammadiyah.
Sedangkan perjuangan untuk meraih kekuasaaan (power struggle) ditujukan
untuk membentuk pemerintahan dalam mewujudkan tujuan negara, yang
peranannya secara formal dan langsung dilakukan oleh partai politik dan
institusi-institusi politik negara melalui sistem politik yang berlaku. Kedua
peranan tersebut dapat dijalankan secara objektif dan saling terkait melalui
bekerjanya sistem politik yang sehat oleh seluruh kekuatan nasional menuju
terwujudnya tujuan negara.
Muhammadiyah sebagai organisasi sosial-keagamaan (organisasi
kemasyarakatan) yang mengemban misi da’wah amar ma’ruf nahi munkar
senantiasa bersikap aktif dan konstruktif dalam usaha-usaha pembangunan dan
reformasi nasional sesuai dengan khittah (garis) perjuangannya serta tidak
akan tinggal diam dalam menghadapi kondisi-kondisi kritis yang dialami oleh
bangsa dan negara. Karena itu, Muhammadiyah senantiasa terpanggil untuk
berkiprah dalam kehidupan berbangsa dan bernegara dengan berdasarkan pada
khittah perjuangan sebagai berikut:
a) Muhammadiyah meyakini bahwa politik dalam kehidupan bangsa dan
negara merupakan salah satu aspek dari ajaran Islam dalam urusan
keduniawian (al-umur ad-dunyawiyat) yang harus selalu dimotivasi,
dijiwai, dan dibingkai oleh nilai-nilai luhur agama dan moral yang utama.
Karena itu diperlukan sikap dan moral yang positif dari seluruh warga
Muhammadiyah dalam menjalani kehidupan politik untuk tegaknya
kehidupan berbangsa dan bernegara;
b) Muhammadiyah meyakini bahwa negara dan usaha-usaha membangun
kehidupan berbangsa dan bernegara, baik melalui perjuangan politik
maupun melalui pengembangan masyarakat, pada dasarnya merupakan
wahana yang mutlak diperlukan untuk membangun kehidupan di mana
nilai-nilai Ilahiah melandasi dan tumbuh subur bersamaan dengan
tegaknya nilai-nilai kemanusiaan, keadilan, perdamaian, ketertiban,

12 | P a g e
kebersamaan, dan keadaban untuk terwujudnya “Baldatun Thayyibatun
Wa Rabbun Ghafur”;
c) Muhammadiyah memilih perjuangan dalam kehidupan berbangsa dan
bernegara melalui usaha-usaha pembinaan atau pemberdayaan masyarakat
guna terwujudnya masyarakat madani (civil society) yang kuat
sebagaimana tujuan Muhammadiyah untuk mewujudkan masyarakat Islam
yang sebenar-benarnya. Sedangkan hal-hal yang berkaitan dengan
kebijakan-kebijakan kenegaraan sebagai proses dan hasil dari fungsi
politik pemerintahan akan ditempuh melalui pendekatan-pendekatan
secara tepat dan bijaksana sesuai prinsip-prinsip perjuangan kelompok
kepentingan yang efektif dalam kehidupan negara yang demokratis;
d) Muhammadiyah mendorong secara kritis atas perjuangan politik yang
bersifat praktis atau berorientasi pada kekuasaan (real politics) untuk
dijalankan oleh partai-partai politik dan lembaga-lembaga formal
kenegaraan dengan sebaik-baiknya menuju terciptanya sistem politik yang
demokratis dan berkeadaban sesuai dengan cita-cita luhur bangsa dan
negara. Dalam hal ini perjuangan politik yang dilakukan oleh kekuatan
politik hendaknya benar-benar mengedepankan kepentingan rakyat dan
tegaknya nilai-nilai utama sebagaimana yang menjadi semangat dasar dan
tujuan didirikannya negara Republik Indonesia yang diproklamasikan
tahun 1945;
e) Muhammadiyah senantiasa memainkan peranan politiknya sebagai wujud
dari dakwah amar ma’ruf nahi munkar dengan jalan mempengaruhi proses
dan kebijakan negara agar tetap berjalan sesuai dengan konstitusi dan cita-
cita luhur bangsa. Muhammadiyah secara aktif menjadi kekuatan perekat
bangsa dan berfungsi sebagai wahana pendidikan politik yang sehat
menuju kehidupan nasional yang damai dan berkeadaban;
f) Muhammadiyah tidak berafiliasi dan tidak mempunyai hubungan
organisatoris dengan kekuatan-kekuatan politik atau organisasi manapun.
Muhammadiyah senantiasa mengembangkan sikap positif dalam
memandang perjuangan politik dan menjalankan fungsi kritik sesuai

13 | P a g e
dengan prinsip amar ma’ruf nahi munkar demi tegaknya sistem politik
kenegaraan yang demokratis dan berkeadaban;
g) Muhammadiyah memberikan kebebasan kepada setiap anggota
Persyarikatan untuk menggunakan hak pilihnya dalam kehidupan politik
sesuai hati nurani masing-masing. Penggunaan hak pilih tersebut harus
merupakan tanggungjawab sebagai warga negara yang dilaksanakan
secara rasional dan kritis, sejalan dengan misi dan kepentingan
Muhammadiyah, demi kemaslahatan bangsa dan Negara;
h) Muhammadiyah meminta kepada segenap anggotanya yang aktif dalam
politik untuk benar-benar melaksanakan tugas dan kegiatan politik secara
sungguh-sungguh dengan mengedepankan tanggung jawab (amanah),
akhlak mulia (akhlaq al-karimah), keteladanan (uswah hasanah), dan
perdamaian (ishlah). Aktifitas politik tersebut harus sejalan dengan upaya
memperjuangkan misi Persyarikatan dalam melaksanakan da’wah amar
ma’ruf nahi munkar;
i) Muhammadiyah senantiasa bekerjasama dengan pihak atau golongan
mana pun berdasarkan prinsip kebajikan dan kemaslahatan, menjauhi
kemudharatan, dan bertujuan untuk membangun kehidupan berbangsa dan
bernegara ke arah yang lebih baik, maju, demokratis dan berkeadaban.

14 | P a g e
BAB III
PENUTUP

3.1 Simpulan
Berdasarkan hasil pemaparan di atas, terkait pembahasan khittah perjuangan
Muhammadiyah, maka penulis menarik kesimpulan sebagai berikut:
1) Secara garis besar Khittah perjuangan Muhammadiyah ini harus dapat
mencerminkan pemudah muhammadiyah dalam menjalankan fungsinya
organisasi modern yang berorientasi masa depan. Selain itu, Khittah
perjuangan harus menjadi variabel pengubah kultural dalam berorganisasi
kader-kader Muhammadiyah ke arah yang lebih baik.
2) Strategi perjuangan Muhammadiyah merupakan faktor penting untuk
menjembatani idealisme dengan perwujudannya dalam kenyataan, antara yang
normatif dengan empirik, antara cita-cita subjektif dangan dunia objektif, serta
menyambung gerakan antara masa lalu, sekarang, dan yang akan datang.

3.2 Saran
Khittah Muhammadiyah ini harusnya menjadi suri tauladan bagi umat
islam agar menciptakan masyarakat islam yang sebenar-benarnya dalam
meneggakan kebenaran dan juga sebagai landasan berpikir bagi semua pimpinan
dan anggota Muhammadiyah dan menjadi landasan berpikir bagi setiap amal
usaha Muhammadiyah.

15 | P a g e
DAFTAR PUSTAKA

Halil, Harmadi. 2015. Makalah AIK Khittah Perjuangan. Sumber:


http://rocklamator.blogspot.com/2015/10/makalah-aik-khittah-
perjuangan.htmlhttp://rocklamator.blogspot.com/2015/10/makalah-aik-
khittah-perjuangan.html, di akses pada tanggal 27 Desember 2018.

Ningrum, Triani Sari. 2015. Khittah Perjuangan Muhammadiyah. Sumber:


http://trianisari.blogspot.com/2015/05/khittah-perjuangan-
muhammadiyah.html, di akses pada tanggal 27 Desember 2018.

Oktaviani, Fatimah. 2015. Makalah Khittah Muhammadiyah. Sumber:


http://fatimahoktavia.blogspot.com/2015/08/makalah-khittah -
muhammadiyah.html, di akses pada tanggal 27 Desember 2018.

Wibawa, Fajri Arif. 2015. Makalah Khithoh Perjuangan Muhammadiyah.


Sumber: http://fajriarifwibawa.blogspot.com/2015/04/makalah-khithoh-
perjuangan-muhammadiyah.html, di akses pada tanggal 27 Desember 2018.

Zuriatigm. 2012. Khittah Perjuangan dalam Kehidupan Berbangsa dan


Bernegara (Khittah Denpasar 2001). Sumber:
https://zuriatigm.wordpress.com/2012/06/29/khittah-perjuangan-dalam-
kehidupan-berbangsa-dan-bernegara-khittah-denpasar-tahun-2002/,di akses
pada tanggal 27 Desember 2018.

16 | P a g e

Anda mungkin juga menyukai