- Dan lain-lain.
Penjual (merchant) : yaitu orang yang akan menjual kembali produk yang
bersangkutan. Disini dia lebih bertindak sebagai penyalur, pemasuk ataupun
pedagang barang-barang yang dihasilkan oleh manufacturer. Untuk kacamata
penjual (merchant) ini maka pengertian “fitness for use” akan meliputi hal-hal
yang berkaitan dengan kebenaran akan isi dari label dan identitas yang
diberikan, perlindungan dari kerusakan-kerusakan yang terjadi akibat
pengiriman (handling) dan penyimpanan, kemudahan dalam proses handling,
dan lain-lain.
Analisa tindakan koreksi dalam kaitannya dengan cacat yang dijumpai pada
produk yang dihasilkan.
Dan lain-lain.
Derajat dimana kelas atau kategori dari suatu produk akan mampu memberika
kepuasan pada konsumer secara umum dinyatakan sebagai kuallitas rancangan/desain
(quality of design). Dua atau lebih produk meskipun memiliki fungsi yang sama, bisa
saja memberikan derajat kepuasan yang berbeda karena adanya perbedaan kualitas
dalam rancangannya. Sebaga contoh bisa dilihat pada rancangan televisi berwarna
dan tidak berwarna.
Kualitas rancangan secara umum akan banyak dipengaruhi oleh ketiga faktor,
yaitu aplikasi penggunaan, pertimbangan biaya dan kebutuhan/permintaan pasar
(market demand). Berdasarkan ketiga faktor tersebut maka didalam merancang suatu
produk haruslah dipertimbangkan masak-masak jangan sampai “over design”.
Suatu produk harus dibuat sedemikian rupa sehingga bisa sesuai (conform)
dan memenuhi spesifikasi, standard dan kriteria-kriteria standard kerja lainnya yang
telah disepakati. Dalam pemakaian nantinya, maka produk tersebut harus pula sesuai
dengan fungsi yang telah dirancang sebelumnya. Kualitas kesesuaiann ini akan
berkaitan dengan tiga macam bentuk pengendalian (kontrol) sebagai berikut :
Menjaga agar penjualan (sales) akan tetap meningkat sehingga profit tetap
diperoleh (meningkatkan potensi daya saing).
Dan lain-lain.
Semakin tinggi kualitas suatu produk akan menyebabkan semakin tinggi bula
biaya yang harus dipikul perusahaan. Akan tetapi yang jelas tetap diharapkan mampu
dikembalikan dalambentuk profit yang disebabkan produk yang bersangkutan
memiliki daya saing tinggi. Biaya-biaya yang harus dipikul dalam kaitannya dengan
program pengendalian kualitas antara lain sebagai berikut :
1. Internal failure cost, yaitu seperti skrap, rework, retest, down time, dll.
Biaya ini tidak akan terjadi bila tidak ada defect yang ditemukan
dalam produk yang dihasilkan sebelum diterimakan ke pelanggan
(customer).
2. Eksternal failure cost, yaitu biaya yang dikeluarkan akibat defect yang
ditemukan setelah barang dikirim/didistribusikan dan diterima oleh
customer, seperti halnya dengan warranty charges, returned
material/product, complaint adjustment, dan lain-lain.
Berdasarkan suatu penelitian, maka total quality cost yang terdiri atas failure cost,
preventive cost dan inspection cost tersebut diatas akan meliputi sekitar 15% dari
total production cost, dengan perincian detail sebagai berikut :
Preventive cost : 5%
Metode statistika tidak dapat dijalankan tanpa adanya data, dengan demikian
data merupakan unsur penting didalam pelaksanaan pengendalian kualitas.
Berdasarkan data ini maka kita akan memiliki landasan untuk menganalisis dan
melakukan tindakan-tindakan tertentu. Fakta yang ada haruslah dapat dicari dan
dituangkan dalam bentuk data, karena itu data yang diperoleh harus diteliti apakah
data tersebut dapat mengungkapkan fakta secara lengkap dan apakah sudah sesuai
dengan fakta yang sebenarnya.
Agar supaya data yang diambil benar-benar mencerminkan kondisi nyata
(fakta/populasi), maka proses pengambilan data harus dilaksanakan secara teliti.
Kalau data tersebut harus diambil berdasarkan maka sampling data harus pula
dilakukan berdasarkan metode statistik agar benar-benar bisa mewakili populasinya.
MACAM-MACAM DATA
Data yang diperlukan untuk akativitas pengendalian mutu pada umumnya bisa
diklasifikasikan sebagai berikut :
Pengelompokkan dan pengaturan data harus sesuai dengan maksud dan tujuan
pengumpulan data.
Usahakan data dari berbagai sumber yang mungkin agar diperoleh data
pembanding yang relevan.
Harga rata-rata atau central tendency dari nilai data yang terkumpul.
X 1 X 2 X 3 .. X n
Xi
Mean
X
n
i 1
x
n
2
i x
Standard deviasi (SD) =
i 1
Dari distribusi data yang terkumpul maka akan dapat dijawab beberapa
pertanyaan-pertanyaan seperti berikut :
Berapa % produk atau hasil kerja lainnya yang keluar dari standard spesifikasi
yang ditetapkan?
Apakah produk atau output kerja yang lain benar-benar memenuhi spesifikasi
yang direncanakan?
Untuk mempermudah proses pengumpulan data ini maka perlu dibuat suatu
lembar isian (check sheet), dimana perlu pula diperhatikan hal-hal seperti berikut :
Dapat diisi dengan cepat, mudah dan secara otomatis bisa segera dianalisa.
Kalau perlu disini diperlukan gambar.
Ada beberapa jenis lembar isian yang dikenal dan umum dipergunakan untuk
keperluan pengumpulan data, yaitu antara lain :
PRODUCTION PROSES DISTRIBUTION CHECKSHEET
Lembar isi jenis ini dipergunakan untuk mengumpulkan data yang berasal dari
proses produksi atau proses kerja lainnya. Output kerja sesuai dengan
klasifikasi yang telah ditetapkan dimasukkan dalam lembar kerja, sehingga
akhirnya secara langsung akan dapat diperoleh pola distribusi yang terjadi.
Seperti halnya dengan histogram maka bentuk distribusi data yang
berdasarkan frekuensi kejadian yang diamati akan menunjukkan karakteristik
proses yang terjadi.
Untuk mengurangi jumlah kesalahan atau cacat yang ada dalam suatu proses
kerja, maka terlebih dahulu kita harus mampu mengidentifikasikan macam
kesalahan (kesalahan dalam hal ini bisa diklasifikasikan sebagai hasil kerja
yang tidak berkualitas) yang ada dan prosentasenya.
Setiap kesalahan biasanya akan diperoleh dari faktor-faktor penyebab yang
berbeda sehingga tindakan korektif yang tepat harus diambil sesuai dengan
macam kesalahan dan penyebabnya tersebut.
Ini adalah sejenis lembar pengecekan dimana gambar sketsa benda kerja akan
disertakan sehingga lokasi cacat yang terjadi bisa segera diidentifikasikan.
Check sheet seperti ini akan dapat mempercepat proses analisis dan
pengumpulan tindakan-tindakan korektif yang diperlukan.
Penggunaan check sheet ini sedikit berbeda dengan sheet yang lain yang pada
umumnya lebih menitikberatkan pada karakteristik kualitas atau cacat yang
terjadi. Sheet disini akan berupa suatu check list yang akan dipergunakan
untuk melaksanakan semacam general check up pada akhir proses kerja yang
pada intinya untuk lebih meyakinkan apakah output kerja sudah selesai
dikerjakan dengan baik/lengkap atau belum.
Sampling kerja adalah suatu metode untuk menganalisa waktu kerja. Dengan
berasumsi bahwa idle time dengan alaan apapun merupakan non quality
working time, maka dengan metode ini kita akan dapat mentukan proporsi
penggunaan waktu kerja sehari-harinya.
Diagram ini dikenal dengan istilah diagram tulang ikan (fish bone diagram)
yang diperkenalkan pertama kali oleh Prof. Kaoru Ishikawa (Tokyo University) pada
tahun 1943.
Dalam hal ini metode sumbang saran (brainstorming method) akan cukup
efektif dipergunakan untuk mencari faktor-faktor penyebab terjadinya
penyimpangankerja secara detail. Empat prisip sumbang saran yang bisa diperhatikan
yaitu :
Makin banyak pendapat, maka hasil akhir akan makin baik, dan
Diagram ini diperkenalkan pertama kali oleh seorang ahli ekonomi dari Itali
bernama Vilfredo Pareto (1848-1923). Diagram ini dibuat untuk menemukan atau
mengetahui masalah atau penyebab yang merupakan kunci dalam penyelesaian
masalah dan perbandingan terhadap keseluruhannya. Kegunaan dari diagram ini
adalah :
Langkah 1 : Kelompokkan masalah yang ada dan nyatakan hal tersebut dalam
angka yang bisa diukur secara kuantitatif.
contoh :
ALASAN JUMLAH KARYAWAN
1. SAKIT (SK) 250 ORANG
Jumlah
Karyawan 50%
(ORANG) 500
25%
15%
10%
TA SK IK CT
Alasan Penyimpangan/Absen
600 100
90
500
80
70
400
60
300 50
40
200
30
20
100
10
0 0
TA SK IK CT Alasan Penyimpangan/Absen
PARETO diagram merupakan langkah awal (berdasarkan skala prioritas) untuk
melakukanperbaikan atau tindakan koreksi terhadap penyimpangan yang terjadi.
Untuk melaksanakan perbaikan/korelasi ini, maka 3 hal berikut cukup penting untuk
dipertimbangkan :
Setiap orang yang terlibat dalam permasalahan ini harus sepakat untuk bekerja
sama mengatasinya.
Tujuan nyata (dalam hal ini efisiensi dan produktivitas kerja diharapkan akan
meningkat) harus ada diformulasikan secara konkrit dan jelas.
PARETO diagram dapat diaplikasikan untuk proses perbaikan dalam berbagai macam
aspek permasalahan. Diagram ini seperti halnya diagram sebab akibat, tidak saja
efektif guna untuk usaha-usaha pengendalian kualitas suatu produk, akan juga bisa
diaplikasikan untuk :
Diagram ini dipakai untuk melihat hubungan (korelasi) dari suatu faktor
penyebab yang berkelanjutan terhadap faktor lain (dalam hal ini faktor yang lain yang
lain tersebut adalah merupakan “karakteristik kualitas hasil kerja”).
LANGKAH 3 : Plot data yang ada dalam grafik. Titik-titik data ini diperoleh
dengan memotong nilai kuantitatif yang ada dari kedua sumbu
vertikal dan horizontal. Apabila nilai data ternyata berulang
dan jatuh pada titik yang sama maka lingkari titik terssebut
dengan frekuensi pengulangannya.
Data yang diperlukan disini harus dapat diukur (measurable) dan karakteristik
kualitas akan ditentukan oleh besar kecilnya penyimpangan terhadap unit ukuran
yang distandardkan untuk hasil proses kerja yang berlangsung.
Proses kerja akan dikatakan terkendali apabila data yang diplotkan pada peta
X ataupun R akan berada dalam batas-batas kontrol. Apabila ada data yang keluar
dari batas kontrolyang ditetapkan meskipun hanya pada salah satu peta maka dalam
hal ini proses kerja yang berlangsung perlu segera dianalisa dan dikoreksi. Pada
dasarnya kedua peta tersebut harus dibuat secara bersama-sama sebelum kesimpulan
bahwa proses terkendali atau tidaknya diambil.
Peta X ( X Chart)
Peta ini akan menggambarkan variasi harga rata-rata (mean) dari suatu sample
lot data (data yang diklasifikasikan dalam kelompok-kelompok) yang ditarik dari
suatu proses kerja. Pengelompokkan data ini bisa dibuat berdasarkan :
Data yang diperoleh dengan kondisi teknis yang sama, kelompokkan kedalam
satu kelompok data.
Jangan memasukkan data dari kelompok yang lain karena mungkin kondisi
atau sifat pengelompokkannya mungkin berbeda (tidak homogen)
Variasi data akan diajukan dengan memperhatikan daerah sekitar garis sentral
(X atau grand mean), sedangkan batas-batas kontrol untuk peta X ini adalah :
Dimana A2 adalah suatu faktor yang harganya akan tergantung pada jumlah
data yang diambil dalam masing-masing sample lots (n) dan R adalah harga rata-rata
dari selisih harga maksimum dan minimum dari data masing-masing sample lots.
PETA R (R CHART)
Peta ini akan menggambarkan variasi dari range sample lots data yang ditarik
dari suatu proses kerja. Variasi data juga akan ditujukan dengan memperhatikan
daerah sekitar garis sentral yang dalam hal ini adalah harga range rata-rata (R) dan
batas-batas kontrol untuk peta R ini adalah :
Seperti halnya dengan A2, maka harga D3 dan D4 akan tergantung pada sample lot size
(2n) yang dapat dilihat pada tabel berikut ini :
SAMPLE LOT FAKTOR A2 FAKTOR UNTUK PETA r
SIZE (n) UNTUK PETA x. D3 D4
Data yang diperlukan disini hanya diklasifikasikan sebagai data kondisi baik
atau jelek (cacat). Jadi disini kualitas hasil kerja hanya dibedakandalam 2 kondisi tadi
dimana inspeksi bisa dilakukan secara visual tanpa perlu melakukan pengukuran.
Disini ada 2 model attribute control chart :
p atau np chart
Seperti halnya dengan variable control chart, maka proses akan dikatakan
terkendali bila data yang diplot akan berada dalam batas-batas kontrol. Perbedaan
yang ada adalah bahwa disini karakteristik peta terkendali atribut sudah
mencerminkan harga rata-rata (mean) dan penyimpangan (dispersi) dari proses kerja
yang berlangsung.
p atau np Chart
p chart akan berkaitan dengan “fraction defective”, yaitu jumlah cacat dibagi
dengan jumlah items (sample) yang diinspeksi. Sedangkan np chart akan berkaitan
dengan “number of defektive” atau jumlah cacat yang ditemukan dalam sample lot
sizes (n) tidak sama dengan np – chart besarnya n dari masing-masing sample lot
akan sama.
Perumusan untuk mengkonstruksikan kedua peta ini adalah sebagai berikut :
p Chart p3
p 1 p p 3
p 1 p p
np
p
n n n
p
np
n
np
np
np
n p 3 n p 1 p n p 3 n p 1 p
np Chart k
k = banyaknya
kelompok sample
c Chart C C 3 C C 3 C C
C
N
Chart 3
3
C
n n k
Jumlah Sample Lot yang diperiksa
k=
Jumlah Sample yang dijadikan Frekuensi Dasar
Jepang yang sudah kalah perang di tahun 1945 adalah sebuah negeri
yang kacau alias porak poranda. Semua sendi perekonomian dan industrinya
lumpuh. Hampir semua orang sulit membayangkan bagaimana harus
membangun Jepang pada saat itu. Industri Jepang pada saat itu hanya
memproduksi “sampah” dan citra produk Jepang adalah “barang yang murah
dengan mutu rendah”. Kelangkaann sumber material dan energi yang justru
merupakan faktor pendorong Jepang untuk terlibat dalam Perang Dunia II
serta kondisi perkonomian yang buruk menyebabkan munculnya kesadaran
baru akan arti pentingnya mutu produk dalam kaitannya dengan peningkatan
daya saing. Hanya dengan mengandalkan harga murah saja, mustahil
Jepang akan dapat mengeskpor sekian banyak produk. Maka sebagai
tambahan penting atas unsur murah, diperlukan peningkatan mutu atas
produk-produk Jepang.
Pengendalian Mutu Terpadu (PMT) atau lebih dikenal dengan Total Quality Control
(TQC) adalah konsep pendekatan manajerial ala Jepang yang dikembangkan (berasal mula
dari Amerika) dan disesuaikan dengan kultur budaya masyarakat Jepang. Secara definitif
PMT ini dapat dinyatakan sebagai :
PMT / TQC merupakan sistem yang efektif guna melakukan pengendalian atau
peningkatan kualitas karena dalam konsep PMT / TQC pengertian mengenai kualitas tidak
saja ditekankan pada kualitas produk atau proses pembuatannya saja, akan tetapi mencakup
banyak hal. Dalam PMT / TQC yang dimaksud dengan kualitas akan mencakup :
Kualitas penjualan yang menyangkut harga (Cost Price) dan kualitas purna jual
(after sales) yang akan menyangkut kegiatan maintenance serta pengedaan
peralatan suku cadang.
CHECK : Teliti apakah pekerjaan sudah sesuai dengan rencana yang dibuat, ukur
performans keluaran dan bandingkan dengan standard kualitas yang
ditetapkan.
ACTION : Bilamana perlu lakukan tindakan perbaikan, karena hal ini merupakan
rencana selanjutnya.
PMT/TQC sebenarnya tidak lain merupakan suatu sikap mental dalam proses
produksi barang dan jasa. Bahwa proses produksi akan menghasilkan suatu produk yang
berkualitas tinggi hanya mungkin bisa dicapai jikalau terdapat pengendalian mutu dalam
setiap tahap proses dari proses produksi yang berlangsung. Dimana dalam setiap tahap
produksi ini akan merupakan gugus (circle) mata rantai proses produksi yang harus dapat
dijamin keterpaduan dan kerjasama antar karyawan dengan manajemen guna menghasilkan
kualitas kerja yang optimal. Jadi dengan kata lain, dasar filsafat dari PMT/TQC adalah tidak
lain “pendekatan sistem”, dimana melakui pendekatan sistem ini kita akan bisa menyatakan
bahwa suatu sistem akan dapat berhasil dengan baik jika sub-sistem atau mata rantai sistem
tersebut juga mampu memberikan dukungan yang sebaik-baiknya pula.
Semua sistem akan kuat (berkualitas tinggi) jika sub-sistemnya tidak ada yang lemah
(berkualitas rendah). Selanjutnya akan diberikan beberapa orientasi dan prinsip-prinsip dasar
PMT/TQC yang harus diperhatikan, yaitu sebagai berikut :
Partisipasi total seluruh karyawan dalam setiap usaha pemecahan masalah dan selalu
bekerja dalam tim. Semangat ini menuntut adanya pembagian wewenang menurut azas
keikutsertaan karyawan dalam proses pengambilan keputusan. Juga dituntut kesediaan
bekerja melampaui batas pengkotakan bidang kerja yang sempit
Perlu ada koordinasi, integrasi, kerja sama dan informasi kerja timbal balik yang
disampaikan ke atas, ke samping maupun ke bawah.
Kemajuan akan sangat didukung oleh kreativitas, keikatan dan keterlibatan
anggota dalam organisasi (kelompok).
Selalu bicara berdasarkan fakta dan data yang jelas. Diperlukan penggunaan 7
peranti (tools) untuk pengendalian kualitas.
Pengendalian Mutu Terpadu sebagai suatu sistem hanya dapat berhasil dengan
sukses bialamana sub sistem yang mendukung dengan sebaik-baiknya. Berikut ada 4
persyaratan yang perlu diperhatikan pada saat penerapan konsep ini agar bisa diperoleh
hasil yang optimal :
Seluruh sumber daya manusia yang turut serta dalam proses produksi baik tingkat
manajemen puncak, manajemen menengah maupun para pelaksana mengerti dan
menghayati arti PMT/TQC dan mau melaksanakannya dalam proses produksi atau
pekerjaan lain yang berkaitan.
PMT/TQC sebagai totalitas penendalian terhadap mutu produk, secara bertahap
atau berjenjang merupakan rangkaian dari suatu proses produksi yang menjadi
tanggung jawab masing-masing kelompok kecil dalam suatu rangkaian yang terpadu
dari Gugus Kendali Mutu yang bekerja dalam satuan tim/kelompok.
Seluruh mata rantai dari sistem tersebut dapat bekerja secara efektif dan baik
disebabkan oleh latar belakang pendidikan dan pelatihan yang baik, maupun
sasaran produksi yang baik menyangkut segi teknologi, pengalaman kerja karyawan
serta adanya sikap mental yang positif dari karyawan.
Sikap mental tersebut adalah dengan bekerja produktif dalam suatu semangat
kelompok yang kuat akan menjamin mutu produksi yang tinggi, sumber imbal jasa
yang lebih baik dan tenaga kerja, oleh karena adanya jaminan pasar yang luas serta
menguntungkan bagi perusahaan.
Dengan kata lain jelas kiranya bahwa metode ini akan berhasil dengan baik
bilamana setiap anggota organisasi (karyawan) yang terlibat dalam proses produksi tersebut
menyadari sepenuhnya mengenai :
Alternatif-alternatif apa yang harus dipilih untuk mengatasi kendala yang ada dan
untuk mencapa target sasaran yang ditetapkan.
8.6.7 KESIMPULAN
Ide atau konsep PMT/TQC seperti halnya dengan konsep mengenai produktivitas
dan efisiensi sebenarnya adalah ide asing yang dicoba dicangkokkan dalam budaya
masyarakan Indonesia. Belajar dari pengalaman Jepang, maka apakah model PMT /
TQC yang sukses diterapkan di Indonesia disini? Hal ini tentu saja membutuhkan
pengkajian dan prasyarat-prasyarat tertentu.
Dalam Assurance Sciences, keandalan ini bisa didefinisikan dengan “the probability
of a product perforking its intended life and under the operating conditions encountered”.
Disini ada 4 elemen dasar yang perlu diperhatikan, yaitu :
Kemungkinan (probability)
Performans (performance)
Reliability engineering adalah suatu disiplin baru yang secara struktur organisasinya akan
terpisa dengan quality control. Secara konsepsional antara reliabilitas dan kontrol kualitas ada
persamaan maksud dan tujuan srta kaitan yang erat antara satu dengan lainnya, meskipun dalam
pelaksanaannya akan ada hal-hal yang secara prinsipil membedakan dan mengharuskan pemisahan
kedua disiplin ini. Dari definisi mengenai reliability yang telah disebutkan jelas mencakup elemen
waktu yang akan membatasi umur kerja (life time) dari suatu produk untuk memberikan fungsi yang
diharapkan tanpa adanya kesalahan/kegagalan. Sebaliknya dengan kualitas suatu produk, secara
matematis hal ini tidaklah ada kaitan yang langsung dengan periode waktu dan juga tidak dinyatakan
dengan istilah “a probability of performance”. Kualitas suatu produk pada umumnya akan
didefinisikan sebagai “the degree of conformance of the product to applicable specifications, standards
and workmanship criteria”.
8.7 HAL-HAL YANG MEMPENGARUHI DAN MENCAKUP CARA PENCAPAIAN
RELIABILITAS SUATU PRODUK/EQUIPMENT
ESTIMASI
Suatu prediksi atau estimasi awal mengenai reliabilitas yaitu dengan menggunakan
keadaan nyata tingkat rata-rata kesalahan/kegagalan berfungsi dari suatu part adalah suatu
langkah awal yang sangat penting dalam perencanaan suatu produk. Data ini akan
melengkapi pertimbangan-pertimbangan teoritis yang dibutuhkan disigner untuk mengetahui
“high failure rate concentration” dalam produk yang bersangkutan. High failure rate
concentration ini bisa dieliminir dengan menggunakan teknik redundancy atau juga dengan
cara menyederhanakan desain produk yang bersangkutan. Dengan demikian maka pada
akhirnya akan terjadi beberapa perubahan, penyederhanaan, pengurangan parts atau
komponen lain dari desain produk yang akan dibuat.
REDUNDANCY
PARTS ENGINEERING
Reliabilitas dari suatu sistem akan banyak tergantung pada derajat reliabilitas dari
komponen-komponen (parts) yang membentuknya. Suatu kerusakan/kesalahan (failure) dari
satu komponen bisa saja menyebabkan kerusakan dari sistem secara total, atau bisa pula
tidak menimbulkan reaksi apa-apa dari sistem tersebut. Hal ini sangat tergantung pada
spesifikasi dan fungsi dari komponen tersebut. Demikian pula pemilihan komponen haruslah
dipertimbangkan benar-benar terutama untuk memenuhi kebutuhan dan cara pemakaiannya.
FAKTOR-FAKTOR LINGKUNGAN (ENVIRONMENT)
Secara umum telah diketahui bahwa mechanical ataupun electrical design harus
memperhatikan kondisi-kondisi lingkungan yang ada apabila dikehendaki peralatan tersebut
bekerja sesuai dengan yang diharapkan, sebagai contoh temperatur, lumidity, altitude,
vibration, dll. Dengan mempertimbangkan keadaan ini maka suatu test terhadap kondisi
lingkungan akan mempunyai peranan yang sangat penting dalam merealisir suatu sistem
peralatan yang dapat dipercaya. Test Lingkungan banyak dilakukan orang dengan alasan :
ANALISA KESALAHAN
Analisa kuantitatif guna memperkira keterandalan suatu produk pada dasarnya akan
banyak memberi manfaat didalam menghadapi kondisi-kondisi semacam ini.
Pada dasarnya probalitas untuk kelangsungan hidup suatu peralatan bisa dinyatakan
sebagai “the random failure rate of the equipment”. Tingkat kesalahan/kegagalan suatu
peralatan memenuhi fungsi yang diharapkan yang dinotasikan dengan simbol didefinisikan
sebagai jumlah kesalahan/kegagalan dari suatu peralatan untuk memenuhi fungsinya dan
dinyatakan dalam suatu interval waktu. Secara matematisnya, hal ini dapat dirumuskan
sebagai berikut :
P = e-a
Selanjutnya ‘a’ atau jumlah kesalahan yang diperbolehkan dapat diformulasikan dengan
MTBF (dimana MTBF = 1/) sehingga rumus yang ada menjadi :
P = e-t/MTBF
Apabila diketahui bahwa probabilitas dari 4 sub sistem adalah P1, P2, P3 dan P4, maka
probabilitas dari sistem dengan 4 komponen tersebut dihubungkan secara seri adalah :
P system= P1 x P2 x P3 x P4 atau
Apabila diketahui bahwa probabilitas dari 2 sub sistem adalah P1 dan P2, maka probabilitas
dari sistem dengan 2 komponen tersebut dihubungkan secara paralel adalah :
PA dan / atau B = PA + PB – PA PB
P system= 1 - Qn
Dari model seri paralen diatas, maka reliabilitas dari sistem ini dapat diperoleh :
Psystem = 1 – (1 – pn)2
Reliability engineering adalah merupakan disiplin baru yang sangat penting artinya
didalam proses perancangan (design) dan pertumbuhan (development) suatu produk baru.
Bekerja sama dengan design engineering group, reliability, engineer group akan
berpartisipasi aktif untuk menguji/test, mengevaluasi, dan membuat analisa perbaikan agar
desain produk yang baru tersebut akan lebih mampu untuk diandalkan dan memenuhi
persyaratan mengenai performans yang diharapkan. Tujuan utama dari group ini adalah
mencoba memperbaiki life span dari equipment atau produk yang akan dibuat.
Aktivitas Qualiti Control sencara sindirian tidak akan dapat memberikan jaminan
bahwa suatu desain produk mampu bekerja dengan sukses untuk periode waktu tertentu
tanpa pernah menjumpai kesulitan atau kegagalan. Halini terutama sekali disebabkan
adanya beberapa faktor yang tidak dipertimbangkan terlebih dahulu. Guna menatasi
kekurangan-kekurangan yang ada, maka disiplin reliability engineering yang juga dikenal
sebagai product reliability atau reliability saja akan memegang peranan yang cukup penting
pula didalam perancangan suatu produk. Seperti halnya dengan pengendalian kualitas,
maka reliabilitas akan mengaplikasikan konsep-konsep dasar tentang probabilitas dan
statistik didalam teknik analisisnya.
Karena MTBF yaitu ukuran kuantitatif dari keterandalan suatu peralatan atau produk
adalah merupakan “the average time betwen failure”, maka dengan mudah dapat diperoleh
data yang akan bermanfaat didalam memperkirakan kemungkinan-kemungkinan terjadinya
kesalahan ataupun kegagalan suatu produk untuk memenuhi fungsi yang diharapkan.
Disamping itu dapat pula direncanakan saat-saat kapan aktivitas maintenance harus
dilaksanakan dan penentuan spare parts (jenis, jumlah, dll) yang harus diadakan oleh
departement logistik guna menggantikan parts yang rusak. Anallisas kuantitatif ini memang
banyak berguna untuk memperkirakan tingkat reliabilitas suatu produk yang selanjutnya ikut
membantu mengatasi masalah-masalah yang timbul dari aktivitas maintenance dan / atau
pengadaan logistik material. Kedua aktivitas terakhir ini didalam Assurance Science dikenal
sebagai Maintainability dan Integrated Logistic Support.
KEPUSTAKAAN