Anda di halaman 1dari 28

MAKALAH AL ISLAM KEMUHAMMADIYAHAN

KEPRIBADIAN MUHAMMADIYAH

Dosen Pengampu: HAERI, S.H.I., M.H.I.

Disusun oleh kelompok 4

Nama Anggota:

Adi Fachriza (201710160311063)

Moch Adam Fairus Sobirin (201710160311066)

Aris Nur Hermawan (201710160311102)

M Roisul Wathan (201710160311105)

PROGRAM STUDI MANAJEMEN

FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS

UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH MALANG

2019
KATA PENGANTAR

Puji syukur kami panjatkan kehadirat Allah SWT yang telah memberikan
rahmat dan hidayah-Nya kepada kami, sehingga kami berhasil menyelesaikan
makalah ini yang alhamdulillah tepat pada waktunya yang berjudul
“KEPRIBADIAN MUHAMMADIYAH”

Makalah ini disusun oleh kami dengan berbagai rintangan. Baik itu yang
datang dari diri kami maupun yang datang dari luar. Namun, dengan penuh
kesabaran dan terutama pertolongan dari Allah akhirnya makalah ini dapat
terselesaikan.

Semoga makalah ini dapat memberikan dapat bermanfaat bagi pembaca


khususnya para mahasiswa Universitas Muhammadiyah Malang. Kami menyadari
bahwa makalah ini masih sangat jauh dari sempurna, karena itu kritik dan saran dari
semua pihak yang bersifat membangun selalu kami harapkan demi kesempurnaan
makalah ini.

Akhir kata, kami sampaikan terima kasih kepada semua pihak yang telah
bepartisipasi dalam penyusunan makalah ini dari awal sampai akhir. Semoga Allah
SWT senantiasa meridhai segala usaha kami. Aamiin.

Malang, 5 Oktober 2019

Kelompok 4

ii
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR............................................................................................................... ii
DAFTAR ISI.......................................................................................................................... iii
BAB I PENDAHULUAN ......................................................................................................... 1
BAB II PEMBAHASAN........................................................................................................... 4
A. Sejarah perumusan kepribadian Muhammadiyah ................................................. 4
B. Fungsi Kepribadian Muhammadiyah ...................................................................... 7
C. Isi Kepribadian Muhammadiyah ............................................................................. 7
D. Penjelasan Kepribadian Muhammadiyah ............................................................... 9
E. Kepada Siapa Kepribadian Muhammadiyah Kita Pimpinkan/ Berikan ................ 22
F. Cara Memberikan atau Menentukan ..................................................................... 23
BAB III PENUTUP ............................................................................................................... 24
A. KESIMPULAN ......................................................................................................... 24
B. SARAN ................................................................................................................... 24
DAFTAR PUSTAKA ............................................................................................................. 25

iii
BAB I

PENDAHULUAN

Tonggak berdirinya muhammadiyah dimulai dari pembacaan kritis terhadap


realitas di sekitar, banyaknya ketidakadilan dan kebodohan serta pudarnya
pemahaman islam menggugah KH. Ahmad Dahlan untuk mengupayakan purifikasi
dalam mempertahankan ortodoksi ajaran islam dan berorientasi pada gerakan
moral,dakwah,dan sosial. Hal ini ditunjukkan pada misinya “amar ma’ruf nahi
mungkar” dan selalu mendasarkan pada ar-ruju’u ila Al-Qur’an wa as-sunnah.

Identitas muhammadiyah sebagai gerakan moral yang berperan sebagai alat


rekayasa sosial dari masa ke masa memiliki spirit pembebasan dari belenggu
tradisionalisme dan konservatisme yang menggugat kemapanan tradisi. Gerakan
muhammadiyah yang membawa spirit pencerahan di tengah kekolotan tradisi,
belenggu kolonialisme dan para penguasa lalim adalah bagian dari identitasnya
selain sebagai gerakan sosial yang paham betul akan keadaan bangsa ini.

Di wilayah sosial muhammadiyah telah banyak berperan dalam


kesejahteraan dan pengentasan kemiskinan terbukti dengan didirikannya rumah
sakit-rumah sakit atau PKU, sedangkan dalam konteks pembangunan pendidikan
bangsa Muhammadiyah mampu menunjukkan komitmennya sejak awal melalui
pendidikan. Gerakan pendidikan yang dilakukan Muhammadiyah ialah wujud
komitmen Muhammadiyah untuk mencerdaskan kehidupan bangsa dan
memberikan pencerahan mental kepada bangsa ini.

Secara leksikal, ‘kepribadian’ berasal dari kata ‘pribadi’ yang berarti


manusia sebagai perseorangan. ‘kepribadian’ berarti sifat hakiki yang tercermin
pada sikap seseorang atau suatu bangsa yang membedakan dirinya dengan orang
lain atau bangsa lain’.

Dengan demikian yang dimaksud dengan kepribadian Muhammadiyah


ialah rumusan yang menggambarkan hakikat Muhammadiyah, serta sifat-sifat yang
dimilikinya. Muhammadiyah sebagai gerakan islam dan dakwah amar ma’ruf nahi
munkar, beraqidah islam dan bersumber pada Al-Qur’an dan sunnah. Secara
funsgional muhammadiyah merupakan alat untuk berjuang dan mencapai cita-cita

I
mulia; terwujudnya masyarakat utama, adil, makmur yang diridhoi Allah SWT,
untuk melaksanakan funsgi dan misi manusia sebagai hamba dan khalifah Allah di
muka bumi, sebagaimana firman Allah SWT :
ٌ َْ ُ َ ُ ْ ُ ْ ُُ ‫ان ِل َس َبإ نف َم ْس َك ِنه ْم َآي ٌة ۖ َج َّن َت ِان َع ْن َي ِم ن‬َ َ ْ ََ
‫ي َو ِش َم ٍال ۖ كلوا ِم ْن ِرز ِق َ ِّربك ْم َواشك ُروا له ۚ َبلدة‬ٍ ِ ‫ٍ ِي‬ ‫ل قد ك‬
ٌ ‫َط ِّي َب ٌة َو َر ٌّب َغ ُف‬
‫ور‬

Artinya: Sesungguhnya bagi kaum Saba' ada tanda (kekuasaan Tuhan) di tempat
kediaman mereka yaitu dua buah kebun di sebelah kanan dan di sebelah
kiri. (kepada mereka dikatakan): "Makanlah olehmu dari rezeki yang
(dianugerahkan) Tuhanmu dan bersyukurlah kamu kepada-Nya.
(Negerimu) adalah negeri yang baik dan (Tuhanmu) adalah Tuhan Yang
Maha Pengampun".

Untuk mencapai tujuan itulah muhammadiyah didirikan dengan bersendikan dua


pilar gerakan utama : amar ma’ruf nahi munkar, berdasarkan :
ُ َ َ ُ َ ْ ْ َ ْ
‫وف َو َين َه ْون َع ِن ال ُمنك ِر ۚ َوأول َٰ َِٰئك ه ُم‬ ُ ْ َ ْ َ ُ ُ ْ َ َ ْ َ ْ َ َ ُ ْ َ ٌ َّ ُ ْ ُ ْ ْ ُ َ ْ َ
ِ ‫ولتكن ِمنكم أمة يدعون ِإَل الخ ِي ويأمرون ِبالمعر‬
َ ْ ْ
‫ال ُمف ِل ُحون‬

Artinya: Dan hendaklah ada di antara kamu segolongan umat yang menyeru kepada
kebajikan, menyuruh kepada yang ma'ruf dan mencegah dari yang
munkar; merekalah orang-orang yang beruntung.

Muhammadiyah sebagai gerakan dalam mengikuti perkembangan dan


perubahan ,senantiasa mempunyai kepentingan untuk melaksanakan amar ma’ruf
nahi mungkar, serta menyelenggarakan gerakan dan amal usaha yang seusai dengan
lapangan yang dipilihnya ialah masyarakat, sebagai usaha Muhammadiyah untuk
mencapai tujuannya yaitu “menegakkan dan menjujunjung tinggi agama islam
sehingga terwujud masyarakat utama,adil,dan makmur yang diridhai Allah
SWT”(AD MUHAMMADIYAH,1985)

Dalam melaksanakan usaha tersebut, Muhammadiyah berjalan diatas


prinsip-prinsip gerakannya, seperti yang dimaksud di dalam Muqaddimah
AD/ART, Matan keyakinan cita-cita hidup Muhammadiyah, Khittah perjuangan

2
Muhammadiyah dan Kepribadian Muhammadiyah. Prinsip=prinsip tersebut
senantiasa menjadi landasan gerakan Muhammadiyah, juga bagi gerakan dan amal
usaha dan hubungannya dengan kehidupan masyarakat dan ketatanegaraan, serta
dalam bekerjasama dengan golongan islam lainnya.

3
BAB II

PEMBAHASAN

A. Sejarah perumusan kepribadian Muhammadiyah


Kepribadian Muhammadiyah adalah sebuah rumusan yang
menguraikan tentang jari diri, apa dan siapa Muhammadiyah. Kemudian
dituangkan dalam bentuk sebah teks yang dikenal sebagai Matan Kepribadian
Muhammadiyah. Adapun sejaran pembentukannya dijabarkan sebagai berikut.

Kepribadian muhammadiyah merupakan salah satu dari beberapa


rumusan resmi persyarikatan yang disahkan oleh Muktamar Muhammadiyah
ke-35 tahun 1962 di Jakarta, atau sering disebut dengan Muktamar setengah
abad.

Gagasan untuk merumuskan kepribadian muhammadiyah yaitu pada


masa kepemimpinan H.M. Yunus Anis(1959-1960). Perumusan tersebut
sesungguhnya tidak dapat dilepaskan dari keterkaitan dengan kondisi dan
situasi negara pada sekitar tahun 1962. Sebagaimana telah dimaklumi bersama
bahwa sejak Dektir 5 Juli 1959 hingga 11 Maret 1966 negara indonesia
memasuki jaman baru yang dikenal dengan jaman Demokrasi Terpimpin atau
disebut juga jaman Nasakom

Proses munculnya nasakom berawal dari presiden soekarno selaku


kepala pemerintahan membentuk kabinet atau dewan menteri
mengikutsertakan tiga kekuatan politik pemenang pemilu 1955( PNI,NU,PKI)
kecuali Masyumi – sebagai pendukung utamanya. Nasakom merupakan
perwujudan ide lama soekarno yang telah dikonsepkan tahun 1927 dengan
sebutan nasikom (Nasionalis,Islam dan Komunis). Namun gagasan tersebut
sejak tahun 1945-1959 tidak bisa diwujudkan. Karena pemerintah menerapkan
sistem parlementer, dimana presiden tidak mempunyai peran dalam
menentukan warna dan kebijakan pemerintah. Dalam sistem parlementer
memberikan kewenangan kepada kabinet yang dipinmpin oleh perdana menteri
untuk menentukan kebijakan pemerintahan.

4
Satu hal yang tidak dapat dipungkiri bahwa sejak presiden soekarno
mengenungkan untuk menerapkan demokrasi terpimpin dalam sistem
kenegaraan partai masyumi dan partai sosialis indonesia (PSI) yang paling
lantang menentangnya. Keduanya menentang karena beralasan bahwa
Demokrasi Terpimpin akan dijadikan alat oleh soekarno untuk memusatkan
kekuasaan di tangannya. Sikap kedua partai tersebut membuat soekarno
kecewa dan marah. Kemarahan soekarno diperparah lagi dengan sikap
masyumi dan PSI, menolak duduk dalam kabinet karena harus bersanding dan
bekerjasama dengan Partai Komunis Indonesia (PKI).

Melihat posisi kedua partai tersebut sangat negatif di mata presiden,


maka PKI melakukan maneuver politiknya, yaitu membujuk agar soekarno
mengambil tindakan untuk membubarkannya. Bujuk rayu PKI akhirnya
terwujud dengan dikeluarkannya Surat Keputusan Presiden Nomor 200 tahun
1960 yang intinya pemerintah membubarkan Partai Masyumi secara
menyeluruh.

Masyumi adalah suatu Partai Islam yang lahir di Yogyakarta di


Madrasah Mu'alimin Muhammadiyah, hasil dari Kongres Umat Islam pada
tanggal 7-8 Nopember 1945. Kongres memutuskan untuk membuat Majlis
Syura untuk umat Islam Indonesia. Masyumi dianggap sebagai satu-satunya
partai politik bagi umat Islam. Andil Muhammadiyah pada saat pembentukan
Masyumi cukup besar, di antara tokoh- tokoh Muhammadiyah yang ikut
berjuang di Masyumi antara lain Ki Bagus Hadikusumo, KH. Fakih Usman,
Prof. Kahar Muzakir, Prof Hamka, HA. Malik Ahmad, Mr. Kasman
Singodimejo. HM. Yunus Anis H.Binjamin, KH. Hasan Basri, Anwar
Haryono, KHR Hajid, AR Fachruddin, M. Mawardi, H.A. Hamid Bkn,
Prawiroyuwono, dr. Sukiman Wiryosanjoyo dan sebagainya

Sarikat Islam pada tanggal 3 Juli 1948 mengundurkan diri dari


Masyumi yang kemudian menjadikan dirinya sebagai Partai Syarikat Islam
Indonesia (PSII), dan disusul Nahdlatul Ulama (NU) pada tanggal 5 April 1952
dan memaklumkan diri Anda menjadi Partai Nahdlatul Ulama. Dengan
demikian sekian banyak posisi pimpinan Masyumi di berbagai daerah yang

5
semula ditempati oleh tokoh-tokoh dari kedua organisasi tersebut. Kondisi
seperti ini menyebabkan semakin banyak kader-kader Muhammadiyah yang
berkiprah dalam partai.

Keadaan seperti ini menyebabkan sulitnya membedakan antara


Muhammadiyah dan Masyumi. Di satu sisi tokoh seperti Ki Bagus
Hadikusuma adalah Ketua Umum Pimpinan Pusat Muhammadiyah, akan tetapi
di sisi lain ia menjabat juga sebagai Dewan Pimpinan Masyumi (periode 1945-
1951). Bahkan jika dilihat komentar Muhammad Roem atas terpilihnya Fakih
Oesman sebagai Ketua Pimpinan Pusat Muhammadiyah setelah Orde Baru,
menunjukkan eratnya hubungan kepemimpinan Muhammadiyah dan
Masyumi.

Di tengah-tengah kegalauan, Pimpinan Pusat Muhammadiyah


menyelenggarakan kursus Pimpinan Pusat Muhammadiyah seIndonesia yang
berlangsung di Yogyakarta pada bulan Ramadhan 1381 H (1961 M). Di antara
penceramah adalah KH. Fakih Usman. Beliau menyampaikan ceramahnya
dengan judul "Apakah Muhammadiyah itu?" Dalam makalahnya diuraikan
dengan tepat tentang jati diri Muhammadiyah yang sebenarnya, menguraikan
tentang hakikat apa dan siapa Muhammadiyah yang sesungguhnya.

Respon atas ceramah KH. Fakih Usman tersebut dibentuklah Tim


Perumus "Kepribadian Muhammadiyah" yang terdiri dari Prof. Dr. HAMKA,
KH. Wardan Diponingrat, H. Djarnawi Hadikusuma, HM. Djindar Tamimy,
HM. Saleh lbrahim serta KH. Fakih Usman (Selaku narasumber).

Isi pidato itu mengandung makna yang sangat dalam. menggugah dan
menarik perhatian para tokoh Muhammadiyah yang datang dari seluruh
Indonesia. K.H. Fakih Usman dikenal kaya pengalaman, luas ilmunya dan
mendalam ruhul Islamnya yang dapat menggugah semangat para pemimpin
Muhammadiyah saat itu. Setelah selesai pidatonya, terjadi mufakat antar tokoh
Muhammadiyah untuk merumuskan buah pikirannya agar kelak dimiliki
kader-kader Muhammadiyah sekaligus sebagai pedoman organisasi.

6
Hasil kerja tim perumus materi Kepribadian Muhammadiyah kemudian
diserahkan kepada Pimpinan Pusat Muhammadiyah lalu ditetapkan sebagai
agenda Sidang Tanwir tanggal 25-28 Agustus 1962 Setelah melalui
pembahasan dan penyempurnaan, akhirnya sidang Tanwir dapat menerimanya.
Lalu dibicarakan lagi pada Muktamar Muhammadiyah ke-35 di Jakarta atau
yang dikenal Muktamar Setengah Abad. Tanggal 29 April 1963 rumusan
tersebut telah sempurna dan lahirlah "Matan Rumusan Kepribadian
Muhammadiyah" sebagai rumusan resmi persyarikatan.

B. Fungsi Kepribadian Muhammadiyah


Menyusunan rumusan Kepribadian Muhammadiyah memiliki tujuan
dan fungsi sebagai landasan, pedoman dan pegangan setiap gerak langkah
Muhammadiyah menuju cita-cita terwujudnya masyarakat Islam yang sebenar-
benarnya Sebagai landasan dan pedoman maka Kepribadian Muhammadiyah
memiliki fungsi lebih luas dalam setiap pribadi Muhammadiyah. Setiap amal
dan aktivitas warga Muhammadiyah, baik secara individu maupun organisasi
perlu didasarkan pada rumusan Kepribadian Muhammadiyah tersebut.

C. Isi Kepribadian Muhammadiyah

Matan atau teks Kepribadian Muhammadiyah dihasilkan dalam


Muktamar Muhammadiyah ke-35 di Jakarta atau yang dikenal dengan
Muktamar Setengah Abad. Isi dari "Matan Kepribadian Muhammadiyah" ini
harus diketahul dan dipahami oleh setiap anggota persyarikatan
Muhammadiyah. Adapun isi selengkapnya sebagai berikut

Matan (Teks) Kepribadian Muhammadiyah

1. Apakah Muhammadiyah Itu?

Muhammadiyah adalah suatu persyarikatan merupakan "Gerakan


Islam". Maksudnya dakwah Islam Amar Ma'ruf Nahi Munkar yang
ditujukan kepada dua hal yaitu perseorangan dan masyarakat. Dakwah dan
amar ma'ruf nahi munkar pada bidang yang pertama atau perseorangan
terbagai menjadi 2, yaitu

7
a) Kepada yang telah Islam bersifat Tajdid (pembaruan). Artinya
mengembalikan kepada ajaran Islam yang murni.
b) Kepada yang belum Islam bersifat seruan dan ajakan untuk memeluk a.
agama Islam

Adapun dakwah yang kedua kepada masyarakat bersifat perbaikan


bimbingan dan peringatan. Semua dilaksanakan dengan musyawarah atas
dasar taqwa dan mengharap ridla Allah SWT semata. Dengan
melaksanakan dakwah Islam dan Amar Ma'ruf Nahi Munkar dengan
caranya masing-masing yang sesuai, Muhammadiyah menggerakkan
masyarakat menuju tujuannya yaitu "Terwujudnya masyarakat utama, adil
dan makmur yang diridhai Allah SWT"

2. Dasar Amal Usaha dan Perjuangan Muhammadiyah

Dalam perjuangan melaksanakan usahanya menuju tujuan


terwujudnya masyarakat utama, adil dan makmur yang diridhai Allah
SWT, dimana kesejahteraan, kebaikan dan kebahagiaan luas merata
Muhammadiyah mendasarkan segala gerak dan amal usahanya atas
prinsip-prinsip dalam Muqadimah Anggaran Dasarnya, yaitu:

a) Hidup manusia harus berdasar tauhid, ibadah dan taat kepada Allah
SWT
b) Hidup manusia harus bermanfaat
c) Mematuhi ajaran-ajaran agama Islam.
d) Menegakkan dan menjunjung tinggi agama Islam dalam masyarakat.
e) Ittiba' kepada langkah perjuangan Nabi Muhammad SAW
f) Melancarkan amal usaha dan perjuangan dengan ketertiban
organisasi.
3. Pedoman amal usaha dan perjuangan Muhammadiyah
Dengan memperhatikan dasar prinsip di atas, maka Muhammadiyah
berpedoman: "Berpegang teguh akan ajaran Allah dan Rasul-Nya, bergerak
membangun di segala bidang dan lapangan dengan menggunakan cara serta

8
menempuh jalan yang diridlai Allah SWT" Artinya, setiap usaha dan
aktivitas dalam Muhammadiyah perlu didasarkan pada niat untuk beribadah
kepada Allah SWT. Kemudian niat itu dikuatkan dengan merujuk kepada
ajaran Allah agar setiap usaha yang dilakukan mendapat ridha Allah SWT.
4. Sifat Muhammadiyah
Muhammadiyah memiliki sifat-sifat yang merupakan nilai-nilai
dasar untuk melakukan gerakan. Untuk itu, setiap warga Muhammadiyah
wajib memelihara sifat-sifatnya sebagaimana hasil Muktamar
Muhammadiyah ke-35 di Jakarta tahun 1962. Adapun Sifat-sifat
Muhammadiyah sebagai berikut:
a) Beramal dan berjuang untuk perdamaian dan kesejahteraan.
b) Memperbanyak kawan dan mengamalkan ukhuwah Islamiyah.
c) Lapang dada, luas pandangan dengan memegang teguh ajaran Islam.
d) Bersifat keagamaan dan kemasyarakatan.
e) Mengindahkan segala hukum, undang-undang, peraturan serta dasar
negara yang syah.
f) Amar ma'ruf nahi munkar dalam segala lapangan serta menjadi contoh
teladan yang baik.
g) Aktif dalam perkembangan masyarakat dengan maksud ishlah dan
pembangunan sesuai dengan ajaran Islam.
h) Kerjasama dengan golongan agama Islam mana pun dalam usaha
menyiarkan dan mengamalkan agama Islam.
i) Membantu pemerintah serta bekerjasama dengan golongan lain,
sebagai pemelihara dan membangun negara.
j) Bersifat adil serta korektif ke dalam dan ke luar dengan bijaksana.

D. Penjelasan Kepribadian Muhammadiyah


1. Apakah Muhammadiyah itu?

Pokok pembahasan pertama yang ditegaskan dalam Kepribadian


Muhammadiyah adalah berupa pertanyaan "Apakah Muhammadiyah
itu?". Pertanyaan itu sesungguhnya untuk mengungkapkan tentang hakikat
apa dan siapa Muhammadiyah itu, atau mengungkapkan tentang jati diri
Muhammadiyah yang sebenar-benarnya. Oleh karena itu, pertanyaan

9
Apakah Muhammadiyah itu dapat diganti dengan "Hakikat
Muhammadiyah".

Hakikat Kepribadian Muhammadiyah

Hakikat Kepribadian Muhammadiyah adalah wajah dan wijhah-nya


Persyarikatan Muhammadiyah Wajah tersebut mencerminkan tiga
predikat yang melekat kuat sebagai Asy- Syakhsiyah atau jati dirinya
secara utuh. Tiga predikat yang dimaksud adalah Muhammadiyah sebagal
Gerakan Islam, Dakwah dan Tajdid.

Muhammadiyah sebagai Gerakan Islam

Muhammadiyah sebagai gerakan Islam didasarkan pada segi asas


‘aqidah) perjuangan Muhammadiyah. Muhammadiyah menjadikan Dinul
Islam sebagai subyek (sumber nilai) dan sumber obyek (sumber konsep)
perjuangannya. Sebagai sumber subyek lalah bahwa semua kegiatan dan
amal usaha Muhammadiyah selalu digerakkan oleh ruh al-Islam. Sebagai
sumber obyek ialah semua kegiatan dan amal usaha Muhammadiyah
dimaksudkan untuk menegakkan dan menjunjung tinggi agama Allah
SWT Sebagai sumber nilai dan konsep dinul Islam tidak bisa dipisahkan
dari perjuangan Muhammadiyah. Islam telah menjadi "Sibghah" yang
mendasari, menjiwai dan mewarnai gerakan Muhammadiyah.

Dalam Muqaddimah Anggaran Dasar Muhammadiyah dinyatakan


secara jelas, bahwa Persyarikatan Muhammadiyah adalah gerakan Islam
yang didirikan pada 8 Dzulhijah 1330 H atau 18 Nopember 1912 M.
Sedangkan dalam tubuh Anggaran Dasar Muhammadiyah menegaskan
bahwa organisasi ini berasaskan Islam, bersumber pada Al-Qur'an dan
Sunnah Nabi, yang gerakannya melaksanakan dakwah amar ma'ruf nahi
munkardan tajdid dengan maksud dan tujuan menjunjung tinggi agama
islam sehingga terwujud masyarakat Islam yang sebenar-benarnya.

Rumusan tersebut merupakan formulasi dari esensi dan eksistensi


Muhammadiyah sebagai gerakan Islam yang bersifat pemurnian dan
pembaruan di bawah tema utama kembali pada Al-Qur'an dan Sunnah

10
yang shahihah atau maqbulah, dengan mengembangkan atau membuka
pintu ijtihad untuk kemajuan umat dan kehidupan manusia. Sejak
kelahirannya Muhammadiyah memerankan diri sebagai gerakan Islam,
yakni gerakan untuk menyebarluaskan dan memajukan hal-ikhwal agama
Islam di Indonesia. K.H. Ahmad Dahlan dengan Muhammadiyah yang
didirikannya bahkan sering dikategorikan sebagai bagian dari matarantai
gerakan islam pembaruan di dunia oleh Ibn Taimiyah, Muhammad bin
Abdil Wahhab, Jamaluddin Al- Afghani, Muhammad Abduh, dan Rasyid
Ridha dalam gerbong modernism Islam abad ke-20.

Penegasan dalam Anggaran Dasar dan pertautan historis itu


menunjukkan bahwa Muhammadiyah adalah organisasi yang tidak lepas
dari semangat Islam. Bahkan, kelahiran Muhammadiyah sendiri juga tidak
lepas dari pemahaman mendalam yang dilakukan oleh K.H. Ahmad
Dahlan terhadap Al-Qur'an, khususnya surat All Imran: 104. Penelaahan
inilah yang mendorong K.H. Ahmad Dahlan melakukan berbaga angkah
taktis dan strategis untuk mengentaskan keterbelakangan umat Islam,
dengan mendirikan Peryarikatan Muhammadiyah.

Tidak diragukan bahwa eksistensi dan esensi Muhammadiyah


sebagai gerakan Islam, bukan gerakan sosial-kemasyarakatan semata.
Gerakan ke masyarakatannya hanyalah bagian atau fungsi tranformasi dari
gerakan Islam, bukan sesuatu yang berdiri sendiri apalagi terlepas dari
gerakan Islam. Kondisi sosio-historis berdirinya Muhammadiyah tidak
lain karena dilhami dimotivasi, dan disemangati oleh ajaran ajaran al-
Qur'an. Motif gerakannya tidak lain kecuali semata-mata untuk
merealisasikan prinsip-prinsip ajaran Islam dalam kehidupan nyata.
Gerakannya hendak berusaha menampilkan wajah Islam dalam dinamika
nldup, yang dapat dihayati, dirasakan, dan dinikmati oleh manusia sebagai
rahmatan lil 'alamin.

Muhammadiyah Sebagai Gerakan Dakwah

Ciri kedua dari gerakan Mehammadiyah dikenal sebagai gerakan


dakwah Islam, amar makruf nahi munkar. Ciri yang kedua ini telah muncul

11
sejak dari kelahirannya dan tetap melekat tak terpisahkan dalam jati diri
Muhammadiyah. Hal ini diakui oleh beberapa pihak yang menyatakan
bahwa Muhammadiyah terlihat sebagai pergerakan dakwah yang
menekankan pengajaran serta pendalaman nilai-nilai dan memiliki
kepedulian yang sangat besar terhadap penetrasi misi Kristen di Indonesia.

Sebagaimana yang diketahui, bahwa faktor utama yang mendorong


berdirinya Persyarikatan Muhammadiyah berasal dari pendalaman K.H
Ahmad Dahlan terhadap ayat-ayat Al-Qur'an, terutama sekali surat Ali
Imran ayat 104. Berdasarkan pada ayat inilah Muhammadiyah meletakkan
khittah atau strategi dasar perjuangannya, yaitu dakwah (menyeru,
mengajak) Islam, amar makruf nahi munkar dengan masyarakat sebagai
medan atau kancah perjuangannya.

Dilihat dari arti bahasa (etimologi), dakwah berasal dari kata dala
yad'u, da'watan, berarti seruan, ajakan, atau panggilan. Sedang dilihat dari
arti istilah (terminologi) berarti penyampaian Islam kepada manusia baik
secara lisan, tulisan ataupun lukisan. Sedangkan secara istilah setidaknya
ada beberapa batasan atau definisi sebagai berikut:

a) Segala aktivitas dan usaha untuk menqubah satu situasi tertentu


kearah lain yang lebih baik, sesuai dengan ajaran Islam.
b) Usaha-usaha menyerukan dan menyampaikan kepada perorangan
manusia dan seluruh umat konsepsi Islam tentang pandangan dan
tujuan hidup di dunia ini, yang meliputi amar ma'ruf dan nah munkar,
dengan berbagai media dan cara yang baik dan membimbing
mengamalkannya dalam perikehidupan perorangan, keluarga (usrah),
masyarakat dan bernegara.
c) Mengajak dan menyeru manusia atau masyarakat kepada ajaran
Islam, dengan memberikan pengertian dan kesadaran akan kebenaran
ajaran-ajaran Islam sehingga manusia atau masyarakat dapat
menginsyafi akan kebaikan, kelebihan, dan keutamaan Islam bagi
pembentukan pribadi yang utama, dan bagi mengatur ketertiban hidup
bermasyarakat, dalam segala aspek kehidupan, seperti bidang iktiqad,

12
ibadah, akhlak, kebudayaan, pendidikan- pengajaran, ilmu
pengetahuan, sosial, ekonomi, juga dalam bidang kenegaraan-politik
dan sebagainya.

Adapun tujuan akhir atau tujuan umum dakwah Islam adalah sama
dan sebangun dengan tujuan hidup muslim, yaitu:

a) Tujuan vertical yaitu mencari keridlaan Allah SWT. (Lihat QS. 6:162-
163, 101:96, 69:18, 110:19, 19:06, 89:27-30, 92:18-21, 27:19).
b) Tujuan horizontal yaitu menyampaikan rahmat bagi seluruh alam
semesta. Secara rinci, dapat dijabarkan menjadi tujuan individu (OS.
2:22 dan 209), anggota keluarga (QS. 30:21), warga lingkungan (QS.
7:96), warga bangsa (QS. 34:15) dan warga dunia (QS. 2:201).

Sedangkan menurut AbulA'la al-Maududi, sebagaimana yang


dikutip Musthafa Kamal Pasya dan Ahmad Adaby Darban, tujuan
dakwah Islamiyah secara proporsional meliputi tiga sasaran, yaitu:

1. Agar umat manusia menyembah kepada Allah, tidak menyekutukan-


Nya dengan sesuatu, dan tidak akan menyembah tuhan selain Allah
semata-mata.
2. Agar umat manusia bersedia menerima Islam sebagai agamanya
memurnikan keyakinannya, hanya mengakui Allah sebagai
tuhannya, membersihkanjiwanya dari penyakit nifaq (kemunafiqan)
dan selalu menjaga amal perbuatannya agar tidak bertentangan
dengan ajaran agama yang dianutnya.
3. Dakwah ditujukan untuk merubah sistem pemerintahan yang zalim
ke pemerintahan Islam.

Adapun obyek yang dijadikan sasaran dakwah (mad'u)


Muhammadiyah ada dua macam, yaitu:

1. Orang yang belum Islam (umat dakwah)

13
Dakwah kepada orang yang belum Islam adalah ajakan,
seruan dan panggilan, yang sifatnya menggembirakan dan
menyenangkan (tabsyir). Cara yang dilakukan adalah dengan
menunjukkan mahasin al-Islam (keindahan Islam) melalul
keterangan dan tingkah laku, bukan paksaan. Tujuan utamanya
adalah agar mereka mengerti, memahami ajaran Islam, serta mau
menerima Islam sebagai agamanya.

Ajaran Islam menggambarkan dua nuansa yang perpasangan


secara serasi dan harmonis. Nuansa yang pertama adalah yang penuh
kegembiraan, ringan, dan menyenangkan. Sedangkan nuansa yang
kedua menggambarkan ajaran yang cukup berat serius, menakutkan,
dan sedih yang dalam al-Qur'an di gambarkan dengan ungkapan
"nadziran" memberi kabar peringatan (QS. 2:119, 34:28, 35:24).
Kedua nuansa di atas jelas berkaitan dengan apa yang disebut
dengan ganjaran (reward) dan hukuman atau (punishment),
berkaitan dengan surga dan neraka.

Dakwah terhadap orang yang belum Islam hendaknya lebih


dikedepankan Islam dari sisi yang menggembirakan, yang ringan-
ringan (enteng-entengan), yang dapat menimbulkan kesan bahwa
sesungguhnya beragama Islam itu ternyata mudah dan
menggembirakan, bukannya menambah beban dan tidak akan
menimbulkan kesusahan dan kesulitan.

2. Orang yang sudah Islam (umat ijabi)

Sifat dakwah yang dilakukan kepada orang yang sudah Islam bukan
lagi bersifat ajakan untuk menerima Islam sebagai agamanya, tetapi
bersifat tajdid dalam arti pemurnian (purifikasi) dan dapat juga
berarti pembaruan (reformasi). Artinya, dakwah yang dilakukan
kepada golongan ini adalah menata kembali amal keagamaannya
agar sesuai dengan ajaran Islam yang berdasarkan al-Qur'an dan
Hadits Nabi, yang dapat dikategorikan dalam tiga hal:

14
A. l'adah (pemulihan) yaitu membersihkan ajaran yang tidak murni
lagi
B. Ibanah (memisahkan) yaitu memisahkan secara cermat mana
yang sunnah dan mana yang bid'ah.
C. Ihya' (menghidupkan) yaitu menghidupkan ajaran-ajaran Islam
yang belum terlaksana atau yang terbengkalai.

Muhammadiyah Sebagai Gerakan Tajdid

Ciri ketiga yang melekat pada Persyarikatan Muhammadiyah


adalah sebagai gerakan tajdid atau gerakan reformasi. Menurut paham
Muhammadiyah, Tajdid mempunyai dua pengertian.

Pertama, mengandung pengertian purifikasi dan reformasi: yaitu,


pembaruan dalam pemahaman dan pengamalan ajaran Islam ke arah
keaslian dan kemurniannya sesuai dengan al-Qur'an dan al-Sunnah al-
Maqbulah. Dalam pengertian pertama ini diterapkan pada bidang akidah
dan ibadah mahdhah.

Kedua, mengandung pengertian modernisasi atau dinamisasi


(pengembangan) dalam pemahaman dan pengalaman ajaran Islam sejalan
dengan kemajuan ilmu pengetahuan dan teknologi serta perubahan
masyarakat. Pengertian yang kedua diterapkan pada masalah mu'amalah
duniawiyah. Tajdid dalam pengertian ini sangat diperlukan terutama
setelah memasuki era globalisasi, karena pada era ini bangsa- bangsa di
dunia mengalami hubungan antarbudaya yang sangat kompleks.

Arti pemurnian" tajdid dimaksudkan sebagai pemeliharaan matan


ajaran Islam yang berdasarkan dan bersumber kepada al-Qur'an dan al-
Sunnah al-Maqbulah Pada pengertian tajdid dalam arti pemurnian ini
Bernard Viekke dan Wertheim, misalnya. mengkategorikan
Muhammadiyah sebagai gerakan puritan yang menjadikan fokus
utamanya “pemurnian atau pembersihan ajaran-ajaran Islam dar
sinkretisme dan belenggu formalism”.

15
Sebagai arti "peningkatan pengembangan, modernisasi dan yang
semakna dengannya", tajdid dimaksudkan sebagai penafsiran
pengamalandan perwujudan ajaran Islam dengan tetap berpegang teguh
kepada al-Qur'an dan as-Sunnah al-Maqbulah

Sebagai gerakan tajdid, Muhammadiyah telah melahirkan berbagai


prestasi yang mengagumkan. Di antaranya adalah:

1. Membersihkan Islam dari pengaruh dan kebiasaan yang bukan Islam


2. Reformulasi doktrin Islam dengan pandangan alam pikiran modern
3. Reformulasi ajaran Islam dan pendidikan Islam
4. Mempertahankan Islam dari pengaruh dan serangan orang di luar
Islam.

Muhammadiyah sebagai gerakan tajdid adalah sifat dakwahnya


ditujukan kepada umat Islam. Tajdid yaitu mengembalikan pemahaman
dan pengamalan umat terhadap Dinul Islam secara murni yang meliput
benar dan tepat sesuai Al Quran dan Sunnah Rasulullah SAW, Dalam
tajdid dilakukan bersifat modernisasi bidang amaliyah
Mengaktualisasikan ajaran Islam sesuai dengan perkembangan kehidupan
masyarakat sehingga Dinul Islam menjadi Rahmatan Lil Alamin.

2. Dasar Amal Usaha dan Perjuangan Muhammadiyah

Dalam perjuangan melaksanakan usaha menuju tujuan


terwujudnya masyarakat utama, adil dan makmur yang diridlai Allah
SWT di mana kemakmuran dan kesejahteraan, kebaikan dan
kebahagiaan luas merata Persyarikatan Muhammadiyah mendasarkan
segala langkah,gerak dan amal usaha di atas prinsip-prinsip yang
tersimpul dalam Muqaddimah Anggaran Dasar Muhamadiyah.

A. Hidup manusia harus berdasarkan tauhid, ibadah dan taat kepada


Allah semata-mata.

Dalam melaksanakan segala gerak dan kegiatannya maka tauhid dan


tawakal kepada Allah harus senantiasa dijadikan landasan dasarnya,
dengan maksud semata-mata untuk beribadah serta mentaati semua

16
perintah dan larangannya. Dasar seperti ini harus menjadi ciri milik
pribadi setiap warga Muhammadiyah sehingga dapat menjadi contoh
teladan dalam pembangunan dan perbaikan negara dan masyarakat

B. Hidup manusia bermasyarakat Muhammadiyah adalah satu faktor


yang kuat dalam perkembangan masyarakat serta warga

Muhammadiyah merupakan anggota masyarakat yang tidak diam,


akan tetapi bergerak maju, aktif dinamis dalam membangun. Oleh
karena itu gerakan Muhammadiyah harus aktif dan menonjol di
tengah-tengah masyarakat untuk memimpin atau paling tidak
menjadi sosok penerang yang cemerlang.

C. Menegakkan ajaran Islam dengan keyakinan bahwa ajaran Islam


adalah satu-satunya landasan kepribadian dan ketertiban bersama
untuk kebahagiaan dunia dan akhirat.
Muhammadiyah berkeyakinan bahwa tidak ada dasar landasan yang
dapat membahagiakan manusia di dunia ini kecuali dengan dasar Al-
Qur'an dan al-Hadits yang akan membawa kebahagiaan manusia
yang hakiki di akhirat kelak. Oleh karena itu apa pun ajaran Islam
yang terdapat dalam Al-Qur'an dan as-Sunnah wajib dan mutlak
dipatuhi Segala kebijaksanaan pimpinan serta taktik dan strategi
perjuangan harus dinilai dan sesuai dengan prinsip-prinsip ajaran
Islam.
D. Menegakkan dan menjunjung tinggi agama Islam dalam masyarakat
adalah wajib, sebagai ibadah kepada Allah dan berbuat Ihsan dan
Islah kepada kemanusiaan.
Setelah Muhammadiyah dapat berdiri tegak dan berjalan di atas
landasan seperti di atas, barulah kuat menegakkan dan menjunjung
tinggi ajaran Islam serta mampu mengatasi berbagai rintangan.
hambatan, tantangan dan halangan yang ada.
E. Ittiba' kepada langkah perjuangan Nabi Muhammad SAW

Ittiba' atau mengikuti jejak langkah perjuangan Rasulullah SAW


adalah wajib menjadi syarat yang tidak boleh tidak harus dan wajib

17
dilakukan oleh setiap muslim, dan sesungguhnya dalam rangka
menggerakkan umat Islam kearah ittiba' itulah hakikatnya
Muhammadiyah didi Rasulullah menghadapi penderitaan dan
rintangan, kesabaran dalam duka dan derita serta kesyukurannya
dalam menerima nikmat Allah. Kita harus senantiasan berusaha
memiliki sifat-sifat yang e. Kita wajib mencontoh sikap keteguhan
dicontohkan oleh Rasulullah SAW.

F. Melancarkan amal usaha dan perjuangannya dengan ketertiban


organisasi.

Muhammadiyah beramal dan berjuang dengan berorganisasi yang


didasarkan atas musyawarah bersama. Menghimpun dan mendidik
kader pimpinan, mengaktifkan gerak anggota, menentukan
peraturan-peraturan untuk mencapai hasil yang jauh lebih besar dan
lebih dapat menanggulangi berbagai rintangan dan halangan karena
bergerak dengan menggunakan organisasi.

3. Pedoman Amal Usaha dan Perjuangan Muhammadiyah

Dari segi taktik perjuangan sering orang berpendirian bahwa tidak


mengapa kita bertindak menyalahi peraturan bahkan tidak mengapa
bertindak yang tidak sesuai dengan ajaran Islam, asal dengan maksud
untuk mencapai tujuan yang lebih besar. Kadang-kadang sampa orang
berpendapat bahwa tiada celanya berbuat sesuatu yang menyeleweng
dari hukum agama, asal hanya untuk siasat belaka. Ada adagium dari
Nicollo Machiavelli (1469-1527) yang menyatakan "Het doel beiligt de
middelen" atau tujuan menghalalkan semua cara. Maksudnya, tidak apa
orang yang melakukan cara-cara yang kurang baik asalkan untuk
mencapai tujuan yang baik.

Dalam Muhammadiyah hal ini tidak boleh terjadi. Hukum dan


ajaran agama Islam wajib dipegang teguh dan dijunjung tinggi. Tujuan
yang baik harus dicapai dengan cara yang baik pula. Cita-cita yang
diridlai Allah harus dicapai dengan cara serta usaha yang diridlai Allah

18
SWT. Dalam hal ini Rasulullah pernah bersabda: "siapa menyuruh
berbuat baik hendaklah dengan cara yang baik pula". Muhammadiyah
berjuang tidak sekedar mencari berhasilnya tujuan semata-mata, tetapi di
samping itu juga dengan maksud beribadah, berbakti kepada Allah dan
berjasa kepada kemanusiaan. Muhammadiyah berjuang dengan
keyakinan bahwa kemenangan ada di tangan Allah, dan itu akan
dianugerahkan kepada siapa yang bersungguh-sungguh berjuang dengan
cara yang adil dan jujur.

4. Sifat Muhammadiyah
A. “Beramal dan Berjuang Untuk Perdamaian dan Kesejahteraan"

Dengan sifat ini Muhammadiyah tidak boleh mencela dan


mendengki golongan lain. Sebaliknya Muhammadiyah harus tabah
menghadapi celaan dan kedengkian golongan lain tanpa
mengabaikan hak untuk membela diri kalau perlu dan itu pun harus
dilakukan secara baik tanpa dipengaruhi perasaan aneh.

B. “Memperbanyak Kawan dari Mengamalkan Ukhuwah Islamiyah”

Setiap warga Muhammadiyah-siapa pun orangnya termasuk para


pemimpin dan da'inya harus memegang teguh sifat ini. Dalam
rangka untuk "Memperbanyak Kawan dan Mengamalkan
Ukhuwah Islamiyah inilah pada umumnya ceramah atau kegiatan
dakwah lainnya yang dilancarkan oleh dai-da'i Muhammadiyah
memakal gaya"sejuk penuh senyum. bukan dakwah yang agitatif
menebar kebencian ke sana ke mari. Di kalangan Muhammadiyah
di Surakarta terkenal semboyan "Jiniwit Katut" Jiniwit artinya
dijiwit (dicubit), tetapijustru lama-lama orang yang njiwit akan
katut atau terpikat oleh Muhammadiyah yang selalu bertingkah
simpatik kepada siapa pun. Tampaknya sifat inilah salah satu
rahasia mengapa Muhammadiyah terus berkembang makin
mengakar dalam masyarakat.

19
C. “Lapang Dada, Luas Pandang dan Dengan Memegang Teguh
Ajaran Islam"
Lapang dada atau toleransi adalah satu keharusan bagi siapapun
yang hidup dalam masyarakat, apalagi hidup dalam masyarakat
yang majemuk seperti masyarakat Indonesia Tanpa adanya lapang
dada, kehidupan akan goncang, dan prinsip "Memperbanyak
Kawan" akan berubah menjadi "Memperbanyak Musuh Namun
bagaimana pun dalam berlapang dada kita tidak boleh kehilangan
identitas sebagai warga Muhammadiyah yang harus tetap
memegang teguh ajaran Islam. Dengan demikian, bebas tetapi tetap
terkendali.
D. “Bersifat Keagamaan dan Kemasyarakatan".
Sifat "ini merupakan sifat Muhammadiyah sejak lahir, yang tidak
mungkin terlepas dari jwa dan raga Muhammadiyah, Karena
Muhammadiyah sejak lahir mengemban misi agama, sedang
agama diturunkan oleh Allah melalul para Nabi-Nya untuk
masyarakat. yakni untuk memperbaiki masyarakat Masyarakat
adalah lahan" bagi segala aktivitas perjuangan Muhammadiyah.
Dua sifat ini, yakni keagamaan dan kemasyarakatan, tidak boleh
berdiri sendiri-sendiri. Harus berjalin berkelindan. Karena itu
Muhammadiyah bukan gerakan sosial semata-mata, dan bukan
juga gerakan keagamaan semata-mata. Muhammadiyah adalah
gerakan kedua-duanya, keagamaan dan kemasyarakatan.
Walaupun begitu Muhammadiyah bukanlah gerakan politik Hal ini
tercermin dalam berbagal amal usaha yang telah dijalankan selama
ini
E. "Mengindahkan segala Hukum, Undang-undang Serta dan
Falsafah Negara Yang Sah”

Muhammadiyah sebagai satu organisasi mempunyai sejumlah


anggota. Anggota ini adalah warga negara dari suatu negara
hukum. Hukum negara mempunyai kekuatan mengikat bagi

20
segenap warga negaranya. Ini adalah kenyataan. Karena itu,
Muhammadiyah mengindahkan semua itu

F. "Amar Ma'ruf Nahi Munkar” dalam Segala Lapangan serta


Menjadi Contoh Teladan Yang Baik" Salah satu kewajiban tiap
muslim ialah beramar ma'rufdan bernahi munkar, yakni menyuruh
berbuat baik dan mencegah kemungkaran. Yang dimaksud
kemungkaran ialah semua kejahatan yang merusak dan
menjijikkan dalam kehidupan manusia. Tanpa adanya amar ma'ruf
dan nahi munkar kebaikan tidak akan dapat ditegakkan, dan
kejahatan tidak akan dapat diberantas. Untuk itu, Muhammadiyah
harus sanggup menjadi suri teladan dalam kegiatan ini, baik ke
dalam tubuh sendiri ataupun ke luar, ke tengah-tengah masyarakat
ramai, dengan penuh kebijaksanaan dan pendekatan yang simpatik.
Amar ma'ruf nahi munkar, bagaimanapun harus kita lakukan
dengan cara yang baik sebab kalau tidak begitu, adalah
Machiavellisme namanya.
G. "Aktif dalam Perkembangan Masyarakat dengan Maksud Ishlah
dan Pembangunan Sesuai dengan Ajaran Islam"
Kapan pun dan di mana pun Muhammadiyah memang harus selalu
aktif dalam perkembangan masyarakat, sebab tanpa begitu,
Muhammadiyah akan kehilangan peran dan ketinggalan sejarah.
Tetapi keaktifan Muhammadiyah dalam perkembangan
masyarakat, tidak berarti sekedar ikut arus perkembangan
masyarakat, Muhammadiyah adalah kekuatan ishlah dan
pembangunan sesuai dengan ajaran Islam
H. "Kerjasama dengan Golongan Lain Mana Pun, dalam Usaha
Menylarkan dan Mengamalkan Ajaran Islam serta Membela
Kepentingannya"
Menyiarkan Islam, mengamalkan dan membela kepentingan Islam,
bukan hanya tugas Muhammadiyah, tetapi juga tugas semua umat
Islam. Karena itu, Muhammadiyah perlu menjalin kerjasama

21
dengan semua golongan umat Islam. Tanpa kerjasama ini, tidak
mudah kita melaksanakan tugas yang berat ini.
I. "Membantu Pemerintah serta Kerjasama dengan Golongan Lain
dalam Memelihara Negara dan Membangunnya, Untuk Mencapai
Masyarakat yang Adil dan Makmur yang Diridhai"
Negara Indonesia adalah milik semua warganya, termasuk warga
Muhammadiyah Adalah suatu keharusan dijalinnya kerjasama di
antara semua unsur pemilik negara, untuk membangun Negara dan
bangsa menuju tercapainya masyarakat yang adil dan makmur
yang diridhai Allah. Muhammadiyah amat memperhatikan
kemakmuran masyarakat, sebab kemakmuran mempersubur iman
dan takwa, sedang kemelaratan mempersubur kriminalitas sosial
dan kekufuran. Bukankah telah disabdakan oleh Nabi kita, "kada
al-faqru ayyakuna kufran" (Kekafiran itu dapat menyebabkan
kekufuran).
J. "Bersifat Adil serta Korektifke dalam dan Keluar dengan
Bijaksana" Dengan sifat adil dan korektif, Muhammadiyah tidak
senang melihat sesuatu yang tidak semestiinya, dan ingin
mengubahnya dengan yang lebih tepat dan lebih baik, meskipun
mengenal diri sendiri. Jadi Muhammadiyah tidak tinggal diam saja
dan taqlid Tetapi koreksi pada diri sendiri dan ke luar ini tidak
boleh dilakukan dengan sembarangan, melainkan harus dengan
adil dan bijaksana. Kesalahan adalah kesalahan, sekalipun ada pada
orang atau golongan lain. Bukan sifat Muhammadiyah tetap
bersikukuh membela suatu hal, padahal misalnya jelas-jelas yang
dibelanya itu salah atau tidak baik (Kamal Pasha dkk, 1971: 58-
65).
E. Kepada Siapa Kepribadian Muhammadiyah Kita Pimpinkan/ Berikan

Seperti telah kita uraikan di atas, bahwa Kepribadian Muhammadiyah ini


pada dasarnya adalah memberikan pengertian dan kesadaran kepada warga
kita, agar mereka itu tahu tugas kewajibannya, tahu sandaran atau dasar-dasar

22
beramal-usahanya, juga tahu sifat-sifat atau bentuk/ irama bagaimana mereka
bertindak bersikap pada saat melaksanakan tugas kewajibannya.

F. Cara Memberikan atau Menentukan


Tidak ada cara lain dalam memberikan atau menuntukan Kepribadian
Muhammadiya ini, kecuali harus dengan teori dan praktik penanaman,
pengertian dan pelaksanaan.
1. Penandaan atau pendalaman pengertian tentang da'wah dan bertabligh.
2. Menggembirakan dan memantapkan tugas berda'wah. Tidak merasa rendah
diri (minder-waardig-Bld) dalam menjalankan da'wah; namun tidak
memandang rendah kepada yang bertugas dalam lapangan lainnya (politik,
ekonomi, seni-budaya dan lain-lain).
3. Keadaan mereka prawarga hendaklah ditugaskan dengan tugas yang tentu-
tentu, bukan dengan hanya sukarela. Bila perlu dilakukan dengan suatu
ikatan, misalnya dengan perjanjian, dengan bai’at dan lain-lain.
4. Sesuai dengan masa itu, perlu dilakukan dengan musyawarah yang sifatnya
mengevaluasi tugas-tugas itu.
5. Sesuai dengan suasana sekarang. perlu pula dilakukan dengan formalitas
yang menarik, yang tidak melanggar hukum-hukum agama dan juga dengan
memberikan bantuan logistik.
6. Pimpinan cabang. Ranting bersama-sama dengan anggota- anggotanya
memusyawarahkan sasaran-sasaran yang dituj, bahan- bahan yang perlu
dibawakan dan membagi petugas-petugas sesual dengan kemampuan dan
sasarannya.
7. Pada musyawarah yang melakukan evaluasi, sekaligus dapat ditambahkan
bahan-bahan atau bekal yang dperlukan, yang akan dibagikan kepada warga
selaku muballigh dan muballighot.

23
BAB III

PENUTUP

A. KESIMPULAN

Muhammadiyah hadir dengan kepribadiannya yaitu gerakan Islam, dakwah


amar ma’ruf nahi munkar, dan gerakan tajdid. Inilah yang menjadi kepribadian
Muhammadiyah.

Dengan melaksanakan Dakwah Islam dan Amar Ma’ruf Nahi


Munkar dengan caranya masing-masing yang sesuai, Muhammadiyah
menggerakkan masyarakat menuju tujuannya, yaitu:

“Terwujudnya masyarakat Islam yang sebenar-benarnya”.

Bagaimanapun cara perjuangan Muhammadiyah untuk mencapai tujuan


tunggalnya, harus berpedoman: “Berpegang teguh akan ajaran Allah dan
Rasul-Nya, bergerak membangun di segenap bidang dan lapangan dengan
menggunakan cara serta menempuh jalan yang diridhai Allah”

B. SARAN

Setelah membaca makalah karya tulis ilmiah ini diharapkan para pembaca
agar dapat memahami bagaimana Kepribadian Muhammadiyah itu. Selain itu
diharapkan pembaca dapat menerapkan ilmu yang didapat dalam makalah ini
dalam penulisan karya ilmiah ataupun sejenisnya.

24
DAFTAR PUSTAKA

Tim Dosen Agama Islam FAI UMM . editor syaiful amin .2017. Al Islam
Kemuhammadiyahann III . Edisi Revisi. Malang : UMM Press

25

Anda mungkin juga menyukai