Disusun oleh:
Puji syukur saya panjatka ke hadirat alloh swt,karena dengan rahmat dan karunia-Nya saya
dapat menyelesaikan makalah “Sistem Gerakan Dan Organisasi Muhammadiyah” dengan
penuh kemudahan dan dapat diselesaikan tepat waktu.
Terima kasih sebelum dan sesudahnya saya ucapkan kepada Dosen yang telah
membantu,sehingga makalah ini bisa terselesaikan dalam waktu yang telah ditentukan. Saya
menyadari sekali,didalam menyusun makalah ini masih jauh dari kesempurnaan serta banyak
kekurangan-kekuranganya,baik dari segi Bahasa, penulisan maupun dalam hal
pengkonsolidasian kepada dosen atau pun teman-teman sekalian,untuk itu besar harapan saya
jika ada kritik dan saran yang membangun untuk lebih menyempurnakan makalah-makalah
saya dilain waktu.
Harapan yang paling besar dari penyusunan makalah ini ialah,mudah-mudahan apa yang saya
susun ini penuh manfaat,baik untuk pribadi,teman-teman,serta orang lain yang
menyempurnakan lagi atau mengambil hikmah dari judul ini sebagai tambahan dalam
menambah referensinya yang telah ada.
Kelompok 1
ii
DAFTAR ISI
Kata pengantar……..…………………………..………………………… II
BAB I. PENDAHULUAN
BAB 2. PEMBAHASAN
BAB 3. PENUTUP
3.1 Kesimpulan……………………………………………………………30
3.2 Saran…………………………………………………………………..31
Daftar pusaka……………………………………………….……………....32
iii
BAB I
PENDAHULUAN
Dengan demikian ajaran Islam yang suci dan benar itu dapat memberi nafas bagi
kemajuan umat Islam dan bangsa Indonesia pada umumnya.” Kelahiran dan keberadaan
Muhammadiyah pada awal berdirinya tidak lepas dan merupakan menifestasi dari gagasan
pemikiran dan amal perjuangan Kyai Haji Ahmad Dahlan (Muhammad Darwis) yang menjadi
pendirinya. Setelah menunaikan ibadah haji ke Tanah Suci dan bermukim yang kedua kalinya
pada tahun 1903, Kyai Dahlan mulai menyemaikan benih pembaruan di Tanah Air. Gagasan
pembaruan itu diperoleh Kyai Dahlan setelah berguru kepada ulama-ulama Indonesia yang
bermukim di Mekkah seperti Syeikh Ahmad Khatib dari Minangkabau, Kyai Nawawi dari
Banten, Kyai Mas Abdullah dari Surabaya, dan Kyai Fakih dari Maskumambang; juga setelah
membaca pemikiran-pemikiran para pembaru Islam seperti Ibn Taimiyah, Muhammad bin
Abdil Wahhab, Jamaluddin Al-Afghani, Muhammad Abduh, dan Rasyid Ridha. Dengan
modal kecerdasan dirinya serta interaksi selama bermukim di Ssudi Arabia dan bacaan atas
karya-karya para pembaru pemikiran Islam itu telah menanamkan benih ide-ide pembaruan
1
dalam diri Kyai Dahlan. Jadi sekembalinya dari Arab Saudi, Kyai Dahlan justru membawa ide
dan gerakan pembaruan, bukan malah menjadi konservatif.
Pembaruan Islam yang cukup orisinal dari Kyai Dahlan dapat dirujuk pada
pemahaman dan pengamalan Surat Al-Ma’un. Gagasan dan pelajaran tentang Surat Al-Maun,
merupakan contoh lain yang paling monumental dari pembaruan yang berorientasi pada amal
sosial-kesejahteraan, yang kemudian melahirkan lembaga Penolong Kesengsaraan Oemoem
(PKU). Langkah momumental ini dalam wacana Islam kontemporer disebut dengan ”teologi
transformatif”, karena Islam tidak sekadar menjadi seperangkat ajaran ritual-ibadah dan
”hablu min Allah” (hubungan dengan Allah) semata, tetapi justru peduli dan terlibat dalam
memecahkan masalah-masalah konkret yang dihadapi manusia. Inilah ”teologi amal” yang
tipikal (khas) dari Kyai Dahlan dan awal kehadiran Muhammadiyah, sebagai bentuk dari
gagasan dan amal pembaruan lainnya di negeri ini. Berdirinya Muhammadiyah adalah karena
alasan-alasan dan tujuan-tujuan sebagai berikut: (1) Membersihkan Islam di Indonesia dari
pengaruh dan kebiasaan yang bukan Islam; (2) Reformulasi doktrin Islam dengan pandangan
alam pikiran modern; (3) Reformulasi ajaran dan pendidikan Islam; dan (4) Mempertahankan
Islam dari pengaruh dan serangan luar (H.A. Mukti Ali, dalam Sujarwanto & Haedar Nashir,
1990: 332).
2
1.2 Rumusan Masalah
a) Apa yang dimaksud dengan Sistem Gerakan Organisasi?
b) Bagaimana Struktur Organisasi Muhammadiyah?
c) Apa saja Majelis-majelis yang ada di perserikatan Muhammadiyah?
1.3 Tujuan
3
BAB II
LANDASAN TEORI
4
Dalam muhammadiyah ideologi dapat dipahami sebagai sistem paham atau keyakinan dan
teori perjuangan untuk mengimplementasikan ajaran Islam dalam kehidupan umat melalui
gerakan sosial-keagamaan. Karena rujukan dasarnya adalah Islam, maka ideologi
Muhammadiyah tidak akan bersifat dogmatik dan ekslusif secara taklid-buta, sehingga tetap
memiliki watak terbuka.
5
dan sosial, pemberdayaan kaum miskin dengan gerakan Al-Ma'un, merintis gerakan Islam ke
ruang publik melalui 'Aisyiyah, dan karya pembaruan lainnya yang membangkitkan
kebangunan dunia Islam dan modernisasi kehidupan masyarakat. Pembaruan Muhammadiyah
berangkat dari gagasan dasar al-ruju ila al-Quran wa al-Sunnah, yakni gerakan kembli kepada
Al-Quran dan Sunnah Nabi. Langkahnya pemurnian Islam untuk menemukan ajaran yang
otentik, sekaligus melahirkan Islam yang berkemajuan. Kendari sering disebut ad-hoc,
pembaruan Muhammadiyah langsung atau tidak langsung telah menjadi alam pikiran (state of
mind) mayoritas umat Islam.
6
tersebar dan berjenjang dalam beberapa level yang mempunyai kewenangan di wilayah
kerjanya masing-masing. Jaringan yang tersebar luas di seluruh wilayah Indonesia tersebut
merupakan potensi yang sangat besar untuk membangun ummat dan bangsa ini menuju
masyarakat utama dalam bentuk sinergi dan jaringan yang kuat di berbagai bidang.
7
a.4 Pimpinan Cabang (PCM)
Pimpinan Daerah Muhammadiyah adalah jenjang struktural Muhammadiyah setingkat
kecamatan (sub-district). Dalam level yang lebih tinggi dari Pimpinan Ranting
Muhammadiyah mempunyai fungsi koordinatif bagi seluruh Pimpinan Ranting
Muhammadiyah yang ada di wilayah kecamatan tersebut, sekaligus juga mengkoordinasikan
gerakan dakwah Islamiyah di seluruh wilayah kecamatan tersebut melalui berbagai bentuk,
seperti aktivitas keagamaan, pendidikan, kesejahteraan sosial, kesehatan, dan sebagainya.
a.5 Pimpinan Ranting (PRM)
Pimpinan Ranting Muhammadiyah adalah jenjang struktural Muhammadiyah
setingkat desa, dan merupakan ujung tombak bagi gerakan dakwah Islamiyah yang
dilaksanakan Muhammadiyah, karena Pimpinan Ranting Muhammadiyah menjangkau dan
berinteraksi secara langsung dengan warga Muhammadiyah. Sebagai ujung tombak dari
gerakan dakwah Islamiyah yang dilaksanakan oleh Muhammadiyah, Pimpinan Ranting
Muhammadiyah adalah kekuatan paling nyata dimiliki Muhammadiyah, karena di level inilah
sebenarnya basis-basis gerakan Muhammadiyah bisa dilaksanakan secara nyata.
a.6 Jama’ah Muhammadiyah
Selain jalur-jalur struktural yang dimilikinya, Muhammadiyah juga mempunyai
kelompok-kelompok yang tersebar di tengah masyarkat dalam bentuk Jama’ah
Muhammadiyah. Jama’ah Muhammadiyah merupakan lini di luar jalur-jalur struktural
Muhammadiyah yang secara nyata melaksanakan gerakan dakwah Islamiyah yang sesuai
dengan visi dan misi Muhammadiyah di tengah Masyarakat.
Biasanya, Jama’ah Muhammadiyah bergerak dalam skala mikro di tengah masyarakat
melalui masjid-masjid sebagai basis aktivitas. Aktivitas dakwah yang dilaksanakan dalam
Jama’ah Muhammadiyah pun bermacam-macam, seperti pengajian, bakti sosial, infaq, zakat,
shodaqoh, dan lain-lain.
8
persyarikatan Muhammadiyah. Masing-masing level pimpinan persyarikatan Muhammadiyah
(baik Pimpinan Pusat Muhammdiyah, Pimpinan Wilayah Muhammdiyah, Pimpinan Daerah
Muhammadiyah maupun Pimpinan Cabang Muhammadiyah) memiliki
majelis/badan/lembaga yang menangani program-program tertentu di lingkungan wilayah
kerjanya.
b.1 Pembantu Pimpinan Persyarikatan
Untuk membantu pimpinan Persyarikatan melaksanakan program-program
persyarikatan, dibentuk satuan organisasi Pembantu Pimpinan (Majelis/Lembaga/
Badan/Biro) yang dibentuk dan bertanggungjawab kepada Pimpinan Persyarikatan masing-
masing tingkat.
9
2) Lembaga Zakat Infaq dan Shodaqqoh (LAZISMU)
3) Lembaga Pembina dan Pengawasan Keuangan (LPPK)
4) Lembaga Penanganan Bencana (LPB Muhammadiyah)
5) Lembaga Hikmah dan Kebijakan Publik (LHKP)
6) Lembaga Seni Budaya dan Olahraga (LSBO)
7) Lembaga Penelitian dan Pengembangan (LPP)
8) Lembaga Hubungan dan Kerjasama International (LHKI)
10
Tujuan pembentukan ortom adalah sebagai berikut:
1) Pengembangan Persyarikatan Muhammadiyah
2) Dinamika Persyarikatan Muhammadiyah
3) Kaderisasi Persyarikatan Muhammadiyah
4) Efisiensi dan efektifitas Persyarikatan Muhammadiyah
11
c.2 Struktur horisontal Muhammadiyah adalah jaringan kelembagaan Muhammadiyah dalam
satu tingkat kepemimpinan yang terdiri dari pimpinan, majelis, lembaga/badan dan organisasi
otonom (ortom).
d. MUKTAMAR
Muktamar ialah permusyawaratan tertinggi dalam Muhammadiyah yang
diselenggarakan oleh dan atas tanggung jawab Pimpinan Pusat. Anggota Muktamar terdiri
atas:
12
1) Anggota Pimpinan Pusat
2) Ketua Pimpinan Wilayah
3) Anggota Tanwir Wakil Wilayah
4) Ketua Pimpinan Daerah
5) Wakil Daerah yang dipilih oleh Musyawarah Pimpinan Daerah terdiri atas wakil
cabang berdasarkan perimbangan jumlah cabang dalam tiap daerah
6) Wakil Pimpinan Organisasi Otonom tingkat Pusat.
Muktamar diadakan satu kali dalam lima tahun, acara dan ketentuan lain tentang Muktamar
diatur dalam Anggaran Rumah Tangga.
e. TANWIR
Tanwir ialah permusyawaratan dalam Muhammadiyah di bawah Muktamar,
diselenggarakan oleh dan atas tanggung jawab Pimpinan Pusat. Anggota Tanwir terdiri atas:
1) Anggota Pimpinan Pusat
2) Ketua Pimpinan Wilayah
3) Wakil Wilayah
4) Wakil Pimpinan Organisasi Otonom tingkat Pusat
Tanwir diadakan sekurang-kurangnya tiga kali selama masa jabatan Pimpinan.
e.1 PIMPINAN PUSAT
Pimpinan Pusat adalah pimpinan tertinggi yang memimpin Muhammadiyah secara
keseluruhan. Pimpinan Pusat terdiri atas sekurang-kurangnya tiga belas orang, dipilih dan
ditetapkan oleh Muktamar untuk satu masa jabatan dari calon-calon yang diusulkan oleh
Tanwir.
Ketua Umum Pimpinan Pusat ditetapkan oleh Muktamar dari dan atas usul anggota
Pimpinan Pusat terpilih. Anggota Pimpinan Pusat terpilih menetapkan Sekretaris Umum dan
diumumkan dalam forum Muktamar. Pimpinan Pusat dapat menambah anggotanya apabila
dipandang perlu dengan mengusulkannya kepada Tanwir. Pimpinan Pusat diwakili oleh Ketua
Umum atau salah seorang Ketua bersama-sama Sekretaris Umum atau salah seorang
Sekretaris, mewakili Muhammadiyah untuk tindakan di dalam dan di luar pengadilan.
e.2 PIMPINAN WILAYAH
Pimpinan Wilayah memimpin Muhammadiyah dalam wilayahnya serta melaksanakan
kebijakan Pimpinan Pusat. Pimpinan Wilayah terdiri atas sekurang-kurangnya sebelas orang
ditetapkan oleh Pimpinan Pusat untuk satu masa jabatan dari calon-calon yang dipilih dalam
Musyawarah Wilayah. Ketua Pimpinan Wilayah ditetapkan oleh Pimpinan Pusat dari dan atas
13
usul calon-calon anggota Pimpinan Wilayah terpilih yang telah disahkan oleh Musyawarah
Wilayah.
e.3 PIMPINAN DAERAH
Pimpinan Daerah memimpin Muhammadiyah dalam daerahnya serta melaksanakan
kebijakan Pimpinan di atasnya. Pimpinan Daerah terdiri atas sekurang-kurangnya sembilan
orang ditetapkan oleh Pimpinan Wilayah untuk satu masa jabatan dari calon-calon anggota
Pimpinan Daerah yang telah dipilih dalam Musyawarah Daerah. Ketua Pimpinan Daerah
ditetapkan oleh Pimpinan Wilayah dari dan atas usul calon-calon anggota Pimpinan Daerah
terpilih yang telah disahkan oleh Musyawarah Daerah.
e.4 PIMPINAN CABANG
Pimpinan Cabang memimpin Muhammadiyah dalam Cabangnya serta melaksanakan
kebijakan Pimpinan di atasnya. Pimpinan Cabang terdiri atas sekurang-kurangnya tujuh orang
ditetapkan oleh Pimpinan Daerah untuk satu masa jabatan dari calon-calon yang dipilih dalam
Musyawarah Cabang. Ketua Pimpinan Cabang ditetapkan oleh Pimpinan Daerah dari dan atas
usul calon-calon anggota Pimpinan Cabang terpilih yang telah disahkan oleh Musyawarah
Cabang.
e.5 PIMPINAN RANTING
Pimpinan Ranting memimpin Muhammadiyah dalam Rantingnya serta melaksanakan
kebijakan Pimpinan di atasnya. Pimpinan Ranting terdiri atas sekurang-kurangnya lima orang
ditetapkan oleh Pimpinan Cabang untuk satu masa jabatan dari calon-calon yang dipilih
dalam Musyawarah Ranting. Ketua Pimpinan Ranting ditetapkan oleh Pimpinan Cabang dari
dan atas usul calon-calon anggota Pimpinan Ranting terpilih yang telah disahkan oleh
Musyawarah Ranting.
14
Mansur (1937 – 1941 ), telah menata kelembagaan – kelembagaan di Ranting, Cabang dan
Daerah serta Wilayah . semua itu menjadi bukti kedewasaan dan kematangan Muhammadiyah
dalam memberikan aturan dan batasan dalam mencapai tujuan bersama. Disamping itu,
Muhammadiyah menetapkan unsure pembantu penyelengaraan amal usaha dalam tugas
khusus.
Adapun struktur horizontal adalah susuanan organisasi berdasarkan bidang – bidang
kerja dan tugas yang menjadi konsentrasi gerakan muhammadiyah yang ada setiap level
organisasi dan kepemimpinan, dalam bentuk badan atau unsur pembantu pimpinan dan
organisasi otonom. Nomenklatur atau nama unsur pembantu pimpinan persyerikatan dalam
muhammadiyah periode 2005 – 2010 ditetapkan oleh keputusan Pimpinan pusat dengan SK
PP Muhammadiyah No.47.1/KEP/1.0/B/2005, atas amanah muktamar untuk melengkapi
kepengurusannya.
Dalam surat keputusan tersebut struktur horisontal dalam kepemimpinan
Muhammadiyah berupa majelis – majelis dan lembaga lembaga. Majelis – majelis terdiri
dari :
1) Majelis Tarjih dan Tajdid,
2) Majelis Tabligh dan Dakwah Khusus,
3) Majelis Pendidikan Tinggi Penelitian Dan Pengembangan,
4) Majelis Pendidikan Dasar dan Menengah,
5) Majelis Kesehatan Dan Kesejahteraan masyarakat,
6) Majelis Ekonomi Dan Kewirausahaan,
7) Majelis Wakaf dan Zakat Infaq Shadaqah (ZIS)
8) Majelis Pendidikan Kader,
9) Majelis Pemberdayaan Masyarakat.
Majelis tersebut dapat dibentuk disetiap tingkat kepemimpinan mulai dari pusat
hingga cabang, sesuai kebutuhan.
15
dianggap rawan oleh Muhammadiyah. Dalam perkembangan selanjutnya majelis ini tidak
sekedar mentarjihkan masalah-masalah khilafiyat, akan tetapi mengarah pada penyelesaian
persoalan-persoalan baru atau kontemporer. Di dalam merespon problem modernitas, banyak
corak pemikiran keagamaan kontemporer yang muncul kepermukaan seoerti faham
modernisme, fundamentalisme, mahdisme, tradisionalisme, dll. Berdasarkan hal-hal tersebut
maka pada Muktamar Muhammadiyah ke-43 yang dilangsungkan pada tanggal 8-12 Shafar
1416 H bertepatan tanggal 6-10 Juli 1995 M di Banda Aceh, nama majelis ini berubah
menjadi Majelis Tarjih dan Pengembangan Pemikiran Islam, dan perkembangan berikutnya
pada Muktamar Muhammadiyah ke 45, 2005 di Malang diubah menjadi Majelis Tarjih dan
Tajdid.
Visi:
Misi:
1) Mewujudkan landasan kerja Majelis yang mampu memberikan ruang gerak yang
dinamis dan berwawasan ke depan
2) Revitalisasi peran dan fungsi seluruh sumber daya majelis
3) Mendorong lahirnya ulama tarjih yang terorganisasi dalam sebuah institusi yang lebih
memadai
4) Membangun model jaringan kemitraan yang mendukung terwujudnya gerakan tarjih
dan tajdid yang lebih maju, profesional, modern, dan otoritatif
5) Menyelenggarakan kajian terhadap norma-norma Islam guna mendapatkan
kemurniannya, dan menemukan substansinya agar didapatkan pemahaman baru sesuai
dengan dinamika perkembangan zaman
6) Menggali dan mengembangkan nilai-nilai Islam, serta menyebarluaskannya melalui
berbagai sarana publikasi.
Majelis Tarjih dan Tajdid memiliki rencana strategis untuk: Menghidupkan trjih,
tajdid, dan pemikiran Islam dalam Muhammadiyah sebagai gerakan pembaharuan yang kritis-
dinamis dalam kehidupan masyarakat dan proaktif dalam menjalankan problem dan tantangan
perkembangan sosial budaya dan kehidupan pada umumnya sehinggan Islam selalu menjadi
16
sumber pemikiran, moral, dan praksis sosial di tengah kehidupan masyarakat, bangsa dan
negara yang sangat kompleks.
K.H.Ahmad Dahlan tampil kemuka sebagai mujadid dan mujahid besar islam, beliau
ingin mengembalikan umat Islam kepada kemurnian cita ajaran islam yang bersumber kepada
Al-Qur’an dan Al-Hadist. Jiwa dan semangat K.H.Ahmad Dahlan itu dijabarkan dan
dirancangkan oleh lembaga yang bernama Majelis Tabligh atau Majelis Dakwah, pada waktu
Muktamar ke-38 di Ujung Pandang tahun 1971 ditetapkan program umum sebagai berikut
“Mewujudkan Muhammadiyah sebagai gerakan dakwah Islam, amar ma’ruf nahi munkar,
yang berkesanggupan menyampaikan ajaran Islam yang bersumber kepada Al-Qur’an dan
Sunnah Rasul SAW, kepada segala golongan dan lapisan masyarakat dalam seluruh aspek
kehidupannya, sebagai kebenaran dan hal yang diperlukan”.
Majelis Tabligh ini oleh K.H.Ahmad Dahlan dan pimpinan-pimpinan sesudahnya dibentuk
dan diadakan terus-menerus sampai dewasa ini . Majelis ini diadakan dan digerakkan dengan
berpedoman pada firman Allah Surat Al-Imran ayat 102, 103, dan 104.
Sesuai SK PP. Muhammadiyah tentang Qaidah Majelis Tabligh Bab I Pasal 2 bahwa Majelis
Tabligh mempunyai tugas pokok memimpin dan melakukan program yang jelas meliputi
seluruh aspek kegiatan dakwah yang tidak termasuk dalam bidang tugas Majelis lainnya.
Pasal 3: untuk menyelenggarakan tugas pokok tersebut pada pasal 2,
17
peningkatan mutu kehidupan anggota dan masyarakat sepanjang ajaran islam dalam
kerangka kehidupan berbangsa.
5) Pengerak dan pembimbing pelaksanaan serta pengembangan kegiatan pengajian
pimpinan dan anggota serta khotbah-khotbah dengan memanfaatkan jasa iptek.
6) Penyelenggaraan pendidikan dan kaderisasi mubaligh dan khatib sehingga memiliki
kemampuan profesional serta kemandirian dalam menjalankan tugasnya dalam
kehidupan masyarakat dan bangsa yang selalu berubah dan berkembang.
7) Penyelenggaraan penelitian dakwah dan perikehidupan anggota umat dan masyarakat.
Majelis ini merupakan pecahan dari majelis pendidikan, pengajaran, dan kebudayaan
yang semula membawahi seluruh amal usaha muhammadiyah bidang pendidikan sejak
pendidikan dasar, menegah hingga perguruan tinggi. Mulai tahun 1985 setelah Muktamar ke-
41 di Surakarta, didirikanlah Majelis Diktilitbang, dengan ketua pertamanya Drs. H.
Muhammad Djazman al-Kindi, MBA. Majelis ini mengemban dua tugas sekaligus, yaitu
mengembangkan kualitas dan kuantitas Perguruan Tinggi Muhammadiyah, dan
menyelenggarakan aktivitas penelitian dalam konteks pengembangan Persyarikatan.
18
2) Penelitian dan pengembangan, mencakup program penelitian dan pengembangan
PTM, dan penelitian pengembangan Muhammadiyah.
Dari program pokok di atas kemudian di jabarkan ke dalam empat bidang, yaitu:
19
Forum rektor PTM Pembina
Pertemuan Regional PTM
Rakernas Bidang Pendidikan Muhammadiyah
Penyempurnaan Qaidah PTM
Majelis ini lahir sejak masa K.H. Ahmad Dahlan, semula bernama urusan sekolahan
“Qismu Arqo”, yang kemudian menjadi Madrasah Mu’allimin dan Mualimat
Muhammadiyah. Selanjutnya, berkembang kepengurusannya sampai dengan perguruan
tinggi. Nama majelis ini dari waktui ke waktu berubah-ubah antar lain: Majelis Pendidikan,
Majelis Pendidikan dan Pengajaran, kemudian Majelis Pendidikan dan Kebudayaan, dan
mulai tahu 1985 majelis ini dipecah menjadi Majelis Pendidikan Dasar dan Menengah
(Dikdasmen) dan Majelis Pendidikan Tinggi (Dikti).
Tertatanya manajemen dan jaringan pendidikan yang efektif sebagai gerakan Islam
yang maju, profesional dan modern serta untuk meletakkan landasan yang kokoh bagi
peningkatan kualitas pendidikan Muhammadiyah.
Misi:
1) Menegakkan keyakinan Tauhid yang murni
2) Menyebarluaskan ajaran Islam yang bersumber kepada Al-Qur’an dan As-Sunnah;
3) Mewujudkan amal Islami dalam kehidupan pribadi, keluarga dan masyarakat,
4) Menjadikan lembaga pendidikan Muhammadiyah sebagai pusat pendidikan, dakwah
dan pengkaderan.
20
Sebagai pelaksanaan dari garis besar program bidang pendidikan, maka bersama-sama
dengan Majelis Pendidikan. Adapun tugas dan fungsi Majelis Pendidikan Dasar dan
Menengah adalah:
Majelis ini bergerak oleh K.H. Ahmad Dahlan dan dibantu oleh murid-muridnya atas
kesadaran mengamalkan surat al-ma’un. K.H. Ahamad Dahlan berulang kali mengajarkan
ayat dan surat itu, tetapi pengamalannya tidak ada, meskipun santrinya telah hafal. K.H.
Ahmad Dahlan mendorong mencari anak fakir miskin, menyantuni dan menghimpun,
memberikan sandang pangan, mendidik mereka shalat dan memberikan kerja-kerja yang
positif. Ide ini diteruskan, oleh KH Sudja’, murid setia K.H. Ahmad Dahlan, yang akhirnya
berkembang memiliki banyak rumah yatim, rumah miskin, panti asuhan, rumah sakit, dan
Balai Kesehatan Ibu dan Anak (BKIA). Disamping itu banyak gerakan kemanusiaan serta
21
sosial yang semuanya telah merakyat dalam kehidupan masyarakat, di mana ada
Muhammadiyah di situ ada gerakan-gerakan kemanusiaan dan kesosialan.
Visi:
22
Terciptanya kehidupan sosial ekonomi umat yang berkualitas sebagai benteng atas
problem kemiskinan, keterbelakangan dan kebodohan pada masyarakat bawah.
Misi:
K.H. Ahmad Dahlan telah mempelopori wakaf dengan memberikan tanah untuk
mushola dan madrasah. Pada periode kepemimpinan K.H.AR Fachruddin, majelis ini
diusahan badan hukum pada pemerintah dengan SK. Menteri Dalam Negeri RI No: SK
14/DDA/1972 tanggal 10 Februari 1972 yang menegaskan bahwa “Persyarikatan
Muhammadiyah sebagai badan hukum dapat mempunyai tanah dan hak milik”.
Adapun tugas dan fungsi Majelis Wakaf dapat diterangkan sebagai berikut:
23
1) Menggiatkan anggota untuk giat berwakaf.
2) Memberi bimbingan kepada cabang-cabang tentang cara mengurus dan memelihara
serta memanfaatkan barang wakaf dan hak milik Persyarikatan.
3) Mengurus barang wakaf yang langsung dikuasai oleh pimpinan Persyarikatan serta
hak milik Persyarikatan.
4) Memecahkan kesulitan dan persoalan barang wakaf yang dikuasai oleh Persyarikatan.
Menyelenggarakan musyawarah kerja dan memberikan bimbingan praktis bidang
wakaf dan harta pusaka.
Rencana strategis bidang Kaderisasi adalah membangun kekuatan dan kualitas pelaku
gerakan serta peran dan ideologi gerakan Muhammadiyah dengan mengoptimalkan sistem
kaderisasi yang menyeluruh dan berorientasi ke masa depan.
Adapun fungsi dan tugas Majelis Pendidikan Kader sebagai berikut:
24
terpadu di seluruh lingkungan Persyarikatan termasuk Amal Usaha sesuai dengan
kepentingan dan sasaran yang dikehendaki.
4) Mengintensifkan dan memprioritaskan penempatan kader dan proses seleksi yang
mempertimbangkan aspek kekaderan, komitmen, dan pengalaman aktivitas
bermuhammadiyah yang dipadukan dengan kemampuan-kemampuan objektif dalam
penempatan personil, pengelola, dan pimpinan di lingkungan kepemimpinan
Persyarikatan, Majelis, Badan, Lembaga, Organisasi Otonom, dan Amal Usaha
Muhammadiyah dengan kepentingan kelangsungan misi Persyarikatan.
5) Mengintensifkan pendataan kader dan aspek-aspek yang terkait lainnya guna
kepentingan pengembangaan kader Muhammadiyah di berbagai struktur di lingkungan
Persyarikatan
6) Menerbitkan publikasi dan pedoman-pedoman yang berkaitan dengan kepentingan
pengembangan kader Muhammadiyah dalam berbagai aspek
7) Mengembangkan kerja sama penyelenggaraan pendidikan khusus, seperti pendidikan
non-formal untuk pengembangan SDM Persyarikatan
8) Menyelenggarakan forum Ideopolitor (Ideologi, Organisasi, Politik, dan Organisasi)
sebagai program refresing (penyegaran) khusus anggota Pimpinan Persyarikatan di
berbagai tingkat struktur yang mengembangkan metode dialogis.
9) Mengoptimalkan dukungan fasilitas, sarana, prasarana, dan dana untuk pengembangan
kualitas kader dan sumberdaya manusia di lingkungan Muhammadiyah.
10) Mengintensifkan pembinaan siswa di Madrasah Mu’allimin, Mu’allimat, pondok
pesantren, dan sekolah-sekolah/madrasah-madrasah khusus Muhammadiyah sebagai
wahana khusus pembentukan kader Persyarikatan
11) Mengembangkan pembinaan kader melalui Hizbul Wathan Muhammadiyah yang
disusun secara sistematik dan terprogram
12) Mengembangkan pusat studi, pendidikan dan pelatihan Muhammadiyah yang
dilaksanakan secara sistematik.
13)
Majelis ini merupakan majelis yang dibentuk setelah Muktamar Muhammadiyah ke-
45, 2005 di Malang, sehingga merupakan majelis baru. Namun bukan baru sama sekali,
karena ia merupakan kelanjutan dari Lembaga Buruh, Tani dan Nelayan (BTN) pada periode
sebelumnya.
25
Majelis ini mencanangkan misinya sebagai berikut: “Tertatanya kapasitas organisasi
dan jaringan aktivitas pemberdayaan masyarakat yang mampu meletakkan landasan yang
kokoh bagi perintisan dan pengembangan kegiatan pemberdayaan serta mendorong proses
transformasi social dalam masyarakat”.
Sebagai kesinambungan dari Lembaga Buruh, Tani, dan Nelayan, MPM melaksanakan
kegiatan-kegiatan antara lain:
26
BAB III
ANALISIS
Muhammadiyah dikenal sebagai Gerakan Dakwah Islam, Amar Ma’ruf Nahi Munkar
(memerintahkan kebajikan/kebaikan dan mencegah kemungkaran atau apa saja yang diingkari
dan ditolak oleh islam). Penegasan seperti ini jelas menggambarkan komitmen
Muhammadiyah terhadap Surat Al-Imran ayat 104, suatu ayat yang menjadi faktor utama
yang melatar belakangi berdirinya perjuangan Muhammadiyah. Berdasarkan ayat tersebut
Muhammadiyah meletakkan khittah atau strategi dasar perjuangannya, yaitu Dakwah
(menyeru, mengajak) Islam Amar Ma’ruf Nahi Munkar dengan masyarakat sebagai
medan/kancah perjuangannya.
Sebagai gerakan dakwah, Muhammadiyah mengajak umat manusia untuk memeluk
agama Islam (da’wah ila al-Khair), menyuruh pada yang ma’ruf (al-amr bi al-ma’ruf), dan
mencegah dari yang munkar (al-nahy ‘an al-munkar) {QS. Ali Imran/3: 104}, sehingga hidup
manusia selamat, bahagia, dan sejahtera di dunia dan akhirat. Karena itu seluruh warga,
pimpinan, hingga berbagai komponen yang terdapat dalam Muhammadiyah, termasuk amal
usaha dan orang-orang yang berada di dalamnya, haruslah memahami Muhammadiyah serta
mengaktualisasikannya dalam kehidupan nyata.
Muhammadiyah berkiprah ditengah-tengah masyarakat bangsa Indonesia dengan
membangun berbagai amal usaha yang benar-benar dapat menyentuh hajat orang banyak
semacam berbagai ragam lembaga pendidikan dari sejak Taman Kanak-kanak, hingga
Perguruan Tinggi, membangun sekian banyak Rumah Sakit, Panti Asuhan, dan sebagainya.
Seluruh amal usaha diadakan dengan niat dan tujuan 53 yang tunggal, yaitu dijadikan sarana
dan wahana dakwah islam sebagaimana yang diajrkan oleh Al-Quran dan As-sunnah
Shahihah.
27
Selain terkena hukum pergerakan, Muhammadiyah dalam gerakannya terkait dengan
Islam. Bergerak bukan asal bergerak, harus dilandasi, dibingkai, dan diarahkan dengan Islam.
Islam bukan sebagai asas formal (teks), tetapi menjiwai, melandasi, mendasari,
mengkerangkai, memengaruhi, menggerakan dan menjadi pusat orientasi dan tujuan. Para
pendahulu Muhammadiyah memaknainya dengan kaidah fiqhiyah “ma layatim al-wajib Illa
bihi da huma wajib”. Artinya organisasi itu menjadi wajib adanya karena keniscayaan dakwah
memerlukan alat organisasi tersebut.
KH. Ahmad Dahlan dalam dakwah nya pada saat itu melihat bahwa pelaksanaan
ajaran oleh sebagian umat Islam sendiri ada penyimpangan dari Al Qur’an dan Sunnah Nabi
Muhammad SAW. Muhammadiyah, yang dilahirkan dari rahim pembaharuan Islam di
lingkungan Jawa memiliki komitmen untuk memurnikan ajaran Islam yang kala itu,
khususnya di Jawa, banyak bercampur dengan perkara-perkara semacam Tahayul, Bid’ah dan
Churofat dalam kehidupan beragama umat Islam Indonesia sehari-hari.
a) Tahayul (T) adalah kepercayaan terhadap perkara ghaib, yang kepercayaan itu hanya
didasarkan pada kecerdikan akal, bukan didasarkan pada sumber Islam, baik al-Qur’an
maupun al-hadis. Contohnya percaya kepada benda-benda seperti keris, tombak, jimat
dan lain-lain mempunyai tuah (manfaat) untuk sesuatu.
b) Bid’ah menurut bahasa ialah segala macam apa saja yang baru, atau mengadakan
sesuatu yang tidak berdasarkan contoh yang sudah ada. Sedangkan arti bid’ah secara
istilah adalah mengada-adakan sesuatu dalam agama Islam yang tidak dijumpai
keteranganya dalam al-Qur’an dan al-Sunnah.
c) Churafat adalah suatu kepercayaan, keyakinan, pandangan dan ajaran yang
sesungguhnya tidak memiliki dasar dari agama tetapi diyakini bahwa hal tersebut
berasal dan memiliki dasar dari agama. Dengan demikian, bagi umat Islam, ajaran atau
pandangan, kepercayaan dan keyakinan apa saja yang dipastikan ketidakbenaranya
atau yang jelas-jelas bertentangan dengan ajaran al-Qur’an dan Hadis nabi, dimasukan
dalam kategori khurafat. (Oleh Suyanto, S.Ag.,MPdI )
3 faktor ini telah menyebabkan kehidupan umat islam Indonesia menjadi tidak
berkembang dan tertinggal karena kebiasaan Umat Islam lebuh banyak melaksanakan
budaya – budaya yang tidak diajarkan dalam syari’at Islam dan tercemari kemurnian
tauhidnya. Oleh Karena itu dakwah Organisasi Muhammadiyah ingin menyelamatkan dan
menjaga ketauhidan Umat Islam di Indonesia Dengan memberikan pembelajaran dan nilai
– nilai kehidupan bedasarkan Al – Qur’an dan Hadist.
28
3.2 Struktur Organisasi Muhammadiyah
29
a.1 Struktur Fungsional Muhammadiyah, struktur fungsional di lingkungan
Muhammadiyah meliputi seluruh majelis/lembaga/badan/biro yang menangani program-
program tertentu di lingkungan persyarikatan Muhammadiyah.
a) Pembantu Pimpinan Persyarikatan
Untuk membantu pimpinan Persyarikatan melaksanakan program-program
persyarikatan, dibentuk satuan organisasi Pembantu Pimpinan (Majelis/Lembaga/
Badan/Biro) yang dibentuk dan bertanggungjawab kepada Pimpinan Persyarikatan masing-
masing tingkat.
Majelis tersebut dapat dibentuk disetiap tingkat kepemimpinan mulai dari pusat hingga
cabang, sesuai kebutuhan.
Visi:
Misi:
31
1) Mewujudkan landasan kerja Majelis yang mampu memberikan ruang gerak yang
dinamis dan berwawasan ke depan
2) Revitalisasi peran dan fungsi seluruh sumber daya majelis
3) Mendorong lahirnya ulama tarjih yang terorganisasi dalam sebuah institusi yang lebih
memadai
4) Membangun model jaringan kemitraan yang mendukung terwujudnya gerakan tarjih
dan tajdid yang lebih maju, profesional, modern, dan otoritatif
5) Menyelenggarakan kajian terhadap norma-norma Islam guna mendapatkan
kemurniannya, dan menemukan substansinya agar didapatkan pemahaman baru sesuai
dengan dinamika perkembangan zaman
6) Menggali dan mengembangkan nilai-nilai Islam, serta menyebarluaskannya melalui
berbagai sarana publikasi.
Majelis Tarjih dan Tajdid memiliki rencana strategis untuk: Menghidupkan trjih,
tajdid, dan pemikiran Islam dalam Muhammadiyah sebagai gerakan pembaharuan yang kritis-
dinamis dalam kehidupan masyarakat dan proaktif dalam menjalankan problem dan tantangan
perkembangan sosial budaya dan kehidupan pada umumnya sehinggan Islam selalu menjadi
sumber pemikiran, moral, dan praksis sosial di tengah kehidupan masyarakat, bangsa dan
negara yang sangat kompleks.
K.H.Ahmad Dahlan tampil kemuka sebagai mujadid dan mujahid besar islam, beliau
ingin mengembalikan umat Islam kepada kemurnian cita ajaran islam yang bersumber kepada
Al-Qur’an dan Al-Hadist. Jiwa dan semangat K.H.Ahmad Dahlan itu dijabarkan dan
dirancangkan oleh lembaga yang bernama Majelis Tabligh atau Majelis Dakwah, pada waktu
Muktamar ke-38 di Ujung Pandang tahun 1971 ditetapkan program umum sebagai berikut
“Mewujudkan Muhammadiyah sebagai gerakan dakwah Islam, amar ma’ruf nahi munkar,
yang berkesanggupan menyampaikan ajaran Islam yang bersumber kepada Al-Qur’an dan
Sunnah Rasul SAW, kepada segala golongan dan lapisan masyarakat dalam seluruh aspek
kehidupannya, sebagai kebenaran dan hal yang diperlukan”.
Majelis Tabligh ini oleh K.H.Ahmad Dahlan dan pimpinan-pimpinan sesudahnya dibentuk
dan diadakan terus-menerus sampai dewasa ini . Majelis ini diadakan dan digerakkan dengan
berpedoman pada firman Allah Surat Al-Imran ayat 102, 103, dan 104.
Sesuai SK PP. Muhammadiyah tentang Qaidah Majelis Tabligh Bab I Pasal 2 bahwa Majelis
Tabligh mempunyai tugas pokok memimpin dan melakukan program yang jelas meliputi
32
seluruh aspek kegiatan dakwah yang tidak termasuk dalam bidang tugas Majelis lainnya.
Pasal 3: untuk menyelenggarakan tugas pokok tersebut pada pasal 2,
Majelis ini merupakan pecahan dari majelis pendidikan, pengajaran, dan kebudayaan
yang semula membawahi seluruh amal usaha muhammadiyah bidang pendidikan sejak
pendidikan dasar, menegah hingga perguruan tinggi. Mulai tahun 1985 setelah Muktamar ke-
41 di Surakarta, didirikanlah Majelis Diktilitbang, dengan ketua pertamanya Drs. H.
Muhammad Djazman al-Kindi, MBA. Majelis ini mengemban dua tugas sekaligus, yaitu
mengembangkan kualitas dan kuantitas Perguruan Tinggi Muhammadiyah, dan
menyelenggarakan aktivitas penelitian dalam konteks pengembangan Persyarikatan.
33
Dengan demikian pesatnya perkembangan amal usaha pendidikan, khususnya
pendidikan tinggi di lingkungan Muhammadiyah, diperlukan majelis khusus yang
mengkonsentrasikan diri untuk menangani perkembangan dan pengembangan perguruan
tinggi di Muhammadiyah. Untuk itu, sejak pasca Muktamar Muhammadiyah ke-41 majelis
Pendidikan, Pengajaran dan Kebudayaan dipecah menjadi dua Majelis, yaitu Majelis
Pendidikan Dasar dan Menengah (Dikdasmen) dan Majelis Pendidikan Tinggi Penelitian dan
Pengembangan (Diktilitbang).
Dari program pokok di atas kemudian di jabarkan ke dalam empat bidang, yaitu:
Konsolidasi organisasi
Rapat Kerja Majelis Dktilitbang
Rapat Rutin Majelis
Forum rektor PTM Pembina
Pertemuan Regional PTM
Rakernas Bidang Pendidikan Muhammadiyah
Penyempurnaan Qaidah PTM
Majelis ini lahir sejak masa K.H. Ahmad Dahlan, semula bernama urusan sekolahan
“Qismu Arqo”, yang kemudian menjadi Madrasah Mu’allimin dan Mualimat
Muhammadiyah. Selanjutnya, berkembang kepengurusannya sampai dengan perguruan
tinggi. Nama majelis ini dari waktui ke waktu berubah-ubah antar lain: Majelis Pendidikan,
35
Majelis Pendidikan dan Pengajaran, kemudian Majelis Pendidikan dan Kebudayaan, dan
mulai tahu 1985 majelis ini dipecah menjadi Majelis Pendidikan Dasar dan Menengah
(Dikdasmen) dan Majelis Pendidikan Tinggi (Dikti).
Tertatanya manajemen dan jaringan pendidikan yang efektif sebagai gerakan Islam
yang maju, profesional dan modern serta untuk meletakkan landasan yang kokoh bagi
peningkatan kualitas pendidikan Muhammadiyah.
Misi:
1) Menegakkan keyakinan Tauhid yang murni
2) Menyebarluaskan ajaran Islam yang bersumber kepada Al-Qur’an dan As-Sunnah;
3) Mewujudkan amal Islami dalam kehidupan pribadi, keluarga dan masyarakat,
4) Menjadikan lembaga pendidikan Muhammadiyah sebagai pusat pendidikan, dakwah
dan pengkaderan.
Sebagai pelaksanaan dari garis besar program bidang pendidikan, maka bersama-sama
dengan Majelis Pendidikan. Adapun tugas dan fungsi Majelis Pendidikan Dasar dan
Menengah adalah:
36
5) Mengadakan pendidikan untuk: membentuk tenaga pendidikan dan pengajaran yang
berjiwa Muhammadiyah, mempertebal keyakinan agama dan kesadaran
kemuhammadiyahan kepada tenaga pendidik dan pengajar.
6) Mengusahakan alat kelengkapan pengajar dan pendidikan serta alat-alat administrasi
sekolah dan madrasah.
7) Membuka dan menyelenggarakan sekolah/madrasah asrama dan sebagainya di tempat
yang penting (strategis), di mana cabang-cabang yang bersangkutan tidak atau belum
mungkin menyelenggarakan sendiri
8) Mengurus dan menyelenggarakan sekolah-sekolah percontohan atau teladan.
9) Menyelanggarakan dan memimpin musyawarah kerja Majelis Pendidikan Dasar dan
Menengah sesuai dengan qoidah-qoidah yang ada.
Majelis ini bergerak oleh K.H. Ahmad Dahlan dan dibantu oleh murid-muridnya atas
kesadaran mengamalkan surat al-ma’un. K.H. Ahamad Dahlan berulang kali mengajarkan
ayat dan surat itu, tetapi pengamalannya tidak ada, meskipun santrinya telah hafal. K.H.
Ahmad Dahlan mendorong mencari anak fakir miskin, menyantuni dan menghimpun,
memberikan sandang pangan, mendidik mereka shalat dan memberikan kerja-kerja yang
positif. Ide ini diteruskan, oleh KH Sudja’, murid setia K.H. Ahmad Dahlan, yang akhirnya
berkembang memiliki banyak rumah yatim, rumah miskin, panti asuhan, rumah sakit, dan
Balai Kesehatan Ibu dan Anak (BKIA). Disamping itu banyak gerakan kemanusiaan serta
sosial yang semuanya telah merakyat dalam kehidupan masyarakat, di mana ada
Muhammadiyah di situ ada gerakan-gerakan kemanusiaan dan kesosialan.
37
3) Membantu dan mengkoordinir kegiatan anggota dan masyarakat serta organisasi Islam
yang bergerak dalam bidang tersebut sejalan dengan tujuan Persyarikatan.
4) Mengusahakan bantuan dan fasilitas kepada pemerintah dan badan lainnya.
5) Menyelenggarakan pendidikan untuk:
Membentuk tenaga dan petugas pertolongan yang berjiwa Islam dan sadar
terhadap Muhammadiyah.
Mempertebal rasa keagamaan dan kesadaran akan ke-Muhammadiyahan
kepada para petugas sosial kemanusiaan.
Mempertinggi mutu dan kecerdasan para petugas tenaga pertolongan.
Menyelenggarakan usaha-usaha pertolongan sebagai percontohan masyarakat.
Menyelenggarakan dan memimpin musyawarah kerja Majelis.
Visi:
Terciptanya kehidupan sosial ekonomi umat yang berkualitas sebagai benteng atas
problem kemiskinan, keterbelakangan dan kebodohan pada masyarakat bawah.
Misi:
K.H. Ahmad Dahlan telah mempelopori wakaf dengan memberikan tanah untuk
mushola dan madrasah. Pada periode kepemimpinan K.H.AR Fachruddin, majelis ini
diusahan badan hukum pada pemerintah dengan SK. Menteri Dalam Negeri RI No: SK
14/DDA/1972 tanggal 10 Februari 1972 yang menegaskan bahwa “Persyarikatan
Muhammadiyah sebagai badan hukum dapat mempunyai tanah dan hak milik”.
Adapun tugas dan fungsi Majelis Wakaf dapat diterangkan sebagai berikut:
Rencana strategis bidang Kaderisasi adalah membangun kekuatan dan kualitas pelaku
gerakan serta peran dan ideologi gerakan Muhammadiyah dengan mengoptimalkan sistem
kaderisasi yang menyeluruh dan berorientasi ke masa depan.
Adapun fungsi dan tugas Majelis Pendidikan Kader sebagai berikut:
Majelis ini merupakan majelis yang dibentuk setelah Muktamar Muhammadiyah ke-
45, 2005 di Malang, sehingga merupakan majelis baru. Namun bukan baru sama sekali,
karena ia merupakan kelanjutan dari Lembaga Buruh, Tani dan Nelayan (BTN) pada periode
sebelumnya.
41
Sebagai kesinambungan dari Lembaga Buruh, Tani, dan Nelayan, MPM melaksanakan
kegiatan-kegiatan antara lain:
BAB IV
KESIMPULAN DAN SARAN
4.1 Kesimpulan
42
Muhammadiyah mengajak umat manusia untuk memeluk agama Islam (da’wah ila al-
Khair), menyuruh pada yang ma’ruf (al-amr bi al-ma’ruf), dan mencegah dari yang munkar
(al-nahy ‘an al-munkar) {QS. Ali Imran/3: 104}, sehingga hidup manusia selamat, bahagia,
dan sejahtera di dunia dan akhirat.
Jaringan kelembagaan muhammadiyah yang terdiri dari Pimpinan Pusat (PP
Muhammadiyah), Pimpinaan Wilayah (PWM), Pimpinaan Daerah (PDM), Pimpinan Cabang
(PCM), Pimpinan Ranting (PRM), Jama’ah Muhammadiyah, Struktur Fungsional
Muhammadiyah, Pembantu Pimpinan persyarikatan.
2. Majelis Muhammadiyah
3. Lembaga Muhammadiyah
4. Organisasi Otonom Muhammadiyah
5. Struktur Organisasi Muhammadiyah Secara veetikal Dan Horizontal yang terdiri dari
Muktawar, Tanwir, Pimpinan Pusat, Pimpinan Wilayah, Pimpinan Daerah, Pimpinan Cabang
dan Pimpinan Ranting.
Nomenklatur atau nama unsur pembantu pimpinan persyerikatan dalam
muhammadiyah periode 2005 – 2010 ditetapkan oleh keputusan Pimpinan pusat dengan SK
PP Muhammadiyah No.47.1/KEP/1.0/B/2005, atas amanah muktamar untuk melengkapi
kepengurusannya. Dalam surat keputusan tersebut struktur horisontal dalam kepemimpinan
Muhammadiyah berupa majelis – majelis dan lembaga lembaga.
4.2 SARAN
Kami menyadari dalam penulisan makalah diatas banyak sekali kesalahan dan jauh
dari kata sempurna, maka dari itu kami mengharapkan kritik dan saran dalam penulisan
makalah agar kami dapat memperbaikinya dikemudian hari.
43
DAFTAR PUSTAKA
http://eprints.umm.ac.id/37199/3/jiptummpp-gdl-hikmahhaya-53124-3-babii.pdf.
Nashir H.2000.Ideologi Gerakan Muhammadiyah.Suara Muhammadiyah.Yogyakarta.
hal 32-33.
http://repository.umy.ac.id/bitstream/handle/123456789/21455/BAB%202.pdf?
sequence=3&isAllowed=y#:~:text=Dalam%20konstitusi%20Muhammadiyah
%20terdapat%20tiga,ketiga%2C%20Muhammadiyah%20sebagai%20gerakan
%20tajdid
http://pdmklaten.blogspot.com/2009/01/jaringan-kelembagaan-huhammadiyah.html
https://kemuhammadiyahan.com/organisasi-otonom-muhammadiyah/.
https://www.slideshare.net/AlnindaHutami/struktur-organisasi-muhammadiyah.
44
https://rsroemani.com/rv2/kemuhammadiyahan/sejarah-muhammadiyah/.
https://muhammadiyah.or.id/majelis-dan-lembaga/.
https://ecampus.unusia.ac.id/pustaka_unusia/main/item/19866
https://itspku.ac.id/2021/06/08/muhammadiyah-sebagai-gerakan-islam/
45