Anda di halaman 1dari 6

UJIAN SISIPAN

Mata Kuliah
Technology and Operations Management

Dosen Pengampu
Nofie Iman Vidya Kemal, S.E., M.Sc., Dr.

Oleh:

Felicia Stefanie 19/452684/PEK/25636

PROGRAM MAGISTER MANAJEMEN


FAKULTAS EKONOMIKA DAN BISNIS
UNIVERSITAS GAJAH MADA
2020

This study source was downloaded by 100000831627930 from CourseHero.com on 03-30-2022 10:19:29 GMT -05:00

https://www.coursehero.com/file/81658738/EMBA-B39E-Technology-and-Operations-Management-Felicia-Stefaniepdf/
1. What is meant by “improved decision-making”? Explain the ways in which operations
management can contribute to this. Provide examples if deemed necessary. (15 points)

Improve decision making dalam konteks OM adalah bagaimana seorang manajer dapat mengambil
keputusan dan langkah yang tepat, efektif dan efisien. Dalam hal ini seorang manajer atau
perusahaan dapat memasukan elemen-elemen seperti design, proses, perencanaan, kontrol dan
monitoring serta improvisasi dengan bantuan tools dan konsep yang terdapat dalam OM.
Misalnya saja dengan operation manajemen dapat membantu alternatif-alternatif apa saja yang
ada dengan bantuan dari sistem informasi, teknologi database manajemen. Lalu melakukan
penyimpanan, pengelolaan hingga analisa akan alternatif tersebut. OM disini dapat membantu
manajer perusahaan untuk improve kualitas dari keputusan yang diambil agar menciptakan
improvisasi yang berkelanjutan.
Contoh dalam New Product Launch.
Manajer akan mempertimbangkan produk atau konsep produk apa yang diinginkan oleh
konsumen, setelah itu akan memperhatikan atribut apa saja yang akan melekat dalam proses
operasionalnya, seperti apakah ada raw material yang berbeda yang perlu di import, berapa lead
time pengirimannya, apakah mesin yang sudah ada kompatibel dengan raw material tersebut,
apakah raw material tersebut akan membutuhkan tambahan biaya untuk modifikasi mesin,
kemasan atau pada saat pengiriman. Apabila ternyata produk tersebut menimbulkan biaya yang
lebih besar dibandingkan nilai dan manfaat yang akan diberikan pada perusahaan, maka
berdasarkan alternatif dan analisa yang ada, manajer dapat memutuskan apakan produk baru
tersebut akan jadi di launch atau tidak.

2. What are the differences between terms “production management” and “operations
management” in the context of services? Discuss. (15 points)
Dalam konteks services atau jasa, manajemen produksi sendiri mencakup aktivitas dalam proses
produksi untuk menghasilkan jasa, sedangkan manajemen operasi disini adalah serangkaian
aktivitas yang dapat menciptakan dan menambahkan nilai terhadap jasa melalui proses merubah
input menjadi output. Dalam hal ini manajemen operasi melibatkan banyak aktivitas seperti
manajemen terhadap input, manajemen terhadap kualitas yang dihasilkan, product design, process
design, produktivitas dan sebagainya.
Misalnya saja mengukur produktivitas sebagai bagian dari OM di industri jasa akan lebih sulit
karena padat karya, fokus terhadap atribut individu yang cenderung unik dan berbeda-beda, sulit
untuk memiliki standar kualitas yang sama karena tingkat akurasi dan penilaian yang berbeda-beda
dari tiap individu. Sebagai contoh menilai produk A lebih bagus dari produk B akan lebih mudah
karena kasat mata dan terstandar, tapi ketika kita menilai jasa seperti tukang ojek A akan lebih sulit
karena dipengaruhi hal-hal internal dan eksternal dari tukang ojek tersebut dan hal-hal internal -
eksternal dari pengguna.
OM dalam servis disini memastikan agar semuanya bisa lebih dinilai dan terstandar.

3. In a total quality management environment, what are some steps that organizations use to
emphasize the importance of quality? Describe all activities involved in getting quality products
into the marketplace. (20 points)

This study source was downloaded by 100000831627930 from CourseHero.com on 03-30-2022 10:19:29 GMT -05:00

https://www.coursehero.com/file/81658738/EMBA-B39E-Technology-and-Operations-Management-Felicia-Stefaniepdf/
Dalam konsep TQM tentunya mengedepankan komitmen dari semua pihak terutama manajemen
untuk melakukan continuous improvement dalam mencapai continuous excellence untuk
customernya.
Beberapa aktivitas dan konsep yang terkait dengan kualitas produk, seperti:
1. Continuous Improvement/ Kaizen → merupakan proses yang dilakukan secara terus menerus
dalam rangka memperbaiki proses operasional. Disini untuk mencapai continuous
improvement dilakukan dengan menitikberatkan pada zero defects dan juga TQM. Manajemen
operasional pun juga dapat menggunakan tools PDCA dalam melakukan continuous
improvement ini.
2. Six Sigma → merupakan suatu sistem yang digunakan untuk mencapai tujuan bisnis yang
berkelanjutan dengan cara menitik beratkan pada mengurangi defect dalam proses produksi,
mengurangi biaya, menghemat waktu dan meningkatkan kepuasan pelanggan. Six Sigma juga
memiliki problem solving tools yang disebut dengan DMAIC untuk mencapai objektif di atas.
3. Employee empowerment → karena mayoritas masalah kualitas terkait dengan proses dan
material yang tentunya terkait dengan pekerja, maka tentunya diperlukan pemberdayaan
pekerja untuk memperbaiki proses kerja. Hal yang dapat dilakukan misalnya dengan
pembentukan quality circle atau grup di departemen atau divisi terkait dengan kualitas.
4. Benchmarking → tentunya diperlukan untuk memilih dan menentukan best practices yang akan
digunakan untuk meningkatkan standar performa dan kualitas. Salah satu hal yang dilakukan
di internal organisasi misalnya dengan go-to-gemba, proses benchmarking ke divisi atau
departemen yang terkait yang memiliki standar performa lebih baik untuk bisa diamati, ditiru
dan dimodifikasi untuk hasil kualitas yang lebih baik.
5. JIT (Just in time) → sistem pull untuk produksi, dalam arti produksi akan dilakukan apabila
sudah ada order dari customer. Hal ini dilakukan untuk meminimalisir biaya inventory. Dengan
meminimalisir biaya inventori, maka peningkatan kualitas dapat dicapai misalnya dengan biaya
untuk inventori dialihfungsikan untuk pengembangan kualitas produk, selain itu dapat
mengurangi aging produk karena tidak memerlukan waktu tunggu di inventory sebelum
akhirnya dilempar ke pasar.
6. Taguchi concepts → kemampuan untuk produksi secara seragam, sesuai dengan standar
kualitas lingkungan dan manufacturing dengan menerapkan target batas standar, maksimal
dan minimal yang harus dicapai oleh suatu produk. Misal, setiap potongan di kemasan Indomie
harus sama, jangan terpotong di bagian kode BPOM, atau terpotong di bagian penting lainnya
karena hal ini menunjukkan standar mutu dan kualitas dari suatu produk.
7. Penerapan alat-alat untuk mendapatkan ide improvement, organisasi data dan identifikasi
masalah yang tentunya dapat memperbaiki kekurangan di operasional yang pada akhirnya
dapat mengimprove kualitas.

4. Take a look at the following video: “Vietnamese Sausage Factory!!! How the Sausage is REALLY
Made!!” at https://youtu.be/c8ADEIszZ0A (16:52). Pay attention particularly between 3:50 to
11:39. According to the video, explain the product design dan process design implemented at the
sausage factory. Is there anything they can do to improve their product design and process
design? Explain. (30 points)

This study source was downloaded by 100000831627930 from CourseHero.com on 03-30-2022 10:19:29 GMT -05:00

https://www.coursehero.com/file/81658738/EMBA-B39E-Technology-and-Operations-Management-Felicia-Stefaniepdf/
Product Design
Hal ini terlihat dalam hal quality function deployment, dimana ada pertimbangan atribut-atribut
yang ditambahkan dalam pembuatan sosis untuk memenuhi needs konsumen.
Misalnya saja:
1. Konsumen menginginkan rasa sosis yang tidak monoton.
Untuk memenuhi hal tersebut, pabrik sosis menyediakan 88 variasi jenis sosis yang
diproduksi untuk memenuhinya.
2. Rasa sosis yang lebih enak dan gurih
Untuk memenuhi hal tersebut, pabrik juga menyediakan kulit sosis yang terbuat dari bagian
kulit usus babi maupun domba, di samping yang terbuat dari kolagen.
3. Konsumen menginginkan aroma sosis yang menggugah selera
Dalam salah satu proses, sosis akan di smoked dalam waktu kurang lebih 15 menit.

Untuk mengimprove dalam hal product design tentunya, produsen dapat menerapkan QFD House
of Quality dimana produsen bisa menerapkan beberapa langkah seperti menentukan benar-benar
apa yang konsumen inginkan, bagaimana cara memenuhi keinginan konsumen tersebut, lalu
membuat matriks hubungan yang menunjukkan mana yang memiliki hubungan kuat antara apa
yang diinginkan dan cara memenuhinya, produsen juga bisa melihat posisi dari kompetitor produk
dan pada akhirnya penambahan atribut-atribut teknis.
Hal ini misalnya saja bisa menentukan, apakah pabrik sosis benar-benar memerlukan 88 jenis sosis
yang diproduksi untuk dijual atau ternyata membutuhkan jumlah kurang dari itu untuk memenuhi
kebutuhan pelanggan secara general, karena pada akhirnya ketika sosis sampai ke reseller atau
warung makan, mereka juga menambahkan variasi-variasi sosis lainnya.

Process Design
Dalam pabrik sosis terdapat beberapa tahapan yang dilakukan dari mulai input - proses - hingga ke
output. Tahapan-tahapan tersebut, yaitu:
1. Mixing room dalam ruangan bertemperatur dingin yang ditujukan untuk meminimalisir
adanya bakteri sambil melakukan pencampuran daging dan menjaga tekstur dari daging itu
sendiri.
Disini, pabrik menggunakan mesin Seydelmann yang merupakan teknologi dari Jerman,
walaupun penerapannya sebagian masih manual.
Output dari tahap ini sekitar 1.2 ton per jam
2. Stuffing, dapat dilihat dalam bagian ini rata-rata pekerja tidak menggunakan sarung tangan
dan sebagian dilakukan secara manual, apalagi saat pembungkus yang digunakan untuk
sosis adalah pembungkus yang berasal dari kulit babi atau domba. Walaupun pembungkus
berbahan kolagen menggunakan mesin, namun jika dilihat, kapasitas mesin pembungkus
hanya sekitar 0.65 ton perjam. Hal ini tidak sebanding dengan output dari mixing room
yang 1.2 ton perjam, yang artinya pada tahap ini ada kelebihan daging yang membutuhkan
tambahan inventori dan di satu sisi dapat mempengaruhi tingkat kesegaran daging dan
higienitasnya.
3. Hang proses sebagai persiapan untuk ke tahapan selanjutnya.
4. Steaming proses selama 20 menit yang ditujukan untuk memasak dan membunuh sisa-sisa
bakteri yang ada di dalam sosis.

This study source was downloaded by 100000831627930 from CourseHero.com on 03-30-2022 10:19:29 GMT -05:00

https://www.coursehero.com/file/81658738/EMBA-B39E-Technology-and-Operations-Management-Felicia-Stefaniepdf/
5. Smoked proses selama 15 menit dengan menggunakan oak chips yang diimpor dari Jerman.
Hal ini ditujukan untuk menambahkan aroma pada sosis.
6. Packaging dan Checking proses. Disini pekerja melakukan proses dengan semi manual
dimana sosis yang keluar dari mesin pemotong lalu dimasukan ke kemasan dengan
menggunakan tangan guna memeriksa konsistensi ukuran dan bentuk dari sosis yang
dihasilkan.
7. Metal detector. Dalam tahap ini pekerja melakukan pengecekan terhadap sosis dalam
kemasan ke metal detector untuk menghindari adanya benda asing di dalam sosis.

Beberapa perbaikan yang dapat dilakukan oleh pabrik sosis terkait dengan Product Focus strategi,
misalnya:
1. Menjaga agar volume yang dihasilkan besar namun tetap berkualitas dengan cara
mengurangi variasi sosis yang ada 88 saat ini. Banyaknya variasi sosis tentunya juga sedikit
memakan waktu saat change over dan sebagainya. Sehingga ada baiknya variasi sosis
dikurangi dengan melihat historikal kontribusi penjualan ke - 88 sosis yang sudah ada.
2. Instruksi kerja yang terstandar dan adanya manual book atau SOP yang diterapkan untuk
menjaga kualitas dan higienitas. Seperti yang terlihat dalam proses pembuatan sosis,
sebagian masih manual dan menggunakan tangan (tanpa menggunakan sarung tangan).
Hal ini dapat diperbaiki dengan pembuatan standar kerja yang harus dipatuhi oleh pekerja.
3. Perbaikan sistem inventori melalui penghitungan input dan output yang lebih akurat. Dapat
dilihat bahwa output di tahap mixing sekitar 1.2 ton perjam, namun output dari stuffing
hanya sekitar 0.65 ton perjam. Hal ini tentunya membutuhkan inventori untuk menyimpan
selisihnya. Pabrik bisa mempertimbangkan penambahan mesin untuk meng-absorb
kelebihan tersebut.
4. Proses kerja di pabrik bisa dibuat lebih linear. Dapat dilihat bahwa alur kerja dan layout
pabrik yang berbelok dan kurang terbuka. Hal ini tentunya menambah sedikit waktu dan
resiko dalam proses satu ke proses lainnya.
5. Quality Assurance. Selain penggunaan metal detector, mungkin bisa menggunakan
pencegahan lain di awal seperti saringan mikro dan sebagainya. Penggunaan metal
detector hanya dapat mendeteksi benda asing berbahan metal, sedangkan potensi benda
asing yang masuk dari kelebihan daging atau pekerja yang tidak menggunakan sarung
tangan bisa sangat beragam.

5. Describe how a Gantt chart, a PERT chart, and a CPM are similar -- and how they are different.
Persamaan dari ketiga tools tersebut adalah
● Gantt chart, PERT chart dan CPM merupakan tools yang digunakan dalam manajemen
proyek.
● Sama-sama mempertimbangkan waktu untuk dapat mengetahui kapan aktivitas dalam
suatu proyek dimulai dan berakhir.
● Sama-sama straightforward dan tidak memerlukan hitungan matematis yang kompleks.
Sedangkan perbedaan dari ketiga tools tersebut, yaitu:
1. Gantt chart lebih simple karena hanya memperlihatkan aktivitas-aktivitas dan waktu yang
diperlukan dalam suatu proyek dengan scope yang lebih kecil, sedangkan PERT dan CPM

This study source was downloaded by 100000831627930 from CourseHero.com on 03-30-2022 10:19:29 GMT -05:00

https://www.coursehero.com/file/81658738/EMBA-B39E-Technology-and-Operations-Management-Felicia-Stefaniepdf/
lebih kompleks dan berguna untuk penjadwalan dan mengontrol proyek dengan scope
yang lebih besar.
2. PERT dan CPM mempertimbangkan dan menunjukkan hubungan dan hubungan
ketergantungan dengan aktivitas pendahulunya, sedangkan Gantt chart hanya
menunjukkan list aktivitas dan waktu yang dibutuhkan sehingga kurang dapat dipahami
hubungan satu aktivitas dengan aktivitas lainnya.
3. PERT dan CPM memasukkan dan mempertimbangkan hal-hal seperti cost, critical path,
critical task, predecessor activity, slack time sebagai bahan bagi manajer proyek untuk
menganalisa atau memonitor secara lebih kuat aktivitas yang dapat membuat proyek
mundur atau membutuhkan waktu yang lebih banyak.
4. CPM menggunakan waktu yang pasti untuk setiap aktivitasnya dan tidak ada variability,
sedangkan PERT menggunakan distribusi probabilitas untuk waktu yang dibutuhkan
dalam aktivitas, sehingga memungkinkan adanya elemen variabilitas
5. Gantt chart dapat digunakan dalam operasional proyek yang berulang, sedangkan PERT
dan CPM lebih unik karena terkait dengan proyek tertentu (setiap proyek belum tentu
sama, maka harus dibuat kembali dari awal).
6. Penyajian dalam bentuk grafis membuat PERT dan CPM juga menunjukkan Person in
Charge (PIC) dalam setiap aktivitasnya, di samping untuk memonitor jadwal dan juga
biaya.
7. Gantt chart menggambarkan dengan list, tabel dan diagram yang menunjukkan waktu,
sedangkan PERT menggunakan diagram jaringan dan CPM juga menggunakan diagram
jaringan untuk menentukan critical path dengan memasukkan earliest start, earliest
finish, latest start dan latest finish.

As we face the massive disruption of COVID-19, how does the pandemic affect the project
decision making and day-to-day operations in a project organization? (20 points)
Pandemi Covid sangat mempengaruhi dalam keputusan dan operasional proyek terutama dalam
hal waktu, prioritas dan biaya yang dikeluarkan dalam waktu yang serba tidak pasti seperti ini.
Sebagai contoh untuk produsen makanan instan seperti Indomie.
Indomie sebagai produsen besar tentunya sudah memiliki jadwal produksi yang pasti yang sudah
disesuaikan dengan forecast mingguan ataupun bulanan. Forecast tersebut juga tentunya dibuat
dengan banyak pertimbangan, misalnya saja seperti historikal penjualan. Tetapi karena pandemi
dan terjadi panic buying di awal oleh konsumen, beberapa SKU di Indomie mengalami OOS. Pada
akhirnya produsen harus memilih dan memprioritaskan produk produk fast moving untuk
diproduksi terlebih dahulu dalam memenuhi permintaan pasar (output), di sisi lain input atau raw
material dan packaging material belum tentu memiliki kesiapan yang dapat memenuhi
permintaan pasar karena mempertimbangkan alasan inventory.
Selain itu untuk produk slow moving pun harus dihentikan sementara proses produksinya karena
prioritas diberikan kepada yang fast moving dan berakibat pada service level ke toko yang jelek
hingga delisting. Padahal untuk listing untuk nantinya, pastinya memerlukan biaya tambahan dan
promo-promo untuk mensupport.

This study source was downloaded by 100000831627930 from CourseHero.com on 03-30-2022 10:19:29 GMT -05:00

https://www.coursehero.com/file/81658738/EMBA-B39E-Technology-and-Operations-Management-Felicia-Stefaniepdf/
Powered by TCPDF (www.tcpdf.org)

Anda mungkin juga menyukai