Anda di halaman 1dari 5

Jelaskan perbedaan dan persamaan antara TQM dan Six Sigma, dan mengapa Six Sigma dapat

menggantikan TQM, jelaskan jawaban saudara dengan contoh kaus yang ada!
Jawab:

Six sigma merupakan metode peningkatan proses bisnis yang bertujuan untuk menemukan dan
mengurangi faktor-faktor penyebab kecacatan dan kesalahan, mengurangi waktu siklus dan biaya
operasi, meningkatkan produktivitas, memenuhi kebutuhan pelanggan dengan lebih baik, mencapai
tingkat penggunaan aset yang lebih tinggi, serta mendapatkan hasil dari investasi yang lebih baik dari
segi produksi dan pemasaran. Six sigma juga bertujuan untuk menemukan dan mengurangi faktor-
faktor penyebab kecacatan dalam sebuah produk dan kesalahan, mengurangi waktu siklus dan biaya
operasi, meningkatkan produktivitas, memenuhi kebutuhan pelanggan dengan lebih baik.

Six Sigma merupakan pendekatan menyeluruh untuk menyelesaikan masalah dan peningkatan
proses melalui fase DMAIC (Define, Measure, Analyze, Improve, Control). DMAIC merupakan jantung
analisis six sigma yang menjamin voice of costumer berjalan dalam keseluruhan proses sehingga
produk yang dihasilkan memuaskan pelanggan. Tujuan utama pada proses DMAIC dalam six sigma
adalah menemukan permasalahan, megidentifikasi penyebab masalah hingga akhirnya menemukan
solusi atau cara untuk memperbaiki permasalahan.

Perbedaan antara TQM dan Six Sigma


Six Sigma merupakan penyempurnaan dari metode TQM, adanya perbedaan penting antara Six
Sigma dan TQM yaitu, TQM hanya memberikan petunjuk secara umum (sesuai dengan istilah
manajemen yang digunakan dalam TQM). Petunjuk untuk TQM begitu umumnya sehingga hanya
seorang pemimpin bisnis yang berbakat yang mampu menterjemahkan TQM dalam operasional
sehari-hari. Antara konsep Six Sigma dengan Total Quality Management (TQM) terdapat perbedaan
yang mendasar, yaitu pada Total Quality Management (TQM) hanya fokus pada peningkatan
operasional individual pada proses yang tidak berhubungan. Sedangkan pada Six Sigma, peningkatan
terjadi pada seluruh operasional proses bisnis.

Persamaan antara TQM dan Six Sigma


Keduanya sama-sama merupakan alat ukur untuk menguji peningkatan kualitas produk atau
pelayanan pada perusahaan.
Mengapa Six Sigma dapat menggantikan TQM
Karena metode TQM sendiri hanya memberikan petunjuk tentang menjaga dan meningkatkan
kualitas tanpa membuktikan keberhasilan peningkatan kualitas perusahaan, sedangkan kontribusi six
sigma lebih berfokus kepada nilai pelanggan atau konsumen sehingga perusahaan dalam membuat
produknya mampu mengidentifikasi secara rinci mana yang perlu dilakukan perbaikan kinerja atau
system. Oleh karena itu dalam pelaksanaannya, Six Sigma mampu membuktikan hal-hal yang
menjadi solusi dalam permasalahan yang biasa muncul dalam perusahan terutama dalam hal
peningkatan kualitas. Maka dari itu, Six Sigma dapat menggantikan peran dari TQM ( Total Quality
Management) yang biasa digunakan untuk meningkatkan kualitas.

Contoh kasus
Penerapan TQM pada PT Mustika Ratu
Pihak manajemen PT Mustika Ratu telah menerapkan prinsip TQM, yang pada dasarnya adalah
untuk meningkatkan mutu produk agar para konsumen merasa puas dengan produk yang mereka
beli. Berpatokan pada hal inilah, PT Mustika Ratu selalu berusaha untuk meningkatkan mutu produk,
melakukan inovasi-inovasi, melakukan penelitian-penelitian tentang keinginan konsumen dan hal-hal
lain yang turut mendukung terciptanya kepuasan pelanggan. PT Mustika Ratu menerapkan tiga
prinsip dalam mendukung pencapaian tujuan perusahaan, yaitu:
1. Fokus utama ada pelanggan (customer focus)
Dengan banyaknya produsen-produsen yang bergerak di bidang kosmetik dan jamu tradisional,
maka konsumen memiliki banyak sekali pilihan dan sudah tentu pilihan konsumen jatuh kepada
produk yang bermutu tinggi, harganya bersaing, kemasannya menarik, dan faktor-faktor
pendukung lainnya. Dengan dasar itulah PT Mustika Ratu melakuan penelitian terhadap
keinginan konsumen dengan cara melalui kuesioner, konsultasi melalui beauty advisor
(mempromosikan dan menjual produk), serta menilai keluhan pelanggan yang masuk. Untuk
meningkatkan pelayanan kepada para konsumen, maka perusahaan melaksanakan pelatihan
khusus bagi para beauty advisor maupun beauty consultant yang diselengarakan setiap
bulannya, yang berupa:
a. Kemampuan berkomunikasi dengan konsumen.
b. Cara menata rias dan perawatan wajah serta tubuh.
c. Bersikap ramah dan sopan dalam berpakaian dan melayani pelanggan.
2. Proses perbaikan dan peningkatan produksi (process improvement)
Prinsip TQM yang berkaitan dengan proses produksi berorientasi pada pencegahan agar proses
dapat berlangsung tanpa hambatan dapat menghasilkan produk sesuai dengan yang
diharapkan.Berdasarkan hal tersebut diatas, maka PT Mustika Ratu selalu melakukan
perubahan maupun modifikasi yang dianggap dapat mendukung peningkatan mutu produk.
Manajemen PT Mustika Ratu menetapkan beberapa syarat untuk mendukung hal tersebut
diatas, yaitu:
a. Mendokumentasikan hasil kegiatan.
b. Meningkatkan pelatihan dan pendidikan kepada setiap karyawan.
c. Menetapkan suatu ukuran kinerja bagi perusahaan yang berfungsi untuk memonitor
kinerja proses dan setiap karyawan harus mengerti hal ini dengan baik.
Untuk meningkatkan dan memperbaiki proses tesebut, ada enam langkah yang diterapkan oleh
PT Mustika Ratu, yaitu mendefinisikan masalah, mendefinisikan dan mendokumentasikan
proses, mengukur hasil kerja, memahai latar belakang dari penyimpangan yang ada, membuat
ide-ide baru, dan menerapkan dan membuat pemecahan terhadap masalah yang timbul.

3. Keterlibatan seluruh karyawan dalam usaha untuk meningkatkan mutu produk (total
involvement)
Dalam menerapkan prinsip ini, pihak manajemen perusaaan menerapkan suatu komitmen
bersama agar seluruh kayawan ikut merasa terlibat dalam kegiatann perusahaan. Para karyawan
PT Mustika Ratu diberika kebebasan untuk mnerima suatu tantangan untuk mengerjakan sesuatu
dengan baik, memecahkan masalah yang dihadapi, mengajukan usul serta memberikan saran
yang berguna bagi perusahaan. Dengan demikian, para karyawan mempunyai rasa percaya diri
dan saling memiliki. Hal ini dapat dilihat pada departemen produksi dalam mengatasi
masalahketidaksesuaian mutu produk dengan melaksanakan Gugus Kendal Mutu (GKM).

Penerapan Six Sigma pada PT Prime Line International


PT Prime Line International merupakan perusahaan manufaktur yang bergerak di bidang
garment. Garment yang dihasilkan oleh PT Prime Line International merupakan garment dengan
jenis kemeja formal dan brand yang digunakan adalah Manly. Pada PT Prime Line International
masih terdapat permasalahan, khususnya pada bagian produksi. Tahapan pada penelitian ini
menggunakan tahap define, measure, analyze dan improve (DMAI).
Metode yang digunakan mengacu pada prinsip-prinsip yang terdapat dalam metode Six Sigma.
Metode ini digunakan untuk mengantisipasi terjadinya kesalahan atau defect dengan
menggunakan langkah-langkah terukur dan terstruktur. Dengan berdasar pada data yang ada,
maka continuous improvement dapat dilakukan berdasar metodologi Six Sigma yang meliputi:
1. Define
Define Pada tahapan ini tahap dilakukan dengan tujuan untuk mengidentifikasi waste yang
ada dalam proses produksi. Identifikasi waste juga diperlukan sebagai dasar dalam
merancang perbaikan yang terfokus pada waste. Cara yang ditempuh adalah:
a. Mengidentifikasi aliran proses produksi pada PT Prime Line International, dengan
membuat value stream mapping.
b. Mengidentifikasi proses produksi yang tergolong dalam VA, NVA, dan NNVA.
c. Mengidentifikasi waste yang menjadi pembahasan.

2. Measure
Pengukuran dilakukan pada setiap tipe waste. Tahap pengukuran dengan pengambilan
sampel pada PT Prime Line International dilakukan sebagai berikut:
a. Melakukan perhitungan DPMO
Measure merupakan tahap kedua dari siklus DMAIC yang berkaitan dengan beberapa
aktivitas pengukuran dan perhitungan pada waste yang telah diidentifikasi pada tahap
define. Adapun waste yang ada dalam tahap measure, yaitu waiting, defect, dan
overproduction.
b. Pengukuran Defective product dilakukan melaluidiagram kontrol (P-Chart)
Dari perhitungan ini, nantinya akan diketahui bahwa masih ada nilai defect yang berada
diluar batas atas dan bawah sehingga masih perlu untuk dilakukannya suatu tinjauan
ulang dan perbaikan proses produksi guna untuk mengurangi defect produk.

3. Analyze
Mengidentifikasikan penyebab masalah kualitas dan memberikan rekomendasi perbaikan
pada permasalahan yang ada dengan menggunakan root cause analysis. Root cause analysis
digunakan sebagai pedoman teknis dari fungsi-fungsi operasional proses produksi untuk
memaksimalkan nilai-nilai kesuksesan tingkat kualitas produk sebuah perusahaan pada
waktu bersamaan dengan memperkecil risiko kegagalan.
4. Improve
Merupakan tahap peningkatan kualitas Six Sigma dengan memberikan rekomendasi
perbaikan dengan menggunakan FMEA. FMEA disini adalah FMEA process untuk mendeteksi
resiko yang teridentifikasi pada saat proses sekaligus memberikan rekomendasi perbaikan.

Sumber contoh kasus:


PT Mustika Ratu: https://www.academia.edu/5672670/TQM_di_PT_MUSTIKA_RATU
PT Prime Line International: https://media.neliti.com/media/publications/127087-ID-
none.pdf

Anda mungkin juga menyukai