Anda di halaman 1dari 11

Evaluasi fungsi ginjal secara laboratorik

(Laboratoric evaluation on renal function)


PENDAHULUAN
Ginjal adalah organ ber vaskularisasi tinggi yang menerima kurang lebih 25 % darah
cardiac output. Masing-masing ginjal mengandung 1 juta nefron, yang berkembang dalam
fetus sejak usia 35 minggu kehamilan. 1 Masing-masing nefron terbentuk atas 2 bagian yaitu
glomerulus yang terdiri dari bundel kapiler berdinding tipis yang berfungsi sebagai filter, dan
sebuah tubulus yang berfungsi untuk mengalirkan cairan ultrafiltrat dari glomerulus. Fungsi
ginjal normal ditandai dengan 3 hal pokok yaitu: ultrafiltrasi glomerulus, reabsorpsi air dan
solut yang difiltrasi dalam tubulus, serta sekresi ion-ion organik dan nonorganik tubulus. 1,2

Gambar 1. Ginjal dan nefron

STRUKTUR GLOMERULUS
Glomerulus terdiri dari kapiler yang memperoleh supply dari arteriole afferent dan
dialirkan keluar melalui arteriole efferent. Ultrafiltrasi berlangsung melintasi kapiler glomerulus
masuk kedalam ruang Bowman (ruang kemih) dan ultrafiltrat kemudian dialirkan melalui
tubulus proksimal. Dinding kapiler glomerulus terdiri 3 lapisan yang unik yaitu sel epitel,
membran basal glomerulus dan sel endotel. Sel endotel merupakan lapisan dalam dinding
kapiler glomerulus. Sel-sel ini melapisi membran basal glomerulus dan selalu berhubungan
langsung dengan darah yang mengalir dalam lumen kapiler. Sitoplasma sel endotel
mempunyai banyak bukaan (opening) yang disebut endothelial fenestrations, yang
mempunyai diameter antara dari 500 sampai 1000 .1,2
Membran basal glomerulus adalah lapisan tengah dinding kapiler glomerulus. Terdiri
dari suatu lapisan berinti padat disebut lamina densa, yang dibungkus oleh lapisan yang
kurang padat dibagian dalam oleh lamina rara interna dan dibagian luar oleh lamina rara
eksterna. Fungsi membran basal glomerulus adalah sebagai membran yang permeable
selektif. Lapisan luar barier filtrasi glomerulus terdiri dari sel-sel epitel, yang melekat pada
membran basal glomerulus melalui ekstensi-ekstensi sitoplasma yang dikenal sebagai

podosit atau foot processes. Ruang diantara 2 podosit yang berdampingan disebut epithelial
slit pores. Pori-pori ini dibungkus oleh membran yang disebut slit diaphragm. Membran basal
glomerulus bermuatan negatif berkat adanya glycosaminoglycans. 1,2

ULTRAFILTRASI GLOMERULUS
Pada dewasa setiap harinya kedua ginjal mengeluarkan 1,5 2,5 liter kemih. Salah
satu fungsi ginjal yang paling penting adalah mengendalikan ekskresi air dan garam (NaCl).
Kurang lebih 99% garam yang telah difiltrasi oleh glomerulus akan diabsorbsi kembali
(direabsorbsi) oleh tubulus. Output garam dikendalikan untuk mempertahankan kadar garam
yang normal dan konstan dalam tubuh. Tubulus renal juga mereabsorbsi zat-zat terlarut
seperti misalnya glukosa dan asam amino. Ginjal juga berperan untuk mengatasi kelebihan
asam dan kalium.
Terdapat sejumlah kecil zat limbah metabolisme protein terlarut yang harus
dikeluarkan melalui ginjal setiap harinya, yaitu gugusan nitrogen, terutama urea. Zat tersebut
beracun dan akan tetap berada dalam tubuh bila ginjal gagal menjalankan fungsinya.
Fungsi ginjal adalah membuat kemih yang membawa bahan-bahan limbah hasil
proses metabolisme tubuh. Dengan mengendalikan kecepatan filtrasi dari zat-zat yang
diekskresi ginjal mampu menjaga lingkungan internal (millieu interieur).
Proses filtrasi plasma menembus barier filtrasi glomerulus dikendalikan oleh hukum
Starling dimana tekanan hidrostatik kapiler glomerulus merupakan faktor utama yang
memungkinkan terjadinya ultrafiltrasi plasma dari lumen kapiler ke dalam ruang kemih.
Tekanan onkotik plasma dalam lumen kapiler glomerulus dan tekanan hidrostatik dalam
kapsul Bowman menahan dan melawan ultrafiltrasi glomerulus. 1,3

EVALUASI KLINIK FUNGSI GINJAL


Fungsi ginjal dapat dievaluasi dengan berbagai uji laboratorium secara mudah.
Langkah awal dimulai dengan pemeriksaan urinalisis lengkap, termasuk pemeriksaan
sedimen kemih. Berbagai informasi penting mengenai status fungsi ginjal dapat diperoleh dari
urinalisis. Pengukuran kadar nitrogen urea darah (BUN) dan kreatinin serum berguna untuk
evaluasi gambaran fungsi ginjal secara umum. Dalam keterbatasannya kedua uji tersebut
mampu membuat estimasi laju filtrasi glomerulus (LFG) yang akurat. Untuk menetapkan LFG
yang lebih tepat dapat dilakukan pengukuran dengan klirens kreatinin atau klirens inulin atau
penetapan LFG secara kedokteran nuklir. Evaluasi fungsi tubulus diukur melalui pengukuran
metabolisme air dan mineral serta keseimbangan asam basa.

Tabel 1. Uji laboratorik yang umum dipakai dalam evaluasi fungsi ginjal pada anak
Fungsi
glomerulus
BUN
Kreatinin serum
Klirens kreatinin
Klirens inulin

Fungsi tubulus

Fungsi hormon

Metabolisme air
Berat jenis kemih
Osmolalitas kemih
Kapasitas pemekatan kemih maksimal
Metabolisme asam basa
pH kemih
Ekskresi asam kemih
Ekskresi amonium kemih
PCO2 darah-kemih
Ekskresi fraksional dari:

Eritropoietin
Hematokrit
Hitung retikulosit
Vitamin D
Kadar 1,25(OH)2D3 serum
Kadar kalsium serum

bikarbonat
kadar bikarbonat serum
Dari: Kher KK: Evaluation of renal function. In: Kher KK, Makker SP, editors. Clinical Pediatric Nephrology. New York:
McGraw-Hill, Inc. 1992, pp.3-22

Kreatinin serum
Kreatinin, hasil metabolisme kreatin dan phosphocreatine, disintesis terutama dalam
otot bergaris, juga disintesis dalam hepar, pankreas dan ginjal. Kreatinin secara eksklusif
diekskresi melalui ginjal, terutama melalui proses filtrasi glomerulus dan sedikit sekali melalui
sekresi tubulus. Kreatinin kemih berasal dari sekresi tubulus pada manusia sehat dan tidak
melampaui 10 15 persen, tetapi secara bermakna akan lebih tinggi pada pasien gagal ginjal
kronik. Umumnya kecepatan sintesis kreatinin tetap konstan dan kadar dalam serum
mencerminkan kecepatan eliminasi ginjal. Oleh karena itu kenaikan kadar kreatinin serum
menunjukkan menurunnya klirens kreatinin dan penurunan LFG. Bahkan pada fungsi ginjal
normal, kadang-kadang terlihat kenaikan kadar kreatinin serum, apabila terjadi pelepasan
kreatinin dari muskulus dalam jumlah banyak, seperti misalnya crush injury atau
rhabdomyolysis. Intake daging matang (well-cooked) dalam jumlah banyak
akan
meningkatkan kadar kreatinin serum karena terjadi penambahan kreatinin eksogen. Setiap 1
gram daging yang dimakan akan menghasilkan 3.5 sampai 5.0 mg kreatin. Proses cooking
merubah sekitar 65% kreatin menjadi kreatinin, yang akan diabsorbsi dari saluran cerna. 4
Sebailknya kadar kreatinin serum akan turun pada pasien yang masa ototnya berkurang,
akibat malnutrisi atau panyakit otot lanjut. Obat-obat tertentu seperti misalnya cimetidine,
trimethoprim, dan probenecid, dapat meningkatkan kadar kreatinin serum melalui proses
kompetitif dalam transport kreatinine tubular ginjal.
Dalam keadaan stabil (steady state), penurunan LFG sebesar 50% akan
melipatduakan kadar kreatinin. Seperti tampak dalam Gambar 2, korelasi antara kreatinin
serum dan LFG tidaklah linear.5 Kenaikan kreatinin serum 2 kali lipat dari nilai dasar pada
porsi awal dari kurva tersebut menunjukkan penurunan LFG yang lebih besar dibandingkan
dengan peningkatan yang sama dari kadar kreatinin absolut bila LFG menurun menjadi
derajat sedang atau berat. Misal kenaikan (doubling) kreatinin serum dari 1.0 mg/dL menjadi
2.0 mg/dL mencerminkan penurunan LFG sebesar 50%, sementara kenaikan kreatinin serum
dalam jumlah yang sama (misal 1.0 mg/dL), dari 5.0 mg/dL menjadi 6.0 mg/dL, hanya
menurunkan LFG sebesar 5%.

Gambar 2. Korelasi kreatinin dan laju filtrasi glomerulus.


(Dari: Shemesh O, Golbetz H, Kris JP, et al. Limitation of creatinine as a filtration marker in glomerulopathic patients.
Kidney Int 1985; 28: 830)

Kreatinin serum normal


Kadar kreatinin serum rendah pada saat lahir dan meningkat sejalan dengan
bertambahnya masa otot anak (Gambar 3).6 Fakta tersebut harus dipahami agar tidak terjadi
kesalahan dalam menghitung LFG yang memakai dasar penghitungan kadar kreatinin serum.
Sebagai contoh kadar 0.8 mg/dL dianggap normal pada anak yang berusia 4-5 tahun, akan
berarti penurunan 50% fungsi ginjal pada bayi baru lahir, dimana kadar kreatinin serum
normalnya adalah 0.4 mg/dL. Kadar kreatinin serum normal untuk pria dan wanita yang
berusia dari 1 sampai 20 tahun terlihat pada Tabel 2.7

Gambar 3. Mean serum creatinine (mg/dL) pada anak berdasarkan umur.


(dari: Schwartz GJ, Haycock GB, Spitzer A. Plasma creatinine and urea concentration in children: Normal values for
age and sex. J Pediatr 1976; 88: 828)

Tabel 2. Kadar kreatinin serum normal (mg/dL)


pada anak dari berbagai usia
Umur
(tahun)
1
2
3
4
5
6
7
8
9
10
11
12
13
14
15
16
17
18-20

Wanita

Pria

0.35 0.05
0.45 0.07
0.42 0.08
0.47 0.12
0.46 0.11
0.48 0.11
0.53 0.12
0.53 0.11
0.55 0.11
0.55 0.13
0.60 0.13
0.59 0.13
0.62 0.14
0.65 0.13
0.67 0.22
0.65 0.15
0.70 0.20
0.72 0.19

0.41 0.10
0.43 0.12
0.46 0.11
0.45 0.11
0.50 0.11
0.52 0.12
0.54 0.14
0.57 0.16
0.59 0.16
0.61 0.22
0.62 0.14
0.65 0.16
0.68 0.21
0.72 0.24
0.76 0.22
0.74 0.23
0.80 0.18
0.91 0.17

dari: Schwartz GJ, Haycock GB, Spitzer A. Plasma creatinine


and urea concentration in children: Normal values for age and
sex. J Pediatr 1976; 88: 828

Prediksi LFG dari kreatinin serum


Kreatinin serum dapat menggambarkan estimasi LFG, namun gambaran yang lebih
tepat didapat dengan memakai salah satu dari beberapa formula dan nomogram. Sebagian
besar formula tersebut didasari pada korelasi antara LFG (mL/min/1.73m2) dengan kadar
kreatinin serum yang dapat diperoleh dari rumus Schwartz 7 sebagai berikut:
kXL
LFG = ---------Pcr

L
k

= tinggi badan dalam sentimeter.


= konstatanta proporsional, yang dihubungkan dengan ekskresi kreatinin per unit ukuran
tubuh.
Bayi aterm 1 tahun
: k = 0.45
1 tahun 13 tahun
: k = 0.55
Remaja (13 21 tahun)
Laki-laki : k = 0.70
Wanita
: k = 0.57
Pcr = kreatinin plasma
Schwartz et. al.7 dalam penelitiannya menemukan bahwa nilai k bergantung pada usia yang
berhubungan dengan perubahan masa otot yang terjadi selama masa kanak-kanak. Dari
rumus tersebut dibuatlah nomogram untuk memudahkan pemakaian di klinik (Gambar 4).

Gambar 4. Nomogram untuk penghitungan klirens kreatinin pada anak berusia 118
tahun
(dikutip dari: Kher KK: Evaluation of renal function. In: Kher KK, Makker SP, editors. Clinical Pediatric Nephrology.
New York: McGraw-Hill, Inc. 1992, pp.3-22)

BUN sebagai indikator LFG


Kadar BUN normal pada seorang anak dengan gizi dan hidrasi yang baik dianggap
mencerminkan LFG yang normal. Dibandingkan dengan kreatinin serum, BUN agak kurang
akurat dalam menilai LFG, oleh karena beberapa faktor ekstra renal yang mempengaruhi
kadarnya dalam serum (Tabel 3). Meskipun bebas filtrasi dalam glomerulus, urea mengalami
reabsorbsi yang bermakna dalam tubulus renal. Sejumlah urea yang telah difiltrasi
direabsorbsi dalam tubulus proksimal, loop of Henle, dan dalam ductus collegentes medulla.

Reabsorbsi urea disepanjang tubulus proksimal dan loop of Henle terjadi secara pasif,
reabsorbsi dalam duktus collegentes sangat bergantung pada vasopressin. Dalam keadaan
antidiuresis atau apabila aliran kemih berkurang, absorbsi urea dalam nefron distal
meningkat; menurun bila telah terjadi diuresis. Adanya proses reabsorbsi urea dalam tubulus
ginjal menurunkan kegunaan BUN sebagai indikator LFG.
Tabel 3. Faktor-faktor yang mempengaruhi kadar BUN
Increased

Decreased

Gastrointestinal hemorrhage
Dehydration
Increased protein intake
Increased protein catabolism
Systemic infection
Burns
Glucocorticoid therapy
Early phase of starvation

Decreased protein intake


Advanced starvation
Liver disease

(dikutip dari: Kher KK: Evaluation of renal function. In: Kher KK, Makker SP, editors.
Clinical Pediatric Nephrology. New York: McGraw-Hill, Inc. 1992, pp.3-22)

Laju filtrasi glomerulus


Laju filtrasi glomerulus menunjukkan fungsi filtrasi ginjal. Cara yang paling sering
dipakai untuk menghitung LFG dalam klinik adalah dengan menggunakan prinsip klirens.
Klirens suatu zat adalah volume plasma yang dibutuhkan untuk membersihkan suatu zat dari
glomerulus dalam suatu periode waktu. 8 Marker yang digunakan untuk mengukur LFG
dengan prinsip ini haruslah bebas filtrasi dalam glomerulus dan tidak direabsorbsi maupun
disekresi oleh tubulus renal. Bila marker dengan karakteristik seperti tersebut diatas
diberikan, jumlah marker yang difiltrasi oleh glomerulus dalam 1 menit (LFG x P) harus sama
dengan jumlah marker yang diekskresi dalam kemih dalam 1 menit (U x V). Maka rumus
tersebut dapat ditulis sebagai berikut:
LFG x P = U x V
LFG
P
U
V

= laju filtrasi glomerulus


= kadar marker dalam plasma
= kadar marker dalam kemih
= volume kemih yang dikeluarkan selama masa uji.
Selanjutnya rumus tersebut diatas dapat ditulis sebagai berikut:
UxV
LFG = ----------P

Sehingga, bila volume kemih (V) diukur selama masa uji dan kadar marker dalam
plasma (P) dan kemih (U) diketahui, maka LFG dapat dihitung dengan mudah.
Marker untuk estimasi LFG
Marker yang ideal untuk pengukuran LFG adalah marker yang nontoksik, dapat
mencapai kadar plasma yang stabil dalam keadaan keseimbangan, tidak terikat pada protein
plasma, difiltrasi bebas oleh glomerulus, tidak disekresi dan direabsorbsi oleh tubulus ginjal. 1
Klirens inulin

Inulin merupakan marker yang ideal karena memenuhi semua persyaratan tersebut,
sehingga klirens inulin dipakai sebagai baku emas dalam penghitungan LFG baik pada
dewasa maupun pada anak-anak. Pengukuran LFG dengan klirens inulin hanya dipakai
dalam riset, karena klirens inulin sulit dilakukan dalam praktek sehari-hari. Prosedur
pemeriksaan adalah dengan cara infus inulin selama 3 jam agar diperoleh kadar yang stabil
dalam cairan ekstraseluler. Dibutuhkan intake cairan yang banyak.
Klirens kreatinin
Kreatinin endogen paling sering dipakai untuk menentukan LFG. Meskipun kreatinin
bebas filtrasi dalam glomerulus, terdapat sejumlah kecil kreatinin disekresi dalam tubulus.
Perlu pengumpulan kemih 24 jam. LFG berhubungan terbalik dengan kadar kreatinin plasma.
Prosedur pelaksanaan uji klirens kreatinin
Metode klirens kreatinin untuk penentuan LFG membutuhkan pengumpulan kemih
yang akurat. Meskipun pengumpulan kemih 24 jam dipakai sebagai metode standard dalam
pengukuran klirens kreatinin, pengumpulan kemih jangka pendek (1-2 jam) juga dapat
dilakukan. Prosedur pelaksanaannya adalah sebagai berikut. Anak diminta untuk miksi dan
mengosongkan buli pada pukul 7 pagi Kemih tersebut dibuang, dan saat itu dicatat sebagai
waktu mulainya pengumpulan kemih. Semua kemih yang dikeluarkan dalam 24 jam
berikutnya ditampung dan disimpan dalam kulkas atau termos dingin. Pada akhir dari 24 jam
pengumpulan (pukul 7 pagi keesokan harinya), anak diminta kencing dan mengosongkan
bulinya dan kemih ditampung. Volume kemih tampung dicatat dengan seksama lalu kirim ke
laoratorium untuk estimasi kadar kreatinin. Darah untuk estimasi kreatinin sebaiknya diambil
pada midpoint dari pengumpulan kemih (lebih kurang 12 jam); apabila pengambilan darah
tersebut tidak memungkinan, darah dapat diambil pada akhir dari pengumplan kemih. Klirens
kreatinin dihitung dengan memakai rumus:
UxV
LFG = ----------P
Untuk menyeragamkan satuan pengukuran LFG, hasilnya diinterpolasikan terhadap
luas permukaan tubuh (mL/Min/1.73 m2) sehingga didapatkan rumus sebagai berikut:
Ccr (mL/min/1.73m2) =
Ccr
Ucr
V
Pcr
SA
1440

Ucr (mg/dL) x V (mL) x 1.73


------------------------------------------Pcr (mg/dL) x 1440 x SA (m2)

= klirens kreatinin
= kadar kreatinin
= volume kemih yang dikumpulkan dalam 24 jam
= kreatinin plasma
= luas permukaan tubuh
= jumlah waktu dalam menit dimana kemih ditampung
jumlah menit dimana kemih ditampung (24 jam x 60 menit = 1440 menit).

Penentuan LFG dengan radionuclide scans


Penentuan LFG dengan memakai isotop radioaktif semakin sering digunakan pada
anak-anak. Metode penentuan LFG ini terutama digunakan untuk bayi baru lahir dan anakanak kecil, bila mengalami kesulitan dalam melakukan penampungan kemih yang akurat.
Beberapa radioisotop yang dapat dipakai sebagai marker untuk estimasi LFG dalam klinik,
antara lain Tc-diethylenetriaminepentacetic acid (Tc-DTPA), I-iothalate, dan Crethylenediaminetetraacetic acid (Cr-EDTA).
Harga normal LFG pada anak

LFG lebih rendah pada neonatus dibandingkan dewasa, berkisar antara 20-25
mL/min/1.73m2 (20% dari LFG dewasa). Bayi prematur bahkan mempunyai LFG yang lebih
rendah lagi pada saat lahir dibanding bayi aterm. Peningkatan LFG secara cepat terjadi
dalam 2 minggu pertama kehidupan; biasanya meningkat dua kali lipat dalam masa itu. LFG
menjadi sebanding dengan LFG dewasa tercapai pada akhir dari tahun kedua kehidupan
(Gambar 5).

Gambar 5. Perubahan harga normal LFG dari bayi sampai akhir masa kanak-kanak.
Uji Laju Fitrasi Glomerulus memakai marker cystatin C.
Akhir-akhir ini telah dikembangkan sebuah marker baru dalam mengevaluasi laju
fitrasi glomerulus yaitu dengan mengukur kadar cystatin C dalam serum. Cystatin C adalah
protein berbasis nonglycosylate yang diproduksi secara konstan oleh semua sel berinti.
Cystatin C bebas filtrasi dalam glomerulus dan dikatabolik dalam tubulus renal sehingga tidak
disekresi maupun direabsorbsi sebagai suatu molekul utuh. Oleh karena kadar cystatin C
serum tidak bergantung umur, jenis kelamin dan masa otot maka cystatin C dapat dipakai
sebagai marker yang lebih baik dibandingkan dengan kadar kreatinin serum dalam mengukur
laju fitrasi glomerulus.
Coll E et al.9 melaporkan bahwa kadar cystatin C serum lebih sensitif (93.4%)
dibandingkan kadar creatinin serum (86.8%) dalam menentukan laju filtrasi glomerulus pada
fungsi ginjal normal. Cystatin C serum juga meningkat labih tinggi (100%) dibandingkan
kreatinin serum (92.15%) dalam menentukan laju filtrasi glomerulus pada penurunan fungsi
ginjal dimana kadar cystatin C serum telah menunjukkan peningkatan pada laju filtrasi
glomerulus sebesar 88 mL/min/1.73m2, sedangkan kadar kreatinin serum baru meningkat
setelah laju filtrasi glomerulus 75 mL/min/1.73m2. Dapat disimpulkan bahwa cystatin serum
sangat bermanfaat untuk mendeteksi secara dini adanya penurunan fungsi ginjal. Dalam
penelitiannya Ylien EA et al.10 membuktikan bahwa cystatin C mempunyai korelasi yang lebih
kuat dibandingkan kreatinin dalam mengukur laju filtrasi glomerulus yang menggunakan
klirens 51Cr-EDTA. Ylien EA membuktikan bahwa cystatin C serum lebih akurat dibandingkan
kreatinin serum dalam menegakkan diagnosis penurunan laju fitrasi glomerulus pada anakanak, sedangkan Bkenkamp A11 melaporkan bahwa tidak seperti kreatinin, cystatin C serum

10

mampu menggambarkan fungsi ginjal pada anak tanpa tergantung umur, gender, tinggi
badan maupun komposisi tubuh.

UJI EVALUASI FUNGSI TUBULUS


Tubulus renal berfungsi menjaga keseimbangan cairan, elektrolit dan asam basa
dengan cara mengatur reabsorpsi air dan solut dari ultrafiltrat glomerulus, sekresi ion organ
beracun (toxic organic ions), dan ekskresi ion hidrogen yang dihasilkan oleh aktivitas
metabolik. Pemeriksaan berat jenis kemih dan pH sering dipakai untuk menilai fungsi tubulus
dan disamping itu juga dipakai untuk melihat daya pemekatan tubulus dan mekanisme
asidifikasi kemih. Osmolalitas kemih merupakan metode yang lebih tepat untuk mengukur
daya asidifikasi kemih dibanding berat jenis, oleh karena berat jenis kemih sangat
dipengaruhi oleh adanya protein, glukosa, obat-obat, media kontras dalam kemih. Uji daya
asidifikasi kemih maksimal dilakukan pada pasien yang tidak mampu memekatkan kemihnya
dan mengalami poliuria. Berat jenis kemih pasien dengan poliuria biasanya rendah dengan
berat jenis 1.010. Akibat hilangnya air yang berlebih-lebihan, akan terjadi hipernatremi. Uji
ini didisain untuk membedakan pasien-pasien poliuria karena rendahnya kadar vasopressin
(diabetes insipidus sentral) atau karena respon tubular terhadap vasopressin tidak adekuat
(diabetes insipidus nefrogenik). Penentuan respon terhadap pitressin atau DDAVP penting
dalam membedakan berbagai jenis poliuria. Pasien dengan diabetes insipidus sentral
menunjukkan penurunan volume kemih, peningkatan osmolalitas kemih dan rasio osmolalitas
urine dan serum setelah pemberian DDAVP lebih dari 1,5. Kurangnya respon terhadap
DDAVP dan/atau pitressin berarti diabetes insipidus nefrogenik.
Mempertahankan keseimbangan asam basa adalah fungsi tubulus yang penting.
Regulasi keseimbangan asam basa oleh ginjal terdiri dari reabsorbsi bikarbonat yang telah
difiltrasi oleh glomerulus, sekresi ion hidrogen dan pembentukan bikarbonat baru. Pasien
dengan asidosis tubular renal menunjukkan gambaran asidosis metabolik hiperchloremik
dengan anion gap yang normal dan pH kemih tinggi > 5.5.

PENUTUP
Ginjal adalah organ kompleks yang bertugas untuk menjaga keseimbangan cairan
dan elektrolit, keseimbangan asam basa, dan ekskresi produk sisa nitrogen. Pemeriksaan
fungsi ginjal memerlukan pemahaman cara bekerjanya. Untuk mendapatkan hasil yang
akurat dalam pengukuran fungsi ginjal, perlu dilakukan pemeriksaan fungsi glomerulus dan
tubulus. Pengukuran kadar BUN dan kreatinin serum akan menyempurnakan estimasi laju
filtrasi glomerulus. Pengukuran estimasi klirens kreatinin dapat menggunakan rumus
Schwartz, terutama pada anak-anak kecil dimana penampungan kemih yang akurat sering
mengalami kesulitan. Saat ini sedang dikembangkan uji fungsi ginjal dengan memakai marker
baru yaitu cystatin C. Urinalisis dan pengukuran elektrolit serum merupakan komponen
penting dalam mengevaluasi fungsi ginjal; yang dapat memberikan informasi tentang fungsi
pemekatan kemih dan asidifikasi kemih. Pemeriksaan lebih lanjut tentang fungsi tubulus
seperti misalnya kemampuan pemekatan kemih maksimal dan ekskresi amonium dan
titratable acid, membutuhkan pemeriksaan yang lebih detail.

11

DAFTAR PUSTAKA
1. Kher KK: Evaluation of renal function. In: Kher KK, Makker SP, editors. Clinical Pediatric
Nephrology. New York: McGraw-Hill, Inc. 1992, pp.3-22.
2. Woo KT, editor. Structure and function. In: Clinical Nephrology. Singapore: World
Scientific. 1999: pp. 1-12.
3. Woo KT, editor. Renal investigations. In: Clinical Nephrology. Singapore: World Scientific.
1999: pp. 21-33.
4. Levey AS. Measurement of renal function in chronic renal disease. Kidney Int 1990;
38:167.
5. Shemesh O, Golbetz H, Kris JP, et al. Limitation of creatinine as a filtration marker in
glomerulopathic patients. Kidney Int 1985; 28: 830.
6. Schwartz GJ, Haycock GB, Spitzer A. Plasma creatinine and urea concentration in
children: Normal values for age and sex. J Pediatr 1976; 88: 828.
7. Schwartz GJ, Haycock GB, Edelmann CM, et al. A simple estimate of glomerular filtrattion
rate in children derived from body length and plasma creatinine. Pediatrics 1976; 58:
259.
8. Jose PA, Felder RA. Clinical testing and evaluation of glomerulus filtration. In: Barakat AY,
editor. Renal disease in children: clinical evaluation and diagnosis. New York: SpringerVerlag 1990, pp. 72-83.
9. Coll E, Botey A, Alvarez L, Poch E, Quintol L, Saurina A, Vera M, Piera C, Darnell A.
Serum cystatin C as a new marker for noninvasive estimation of glomerular filtration
rate and as a marker for early renal impairment. Am J Kidney Dis, 2000; 36: 29-35.
10. Ylien EA, Ala-Houhala M, Harmoinem APT, Knip M. Cystatin C as a marker for glomerular
filtration rate in pediatric patients. Pediatr Nephrol 1999; 13: 506-9.
11. Bokenkamp A, Donanetzki M, Zinlk R, Schumann G, Byrd D, Brodehl J. Cystatin C a
new marker of glomerular filtration rate in children independent of age and height.
Pediatrics 1998; 101 : 875-85.

Anda mungkin juga menyukai