Menjadi seorang pemimpin adalah suatu hal yang sangat membanggakan sekaligus beban jika kita tidak mampu mengemban kepemimpinan dengan baik. Seorang pemimpin mempunyai tanggung jawab yang besar, tidak hanya tanggung jawab kepada Tuhan namun juga kepada seluruh anggota yang kita pimpin. Andai aku seorang Dekan, aku akan ingat kata Ki Hajar Dewantara. Ungkapan kesakitan Bapak Pendidikan Indonesia atas penjajahan Belanda yang membodohkan dan menghancurkan mental bangsa kita, melebihi hancurnya alam kita akibat pengambilan hasil bumi yang melampaui batas. Andai aku seorang Dekan, aku tidak akan memberikan paradoks ilmiah pada mahasiswa ku. Membuat skripsi yang semuanya harus mengutip dari teori orang lain. Padahal teori tersebut hanya berlaku sebentar bagi sang pembuat teori, sementara mahasiswaku hanya bisa mengekor teori-teori yang terus berubah. Inilah refleksi kesakitanku sebagai mahasiswa terjajah. Menyaksikan teman-temanku membayar mahal untuk sekedar bisa masuk kuliah. Kuliah berjejal sampai dengan 100 mahasiswa sekelas hanya dengan 1 pengajar. Setelah diwisuda mereka berkerumun di berbagai bursa kerja, membawa setumpuk lamaran dari satu kantor ke kantor lainnya. Sebagai seorang yang masih awam terkadang rasa takut sering menggelayut dalam benak yang membuatku putus asa, namun bagiku putus asa bukanlah sifat dari seorang pemimpin yang sukses karena hal tersebut akan menghambat kepemimpinan nya. Setiap pemimpin mempunyai karakter sendiri begitupun aku. Aku akan menjadi seorang pemimpin dengan caraku sendiri tanpa mengesampingkan masukan dari berbagai pihak yang akan memperkaya kinerja ku. Persis seperti kata Einstein dulu, imajinasi jauh lebih penting dari pengetahuan dan inilah imajinasiku untuk menjadi Dekan. DAFTAR PUSTAKA