Anda di halaman 1dari 25

MAKALAH

MATAN KEYAKINAN DAN CITA-CITA HIDUP


MUHAMMADIYAH

Disusun sebagai syarat untuk memenuhi tugas


Mata Kuliah “Al Islam Kemuhammadiyahan”
Dosen : Prof., Mifdewil Jandra

Disusun oleh :
Nor Hasanah (2007050016)

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN MATEMATIKA


FAKULTAS PASCASARJANA
UNIVERSITAS AHMAD DAHLAN
2021
KATA PENGANTAR

Assalamu’alaikum Wr.Wb
Segala puji bagi Allah yang selalu melimpahkan segala nikmat dan
rahmatnya kepada kita, atas izin Allah juga penulis dapat menyelesaikan
penulisan makalah yang berjudul “Matan Keyakinan Dan Cita-Cita Hidup
Muhammadiyah”. Selanjutnya penulis ucapkan terimaksih kepada dosen
pengampu mata kuliah Al Islam Kemuhammadiyahan yakni Prof. M. Djandra,
M.Ag. atas bersedianya beliau membimbing penulis dalam menyelesaikan
penulisan makalah ini. Namun penulis menyadari bahwa makalah ini masih jauh
dari kata sempurna, maka apabila terdapat kesalahan ataupun kekurangan dalam
penulisan makalah ini, dengan senang hati penulis menerima kritikan dan saran
dari pembaca untuk memperbaiki dan menyempurnakan makalah ini, dengan
demikian penulis ucapkan terimakasih.

ii
Abstrak: Setiap yang manusia pasti memiliki suatu cita-cita karena dengan cita
pula kita dapat melakukan sebuah ambisi dan mempunyai tujuan yang jelas. Cita-
cita diiringi dengan keyakinan akan memberikan kita semangat dalam mengejar
cita-cita kita itu. Matan Keyakinan dan Cita-cita Hidup Muhammadiyah dijadikan
sebagai butir-butir yang dipelajari di segala aspek yang berkaitan dengan kegiatan
kemuhammadiyahan, baik di sekolah-sekolah, di kantor-kantor, serta dilapangan.
Matan “keyakinan dan Cita-Cita Hidup Muhammadiyah” diputuskan oleh Tanwir
Muhammadiyah tahun 1969 di Ponorogo, dalam rangka melaksanakan amanat
Muktamar Muhammadiyah ke 37 tahun 1968 di Yogyakarta. Pada muktamar ini
bertemakan “Tajdid Muhammadiyah”, atau Pembaharuan Muhammadiyah,
Muhammadiyah adalah mengadakan pembarauan dalam berbagai bidang, meliputi
: Ideologi (Keyakinan dan Cita-Cita Hidup), Khittah Perjuangan, Gerak dan Amal
Usaha, Organisasi, dan Sasaran.

iii
DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL....................................................................................... i
KATA PENGANTAR..................................................................................... ii
ABSTRAK....................................................................................................... iii
DAFTAR ISI.................................................................................................... iv
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang............................................................................... 1
B. Identifikasi Masalah ...................................................................... 1
C. Rumusan Masalah.......................................................................... 1
D. Tujuan............................................................................................ 2
E. Metodolodi .................................................................................... 3
BAB II PEMBAHASAN
A. Pengertian Matan Keyakinan dan Cita-Cita Hidup Muhammadiyah 4
B. Proses Terwujudnya Matan Keyakinan dan Cita-Cita Hidup
Muhammadiyah ................................................................................. 4
C. Fungsi dan Misi Matan Keyakinan dan Cita-Cita Hidup
Muhammadiyah.................................................................................. 18
BAB III PENUTUP
A. Simpulan........................................................................................ 20
B. Saran............................................................................................... 20
DAFTAR PUSTAKA...................................................................................... 21

iv
BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Setiap yang manusia pasti memiliki suatu cita-cita karena dengan cita pula
kita dapat melakukan sebuah ambisi dan mempunyai tujuan yang jelas. Tetapi
cita-cita tanpa sebuah keyakinan hanyalah menjadi mimpi belaka. Keyakinan
adalah suatu sikap yang ditunjukkan oleh manusia saat ia merasa cukup tahu
dan menyimpulkan bahwa dirinya telah mencapai kebenaran. Karena
keyakinan merupakan suatu sikap, sebab keyakinan seseorang tidak selalu
benar atau, keyakinan semata bukanlah jaminan kebenaran. Cita-cita diiringi
dengan keyakinan akan memberikan kita semangat dalam mengejar cita-cita
kita itu.
Matan Keyakinan dan Cita-cita Hidup Muhammadiyah dijadikan sebagai
butir-butir yang dipelajari di segala aspek yang berkaitan dengan kegiatan
kemuhammadiyahan, baik di sekolah-sekolah, di kantor-kantor, serta
dilapangan. Matan ini selayaknya ada di setiap tempat tersebut, karena setiap
butirnya mesti ditanamkan di setiap hati para partisipan Muhammadiyah pada
khusunya, bahkan setiap muslim pada umumnya. Namun, setiap butir matan
keyakinan dan cita-cita hidup Muhammadiyah memang berisi segala
pedoman-pedoman yang telah ada dari ajaran Islam itu sendiri, sehingga dari
isinya diharapkan sejalan dan tidak bertentangan dengan ajaran Islam yang
dibawa oleh Rasulullah pada masanya.
Muhammadiyah berkeyakinan bahwa Islam adalah agama Allah yang
diwahyukan kepada para Rasul-Nya, sejak nabi Adam, Nuh, Ibrahim, Musa,
Isa dan seterusnya sampai kepada nabi penutup Muhammad saw sebagai
hidayah dan rahmat Allah kepada umat manusia sepanjang masa, dan
menjamin kesejahtraan hidup materiil dan sprituil, duniawi dan ukhrawi.
Muhammadiyah dalam mengamalkan Islam berdasarkan al-Quran dan as-
Sunnah selain al-Quran dan Sunnah Rasul, seperti Ijma dan Qiyas bukan
sumber, melainkan hanya Ijtihad. Muhammadiyah bekerja untuk

1
terlaksananya ajaran-ajaran Islam yang meliputi yang meliputi bidang aqidah,
akhlak dan ibadah dan Muamalah Duniawiyah.
Maka dari itu makalah kami ini mengangkat Matan “Keyakinan dan Cita-
Cita Hidup Muhammadiyah” diputuskan oleh Tanwir Muhammadiyah tahun
1969 di Ponorogo dalam rangka melaksanakan amanat Muktamar
Muhammadiyah ke 37 tahun 1968 di Yogyakarta. Kemudian oleh pimpinan
pusat Muhammadiyah Matan ini diubah dan disempurnakan, khususnya pada
segi peristilahannya berdasarkan amanat dan kuasa Tanwir Muhammadiyah
tahun 1970.

B. Identifikasi Masalah
Berdasarkan latar belakang diatas terdapat masalah bahwa setiap manusia
memiliki suatu cita-cita dengan sebuah keyakinan. Dimana, bahwa apa yang
telah dirumuskan dalam Matan Keyakinan dan Cita-Cita Hidup
Muhammadiyah belum teralisasi semua.

C. Rumusan Masalah
1. Apa pengertian Matan Keyakinan dan Cita-Cita Hidup Muhammadiyah ?
2. Bagaimanakah proses terwujudnya Matan Keyakinan dan Cita-Cita
Hidup Muhammadiyah?
3. Apa fungsi dan misi Matan Keyakinan dan Cita-Cita Hidup
Muhammadiyah ?

D. Tujuan
1. Mengetahui tentang perngertian Matan Keyakinan dan Cita-
Cita Hidup Muhammadiyah.
2. Mengetahui proses terwujudnya Matan Keyakinan dan Cita-
Cita Hidup Muhammadiyah.
3. Mengetahu fungsi Matan Keyakinan dan Cita-Cita Hidup
Muhammadiyah.

2
E. Metodologi
Data yang penulis ambil dalam pembuatan makalah ini yaitu
berdasarkan studi literatur dari berbagai sumber.

3
BAB II
PEMBAHASAN

A. Pengertian Matan Keyakinan dan Cita-Cita Hidup Muhammadiyah


Matan Keyakinan dan Cita-Cita Hidup Muhammadiyah adalah
sebuah teks dan putusan resmi persyarikatan yang disahkan oleh sidang
Tanwir. Berisi tentang matan atau teks keyakinan dan cita-cita
persyarikatan.
Matan Keyakinan dan Cita-Cita Hidup Muhammadiyah pada
dasarnya merupakan rumusan ideologi Muhammadiyah yang
menggambarkan tentang hakekat Muhammadiyah, faham agama menurut
Muhammadiyah dan misi Muhammadiyah dalam kehidupan berbangsa dan
bernegara. Matan Keyakinan dan Cita-cita hidup Muhammadiyah
adalah sistem paham (ideologi) Muhammadiyah dalam memperjuangkan
gerakan untuk mencapai tujuan atau dengan kata lain substansi ideologis
yang mengandung paham agama yang fundamental.
.

B. Proses Terwujudnya Matan Keyakinan Dan Cita-Cita Hidup


Muhammadiyah
Menurut Mochlas Abror, Matan Keyakinan dan Cita-cita Hidup
Muahmmadiyah, yang kemudian disingkat menjadi MKCH, pada mulanya
merupakan putusan dalam Sidang Tanwir Muhammadiyah tahun 1969, di
Ponorogo Jawa Timur dalam rangka melaksanakan amanat Muktamar
Muhammadiyah ke 37 tahun 1968 di Yogyakarta. Kemudian, MKCH
dirumuskan kembali dan disempurnakan pada tahun 1970 dalam Sidang
Tanwir Muhammadiyah di Yogyakarta.
MKCH hasil Sidang Tanwir Muhammadiyah, tahun 1969, di
Ponorogo Jawa Timur terdiri dari 9 (Sembilan ayat), yang kemudian
dirumuskan kembali dan disempurnakan pada tahun 1970 dalam Sidang
Tanwir Muhammadiyah di Yogyakarta menjadi 5 (lima) ayat. Pada tahun

4
1968, Muktamar Muhammadiyah ke 37 di Yogyakarta dengan tema
“Tajdid” menggagas pembaharuan dalam lima bidang yaitu: Ideologi,
Khittah Perjuangan, Gerak dan Amal Usaha, Organisasi dan Sasaran.
Tajadid dalam bidang ideologi akhirnya menjadi salah satu
keputusan Muktamar Muhammadiyah ke 37 di Yogyakarta, yang terkenal
dengan istilah:
“Keyakinan dan Cita-cita Hidup Muhammadiyah”. Pertanyaan-pertanyaan
tentang siapa konseptor MKCH, sampai saat ini tidak pernah terjawab
dengan pasti, tetapi beberapa nama tokoh Muhammadiyah tercatat sebagai
penggagas yang memiliki saham terbesar dalam perumusan MKCH
tersebut. Tokoh- tokoh tersebut antar lain: Buya KH. Malik Ahmad, Buya
AR Sutan Mansur, Prof. Dr. HM. Rasyidi, KH. M. Djindar Tamimy, KH.
Djarnawi Hadikusumo, KH. AR. Fachruddin, dan Drs. Muhammad
Djazman Al-Kindi.
Pada tahun 1970, Pimpinan Pusat Muhammadiyah membentuk “Tim
Ideologi” yang dipimpin oleh KH. M. Djindar Tamimy dan Drs. Muhammad
Djazman Al-Kindi, yang kemudian memberi saran, tanggapan,
penyempurnaan terhadap konsep MKCH hasil Sidang Tanwir tahun 1969 di
Ponorogo, Jawa Timur. Oleh sebab itu dalam penyusunan Matan
danKeyakinan Cita-cita Hidup Muhammadiyah sebagai usaha
Muhammmadiyah yang bersifat ke dalam melakukan “tajdid dibidang
ideologi “ tidak digunakan kata “ideologi”.
ISI MATAN KEYAKINAN DAN CITA-CITA HIDUP
MUHAMMADIYAH
MATAN:
KEYAKINAN DAN CITA-CITA HIDUP MUHAMMADIYAH
(Keputusan Tanwir tahun 1969 di Ponorogo)Materi Matan
Keyakinan danCita-Cita Hidup Muhammadiyah:
1. Berbicara tentang hakikat Muhammadiyah.
Pembahasan mengenai Muhammadiyah sudah dirumuskan dalam
Muqaddimah Anggaran Dasar Muhammadiyah, sehingga rumusan

5
dalam Matan Keyakinan tentang hakikat Muhammadiyah tidak
menyimpang dari Muqaddimah Anggaran Dasar Muhammadiyah.
Namun dalam Matan Keyakinan dimantapkan bahwa Muhammadiyah
sebagai Gerakan Islam melaksanakan kewajiban agama dengan
membentuk wadah organisasi dimana organisasi sebagai urusan dunia
diperlukan adanya untuk melaksanakan kewajiban agama. Sehingga
pembentukan wadah organisasi untuk melaksanakan kewajiban agama
itu sering dikategorikan termasuk kedalam qaidah “maa layatimu
alwajib illa bihi fahuwa wajib”. Muhammadiyah sebagai organisasi
dapat dijadikan wadah jihad fi sabilillah yang bernilai ibadah. Dalam
muhammadiyah beribadah melaksanakan kewajiban jihad fi sabilillah
yaitu berjuang untuk tegaknya kalimat Allah yang ditempuh melalui
berbagai macam amal usaha Muhammadiyah. Oleh sebab itulah yang
menjadi pendirian Muhammadiyah.
Sebagai contoh Aisyiyah yang sebagai organisasi perempuan
persyarikatan Muhammadiyah yang dibentuk sebagai pelaku gerakan
perempuan Muhammadiyah dengan citra Islam modern dan mampu
menghadapi tantangan zaman. Dimana , menurut Ketua Pimpinan
Pusat Aisyiyah, Prof. Dr Chamamah Soeratno dalam diskusi publik
bertemakan "Dinamika Gerakan Perempuan Untuk Pencerahan
Bangsa", mengatakan, gencarnya arus globalisasi sekarang ini
membuka kecenderungan budaya popular yang tanpa makna dan
perilaku yang irasional yang menimbulkan krisis moral dan spiritual
dalam kehidupan masyarakat. Sehingga, berdasarkan situasi inilah
Aisyiyah menggariskan muktamarnya nanti dengan acara yang
kondusif bagi upaya peningkatan peran dan kiprahnya bagi kemajuan
bangsa, katanya.
2. Dalam Matan keyakinan dan Cita-cita Hidup Muhammadiyah
dikemukakan tentang Hakikat Agama Islam dan Keyakinan
Muhammadiyah atas Agama Islam.

6
Pemberian tekanan bahwa Islam adalah agama yang dibututhkan
manusia sepanjang masa untuk pemenuhan tercapainya dambaan hidup
sejahtera di dunia dan bahagia di akhirat. Jika mau menggunakan
ungkapan bahwa Agama Islam bagi kehidupan manusia adalah sebagai
rahmatan lil’alamin rasanya tidak akan berbeda. Muhammadiyah
berkeyakinan bahwa Islam adalah Agama Allah yang diwahyukan
kepada Rasul-Nya sejak Nabi Adam, Nuh, Ibrahim Musa, Isa dan
seterusnya sampai kepada yang terakhir nabi Muhammad SAW
sebagai hidayah dan rahmat Allah kepada umat manusia sepanjang
masa, dan menjamin kesejahteraan materiil dan spirituil, duniawi dan
ukhrawi.
Sebagai contoh salah satunya bagaimana berbuat ihsan dalam
ibadah kita pada Allah, dimana masih banyak dari yang melaksanakan
ibadah sekedarnya saja serta sholat sebatasnya saja. Padahal ihsan
kepada Allah adalah dalam hadist jibril, “Kamu beribadah kepada
Allah seakan-akan kamu melihat Allah”. Misal, kita harus selesaikan
tulisan ini hari ini dan diberi waktu lima jam. Tapi atasan antum tidak
menyertai antum dan baru datang lima jam nanti. Maka akan ditulis
dengan santai, tidur-tiduran, kadang istirahat, targetnya tetap akan
tercapai. Dibadingkan antum diawasi langsung, perbedaannya sangat
mencolok. Dan bagi Allah perumpamaan yang paling tinggi. Kalau
kita sholat dengan melihat Allah atau berupaya melihat Allah.

3. Sumber ajaran Islam


Muhammadiyah dalam mengamalkan Islam berlandaskan kepada
Al Quran dan Sunnah Rasul denganmenggunakan akal pikiran sesuai
dengan jiwa ajaran Islam.menggunakan akal memang keharusan sesuai
garis ijtihad yang tidak boleh pernah ditutup. Penggunaan akal pikiran
adalah untuk mengembangkan pemahaman dan pengamalan ajaran Al-
Quran dan Sunnah.

7
Sebagai contoh hadis berfungsi memberikan pengecualian terhadap
putusan hukum dalam ayat-ayat Alquran. Contoh paling menonjol
dalam kasus ini adalah mengenai larangan Alquran memakai bangkai,
darah, daging babi (Qs.Al-Maidah : 3) Artinya : “Diharamkan bagimu
(memakan) bangkai, darah, daging babi, (daging hewan) yang
disembelih atas nama selain Allah, yang tercekik, yang terpukul, yang
jatuh, yang ditanduk, dan diterkam binatang buas, kecuali yang sempat
kamu menyembelihnya, dan (diharamkan bagimu) yang disembelih
untuk berhala. Dan (diharamkan juga) mengundi nasib dengan anak
panah, (mengundi nasib dengan anak panah itu) adalah kefasikan. Pada
hari ini orang-orang kafir telah putus asa untuk (mengalahkan)
agamamu, sebab itu janganlah kamu takut kepada mereka dan takutlah
kepada-Ku. Pada hari ini telah Kusempurnakan untuk kamu agamamu,
dan telah Kucukupkan kepadamu nikmat-Ku, dan telah Ku-ridhai
Islam itu jadi agama bagimu. Maka barang siapa terpaksa karena
kelaparan tanpa sengaja berbuat dosa, sesungguhnya Allah Maha
Pengampun lagi Maha Penyayang.” Hadits Nabi yang diriwayatkan
Ibnu Majah menjelaskan, bahwa hukum itu berlaku kecuali untuk
bangkai ikan dan belalang, serta darah limpa dan hati dari binatang
yang dihalalkan bagi kaum muslimin.

4. Bidang-bidang ajaran Islam


Disebutkan dalam Matan Keyakinan bahwa Muhammadiyah bekerja
untuk terlaksananya ajaran-ajaran Islam yang meliputi bidang-bidang
akidah, akhlak, ibadah, dan mu’amalat dunyawiyah.
a. Bidang akidah
Akidah Islam menurut Muhammadiyah bersumber kepada Al-
Quran dan Sunnah Rasul. Akal diperlukan untuk mengukuhkan
kebenaran Nash (Al-Quran dan Sunnah) bukan untuk
mentakwilkan yang memang diluar jangkauan akal tadi. Dalam
melaksanakan ajaran akidah sesuai dengan ajaran Islam bahwa

8
sikap toleransi terhadap penganut agama lain dapat ditumbuhkan
dan tidak memaksakan ajaran Islam akan tetapi tetap terus
memberikan gambaran bahwa agama yang akan menjamin
kesejahteraan hidup yang hakiki di dunia dan akhirat adalah agma
Islam. Contohnya adalah : memakai kalung/benang penangkal bala
(syirik) (QS. Az-Zumar [39]: 38), masih mempercayai faham
animisme dan dinamisme (khurafat) (QS. Yunus: 69).

b. Bidang akhlak.
Akhlak hanya bersumber kepada Al-Quran dan Sunnah meskipun
Sunah juga mengakui adanya sumber “al-qalb” atau hati nurani
tetapi yang menjadi tolak ukur dalam bidang akhlak yaitu Al-
Quran dan Sunnah. Moralitas kondisional atau situasional tidak
bisa dibenarkan, tidak bisa diterima. Contohnya seseorang tidak
boleh mengolok-olokkan orang lain atau kelompok lain dan tidak
boleh memanggil dengan gelar-gelar yang buruk. Demikian juga
seseorang tidak boleh berprasangka buruk, mencari kesalahan
orang lain, dan menggunjing orang lain. Al-Quran menjelaskan
juga di antara ciri-ciri orang yang bertakwa (QS Ali Imran [3]:
134-135).

c. Bidang ibadah.
Bidang ibadah dalam Matan Keyakinan yang dibicarakan adalah
ibadah mahdhah. Muhammadiyah bekrja untuk tegaknya ibadah
yang dituntunkan oleh Rasulullah SAW tanpa tambahan dan
perubahan dari manusia. Contohnya shalat merupakan ibadah,
maka setiap muslim yang mengakui dirinya seorang Islam, ia di
wajibkan melaksanakannya sejak baligh. Kewajiban mendirikan
salat diterangkan dalam al-Quran surat An-Nisa ayat 103: yang
artinya ”apabila kamu telah menyelesaikan shalat(mu), ingatlah

9
Allah di waktu berdiri, di waktu duduk dan di waktu berbaring.
Kemudian apabila kamu Telah merasa aman, Maka Dirikanlah
shalat itu (sebagaimana biasa). Sesungguhnya shalat itu adalah
fardhu yang ditentukan waktunya atas orang– orang yang beriman.

d. Bidang mua’amalat dunyawiyah


Bidang mua’amalat dunyawiyah yang titik beratnya kepada
pengelolaan dunia dan pembinaan masyarakt tentunya didalamnya
termasuk pemanfaatan ilmu pengetahuan dan teknologi serta
pengembangan keahlian. Orang-orang Muhammadiyah dalam hal
ini disamping menguasai ilmu-ilmu agama tetapi juga menguasai
ilmu pengetahuan dan profesi seperti ahli filsafat, antropologi,
sosiologi,ekonomi, politik dan sebagainya. Contohnya salah satu
kegiatan ekonomi yang sering dilakukan oleh manusia adalah
kegiatan jual beli. Allah SWT telah menghalalkan praktek jual beli
yang sesuai dengan ketentuan dan syari’atNya. Hal ini sesuai
dengan firman Allah SWT dalam Surat Al Baqarah ayat 275 yang
artinya:” …Dan Allah telah menghalalkan jual beli dan
mengharamkan  riba…(Q.S. al-Baqarah: 275). Rasullullah SAW
bersabda: Emas ditukar dengan emas, perak dengan perak, gandum
dengan gandum, kurma dengan kurma, garam dengan garam, sama
beratnya dan langsung diserahterimakan. Apabila berlainan jenis,
maka juallah sesuka kalian namun harus langsung
diserahterimakan/secara kontan” (HR. Muslim). Maka berdasarkan
hadits ini, jual beli merupakan aktivitas yang disyariatkan.

5. Fungsi dan misi Muhammadiyah dalam kehidupan


Muhammadiyah mengajak segenap lapisan bangsa Indonesia
untukberusaha bersama-sama menjadikan suatu negara yang adil,
makmur dan ridhlai Allah SWT. Kandungan matan yang terakhir
inilah menunjukan bahwa kesadaran akan tanggungjawab kebangsaan

10
menuju kehidupan yang dirilai Allah SWT memang telah dimiliki oleh
Muhammadiyah sejak dulu. Oleh karena itu,kelahiran Muhammadiyah
merupakan bagian yang tsk terpisahkan dari Kebangkitan Nasional
awal abad ke-20 Masehi.
Sebagai contoh Muhammadiyah mengajak segenap lapisan bangsa
Indonesia yang telah mendapat karunia Allah berupa tanah air yang
mempunyai sumber-sumber kekayaan, kemerdekaan bangsa dan
negara Republik Indonesia yang berfilsafat Pancasila, untuk berusaha
bersama-sama menjadikan suatu negara yang adil, makmur dan diridlai
Alloh SWT.

SISTEMATIKA & PEDOMAN UNTUK MEMAHAMI RUMUSAN


Matan Keyakinan dan cita-cita hidup Muhammadiyah

SISTEMATIKA
Rumusan Matan Keyakinan dan Cita-cita Hidup Muhammadiyah terdiri
dari lima (5) angka.
Lima angka tersebut dibagi menjadi 3 kelompok.
KELOMPOK KESATU : Mengandung pokok-pokok persoalan yang
bersifat ideologis (terdiri dari nomor 1 dan 2)
KELOMPOK KEDUA : Mengandung poko-pokok persoalan mengenai
faham agama menurut Muhammadiyah (terdiri
dari nomor 3 dan 4)
KELOMPOK KETIGA : Mengandung persoalan mengenai fungsi dan
missi Muhammadiyah dalam masyarakat negara
Republik Indonesia (terdiri dari nomor 5)
PEDOMAN UNTUK MEMAHAMI
“ Keyakinan dan Cita-cita Hidup Muhammadiyah” (KCHM)
memuat hal-hal sebagai berikut:
1. IDEOLOGI

11
Istilah ideologi dibentuk oleh kata ‘ideo’ yang artinya pemikiran,
khayalan, konsep, atau keyakinan, dan ‘logio’ artinya logika, ilmu atau
pengetahuan. Secara harfiyah ideologi berarti pengetahuan tentang ide,
keyakinan atau tentang berbagai gagasan.
Ada 3 unsur pada setiap ideologi, yaitu:
a. Adanya suatu penafsiran terhadap kenytaan atau realitas (interpretasi).
Dalam hal ini Kuntowibisono mengistilahkannya dengan ‘keyakinan’,
dalam arti bahwa setiap ideologi selalu menunjuk adanya gagasan-
gagasan vital yang sudah diyakini kebenarannya untuk dijadikan dasar
dan arah strategik bagi tercapainya tujuan yang telah ditentukan.
b. Setiap ideologi memuat seperangkat nilai atau suatu ketentuan
(preskripsi) moral. Dengan demikian berarti setiap ideologi secara implisit
memuat penolakan terhadap sistem moral lainnya.
c. Ideologi memuat suatu orientasi pada setiap tindakan (program aksi),
ideologi merupakan suatu pedoman kegiatan untuk mewujudkan nilai-
nilai yang termuat di dalamnya (Sastra Pratedja dalam ‘Pancasila sebagai
ideologi Negara, BP 7 Pusat:142).

Dengan memahami makna ideologi dengan ketiga unsurnya seperti


di atas dapat ditegaskan bahwa pada setiap ideologi terdapat tiga aspek
yang merupakan satu kesatuan yang utuh, yaitu:
1) Adanya suatu realitas yang diyakini dalam hidupnya (Keyakinan
hidup).
2) Keyakinan ini dijadikan asas atau landasan untuk merumuskan tujuan
hidup yang dicita-citakannya (Cita-Cita Hidup).
3) Cara atau ajaran yang digunakan untuk merealisasikan tujuan hidup
yang dicita-citakan.

Pada pertama kalinya ketika masih dalam konsep-Keyakinan dan


Cita-Cita Hidup Muhammadiyah ini dinamakan ideologi Muhammadiyah.
Namun setelah di diskusikan dan di telaah lebih mendalam akhirnya team

12
perumus memutuskan istilah ideologi perlu di ganti dengan mencari
padanannya. Semua itu dengan pertimbangan agar pihak lain tidak dengan
mudahnya menuduh Muhammadiyah memiliki ideologi tandingan
terhadap ideologi Negara. Dan akhirnya team mengganti istilah “ideologi
Muhammadiyah” dengan istilah “Keyakinan dan Cita-Cita Hidup
Muhammadiyah”.
Pokok-pokok persoalan yang bersifat ideologis terkandung dalam
angka 1 dan 2 yang mengandung inti persoalan:
a. Asas : Muhammadiyah adalah Gerakan berasas Islam.
b. Keyakinan Hidup : Bercita-cita dan bekerja untuk terwujudnya
masyarakat Islam yang sebenar-benarnya.
c. Ajaran untuk : Agama Islam ialah agama Allah sebagai hidayah
melaksanakan “asas” hidayah dan rahmat Allah
kepada umat dalam mencapai cita-cita : manusia
sepanjang masa dan menjamin kesejahteraan
materiil dan spiritual, duniawi dan ukhrawi.
1) Fungsi “asas”
Dalam persoalan Ideologi atau keyakinan dan cita-cita hidup maka
asas/dasar atau keyakinan hidup berfungsi sebagai sumber yang
menentukan bentuk keyakinan dan cita-cita hidup itu sendiri. Berdasarkan
Islam, artinya ialah Islam sebagai sumber ajaran yang menentukan
keyakinan dan cita-cita hidupnya. Ajaran Islam yang inti ajarannya berupa
kepercayaan “tauhid” membentuk keyakinan dan cita-cita hidup, bahwa
hidup manusia di dunia ini semata-mata hanyalah untuk beribadah kepada
Allah SWT, demi untuk mendapatkan kebahagiaan dunia dan akherat.
Hidup beribadah menurut ajaran Islam, adalah hidup bertaqarrub kepada
Allah SWT. Dengan menunaikan amanah-Nya serta mematuhi ketentuan-
ketentuan yang menjadi peraturan-Nya, guna mendapatkan keridlaan-Nya.
Amanah Allah yang menentukkan fungsi dan missi manusia dalam
hidupnya di dunia ialah, manusia sebagai hamba Allah dan khalifah
(pengganti)-Nya yang bertugas mengatur dan membengun dunia serta

13
menciptakan dan memelihara keamanan dan ketertiban untuk
kemakmurannya.
2) Fungsi “Cita-cita / keyakinan
Dalam persoalan ideologi (keyakinan dan cita-cita hidup), cita-cita
(tujuan) hidup berfungsi sebagai kelanjutan/konsekwensi dari adanya
“asas”. Hidup yang berasaskan Islam tidak bisa lain kecuali menimbulkan
kesadaran dan pendirian, bahwa cita-cita/tujuan yang akan dicapai dalam
hidupnya di dunia ini, ialah terwujudnya tata kehidupan masyarakat yang
baik guna beribadah kepada Allah SWT. Dalam hubungan ini,
Muhammadiyah telah menegaskan cita-cita/tujuan perjuangannya dengan
rumusan “... sehingga terwujud masyarakat Islam yang sebenar-benarnya”
(AD. Pasal 3). Yang dimaksud dengan masyarakat Islam yang sebenar-
benarnya ialah harus dirumuskan dalam satu konsepsi yang jelas,
gamblang dan menyeluruh.
Berdasarkan keyakinan dan cita-cita hidup yang berasas Islam dan
dikuatkan oleh hasil penyelidikan secara ilmiah, historis, dan sosiologis,
Muhammadiyah berkeyakinan bahwa ajaran yang dapat digunakan untuk
melaksanakan hidup yang sesuai dengan “asas”nya dan “cita-cita/tujuan
perjuangan”nya sebagai yang dimaksud, hanyalah ajaran Islam. Dan oleh
karena itu sangat perlu, bahkan mutlak adanya rumusan secara kongret,
sistematis dan menyeluruh tentang berbagai konsepsi ajaran Islam yang
meliputi seluruh aspek hidup dan kehidupan manusia/masyarakat, sebagai
ini dari pada masyarakat Islam yang sebenar-benarnya.
Keyakinan dan cita-cita hidup Muhammadiyah, yang persoalan-
persoalan pokoknya sebagaimana telah diuraikan dengan singkat di atas,
adalah dibentuk/ditentukan oleh pengertian dan fahamnya mengenai
agama Islam. Agama Islam adalah sumber keyakinan dan cita-cita hidup
Muhammadiyah. Oleh karena itu, faham agama bagi Muhammadiyah
adalah merupakan persoalan yang esensiil bagi adanya keyakinan dan cita-
cita hidup Muhammadiyah.

14
2. FAHAM AGAMA
Agama Islam ialah agama Allah yang diturunkan kepada para
Rasul-Nya, sejak Nabi Adam as. Hingga Nabi terakhir, ialah Nabi
Muhammad saw. Sebagai nabi terakhir, ia diutus dengan membawa
syari’at agama yang sempurna, untuk seluruh umat manusia sepanjang
masa. Maka dari itu agama yang diturunkan kepada Nabi Muhammad saw.
Itulah yang tetap berlaku sampai sekarang dan untuk masa selanjutnya.
“Agama Islam adalah agama yang di syareatkan Allah dengan
perantara Nabi-Nabi-Nya, berupa perintah-perintah dan
larangan-larangan serta petunjuk untuk kebaikan manusia di
dunia dan akherat (Putusan Majelis Tarjih).
“Agama Islam (yakni agama Islam yang di bawa oleh Nabi
Muhammad saw) ialah apa yang diturunkan Allah di dalam Al-
Qur’an dan yang tersebut di dalam Sunnah Shahih, berupa
perintah-perintah dan larangan-larangan serta petunjuk-petunjuk
untuk kebaikan manusia di dunia dan akhirat”. (Putusan Majelis
Tarjih).
a. IJTIHAD
Ijtihad menurut bahasa berasal dari akar kata “ja-ha-da” artinya
mencurahkan segala kemampuan atau menanggung beban kesulitan. Bentuk
kata yang mengikuti wazan “ifti’a:lun” seperti ijtiha:dun menunjukkan arti
berlebih (mubalighah). Arti ijtihad dari segi bahasa ialah “mencurahkan arti
berlebihan dalam segala perbuatan”. Atau dapat diartikan juga sebagai
“mengerahkan segala kesanggupan untuk mengerjakan sesuatu yang sulit”.
Dari segi istilah arti ijtihad adalah “mengerahkan segala kesanggupan oleh
seorang ahli fiqih atau mujtahid untuk memperoleh pengertian tingkat dzan
mengenai sesuatu hukum syara”.
Agama Islam menegaskan bahwa Islam diturunkan kepada umat
manusia tidak lain kecuali untuk menyebarluaskan rahmat Allah di seluruh
alam semesta (al-Anbiya’-21:107). Penegasan seperti ini memberikan
pengertian bahwa fungsi utama agama Islam adalah sebagai pembimbing dan

15
pengayom bagi hidup dan kehidupan umat manusia dimana dan kapanpun
juga. Manusia adalah makhluk Allah yang diciptakan dalam struktur yang
terbaik. Di dalam dirinya terdapat berbagai macam potensi, satu diantara ialah
naluri atau insik. Diantara sekian banyak naluri yang disandang manusia, ada
satu naluri yang cukup menonjol yaitu naluri untuk menyelidiki segala
sesuatu yang masih diselubungi oleh misteri (nalury inquiry). Adanya naluri
ini yang ditunjang oleh potensi lainnya yaitu akal fikiran menjadikan manusia
kelihatan teramat rakus menguak segala sesuatu, baik yang ada pada dirinya
sendiri (‘alam-shaghi:r) maupun untuk menguak misteri alam semesta (‘alam-
kabi:r).
Sebagai hasilnya ditemukan berbagai ilmu pengetahuan dan teknologi
yang dalam perjalanan sejarahnya terus berkembang secara akumulatif dan
tidak pernah mengenal berhenti sekalipun hanya sejenak saja. Dengan
dikuasainya ilmu pengetahuan dan teknologi yang perkembangannya tidak
pernah berhenti, maka muncullah berbagai penemuan dan problema baru.
Bahkan penemuan demi penemuan terhadap hal-hal yang baru tidak ada
henti-hentinya bagaikan air yang mengalir dengan derasnya.
Adapun macam-macam metode ijtihad yang dipergunakan oleh
Muhammadiyah adalah sebagai berikut :
1) Ijtihad Bayani (semantik) yaitu ijtihad terhadap nash yang mujmal
(global), baik karena belum jelas lafadz / kata / kalimat yang
dimaksud maupun karena lafadz itu mengandung makna ganda,
mengandung arti musytarak atau karena pengertian lafadz dalam
ungkapan yang konteksnya mempunyai arti yang jumbuh
(musytabiahat), ataupun adanya beberapa dalil yang bertentangan
(ta’arud). Dalam hal yang terakhir digunakan jalan ijtihad dengan
jalan tarjih, yaitu apabila tidak dapat ditempuh dengan cara jama’
dan taufiq.
2) Ijtihad Qiyasy yaitu menyeberangkan hokum yang telah ada nash-
nya kepada masalah baru yang belum ada hukumnya berdasarkan
nash karena adanya kesamaan ‘illat.

16
Dan dalam masalah qiyas Muhammadiyah memberikan ketentuan
sebagai berikut :
a) Hal yang akan ditetapkan hukumnya dengan qiyas itu sudah
muncul dan terjadi di tengah-tengah masyarakat.
b) Hal yang akan ditetapkan hukumnya memang dirasa perlu
ditetapkan hukumnya karena akan diamalkan.
c) Hal yang akan ditetapkan hukumnya lewat qiyas bukan
merupakan hal yang termasuk ibadah mahdlah.
3) Ijtihad Istislahi (filosofis) yaitu ijtihad terhadap masalah yang tidak
ditunjuki nash sama sekali secara khusus maupun tidak adanya nash
mengenai masalah yang ada kesamaannya. Dalam masalah yang
demikian, penetapan hokum dilakukan berdasarkan ‘illah untuk
kemaslahatan.
b. IJTIHAD JAMA’I
Ijtihad dapat dilakukan secara perseorangan (fard) atau secara
kelompok (jama’i). Dan dalam hal ijtihad, Muhammadiyah (dilaksanakan
oleh Majlis Tarjih) dilakukan secara kelompok (Ijtihad jama’i). Hal ini
dapat difahami karena masalah-masalah keduniaan (muamalat
duniawiyat) telah berkembang dengan pesatnya dan sangat kompleks
sekali, hingga tidak mungkin seorang ‘alim dapat menguasai sekian
masalah / disiplin ilmu secara komprehensif perlu mengikut sertakan para
ahlinya.
Menurut Imam al-Syaukani (abad XIII H) dan dikuatkan oleh
Syekh al-Maraghy, Rektor Al-Azhar dikatakan bahwa ijtihad dapat
dilakukan oleh siapapun asal telah memenuhi syarat-syaratnya. Adapun
syarat-syarat yang harus dimiliki oleh seseorang yang akan melakukan
ijtihad menurut Yusuf Qardhawy sebagaimana yang diuraikan dalam
buku “Ijtihad dalam Syariat Islam” secara garis besarnya adalah :
1) Mengetahui Al-Qur’anul Karim, dengan serangkaian ilmu yang
muncul daripadanya

17
2) Mengetahui as-Sunnah dengan serangkaian ilmu yang muncul
daripadanya
3) Mengetahui bahasa Arab dengan serangkaian ilmu yang muncul
daripadanya
4) Mengetahui tempat-tempat ijma’
5) Mengetahui Ushul Fikih dengan serangkaian ilmu yang muncul
daripadanya
6) Mengetahui maksud-maksud syari’ah
7) Bersifat adil dan taqwa
Muhammadiyah yang mendasarkan pendiriannya pada firman
Allah dalam S. al-Isra’ (17): 37 bahwa orang dalam beragama hendaknya
berdasarkan pengertian yang benar yang didapatkan dengan jalan
berijtihad atau paling tidak dengan cara bertitiba’. Muhammadiyah dalam
menetapkan tuntunan yang berhubungan dengan masalah agama baik bagi
kehidupan perseorangan atau pun bagi kehidupan masyarakat adalah
dengan dasar-dasar seperti tersebut di atas dilakukan dalam musyawarah
oleh para ahlinya dengan cara yang sudah lazim disebut “Tarjih”, ialah
membanding-banding pendapat dalam musyawarah dan kemudian
mengambil mana yang mempunyai alasan yang lebih kuat.
Kesatuan Ajaran Islam
Muhammadiyah berpendirian bahwa ajaran Islam merupakan satu
“kesatuan ajaran” yang bulat dan tidak boleh dipisah-pisahkan dan
meliputi :
1) Aqidah : ajaran yang berhubungan dengan kepercayaan.
2) Akhlak : ajaran yang berhubungan dengan pembentukan
sikap mental
3) Ibadah : ajaran yang berhubungan dengan peraturan dan
tata cara hubungan manusia dengan Tuhan.
4) Mu’amalat : ajaran yang berhubungan dengan pengolahan
dunia dan pembinaan masyarakat.

18
C. FUNGSI DAN MISI MATAN KEYAKINAN DAN CITA-CITA HIDUP
MUHAMMADIYAH
Berdasarkan keyakinan dan cita-cita hidup yang bersumberkan ajaran
Islam yang murni seperti tersebut di atas, Muhammadiyah menyadari
kewajibannya, berjuang dan mengajak segenap golongan dan lapisan bangsa
Indonesia untuk mengatur dan membangun tanah air dan Negara Indonesia
sehingga merupakan masyarakat dan Negara adil dan makmur, sejahtera
bahagia, materilldan spiritual yang diridlai Allah SWT.
Mengingat perkembangan sejarah dan kenyataan bangsa Indonesia sampai
dewasa ini, semua yang ingin dilaksanakan dan dicapai oleh Muhammadiyah
dari pada keyakinan dan cita-cita hidupnya, bukanlah hal yang baru dan
hakekatnya adalah sesuatu yang wajar. Sedangkan pola perjuangan
Muhammadiyah dalam melaksanakan dan mencapai keyakinan dan cita-cita
hidupnya dalam masyarakat Negara Republik Indonesia Muhammadiyah
menggunakan dakwah Islam dan amar makruf nahi munkar dalam arti dan
proporsi yang sebenar-benarnya sebagai jalan satu-satunya. Lebih lanjut
mengenai soal ini dapat diketahui dan difahami dalam Khittah Perjuangan
Muhammadiyah.

19
BAB III
PENUTUP
A. SIMPULAN
Matan Keyakinan dan Cita-Cita Hidup Muhammadiyah adalah sebuah
teks dan putusan resmi persyarikatan yang disahkan oleh sidang Tanwir.
Dimana, berisi tentang Muhammadiyah adalah gerakan berasas Islam,
bercita-cita dan bekerja untuk terwujudnya masyarakat Islam yang sebenar-
benarnya, untuk melaksanakan fungsi dan missi manusia sebagai hamba dan
khalifah Allah di muka bumi; Muhammadiyah berkeyakinan bahwa Islam
adalah agama Allah yang diwahyukan kepada rasul-Nya, sejak nabi Adam,
Ibrahim, Musa, Isa dan seterusnya sampai kepada nabi penutup
Muhammadiyah saw, sebagai hidayah dan rahmat Allah kepada umat
manusia sepanjang masa menjamin kesejahteraan hidup materiil dan spiritual,
duniawi dan ukhrawi; Muhammadiyah dalam mengamalkan Islam
berdasarkan Al Qur’an dan As-Sunah; Muhammadiyah bekerja untuk
terlaksananya ajaran-ajaran Islam yang meliputi bidang-bidang Aqidah,
Akhlak, Ibadah, dan Muamalah Duniawiyah; dan Muhammadiyah mengajak
segenap lapisan bangsa Indonesia yang telah mendapat karunia Allah berupa
tanah air yang mempunyai sumber-sumber kekayaan, kemerdekaan bangsa
dan negara Republik Indonesia yang berfilsafat Pancasila, untuk berusaha
bersama-sama menjadikan suatu negara yang adil, makmur dan diridlai Alloh
SWT.

B. SARAN
Pembaca diharapkan memahami Makalah Keyakinan Dan Cita-Cita Hidup
Muhammadiyah karena pembaca akan mendapatkan ilmu pengetahuan yang
bermanfaat. Di sisi lain penulis mengharapkan kritik dan saran yang
membangun dan untuk perbaikan makalah selanjutnya.

20
DAFTAR PUSTAKA

Haedar, Nashir (Ed.), 1992. Dialog Pemikiran Islam dalam Muhammadiyah.


Yogyakarta : Badan Pendidikan Kader PP Muhammadiyah
Haedar, Nashir. 2014. Memahami Ideologi Muhammadiyah, Yogyakarta:
Suara Muhammadiyah
Hambali, Hamdan. 2006. Ideolodi dan Strategi Muhammadiyah. Yogyakarta :
Suara Muhammadiyah
Khilmiyah, Akif. 2016. Metode Penelitian Kualitatif, Yogyakarta: Penerbit
Samudera Biru
Mustafa Kemal Pasya. 2002. Muhammadiyah Sebagai Gerakan Islam.
Yogyakarta : LPPI UMY.
https://www.antaranews.com/berita/209426/muhammadiyah-dan-gerakan-
amar-maruf-nahi-munkar
https://amaljariah.org/berbuat-ihsan-part-1/

Anda mungkin juga menyukai