Anda di halaman 1dari 21

ANALISIS GUGUS FUNGSI PARA-DIMETILAMINOBENZALDEHIDA SECARA

KUALITATIF MENGGUNAKAN SPEKTROFOTOMETER FT-IR

LAPORAN PRAKTIKUM

Diajukan Sebagai Salah Satu Syarat Untuk Memenuhi Tugas Metodologi FisikoKimia
Pada Program Studi Farmasi

Oleh :
Imega Rizky leonita
066115267

LABORATORIUM FARMASI
PROGRAM STUDI FARMASI
FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM
UNIVERSITAS PAKUAN
BOGOR
2018
ANALISIS GUGUS FUNGSI PARA-DIMETILAMINOBENZALDEHIDA SECARA
KUALITATIF MENGGUNAKAN SPEKTROFOTOMETER FT-IR
LAPORAN PRAKTIKUM

Tanggal Praktikum : 19 November 2018


Kelompok : G2 2015

Diajukan Sebagai Salah Satu Syarat Untuk Memenuhi Tugas Metodologi FisikoKimia
Pada Program Studi Farmasi

Oleh :
Imega Rizky leonita
066115267

LABORATORIUM FARMASI
PROGRAM STUDI FARMASI
FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM
UNIVERSITAS PAKUAN
BOGOR
2018

ii
HALAMAN PENGESAHAN

Judul Laporan : Analisis Gugus Fungsi Para-Dimetilaminobenzaldehida Secara


Kualitatif Menggunakan SPEKTROFOTOMETER FT-IR
Nama : Imega Rizky Leonita
NPM : 066115267
Program Studi : Farmasi

Laporan ini telah disetujui dan disahkan


Bogor, November 2018

Pembimbing II Pembimbing I

Zaldy Rusly M.Farm Sri Wardatun, M.Farm., Apt.

Mengetahui

Ketua Program Studi Farmasi Dekan FMIPA- UNPAK

Sri Wardatun, M.Farm.,Apt. Dr. Prasetyorini, M.S. Dra.

iii
KATA PENGANTAR

Puji serta syukur saya panjatkan pada Allah SWT karena atas segala limpahan berkah
dan karunia-Nya saya dapat menyelesaikan pembuatan dan penyusunan laporan ini. Laporan
ini dibuat untuk memenuhi persyaratan praktikum Metodologi Fisiko-Kimia yang diadakan di
Biofarmaka, Bogor dengan judul “Analisis Gugus Fungsi Para-Dimetilaminobenzaldehida
Secara Kualitatif Menggunakan Spektrofotometri FT-IR”.
Terima kasih saya ucapkan kepada para Dosen Pengajar maupun Pembimbing mata
kuliah metode fisiko-kimia yang telah membantu dan membina saya dalam praktikum, juga
kepada pihak-pihak lain yang berkontribusi dalam melakukan praktikum ini. Terutama saya
haturkan kepada :
1. Sri Wardatun, M.Farm., Apt sebagai pembimbing I dan Zaldy Rusli, M.Farm
sebagai pembimbing II yang telah banyak memberikan saran, masukan, dan arahan
serta motivasi kepada saya selama penulisan laporan ini.
2. Dekan Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam dan Ketua Program
Studi Farmasi, Universitas Pakuan Bogor.
3. Kedua Orangtua serta Adik-adik yang tercinta yang memberikan semangat serta
do’a yang tulus.
Dalam melakukan percobaan ini, tentunya banyak kesulitan yang dirasakan dan saya
sadar banyak kekurangan pada penulisan isi dari laporan ini. Dengan kerendahan hati saya
mohon maaf bila ada kekurangan dan keliru yang terdapat dalam laporan. Saya berharap
semoga laporan praktikum ini dapat bermanfaat, namun terlepas dari itu saya memahami
bahwa laporan praktikum ini masih jauh dari kata sempurna, sehingga saya mengharapkan
kritik serta saran yang bersifat membangun demi terciptanya laporan praktikum yang lebih
baik lagi.

Bogor, November 2018

Imega Rizky Leonita


NPM. 066115267

iv
RINGKASAN

Imega Rizky Leonita.066115267. “ANALISIS GUGUS FUNGSI PARA-


DIMETILAMINOBENZALDEHIDA SECARA KUALITATIF MENGGUNAKAN
SPEKTROFOTOMETER FT-IR”.

Pembimbing : Zaldy Rusli, Sri Wardatun, dan Usep Suhendar

Metode analisis yang digunakan untuk menggambarkan secara menyeluruh


karakteristik kimia suatu bahan, salah satunya yaitu dengan teknik spektroskopi FTIR.
Metode tersebut akan menghasilkan spektra FTIR. Adanya interaksi antara energi sinar
inframerah dan komponen kimia penyusun campuran bahan yang menyebabkan keluarnya
spectra FTIR. Dapat dikatakan bahwa kegunaan dari adanya spektra tersebut merupakan
identitas dari masing-masing komponen khas yang bercampur tersebut.
Pengujian dengan spektroskopi FT-IR tidak memerlukan persiapan sampel yang rumit
dan bisa digunakan dalam berbagai fase baik padat, cair mapun gas. Teknik analisis
spektrokopi termasuk salah satu teknik analisis instrumental. Teknik tersebut
memanfaatkan fenomena interaksi materi dengan gelombang elektromagnetik seperti sinar-X,
ultraviolet, cahaya tampak dan inframerah. Spektrokopi inframerah merupakan suatu metode
yang mengamati interaksi molekul dengan radiasi elektromagnetik yang berada pada daerah
panjang gelombang 0.75-1.000 µm atau pada bilangan gelombang 13.000-10 cm-1.
Hasil dari pembacaan gugus fungsi sampel yaitu persen transmittan(%) pada sumbu y
dan sumbu x merupakan bilangan gelombang (cm-1). Persen transmittan akan berbanding
terbalik dengan absorban. Hasil sampel ke-satu dan sampel ke-dua tidak berbeda jauh yaitu
terdapat gugus fungsi untuk para, C-N amina, C=O aldehid, C=C cincin Aromatik, dan C-H
Cincin aromatik. Namun, pada bilangan gelombang 3315.25 cm-1 yang tidak nampak pada
sampel ke-dua dan muncul bilangan gelombang 2361.27 - 2336.47 cm-1.

Kata kunci : Spektroskopi FTIR, spektra FTIR, gugus fungsi,


%transmittan, absorban

v
DAFTAR ISI

HALAMAN PENGESAHAN ........................................................................................... iii


KATA PENGANTAR ........................................................................................................ iv
RINGKASAN .................................................................................................................... v
DAFTAR ISI....................................................................................................................... vi
BAB I PENDAHULUAN
I.1 Latar Belakang ..................................................................................................... 1
I.2 Rumusan Masalah ................................................................................................ 2
I.3 Tujuan Praktikum ................................................................................................. 2
BAB II TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Spektroskopi Inframerah Transformasi Fourier (FTIR) ...................................... 3
2.2 Bentuk spektrum inframerah. ............................................................................. 6
2.3 Struktur P-dimetilaminobenzaldehida ................................................................. 7
2.4 Kalium Bromida................................................................................................... 7
BAB III METODOLOGI
3.1 Waktu dan tempat ................................................................................................ 8
3.2 Alat dan Bahan .................................................................................................... 8
3.2.1 Alat .............................................................................................................. 8
3.2.2 Bahan ........................................................................................................... 8
3.3 Cara Kerja ............................................................................................................ 8
3.3.1 Preparasi sampel .......................................................................................... 8
3.3.2 Identifikasi Gugus dengan Spektrofotometri FT-IR ................................... 8
BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN
4.1 Data Penelitian sampel 1 kelompok G2 .............................................................. 9
4.2 Data Penelitian sampel kelompok G2 ................................................................ 10
4.3 Pembahasan ......................................................................................................... 11
BAB V KESIMPULAN
5.1 Kesimpulan ........................................................................................................ 13
5.2 Saran .................................................................................................................. 13
DAFTAR PUSTAKA ......................................................................................................... 14
LAMPIRAN ........................................................................................................................ 15

vi
BAB I
PENDAHULUAN

I.1 Latar Belakang


Metode analisis yang digunakan untuk menggambarkan secara menyeluruh
karakteristik kimia suatu bahan, salah satunya yaitu dengan teknik spektroskopi FTIR.
Metode tersebut akan menghasilkan spektra FTIR. Adanya interaksi antara energi sinar
inframerah dan komponen kimia penyusun campuran bahan yang menyebabkan keluarnya
spectra FTIR. Dapat dikatakan bahwa kegunaan dari adanya spektra tersebut merupakan
identitas dari masing-masing komponen khas yang bercampur tersebut. Teknik
spektrofotometri menurut Christian (1986) yaitu dengan mengukur jumlah radiasi
elektromagnetik yang diserap oleh larutan contoh atau sampel. Kemudian, jumlah serapan
tersebut akan berkaitan dengan konsentrasi analit dalam larutan.
Spektroskopi juga dapat didefinisikan sebagai ilmu yang mempelajari interaksi
antara cahaya dan materi. Spektrofotometer sangat berhubungan dengan pengukuran jauhnya
pengabsorbansian energy cahaya oleh suatu system kimia sebagai fungsi panjang gelombang
dengan absorban maksimum dari suatu unsur atau senyawa. Teknik analisis spektrokopi
termasuk salah satu teknik analisis instrumental. Teknik tersebut memanfaatkan
fenomena interaksi materi dengan gelombang elektromagnetik seperti sinar-X, ultraviolet,
cahaya tampak dan inframerah. Fenomena interaksi bersifat spesifik baik adsorpsi maupun
emisi. Interaksi tersebut menghasilkan signal-signal yang disadap sebagai alat analisis
kualitatif. Contoh teknik spektrokopi adsorbsi adalah UV/ VIS, infraerah (FT-IR) dan
adsorbsi atom (AAS). Sedang contoh spektrokopi emisi adalah spektrokopi nyala dan
inductively coupled plasma (ICP), yang merupakan alat ampuh dalam analisis logam.
Spektrokopi inframerah merupakan suatu metode yang mengamati interaksi molekul
dengan radiasi elektromagnetik yang berada pada daerah panjang gelombang 0.75-1.000 µm
atau pada bilangan gelombang 13.000-10 cm-1. Metode spektroskopi inframerah merupakan
suatu metode yang meliputi teknik serapan (absorption), teknik emisi (emission), teknik
fluoresensi (fluorescence). Komponen medan listrik yang banyak berperan dalam
spektroskopi umumnya hanya komponen medan listrik seperti dalam fenomena transmisi,
pemantulan, pembiasan, dan penyerapan. Penemuan infra merah ditemukan pertama kali oleh
William Herschel pada tahun 1800.

1
I.2 Rumusan Masalah
1. Apa yang dimaksud dengan spektrofotometer FT-IR?
2. Bagaimana cara preparasi sampel dengan menggunakan spektrofotometer FT-IR?
3. Bagaimana prinsip kerja spektrofotometer FT-IR dalam mengidentifikasi gugus
fungsi?
4. Apa gugus fungsi yang terdapat dalam sampel P-dimetilaminobenzaldehid?
I.3 Tujuan Percobaan
1. Memahami pengertian spektrofotometri FTIR.
2. Mengetahui cara preparasi dan analisa sampel dengan menggunakan
spektrofotometer FT-IR.
3. Mengetahui prinsip kerja spektrofotometer FT-IR.
4. Menentukan gugus fungsi yang terdapat dalam sampel P-dimetilaminobenzaldehid.

2
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Spektroskopi Inframerah Transformasi Fourier (FTIR)


Cahaya tampak terdiri dari beberapa range frekuensi elektromagnetik yang berbeda
dimana setiap frekuensi bisa dilihat sebagai warna yang berbeda. Radiasi inframerah juga
mengandung beberapa range frekuensi tetapi tidak dapat dilihat oleh mata. Pengukuran pada
spektrum inframerah dilakukan pada daerah cahaya inframerah tengah (mid-infrared) yaitu
pada panjang gelombang 2.5 - 50 μm atau bilangan gelombang 4000 - 200 cm-1. Energi yang
dihasilkan oleh radiasi ini akan menyebabkan vibrasi atau getaran pada molekul. Pita
absorbsi inframerah sangat khas dan spesifik untuk setiap tipe ikatan kimia atau gugus fungsi.
Metoda ini sangat berguna untuk mengidentifikasi senyawa organik dan organometalik.
Sebagai sumber cahaya yang umum digunakan adalah lampu tungsten, Narnst glowers, atau
glowbars. Dispersi spektrofotometer inframerah menggunakan monokromator, yang
berfungsi untuk menyeleksi panjang gelombang.
Jika suatu frekuensi tertentu dari radiasi inframerah dilewatkan pada sampel suatu
senyawa organik maka akan terjadi penyerapan frekuensi oleh senyawa tersebut. Detektor
yang ditempatkan pada sisi lain dari senyawa akan mendeteksi frekuensi yang dilewatkan
pada sampel yang tidak diserap oleh senyawa. Banyaknya frekuensi yang melewati senyawa
(yang tidak diserap) akan diukur sebagai persen transmitan. Persen transmitan 100 berarti
tidak ada frekuensi IR yang diserap oleh senyawa. Pada kenyataannya, hal ini tidak pernah
terjadi. Selalu ada sedikit dari frekuensi ini yang diserap dan memberikan suatu transmitan
sebanyak 95%. Transmitan 5% berarti bahwa hampir seluruh frekuensi yang dilewatkan
diserap oleh senyawa. Serapan yang sangat tinggi ini akan memberikan informasi penting
tentang ikatan dalam senyawa ini.
Radiasi IR tidak memiliki cukup energi untuk menyebabkan transisi elektronik. Bila
radiasi IR dilewatkan melalui suatu cuplikan, maka molekul akan menyerap energi sehingga
terjadi vibrasi. Panjang gelombang serapan oleh suatu ikatan bergantung pada jenis getaran
ikatan antar atom. Oleh karena itu, tipe ikatan yang berlainan akan menyerap radiasi IR pada
panjang gelombang yang berbeda (Fessenden & Fessenden 1986). Vibrasi yang terjadi
meliputi vibrasi ulur dan tekuk dan dikenal beberapa istilah, yaitu rocking, twisting,
scissoring, dan waging (Hollas 2004).

3
Daerah radiasi spektroskopi IR berkisar pada bilangan gelombang 12800-10 cm-1.
Daerah 1400-4000 cm-1 merupakan daerah yang khusus untuk identifikasi gugus-gugus
fungsional sedangkan daerah 1500-800 cm-1 merupakan daerah sidik jari (fingerprint
region)(Murad et al. 2006). Pada daerah sidik jari, sedikit saja perbedaan struktur dan
susunan molekul akan menyebabkan perubahan distribusi puncak serapan.
Spektrum IR diperoleh dengan mengukur intensitas radiasi cahaya sebelum (I0) dan
sesudah (I) melewati contoh. Spektrum IR ditampilkan dengan mengalurkan transmitans
(T=I/I0) sebagai fungsi dari bilangan gelombang. Nilai transmitans dapat diganti dengan nilai
serapan, yaitu sinar yang diserap oleh contoh. Serapan pada panjang gelombang tertentu
dapat menghasilkan nilai konsentrasi contoh berdasarkan hukum Beer.
Berbeda dari spektrometer klasik, FTIR tidak mengukur panjang gelombang satu
demi satu, melainkan dapat mengukur intensitas transmitan pada berbagai panjang
gelombang secara serempak (Skoog et al. 1998). Monokromator prisma atau grating yang
dapat mengurangi energi sinar diganti dengan interferometer. Interferometer ini mengatur
intensitas sumber sinar inframerah dengan mengubah posisi dari cermin pemantul yang
memantulkan sinar dari sumber sinar ke sampel. Jadi, adanya interferometer membuat
spektrometer mampu mengukur semua frekuensi optik secara serempak dengan mengatur
intensitas dari setiap frekuensi tunggal sebelum sinyal sampai ke detektor. Hasil dari pindai
interferometer yang berupa interferogram (plot antara intensitas dengan posisi cermin) ini
tidak dapat diinterpretasikan dalam bentuk aslinya. Proses transformasi fourier akan
mengubah interferogram menjadi spektrum antara intensitas dengan frekuensi (George &
McIntyre 1987).
Spektroskopi Fourier Transform Infrared (FT-IR) yang merupakan salah satu metode
pengukuran untuk mendeteksi struktur molekul senyawa melalui identifikasi gugus fungsi
penyusun senyawa. Pengujian dengan spektroskopi FT-IR tidak memerlukan persiapan
sampel yang rumit dan bisa digunakan dalam berbagai fase baik padat, cair mapun gas.
Metode spektroskopi yang digunakan adalah metode spektroskopi adsorbsi yang didasarkan
atas perbedaan penyerapan radiasi infra merah oleh molekul suatu materi. Adsorbsi
inframerah oleh suatu materi dapat terjadi jika dipenuhi dua syarat yakni kesesuaian antara
frekuensi radiasi infra merah dengan frekuensi vibrasional molekul sampel dan perubahan
momen dipol selama bervibrasi (Chatwal; 1985).
FT-IR merupakan salah satu instrumen yang banyak digunakan untuk mengetahui
spektrum vibrasi molekul yang dapat digunakan untuk memprediksi struktur senyawa kimia.
Terdapat tiga teknik pengukuran sampel yang umum digunakan dalam pengukuran spektrum

4
menggunakan FTIR yaitu Photo Acoustic Spectroscopy (PAS), Attenuated Total Reflectance
(ATR), dan Difuse Reflectance Infrared Fourier Transform (DRIFT). Setiap teknik memiliki
karakteristik spektrum vibrasi molekul tertentu (Beasley, et al.; 2014). Metode pembacaan
spektrum vibrasi molekul pada FTIR ada dua macam, yaitu metode reflektansi dan metode
transmisi. Metode transmisi memerlukan teknik khusus dalam preparasi sampel yaitu harus
dalam bentuk pellet disk.
FTIR dapat digunakan untuk menganalisa senyawa organik dan anorganik. Selain itu,
FTIR juga dapat digunakan untuk analisa kualitatif meliputi analisa gugus fungsi (adanya
‘peak’ dari gugus fungsi spesifik) beserta polanya dan analisa kuantitatifdengan melihat
kekuatan absorbsi senyawa pada panjang gelombang tertentu. Daerah inframerah dibagi
menjadi 3 bagian yaitu :

1. Daerah inframerah dekat : λ = 0,75 - 2,5 µm, bilangan gelombang = 13.000 - 4.000 cm-1
2. Daerah inframerah sedang : λ = 2,5 - 50 µm, bilangan gelombang = 4.000 - 200 cm-1
3. Daerah inframerah jauh : λ = 50 - 1.000 µm, bilangan gelombang = 200 - 10 cm-1
Vibrasi rentangan dapat dibedakan vibrasi rentangan simetri dan vibrasi rentangan
asimetri. Sedangkan vibrasi bengkokan dibedakan menjadi guntingan (scissoring), kibasan
(waging), pelintiran (twisting) dan goyangan (rocking). Ragam vibrasi rentangan dan
bengkokan ditunjukkan oleh Gambar berikut :

Gambar 1. Vibrasi rentangan : (a) Rentangan simetri, (b) rentangan asimetri. Vibrasi
bengkokan : (c) Guntingan, (d) Goyangan, (e) Kibasan dan (f) Pelintiran (Sastrohamidjojo,
1992) .

5
2.2 Bentuk spektrum inframerah

Spektrum yang dihasilkan berupa grafik yang menunjukkan persentase transmitan


yang bervariasi pada setiap frekuensi radiasi inframerah.

Gambar 2.3 Spektrum inframerah

Satuan frekuensi yang digunakan pada garis horizontal (aksis) dinyatakan dalam
bilangan gelombang, yang didefenisikan sebagai banyaknya gelombang dalam tiap satuan
panjang. Pada pertengahan garis horizontal bisa saja terjadi perubahan skala. Perubahan skala
terjadi pada sekitar 2000 cm-1 dan sangat jarang terjadi perubahan skala pada sekitar 1000
cm-1. Perubahan skala ini tidak akan mempengaruhi interpretasi spektrum inframerah karena
yang dibutuhkan hanya nilai satuan yang ditunjuk skala horizontal.

Gambar 2.4 Tabel daerah gugus fungsi pada IR

6
2.3 Struktur P-dimetilaminobenzaldehida

Gambar 2.5 Struktur P-dimetilaminobenzaldehida

Para-Dimethylaminobenzaldehyde adalah senyawa organik yang mengandung amina


dan aldehid yang digunakan dalam reagen Ehrlich dan reagen Kovac untuk menguji indoles.
Kelompok karbonil biasanya bereaksi dengan posisi 2 elektron yang kaya dari indole tetapi
juga dapat bereaksi padaposisi C-3 atau N-1. Para-Dimetilaminobenzaldehid terdiri dari
gugus aldehid,amina tersier,benzena dan metil.

2.4 Kalium Bromida

Kalium Bromida (KBr) adalah garam yang berbentuk serbuk Kristal berwarna putih
dan bersifat higroskopis karena dapat menyerap uap air dari udara terbuka. KBr dapat
digunakan sebagai media dalam pembuatan pellet dalam analisis spektra FTIR karena
sifatnya yang transparan serta inert sehingga dapat mempermudah dalam analisis sampel
pada FTIR.

7
BAB III
METODE KERJA

3.1 Waktu dan Tempat

Praktikum Metodologi Fisiko-Kimia ini dilakukan di Laboratorium Biofarmaka Institut


Pertanian Bogor, 22 Oktober 2018.

3.2 Alat dan Bahan


3.2.1 Alat :
Alat Spetroskopi FTIR, Alat pembuat Pellet, Mortar Agate, Neraca Analit, Stopwatch,
dan Spatula.
3.2.2 Bahan :
KBr 200 mg, Para-dimetilaminobenzaldehida 2 mg, dan alkohol.

3.3 Cara Kerja


3.3.1 Preparasi Sample
Dibersihkan alat-alat yang di perlukan menggunakan tissue dan etanol. Diambil
sample para-dimetilaminobenzaldehida menggunakan spatula sebanyak kurang lebih 2 mg
lalu dimasukan kedalam mortar. Lalu, dimasukan KBr 200 mg kedalam mortar. Kemudian
sample digerus hingga dirasa sudah homogen. Sample yang telah digerus hingga homogen
dimasukan kedalam rangkaian alat pembuatan pellet. Di rangkai pada alat press,
menggunakan vacum dengan tekanan 80 selama kurang lebih 8 menit. Setelah selesai,
kembali di press tapi tidak menggunakan vacuum. Kemudian, dikeluarkan pellet yang sudah
jadi dengan hati-hati. Dimasukan kedalam klip plastic dengan hati-hati. Dilakukan kembali
prosedur diatas hingga didapat 2 sample.

3.3.2 Identifikasi Gugus dengan Spektrofotometri FTIR


Dinyalakan alat spektrofotometri FTIR dan komputer. Diletakkan sampel yang sudah
jadi di sample horder dan menempatkannya pada lintasan sinar alat FTIR. Dilakukan
pengukuran dengan alat FTIR dan mengamati grafik yang terbentuk. Disimpan data yang
dihasilkan dan melakukan pembahasan terhadap puncak-puncak yang terbentuk. Diulangi
langkah di atas sekali lagi dengan mengganti sampel kedua.

8
BAB IV
HASIL DAN PEMBAHASAN

4.4 Data Penelitian sampel 1 kelompok G2

Wavenumber cm-1

Daerah Serapan (cm-1) Gugus Fungsi


809.26 Para
1180-1360 C-N Amina

1050-1300 C=O Aldehid

1660.04 C=C Cincin Aromatik

690-900 C-H Cincin aromatik

2580-2970 C-H Alkana

<500 Daerah sidik jari

9
4.5 Data Penelitian sampel 1 kelompok G2

Wavenumber cm-1

Daerah Serapan (cm-1) Gugus Fungsi

809.77 Para

1180-1360 C-N Amina

1050-1300 C=O Aldehid

1660.85 C=C Cincin Aromatik

690-900 C-H Cincin aromatik

2580-2970 C-H Alkana

<500 Daerah sidik jari

10
4.3 Pembahasan

Pada praktikum untuk identifikasi gugus fungsi pada sampel padatan berupa serbuk dari
senyawa P-dimetilaminobenzaldehid dengan media KBr. KBr tersebut digunakan karena
bersifat inert juga tidak mengganggu pada saat analisis. Penentuan identifikasi tersebut
dilakukan secara kualitatif dengan menggunakan spektrofotometer FT-IR. Alat tersebut dapat
digunakan untuk analisis sampel baik berupa padatan maupun cair. Jika sampel yang
digunakan berbentuk cair, maka dapat langsung dianalisis langsung dengan bantuan KBr
berbentuk kaca yang ditaruh diantara kedua media. Oleh karena sampel yang digunakan pada
praktikum berupa padatan, maka harus dibuat menjadi pellet terlebih dahulu dengan
menggunakan alat khusus dan juga dengan bantuan KBr(Kalium Bromida). Alat seperti
mortar agate yang khusus digunakan pada praktikum digunakan karena sampel yang
dihomogenkan dalam jumlah sangat sedikit dan pori-porinya yang sangat kecil juga akan
mengurangi zat yang menempel pada permukaan dinding mortar. Pelet yang baik yaitu
memiliki persyaratan seperti terlihat utuh, lingkaran, tidak retak dan transparan.
Pada prinsip kerja dari FT-IR yaitu dengan adanya interaksi energi dengan materi. Jika
dalam percobaan yang dilakukan ini berupa molekul dari sampel senyawa kompleks P-
dimetilaminobenzaldehid yang ditembak dengan energi dari sumber sinar yang akan
menyebabkan molekul tersebut mengalami vibrasi. Sampel tersebut yang telah dibuatkan
dalam bentuk pellet dengan KBr harus transparan agar dapat ditembus oleh sinar infrared.
Sumber sinar yang digunakan adalah keramik, yang apabila dialiri arus listrik maka keramik
ini dapat memancarkan infrared. Sampel yang digunakan juga sedikit dikarenakan agar dapat
menentukan gugus fungsi yang terdapat dalam senyawa dan tidak tertumpuk. Molekul
senyawa yang ditembak dimana besarnya energi vibrasi tiap atom atau molekul berbeda
tergantung pada atom-atom dan kekuatan ikatan yang menghubungkannya sehingga
dihasilkan frekuensi yang berbeda pula. Intinya yaitu dengan menembakkan sinar inframerah
menuju sampel yang telah dipreparasi sebelumnya. Sampel tersebut akan menyerap sejumlah
energi untuk merenggangkan suatu ikatan. Setelah sampel terserap maka sebagian yang lain
akan diteruskan dan menghasilkan spektrum dengan radiasi infra merah yang berbeda
tergantung gugus fungsinya masing-masing. Hasil dari pembacaan gugus fungsi sampel yaitu
persen transmittan(%) pada sumbu y dan sumbu x merupakan bilangan gelombang (cm-1).
Persen transmittan akan berbanding terbalik dengan absorban.

11
Terlihat pada hasil sampel pertama bahwa terdapat hasil spektra pada bilangan
gelombang 809.26 cm-1 yang merupakan gugus fungsi untuk para. Untuk hasil pada bilangan
gelombang 1180-1360 cm-1 merupakan C-N amina. Pada bilangan gelombang 1050-1300 cm-
1
merupakan C=O aldehid. Pada bilangan gelombang 1660 cm-1 merupakan C=C cincin
aromatik. Pada bilangan gelombang 690-900 cm-1 merupakan C-H cincin aromatik. Pada
bilangan gelombang 2580-2970 cm-1 merupakan C-H alkana dan <500 cm-1 merupakan sidik
jari. Tidak berbeda jauh hasil spektra dari sampel ke-dua bahwa terdapat gugus fungsi untuk
para, C-N amina, C=O aldehid, C=C cincin Aromatik, dan C-H Cincin aromatik. Namun, pada
saat hasil di smoothing maka terlihat pada bilangan gelombang 3315.25 cm-1 yang tidak
nampak pada sampel ke-dua dan muncul bilangan gelombang 2361.27 - 2336.47 cm-1. Data
persen transmittan yang dihasilkan berbeda dan juga akan berbanding terbalik dengan
absorbansinya. Hasil tersebut berbeda karena ada beberapa faktor yang mempengaruhi seperti
pengerjaan dan pembuatan pellet yang lama. Hal itu dapat terjadi karena pellet yang
mengandung KBr bersifat higroskopis sehingga dapat teroksidasi dan adanya beberapa
pengotor baik dari lemak tangan, debu dan yang lainnya. Oleh karena itu perlu dilakukan
preparasi dengan cepat dan teliti sehingga menghasilkan gugus fungsi yang baik dan akurat.
Dapat disimpulkan bahwa sample kedua lebih baik daripada sampel pertama.

12
BAB V
KESIMPULAN

5.1 Kesimpulan
Dari hasil praktikum yang telah dilakukan, maka dapat disimpulkan bahwa :
1. Spektrofotometer FT-IR dapat digunakan untuk analisis sampel baik berupa padatan
maupun cair.
2. Prinsip kerja dari FT-IR yaitu dengan adanya interaksi energi dengan materi berupa
molekul dari sampel senyawa kompleks P-dimetilaminobenzaldehid yang ditembak
dengan energi dari sumber sinar. Sampel yang terserap maka sebagian yang lain
akan diteruskan.
3. Hasil dari pembacaan gugus fungsi sampel yaitu persen transmittan(%) pada sumbu
y dan sumbu x merupakan bilangan gelombang (cm-1). Persen transmittan akan
berbanding terbalik dengan absorban.
4. Hasil sampel ke-satu dan sampel ke-dua tidak berbeda jauh yaitu terdapat gugus
fungsi untuk para, C-N amina, C=O aldehid, C=C cincin Aromatik, dan C-H Cincin
aromatik. Namun, pada bilangan gelombang 3315.25 cm-1 yang tidak nampak pada
sampel ke-dua dan muncul bilangan gelombang 2361.27 - 2336.47 cm-1.

5.2 Saran

Perlu dilakukan analisis lebih lanjut untuk identifikasi gugus fungsi dan mengurangi
faktor yang mempengaruhi hasil gugus fungsi yang didapatkan. Preparasi dengan cepat dan
teliti sehingga menghasilkan gugus fungsi yang baik dan akurat.

13
DAFTAR PUSTAKA

Chatwall, G. 1985. Spectroscopy Atomic and Molecule. Bombay: Himalaya Publishing House

Christian GD. 1986. Analytical Chemistry. Ed ke-4. New York: J Wiley

Fessenden & Fessenden. 1986. Kimia Organik jilid 1. Ed ke-3. Pudjaatmaka AH, penerjemah.
Jakarta: Erlangga. Terjemahan dari Organic Chemistry

George B & McIntyre. 1987. Infrared Spectroscopy. London: J Wiley.


Hollas JM. 2004. Modern Spectroscopy. Ed ke-4. New York: J Wiley.

Skoog DA, FJ Holler, TA Nieman. 1998. Principles of Instrumental Analysis. Ed ke-5.


Philadelphia: Harcaurt Brace.

14
LAMPIRAN

Gambar 1. Seperangkat alat pembuat pellet beserta bahan (per, pengepress, besi berlubang
dalam dan tidak dalam, mortar agate, sampel P-dimetiaminobenzaldehida, alkohol, dan media
KBr )

Gambar 2. Alat Vakum Gambar 3. Alat pengepress

Gambar 4. Spektrofotometer FT-IR merek BRUKER

15

Anda mungkin juga menyukai