Anda di halaman 1dari 11

MAKALAH

MUHAMMADIYAH, MAJLIS TARJIH DAN METODE ISTINBATH


HUKUMYA

Diajukan untuk memenuhi tugas mata kuliah

“Kajian Yurisprudensi”

Dosen pengampu:

Setiawan, M. Sy

Disusun oleh Kelomppok 10

1. Ali Irfans Muzakki (22302063)


2. Muhammad Rizqi Firmasyah (22302065)
3. Siti Imamatul Qoiriyah (22302070)

KELAS A
PRODI HUKUM EKONOMI SYARI’AH
FAKULTAS SYARI’AH
INSTITUT AGAMA ISLAM NEGERI (IAIN) KEDIRI
2023/2024
DAFTAR ISI
SAMPUL.......................................................................................................
DAFTAR ISI.................................................................................................
BAB I: PENDAHULUAN............................................................................
A. Latar Belakang..................................................................................
B. Rumusan Masalah.............................................................................
C. Tujuan................................................................................................
BAB II: PEMBAHASAN.............................................................................
A. Pengertian Muhammadiyah...............................................................
B. Struktur Kelembagaan Muhammadiyah............................................
C. Tugas Pokok Dan Fungsi Muhammadiyah........................................
D. Majelis Tarjih.....................................................................................
E. Metode Istinbath Majelis Tarjih.........................................................

BAB III: PENUTUP.....................................................................................

A. Kesimpulan........................................................................................

DAFTAR PUSTAKA ...................................................................................


BAB II
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
B. Rumusan Masalah
C. Tujuan
BAB II
PEMBAHASAN

A. Pengertian Muhammadiyah
Organisasi keagamaan Muhammadiyah merupakan salah satu
organisasi keagamaan yang ada di Indonesia. Organisasi ini telah berdiri sejak
18 November 1912 yang dipimpin oleh Muhammad Darwis dari kota santri
Kauman Yogyakarta atauyang sering dikenal dengan nama K.H. Ahmad
Dahlan”. Kata “Muhammadiyah sendiri diartikan dengan “pengikut Nabi
Muhammad” yang dimaksud untuk menghubungkan pengajaran dan jejak-
jejak perjuangan Nabi Muhammad saw. Penggunaan nama itu menurut H.
Djarnawi Hadikusuma mengandung makna sebagai “Dengan nama itu dia
bermaksud untuk menjelaskan bahwa pendukung organisasi itu ialah umat
Muhammad, dan asasnya adalah ajaran Nabi Muhammad saw, yaitu Islam.
Dan tujuannya ialah memahami dan melaksanakan agama Islam sebagai yang
memang ajaran yang serta dicontohkan oleh Nabi Muhammad saw, agar
supaya dapat menjalani kehidupan dunia sepanjang kemauan agama Islam.
Dengan demikian ajaran Islam yang suci dan benar itu dapat memberi napas
bagi kemajuan umat Islam dan bangsa Indonesia pada umumnya.
Secara etimologi, Muhammadiyah berasal dari las a Arab yaitu
Muhammad Nabi sekaligus Rasul terakhir, yang bisa diartikan dengan “yang
terpuji”. Kemudian ditambahkan kata “ya’ nisbah” yang berfungsi
menjeniskan atau membangsakan atau ber- makna pengikut, yang bisa
diartikan sebagai nisbah langsung kepada Nabi Muhammad saw.. Secara
terminologis, menurut beberapa sumber bahwa Pertama, Muhammadiyah
adalah salah satu organisasi yang didi- rikan oleh Ahmad Dahlan pada 13
Novemmber 1912 di Yogyakarta. Kedua, Muhammadiyah adalah organisasi
las an dakwah dalam Islam yang bersumber pada Al-Qur’an dan Assunah. 1
Dalam Anggaran dasar Mu- hammadiyah Bab III Pasal 6 yang menjelaskan
bahwa “Muhammadiyah menggerakkan dan menjunjung tinggi Agama Islam
sehingga terwujud las aniy Islam yang sebenar-benarnya”. Penjelasan ini
merupakan penjelasan yang dimaksudkan untuk memaknai sebagai las aniy

1
PP Muhammadiyah, AD dan ART Muhammadiyah, hasil Mukhtamar Muhammadiyah ke-45 di, (Malang:2005),
Bab I Pasal 2, dan Bab II Pasal 4
yang bertauhid, moderat, teladan, inklusif dan toleran, solid, peduli, serta sadar
akan pengemban Amanah sebagai wali Allah SWT di bumi yang bertugas
menciptakan kemakmuran, keamanan, kenyamanan, dan keharmonisan serta
cepat menyadari kesalahan dan kekhalifahan untuk kemudian meminta maaf
sehingga terhindar dari dosa dan durhaka yang berkepanjangan sebagai Upaya
mendapatkan kebahagiaan di akhirat.
Dalam pemikiran Islam, Muhammadiyah yang berpegang teguh pada
Al-Qur’an dan Assunah dan juga dipadukan dengan pemikiran modern,
Muhammadiyah mengembangkan bahwa Islam diyakini sebagai meng- atur
segala aspek yang ada sesuai dengan zamannya masing-masing, Islam berlaku
adil, kehidupan sosial. Dengan ini, Muhammadiyah me- mutar balikan
keadaan bahwa yang disebut di atas merupakan kuno bahwa las , Islam itu
tidak mengikat, tidak dituntut untuk mencari ilmu pengetahuan, perkembangan
teknologi dan kedudukan las ani saat ini, Islam tidak hanya dibicarakan di
masjid saja melainkan juga bisa dibicarakan di mana saja.
B. Struktur Kelembagaan Muhammadiyah
1. Jaringan Kelembagaan Muhammadiyah:
a) Pimpinan Pusat
b) Pimpinan wilayah
c) Pimpinan Daerah
d) Pimpinan Cabang
e) Pimpinan Ranting
f) Jamaah Muhammadiyah
2. Pembantu Pimpinan Persyerikatan
a) MAJELIS
1) Majelis Tarjih dan Tajdid
2) Majelis Tablig
3) Majelis Pendidikan Umum
4) Majelis Pendidikan Dasar dan Menengah
5) Majelis Pendidikan Kader
6) Majelis Pelayanan Sosial
7) Majelis Ekonomi dan Kewirausahakan
8) Majelis Pemberdayaan Masyarakat
9) Majelis Pembina Kesehatan Umum
10) Majelis Pustaka dan Informasi
11) Majelis Lingkungan Hidup
12) Majelis Hukum dan Hak Asasi Manusia
13) Majelis Wakaf dan Kehartabendaan
b) LEMBAGA
1) Lembaga pengembangan cabang dan ranting
2) Lembaga pe,mbina dan pengawasan keuangan
3) Lembaga penelitian dan pengembangan
4) Lembaga penanganan bencana
5) Lembaga zakat infak dan shodakoh
6) Lembaga hikmah dan kebijakan las a
7) Lembaga seni budaya dan olahraga
8) Lembaga hubungan dan kerja sama internasional
c) ORAGANISASI OTONOM
1) Aisyiyah
2) Pemuda Muhammadiyah
3) Nasyiyatul Aisyiyah
4) Ikatan Pelajar Muhammadiyah
5) Ikatan Mahasiswa Muhammadiyah
6) Hizbul Wathan
7) Tapak Suci
C. Tugas Pokok dan Fungsi Tarjih Muhammadiyah
Adapun tugas-tugas Majlis Tarjih, sebagaimana yang tertulis dalam
Qa’idah Majlis Tarjih 1961 dan diperbaharuhi lewat keputusan Pimpinan Pusat
Muhammdiyah No. 08/SK-PP/I.A/8.c/2000, Bab II pasal 4 , adalah sebagai
berikut:2
(1) Mempergiat pengkajian dan penelitian ajaran Islam dalam rangka
pelaksanaan tajdid dan antisipasi perkembangan las aniy.
(2) Menyampaikan fatwa dan pertimbangan kepada Pimpinan Persyarikatan
guna menentukan kebijaksanaan dalam menjalankan kepemimpinan serta
membimbing umat, khususnya anggota dan keluarga Muhammadiyah.
(3) Mendampingi dan membantu Pimpinan Persyarikatan dalam membimbing
anggota melaksanakan ajaran Islam
2
Pimpinan Pusat Muhammadiyah, Himpunan Putusan Majlis Tarjih, (Jokyakarta: PP. Muhammadiyah Cet. III).
(4) Membantu Pimpinan Persyarikatan dalam mempersiapkan dan
meningkatkan kualitas ulama.
(5) Mengarahkan perbedaan pendapat/faham dalam bidang keagamaan las an
yang lebih maslahat.
Menurut Prof. DR. H. Amin Abdullah, salah satu tokoh
Muhammadiyah yang pernah menjabat sebagai ketua Majlis Tarjih, bahwa
Majis Tarjih sebenarnya memiliki dua dimensi wilayah keagamaan yang satu
sama lainnya pelu memperoleh perhatian seimbang. Yang pertama adalah
wilayah tuntunan keagamaan yang bersifat praktis, terutama ikhwal ibadah
mahdhoh dan yang kedua adalah wilayah pemikiran keagamaan yang meliputi
visi, gagasan, wawasan, nilai-nilai dan sekaligus analisis terhadap berbagai
persoalaan (ekonomi, politik, sosial-budaya, hukum, ilmu pengetahuan,
lingkungan hidup dan lain-lainnya).

Majelis Tarjih memiliki peran dan fungsi yang sangat strategis.


Muhammadiyah yang merupakan las an pembaharuan Islam yang kritis, dan
proaktif dalam menjawab segala problem yang dihadapi pengikutnya, ia selalu
mencari jalan keluar hukum apa yang terjadi di las aniy.3
Secara garis besar, Majelis Tarjih memiliki lima tugas pokok, yaitu:
1. Majelis Tarjih memiliki tugas untuk mengembangkan dan menyegarkan
pemahanan para pengikut Muhammadiyah yang las aniyah dan kompleks.
2. Majelis Tarjih memiliki tugas pokok untuk menguraikan metodelogi
pemikiran dan pengalaman sebagai prinsip las an para warga
Muhammadiyah.
3. Majelis Tarjih memiliki tugas yaitu memaksimalkan peran kelembagaannya
untuk selalu aktif dalam menjawab masalah hukum yang sedang
berkembang di las aniy.
4. Majelis Tarjih memiliki tugas untuk mensosialisasikan produk hukumnya ke
seluruh lapisan las aniy.
5. Majelis tarjih memiliki tugas untuk membentuk sekaligus mengembangkan
pusat kajian, penelitian, serta informasi yang terpadu dalam bidang lainnya.

3
Abdurrohman Asmuni, Manhaj Tarjih Muhammadiyah, Metodelogi dan Aplikasi (Yogyakarta: Pustaka Pelajar,
2002), hal 20.
Dalam hal ini, secara filosofis tugas Majelis Tarjih mencakup lima
aspek. Pertama, untuk mempergiat kajian dan penelitian yang berkaitan
dengan hukum Islam, hal tersebut sebagai antisipasi terhadap masalah yang
dihadapi las aniy. Kedua, untuk menyampaikan fatwa kepada Pengurus Pusat
(PP) Muhammadiyah dalam menentukan kebijakan yang dijalankan, baik itu
bagi umat, anggota pengurus maupun keluarga Muhammadiyah secara umum.
Ketiga, untuk mendampingin serta membantu PP Muhammadiyah dalam
melaksanakan ajaran agam Islam bagi seluruh anggotanya. Keempat, untuk
memberikan arahan terhadap perbedaan pendapat yang terjadi di
Muhammadiyah las an yang lebih maslahat. Dan Kelima, untuk segala sesuatu
yang berkaitan dalam bidang keagamaan yang memang diminta oleh PP
Muhammadiyah.
D. Majelis Tarjih
Manhaj tarjih secara harfiah berarti cara melakukan tarjih. Sebagai
sebuahistilah, manhaj tarjih lebih dari sekedar cara bertarjih. Istilah tarjih
sendiri sebenarnya berasal dari disiplin ilmu usul fikih. Dalam ilmu usul fikih
tarjih berarti melakukan penilaian terhadap dalil-dalil syar’I yang secara las
tampak saling bertentangan atau evaluasi terhadap pendapat-pendapat (kaul)
fikih untuk menentukan mana yang lebih kuat. Ar-Rāzī (w.606/1209)
mendefinisikan tarjih dalam usul fikih sebagai, “Menguatkan salah satu dalil
atas yang lain sehingga diketahui mana yang kuat lalu diamalkan yang lebih
kuat itu dan ditinggalkan yang tidak kuat. 4 Definisi ar-Rāzī ini menjelaskan
dua hal pokok tentang pengertian tarjih, yaitu :
1. Bahwa tarjih itu adalah perbuatan mujtahid (ahli hukum syariah) dan bukan
sifat dari suatu dalil.
2. Bahwa obyek tarjih adalah dalil-dalil yang tampak saling bertentangan
untuk diambil yang lebih kuat.

E. Metode Istinbath Majlis Tarjih

4
Ar-Rāzī, al-Maḥṣūl, disunting oleh Ṭāhā Jābir Fayyāḍ al-‘Alwānī (Beirut: Mu’assasat ar-Risālah, t.t.), V: 397; asy-
Syaukānī, Irsyād al-Fuḥūl ilā Taḥqīq al-Ḥaqq min ‘Ilm al-Uṣūl, disunting oleh Abū Ḥafṣ Sāmī Ibn al-‘Arabī al-Aṡarī
(Riyad: Dār al-Faḍīlah li an-Nasyr wa at-Tauzī‘, 1421/2000), h. 1113; al-Barzanjī, at-Ta‘āruḍ wa at-Tarjīḥ baina al-
Adillahasy-Syar‘iyyah (Beirut: Dār al-Kutub al-Ilmiyyah, 1417/1996), I: 79.
Pendekatan bayani, burhani dan irfani merupakan metodelogi islam
yang digunakan majelis tarjih las aniyah. Dalam memahami islam secara
intergratif las aniyah memerlukan kelengkapan yang cukup, diantaranya:

(1) konteks intelektual, dalam memahami fenomena keagamaan secara utuh


sangat diperlukannya informasi yang memadai.

(2) seseorang memerlukan pengendalian emosi yang matang dalam


memahami islam secara utuh.

(3) Seseorang harus memilikimotivasi yang kuat dalam memahami islam.

(4) memiliki pengalaman las a seseorang memiliki kontak positif dengan


berbagai aspek kehidupan yang berkaitan dengan ajaran Islam.5

Dari uraian di atas, dalam perfektif Muhammad Ma’aruf al-Dawalibi


menerangkan bahwa majelis tarjih las aniyah menggunakan metode nalar,
dengan cara memperlajari las an (model bayani), pengertian ‘illat’ (model
‘ta’lili) dan mamfaat dari nash umum (model istislahi). Selain itu, Majelis
Tarjih Muhammadiyah melakukan ijtihad dengan ijtihad jama’I (ijtihad
dilakukan secara kolektif oleh las aniy Muhammadiyah yang berwenang
mengeluarkan fatwa). Dengan demikian, Dewan majelis tarjih las aniyah
memiliki naluri hukum dengan menggunakan beberapa metode (manhaj) yang
berhubungan nash tentang permaslahan hukun yang dihadapi, antara lain:

a. Tidak harus adanya perdebatan a”abil’ permasalahan sudah memiliki nash


yang qath’i.

b. Masalah yang memiliki nash tetapi masih kontroversial atau timbal balik
berlawanan satu nash dengan nash lain atau nilai teks berbeda, maka
Majelis Tarjih Muhammadiyah mengambil las an-langkah sebagai berikut:

1) Tawaqquf, yaitu Dikeluarkannya bukan bedasarkan hasil keputusan,


dikarenakan adanya pendapat yang berlawanan yang tidak dapat
dikompromikan dan tidak bisa memberikan solusi lain dengan adanya
dalil yang lebih kuat, seperti halnya qunut dalam shalat witir.

5
A. M. Ali, Ilmu perbandingan agama di Indonesia. IAIN Sunan Kalijaga Press, 1988.
2) Tarjih, yaitu karena adanya pertentangan dalam sebuah nash maka di
ambilah dalil yang paling kuat.Ada beberapa metode yang bisa
digunakan, yakni:

a) Menurut syara’ Membiarkan prioritas jarh (teguran) dapri dalam ta’dil


diperbolehkan jika ada informasi yang jelas.

b) tadlis sering terjadi dalam periwayatan itu dapat diterima apabila


sanadnya bersambung dari apa yang diriwayatkannya, dan tadlisnya
itu tidak sampai tercela.

c) kata musytarak dimata sahabat salah satunya harus diterima.

d) Kata-kata yang diungkapkan las aniy yang dimaksud dengan


interpretasi teman, yang harus diamalkan dan diprioritaskan adalah
makna kata tertulis.

3) Jam’u, yaitu Dalam penghimpunan beberapa pendapat yang dalam


penyelesaiannya terdapat pertentangan. Misalkan, apabila ditemukan
kasus sebuah hadist shahih, hanya saja hadist tersebut bertentangan
dengan ajaran islam itu sendiri, maka lahirnya hadist tersebut karena
adanya sugesti yang tidak dianjurkan tidak mengikat secara hukum.

c. Fenomena di las aniy memerlukan ketentuan hukum, hanya permasalahan


yang terjadi di las aniy tidak ada nash yang bisa menyelesaikannya, maka
peran majelis tarjih las aniyah melakukan ijtihad dengan mengisbatkan
hukum kepada prinsip ajaran islam, semisal dengan prinsip kemamfaatan
atau dengan las an darurat yang dapat membuat kerusakan.

BAB III
PENUTUP

A. Kesimpulan

Anda mungkin juga menyukai