PENGANTAR
TEKNIK
INDUSTRI
DEFINISI PENGENDALIAN
KUALITAS DAN BIAYA
11
Teknik Industri Teknik Industri 05710101 Setijadi, S.T., M.T., IPM.
Abstract Kompetensi
Modul ini menjelaskan mengenai Mahasiswa dapat menjelaskan
definisi pengendalian kualitas dan definisi pengendalian kualitas dan
definisi pengendalian biaya. biaya.
DEFINISI PENGENDALIAN KUALITAS DAN BIAYA
1. Definisi Kualitas
Kualitas merupakan kecocokan dengan kegunaan (Juran, 1974). Jika sebuah barang dapat berguna
sesuai dengan fungsinya, maka barang tersebut dikatakan memiliki kualitas yang baik. Kualitas
tidak hanya berlaku untuk barang saja, namun jasa juga harus memiliki kualitas. Kualitas sendiri
memiliki arti luas, sehingga sejumlah pakar mengartikannya dengan cara yang berbeda-beda.
Menurut Gavin (1984), terdapat lima kategori pendekatan definisi kualitas, yaitu transcendent,
product-based, user-based, manufacturing-based, dan value based.
Karakteristik dari kualitas terbagi menjadi dua bagian, yaitu variable dan atribut. Menurut Mitra
A. (1998), karakteristik yang dapat diukur dan digambarkan dengan angka dinamakan variable,
contohnya diameter sebuah produk dan tinggi produk. Atribut merupakan karakteristik yang tidak
dapat diukur secara numerik, contohnya adalah adanya bercak warna pada produk atau terdapat
bentuk yang tidak sesuai. Dalam pemahaman kualitas, terdapat istilah nonconformity dan
nonconforming unit. Menurut Mitra A. (1998), nonconformity merupakan sebuah karakteristik
kualitas yang tidak mencapai spesifikasi yang telah ditetapkan, misalnya terdapat sebuah produk
yang ketebalannya melebihi batas spesifikasi. Nonconforming unit merupakan sebuah kondisi
dimana terdapat lebih dari satu nonconformities, sehingga produk yang dihasilkan tersebut tidak
dapat berfungsi sesuai dengan yang diinginkan.
Istilah lain yang sering digunakan dalam pengendalian kualitas adalah defect atau cacat. Defect
merupakan kondisi karakteristik kualitas dimana dalam proses pembuatan produk menghasilkan
kondisi yang tidak diinginkan akibat proses yang tidak berjalan dengan baik (Mitra A., 1998).
Produk cacat tentunya adalah hal yang tidak diharapkan sehingga penting adanya aktivitas
pengendalian kualitas, agar tidak merugikan perusahaan. Istilah lainnya yang juga penting adalah
standar dan spesifikasi. Menurut U.S. National Bureau of Standards (1983), standar merupakan
sebuah set kondisi dan persyaratan yang dibuat oleh pihak yang berwenang agar dapat
menghasilkan produk yang memuaskan secara fisik dan secara fungsional. Spesifikasi adalah
sebuah set kondisi atau persyaratan dari batasan yang spesifik yang menyediakan deskripsi dari
prosedur, proses, material, produk, dan pelayanan secara rinci dalam proses manufaktur.
Menurut Mitra A. (1998), Quality Control (QC) atau pengendalian kualitas adalah sebuah sistem
yang digunakan untuk mempertahankan level kualitas yang diinginkan dari sebuah produk atau
jasa. Proses ini dapat dicapai dengan perhitungan yang berbeda, misalnya adanya proses planning,
desain, menggunakan prosedur yang benar, inspeksi, atau output yang dihasilkan dan standar yang
Menurut Mitra A. (1998), prosedur dari off-line quality control berkaitan dengan memilih produk
yang dapat dikontrol dan parameter proses dengan beberapa cara yang akan memisahkan hasil
produk atau proses dan standar yang akan diminimasi. Tujuannya adalah untuk dapat menghasilkan
output yang dapat memenuhi standar desain dengan batasan sumber daya yang dimiliki dan
parameter lingkungan dimana proses tersebut dilakukan. Parameter produk dan proses harus
ditentukan sebelum proses dimulai.
Statistical Process Control (SPC) adalah teknik yang membandingkan output dari sebuah proses
atau jasa dengan standar yang sudah ditentukan dan melakukan remedial jika terdapat perbedaan
diantara keduanya (Mitra A., 1998). Teknik ini juga termasuk penentuan bagaimana proses dapat
memproduksi sebuah produk yang mencapai spesifikasi yang diinginkan. Proses pengumpulan
informasi dari sebuah produk ketika proses pembuatan sedang berjalan dinamakan online
statistical process control. Dengan menggunakan cara ini dalam prose pengendalian kualitas, maka
permasalahan akan ditemukan secepatnya, karena proses ini lansung melihat proses pembuatan
produk yang sedang berlangsung. Proses ini dapat meminimalisir jumlah produk yang tidak sesuai
dengan spesifikasi yang telah ditentukan.
Acceptance sampling plan dilakukan untuk sebuah kondisi dimana produk tidak dapat dilakukan
pengecekan secara keseluruhan. Teknik ini dilakukan dengan cara mengambil sampel dari
sejumlah batch, dengan begitu baru dapat ditentukan batch mana yang harus dilakukan 100%
inspeksi dan mana yang lolos inspeksi. Pada teknik ini terdapat sebuah parameter yang menjadi
acuan, yaitu dikenal sebagai acceptance number. Jika dalam sebuah batch terdapat produk
nonconforming kurang dari sama dengan dengan acceptance number, maka seluruh batch tersebut
lolos inspeksi.
Pada proses produksi, pengendalian biaya merupakan hal yang sangat penting. Hal ini
dilakukan untuk meminimalisir jumlah biaya yang tidak perlu, sehingga biaya-biaya yang
harus dikeluarkan dapat dikurangi. Menurut Sondang, S. Glagian (1999: 16), pengendalian
biaya merupakan sebuah proses atau usaha yang sistematis dalam menetapkan standar
pelaksanaan yang bertujuan untuk perencanaan, sistem informasi umpan balik,
membandingkan pelaksanaan nyata dengan perencanaan, menentukan dan mengatur
penyimpanan-penyimpanan serta melakukan koreksi sesuai dengan rencana yang sudah
ditetapkan. Menurut Mulyadi (2001:501), dalam melakukan pengendalian biaya dalam
sebuah perusahaan terdgantung dari besar kecilnya perusahaan tersebut, serta sudah
melewati tahap-tahap berikut ini.
Kaplan, R.S. & Akitson, A.A. (1998). Advanced Management Accounting 3rd Edition.
Pearson Prentice Hall.