Disusun oleh :
LAPORAN PENELITIAN
diajukan oleh:
Regi Yudis Aprialdi 3335140000
Dosen Pembimbing I
NIP. 198408062012122003
ii
ABSTRAK
Oleh:
Regi Yudis Aprialdi 3335140554
iii
ABSTRACT
By:
Regi Yudis Aprialdi 3335140554
iv
KATA PENGANTAR
v
6. Serta seluruh pihak lainnya yang tidak bisa disebutkan penulis satu
persatu yang telah membantu selama penyusunan laporan penelitian ini.
Penyusun
vi
DAFTAR ISI
Halaman
HALAMAN JUDUL ........................................................................................... i
LEMBAR PENGESAHAN ................................................................................ ii
ABSTRAK ........................................................................................................... iii
KATA PENGANTAR ......................................................................................... v
DAFTAR ISI ........................................................................................................ vii
DAFTAR TABEL ............................................................................................... ix
DAFTAR GAMBAR ........................................................................................... x
BAB I PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang ....................................................................................... 1
1.2 Rumusan Masalah .................................................................................. 3
1.3 Tujuan Penelitian ................................................................................... 3
1.4 Ruang Lingkup ...................................................................................... 3
BAB II TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Diabetes Mellitus ................................................................................. 4
2.2 Metmorfim HCL .................................................................................. 7
2.3 Enkapsulasi .......................................................................................... 8
2.4 Cellulose Nanocrystals ........................................................................ 9
2.5 Asam Polilaktat.................................................................................... 12
2.6 Sistem Pelepasan Obat ......................................................................... 14
2.7 FTIR ..................................................................................................... 15
2.8 SEM ..................................................................................................... 16
2.9 Uji Disolusi .......................................................................................... 16
BAB III METODE PENELITIAN
3.1 Tahapan Penelitian
3.1.1 Formulasi polimer matriks PLA-CNC......................................... 18
3.1.2 Sintesis Mikro Kapsul.................................................................. 19
3.2 Prosedur Penelitian
vii
3.2.1 Formulasi Polimer matriks PLA-CNC ......................................... 19
3.2.2 Penetapan Panjang Gelombang Serapan Maksimum Metformin
-HCl .............................................................................................. 20
3.3 Alat dan Bahan
3.3.1 Alat ............................................................................................... 21
3.3.2 Bahan ............................................................................................ 21
3.4 Variabel Penelitian................................................................................. 22
3.5 Metode Pengumpulan dna Analisis Data ............................................... 22
3.5.1 Analisis Fourier Transform Infrared (FTIR) ............................... 22
3.5.2 Analisis SEM ................................................................................ 22
3.5.3 Uji Pelepasan metformin-HCl dalam Matriks .............................. 22
DAFTAR PUSTAKA
viii
DAFTAR TABEL
Halaman
Tabel 2.1 Karakteristik dimensi nanokristal dari sumber selulosa yang
berbeda ................................................................................................. 12
ix
DAFTAR GAMBAR
x
BAB I
PENDAHULUAN
fleksibilitas tinggi, dan memiliki sifat listrik dan termal yang baik, sehingga dapat
memperkuat sifat mekanis dari matriks yang digunakan yaitu poly lactid acid
(PLA)
a. Diabetes tipe 1
Pada Diabetes tipe 1 (Diabetes Insulin Dependent), lebih sering ternyata
pada usia remaja. Lebih dari 90% dari sel pankreas yang memproduksi
insulin mengalami kerusakan secara permanen. Oleh karena itu, insulin
yang diproduksi sedikit atau tidak langsung dapat diproduksikan. Hanya 13
sekitar 10% dari semua penderita diabetes melitus menderita tipe 1.
Diabetes tipe 1 kebanyakan pada usia dibawah 30 tahun. Para ilmuwan
percaya bahwa faktor lingkungan seperti infeksi virus atau faktor gizi dapat
menyebabkan penghancuran sel penghasil insulin di pancreas[4]
6
b. Diabetes Tipe 2
Diabetes tipe 2 ( Diabetes Non Insulin Dependent) ini tidak ada
kerusakan pada pankreasnya dan dapat terus menghasilkan insulin, bahkan
kadang-kadang insulin pada tingkat tinggi dari normal. Akan tetapi, tubuh
manusia resisten terhadap efek insulin, sehingga tidak ada insulin yang
cukup untuk memenuhi kebutuhan tubuh. Diabetes tipe ini sering terjadi
pada dewasa yang berumur lebih dari 30 tahun dan menjadi lebih umum
dengan peningkatan usia. Obesitas menjadi faktor resiko utama pada
diabetes tipe 2. Sebanyak 80% sampai 90% dari penderita diabetes tipe 2
mengalami obesitas. Obesitas dapat menyebabkan sensitivitas insulin
menurun, maka dari itu orang obesitas 14 memerlukan insulin yang
berjumlah sangat besar untuk mengawali kadar gula darah normal[4]
c. Diabetes gestational
Gestational diabetes mellitus (GDM) adalah diabetes yang didiagnosis
selama kehamilan dengan ditandai dengan hiperglikemia (kadar glukosa
darah di atas normal). Wanita dengan diabetes gestational memiliki
peningkatan risiko komplikasi selama kehamilan dan saat melahirkan, serta
memiliki risiko diabetes tipe 2 yang lebih tinggi di masa depan.
d. Tipe diabetes lainnya
Diabetes melitus tipe khusus merupakan diabetes yang terjadi karena
adanya kerusakan pada pankreas yang memproduksi insulin dan mutasi
gen serta mengganggu sel beta pankreas, sehingga mengakibatkan
kegagalan dalam menghasilkan insulin secara teratur sesuai dengan
kebutuhan tubuh. Sindrom hormonal yang 14 dapat mengganggu sekresi
dan menghambat kerja insulin yaitu sindrom chusing, akromegali dan
sindrom genetic[10]
7
Dengan waktu paruh eliminasi yang cepat maka diperlukan pemberian secara
berulang untuk menjaga agar konsentrasi obat yang ada dalam darah tetap stabil. Untuk
menunjang keberhasilan pengobatan maka metformin hidroklorida dibuat dengan
metode mikroenkapsulasi sebagai dosis pemeliharaan pada sediaan lepas lambat. Salah
satu metode mikroenkapsulasi adalah enkapsulasi.
2.3 Enkapsulasi
Teknik enkapsulasi mengalami perkembangan yang sangat pesat seiring
dengan perkembangan teknologi. Saat ini enkapsulasi dikembangkan untuk
melindungi komponen bioaktif seperti polifenol, enzin, dn antioksidan dalam ukuran
yang lebih kecil sehingga lebih efisien dan efektif dalam distribusi dan penanganannya
karena melalui proses enkapsulasi mampu mengubah bentuk dari senyawa bioaktif
yang semula berupa cair atau gas menjadi bentuk padatan atau bubuk. Enkapsulasi
dibedakan atas ukuran partiker yang dihasilkan[12].
Berdasarkan ukurannya, kapsul yang berupa partikel yang telah dienkapsulasi
dapat dikategorikan menjadi tiga jenis yaitu makrokapsul bila partikel berukuran lebih
besar dari 5,000 µm, mikrokapsul berukuran antara 0.2-5,000 µm, dan nanokapsul yang
berukuran lebih kecil dari 0.2 µm. Secara khusus, penggunaan polimer mikropartikel
telah banyak diteliti karena mempunyai potensi yang sangat besar dalam sistem
penghantar obat.Semakin kecil ukuran suatu partikel maka efisiensi enkapsulasi akan
semakin besar. Maka pengembangan enkapsulasi berbasis mikropartikel poli asam
laktat sangat menarik untuk dilakukan.
Salah satu metode yang paling banyak digunakan pada proses enkapsulasi
yaitu proses pencampuran. Prosesnya dilakukan dengan cara penyalut dilarutkan
dengan suatu pelarut yang mudah menguap, diikuti dengan penambahan bahan
berkhasiat. Dengan pengadukan, campuran bahan penyalut dan bahan inti terdispersi
dalam cairan pembawa sehingga mendapatkan ukuran mikrokapsul yang sesuai[8].
Pada metode ini penyalut dilarutkan dalam pelarut yang mudah menguap dan metode
ini dapat dilakukan dalam waktu yang singkat, biaya dan pengerjaannya relatif murah
9
serta dapat digunakan untuk berbagai bahan inti, baik berupa bahan larut air maupun
yang tidak larut dalam air[13].
Pada proses enkapsulasi, terdapat dua jenis bahan yang terlibat di dalamnya,
yaitu inti dan penyalut. Inti merupakan zat yang akan dikapsulkan bisa berbentuk padat,
gas atau cair yang mempunyai sifat permukaan hidrofil atau hidrofob. Penyalut adalah
zat yang digunakan untuk menyelimuti inti dengan tujuan tertentu. Struktur dinding
dari bahan penyalut umumnya dirancang untuk melindungi bahan inti dari faktor-faktor
yang dapat menyebabkan kerusakan, mencegah terjadinya interaksi antar bahan inti
dengan komponen lain, membatasi pergerakan komponen volatil, dan juga mengontrol
pelepasan bahan inti pada kondisi yang diinginkan[14]
Bahan penyalut yang biasanya digunakan bervariasi terdiri dari karbohidrat,
protein, lemak, gum dan selulosa. Bahan penyalut untuk enkapsulsi harus memiliki
sifat tidak bereaksi dengan inti, berada dalam bentuk yang mudah ditangani, memiliki
viskositas rendah pada konsentrasi tinggi, memberikan perlindungan maksimal inti dari
faktor eksternal dan dapat menstabilkan emulsi[15].
Nanoselulosa atau lebih sering disebut sebagai selulosa nanokristal (CNC) adalah
serat selulosa yang memiliki dimensi ukuran dalam rentang nanometer. Untuk
memisahkan struktur kristalin dari dalam serat selulosa dilakukan dengan cara
menghilangkan struktur amorf atau daerah non-kristalinnya sehingga menyisakan
daerah kristalin seperti ditunjukkan pada gambar 1.
10
CNC merupakan salah satu material yang berfungsi sebagai bahan pengisi atau filler
didalam biokomposit. Beberapa karakteristik yang dapat dimanfaatkan dari
nanoselulosa adalah sifatnya yang sustainable, berlimpah, memiliki sifat mekanis
dengan rasio permukaan terhadap volume besar, kuat tarik dan kekakuan yang tinggi,
fleksibilitas tinggi, dan memiliki sifat listrik dan termal yang baik. Selulosa dan
nanoselulosa telah diklasifikasikan sebagai material yang aman, mudah diproses dan
aman untuk dikonsumsi. Selulosa dan beberapa turunannya telah disetujui oleh otoritas
keamanan pangan eropa (E-number: E460-E466 dan E468-E469) dan administrasi
makanan dan obat-obatan AS (FDA) untuk digunakan sebagai bahan tambahan pada
produk-produk makanan[4].
CNC umumnya terbentuk dari proses hidrolisis asam pada serat selulosa.
Larutan asam akan mendegradasi serat selulose dan memutus ikatannya sehingga akan
terbentuk selulosa nanokristal dengan ukuran panjangnya bisa mencapai ratusan
nanometer dan lebar antara 2-30 nm. Gambar 2 berikut adalah gambar tingkatan
strukur selulosa mulai dari (i) struktur molekuler polimer selulosa; (ii) polimer
tersusun dalam bentuk mikrofibril dengan daerah kristalin dan daerah non-kristalin,
(iii) beberapa mikrofibril yang tersusun bersama membentuk makrofibril, dan; (iv)
lapisan-lapisan didalam dinding sel. Bilangan (ii) dan (v) menunjukkan selulosa
mikrofibril (CMF) dan selulosa nanokristal (CNC).
11
Gambar 3. Tingkatan struktur selulosa: (i) struktur molekuler polimer selulosa; (ii)
polimer tersusun dalam bentuk mikrofibril dengan daerah kristalin dan daerah non-
kristalin, (iii) beberapa mikrofibril yang tersusun bersama membentuk makrofibril,
dan; (iv) lapisan-lapisan didalam dinding sel. Bilangan (ii) dan (v) menunjukkan
selulosa mikrofibril (CMF) dan selulosa nanokristal (CNC)[4]
CNC dapat dihasilkan dari hidrolisis berbagai sumber antara lain dari kayu,
kapas, jerami dan lain-lain. Setiap sumber akan menghasilkan dimensi CNC yang
berbeda-beda seperti pada tabel berikut.
12
Kertas dan karton pembungkus. Salah satu fungsi dari nanoselulosa di industri
kertas dan pembungkus adalah untuk meningkatkan kekuatan ikatan antar serat
kertas sehingga memberi efek penguat pada bahan.
Bahan Komposit, nanoselulosa memiliki sifat yang unik dalam fungsinya sebagai
bahan pengisi atau penguatan dalam biokomposit.
Industri makanan, nanoselulosa dapat membentuk emulsi dan bahan pendispersi
sehingga cocok untuk digunakan dalam produk makanan sebagai pengental atau
penstabil.
Produk medis dan kebersihan, nanoselulosa memiliki sifat penyerapan yang baik
dan dapat digunakan pada produk non-anyaman dan popok.
Aplikasi lain seperti film, lukisan, kosmetik, otomotif, dll.
Rantai panjang selulosa terhubung secara bersama melalui ikatan hidrogen dan gaya
van der Waals[16].
Polimer PLA merupakan poliester alifatik yang memiliki sifat biodegradable,
yaitu dapat terdegradasi atau hancur di dalam tubuh. Bahan ini telah banyak
digunakan untuk berbagai keperluan, salah satunya untuk agen pembawa obat di
dalam tubuh[3]. Adapun struktur PAL disajikan pada Gambar 2.
PLA memiliki kemampuan untuk mengikat dan membawa obat menuju sel
target melalui saluran transportasi serta melepaskan obat tersebut sehingga obat dapat
bekerja sesuai dengan fungsinya. Setelah obat berada pada sel target, PLA dapat
hancur dan dan dikeluarkan dari dalam tubuh melalui sistem ekskresi. Keuntungan
lain dari PLA adalah tidak bersifar racun. Pada saat di dalam tubuh, PLA tidak
mengganggu sistem metabolisme yang ada sehingga PLA aman untuk digunakan
sebagai agen pembawa obat. Penggunaan PLA dalam sistem pelepasan obat memiliki
suatu kendala. Tingginya kristalinitas dan hidrofilitas yang rendah menyebabkan
kecepatan degradasi PLA di dalam tubuh berjalan lambat. Apabila PLA terlalu lama
didalam tubuh dan terakumulasi dalam jumlah tertentu, maka akan dapat
menyebabkan penyumbatan saluran di dalam tubuh seperti pembentukan batu ginjal.
Untuk mengantisipasi hal tersebut, dapat dilakukan proses kopolimerisasi PLA
dengan polimer lain. Kopolimerisasi PLA dengan polimer lain yang hidrofilik
menyebabkan struktur kopolimer semakin tidak teratur dan mudah larut di dalam
tubuh sehingga semakin mudah untuk didegrasasi dan dikeluarkan dari dalam
tubuh[17].
14
Proses sintesis mikro PLA dari butiran PLA komersil secara prinsip sama dengan
sintesis mikro selulosa dari selulosa. Sintesis mikro PLA dengan menggunakan pelarut
diklorometana. Proses tersebut dilakukan dengan mengkombinasikan antara proses
mekanik dengan proses reaksi kimia. Secara mekanik, pemutusan ikatan poliester dari
PLA dilakukan menggunakan magnetic stirer dan juga sonikasi[18]. Disisi lain,
pemutusan ikatan poliester juga dapat dilakukan dengan reaksi hidrolisis dalam suasana
asam.
Untuk mendapatkan serbuk mikro PLA dapat dilakukan dengan membekukan
larutan pada suhu rendah. Sintesis mikro PLA dengan menggunakan proses mekanik.
Padatan PLA dilarutkan dalam pelarut kemudian dilakukan pengadukan menggunakan
magnetic stirer dan alat sonikasi pada suhu ruang. Mikro PLA dan pelarut dipisahkan
menggunakan alat sentrifuse dengan kecepatan sebesar 10000 rpm selama 30
menit[19].
2.7 FTIR
Spektrofotometer FTIR merupakan salah satu instrumen yang digunakan
dalam penentuan struktur molekul dengan megidentifikasi vibrasi ikatan dalam suatu
molekul. Jenis ikatan yang dapat diidentifikasi merupakan ikatan kovalen sehingga
spektrofotometer ini sering digunakan untuk mengidentifikasi molekul- molekul
organik misalnya alkohol, aldehid, keton, asam karboksilat, dan lain-lain. Masing-
masing gugus fungsi tersebut menunjukkan bilangan gelombang yang berbeda-beda
apabila diidentifikasi menggunakan spektrofotometer FTIR[18]
Selulosa merupakan suatu polimer yang mengandung gugus OH sedangkan
PLA merupakan suatu polimer yang mengandung gugud OH dan terbentuk melalui
ikatan poliester, sehingga salah satu cara untuk menentukan struktur polimer tersebut
adalah menggunakan spektrofotometer FTIR. Gugus fungsi OH pada selulosa
teramati pada bilangan gelombang 3369 cm-1, sedangkan vibrasi ulur C-H pada
selulosa teramati pada bilangan gelombang 2897 cm-1 [13] Struktur tersebut
diperkuat dengan adanya vibrasi tekuk C-H yang teramati pada bilangan gelombang
1435-1253 cm-1[18].
Vibrasi pada bilangan gelombang 1751 cm-1 menunjukkan gugus karbonil
yang berasal dari ikatan poliester PLA. Selain itu, vibrasi C-H pada rantai utama
PAL teramati pada bilangan gelombang 2948 cm-1. Adanya rantai samping CH3
teramati pada bilangan gelombang 2996 dan 2877 cm-1. Pembentukan kopolimer
16
2.8 SEM
Instrumen SEM merupakan alat yang digunakan untuk melihat permukaan
suatu benda. Prinsip dari alat ini sama dengan mikroskop cahaya. Alat ini digunakan
untuk menutupi kelemahan dari mikroskop cahaya. Keunggulan dari alat ini adalah
kecepatan elektron yang sangat tinggi, panjang gelombang yang kecil, dan memiliki
resolusi yang cukup baik. Alat ini dapat digunakan untuk melihat benda yang sangat
kecil yaitu atom, sehingga dapat melihat morfologi permukaan dan struktur dari suatu
molekul, polimer, ataupun logam[22].
Dalam sintesis suatu senyawa, alat SEM merupakan salah satu alat yang sering
digunakan untuk karakterisasi. Berdasarkan gambar SEM, dapat dilihat apakah
reaktan-reaktan telah tercampur dan bereaksi atau masing-masing reaktan terkumpul
membentuk gumpalan-gumpalan. Hal ini telah dilakukan oleh[5] yang melakukan
karakterisasi hasil sintesis selulosa-PLA menggunakan alat SEM dengan perbesaran
200x. Berdasarkan gambar SEM, selulosa dapat terdispersi secara seragam dalam
matriks PLA. Selain itu, menjelaskan bahwa berdasarkan gambar SEM nanokapsul
etilselulosa-PLA memiliki bentuk seperti bola dan berpori, dengan demikian,
nanoselulosa dan nano PLA dapat terkopolimerisasi dan menghasilkan keseragaman
secara merata[6]
6 dan 9. Setelah itu setiap interval waktu 5 menit diambil 5 mL dan diencerkan
menjadi 10 mL. Untuk pengujian UV-Vis, sampel diukur telebih dahulu sebelum
didisolusi untuk mengetahui panjang gelombang maksimum sampel, Kemudian
konsentrasi diukur dengan menggunakan spektrofotometer UV-Vis pada panjang
gelombang maksimal yang telah diketahui sebelumnya yaitu sebesar 235 nm[19]
Kemudian sampel yang telah didisolusi dimasukkan ke kuvet untuk diuji Uv-vis
nya .
BAB III
METODOLOGI PENELITIAN
Adapun diagram alir tahapan penelitian pembuatan matriks dari PLA-CNC ini
disajikan dalam gambar 3.1
3.1.1 Formulasi polimer matriks PLA-CNC
150 mL Kloform
Disimpan diruang asam selama 24 jam dan
5 gr PLA
ditutup
Dikeringkan pada
suhu 60oC selama 24
jam
20ml PLA-CNC
Metformin HCl 0,05 Pencampuran
gr
50 mL polivinil alkohol 0,5 %
Analisa Disolusi
juga Polivinil alcohol (PVA) sebanyak 0,25 gram yang telah dilarutkan dengan
aquades. Setelah itu campurkan bahan tersebut dengan dosis metformin dan masukan
kedalam gelas beker. Kemudian aduk menggunakan magnetic stirrer dengan
temperature 60oC selama 2 jam. Setelah itu di oven dengan suhu 60oC selama 24 jam.
Kemudia setelah di oven, dilakukan uji disolusi.
3.3.2 Bahan
Analisa SEM digunakan untuk mengetahui sifat struktur mikro film plastik
yang telah dibuat. Dalam hal ini dilihat permukaan dan homogenitas film plastik yang
terdiri dari PLA dan CNC. Hal yang diamati dalam analisa SEM adalah fracture
surface, ukuran dan bentuk butiran serta sebarannya pada permukaan sampel film
plastik tersebut.