Anda di halaman 1dari 8

Jurnal Pengembangan Teknologi Informasi dan Ilmu Komputer e-ISSN: 2548-964X

Vol. 2, No. 11, November 2018, hlm. 5835-5842 http://j-ptiik.ub.ac.id

Evaluasi Proses Bisnis Produksi Garmen Menggunakan Metode Quality


Evaluation Framework (QEF)
(Studi Kasus: PT. Eratex Djaja, Tbk Probolinggo)

Mumtazah Rizti Arini1, Nanang Yudi Setiawan2, Aditya Rachmadi3

Program Studi Sistem Informasi, Fakultas Ilmu Komputer, Universitas Brawijaya


Email: 1mumtazaharini@gmail.com, 2nanang@ub.ac.id, 3rachmadi.aditya@ub.ac.id

Abstrak
PT. Eratex Djaja, Tbk Probolinggo merupakan perusahaan produksi garmen dengan orientasi penuh
pada penjualan ekspor. Produk utama dari perusahaan ini adalah pakaian jadi berupa celana. Karena
perusahaan bergerak dalam bidang produksi garmen, maka hal yang paling utama adalah proses
produksi. Proses produksi memiliki dampak paling besar dalam produksi yang dihasilkan. Sebagai
perusahaan besar, perusahaan ini mempunyai Standard Operational Procedure (SOP) yang digunakan
sebagai acuan dalam kegiatan proses bisnis. Namun dalam praktiknya, tidak semua proses yang
dilakukan tepat sesuai dengan prosedur sehingga perusahaan memiliki beberapa produk yang cacat.
Berdasarkan adanya indikasi permasalahan yang muncul, maka penelitian ini melakukan evaluasi
proses bisnis pada proses produksi yang sedang berjalan saat ini, menggunakan metode Quality
Evaluation Framework (QEF) untuk mengetahui ketidaksesuaian yang terjadi antara target dengan
hasil kalkulasi metode QEF. Langkah pertama yang dilakukan adalah menentukan kebutuhan non-
fungsional dan memodelkan proses inti menggunakan Business Process Model and Notation (BPMN).
Tahap selanjutnya adalah menentukan quality factor beserta target perusahaan dan melakukan
kalkulasi sesuai dengan persamaan dalam metode QEF. Hasil kalkulasi yang tidak sesuai dengan
target ada 5 dari 16 quality factor. Ketidaksesuaian dengan target perusahaan dianalisis menggunakan
metode Fault Tree Analysis (FTA) untuk mencari akar penyebab masalah. Hasil dari FTA diharapkan
mampu membantu meminimalisir permasalahan pada proses bisnis yang sedang berjalan saat ini.
Kata kunci: standard operational procedure (SOP), quality evaluation framework (QEF), business process
model and notation (BPMN), quality factors, fault tree analysis (FTA)
Abstract
PT. Eratex Djaja, Tbk Probolinggo is a company of garment production focusing on export sales. The
company’s main product is pants. Because the company is working on garment production, the most
important thing is the production process. The production process has the greatest impact on the final
result of the product. As a large company, PT. Eratex Djaja, Tbk Probolinggo applies Standard
Operational Procedure (SOP) as guidelines for the business process. However, on daily basis, not all
processes are performed in accordance with the procedure. The company has some defective or
rejected products. Based on the indication of problems that have already found out, this research is
evaluating the business process in the production activity using Quality Evaluation Framework (QEF)
to find out non-functional problems in the business process. The first to determine non-functional
requirements and reformed main processes using Business Process Model and Notation (BPMN). The
next to determine the quality factor, company target and calculating, according to the questions in the
QEF method. The results of calculations that are not in accordance with the target are 5 of 16 quality
factors. They are not in accordance with company targets is analyzed using the Fault Tree Analysis
(FTA) method to find out the root cause of the problem. The result of the FTA is expected to help
minimize the problems in the current business process.
Keywords: standard operational procedure (SOP), quality evaluation framework (QEF), business process
model and notation (BPMN), quality factors, fault tree analysis (FTA)

Fakultas Ilmu Komputer


Universitas Brawijaya 5835
Jurnal Pengembangan Teknologi Informasi dan Ilmu Komputer 5836

PT. Eratex Djaja, Tbk, penelitian ini melakukan


1. PENDAHULUAN evaluasi menggunakan metode Quality
`PT. Eratex Djaja, Tbk Probolinggo Evaluation Framework (QEF). Metode QEF
merupakan perusahaan yang bergerak dalam merupakan metode yang dikembangkan melalui
bidang industri garmen yang memfokuskan beberapa tools dari pemodelan proses bisnis
produksinya pada pakaian jadi. Dengan untuk melakukan evaluasi dan tolak ukur
penjualan dan memasarkan produknya di dalam terhadap proses tertentu. Standar yang dimiliki
maupun di luar negri. Produksi utama dari metode QEF digunakan sebagai acuan untuk
perusahaan ini adalah pakaian jadi yang berupa melihat apakah proses tersebut berjalan dengan
celana. Proses produksi merupakan proses efisien dan efektif ataukah terdapat
bisnis yang paling utama dalam perusahaan permasalahan lain yang menghambat jalannya
industri garmen karena memiliki pengaruh proses bisnis.
paling besar dalam menghasilkan suatu produk Setelah melakukan evaluasi dapat
atau menambah nilai guna suatu barang untuk diketahui proses mana yang tidak sesuai dengan
memenuhi permintaan pelanggan, sehingga rencana bisnis yang menyebabkan target
terdapat beberapa permasalahan pada proses perusahaan tidak tercapai. Maka diperlukan
tersebut. Permasalahan dan kendala tersebut pencarian akar dari penyebab permasalahan
bisa disebabkan dari berbagai faktor seperti, yang menghambat jalannya suatu proses bisnis.
sumber daya alam, sumber daya manusia, Menurut Bell Telephone Laboratories dalam
sumber daya modal ataupun keahlian atau kaitannya dengan studi tentang evaluasi
ketrampilan individu untuk mengoordinasikan keselamatan sistem dapat mengidentifikasikan
dan mengelola faktor produksi dalam kegagalan dengan menggunakan FT (fault tree)
menghasilkan barang atau jasa. (Priyanta, 2000). Sehingga penelitian ini juga
Proses produksi memiliki beberapa tahapan menggunakan teknik Fault Tree Analysis untuk
yang dimulai dari proses pemotongan kain mengidentifikasi permasalahan yang terjadi
hingga proses finishing. Berdasarkan hasil terutama pada proses produksi. Agar
wawancara yang dilakukan dengan staf perusahaan dapat melakukan proses bisnis yang
Industrial Engineering didapatkan informasi lebih efektif dan efisien untuk mencapai visi,
bahwa terdapat kesalahan menjahit yang tidak misi dan tujuannya.
sesuai dengan SOP dan beberapa data produk Berdasarkan uraian diatas, dilakukan
cacat yang disebabkan oleh berbagai macam penelitian yang berjudul “Evaluasi Proses
faktor yang tidak tentu. Karena kesalahan Bisnis Produksi Garmen Menggunakan Metode
tersebut, perusahaan memiliki beberapa produk Quality Evaluation Framework (Studi Kasus:
yang cacat atau direject. Hal itu menyebabkan PT. Eratex Djaja, Tbk Probolinggo)”.
penurunan kualitas perusahaan. Pengendalian
2. LANDASAN KEPUSTAKAAN
kualitas yang diterapkan oleh perusahaan saat
ini adalah melakukan pemeriksaan terhadap
2.1. Quality Evaluation Framework (QEF)
mesin dan produk. Apabila saat proses
pemeriksaan ditemukan produk cacat, Quality Evaluation Framework (QEF)
perusahaan melakukan repair ulang dengan merupakan metode yang sistematis sehingga
pertimbangan tingkat kecacatan rendah pemodelan dapat menggunakannya dengan
sehingga membutuhkan waktu tambahan dalam konsisten dan berulang. Metode ini
pengerjaan. Apabila produk cacat tidak dapat di mengevaluasi proses bisnis dengan objektif,
repair ulang maka produk tersebut kuantitatif berdasarkan fakta. Dalam QEF
ditindaklanjuti berdasarkan ketentuan yang terdapat kalkulasi untuk menghitung quality
diberikan oleh buyer yaitu dapat dijual dengan factor yang cukup generik untuk diterapkan
harga lebih murah dari harga normal di dalam pada keadaan apapun (Heidari & Loucopolous,
negeri atau ketentuan yang lainnya. Untuk 2014).
mengatasi permasalahan tersebut, perlunya Tujuan QEF menurut Heidari &
suatu metode yang tepat untuk mengevaluasi Loucopolous (2014):
proses bisnis yang sedang berjalan. 1. Memperkenalkan pengembangan metode
Oleh karena itu, untuk mendapatkan konsep evaluasi kualitas proses bisnis secara
proses bisnis yang lebih efektif dan efisien pada sistematik dan generik dengan
mempertimbangkan dasar evaluasi model
Fakultas Ilmu Komputer, Universitas Brawijaya
Jurnal Pengembangan Teknologi Informasi dan Ilmu Komputer 5837

BPM. Kerangka kerja ini tidak hanya pada 2. Pengkonstruksian model grafis FTA.
model BPM tertentu sehingga kerangka
a. Identifikasi Top Event.
kerja ini memiliki penerapan yang luas.
b. Identifikasi penyebab level pertama.
2. Mengevaluasi proses bisnis secara obyektif
dan kuantitatif yang terpacu pada faktor c. Buatlah hubungan antara penyebab
kualitas dan metrik untuk konsep proses dengan Top Event menggunakan
bisnis utama atau keseluruhan proses. gerbang logika.
Tujuan dari faktor kualitas dan metrik d. Identifikasi penyebab level kedua.
memberikan hasil kepada pemangku
kepentingan proses bisnis untuk e. Ulangi langkah seperti (c) dan (d)
mengetahui seberapa baik kinerja proses hingga didapatkan basic event.
yang dilakukan apakah sudah sesuai dengan 3. Mencari minimal cut set atau basic event
standar mutu atau belum. dari analisa Fault Tree.
Dari tujuan QEF di atas, menunjukkan 4. Melakukan analisis kualitatif dari Fault
bahwa QEF hanya terbatas hingga proses Tree.
mengevaluasi proses bisnis yang telah berjalan.
Berikut quality factor yang ada pada metode 5. Melakukan analisis kuantitatif dari Fault
QEF dapat dilihat pada Tabel 1. Tree.
Tabel 1. Quality Factor QEF Tabel 2. Simbol-simbol dalam FTA
Dimension Factor Simbol Deskripsi
Throughput Top Event, Kejadian yang
Cycle Time dikehendaki pada “puncak” yang
Performance akan ditelitit lebih lanjut untuk
Timeliness
Cost dicari dasar penyebabnya
Resource Efficiency AND Gate, Gerbang logika yang
Efficiency Time Efficiency menunjukkan kesalahan muncul
Cost Efficiency jika semua input masalah yang
Reliableness terjadi
Reliability OR Gate, Gerbang logika yang
Failure Frequency
Permissability Authority menunjukkan kesalahan muncul
Availability Time to Shortage jika setidaknya salah satu input
Time to Access masalah yang terjadi
Availableness Basic Event, Kesalahan mendasar
Sumber: Heidari & Loucopoulus (2014) yang tidak membutuhkan
penelitian lebih lanjut.
3.1. Fault Tree Analysis (FTA) Sumber: Clemens (2002)

Fault Tree Analysis adalah suatu teknik 3. METODOLOGI


digunakan untuk mengidentifikasi kegagalan
suatu sistem baik secara kualitatif maupun Alur penelitian ini dimulai dari studi
secara kuantitatif. Metode ini menggunakan literatur untuk mendapatkan pemahaman lebih
pendekatan deduktif yang bersifat top down mengenai konsep, metode dan objek-objek
karena analisa berawal dari asumsi kegagalan lainnya yang akan dilakukan pada penelitian.
atau kerugian dari top event dan meneruskannya Sumber referensi dapa diperoleh dari buku,
ke bawah merinci sebab-sebab suatu top event jurnal dan e-book. Kemudian melakukan
sampai pada suatu dasar kegagalan (root pengumpulan data dengan cara wawancara pada
cause). FTA adalah sebuah analisis dengan pihak terkait seperti In Charge of IE, Staff IE,
model grafis yang terdiri dari beberapa QA dan observasi secara langsung untuk
kombinasi kesalahan (fault) secara pararel dan mendapatkan data yang dibutuhkan dalam
berurutan yang berawal dari failure event yang penelitian.
telah ditetapkan (Vesely, 1981). Data yang telah didapat, akan dianalisis
FTA secara umum memilki 5 tahap seluruh aktivitas yang ada di perusahaan.
(Priyanta, 2000), yaitu: sebelum melakukan analisis perlu dilakukan
perubahan dari business function menjadi
1. Mendefinisikan masalah dan kondisi batas business process dengan cara dekomposisi pada
dari suatu sistem. business function. Lalu mengelompokkan

Fakultas Ilmu Komputer, Universitas Brawijaya


Jurnal Pengembangan Teknologi Informasi dan Ilmu Komputer 5838

aktivitas utama dan pendukung untuk Penelitian ini melakukan evaluasi proses
membantu perusahaan dalam mengidentifikasi bisnis dengan metode Quality Evaluation
bagian mana yang dapat dioptimalkan untuk Framework (QEF). Sebelum melakukan
efisiensi maksimum dan profitabilitas. evaluasi peneliti akan melakukan identifikasi
Tahap selanjutnya melakukan pemodelan proses bisnis dengan dekomposisi fungsional
proses bisnis utama yaitu proses produksi dan analysis value chain. Hasil dari identifikasi
menggunakan Business Process Modelling and proses bisnis pada perusahan yaitu proses bisnis
Notation (BPMN) untuk memetakan proses utama pada bagaian produksi. Kemudian
bisnis yang ada pada perusahaan dan melakukan pemodelan proses bisnis utama
mendifinisakan langkah-langkah yang harus menggunakan Business Process Model and
diambil untuk mencapai tujuan. Lalu Notation (BPMN). Proses bisnis utama pada
mengevaluasi proses bisnis menggunakan perusahaan ini meliput, proses warehousing,
metode Quality Evaluation Framework (QEF). cutting, sewing, washing dan finishing. Hasil
Hasil dari evaluasi dapat membantu perusahaan identifikasi quality factor berdasarkan
untuk mengetahui dimana letak ketidaksesuaian wawancara dengan staf IE, staf produksi dan
dengan target. QA ditemukan 16 quality factor yang diukur
Perlu dicari akar permasalahan pada dalam proses bisnis yang telah dimodelkan.
aktivitas yang tidak sesuai dengan target Berikut contoh hasil evalauasi proses bisnis
perusahaan menggunakan metode Fault Tree pada proses sewing.
Analysis (FTA). FTA dapat membantu suatu
tindakan perbaikan atau pencegahan secara 3.1. Quality Factor pada Proses Bisnis
efektif dan dijadikan acuan dalam melakukan Sewing
usulan rekomendasi proses bisnis. Setelah Hasil quality factor pada proses sewing
semua tahap selesai dilakukan, maka dapat dilihat pada Tabel 3.
selanjutnya melakukan penarikan kesimpulan
serta memberikan saran pada penelitian yang Tabel 3 Quality Factor pada Proses Sewing
telah dilakukan. Metodologi penelitian yang Kode Quality Factor
digunakan dapat dilihat pada Gambar 1. Q1 Jumlah garmen yang dikerjakan bagian
sewing (Throughput)
Mulai Q2 Kesesuaian jumlah garmen yang
dihasilkan dengan order buyer
Studi Literatur (Resource Efficiency)
Q3 Ketidaksesuaian dengan standar work
order (Resource Efficiency)
Pengumpulan Data Q4 Maksimal kecepatan waktu saat
mengalami downtime (Time to
Identifikasi Proses Bisnis Recover)
Menggunakan
Dekomposisi Fungsional
dan Value Chain Analysis 3.2. Pemetaan Quality Factor pada Proses
Bisnis Sewing
Pemodelan Proses Bisnis
Menggunakan BPMN
Pada proses bisnis sewing, Q1 berada pada
aktivitas button holling/keyhole, karena dapat
Evaluasi Proses Bisnis mengetahui jumlah garmen yang dikerjakan
Menggunakan QEF bagian sewing dalam kurun waktu 1 bulan. Q2
berada pada aktivitas end inspection, dalam
Analisis Akar Masalah proses ini mengetahui hasil proses sewing
Menggunakan FTA sudah sesuai dengan pesanan buyer. Q3 berada
pada aktivitas panel inspection, karena aktivitas
Kesimpulan
dan Saran ini berkaitan dengan ketidaksesuaian dengan
work order. Q4 berada pada kondisi dimana
Selesai proses sewing mengalami downtime. Pemetaan
Q1, Q2, Q3 dan Q4 dapat dilihat pada Gambar
Gambar 1. Diagram Alir Metode Penelitian
2.
4. HASIL EVALUASI PROSES BISNIS

Fakultas Ilmu Komputer, Universitas Brawijaya


Jurnal Pengembangan Teknologi Informasi dan Ilmu Komputer 5839

Time to Recover (Q4) Resource Efficiency (Q3) Resource Efficiency (Q2) Throughput (Q1)

Gambar 2. Quality Factorq pada Proses Bisnis Sewing

perhari. Ketepatan waktu saat


3.3. Hasil Kalkulasi Quality Factor mengerjakan proses sewing dapat memberi
Melakukan perhitungan dan identifikasi dampak positif kepada proses selanjutnya.
hasil perhitungan quality factor yang akan Dalam sehari memiliki 2 shift yaitu pagi
dijelaskan pada Tabel 4 dibawah ini. dan malam, tiap manpower bekerja selama
7 jam dengan total 49 manpower dan
Tabel 4 Hasil Perhitungan QEF memiliki target yang berbeda-beda.
Kode Target Hasil 2. Identifikasi Hasil Kalkulasi Q2
>=200.000 Kesesuaian jumlah garmen yang
Q1 >=200.000
perbulan dihasilkan dari proses sewing harus sesuai
Q2 100% sesuai 100% dengan target untuk mengatasi beberapa
Q3 <=5% 17% masalah yang terjadi. Jika jumlah garmen
Q4 15 menit >15 menit pada proses sewing sudah berkurang
banyak maka proses selanjutnya akan
Identifikasi hasil kalkulasi sebagai berikut: terjadi ketidaksesuain jumlah menurut
1. Identifikasi Hasil Kalkulasi Q1 order. Berdasarkan identifikasi kalkulasi
Berdasarkan hasil wawancara yang Q1 melakukan proses sewing selama satu
dilakukan kepada pihak IE bagian sewing, bulan dapat menyelesaikan output sesuai
jumlah output garmen yang telah dengan target. Jadi berdasarkan hasil
melakukan proses sewing tiap bulan sudah wawancara jumlah garmen dapat sesuai
sesuai dengan target perusahaan. Pada 1 100% atau lebih dari pesanan buyer
bulan dapat menyelesaikan order dari sehingga dapat memenuhi target
beberapa buyer atau hanya 1 buyer saja perusahaan. Kelebihan garmen dapat
tergantung jumlah pesanan. Pada bulan mengatasi jika terjadi cacat kain yang
April 2018 rata-rata perbulan tidak dapat diperbaiki lagi tetapi masih
menghasilkan 208.836pcs. Meskipun ada dapat memenuhi jumlah pesanan.
beberapa hari yang tidak memenuhi target, 3. Identifikasi Hasil Kalkulasi Q3
maka hari berikutnya manpower mengajar Setiap proses produksi barang yang
target dengan cara melakukan sewing telah dihasilkan per aktivitasnya akan
dengan jumlah yang lebih besar dari target dicek terlebih dahulu. Semua perusahaan
per hari. Target dari perusahaan adalah menginginkan aktivitas yang dilakukan
lebih dari 200.000pcs setiap bulannya. akan langsung sesuai dengan standar.
Target tersebut tidak menetap karena Namun tidak pada kenyataannya, hasil dari
berdasarkan dengan jumlah pesanan buyer. proses sewing memiliki beberapa barang
Rata-rata 29.000pcs garmen yang masuk yang direject karena terdapat beberapa

Fakultas Ilmu Komputer, Universitas Brawijaya


Jurnal Pengembangan Teknologi Informasi dan Ilmu Komputer 5840

deffect. QA pada proses ini memiliki 3 5. ANALISA FAKTOR KEGAGALAN


tahap inspeksi dengan standar yang
Mencari akar permasalahan dan penyebab
berbeda-beda. Tetapi pada aktivitas
dari ketidaksesuaian target perusahaan
inspeksi terakhirpun masih tetap terjadi
menggunakan Fault Tree Analysis.
kesalahan. Standar pada inspeksi terakhir
a. Analisis Faktor kode Q3
mewakili pengecekan secara keseluruhan
Akar permasalahan atau basic event
dengan kriteria yaitu workmanship,
yang terjadi pada kode Q3
construction, measurement dan panjang
(Ketidaksesuain dengan standar work
inseam. Dari keseluruhan yang dihasilkan
order pada bagian sewing)
ada sekitar 17% lebih tidak sesuai standar.
menghasilkan 7 basic event. Basic
Hasil tersebut diperoleh dari persentase
event tersebut antara lain:operator asli
jumlah hasil sewing yang tidak lolos qc
tidak masuk, target ketinggian,
per jumlah hasil sewing. Hasil yang
pemahaman SOP kurang, menggunakan
didapatkan belum memenuhi target
jarum milik pribadi, pengaturan inline
perusahaan.
atau layout buruk, beragam style yang
4. Identifikasi Hasil Kalkulasi Q4
dikerjakan dan mesin terlalu tua.
Proses sewing adalah proses
Adanya basic event maka
pembentukan bahan menjadi garmen
mengakibatkan kain robek, bartack,
sesuai bentuk yang diinginkan dengan
margin tidak rata, sabuk lingkar miring
alat pendukung mesin jahit dan lainnya.
dan lain-lain. Fault tree analysis pada
Saat terjadi downtime, Industrial
kode Q3 dapat dilihat pada Gambar 3.
Engineering menargetkan kejadian ini
b. Analisis Faktor kode 4
tidak melebihi batas/target waktu yang
Akar permasalahan atau basic event
telah ditentukan yaitu kurang dari 15
yang terjadi pada kode Q4 (Maksimal
menit agar aktivitas lainnya dapat
kecepatan waktu saat mengalami
berjalan dengan efisien dan efektif serta
downtime) bagian sewing
menghasilkan kualitas yang baik.
menghasilkan 4 basic event. Basic
Berdasarkan wawancara, kecepatan
event tersebut antara lain: pengalaman
waktu saat mengalami downtime ini rata-
mengenali kondisi mesin masih kurang,
rata bisa diselesaikan dalam waktu lebih
tidak mematuhi prosedur kerja, kinerja
dari 15 menit. Banyak sebab yang
mesin kurang baik dan alat tidak
mengakibatkan masalah itu terjadi dapat
tersedia. Alat yang dibutuhkan tidak
dikarenakan bahan material mesin tidak
selalu ada di perusahaan terkadang
tersedia dan harus beli di luar kota
harus beli diluar kota terlebih dahulu
terlebih dulu ataupun bagian techinal
sehingga pekerjaan harus tertunda
kesulitan dalam memperbaiki mesin.
beberapa jam atau hari. Masalah ini
berpengaruh terhadap tertundanya
3.3. Identifikasi Quality Factor
pekerjaan dan output yang dihasilkan
Setelah mengukur kinerja tiap proses, tidak sesuai target. Fault tree analysis
didapatkan bahwa ada 5 faktor yang tidak pada kode Q4 dapat dilihat pada
sesuai dengan target yang telah ditentukan oleh Gambar 4.
perusahaan sebelumnya. Ketidaksesuaian target
pada proses sewing terangkum pada Tabel 5.

Tabel 5 Data Quality Factor yang Tidak Sesuai


No Kode Quality Factor
Ketidaksesuaian dengan standar
1 Q3
work order
Maksimal kecepatan waktu saat
2 Q4 mengalami downtime (Time to
Recover)

Fakultas Ilmu Komputer, Universitas Brawijaya


Jurnal Pengembangan Teknologi Informasi dan Ilmu Komputer 5841

Gambar 3. Fault Tree Analysis Kode Q3

Gambar 4. Fault Tree Analysis Kode Q4

Ada beberapa akar permasalahan yang memiliki proses yang saling berkaitan.
tidak hanya muncul dalam satu kode faktor saja,
seperti operator kurang memahami SOP dengan 6. KESIMPULAN
baik dan overloading. Kesamaan akar Berdasarkan hasil penelitian yang
permasalahan yang muncul dikarenakan antara dilakukan maka dapat diambil kesimpulan
satu kode faktor dan kode faktor lainnya sebagai berikut:

Fakultas Ilmu Komputer, Universitas Brawijaya


Jurnal Pengembangan Teknologi Informasi dan Ilmu Komputer 5842

1. Hasil evaluasi yang dilakukan pada PT. (ketidaksesuaian hasil washing dengan
Eratex Djaja, Tbk Probolinggo standar buyer). Hal itu disebabkan kerana
menggunakan metode QEF diperoleh 16 memiliki keterkaitan satu dengan yang
Quality Factors pada proses bisnis yang lainnya.
telah dimodelkan. Namun hasil
perhitungan dari 16 Quality Factors tidak 7. DAFTAR PUSTAKA
semua faktor sesuai dengan target yang Clemens, P. L., 2002. Fault Tree Analysis 4th
ditentukan oleh perusahaan. Ada 5 Quality Edition. Jacobs Sverdrup. George
Factors yang mengalami ketidaksesuaian Washington University.
pada hasil perhitungan Quality Factors.
Quality Factors tersebut antara lain: kode Heidari, F. & Loucopoulus, P., 2014. Quality
Q3 yaitu ketidaksesuaian bahan baku yang Evaluation Framework (QEF):
dikirim oleh pemasok, kode Q9 yaitu Modeling and Evaluating Quality of
ketidaksesuaian hasil sewing dengan Business Processes. International
standar work order, kode Q10 yaitu Journal of Accounting Information
maksimal kecepatan waktu saat System.
mengalami downtime, kode Q12 yaitu Priyanta, Dwi. 2000. Keandalan Dan
kesesuaian hasil washing dengan standar Perawatan. Surabaya: Institut
buyer dan kode Q15 yaitu kecepatan Teknologi Sepuluh Nopember.
waktu garmen keluar dari pabrik. PT. Eratex Djaja Tbk, 2018. Profil Perusahaan.
2. Akar permasalahan dianalisis [Online] Available at: <
menggunakan metode fault tree analysis http://www.eratexco.com/> [Diakses 10
dengan mengelompokkan 5 kategori akar Januari 2018].
permasalahan untuk Quality Factors yang Vesely, W.E, et al. 1981. Fault Tree Handbook.
tidak sesuai dengan target perusahaan. Washington D.C : U.S. Nuclear
Hasil penyebab dasar ketidaksesuaian Regulatory Commision.
sebagai berikut:
Weske, M., 2012. Business Process
a. Guncangan selama proses perjalanan Management Concepts, Languagaes,
dan transportasi dalam kondisi buruk. Architectures. s.l.:Springer Berlin
b. Operator tidak memahami prosedur Heidelberg.
kerja/Standar Operasional Prosedur
(SOP) dengan baik.
c. Target perusahaan tinggi sehingga
menyuplai dengan kapasitas jumlah
banyak (overloading).
d. Kurangnya pemeliharaan terhadap
mesin dan alat-alat produksi
menyebabkan kinerja mesin kurang
baik.
e. Alat yang dibutuhkan untuk
memperbaiki mesin sukar didapatkan.
f. Garmen memiliki model yang sangat
beragam sehingga operator mengalami
kesulitan dalam mengatur mesin dan
lay out.
g. Sisa waktu digunakan untuk
melakukan repair ulang.
Akar permasalahan tidak memahami
SOP dengan baik muncul pada 2 kode
quality factors yaitu Q9 (ketidak sesuaian
dengan standar work order) dan Q12

Fakultas Ilmu Komputer, Universitas Brawijaya

Anda mungkin juga menyukai