Anda di halaman 1dari 48

MAKALAH

SISTEM GERAKAN DAN ORGANISASI MUHAMMADIYAH


Untuk memenuhi tugas matakuliah Kemuhammadiyahan
Dosen pengampu: Dr. Syahril, S. T., MM.

Disusun oleh:

Imas Melinda 31920040


Indah Nur Ayni Permatasari 31920041
Muhammad Bobby Rachman 31920045
Muhammad Fikry Irwansyah 31920046
Muhammad Rasyid Nurdin 31820046

PROGRAM STUDI AKUNTANSI


FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH BANDUNG
2021/2022
KATA PENGANTAR

Puji syukur saya panjatka ke hadirat alloh swt,karena dengan rahmat dan karunia-Nya saya
dapat menyelesaikan makalah “Sistem Gerakan Dan Organisasi Muhammadiyah” dengan
penuh kemudahan dan dapat diselesaikan tepat waktu.

Terima kasih sebelum dan sesudahnya saya ucapkan kepada Dosen yang telah
membantu,sehingga makalah ini bisa terselesaikan dalam waktu yang telah ditentukan. Saya
menyadari sekali,didalam menyusun makalah ini masih jauh dari kesempurnaan serta banyak
kekurangan-kekuranganya,baik dari segi Bahasa, penulisan maupun dalam hal
pengkonsolidasian kepada dosen atau pun teman-teman sekalian,untuk itu besar harapan saya
jika ada kritik dan saran yang membangun untuk lebih menyempurnakan makalah-makalah
saya dilain waktu.

Harapan yang paling besar dari penyusunan makalah ini ialah,mudah-mudahan apa yang saya
susun ini penuh manfaat,baik untuk pribadi,teman-teman,serta orang lain yang
menyempurnakan lagi atau mengambil hikmah dari judul ini sebagai tambahan dalam
menambah referensinya yang telah ada.

Bandung, 01 Januari 2022

Kelompok 1

ii
DAFTAR ISI

Kata pengantar……..…………………………..………………………… II

Daftar isi…………………...………………………...……………………. III

BAB I. PENDAHULUAN

1.1 Latar belakang masalah………………………………………………1


1.2 Rumusan Masalah……………………………………………………….…3
1.3 Tujuan……………………………………………………………………....3

BAB 2. PEMBAHASAN

2.1 Pengertian Sistem Gerakan Organisasi……………………………..…..4

2.2 Struktur Organisasi Muhammadiyah……………………………………8

2.3 Majelis-majelis …………………………………………...…..….….....16

BAB 3. PENUTUP

3.1 Kesimpulan……………………………………………………………30

3.2 Saran…………………………………………………………………..31

Daftar pusaka……………………………………………….……………....32

iii
BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Bulan Dzulhijjah (8 Dzulhijjah 1330 H) atau November (18 November 1912 M)


merupakan momentum penting lahirnya Muhammadiyah. Itulah kelahiran sebuah gerakan
Islam modernis terbesar di Indonesia, yang melakukan perintisan atau kepeloporan pemurnian
sekaligus pembaruan Islam di negeri berpenduduk terbesar muslim di dunia. Sebuah gerakan
yang didirikan oleh seorang kyai alim, cerdas, dan berjiwa pembaru, yakni Kyai Haji Ahmad
Dahlan atau Muhammad Darwis dari kota santri Kauman Yogyakarta. Kata
”Muhammadiyah” secara bahasa berarti ”pengikut Nabi Muhammad”. Penggunaan kata
”Muhammadiyah” dimaksudkan untuk menisbahkan (menghubungkan) dengan ajaran dan
jejak perjuangan Nabi Muhammad. Penisbahan nama tersebut menurut H. Djarnawi
Hadikusuma mengandung pengertian sebagai berikut: ”Dengan nama itu dia bermaksud untuk
menjelaskan bahwa pendukung organisasi itu ialah umat Muhammad, dan asasnya adalah
ajaran Nabi Muhammad saw, yaitu Islam. Dan tujuannya ialah memahami dan melaksanakan
agama Islam sebagai yang memang ajaran yang serta dicontohkan oleh Nabi Muhammad saw,
agar supaya dapat menjalani kehidupan dunia sepanjang kemauan agama Islam.

Dengan demikian ajaran Islam yang suci dan benar itu dapat memberi nafas bagi
kemajuan umat Islam dan bangsa Indonesia pada umumnya.” Kelahiran dan keberadaan
Muhammadiyah pada awal berdirinya tidak lepas dan merupakan menifestasi dari gagasan
pemikiran dan amal perjuangan Kyai Haji Ahmad Dahlan (Muhammad Darwis) yang menjadi
pendirinya. Setelah menunaikan ibadah haji ke Tanah Suci dan bermukim yang kedua kalinya
pada tahun 1903, Kyai Dahlan mulai menyemaikan benih pembaruan di Tanah Air. Gagasan
pembaruan itu diperoleh Kyai Dahlan setelah berguru kepada ulama-ulama Indonesia yang
bermukim di Mekkah seperti Syeikh Ahmad Khatib dari Minangkabau, Kyai Nawawi dari
Banten, Kyai Mas Abdullah dari Surabaya, dan Kyai Fakih dari Maskumambang; juga setelah
membaca pemikiran-pemikiran para pembaru Islam seperti Ibn Taimiyah, Muhammad bin
Abdil Wahhab, Jamaluddin Al-Afghani, Muhammad Abduh, dan Rasyid Ridha. Dengan
modal kecerdasan dirinya serta interaksi selama bermukim di Ssudi Arabia dan bacaan atas
karya-karya para pembaru pemikiran Islam itu telah menanamkan benih ide-ide pembaruan

1
dalam diri Kyai Dahlan. Jadi sekembalinya dari Arab Saudi, Kyai Dahlan justru membawa ide
dan gerakan pembaruan, bukan malah menjadi konservatif.

Pembaruan Islam yang cukup orisinal dari Kyai Dahlan dapat dirujuk pada
pemahaman dan pengamalan Surat Al-Ma’un. Gagasan dan pelajaran tentang Surat Al-Maun,
merupakan contoh lain yang paling monumental dari pembaruan yang berorientasi pada amal
sosial-kesejahteraan, yang kemudian melahirkan lembaga Penolong Kesengsaraan Oemoem
(PKU). Langkah momumental ini dalam wacana Islam kontemporer disebut dengan ”teologi
transformatif”, karena Islam tidak sekadar menjadi seperangkat ajaran ritual-ibadah dan
”hablu min Allah” (hubungan dengan Allah) semata, tetapi justru peduli dan terlibat dalam
memecahkan masalah-masalah konkret yang dihadapi manusia. Inilah ”teologi amal” yang
tipikal (khas) dari Kyai Dahlan dan awal kehadiran Muhammadiyah, sebagai bentuk dari
gagasan dan amal pembaruan lainnya di negeri ini. Berdirinya Muhammadiyah adalah karena
alasan-alasan dan tujuan-tujuan sebagai berikut: (1) Membersihkan Islam di Indonesia dari
pengaruh dan kebiasaan yang bukan Islam; (2) Reformulasi doktrin Islam dengan pandangan
alam pikiran modern; (3) Reformulasi ajaran dan pendidikan Islam; dan (4) Mempertahankan
Islam dari pengaruh dan serangan luar (H.A. Mukti Ali, dalam Sujarwanto & Haedar Nashir,
1990: 332).

2
1.2 Rumusan Masalah
a) Apa yang dimaksud dengan Sistem Gerakan Organisasi?
b) Bagaimana Struktur Organisasi Muhammadiyah?
c) Apa saja Majelis-majelis yang ada di perserikatan Muhammadiyah?

1.3 Tujuan

a) Utuk mengetahui bagaiman Sistem Gerakan Organisasi


b) Untuk mengetahui Struktur Organisasi Muhammadiyah
c) Untuk mengetahui Majelis-majelis yang ada di perserikatan Muhammadiyah

3
BAB II
LANDASAN TEORI

2.1 IDEOLOGI GERAKAN


Ideologi secara harfiah ialah “sistem paham” atau “sekumpilan ide atau gagasan”.
Kata ideologi berasal dari bahasa Yunani “ideos” (ide, gagasan) dan “logos” (ilmu logika),
tokoh yang memperkenalkan ideologi ialah Destutt de Tracy (1757-1876), seorang filsuf
Prancis, yang menyebut ideologi tentang “ilmu tentang ide-ide” yaitu sebagai suatu cara
berpikir dalam memandang kehidupan, yang dibedakannya dengan cara berfikir metafisika
dan agama (Nashir, 2014: 30).

Ideologi memiliki unsur pokok, yaitu:


a) pandangan yang komprehensif tentang manusia, dunia, dan alam semestadalam
kehidupan;
b) rencana penataan sodial-politik berdasarkan paham tersebut;
c) kesadaran dan pencanangan dalam bentuk perjuangan melakukan perubahan-
perubahan berdasarkan paham dan rencana dari ideologi tersebut;
d) usaha mengarahkan masyarakat untuk menerima ideologi tersebut yang menuntut
loyalitas dan keterlibatan para pengikutnya;
e) usaha mobilisasi seluas mungkin para kader dan masa yang akan menjadi pendukung
ideologi tersebut (Riberu, 1986: 5).

Fungsi Ideologi Muhammadiyah :


a) Menjelaskan dan menanamkan pandangan dunia (world-view) “Islam Agamaku,
Muhammadiyah Gerakanku”
b) Membangun komitmen idealisme untuk menjalankan misi dan cita-cita Gerakan
c) Mengikat solidaritas kolektif yang kokoh
d) Menyusun dan melaksanakan garis perjuangan dan strategi perjuangan
e) Memobilisasi anggota untuk mencapai tujuan
f) Membela/menjaga keutuhan/eksistensi organisasi sesuai prinsip Gerakan

4
Dalam muhammadiyah ideologi dapat dipahami sebagai sistem paham atau keyakinan dan
teori perjuangan  untuk mengimplementasikan ajaran Islam dalam kehidupan  umat melalui
gerakan sosial-keagamaan. Karena rujukan dasarnya adalah Islam, maka ideologi
Muhammadiyah tidak akan bersifat dogmatik dan ekslusif secara taklid-buta, sehingga tetap
memiliki watak terbuka.

2.2 Muhammadiyah Sebagai Gerakan Islam


Menurut David A. Locher (2000) terdapat tiga hal yang membedakan gerakan sosial
(social movement) dari bentuk perilaku kolektif lainnya, yaitu: (1) Organized , bahwa gerakan
sosial itu terorganisasi, sedangkan kebanyakan perilaku kolektif tidak terorganisasi baik
pemimpin, pengikut, maupun proses pergerakannya; (2) Delibrate, gerakan sosial itu
direncanakan dengan penuh pertimbangan dan perencanaan; (3) Enduring, gerakan sosial itu
keberadaanya untuk jangka waktu yang panjang hingga beberapa dekade. Artinya sebuah
gerakan sosial, terlebih gerakan keagamaan memiliki karakter yang kuat untuk bergerak
secara terorganisir, terencana dan berkelanjutan sehingga tidak mudah tergantik oleh
pergeseran politik. Muhammadiyah bukanlah gerakan sosial-keagamaan yang biasa, tetapi
sebagai gerakan Islam.
Sisi lain, tujuan Muhammadiyah adalah untuk mencetak ummat terbaik atau ummat yang
unggul. Sebagaimana pokok pikiran keenam Anggaran Dasar Muhammadiyah disebutkan,
bahwa “organisasi adalah satu- satunya alat atau 54 cara perjuangan yang sebaik-baiknya”.
Ciri-cirinya adalah: a) Muhammadiyah adalah subjek atau pemimpin, dan masyarakat
semuanya adalah objek atau yang dipimpinnya; b) Lincah (dinamis), maju (progresif), selalu
dimuka dan militant; c) Revolusioner; mempunyai pemimpin yang kuat, cakap, tegas dan
berwibawa; dan e) Mempunyai organisasi yang susunannya lengkap dan selalu dapat
diperbaharui (PP Muhammadiyah, Manhaj Gerakan Muhammadiyah, 200; 19-30).
Menurut Dr. Haedar Nashr dalam bukunya yaitu “ MUHAMMADIYAH GERAKAN
PEMBAHARUAN “, Muhammadiyah sejatinya gerakan pembaruan. Gerakan Tajdid fil-
Islam. Jika diperas hingga ke inti terdalam maka yang ditemukan dalam gerakan Islam yang
didirikan oleh Kyai Haji Ahmad Dahlan ini ialah api pembaruan. Karakter pembaruan
Muhammadiyah jauh lebih kuat ketimbang sifat Muhammadiyah yang lainnya. Teologi,
ideologi, hingga model aksi gerakan Muhammadiyah berwatak pembaruan, yang bermuara
pada modernisme atau reformisme Islam. Pembaruan itu diwujudkan dalam mendobrak
kebekuan berpikir umat dengan membangun pemahaman Islam yang berkemajuan. Selain itu
Muhammadiyah memelopori lahirnya sistem pendidikan Islam modern, pelayanan kesehatan

5
dan sosial, pemberdayaan kaum miskin dengan gerakan Al-Ma'un, merintis gerakan Islam ke
ruang publik melalui 'Aisyiyah, dan karya pembaruan lainnya yang membangkitkan
kebangunan dunia Islam dan modernisasi kehidupan masyarakat. Pembaruan Muhammadiyah
berangkat dari gagasan dasar al-ruju ila al-Quran wa al-Sunnah, yakni gerakan kembli kepada
Al-Quran dan Sunnah Nabi. Langkahnya pemurnian Islam untuk menemukan ajaran yang
otentik, sekaligus melahirkan Islam yang berkemajuan. Kendari sering disebut ad-hoc,
pembaruan Muhammadiyah langsung atau tidak langsung telah menjadi alam pikiran (state of
mind) mayoritas umat Islam.

2.3 Struktur Organisasi Muhammadiyah


Muhammadiyah adalah sebuah organisasi Islam yang besar di Indonesia. Tujuan
utama Muhammadiyah adalah mengembalikan seluruh penyimpangan yang terjadi dalam
proses dakwah. Penyimpangan ini sering menyebabkan ajaran Islam bercampur-baur dengan
kebiasaan di daerah tertentu dengan alasan adaptasi.
Gerakan Muhammadiyah berciri semangat membangun tata sosial dan pendidikan
masyarakat yang lebih maju dan terdidik. Menampilkan ajaran Islam bukan sekadar agama
yang bersifat pribadi dan statis, tetapi dinamis dan berkedudukan sebagai sistem kehidupan
manusia dalam segala aspeknya.
Dalam pembentukannya, Muhammadiyah banyak merefleksikan kepada perintah-
perintah Al-Qur'an, di antaranya surat Ali 'Imran ayat 104 yang berbunyi: Dan hendaklah ada
di antara kamu segolongan umat yang menyeru kepada kebajikan, menyuruh kepada yang
ma'ruf dan mencegah dari yang munkar; merekalah orang-orang yang beruntung. Ayat
tersebut, menurut para tokoh Muhammadiyah, mengandung isyarat untuk bergeraknya umat
dalam menjalankan dakwah Islam secara teorganisasi, umat yang bergerak, yang juga
mengandung penegasan tentang hidup berorganisasi. Maka dalam butir ke-6 Muqaddimah
Anggaran Dasar Muhammadiyah dinyatakan, melancarkan amal-usaha dan perjuangan
dengan ketertiban organisasi, yang mengandung makna pentingnya organisasi sebagai alat
gerakan yang niscaya menjadi dampak positif untuk umat

a) Jaringan Kelembagaan Muhammadiyah


Muhammadiyah bukan hanya sekedar menyandang nama besar. Sebagai sebuah
organisasi masyarakat terbesar di Indonesia, Muhammadiyah secara nyata memiliki jaringan
struktural yang cukup kuat dan luas di seluruh wilayah negeri ini, yang sangat menunjang
gerak dakwah Islamiyah yang dilakukannya. Jaringan struktural Muhammadiyah tersebut

6
tersebar dan berjenjang dalam beberapa level yang mempunyai kewenangan di wilayah
kerjanya masing-masing. Jaringan yang tersebar luas di seluruh wilayah Indonesia tersebut
merupakan potensi yang sangat besar untuk membangun ummat dan bangsa ini menuju
masyarakat utama dalam bentuk sinergi dan jaringan yang kuat di berbagai bidang.

a.1 Pimpinan Pusat (PP Muhammadiyah)


Pimpinan Pusat Muhammadiyah adalah jenjang struktural Muhammadiyah tertinggi.
Dalam level yang paling tinggi dari seluruh level Pimpinan Muhammadiyah, Pimpinan Pusat
Muhammadiyah mempunyai fungsi koordinatif bagi seluruh Pimpinan Muhammadiyah yang
ada di Indonesia, sekaligus juga mengkoordinasikan gerakan dakwah Islamiyah keagamaan,
pendidikan, kesejahteraan sosial, kesehatan, dan sebagainya.
Pengambilan keputusan di Pimpinan Pusat Muhammadiyah juga dilaksanakan secara
demokratis dalam bentuk permusyawaratan. Permusyawaratan tertinggi ialah Muktamar
Muhammadiyah yang berfungsi untuk memilih pengurus dalam Pimpinan Pusat
Muhammadiyah, strategi dan program dakwah Muhammadiyah, mengevaluasi gerakan
dakwah pada periode kepengurusan sebelumnya, dan lain-lain yang penting untuk diputuskan
dalam permusyawaratan tersebut.
a.2 Pimpinaan Wilayah (PWM)
Pimpinan Wilayah Muhammadiyah adalah jenjang struktural Muhammadiyah
setingkat propinsi. Dalam level yang lebih tinggi dari Pimpinan Daerah Muhammadiyah,
Pimpinan Wilayah Muhammadiyah mempunyai fungsi koordinatif bagi seluruh Pimpinan
Muhammadiyah yang ada di wilayah propinsi tersebut, sekaligus juga mengkoordinasikan
gerakan dakwah Islamiyah di seluruh wilayah propinsi tersebut melalui berbagai bentuk,
seperti aktivitas keagamaan, pendidikan, kesejahteraan sosial, kesehatan, dan sebagainya.
Pengambilan keputusan di Pimpinan Wilayah Muhammadiyah juga dilaksanakan secara
demokratis dalam bentuk permusyawaratan
a.3 Pimpinaan Daerah (PDM)
Pimpinan Daerah Muhammadiyah adalah jenjang struktural Muhammadiyah setingkat
kabupaten (district). Dalam level yang lebih tinggi dari Pimpinan Cabang Muhammadiyah
mempunyai fungsi koordinatif bagi seluruh Pimpinan Muhammadiyah yang ada di wilayah
kabupaten tersebut, sekaligus juga mengkoordinasikan gerakan dakwah Islamiyah di seluruh
wilayah kabupaten tersebut melalui berbagai bentuk, seperti aktivitas keagamaan, pendidikan,
kesejahteraan sosial, kesehatan, dan sebagainya.

7
a.4 Pimpinan Cabang (PCM)
Pimpinan Daerah Muhammadiyah adalah jenjang struktural Muhammadiyah setingkat
kecamatan (sub-district). Dalam level yang lebih tinggi dari Pimpinan Ranting
Muhammadiyah mempunyai fungsi koordinatif bagi seluruh Pimpinan Ranting
Muhammadiyah yang ada di wilayah kecamatan tersebut, sekaligus juga mengkoordinasikan
gerakan dakwah Islamiyah di seluruh wilayah kecamatan tersebut melalui berbagai bentuk,
seperti aktivitas keagamaan, pendidikan, kesejahteraan sosial, kesehatan, dan sebagainya.
a.5 Pimpinan Ranting (PRM)
Pimpinan Ranting Muhammadiyah adalah jenjang struktural Muhammadiyah
setingkat desa, dan merupakan ujung tombak bagi gerakan dakwah Islamiyah yang
dilaksanakan Muhammadiyah, karena Pimpinan Ranting Muhammadiyah menjangkau dan
berinteraksi secara langsung dengan warga Muhammadiyah. Sebagai ujung tombak dari
gerakan dakwah Islamiyah yang dilaksanakan oleh Muhammadiyah, Pimpinan Ranting
Muhammadiyah adalah kekuatan paling nyata dimiliki Muhammadiyah, karena di level inilah
sebenarnya basis-basis gerakan Muhammadiyah bisa dilaksanakan secara nyata.
a.6 Jama’ah Muhammadiyah
Selain jalur-jalur struktural yang dimilikinya, Muhammadiyah juga mempunyai
kelompok-kelompok yang tersebar di tengah masyarkat dalam bentuk Jama’ah
Muhammadiyah. Jama’ah Muhammadiyah merupakan lini di luar jalur-jalur struktural
Muhammadiyah yang secara nyata melaksanakan gerakan dakwah Islamiyah yang sesuai
dengan visi dan misi Muhammadiyah di tengah Masyarakat.
Biasanya, Jama’ah Muhammadiyah bergerak dalam skala mikro di tengah masyarakat
melalui masjid-masjid sebagai basis aktivitas. Aktivitas dakwah yang dilaksanakan dalam
Jama’ah Muhammadiyah pun bermacam-macam, seperti pengajian, bakti sosial, infaq, zakat,
shodaqoh, dan lain-lain.

Jama’ah Muhammadiyah tersebar di tengah-tengah masyarakat melaksanakan


aktivitas riil yang responsive bagi persoalan yang tumbuh di kalangan masyarakat. Jama’ah
Muhammadiyah terdapat di seluruh wilayah Indonesia, bahkan ada beberapa Jama’ah
Muhammadiyah yang tersebar di luar negeri, terutama di Asia Tenggara, seperti Malaysia,
Brunei, Thailand, Singapura, dan Philipina.
b) Struktur Fungsional Muhammadiyah
Struktur fungsional di lingkungan Muhammadiyah meliputi seluruh
majelis/lembaga/badan/biro yang menangani program-program tertentu di lingkungan

8
persyarikatan Muhammadiyah. Masing-masing level pimpinan persyarikatan Muhammadiyah
(baik Pimpinan Pusat Muhammdiyah, Pimpinan Wilayah Muhammdiyah, Pimpinan Daerah
Muhammadiyah maupun Pimpinan Cabang Muhammadiyah) memiliki
majelis/badan/lembaga yang menangani program-program tertentu di lingkungan wilayah
kerjanya.
b.1 Pembantu Pimpinan Persyarikatan
Untuk membantu pimpinan Persyarikatan melaksanakan program-program
persyarikatan, dibentuk satuan organisasi Pembantu Pimpinan (Majelis/Lembaga/
Badan/Biro) yang dibentuk dan bertanggungjawab kepada Pimpinan Persyarikatan masing-
masing tingkat.

b.1.1 Majelis Muhammadiyah


Pengertian Majelis telah diatur dalam Anggaran Dasar Muhammadiyah, tercantum
pada Bab VISI Unsur Pembantu Pimpinan, Pasal 20 ayat 2. Majelis adalah unsur pembantu
pimpinan yang menjalankan sebagian tugas pokok Muhammadiyah, diantaranya:
1) Majelis Tarjih dan Tajdid (MTT)
2) Majelis Tabligh (MT)
3) Majelis Pendidikan Tinggi (Majelis Dikti kini jadi Litbang Dikti)
4) Majelis Pendidikan Dasar dan Menengah (Majelis Dikdasmen)
5) Majelis Pendidikan Kader (MPK)
6) Majelis Pelayanan Sosial (MPS)
7) Majelis Ekonomi dan Kewirausahaan (MEK)
8) Majelis Pemberdayaan Masyarakat (MPM)
9) Majelis Pembina Kesehatan Umum (MPKU)
10) Majelis Pustaka dan Informasi (MPI)
11) Majelis Lingkungan Hidup (MLH)
12) Majelis Hukum Dan Hak Asasi Manusia (MHH)
13) Majelis Wakaf dan Kehartabendaan (Majelis Wakaf)

b.1.2 Lembaga Muhammadiyah


Lembaga telah diatur dalam Anggaran Dasar Muhammadiyah, tercantum dalam Bab
VII Unsur Pembantu Pimpinan, Pasal 20 ayat 3. Lembaga adalah unsur pembantu pimpinan
yang menjalankan sebagian tugas pendukung Muhammadiyah, diantaranya:
1) Lembaga Pengembangan Cabang dan Ranting (LPCR)

9
2) Lembaga Zakat Infaq dan Shodaqqoh (LAZISMU)
3) Lembaga Pembina dan Pengawasan Keuangan (LPPK)
4) Lembaga Penanganan Bencana (LPB Muhammadiyah)
5) Lembaga Hikmah dan Kebijakan Publik (LHKP)
6) Lembaga Seni Budaya dan Olahraga (LSBO)
7) Lembaga Penelitian dan Pengembangan (LPP)
8) Lembaga Hubungan dan Kerjasama International (LHKI)

b.1.3 Organisasi Otonom Muhammadiyah


Organisasi otonom Muhammadiyah yaitu organisasi-organisasi dibawah
Muhammadiyah yang mempunyai hak dan kewenangan sendiri dalam mengatur rumah
tangganya. Biasa disingkat dengan sebutan ortom, di Muhammadiyah ada 7 ortom yaitu :
1) Aisyiyah
2) Hizbul Wathan (HW)
3) Tapak Suci (TS)
4) Pemuda Muhammadiyah (PM)
5) Nasyiyatul Aisyiyah (NA)
6) Ikatan Mahasiswa Muhammadiyah (IMM)
7) Ikatan Pelajar Muhammadiyah (IPM)

Tugas pokok ortom Muhammadiyah adalah membina warga Muhammadiyah dan


kelompok masyarakat tertentu sesuai dengan bidang kegiatan yang diadakan masing-masing
dalam rangka mencapai maksud dan tujuan Muhammadiyah. Dan fungsi utama ortom
Muhammadiyah adalah sebagai pelopor, pelangsung dan penyempurna cita-cita
Muhammadiyah.
Ortom dibentuk di lingkungan Persyarikatan Muhammadiyah jika memenuhi
persyaratan sebagai berikut :
1) Mempunyai fungsi khusus dalam Persyarikatan Muhammadiyah
2) Mampunyai Potensi dan ruang lingkup nasional
3) Merupakan kepentingan Persyarikatan Muhammadiyah
Sedangkan pembentukannya ditetapkan dalam Tanwir (permusyawaratan tertinggi
setelah Muktamar Muhammadiyah) dan dilaksanakan dengan keputusan Pimpinan Pusat
Muhammadiyah.

10
Tujuan pembentukan ortom adalah sebagai berikut:
1) Pengembangan Persyarikatan Muhammadiyah
2) Dinamika Persyarikatan Muhammadiyah
3) Kaderisasi Persyarikatan Muhammadiyah
4) Efisiensi dan efektifitas Persyarikatan Muhammadiyah

Masing-masing ortom mempunyai Anggaran Dasar dan Anggaran Rumah Tangga


(AD ART) tersendiri yang penyusunannya diserahkan kepada masing-masing ortom dengan
berdasar pada AD/ART Muhammadiyah.
Ortom mempunyai hak dan kewajiban sendiri di Muhammadiyah, dengan haknya
adalah sebagai berikut :
1) Mengelola urusan kepentingan, aktivitas dan amal usaha yang dilakukan organisasi
otonomnya
2) Berhubungan dengan organisasi/ Badan lain di luar Persyarikatan Muhammadiyah
3) Memberi saran kepada Persyarikatan Muhammadiyah baik diminta atau atas kemauan
sendiri
4) Mengusahakan dan mengelola keuangan sendiri

Sedangkan kewajiban-kewajibannya adalah sebagai berikut :


1) Melaksanakan Keputusan Persyarikatan Muhammadiyah
2) Menjaga nama baik Persyarikatan Muhammadiyah
3) Membina anggota-anggotanya menjadi warga dan anggota Persyarikatan
Muhammadiyah yang baik
4) Membina hubungan dan kerjasama yang baik dengan sesama ortom
5) Melaporkan kegiatan-kegiatannya kepada pimpinan Persyarikatan Muhammadiyah
6) Menyalurkan anggota-anggotanya dalam kegiatan gerak dan amal usaha Persyarikatan
Muhammadiyah sesuai dengan bakat, minat dan kemampuannya.

c. Struktur Organisasi Muhammadiyah Secara Vertikal dan Horizontal


Struktur Organisasi Muhammadiyah secara garis besar terdiri dari dua jenis yaitu
struktur vertikal dan horisontal.
c.1 Struktur vertikal adalah jaringan kelembagaan Muhammadiyah dari tingkat pusat
(nasional) hingga tingkat jamaah (anggota).

11
c.2 Struktur horisontal Muhammadiyah adalah jaringan kelembagaan Muhammadiyah dalam
satu tingkat kepemimpinan yang terdiri dari pimpinan, majelis, lembaga/badan dan organisasi
otonom (ortom).

d. MUKTAMAR
Muktamar ialah permusyawaratan tertinggi dalam Muhammadiyah yang
diselenggarakan oleh dan atas tanggung jawab Pimpinan Pusat. Anggota Muktamar terdiri
atas:

12
1) Anggota Pimpinan Pusat
2) Ketua Pimpinan Wilayah
3) Anggota Tanwir Wakil Wilayah
4) Ketua Pimpinan Daerah
5) Wakil Daerah yang dipilih oleh Musyawarah Pimpinan Daerah terdiri atas wakil
cabang berdasarkan perimbangan jumlah cabang dalam tiap daerah
6) Wakil Pimpinan Organisasi Otonom tingkat Pusat.
Muktamar diadakan satu kali dalam lima tahun, acara dan ketentuan lain tentang Muktamar
diatur dalam Anggaran Rumah Tangga.
e. TANWIR
Tanwir ialah permusyawaratan dalam Muhammadiyah di bawah Muktamar,
diselenggarakan oleh dan atas tanggung jawab Pimpinan Pusat. Anggota Tanwir terdiri atas:
1) Anggota Pimpinan Pusat
2) Ketua Pimpinan Wilayah
3) Wakil Wilayah
4) Wakil Pimpinan Organisasi Otonom tingkat Pusat
Tanwir diadakan sekurang-kurangnya tiga kali selama masa jabatan Pimpinan.
e.1 PIMPINAN PUSAT
Pimpinan Pusat adalah pimpinan tertinggi yang memimpin Muhammadiyah secara
keseluruhan. Pimpinan Pusat terdiri atas sekurang-kurangnya tiga belas orang, dipilih dan
ditetapkan oleh Muktamar untuk satu masa jabatan dari calon-calon yang diusulkan oleh
Tanwir.
Ketua Umum Pimpinan Pusat ditetapkan oleh Muktamar dari dan atas usul anggota
Pimpinan Pusat terpilih. Anggota Pimpinan Pusat terpilih menetapkan Sekretaris Umum dan
diumumkan dalam forum Muktamar. Pimpinan Pusat dapat menambah anggotanya apabila
dipandang perlu dengan mengusulkannya kepada Tanwir. Pimpinan Pusat diwakili oleh Ketua
Umum atau salah seorang Ketua bersama-sama Sekretaris Umum atau salah seorang
Sekretaris, mewakili Muhammadiyah untuk tindakan di dalam dan di luar pengadilan.
e.2 PIMPINAN WILAYAH
Pimpinan Wilayah memimpin Muhammadiyah dalam wilayahnya serta melaksanakan
kebijakan Pimpinan Pusat. Pimpinan Wilayah terdiri atas sekurang-kurangnya sebelas orang
ditetapkan oleh Pimpinan Pusat untuk satu masa jabatan dari calon-calon yang dipilih dalam
Musyawarah Wilayah. Ketua Pimpinan Wilayah ditetapkan oleh Pimpinan Pusat dari dan atas

13
usul calon-calon anggota Pimpinan Wilayah terpilih yang telah disahkan oleh Musyawarah
Wilayah.
e.3 PIMPINAN DAERAH
Pimpinan Daerah memimpin Muhammadiyah dalam daerahnya serta melaksanakan
kebijakan Pimpinan di atasnya. Pimpinan Daerah terdiri atas sekurang-kurangnya sembilan
orang ditetapkan oleh Pimpinan Wilayah untuk satu masa jabatan dari calon-calon anggota
Pimpinan Daerah yang telah dipilih dalam Musyawarah Daerah. Ketua Pimpinan Daerah
ditetapkan oleh Pimpinan Wilayah dari dan atas usul calon-calon anggota Pimpinan Daerah
terpilih yang telah disahkan oleh Musyawarah Daerah.
e.4 PIMPINAN CABANG
Pimpinan Cabang memimpin Muhammadiyah dalam Cabangnya serta melaksanakan
kebijakan Pimpinan di atasnya. Pimpinan Cabang terdiri atas sekurang-kurangnya tujuh orang
ditetapkan oleh Pimpinan Daerah untuk satu masa jabatan dari calon-calon yang dipilih dalam
Musyawarah Cabang. Ketua Pimpinan Cabang ditetapkan oleh Pimpinan Daerah dari dan atas
usul calon-calon anggota Pimpinan Cabang terpilih yang telah disahkan oleh Musyawarah
Cabang.
e.5 PIMPINAN RANTING
Pimpinan Ranting memimpin Muhammadiyah dalam Rantingnya serta melaksanakan
kebijakan Pimpinan di atasnya. Pimpinan Ranting terdiri atas sekurang-kurangnya lima orang
ditetapkan oleh Pimpinan Cabang untuk satu masa jabatan dari calon-calon yang dipilih
dalam Musyawarah Ranting. Ketua Pimpinan Ranting ditetapkan oleh Pimpinan Cabang dari
dan atas usul calon-calon anggota Pimpinan Ranting terpilih yang telah disahkan oleh
Musyawarah Ranting.

2.4 Majelis – Majelis Muhammadiyah


Muhammadiyah adalah gerakan islam, maksud gerakanya dakwah islam, amar
ma’rufnahi munkar, bergerak dalam kehiduapan kemasyarakatan. Muhammadiyah
menempatkan diri sebagai fa’il (subyek) yang mewarisi gerak langkah misi Nabi Muhammad
SAW. Sedangkan masyarakat sebagai objek untuk diajak mengamalkan Islam yang sesuai
dengan petunjuk Alloh SWT, Sehingga terwujud masyarakat Islam yang sebenar – benarnya.
Muhammadiyah dalam perkembangannya selalu mengikuti perkembangan zaman dan
kemasyarakatan , terbukti adanya perkembangan organisasi vertical dan organisasi
horisontal . Memperhatikan hal – hal tersebut Muhammadiyah sejak awal priode KH.Ahmad
Dahlan (1912 – 1923) dan KH.Ibrahim(1923 – 1934), KH.Hisyam (1934 – 1937)\, KH. Mas

14
Mansur (1937 – 1941 ), telah menata kelembagaan – kelembagaan di Ranting, Cabang dan
Daerah serta Wilayah . semua itu menjadi bukti kedewasaan dan kematangan Muhammadiyah
dalam memberikan aturan dan batasan dalam mencapai tujuan bersama. Disamping itu,
Muhammadiyah menetapkan unsure pembantu penyelengaraan amal usaha dalam tugas
khusus.
Adapun struktur horizontal adalah susuanan organisasi berdasarkan bidang – bidang
kerja dan tugas yang menjadi konsentrasi gerakan muhammadiyah yang ada setiap level
organisasi dan kepemimpinan, dalam bentuk badan atau unsur pembantu pimpinan dan
organisasi otonom. Nomenklatur atau nama unsur pembantu pimpinan persyerikatan dalam
muhammadiyah periode 2005 – 2010 ditetapkan oleh keputusan Pimpinan pusat dengan SK
PP Muhammadiyah No.47.1/KEP/1.0/B/2005, atas amanah muktamar untuk melengkapi
kepengurusannya.
Dalam surat keputusan tersebut struktur horisontal dalam kepemimpinan
Muhammadiyah berupa majelis – majelis dan lembaga lembaga. Majelis – majelis terdiri
dari :
1) Majelis Tarjih dan Tajdid,
2) Majelis Tabligh dan Dakwah Khusus,
3) Majelis Pendidikan Tinggi Penelitian Dan Pengembangan,
4) Majelis Pendidikan Dasar dan Menengah,
5) Majelis Kesehatan Dan Kesejahteraan masyarakat,
6) Majelis Ekonomi Dan Kewirausahaan,
7) Majelis Wakaf dan Zakat Infaq Shadaqah (ZIS)
8) Majelis Pendidikan Kader,
9) Majelis Pemberdayaan Masyarakat.

Majelis tersebut dapat dibentuk disetiap tingkat kepemimpinan mulai dari pusat
hingga cabang, sesuai kebutuhan.

a) Majelis Tarjih dan Tajdid

Majelis Tarjih adalah suatu lembaga dalam Muhammadiyah yang membidangi


masalah-masalah keagamaan, khususnya hukum bidang fiqih. Majelis ini dibentuk dan
disahkan pada kongres Muhammadiyah XVII tahun 1928 di Pekalongan. Majelis ini didirikan
pertama kali untuk menyelesaikan: persoalan-persoalan khilafiyat, yang pada waktu itu

15
dianggap rawan oleh Muhammadiyah. Dalam perkembangan selanjutnya majelis ini tidak
sekedar mentarjihkan masalah-masalah khilafiyat, akan tetapi mengarah pada penyelesaian
persoalan-persoalan baru atau kontemporer. Di dalam merespon problem modernitas, banyak
corak pemikiran keagamaan kontemporer yang muncul kepermukaan seoerti faham
modernisme, fundamentalisme, mahdisme, tradisionalisme, dll. Berdasarkan hal-hal tersebut
maka pada Muktamar Muhammadiyah ke-43 yang dilangsungkan pada tanggal 8-12 Shafar
1416 H bertepatan tanggal 6-10 Juli 1995 M di Banda Aceh, nama majelis ini berubah
menjadi Majelis Tarjih dan Pengembangan Pemikiran Islam, dan perkembangan berikutnya
pada Muktamar Muhammadiyah ke 45, 2005 di Malang diubah menjadi Majelis Tarjih dan
Tajdid.

Visi:

Tertatanya manajemen dan jaringan guna meningkatkan efektifitas kinerja Majelis


menuju gerakan tarjih dan tajdid yang lebih maju, profesional, modern, dan otoritatif sebagai
landasan yang kokoh bagi peningkatan kualitas Persyarikatan dan amal usaha.

Misi:

1) Mewujudkan landasan kerja Majelis yang mampu memberikan ruang gerak yang
dinamis dan berwawasan ke depan
2) Revitalisasi peran dan fungsi seluruh sumber daya majelis
3) Mendorong lahirnya ulama tarjih yang terorganisasi dalam sebuah institusi yang lebih
memadai
4) Membangun model jaringan kemitraan yang mendukung terwujudnya gerakan tarjih
dan tajdid yang lebih maju, profesional, modern, dan otoritatif
5) Menyelenggarakan kajian terhadap norma-norma Islam guna mendapatkan
kemurniannya, dan menemukan substansinya agar didapatkan pemahaman baru sesuai
dengan dinamika perkembangan zaman
6) Menggali dan mengembangkan nilai-nilai Islam, serta menyebarluaskannya melalui
berbagai sarana publikasi.

Majelis Tarjih dan Tajdid memiliki rencana strategis untuk: Menghidupkan trjih,
tajdid, dan pemikiran Islam dalam Muhammadiyah sebagai gerakan pembaharuan yang kritis-
dinamis dalam kehidupan masyarakat dan proaktif dalam menjalankan problem dan tantangan
perkembangan sosial budaya dan kehidupan pada umumnya sehinggan Islam selalu menjadi

16
sumber pemikiran, moral, dan praksis sosial di tengah kehidupan masyarakat, bangsa dan
negara yang sangat kompleks.

b) Majelis Tabligh dan Dakwah Khusus

K.H.Ahmad Dahlan tampil kemuka sebagai mujadid dan mujahid besar islam, beliau
ingin mengembalikan umat Islam kepada kemurnian cita ajaran islam yang bersumber kepada
Al-Qur’an dan Al-Hadist. Jiwa dan semangat K.H.Ahmad Dahlan itu dijabarkan dan
dirancangkan oleh lembaga yang bernama Majelis Tabligh atau Majelis Dakwah, pada waktu
Muktamar ke-38 di Ujung Pandang tahun 1971 ditetapkan program umum sebagai berikut
“Mewujudkan Muhammadiyah sebagai gerakan dakwah Islam, amar ma’ruf nahi munkar,
yang berkesanggupan menyampaikan ajaran Islam yang bersumber kepada Al-Qur’an dan
Sunnah Rasul SAW, kepada segala golongan dan lapisan masyarakat dalam seluruh aspek
kehidupannya, sebagai kebenaran dan hal yang diperlukan”.
Majelis Tabligh ini oleh K.H.Ahmad Dahlan dan pimpinan-pimpinan sesudahnya dibentuk
dan diadakan terus-menerus sampai dewasa ini . Majelis ini diadakan dan digerakkan dengan
berpedoman pada firman Allah Surat Al-Imran ayat 102, 103, dan 104.
Sesuai SK PP. Muhammadiyah tentang Qaidah Majelis Tabligh Bab I Pasal 2 bahwa Majelis
Tabligh mempunyai tugas pokok memimpin dan melakukan program yang jelas meliputi
seluruh aspek kegiatan dakwah yang tidak termasuk dalam bidang tugas Majelis lainnya.
Pasal 3: untuk menyelenggarakan tugas pokok tersebut pada pasal 2,

Majlis tablig mempunyai fungsi:

1) Memerikan pertimbangan kepada pimpinan persyarikatan untuk digunakan sebagai


badan dalam menyusun kebijaksanaan persyarikatan dalam bidang tabligh.
2) Pembinaan dan peningkatan kemampuan serta pengkoordinasi kegiatan dan gerak
mubaligh dalam menyiarkan ajaran islam kepada anggota, umat dan korp mubaligh
Muhammadiyah di tingkat Pusat , Wilayah, Daerah, dan Cabang.
3) Penggerakan pengajian dan pengembangan pengamalan ajaran islam, serta
menggembirakan kegiatan ibadah anggota persyarikatan dan masyarakat dalam
kelompok jamaah, sehingga memiliki kemampuan penyelesaian persoalan hidupnya
sebagai orang Islam dalam kehidupan masyarakat, bangsa yang selalu berubah dan
berkembang, guna meningkatkan mutu kehidupannya sepanjang ajaran islam.
4) Penggerak dan pembimbing penyelenggaraan, pemeliharaan dan pengelolaan wakaf,
masjid, mushola, langgar, dan surau serta sejenisnya sebagai ibadah dan sarana

17
peningkatan mutu kehidupan anggota dan masyarakat sepanjang ajaran islam dalam
kerangka kehidupan berbangsa.
5) Pengerak dan pembimbing pelaksanaan serta pengembangan kegiatan pengajian
pimpinan dan anggota serta khotbah-khotbah dengan memanfaatkan jasa iptek.
6) Penyelenggaraan pendidikan dan kaderisasi mubaligh dan khatib sehingga memiliki
kemampuan profesional serta kemandirian dalam menjalankan tugasnya dalam
kehidupan masyarakat dan bangsa yang selalu berubah dan berkembang.
7) Penyelenggaraan penelitian dakwah dan perikehidupan anggota umat dan masyarakat.

c) Majelis Pendidikan Tinggi dan Pengembangan

Majelis ini merupakan pecahan dari majelis pendidikan, pengajaran, dan kebudayaan
yang semula membawahi seluruh amal usaha muhammadiyah bidang pendidikan sejak
pendidikan dasar, menegah hingga perguruan tinggi. Mulai tahun 1985 setelah Muktamar ke-
41 di Surakarta, didirikanlah Majelis Diktilitbang, dengan ketua pertamanya Drs. H.
Muhammad Djazman al-Kindi, MBA. Majelis ini mengemban dua tugas sekaligus, yaitu
mengembangkan kualitas dan kuantitas Perguruan Tinggi Muhammadiyah, dan
menyelenggarakan aktivitas penelitian dalam konteks pengembangan Persyarikatan.

Dengan demikian pesatnya perkembangan amal usaha pendidikan, khususnya


pendidikan tinggi di lingkungan Muhammadiyah, diperlukan majelis khusus yang
mengkonsentrasikan diri untuk menangani perkembangan dan pengembangan perguruan
tinggi di Muhammadiyah. Untuk itu, sejak pasca Muktamar Muhammadiyah ke-41 majelis
Pendidikan, Pengajaran dan Kebudayaan dipecah menjadi dua Majelis, yaitu Majelis
Pendidikan Dasar dan Menengah (Dikdasmen) dan Majelis Pendidikan Tinggi Penelitian dan
Pengembangan (Diktilitbang).

Dengan terbentuknya Majelis ini, pengembangan Perguruan Tinggi Muhammadiyah


(PTM) dapat dikendalikan dan diseimbangakan antara kualitas dan kuantitasnya. Disamping
itu, persoalan-persoalan pelik yang muncul di berbagai PTM dapat diselesaikan dengan lebih
baik.

Secara umum program pokok Majelis Diktilitbang, meliputi:

1) Pengembangan PTM, yang mencakup: peningkatan kualitas pendidikan PTM,


pengembangan jaringan kerja sama internal dan eksternal, pebnanganan masalah-
masalah kemahasiswaan, pengembangan organisasi dan kelembagaan, serta
penyusunan dan penyempurnaan Qaidah PTM.

18
2) Penelitian dan pengembangan, mencakup program penelitian dan pengembangan
PTM, dan penelitian pengembangan Muhammadiyah.

Dari program pokok di atas kemudian di jabarkan ke dalam empat bidang, yaitu:

1) Bidang peningkatan kualitas PTM:


 Supervisi PTM yang diselenggarakan sekaligus dengan Temu Tegional PTM
 Mengintensifkan kenjungan ke PTM kecil sebagai supporting bagi peningkatan
kualitas pengelolaan PTM
 Workshop pengembangan kurikulum PTM\
 Workshop persiapan akreditasi PTM
 Pelatihan manajemen PTM
 Pelatihan metodologi penelitian tingkat lanjut
 Kompetisi penelitian dosen PTM dengan sistem Hibah Kompetisi
 Mengaktifkan Pusat Pengembangan (Pusbang) PTM
2) Bidang Penelitian dan Pengembangan:
 Pengembangan data base dan pusat informasi Persyarikatan
 Pengembangan kerja sama lembaga penelitian di lingkungan Persyarikatan
 Peningkatan kualitas penelitian di PTM
3) Bidang kerja sama dan kemahasiswaan:
 Kerja sama dengan badan pendidikan Muhammadiyah (baik majelis maupun
ortom) dalam pengembangan kurikulum
 Kerja sama dengan pihak luar dalam peningkatan kualitas pendidikan dan
penelitian
Kerja sama antar PTM dalam peningkatan kualitas SDM dan fasilitas
pendidikan
 Jaringan internet antar PTM
 Mengupayakan beasiswa bagi AMM dan kader Persyarikatan dalam PTM
 LKTI mahasiswa PTM
 Temu olahraga dan seni mahasiswa PTM
4) Bidang organisasi dan kelembagaan:
 Konsolidasi organisasi
 Rapat Kerja Majelis Dktilitbang
 Rapat Rutin Majelis

19
 Forum rektor PTM Pembina
 Pertemuan Regional PTM
 Rakernas Bidang Pendidikan Muhammadiyah
 Penyempurnaan Qaidah PTM

Dibawah koordinasi Majelis Diktilitbang PT Muhammadiyah pertumbuhan PTM


sangat pesat, bahkan melampaui target. Ketika awal dibentuknya Majelis Diktilitbang, tahun
1985, jumlah PTM se-Indonesia sebanyak 75 buah, dan pada tahun 2005 berkembang menjadi
166 buah, terdiri atas Universitas (36 buah), Sekolah Tinggi (73 buah), Akademi (74 buah)
dan Politeknik (4 buah).

d) Majelis Pendidikan Dasar dan Mengah

Majelis ini lahir sejak masa K.H. Ahmad Dahlan, semula bernama urusan sekolahan
“Qismu Arqo”, yang kemudian menjadi Madrasah Mu’allimin dan Mualimat
Muhammadiyah. Selanjutnya, berkembang kepengurusannya sampai dengan perguruan
tinggi. Nama majelis ini dari waktui ke waktu berubah-ubah antar lain: Majelis Pendidikan,
Majelis Pendidikan dan Pengajaran, kemudian Majelis Pendidikan dan Kebudayaan, dan
mulai tahu 1985 majelis ini dipecah menjadi Majelis Pendidikan Dasar dan Menengah
(Dikdasmen) dan Majelis Pendidikan Tinggi (Dikti).

Majelis ini memikirkan kemajuan sarana dan prasarana pendidikan, administrasi,


pergedungan, manajemen, kurikulum dan silabusnya. Majelis ini memikirkan generasi kader
yang ‘alim dan intelek serta intelek yang ‘alim, kader pemimpin bangsa yang handal, cakap,
penuh iman dan taqwa, bertanggung jawab, berguna bagi agama, nusa dan bangsa.
Visi:

Tertatanya manajemen dan jaringan pendidikan yang efektif sebagai gerakan Islam
yang maju, profesional dan modern serta untuk meletakkan landasan yang kokoh bagi
peningkatan kualitas pendidikan Muhammadiyah.

Misi:
1) Menegakkan keyakinan Tauhid yang murni
2) Menyebarluaskan ajaran Islam yang bersumber kepada Al-Qur’an dan As-Sunnah;
3) Mewujudkan amal Islami dalam kehidupan pribadi, keluarga dan masyarakat,
4) Menjadikan lembaga pendidikan Muhammadiyah sebagai pusat pendidikan, dakwah
dan pengkaderan.

20
Sebagai pelaksanaan dari garis besar program bidang pendidikan, maka bersama-sama
dengan Majelis Pendidikan. Adapun tugas dan fungsi Majelis Pendidikan Dasar dan
Menengah adalah:

1) Menanamkan kesadaran akan pentingnya bidang pendidikan dan pengajaran serta


kebudayaan sebagai rangkaian usaha untuk mencapai tujuan Persyarikatan serta
menggerakkan kegiatan anggota-anggota untuk beramal di bidang itu.
2) Memimpin dan membantu usaha cabang-cabang dalam usahanya di bidang pendidikan
dan pengajaran serta kebudayaan.
3) Membantu dan mengkoordinasi kegiatan anggota dan masyarakat serta organisasi
islam yang bergerak dibidang pendidikan dan pengajaran serta kebudayaan sesuai
dengan maksud dan tujuan Persyarikatan.
4) Mengusahakan bantuan dan fasilitas dari pemerintah dan badan-badan lain yang halal
dan baik.
5) Mengadakan pendidikan untuk: membentuk tenaga pendidikan dan pengajaran yang
berjiwa Muhammadiyah, mempertebal keyakinan agama dan kesadaran
kemuhammadiyahan kepada tenaga pendidik dan pengajar.
6) Mengusahakan alat kelengkapan pengajar dan pendidikan serta alat-alat administrasi
sekolah dan madrasah.
7) Membuka dan menyelenggarakan sekolah/madrasah asrama dan sebagainya di tempat
yang penting (strategis), di mana cabang-cabang yang bersangkutan tidak atau belum
mungkin menyelenggarakan sendiri
8) Mengurus dan menyelenggarakan sekolah-sekolah percontohan atau teladan.
9) Menyelanggarakan dan memimpin musyawarah kerja Majelis Pendidikan Dasar dan
Menengah sesuai dengan qoidah-qoidah yang ada.

e) Majelis Kesehatan dan Kesejahteraan masyarakat (MKKN)

Majelis ini bergerak oleh K.H. Ahmad Dahlan dan dibantu oleh murid-muridnya atas
kesadaran mengamalkan surat al-ma’un. K.H. Ahamad Dahlan berulang kali mengajarkan
ayat dan surat itu, tetapi pengamalannya tidak ada, meskipun santrinya telah hafal. K.H.
Ahmad Dahlan mendorong mencari anak fakir miskin, menyantuni dan menghimpun,
memberikan sandang pangan, mendidik mereka shalat dan memberikan kerja-kerja yang
positif. Ide ini diteruskan, oleh KH Sudja’, murid setia K.H. Ahmad Dahlan, yang akhirnya
berkembang memiliki banyak rumah yatim, rumah miskin, panti asuhan, rumah sakit, dan
Balai Kesehatan Ibu dan Anak (BKIA). Disamping itu banyak gerakan kemanusiaan serta

21
sosial yang semuanya telah merakyat dalam kehidupan masyarakat, di mana ada
Muhammadiyah di situ ada gerakan-gerakan kemanusiaan dan kesosialan.

Muktamar Muhammadiyah di Yogyakarta dan di Aceh (ke-42 dan 43) mengubah


Majelis PKU menjadi Majelis Kesehatan dan Pembinaan Kesejahteraan Sosial, dan
selanjutnya diubah kembali menjadi Majelis Kesehatan dan Kesejahteraan Masyarakat
(MKKM).

Adapun tugas pokok MKKM adalah:

1) Menanamkan kesadaran akan kewajiban hidup tolong-menolong dalam kebaikan dan


ketaqwaan serta menggerakkan kegiatan anggota-anggota untuk beramal dalam bidang
tolong-menolong sebagai rangkaian usaha untuk mencapai tujuan Persyarikatan.
2) Memimpin dan membantu cabang dalam usaha di bidang itu.
3) Membantu dan mengkoordinir kegiatan anggota dan masyarakat serta organisasi Islam
yang bergerak dalam bidang tersebut sejalan dengan tujuan Persyarikatan.
4) Mengusahakan bantuan dan fasilitas kepada pemerintah dan badan lainnya.
5) Menyelenggarakan pendidikan untuk:
 Membentuk tenaga dan petugas pertolongan yang berjiwa Islam dan sadar
terhadap Muhammadiyah.
 Mempertebal rasa keagamaan dan kesadaran akan ke-Muhammadiyahan
kepada para petugas sosial kemanusiaan.
 Mempertinggi mutu dan kecerdasan para petugas tenaga pertolongan.
Menyelenggarakan usaha-usaha pertolongan sebagai percontohan masyarakat.
Menyelenggarakan dan memimpin musyawarah kerja Majelis.

f) Majelis Ekonomi dan Kewirausahaan

Majelis Ekonomi dibentuk dalam rangka memajukan perekonomian warga dan


anggota Muhammadiyah sesuai yang tercantum dalam Anggaran Dasar Muhammadiyah Bab
II Pasal 3 ayat (8) yang berbunyi “Membimbing masyarakat ke arah perbaikan kehidupan dan
mengembangkan ekonomi sesuai dengan ajaran Islam”.

Dengan mewujudkan “Sistem jami’ah” (jaringan ekonomi Muhammadiyah) sebagai


revitalisasi gerakan dakwah secara menyeluruh, maka Muhammadiyah terus membantu
infrastruktur pendukung Jami’ah dalam berbagai bentuk.

Visi:

22
Terciptanya kehidupan sosial ekonomi umat yang berkualitas sebagai benteng atas
problem kemiskinan, keterbelakangan dan kebodohan pada masyarakat bawah.

Misi:

1) Mengupayakan pembangunan ekonomi rakyat Indonesia khususnya keluarga besar


Muhammadiyah;
2) Mengurangi problem kemiskinan, keterbelakangan dan kebodohan pada masyarakat
melalui peningkatankehidupan sosial ekonomi ummat yang berkualitas;
3) Menjadi pelopor, motivator dan atau katalisator pembaharuan/perubahan
pembangunan ekonomi rakyat Indonesia berdasarkan nilai-nilai Islam.

Adapun tugas dan fungsi Majelis Ekonomi adalah:

1) Merumuskan dasar tujuan dan sitem ekonomi Islam.


2) Menggiatkan kegiatan anggota-anggota Muhammadiyah dalam bidang perekonomian
anggota Muhammadiyah yang berdiri di luar ikatan Persyarikatan.
3) Mendorong terbentuknya wadah atau organisasi perekonomian Islam di luar
Persyarikatan.
4) Memberikan bantuan dan bimbingan kepada organisasi tersebut dan menjalin
hubungan kerja sama dengan muhammadiyah.
5) Mengusahakan bantuan dan fasilitas kepada pemerintah dan badan-badan lain yang
berhubungan dengan bidang ekonomi.

g) Majelis Wakaf dan ZIS

Muhammadiyah memiliki Majelis wakaf dan kehartabendaan dimaksudkan agar


barang wakaf dari perwakaf tetap lestari, abadi, mendatangkan kemanfaatan bagi agama, nusa
dan bangsa. Dan orang yang wakaf tetap mendapat amal jariah. Persyarikatan
Muhammadiyah sebagai pengemban amanat, menjag, memelihara dan melestarikan
kebaikannya.

K.H. Ahmad Dahlan telah mempelopori wakaf dengan memberikan tanah untuk
mushola dan madrasah. Pada periode kepemimpinan K.H.AR Fachruddin, majelis ini
diusahan badan hukum pada pemerintah dengan SK. Menteri Dalam Negeri RI No: SK
14/DDA/1972 tanggal 10 Februari 1972 yang menegaskan bahwa “Persyarikatan
Muhammadiyah sebagai badan hukum dapat mempunyai tanah dan hak milik”.

Adapun tugas dan fungsi Majelis Wakaf dapat diterangkan sebagai berikut:

23
1) Menggiatkan anggota untuk giat berwakaf.
2) Memberi bimbingan kepada cabang-cabang tentang cara mengurus dan memelihara
serta memanfaatkan barang wakaf dan hak milik Persyarikatan.
3) Mengurus barang wakaf yang langsung dikuasai oleh pimpinan Persyarikatan serta
hak milik Persyarikatan.
4) Memecahkan kesulitan dan persoalan barang wakaf yang dikuasai oleh Persyarikatan.
Menyelenggarakan musyawarah kerja dan memberikan bimbingan praktis bidang
wakaf dan harta pusaka.

h) Majelis Pendidikan Kader

Majelis Pendidikan Kader merupakan kesinambungan dari Badan Pendidikan Kader


(1990) dan Majelis Pengembangan Kader dan Sumberdaya Insani (2000).
Visi Majelis Pendidikan Kader adalah: Tertatanya manajemen Majelis dan jaringan agar
mampu dan efektif untuk menjadi badan pembantu pimpinan yang maju, profesional, dan
modern, serta untuk meletakkan landasan yang kokoh bagi peningkatan kualitas Majelis dan
program perkaderan.

Rencana strategis bidang Kaderisasi adalah membangun kekuatan dan kualitas pelaku
gerakan serta peran dan ideologi gerakan Muhammadiyah dengan mengoptimalkan sistem
kaderisasi yang menyeluruh dan berorientasi ke masa depan.
Adapun fungsi dan tugas Majelis Pendidikan Kader sebagai berikut:

1) Menyusun konsep perkaderan dan mengoperasionalisasikannya secara simultan


(menyeluruh) dan terpadu di lingkungan pendidikan, keluarga, dan organisasi otonom
Muhammadiyah dalam satu kesatuan Sistem Perkaderan Muhammadiyah yang
mampu menghasilkan sumber daya kader yang berkualitas guna menyongsong
perubahan-perubahan baru dalam kehidupan umat dan bangsa yang melibatkan kerja
sama, terutama antara Badan Pendidikan Kader, Majelis Pendidikan, Aisyiyah, dan
Organisasi Otonom (ortom) Muhammadiyah.
2) Memprioritaskan pengembangan studi lanjut dalam mengembangkan kualitas sumber
daya kader Muhammadiyah yang pelaksanaannya dilakukan secara bertahap dan
terlembaga.
3) Menyelenggarakan Darul Arqam, Baitul Arqam, Up Grading, Refreshing, Job-
Training, PUTM (Pendidikan Ulama Tarjih Muhammadiyah), pengajian Mubaligh,
pengajian Ramadhan dan kegiatan-kegiatan perkaderan lainnya yang dilahirkan secara

24
terpadu di seluruh lingkungan Persyarikatan termasuk Amal Usaha sesuai dengan
kepentingan dan sasaran yang dikehendaki.
4) Mengintensifkan dan memprioritaskan penempatan kader dan proses seleksi yang
mempertimbangkan aspek kekaderan, komitmen, dan pengalaman aktivitas
bermuhammadiyah yang dipadukan dengan kemampuan-kemampuan objektif dalam
penempatan personil, pengelola, dan pimpinan di lingkungan kepemimpinan
Persyarikatan, Majelis, Badan, Lembaga, Organisasi Otonom, dan Amal Usaha
Muhammadiyah dengan kepentingan kelangsungan misi Persyarikatan.
5) Mengintensifkan pendataan kader dan aspek-aspek yang terkait lainnya guna
kepentingan pengembangaan kader Muhammadiyah di berbagai struktur di lingkungan
Persyarikatan
6) Menerbitkan publikasi dan pedoman-pedoman yang berkaitan dengan kepentingan
pengembangan kader Muhammadiyah dalam berbagai aspek
7) Mengembangkan kerja sama penyelenggaraan pendidikan khusus, seperti pendidikan
non-formal untuk pengembangan SDM Persyarikatan
8) Menyelenggarakan forum Ideopolitor (Ideologi, Organisasi, Politik, dan Organisasi)
sebagai program refresing (penyegaran) khusus anggota Pimpinan Persyarikatan di
berbagai tingkat struktur yang mengembangkan metode dialogis.
9) Mengoptimalkan dukungan fasilitas, sarana, prasarana, dan dana untuk pengembangan
kualitas kader dan sumberdaya manusia di lingkungan Muhammadiyah.
10) Mengintensifkan pembinaan siswa di Madrasah Mu’allimin, Mu’allimat, pondok
pesantren, dan sekolah-sekolah/madrasah-madrasah khusus Muhammadiyah sebagai
wahana khusus pembentukan kader Persyarikatan
11) Mengembangkan pembinaan kader melalui Hizbul Wathan Muhammadiyah yang
disusun secara sistematik dan terprogram
12) Mengembangkan pusat studi, pendidikan dan pelatihan Muhammadiyah yang
dilaksanakan secara sistematik.
13)

i) Majelis Pemberdayaan Masyarakat (MPM)

Majelis ini merupakan majelis yang dibentuk setelah Muktamar Muhammadiyah ke-
45, 2005 di Malang, sehingga merupakan majelis baru. Namun bukan baru sama sekali,
karena ia merupakan kelanjutan dari Lembaga Buruh, Tani dan Nelayan (BTN) pada periode
sebelumnya.

25
Majelis ini mencanangkan misinya sebagai berikut: “Tertatanya kapasitas organisasi
dan jaringan aktivitas pemberdayaan masyarakat yang mampu meletakkan landasan yang
kokoh bagi perintisan dan pengembangan kegiatan pemberdayaan serta mendorong proses
transformasi social dalam masyarakat”.

Sedangkan misi pengembangan untuk jangka tahun 2005-2010 adalah:

1) Menegakkan keyakinan tauhid social sebagai spirit aktivitas-aktivitas pemberdayaan


masyarakat.
2) Mewujudkan proses transformasi social yang mencakup perubahan kehidupan pribadi,
keluarga, dan masyarakat yang lebih luas.

Sebagai kesinambungan dari Lembaga Buruh, Tani, dan Nelayan, MPM melaksanakan
kegiatan-kegiatan antara lain:

1) Pengembangan media komunitas, pusat dokumentasi dan data base mengenai


keseluruhan aktivitas yang berkaitan dengan upaya-upaya pemberdayaan BTN.
2) Pembentukan Qoryah Thayyibah di sejumlah wilayah pendampingan sebagai wadah
yang memfasilitasi upaya-upaya pemberdayaan dan pendampingan lingkungan BTN
(Buruh, Tani dan Nelayan), terutama di basis-basis Muhammadiyah.
3) Pembentukan lembaga advokasi dalam melindungi dan membela hah-hak masyarakat
dampingan.
4) Pelatihan untuk Muhammadiyah Community Organizer sebagai konsultan umat di
sejumlah Qoryah Thayyibah.
5) Diskusi, seminar dan sarasehan sebagai upaya menemukan kerangka teoritis untuk
menjamin keberhasilan pemberdayaan.
6) Sosialisasi pemberdayaan kaum rentan, terutama yang berada dalam strata social up
dan niddle class.
7) Diskusi rutin dan lingkaran kajian demokratisasi akar rumput.

26
BAB III
ANALISIS

3.1 Sistem Gerakan Organisasi Muhammadiyah

Muhammadiyah dikenal sebagai Gerakan Dakwah Islam, Amar Ma’ruf Nahi Munkar
(memerintahkan kebajikan/kebaikan dan mencegah kemungkaran atau apa saja yang diingkari
dan ditolak oleh islam). Penegasan seperti ini jelas menggambarkan komitmen
Muhammadiyah terhadap Surat Al-Imran ayat 104, suatu ayat yang menjadi faktor utama
yang melatar belakangi berdirinya perjuangan Muhammadiyah. Berdasarkan ayat tersebut
Muhammadiyah meletakkan khittah atau strategi dasar perjuangannya, yaitu Dakwah
(menyeru, mengajak) Islam Amar Ma’ruf Nahi Munkar dengan masyarakat sebagai
medan/kancah perjuangannya.
Sebagai gerakan dakwah, Muhammadiyah mengajak umat manusia untuk memeluk
agama Islam (da’wah ila al-Khair), menyuruh pada yang ma’ruf (al-amr bi al-ma’ruf), dan
mencegah dari yang munkar (al-nahy ‘an al-munkar) {QS. Ali Imran/3: 104}, sehingga hidup
manusia selamat, bahagia, dan sejahtera di dunia dan akhirat. Karena itu seluruh warga,
pimpinan, hingga berbagai komponen yang terdapat dalam Muhammadiyah, termasuk amal
usaha dan orang-orang yang berada di dalamnya, haruslah memahami Muhammadiyah serta
mengaktualisasikannya dalam kehidupan nyata.
Muhammadiyah berkiprah ditengah-tengah masyarakat bangsa Indonesia dengan
membangun berbagai amal usaha yang benar-benar dapat menyentuh hajat orang banyak
semacam berbagai ragam lembaga pendidikan dari sejak Taman Kanak-kanak, hingga
Perguruan Tinggi, membangun sekian banyak Rumah Sakit, Panti Asuhan, dan sebagainya.
Seluruh amal usaha diadakan dengan niat dan tujuan 53 yang tunggal, yaitu dijadikan sarana
dan wahana dakwah islam sebagaimana yang diajrkan oleh Al-Quran dan As-sunnah
Shahihah.
27
Selain terkena hukum pergerakan, Muhammadiyah dalam gerakannya terkait dengan
Islam. Bergerak bukan asal bergerak, harus dilandasi, dibingkai, dan diarahkan dengan Islam.
Islam bukan sebagai asas formal (teks), tetapi menjiwai, melandasi, mendasari,
mengkerangkai, memengaruhi, menggerakan dan menjadi pusat orientasi dan tujuan. Para
pendahulu Muhammadiyah memaknainya dengan kaidah fiqhiyah “ma layatim al-wajib Illa
bihi da huma wajib”. Artinya organisasi itu menjadi wajib adanya karena keniscayaan dakwah
memerlukan alat organisasi tersebut.
KH. Ahmad Dahlan dalam dakwah nya pada saat itu melihat bahwa pelaksanaan
ajaran oleh sebagian  umat Islam sendiri ada penyimpangan dari Al Qur’an dan Sunnah Nabi
Muhammad SAW. Muhammadiyah, yang dilahirkan dari rahim pembaharuan Islam di
lingkungan Jawa memiliki komitmen untuk memurnikan ajaran Islam yang kala itu,
khususnya di Jawa, banyak bercampur dengan perkara-perkara semacam Tahayul, Bid’ah dan
Churofat dalam kehidupan beragama umat Islam Indonesia sehari-hari.

a) Tahayul (T) adalah kepercayaan terhadap perkara ghaib, yang kepercayaan itu hanya
didasarkan pada kecerdikan akal, bukan didasarkan pada sumber Islam, baik al-Qur’an
maupun al-hadis. Contohnya percaya kepada benda-benda seperti keris, tombak, jimat
dan lain-lain mempunyai tuah (manfaat) untuk sesuatu.
b) Bid’ah menurut bahasa ialah segala macam apa saja yang baru, atau mengadakan
sesuatu yang tidak berdasarkan contoh yang sudah ada. Sedangkan arti bid’ah secara
istilah adalah mengada-adakan sesuatu dalam agama Islam yang tidak dijumpai
keteranganya dalam al-Qur’an dan al-Sunnah.
c) Churafat adalah suatu kepercayaan, keyakinan, pandangan dan ajaran yang
sesungguhnya tidak memiliki dasar dari agama tetapi diyakini bahwa hal tersebut
berasal dan memiliki dasar dari agama. Dengan demikian, bagi umat Islam, ajaran atau
pandangan, kepercayaan dan keyakinan apa saja yang dipastikan ketidakbenaranya
atau yang jelas-jelas bertentangan dengan ajaran al-Qur’an dan Hadis nabi, dimasukan
dalam kategori khurafat. (Oleh Suyanto, S.Ag.,MPdI )

3 faktor ini telah menyebabkan kehidupan umat islam Indonesia menjadi tidak
berkembang dan tertinggal karena kebiasaan Umat Islam lebuh banyak melaksanakan
budaya – budaya yang tidak diajarkan dalam syari’at Islam dan tercemari kemurnian
tauhidnya. Oleh Karena itu dakwah Organisasi Muhammadiyah ingin menyelamatkan dan
menjaga ketauhidan Umat Islam di Indonesia Dengan memberikan pembelajaran dan nilai
– nilai kehidupan bedasarkan Al – Qur’an dan Hadist.

28
3.2 Struktur Organisasi Muhammadiyah

Muhammadiyah adalah sebuah organisasi Islam yang besar di Indonesia. Tujuan


utama Muhammadiyah adalah mengembalikan seluruh penyimpangan yang terjadi dalam
proses dakwah. Penyimpangan ini sering menyebabkan ajaran Islam bercampur-baur dengan
kebiasaan di daerah tertentu dengan alasan adaptasi.
Muhammadiyah bukan hanya sekedar menyandang nama besar. Sebagai sebuah
organisasi masyarakat terbesar di Indonesia, Muhammadiyah secara nyata memiliki jaringan
struktural yang cukup kuat dan luas di seluruh wilayah negeri ini, yang sangat menunjang
gerak dakwah Islamiyah yang dilakukannya dan berjenjang dalam beberapa level yang
mempunyai kewenangan di wilayah kerjanya masing-masing. Jaringan Kelembagaan
Muhammadiyah, diantaranya:
a) Pimpinan Pusat (PP Muhammadiyah), adalah jenjang struktural Muhammadiyah
tertinggi. Pimpinan Pusat Muhammadiyah mempunyai fungsi koordinatif bagi seluruh
Pimpinan Muhammadiyah yang ada di Indonesia.
b) Pimpinaan Wilayah (PWM), adalah jenjang struktural Muhammadiyah setingkat
propinsi. Dalam level yang lebih tinggi dari Pimpinan Daerah Muhammadiyah,
Pimpinan Wilayah Muhammadiyah mempunyai fungsi koordinatif bagi seluruh
Pimpinan Muhammadiyah yang ada di wilayah propinsi tersebut.
c) Pimpinaan Daerah (PDM), adalah jenjang struktural Muhammadiyah setingkat
kabupaten (district). Dalam level yang lebih tinggi dari Pimpinan Cabang
Muhammadiyah mempunyai fungsi koordinatif bagi seluruh Pimpinan
Muhammadiyah yang ada di wilayah kabupaten tersebut.
d) Pimpinan Cabang (PCM),adalah jenjang struktural Muhammadiyah setingkat
kecamatan (sub-district).
e) Pimpinan Ranting (PRM), adalah jenjang struktural Muhammadiyah setingkat desa,
dan merupakan ujung tombak bagi gerakan dakwah Islamiyah yang dilaksanakan
Muhammadiyah, karena Pimpinan Ranting Muhammadiyah menjangkau dan
berinteraksi secara langsung dengan warga Muhammadiyah.
f) Jama’ah Muhammadiyah, selain jalur-jalur struktural yang dimilikinya,
Muhammadiyah juga mempunyai kelompok-kelompok yang tersebar di tengah
masyarkat dalam bentuk Jama’ah Muhammadiyah.

29
a.1 Struktur Fungsional Muhammadiyah, struktur fungsional di lingkungan
Muhammadiyah meliputi seluruh majelis/lembaga/badan/biro yang menangani program-
program tertentu di lingkungan persyarikatan Muhammadiyah.
a) Pembantu Pimpinan Persyarikatan
Untuk membantu pimpinan Persyarikatan melaksanakan program-program
persyarikatan, dibentuk satuan organisasi Pembantu Pimpinan (Majelis/Lembaga/
Badan/Biro) yang dibentuk dan bertanggungjawab kepada Pimpinan Persyarikatan masing-
masing tingkat.

b) Organisasi Ortom Muhammadiyah


Organisasi otonom Muhammadiyah yaitu organisasi-organisasi dibawah
Muhammadiyah yang mempunyai hak dan kewenangan sendiri dalam mengatur rumah
tangganya. Biasa disingkat dengan sebutan ortom, di Muhammadiyah ada 7 ortom yaitu :
a) Aisyiyah
b) Hizbul Wathan (HW)
c) Tapak Suci (TS)
d) Pemuda Muhammadiyah (PM)
e) Nasyiyatul Aisyiyah (NA)
f) Ikatan Mahasiswa Muhammadiyah (IMM)
g) Ikatan Pelajar Muhammadiyah (IPM)

Secara struktur Muhammadiyah memiliki struktur secara vertikal dan horizontal.

 Struktur vertikal adalah jaringan kelembagaan Muhammadiyah dari tingkat pusat


(nasional) hingga tingkat jamaah (anggota).
 Struktur horisontal Muhammadiyah adalah jaringan kelembagaan Muhammadiyah
dalam satu tingkat kepemimpinan yang terdiri dari pimpinan, majelis, lembaga/badan
dan organisasi otonom (ortom).

3.3 Majelis-majelis yang ada di perserikatan Muhammadiyah

Nomenklatur atau nama unsur pembantu pimpinan persyerikatan dalam muhammadiyah


periode 2005 – 2010 ditetapkan oleh keputusan Pimpinan pusat dengan SK PP
30
Muhammadiyah No.47.1/KEP/1.0/B/2005, atas amanah muktamar untuk melengkapi
kepengurusannya. Dalam surat keputusan tersebut struktur horisontal dalam kepemimpinan
Muhammadiyah berupa majelis – majelis dan lembaga lembaga. Majelis – majelis terdiri
dari : 1. Majelis Tarjih dan Tajdid, 2. Majelis Tabligh dan Dakwah Khusus, 3. Majelis
Pendidikan Tinggi Penelitian Dan Pengembangan, 4. Majelis Pendidikan Dasar dan
Menengah, 5. Majelis Kesehatan Dan Kesejahteraan masyarakat, 6. Majelis Ekonomi Dan
Kewirausahaan, 7. Majelis Wakaf dan Zakat Infaq Shadaqah (ZIS),8. Majelis Pendidikan
Kader,9. Majelis Pemberdayaan Masyarakat.

Majelis tersebut dapat dibentuk disetiap tingkat kepemimpinan mulai dari pusat hingga
cabang, sesuai kebutuhan.

a) Majelis Tarjih dan Tajdid

Majelis Tarjih adalah suatu lembaga dalam Muhammadiyah yang membidangi


masalah-masalah keagamaan, khususnya hukum bidang fiqih. Majelis ini dibentuk dan
disahkan pada kongres Muhammadiyah XVII tahun 1928 di Pekalongan. Majelis ini didirikan
pertama kali untuk menyelesaikan: persoalan-persoalan khilafiyat, yang pada waktu itu
dianggap rawan oleh Muhammadiyah. Dalam perkembangan selanjutnya majelis ini tidak
sekedar mentarjihkan masalah-masalah khilafiyat, akan tetapi mengarah pada penyelesaian
persoalan-persoalan baru atau kontemporer. Di dalam merespon problem modernitas, banyak
corak pemikiran keagamaan kontemporer yang muncul kepermukaan seoerti faham
modernisme, fundamentalisme, mahdisme, tradisionalisme, dll. Berdasarkan hal-hal tersebut
maka pada Muktamar Muhammadiyah ke-43 yang dilangsungkan pada tanggal 8-12 Shafar
1416 H bertepatan tanggal 6-10 Juli 1995 M di Banda Aceh, nama majelis ini berubah
menjadi Majelis Tarjih dan Pengembangan Pemikiran Islam, dan perkembangan berikutnya
pada Muktamar Muhammadiyah ke 45, 2005 di Malang diubah menjadi Majelis Tarjih dan
Tajdid.

Visi:

Tertatanya manajemen dan jaringan guna meningkatkan efektifitas kinerja Majelis


menuju gerakan tarjih dan tajdid yang lebih maju, profesional, modern, dan otoritatif sebagai
landasan yang kokoh bagi peningkatan kualitas Persyarikatan dan amal usaha.

Misi:

31
1) Mewujudkan landasan kerja Majelis yang mampu memberikan ruang gerak yang
dinamis dan berwawasan ke depan
2) Revitalisasi peran dan fungsi seluruh sumber daya majelis
3) Mendorong lahirnya ulama tarjih yang terorganisasi dalam sebuah institusi yang lebih
memadai
4) Membangun model jaringan kemitraan yang mendukung terwujudnya gerakan tarjih
dan tajdid yang lebih maju, profesional, modern, dan otoritatif
5) Menyelenggarakan kajian terhadap norma-norma Islam guna mendapatkan
kemurniannya, dan menemukan substansinya agar didapatkan pemahaman baru sesuai
dengan dinamika perkembangan zaman
6) Menggali dan mengembangkan nilai-nilai Islam, serta menyebarluaskannya melalui
berbagai sarana publikasi.

Majelis Tarjih dan Tajdid memiliki rencana strategis untuk: Menghidupkan trjih,
tajdid, dan pemikiran Islam dalam Muhammadiyah sebagai gerakan pembaharuan yang kritis-
dinamis dalam kehidupan masyarakat dan proaktif dalam menjalankan problem dan tantangan
perkembangan sosial budaya dan kehidupan pada umumnya sehinggan Islam selalu menjadi
sumber pemikiran, moral, dan praksis sosial di tengah kehidupan masyarakat, bangsa dan
negara yang sangat kompleks.

b) Majelis Tabligh dan Dakwah Khusus

K.H.Ahmad Dahlan tampil kemuka sebagai mujadid dan mujahid besar islam, beliau
ingin mengembalikan umat Islam kepada kemurnian cita ajaran islam yang bersumber kepada
Al-Qur’an dan Al-Hadist. Jiwa dan semangat K.H.Ahmad Dahlan itu dijabarkan dan
dirancangkan oleh lembaga yang bernama Majelis Tabligh atau Majelis Dakwah, pada waktu
Muktamar ke-38 di Ujung Pandang tahun 1971 ditetapkan program umum sebagai berikut
“Mewujudkan Muhammadiyah sebagai gerakan dakwah Islam, amar ma’ruf nahi munkar,
yang berkesanggupan menyampaikan ajaran Islam yang bersumber kepada Al-Qur’an dan
Sunnah Rasul SAW, kepada segala golongan dan lapisan masyarakat dalam seluruh aspek
kehidupannya, sebagai kebenaran dan hal yang diperlukan”.
Majelis Tabligh ini oleh K.H.Ahmad Dahlan dan pimpinan-pimpinan sesudahnya dibentuk
dan diadakan terus-menerus sampai dewasa ini . Majelis ini diadakan dan digerakkan dengan
berpedoman pada firman Allah Surat Al-Imran ayat 102, 103, dan 104.
Sesuai SK PP. Muhammadiyah tentang Qaidah Majelis Tabligh Bab I Pasal 2 bahwa Majelis
Tabligh mempunyai tugas pokok memimpin dan melakukan program yang jelas meliputi

32
seluruh aspek kegiatan dakwah yang tidak termasuk dalam bidang tugas Majelis lainnya.
Pasal 3: untuk menyelenggarakan tugas pokok tersebut pada pasal 2,

Majlis tablig mempunyai fungsi:

1) Memerikan pertimbangan kepada pimpinan persyarikatan untuk digunakan sebagai


badan dalam menyusun kebijaksanaan persyarikatan dalam bidang tabligh.
2) Pembinaan dan peningkatan kemampuan serta pengkoordinasi kegiatan dan gerak
mubaligh dalam menyiarkan ajaran islam kepada anggota, umat dan korp mubaligh
Muhammadiyah di tingkat Pusat , Wilayah, Daerah, dan Cabang.
3) Penggerakan pengajian dan pengembangan pengamalan ajaran islam, serta
menggembirakan kegiatan ibadah anggota persyarikatan dan masyarakat dalam
kelompok jamaah, sehingga memiliki kemampuan penyelesaian persoalan hidupnya
sebagai orang Islam dalam kehidupan masyarakat, bangsa yang selalu berubah dan
berkembang, guna meningkatkan mutu kehidupannya sepanjang ajaran islam.
4) Penggerak dan pembimbing penyelenggaraan, pemeliharaan dan pengelolaan wakaf,
masjid, mushola, langgar, dan surau serta sejenisnya sebagai ibadah dan sarana
peningkatan mutu kehidupan anggota dan masyarakat sepanjang ajaran islam dalam
kerangka kehidupan berbangsa.
5) Pengerak dan pembimbing pelaksanaan serta pengembangan kegiatan pengajian
pimpinan dan anggota serta khotbah-khotbah dengan memanfaatkan jasa iptek.
6) Penyelenggaraan pendidikan dan kaderisasi mubaligh dan khatib sehingga memiliki
kemampuan profesional serta kemandirian dalam menjalankan tugasnya dalam
kehidupan masyarakat dan bangsa yang selalu berubah dan berkembang.
7) Penyelenggaraan penelitian dakwah dan perikehidupan anggota umat dan masyarakat.

c) Majelis Pendidikan Tinggi dan Pengembangan

Majelis ini merupakan pecahan dari majelis pendidikan, pengajaran, dan kebudayaan
yang semula membawahi seluruh amal usaha muhammadiyah bidang pendidikan sejak
pendidikan dasar, menegah hingga perguruan tinggi. Mulai tahun 1985 setelah Muktamar ke-
41 di Surakarta, didirikanlah Majelis Diktilitbang, dengan ketua pertamanya Drs. H.
Muhammad Djazman al-Kindi, MBA. Majelis ini mengemban dua tugas sekaligus, yaitu
mengembangkan kualitas dan kuantitas Perguruan Tinggi Muhammadiyah, dan
menyelenggarakan aktivitas penelitian dalam konteks pengembangan Persyarikatan.

33
Dengan demikian pesatnya perkembangan amal usaha pendidikan, khususnya
pendidikan tinggi di lingkungan Muhammadiyah, diperlukan majelis khusus yang
mengkonsentrasikan diri untuk menangani perkembangan dan pengembangan perguruan
tinggi di Muhammadiyah. Untuk itu, sejak pasca Muktamar Muhammadiyah ke-41 majelis
Pendidikan, Pengajaran dan Kebudayaan dipecah menjadi dua Majelis, yaitu Majelis
Pendidikan Dasar dan Menengah (Dikdasmen) dan Majelis Pendidikan Tinggi Penelitian dan
Pengembangan (Diktilitbang).

Dengan terbentuknya Majelis ini, pengembangan Perguruan Tinggi Muhammadiyah


(PTM) dapat dikendalikan dan diseimbangakan antara kualitas dan kuantitasnya. Disamping
itu, persoalan-persoalan pelik yang muncul di berbagai PTM dapat diselesaikan dengan lebih
baik.

Secara umum program pokok Majelis Diktilitbang, meliputi:

1) Pengembangan PTM, yang mencakup: peningkatan kualitas pendidikan PTM,


pengembangan jaringan kerja sama internal dan eksternal, pebnanganan masalah-
masalah kemahasiswaan, pengembangan organisasi dan kelembagaan, serta
penyusunan dan penyempurnaan Qaidah PTM.
2) Penelitian dan pengembangan, mencakup program penelitian dan pengembangan
PTM, dan penelitian pengembangan Muhammadiyah.

Dari program pokok di atas kemudian di jabarkan ke dalam empat bidang, yaitu:

1) Bidang peningkatan kualitas PTM:

 Supervisi PTM yang diselenggarakan sekaligus dengan Temu Tegional PTM


 Mengintensifkan kenjungan ke PTM kecil sebagai supporting bagi peningkatan
kualitas pengelolaan PTM
 Workshop pengembangan kurikulum PTM\
 Workshop persiapan akreditasi PTM
 Pelatihan manajemen PTM
 Pelatihan metodologi penelitian tingkat lanjut
 Kompetisi penelitian dosen PTM dengan sistem Hibah Kompetisi
 Mengaktifkan Pusat Pengembangan (Pusbang) PTM

2) Bidang Penelitian dan Pengembangan:

 Pengembangan data base dan pusat informasi Persyarikatan


34
 Pengembangan kerja sama lembaga penelitian di lingkungan Persyarikatan
 Peningkatan kualitas penelitian di PTM

3) Bidang kerja sama dan kemahasiswaan:

 Kerja sama dengan badan pendidikan Muhammadiyah (baik majelis maupun


ortom) dalam pengembangan kurikulum
 Kerja sama dengan pihak luar dalam peningkatan kualitas pendidikan dan
penelitian
Kerja sama antar PTM dalam peningkatan kualitas SDM dan fasilitas
pendidikan
 Jaringan internet antar PTM
 Mengupayakan beasiswa bagi AMM dan kader Persyarikatan dalam PTM
 LKTI mahasiswa PTM
 Temu olahraga dan seni mahasiswa PTM

4) Bidang organisasi dan kelembagaan:

 Konsolidasi organisasi
 Rapat Kerja Majelis Dktilitbang
 Rapat Rutin Majelis
 Forum rektor PTM Pembina
 Pertemuan Regional PTM
 Rakernas Bidang Pendidikan Muhammadiyah
 Penyempurnaan Qaidah PTM

Dibawah koordinasi Majelis Diktilitbang PT Muhammadiyah pertumbuhan PTM


sangat pesat, bahkan melampaui target. Ketika awal dibentuknya Majelis Diktilitbang, tahun
1985, jumlah PTM se-Indonesia sebanyak 75 buah, dan pada tahun 2005 berkembang menjadi
166 buah, terdiri atas Universitas (36 buah), Sekolah Tinggi (73 buah), Akademi (74 buah)
dan Politeknik (4 buah).

d) Majelis Pendidikan Dasar dan Mengah

Majelis ini lahir sejak masa K.H. Ahmad Dahlan, semula bernama urusan sekolahan
“Qismu Arqo”, yang kemudian menjadi Madrasah Mu’allimin dan Mualimat
Muhammadiyah. Selanjutnya, berkembang kepengurusannya sampai dengan perguruan
tinggi. Nama majelis ini dari waktui ke waktu berubah-ubah antar lain: Majelis Pendidikan,
35
Majelis Pendidikan dan Pengajaran, kemudian Majelis Pendidikan dan Kebudayaan, dan
mulai tahu 1985 majelis ini dipecah menjadi Majelis Pendidikan Dasar dan Menengah
(Dikdasmen) dan Majelis Pendidikan Tinggi (Dikti).

Majelis ini memikirkan kemajuan sarana dan prasarana pendidikan, administrasi,


pergedungan, manajemen, kurikulum dan silabusnya. Majelis ini memikirkan generasi kader
yang ‘alim dan intelek serta intelek yang ‘alim, kader pemimpin bangsa yang handal, cakap,
penuh iman dan taqwa, bertanggung jawab, berguna bagi agama, nusa dan bangsa.
Visi:

Tertatanya manajemen dan jaringan pendidikan yang efektif sebagai gerakan Islam
yang maju, profesional dan modern serta untuk meletakkan landasan yang kokoh bagi
peningkatan kualitas pendidikan Muhammadiyah.

Misi:
1) Menegakkan keyakinan Tauhid yang murni
2) Menyebarluaskan ajaran Islam yang bersumber kepada Al-Qur’an dan As-Sunnah;
3) Mewujudkan amal Islami dalam kehidupan pribadi, keluarga dan masyarakat,
4) Menjadikan lembaga pendidikan Muhammadiyah sebagai pusat pendidikan, dakwah
dan pengkaderan.

Sebagai pelaksanaan dari garis besar program bidang pendidikan, maka bersama-sama
dengan Majelis Pendidikan. Adapun tugas dan fungsi Majelis Pendidikan Dasar dan
Menengah adalah:

1) Menanamkan kesadaran akan pentingnya bidang pendidikan dan pengajaran serta


kebudayaan sebagai rangkaian usaha untuk mencapai tujuan Persyarikatan serta
menggerakkan kegiatan anggota-anggota untuk beramal di bidang itu.
2) Memimpin dan membantu usaha cabang-cabang dalam usahanya di bidang pendidikan
dan pengajaran serta kebudayaan.
3) Membantu dan mengkoordinasi kegiatan anggota dan masyarakat serta organisasi
islam yang bergerak dibidang pendidikan dan pengajaran serta kebudayaan sesuai
dengan maksud dan tujuan Persyarikatan.
4) Mengusahakan bantuan dan fasilitas dari pemerintah dan badan-badan lain yang halal
dan baik.

36
5) Mengadakan pendidikan untuk: membentuk tenaga pendidikan dan pengajaran yang
berjiwa Muhammadiyah, mempertebal keyakinan agama dan kesadaran
kemuhammadiyahan kepada tenaga pendidik dan pengajar.
6) Mengusahakan alat kelengkapan pengajar dan pendidikan serta alat-alat administrasi
sekolah dan madrasah.
7) Membuka dan menyelenggarakan sekolah/madrasah asrama dan sebagainya di tempat
yang penting (strategis), di mana cabang-cabang yang bersangkutan tidak atau belum
mungkin menyelenggarakan sendiri
8) Mengurus dan menyelenggarakan sekolah-sekolah percontohan atau teladan.
9) Menyelanggarakan dan memimpin musyawarah kerja Majelis Pendidikan Dasar dan
Menengah sesuai dengan qoidah-qoidah yang ada.

e) Majelis Kesehatan dan Kesejahteraan masyarakat (MKKN)

Majelis ini bergerak oleh K.H. Ahmad Dahlan dan dibantu oleh murid-muridnya atas
kesadaran mengamalkan surat al-ma’un. K.H. Ahamad Dahlan berulang kali mengajarkan
ayat dan surat itu, tetapi pengamalannya tidak ada, meskipun santrinya telah hafal. K.H.
Ahmad Dahlan mendorong mencari anak fakir miskin, menyantuni dan menghimpun,
memberikan sandang pangan, mendidik mereka shalat dan memberikan kerja-kerja yang
positif. Ide ini diteruskan, oleh KH Sudja’, murid setia K.H. Ahmad Dahlan, yang akhirnya
berkembang memiliki banyak rumah yatim, rumah miskin, panti asuhan, rumah sakit, dan
Balai Kesehatan Ibu dan Anak (BKIA). Disamping itu banyak gerakan kemanusiaan serta
sosial yang semuanya telah merakyat dalam kehidupan masyarakat, di mana ada
Muhammadiyah di situ ada gerakan-gerakan kemanusiaan dan kesosialan.

Muktamar Muhammadiyah di Yogyakarta dan di Aceh (ke-42 dan 43) mengubah


Majelis PKU menjadi Majelis Kesehatan dan Pembinaan Kesejahteraan Sosial, dan
selanjutnya diubah kembali menjadi Majelis Kesehatan dan Kesejahteraan Masyarakat
(MKKM).

Adapun tugas pokok MKKM adalah:

1) Menanamkan kesadaran akan kewajiban hidup tolong-menolong dalam kebaikan dan


ketaqwaan serta menggerakkan kegiatan anggota-anggota untuk beramal dalam bidang
tolong-menolong sebagai rangkaian usaha untuk mencapai tujuan Persyarikatan.
2) Memimpin dan membantu cabang dalam usaha di bidang itu.

37
3) Membantu dan mengkoordinir kegiatan anggota dan masyarakat serta organisasi Islam
yang bergerak dalam bidang tersebut sejalan dengan tujuan Persyarikatan.
4) Mengusahakan bantuan dan fasilitas kepada pemerintah dan badan lainnya.
5) Menyelenggarakan pendidikan untuk:
 Membentuk tenaga dan petugas pertolongan yang berjiwa Islam dan sadar
terhadap Muhammadiyah.
 Mempertebal rasa keagamaan dan kesadaran akan ke-Muhammadiyahan
kepada para petugas sosial kemanusiaan.
 Mempertinggi mutu dan kecerdasan para petugas tenaga pertolongan.
Menyelenggarakan usaha-usaha pertolongan sebagai percontohan masyarakat.
Menyelenggarakan dan memimpin musyawarah kerja Majelis.

f) Majelis Ekonomi dan Kewirausahaan

Majelis Ekonomi dibentuk dalam rangka memajukan perekonomian warga dan


anggota Muhammadiyah sesuai yang tercantum dalam Anggaran Dasar Muhammadiyah Bab
II Pasal 3 ayat (8) yang berbunyi “Membimbing masyarakat ke arah perbaikan kehidupan dan
mengembangkan ekonomi sesuai dengan ajaran Islam”.

Dengan mewujudkan “Sistem jami’ah” (jaringan ekonomi Muhammadiyah) sebagai


revitalisasi gerakan dakwah secara menyeluruh, maka Muhammadiyah terus membantu
infrastruktur pendukung Jami’ah dalam berbagai bentuk.

Visi:

Terciptanya kehidupan sosial ekonomi umat yang berkualitas sebagai benteng atas
problem kemiskinan, keterbelakangan dan kebodohan pada masyarakat bawah.

Misi:

1) Mengupayakan pembangunan ekonomi rakyat Indonesia khususnya keluarga besar


Muhammadiyah;
2) Mengurangi problem kemiskinan, keterbelakangan dan kebodohan pada masyarakat
melalui peningkatankehidupan sosial ekonomi ummat yang berkualitas;
3) Menjadi pelopor, motivator dan atau katalisator pembaharuan/perubahan
pembangunan ekonomi rakyat Indonesia berdasarkan nilai-nilai Islam.

Adapun tugas dan fungsi Majelis Ekonomi adalah:

1) Merumuskan dasar tujuan dan sitem ekonomi Islam.


38
2) Menggiatkan kegiatan anggota-anggota Muhammadiyah dalam bidang perekonomian
anggota Muhammadiyah yang berdiri di luar ikatan Persyarikatan.
3) Mendorong terbentuknya wadah atau organisasi perekonomian Islam di luar
Persyarikatan.
4) Memberikan bantuan dan bimbingan kepada organisasi tersebut dan menjalin
hubungan kerja sama dengan muhammadiyah.
5) Mengusahakan bantuan dan fasilitas kepada pemerintah dan badan-badan lain yang
berhubungan dengan bidang ekonomi.

g) Majelis Wakaf dan ZIS

Muhammadiyah memiliki Majelis wakaf dan kehartabendaan dimaksudkan agar


barang wakaf dari perwakaf tetap lestari, abadi, mendatangkan kemanfaatan bagi agama, nusa
dan bangsa. Dan orang yang wakaf tetap mendapat amal jariah. Persyarikatan
Muhammadiyah sebagai pengemban amanat, menjag, memelihara dan melestarikan
kebaikannya.

K.H. Ahmad Dahlan telah mempelopori wakaf dengan memberikan tanah untuk
mushola dan madrasah. Pada periode kepemimpinan K.H.AR Fachruddin, majelis ini
diusahan badan hukum pada pemerintah dengan SK. Menteri Dalam Negeri RI No: SK
14/DDA/1972 tanggal 10 Februari 1972 yang menegaskan bahwa “Persyarikatan
Muhammadiyah sebagai badan hukum dapat mempunyai tanah dan hak milik”.

Adapun tugas dan fungsi Majelis Wakaf dapat diterangkan sebagai berikut:

1) Menggiatkan anggota untuk giat berwakaf.


2) Memberi bimbingan kepada cabang-cabang tentang cara mengurus dan memelihara
serta memanfaatkan barang wakaf dan hak milik Persyarikatan.
3) Mengurus barang wakaf yang langsung dikuasai oleh pimpinan Persyarikatan serta
hak milik Persyarikatan.
4) Memecahkan kesulitan dan persoalan barang wakaf yang dikuasai oleh Persyarikatan.
Menyelenggarakan musyawarah kerja dan memberikan bimbingan praktis bidang
wakaf dan harta pusaka.

h) Majelis Pendidikan Kader

Majelis Pendidikan Kader merupakan kesinambungan dari Badan Pendidikan Kader


(1990) dan Majelis Pengembangan Kader dan Sumberdaya Insani (2000).
Visi Majelis Pendidikan Kader adalah: Tertatanya manajemen Majelis dan jaringan agar
39
mampu dan efektif untuk menjadi badan pembantu pimpinan yang maju, profesional, dan
modern, serta untuk meletakkan landasan yang kokoh bagi peningkatan kualitas Majelis dan
program perkaderan.

Rencana strategis bidang Kaderisasi adalah membangun kekuatan dan kualitas pelaku
gerakan serta peran dan ideologi gerakan Muhammadiyah dengan mengoptimalkan sistem
kaderisasi yang menyeluruh dan berorientasi ke masa depan.
Adapun fungsi dan tugas Majelis Pendidikan Kader sebagai berikut:

1) Menyusun konsep perkaderan dan mengoperasionalisasikannya secara simultan


(menyeluruh) dan terpadu di lingkungan pendidikan, keluarga, dan organisasi
otonom Muhammadiyah dalam satu kesatuan Sistem Perkaderan Muhammadiyah
yang mampu menghasilkan sumber daya kader yang berkualitas guna
menyongsong perubahan-perubahan baru dalam kehidupan umat dan bangsa yang
melibatkan kerja sama, terutama antara Badan Pendidikan Kader, Majelis
Pendidikan, Aisyiyah, dan Organisasi Otonom (ortom) Muhammadiyah.
2) Memprioritaskan pengembangan studi lanjut dalam mengembangkan kualitas
sumber daya kader Muhammadiyah yang pelaksanaannya dilakukan secara
bertahap dan terlembaga.
3) Menyelenggarakan Darul Arqam, Baitul Arqam, Up Grading, Refreshing, Job-
Training, PUTM (Pendidikan Ulama Tarjih Muhammadiyah), pengajian
Mubaligh, pengajian Ramadhan dan kegiatan-kegiatan perkaderan lainnya yang
dilahirkan secara terpadu di seluruh lingkungan Persyarikatan termasuk Amal
Usaha sesuai dengan kepentingan dan sasaran yang dikehendaki.
4) Mengintensifkan dan memprioritaskan penempatan kader dan proses seleksi yang
mempertimbangkan aspek kekaderan, komitmen, dan pengalaman aktivitas
bermuhammadiyah yang dipadukan dengan kemampuan-kemampuan objektif
dalam penempatan personil, pengelola, dan pimpinan di lingkungan
kepemimpinan Persyarikatan, Majelis, Badan, Lembaga, Organisasi Otonom, dan
Amal Usaha Muhammadiyah dengan kepentingan kelangsungan misi
Persyarikatan.
5) Mengintensifkan pendataan kader dan aspek-aspek yang terkait lainnya guna
kepentingan pengembangaan kader Muhammadiyah di berbagai struktur di
lingkungan Persyarikatan
6) Menerbitkan publikasi dan pedoman-pedoman yang berkaitan dengan kepentingan
pengembangan kader Muhammadiyah dalam berbagai aspek
40
7) Mengembangkan kerja sama penyelenggaraan pendidikan khusus, seperti
pendidikan non-formal untuk pengembangan SDM Persyarikatan
8) Menyelenggarakan forum Ideopolitor (Ideologi, Organisasi, Politik, dan
Organisasi) sebagai program refresing (penyegaran) khusus anggota Pimpinan
Persyarikatan di berbagai tingkat struktur yang mengembangkan metode dialogis.
9) Mengoptimalkan dukungan fasilitas, sarana, prasarana, dan dana untuk
pengembangan kualitas kader dan sumberdaya manusia di lingkungan
Muhammadiyah.
10) Mengintensifkan pembinaan siswa di Madrasah Mu’allimin, Mu’allimat, pondok
pesantren, dan sekolah-sekolah/madrasah-madrasah khusus Muhammadiyah
sebagai wahana khusus pembentukan kader Persyarikatan
11) Mengembangkan pembinaan kader melalui Hizbul Wathan Muhammadiyah yang
disusun secara sistematik dan terprogram
12) Mengembangkan pusat studi, pendidikan dan pelatihan Muhammadiyah yang
dilaksanakan secara sistematik.

i) Majelis Pemberdayaan Masyarakat (MPM)

Majelis ini merupakan majelis yang dibentuk setelah Muktamar Muhammadiyah ke-
45, 2005 di Malang, sehingga merupakan majelis baru. Namun bukan baru sama sekali,
karena ia merupakan kelanjutan dari Lembaga Buruh, Tani dan Nelayan (BTN) pada periode
sebelumnya.

Majelis ini mencanangkan misinya sebagai berikut: “Tertatanya kapasitas organisasi


dan jaringan aktivitas pemberdayaan masyarakat yang mampu meletakkan landasan yang
kokoh bagi perintisan dan pengembangan kegiatan pemberdayaan serta mendorong proses
transformasi social dalam masyarakat”.

Sedangkan misi pengembangan untuk jangka tahun 2005-2010 adalah:

1) Menegakkan keyakinan tauhid social sebagai spirit aktivitas-aktivitas pemberdayaan


masyarakat.
2) Mewujudkan proses transformasi social yang mencakup perubahan kehidupan pribadi,
keluarga, dan masyarakat yang lebih luas.

41
Sebagai kesinambungan dari Lembaga Buruh, Tani, dan Nelayan, MPM melaksanakan
kegiatan-kegiatan antara lain:

1) Pengembangan media komunitas, pusat dokumentasi dan data base mengenai


keseluruhan aktivitas yang berkaitan dengan upaya-upaya pemberdayaan BTN.
2) Pembentukan Qoryah Thayyibah di sejumlah wilayah pendampingan sebagai wadah
yang memfasilitasi upaya-upaya pemberdayaan dan pendampingan lingkungan BTN
(Buruh, Tani dan Nelayan), terutama di basis-basis Muhammadiyah.
3) Pembentukan lembaga advokasi dalam melindungi dan membela hah-hak masyarakat
dampingan.
4) Pelatihan untuk Muhammadiyah Community Organizer sebagai konsultan umat di
sejumlah Qoryah Thayyibah.
5) Diskusi, seminar dan sarasehan sebagai upaya menemukan kerangka teoritis untuk
menjamin keberhasilan pemberdayaan.
6) Sosialisasi pemberdayaan kaum rentan, terutama yang berada dalam strata social up
dan niddle class.
7) Diskusi rutin dan lingkaran kajian demokratisasi akar rumput.

BAB IV
KESIMPULAN DAN SARAN

4.1 Kesimpulan

Muhammadiyah lahir pada Bulan Dzulhijjah (8 Dzulhijjah 1330 H) atau November


(18 November 1912 M), yang merupakan sebuah gerakan Islam modernis terbesar di
Indonesia. Adapun ideologi dalam muhammadiyah dapat dipahami sebagai sistem paham atau
keyakinan dan teori perjuangan  untuk mengimplementasikan ajaran Islam dalam kehidupan 
umat melalui gerakan sosial-keagamaan. Karena rujukan dasarnya adalah Islam, maka
ideologi Muhammadiyah tidak akan bersifat dogmatik dan ekslusif secara taklid-buta,
sehingga tetap memiliki watak terbuka.

42
Muhammadiyah mengajak umat manusia untuk memeluk agama Islam (da’wah ila al-
Khair), menyuruh pada yang ma’ruf (al-amr bi al-ma’ruf), dan mencegah dari yang munkar
(al-nahy ‘an al-munkar) {QS. Ali Imran/3: 104}, sehingga hidup manusia selamat, bahagia,
dan sejahtera di dunia dan akhirat.
Jaringan kelembagaan muhammadiyah yang terdiri dari Pimpinan Pusat (PP
Muhammadiyah), Pimpinaan Wilayah (PWM), Pimpinaan Daerah (PDM), Pimpinan Cabang
(PCM), Pimpinan Ranting (PRM), Jama’ah Muhammadiyah, Struktur Fungsional
Muhammadiyah, Pembantu Pimpinan persyarikatan.
2. Majelis Muhammadiyah
3. Lembaga Muhammadiyah
4. Organisasi Otonom Muhammadiyah
5. Struktur Organisasi Muhammadiyah Secara veetikal Dan Horizontal yang terdiri dari
Muktawar, Tanwir, Pimpinan Pusat, Pimpinan Wilayah, Pimpinan Daerah, Pimpinan Cabang
dan Pimpinan Ranting.
Nomenklatur atau nama unsur pembantu pimpinan persyerikatan dalam
muhammadiyah periode 2005 – 2010 ditetapkan oleh keputusan Pimpinan pusat dengan SK
PP Muhammadiyah No.47.1/KEP/1.0/B/2005, atas amanah muktamar untuk melengkapi
kepengurusannya. Dalam surat keputusan tersebut struktur horisontal dalam kepemimpinan
Muhammadiyah berupa majelis – majelis dan lembaga lembaga.

4.2 SARAN
Kami menyadari dalam penulisan makalah diatas banyak sekali kesalahan dan jauh
dari kata sempurna, maka dari itu kami mengharapkan kritik dan saran dalam penulisan
makalah agar kami dapat memperbaikinya dikemudian hari.

43
DAFTAR PUSTAKA

 http://eprints.umm.ac.id/37199/3/jiptummpp-gdl-hikmahhaya-53124-3-babii.pdf.
 Nashir H.2000.Ideologi Gerakan Muhammadiyah.Suara Muhammadiyah.Yogyakarta.
hal 32-33.
 http://repository.umy.ac.id/bitstream/handle/123456789/21455/BAB%202.pdf?
sequence=3&isAllowed=y#:~:text=Dalam%20konstitusi%20Muhammadiyah
%20terdapat%20tiga,ketiga%2C%20Muhammadiyah%20sebagai%20gerakan
%20tajdid
 http://pdmklaten.blogspot.com/2009/01/jaringan-kelembagaan-huhammadiyah.html
 https://kemuhammadiyahan.com/organisasi-otonom-muhammadiyah/.
 https://www.slideshare.net/AlnindaHutami/struktur-organisasi-muhammadiyah.
44
 https://rsroemani.com/rv2/kemuhammadiyahan/sejarah-muhammadiyah/.
 https://muhammadiyah.or.id/majelis-dan-lembaga/.
 https://ecampus.unusia.ac.id/pustaka_unusia/main/item/19866
 https://itspku.ac.id/2021/06/08/muhammadiyah-sebagai-gerakan-islam/

45

Anda mungkin juga menyukai