Anda di halaman 1dari 8

PENERAPAN PENERIMAAN SAMPLING UNTUK

INSPEKSI KEDATANGAN BAHAN BAKU CAT


MENGGUNAKAN ANSI/ASQ Z1.4
Maulida Asri, Singgih Saptadi
Departemen Teknik Industri, Fakultas Teknik
Universitas Diponegoro, Jl. Prof. Soedarto, SH, Kampus Undip Tembalang, Semarang,
Indonesia 50275

Abstrak

Di dalam proses produksi pabrik perakitan otomotif terdapat permasalahan pada kualitas pengecatan material. Dalam
produksi ditemukan sejumlah cacat yang melebihi batas ketentuan perusahaan. Diketahui rata-rata jumlah produk
cacat selama tiga bulan terakhir sebesar 4,32% yang telah melebihi standar perusahaan yaitu 3%. Penelitian ini
ditujukan untuk mengendalikan kualitas dengan menerapkan Pengendalian Proses Statistik dan Metode Failure Mode
and Effect Analysis (FMEA). Berdasarkan diagram pareto diperoleh cacat tertinggi pada Bulan Desember 2021 yaitu
bintik kotor dengan jumlah cacat 246. Pada FMEA, kurang ketatnya inspeksi kedatangan bahan baku cat dari pemasok
memiliki skor RPN tertinggi sebesar 486. Oleh karena itu, usulan perbaikan yang dilakukan pada penelitian ini yaitu
rancangan penerimaan sampling untuk inspeksi kedatangan bahan baku cat dengan menerapkan ANSI/ASQ Z1.4.
Sehingga didapatkan dengan level inspeksi normal dan AQL 4.0, ukuran sampel sebesar 20unit dengan angka
penerimaan dan angka penolakan yang masing-masing sebesar 2 dan 3 unit.

Kata kunci : Pengendalian Proses Statistik, Penerimaan Sampling, FMEA, ANSI/ASQ Z1.4

1. PENDAHULUAN
Kecelakaan Teknologi di dunia industri saat ini perusahaan asli Indonesia yang bergerak dalam
telah berkembang dengan pesat, perkembangan bidang perakitan sepeda motor. Produk perusahaan
tersebut kemudian membawa banyak perusahaan tersebut yaitu motor sport, motor listrik, sepeda roda
baik itu jasa maupun manufaktur semakin dua, dan motor roda tiga. Bahan baku sepeda motor
berkembang. Dengan meningkatnya kompleksitas seperti front fender, fuel tank, side R, side L, dan
proses industri modern, pentingnya pemantauan cargo perlu melalui proses pengecatan warna sesuai
proses untuk memastikan kualitas produk (Sánchez- dengan perintah produksi. Di dalam lantai produksi,
Fernández et al., 2018). Hal ini tentunya terkadang hasil akhir proses painting terdapat
memunculkan variasi produk yang membuat sejumlah produk cacat yang harus dilakukan rework
perilaku konsumen menjadi semakin cerdas dan oleh divisi painting. Diketahui bahwa rata-rata
kompetitif di dalam pemilihan produk yang cocok jumlah produk cacat selama bulan Oktober hingga
untuk dikonsumsi. Terlebih, pada sektor otomotif Desember tahun 2021 adalah 4,32%, melebihi
sangat kompetitif dan umumnya memiliki rantai standar yang telah ditetapkan oleh perusahaan yaitu
pasokan yang kompleks. Perusahaan telah sebesar 3%. Seringkali perusahaan melakukan
menyadari bahwa persaingan berdasarkan harga lembur untuk mengejar target produksi yang telah
tidak hanya mengarah pada peningkatan pasar. Oleh ditentukan oleh pihak PPIC. Selain itu, perusahaan
karena itu, kualitas menjadi fokus pada perlu menambah stok cat di luar kebutuhan untuk
keberlanjutan industri otomotif. Kualitas berperan dapat memperbaiki material yang cacat. Hal tersebut
dalam daya saing perusahaan dalam dua hal, tentunya akan merugikan perusahaan jika dilakukan
mengurangi biaya produksi dan meningkatkan citra secara berkala tiap bulannya.
kualitas perusahaan agar memenuhi harapan Dalam menyelesaikan masalah tersebut,
pelanggan. Tim perbaikan berkelanjutan mencari perusahaan belum menemukan solusi untuk
variasi penyebab khusus yang terkait dengan menekan angka cacat yang terjadi. Sehingga,
intervensi untuk mengevaluasi apakah intervensi ini diperlukan penerapan Pengendalian Proses Statistik
mengubah sistem. (Reynolds et al., 2021) untuk mengetahui jenis cacat yang dominan dan
Perusahaan ini merupakan salah satu mengidentifikasi faktor dari penyebab terjadinya
1
kecacatan. SPC ini berkembang dalam industri manufaktur dan
mulai merevolusi pemahaman tentang variabilitas Statistik (da Silva et al., 2021).
dalam kualitas output terukur dari proses industri kategori ringan. Sedangkan menurut analisis metode
(Pujar et al., 2010). Dari faktor yang ditemukan, akan SWAT terhadap 15 perawat, hampir 46,67% menilai
dianalisis menggunakan metode Failure Mode and bahwa beban kerja mental mental yang diterima
Effect Analysis (FMEA) untuk menentukan seberapa tergolong tinggi.
besar tingkat kesulitan perusahaan dalam menangani Berdasarkan penjelasan sebelumnya, penelitian
penyebab terjadinya cacat tersebut. FMEA telah ini dilakukan untuk mengidentifikasi beban kerja
dianggap sebagai alat manajemen risiko proaktif di mental sehingga dapat diketahui faktor apa yang paling
mana sistem, proses, desain, atau layanan dievaluasi mempengaruhi pada beban kerja yang dialami oleh
secara sistematis untuk mengetahui mode kegagalan perawat bagian IGD rumah sakit. Untuk mengetahui
potensial, masalah, kesalahan, dan efek selanjutnya faktor yang paling mempengaruhi pada penelitian ini
pada suatu masalah (Boral et al., 2020). Usulan akan menggunakan pendekatan Defence Research
penelitian ini akan menggunakan metode 5W+1H Agency Workload Scale (DRAWS) yang telah
secara sistematis yang akan menghasilkan rancangan disesuaikan berdasarkan literature review dari
berupa penerimaan sampling yang dapat penelitian terdahulu dan disesuaikan dengan kondisi
mengendalikan proses dari produksi pada divisi pada rumah sakit tersebut. Kemudian, setelah diketahui
painting. satu faktor yang paling mempengaruhi tersebut akan
Permasalahan tersebut sama dengan penelitian dianalisis lanjut dengan pendekatan Modified Cooper
mengenai peningkatan kualitas proses pengecatan Harper Scale (MCHS). Penelitian ini menggunakan
pada perusahaan otomotif melalui penerapan MCHS dikarenakan dapat membantu menganalisis
Pengendalian Proses Statistik untuk optimalisasi seluruh aktivitas atau tindakan, kemudian akan
indikator kinerja kualitas dan produktivitas. didapatkan usulan perbaikan yang diperlukan sesuai
Implementasi SPC di area produksi adalah untuk kondisi. Perbaikan yang diusulkan berupa perbaikan
meningkatkan dan mengontrol karakteristik produk terhadap aktivitas yang memiliki kategori beban kerja
dan proses waktu nyata, kualitas dan produktivitas. overload guna meminimalisir tingkat stres perawat
Sehingga, penelitian ini perlu tindakan lanjut serta menjaga performansi layanan kepada pasien yang
mengenai peningkatan kualitas proses produksi lebih optimal.
pengecatan dengan menerapkan Pengendalian Proses

3. METODOLOGI PENELITIAN sebelumnya akan dijabarkan dalam bentuk lembar


Metode pengumpulan data diperoleh dari data periksa yang telah terbagi menjadi beberapa tipe cacat.
cacat produksi pada divisi painting selama periode Data diolah pada lembar periksa dan akan diolah dengan
satu bulan. Selain itu, data dilengkapi dengan survey diagram pareto untuk menentukan tipe cacat yang paling
dan wawancara kepada divisi produksi dan divisi dominan pada periode tersebut. Sehingga dapat
quality control yang berhubungan langsung dalam dilanjutkan pada analisis diagram sebab-akibat dengan
pengumpulan data yang diambil. faktor 5M-1E untuk menentukan akar masalah.
Metode yang digunakan dalam pengolahan Berdasarkan hasil analisis diagram sebab-akibat akan
data yaitu Pengendalian Proses Statistik dengan dilanjutkan dengan analisis Failure Mode and Effect
Seven Tools. Pada seven tools, alat yang digunakan Analysis (FMEA). FMEA adalah metode untuk
berupa lembar periksa, diagram pareto, dan diagram mengevaluasi proses, identifikasi kemungkinan letak
sebab-akibat. Lembar periksa berbentuk tabel untuk kegagalan dan memberi skor pada faktor kegagalan. Itu
mengumpulkan data. Lembar periksa yang dapat mengantisipasi kegagalan dan mengidentifikasi
dirancang dengan jelas akan membantu dalam bagian dari proses yang harus dimodifikasi agar dapat
mengumpulkan data yang akurat dan relevan, dan meminimalkan dampaknya (Castellanos et al., 2021).
memungkinkan data agar mudah dibaca dan FMEA digunakan dalam proses perancangan dan
digunakan. Diagram pareto dapat digunakan untuk produksi, sehingga bisa mengurangi biaya dengan
menampilkan kategori masalah secara grafis, mengidentifikasi perbaikan produk dan proses. Setelah
sehingga dapat diprioritaskan dengan benar (Abtew diketahui penyebab dari terjadinya tipe cacat yang
et al., 2018). Diagram sebab-akibat diterapkan untuk dominan, dilakukan usulan perbaikan dengan 5W+1H
mendapatkan faktor-faktor penyebab kecelakaan dan menerapkan penerimaan sampling untuk
dari perspektif sistem manajemen man, machine, memodelkan usulan perbaikan dari penelitian.
method, measurement, material, dan environment
(Wujie et al., 2022). Diagram Sebab Akibat
digunakan untuk mengidentifikasi kategori dan sub
kategori sebab-sebab yang mempengaruhi suatu
karakteristik kualitas tertentu. Data yang telah ada
2
4. HASIL DAN PEMBAHASAN selama satu bulan, yaitu pada Bulan Desember 2021.
Karakteristik Responden Berikut merupakan data cacat produk painting yang
Data yang digunakan dalam penelitian ini disajikan pada Tabel 1.
adalah data cacat produk dari proses pengecatan
Tabel 1. Data Cacat Produk pada Produksi Pengecatan Bulan Desember 2021
Tanggal Cacat Jumlah Produksi Persentase (%)
01/12/2021 85 814 10,44
02/12/2021 9 739 1,22
03/12/2021 30 754 3,98
06/12/2021 54 696 7,76
07/12/2021 27 940 2,87
08/12/2021 14 1020 1,37
09/12/2021 19 791 2,40

 Lembar Periksa bintik kotor, kurang cat, meler, dan mruntus. Tabel
Lembar Periksa dari data cacat produksi 2 menyajikan lembar periksa cacat produksi
dibedakan menjadi lima jenis cacat yaitu ambles, pengecatan.
Keterangan: kurang
 Ambles = cat yang meresap ke  Meler = cat yang mengalir karena
dalam pori – pori material material cat yang terlalu tebal
 Bintik kotor = kotoran yang menempel  Mruntus = udara yang terjebak
pada cat/ material cat kotor didalam cat
 Kurang Cat = lapisan cat yang masih
Tabel 2. Lembar Periksa Produk Cacat Painting
Tanggal Tipe Cacat
Ambles Bintik Kotor Kurang Cat Meler Mruntus
01/12/2021 11 27 16 16 15
02/12/2021 0 7 2 0 0
03/12/2021 11 10 0 2 7
06/12/2021 11 9 0 8 26
07/12/2021 5 16 3 3 0
08/12/2021 5 0 0 9 0
09/12/2021 7 0 0 4 8
10/12/2021 2 0 0 2 1
11/12/2021 3 3 18 0 0
13/12/2021 8 2 2 0 27
14/12/2021 24 13 9 3 0
15/12/2021 18 1 0 0 0
16/12/2021 19 12 2 30 0
17/12/2021 2 1 2 19 2
19/12/2021 0 0 0 0 0
20/12/2021 5 1 0 1 0
21/12/2021 13 24 0 33 1
22/12/2021 29 7 26 3 0
23/12/2021 2 48 0 1 2
24/12/2021 16 3 0 0 0
27/12/2021 12 22 8 6 26
28/12/2021 14 7 1 2 40
29/12/2021 4 6 2 1 15
30/12/2021 16 23 0 0 0
31/12/2021 5 4 0 0 0

3
 Diagram Pareto kecacatan prosesproduksi pengecatan dapat dilihat
Diagram pareto digunakan untuk melihat besar sebagai berikut ini. Gambar 1 menyajikan diagram
persentase kecacatan. Perhitungan persentase pareto untuk cacat pada produksi painting.

1. Bintik Kotor =
2. Ambles =
3. Mruntus =
4. Meler =
5. Kurang Cat =

Berdasarkan pada Gambar 1, tipe cacat terbesar  Diagram Sebab-Akibat


pada cacat bintik kotor dengan persentase sebesar Berdasarkan pengolahan data dengan diagram
27,58% dari total kelima cacat. Cacat lain yaitu cacat pareto sebelumnya, tipe cacat bintik kotor perlu
ambles dengan persentase sebesar 27,13%, cacat dilakukan analisis apa saja penyebab akar masalah
mruntus dengan persentase cacat sebesar 19,06%, dari terjadinya cacat bintik kotor tersebut. Gambar 2
cacat meler dengan persentase cacat sebesar 16,03%, menyajikan diagram sebab – akibat dari cacat bintik
dan cacat kurang cat dengan persentase cacat sebesar kotor.
10,20%.

Gambar 2. Diagram Sebab-Akibat

Berdasarkan gambar 2 diatas, jenis cacat bintik  Man


kotor yang terjadi pada unit painting disebabkan Permasalahan yang sering dihadapi adalah
oleh beberapa penyebab. Adapun faktor-faktor yang operator yang mudah kehilangan fokus saat
menyebabkan cacat tersebut muncul sebagai berikut. melakukan pengecatan dan tidak teliti dalam
4
pengecekkan material. Hal ini dikarenakan sering mengalami breakdown. Hal tersebut
operator yang mengalami kelelahan akibat dikarenakan kurang memperhatikan
lembur. Pada skill operator dalam perawatan mesin yang dipakai dan kurang
mengoperasikan spray gun untuk mengecat menjaga kebersihan mesin.
masih perlu pelatihan dalam jangka waktu  Measurement
tertentu. Kendala yang terjadi yaitu kelolosan material
 Material yang tidak sesuai standar. Hal ini dikarenakan
Pada material, permasalahan yang terjadi pengukuran yang digunakan tidak dapat
dikarenakan kualitas material dari pemasok mewakili kualitas produk yang dihasilkan.
yang berubah – ubah dan dalam kondisi yang  Environment
kotor atau terkontaminasi oleh debu atau Area kerja yang digunakan mengecat kurang
kotoran kecil. steril. Ruangan pengecatan masih terbuka dan
 Method pencahayaan lampu yang kurang terang.
Pada method, kesalahan pada operator yang Sehingga menyulitkan operator dalam
kurang memperhatikan SOP sehingga teknik mengecat, menginspeksi, maupun
yang digunakan masih tidak sesuai standar. memindahkan material ke stasiun kerja
Seperti kesalahan dalam pendempulan dan selanjutnya.
melewati tahap operasi.
 Machine  Failure Mode and Effect Analysis (FMEA)
Kendala pada machine terjadi pada beberapa Tabel 3 menyajikan analisis FMEA dari cacat
mesin yang digunakan dalam pengecatan bintik kotor.
Tabel 3. Failure Mode and Effect Analysis (FMEA)
Function Potential S Potential Causes of O Detection Mode D RPN
Effect of Failure
Failure
Proses Cacat 6 Operator kesalahan 4 Operator tidak 3 72
Pengecatan Bintik dalam pendempulan memperhatikan SOP yang
Material Kotor bahan baku berlaku, Operator tidak
fokus, kemampuan operator
kurang terlatih
Operator tidak teliti 5 Operator tidak 3 90
saat membersihkan memperhatikan SOP yang
bahan baku yang berlaku, Operator tidak
akan di cat sehingga fokus, kemampuan operator
material kotor kurang terlatih
Kurang ketatnya 9 Penerapan teknik sampling 9 486
proses inspeksi pada sebanyak 10% dari unit
saat inspeksi bahan material yang datang, Media
baku painting untuk inspeksi
terbatas, Kualitas cat
pemasok berubah – ubah
Air filter tidak 8 Perawatan tidak terjadwal, 6 288
berfungsi dengan pelaksanaan perawatan
baik dalam memfilter dilakukan saat mesin
gas yang akan mengalami breakdown
digunakan
menyemprot
Operator kesulitan 6 Kurangnya fasilitas 7 252
dalam mengecek pendukung seperti
final painting pencahayaan ruangan yang
kurang, Standarisasi produk
painting tidak memiliki SOP
yang jelas, Penglihatan tiap
operator berbeda – beda

Berdasarkan tabel 3 diatas, permasalahan yang inspeksi pada saat material datang dengan nilai RPN
perlu segera diperbaiki adalah kurang ketatnya proses paling tertinggi sebesar 486. Skor RPN tertinggi akan
5
diberikan rekomendasi dengan usulan perbaikan metode 5W+1H (What, Why, Where, When, Who dan
sebagai perbaikan berkelanjutan. How). Tabel 4 menyajikan usulan perbaikan dengan
menggunakan metode 5W+1H.
Usulan Perbaikan
Perbaikan yang diusulkan menggunakan
Tabel 4. Usulan Perbaikan 5W + 1H
Faktor Penyebab 5W + 1H
Kurang ketatnya proses inspeksi What Why
pada saat inspeksi bahan baku 1. Meningkatkan keketatan 1. Untuk meminimalisir
pengecekkan kualitas cat pada terjadinya kelolosan material
saat material datang saat QC kedatangan bahan
2. Mengevaluasi kinerja baku
supplier dan mencari supplier 2. Meminimalisir adanya jumlah
yang lebih berkompeten dan cacat painting yang besar saat
memiliki kualitas baik produksi
3. Menghindari proses info
teknik untuk pengembalian
materia yang dapat menunda
proses produksi sementara
Where When
Area pengecekkan di Gudang Segera
raw material
Who How
Divisi quality control 1. Menerapkan
penerimaan sampling
dengan prosedur ansi
ZI.4
2. Melakukan valuasi
terhadap supplier
dengan menggunakan
AHP

6
Usulan perbaikan dilakukan dengan menerapkan diterima jika tidak ditemukan cacat
acceptance sampling dengan prosedur ANSI Z1.4 berjumlah 2 atau lebih.
yang akan menghasilkan ukuran sampel yang
dianjurkan sesuai dengan prosedur. ANSI Z1.4 5. KESIMPULAN DAN SARAN
merupakan prosedur pengambilan sampel untuk Berdasarkan Perbaikan usulan yang dapat
inspeksi berdasarkan sampel atribut dimana sistem diterapkan oleh perusahaan berupa rancangan
pengambilan sampel penerimaan yang digunakan penerimaan sampling yang dimana teknik sampling ini
dengan aturan peralihan pada aliran lot yang bertujuan untuk meminimalisir adanya kelolosan
berkelanjutan untuk Acceptance Quality Limit (AQL) material painting dan meminimalisir pemborosan pada
yang ditentukan. tenaga kerja, waktu, dan biaya inspeksi bahan baku
1. Menentukan AQL dan produk jadi yang berlebihan. Rancangan sampling
Tipe cacat bintik kotor termasuk pada memiliki switching rules yang dapat menekan angka
klasifikasi Major dimana cacat bintik kotor inspeksi menjadi lebih terkendali. Dan lebih mudah
merupakan cacat yang secara langsung dapat untuk mengontrol dan memonitoring aktivitas pekerja
dilihat oleh konsumen dan mempengaruhi pada bagian inspeksi kedatangan bahan baku dan produk
penampilan dari produk. Sehingga yang akan jadi painting. Terdapat tiga level inspeksi yaitu longgar,
digunakan yaitu AQL 4%. normal, dan ketat yang memiliki ukuran sampel, angka
2. Menentukan Level Inspeksi penerimaan, dan angka penolakan masing – masing.
Level inspeksi yang digunakan yaitu Level Berdasarkan dari penelitian yang telah
General karena dianggap cukup mewakili dilaksanakan, saran yang diberikan untuk penelitian
asumsi aman suatu kuantitas lot. Dengan selanjutnya kepada penulis yaitu perlu dikembangkan
biaya inspeksi yang rendah (kondisi validasi usulan perbaikan dengan membandingkan data
perusahaan) maka akan digunakan level historis dengan data setelah dilakukan perbaikan. Serta
inspeksi G- II dengan toleransi risiko dan menambahkan studi literatur mengenai permasalahan
jumlah yang diinspeksi normal. yang terjadi pada area produksi.
3. Menentukan Ukuran Lot
Berdasarkan kebijakan perusahaan, ukuran
lot ditentukan berdasarkan setiap sekali
DAFTAR PUSTAKA
Abtew, M. A., Kropi, S., Hong, Y., & Pu, L. (2018).
kedatangan material dari supplier. Material
Implementation of Statistical Process Control
terdapat 4 warna general yaitu Hitam, Putih,
(SPC) in the Sewing Section of Garment Industry
Merah dan Biru. Sekali pemesanan minimal 5
for Quality Improvement. Autex Research
kontainer untuk satu warna dengan isi 24pcs
Journal, 18(2), 160–172.
per kontainer. Proses inspeksi dilakukan
https://doi.org/10.1515/aut-2017-0034
berdasarkan tipe warna. Sehingga ukuran lot
Boral, S., Howard, I., Chaturvedi, S. K., McKee, K., &
untuk satu warna terdapat 120 pcs.
Naikan, V. N. A. (2020). A novel hybrid multi-criteria
4. Mencari sample size code letter
groupdecision making approach for failure mode and
Pada Langkah sebelumnya bahwa jenis
effect analysis: An essential requirement for
inspeksi yang digunakan general dengan
sustainable manufacturing. Sustainable Production
ukuran lot 120pcs ini berada di range antara
and Consumption, 21, 14–32.
91 to 150. Sehingga didapatkan kode sampel
https://doi.org/10.1016/j.spc.2019.10.005 Castellanos,
pada tabel Sample Size Code Letter yaitu F.
M. A. M., Costa Monteiro, E., & Louzada, D. R.
5. Menentukan jenis sampling plan
(2021). Quality by design and failure mode and effects
Jenis sampling plan yang cocok adalah Single
analysis applied to the development of electromedical
Sampling Plan. Perusahaan hanya mampu
technology: Preliminary results. Measurement:
menerapkan single sampling dikarenakan
Sensors,
terkendala biaya dan tenaga kerja yang
18. https://doi.org/10.1016/j.measen.2021.100303
terbatas untuk melakukan Double sampling
danMultiple sampling. da Silva, H. D. O. G., de Almeida, M. D. G. D.,
Barbosa, L. C. F. M., Costa, M. C. M., da
6. Menentukan acceptance number dan rejected
Fonseca, B. B., Santos, G., Aguilera, M. V. C.,
number
Reis, J. S. D. M., & Sampaio, N. A. D. S. (2021).
Pada tabel Single Sampling Plan for Normal
Improved Vehicle Painting Process Using
Inspection, sample size untuk kode huruf F =
Statistical Process Control Tools in an
20 pcs. Dengan AQL 4.0 diperoleh angka
Automobile Industry. International Journal for
penerimaan (Ac) dan angka penolakan (Re)
Quality Research, 15(4), 1245–1262.
masing-masing sebesar 2 dan 3. Artinya lot
https://doi.org/10.24874/IJQR15.04-14
akan ditolak jika ditemukan cacat Pujar, S., Calvert, S., Cortina-Borja, M., Chin, R. F.
berjumlah 3 atau lebih. Dan lot akan M., Smith, R. A., Cross, J. H., Das, K., Pitt, M.,
7
& Scott, R. C. (2010). Statistical Process
Control (SPC)-A simple objective method for
monitoring seizure frequency and evaluating
effectiveness of drug interventions in
refractory childhood epilepsy. Epilepsy
Research, 91(2–3), 205–213.
https://doi.org/10.1016/j.eplepsyres.2010.07.0
13
Reynolds, M. S., Spencer, S. P., Dunaway, A.,
Buckingham, D., & Bartman, T. (2021).
Scientific Approach to Assess if Change Led to
Improvement—Methods for Statistical Process
Control Analysis in Quality Improvement.
Journal of Emergency Nursing, 47(1), 198–
205. https://doi.org/10.1016/j.jen.2020.09.002
Sánchez-Fernández, A., Baldán, F. J., Sainz-
Palmero, G. I., Benítez, J. M., & Fuente, M. J.
(2018). Fault detection based on time series
modeling and multivariate statistical process
control. Chemometrics and Intelligent
Laboratory Systems, 182(July), 57–69.
https://doi.org/10.1016/j.chemolab.2018.08.00
3
Wujie, J., Le, J., Lixin, Y., & Cheng, Z. (2022).
Analyzing and Predicting Railway Operational
Accidents Based on Fishbone Diagram and
Bayesian Networks. Tehnicki Vjesnik, 29(2),
542–552. https://doi.org/10.17559/TV-
20211102092922

Anda mungkin juga menyukai