Anda di halaman 1dari 9

PENGEMBANGAN SISTEM GREEN SALES AND DISTRIBUTION UNTUK INDUSTRI

PENYAMAKAN KULIT DENGAN MODEL SCOR BERBASIS ENTREPRISE RESOURCE


PLANNING

A DEVELOPMENT OF GREEN SALES AND DISTRIBUTION SYSTEM USING SCOR MODEL


BASED ON ENTERPRISE RESOURCE PLANNING
IN THE LEATHER TANNING INDUSTRY

Afifa Sucihana Ismadhia1, Ari Yanuar Ridwan, S.T., M.T2, Ir. Rosad Ma’ali El Hadi, M.Pd., M.T3
1,2,3
Prodi S1 Teknik Industri, Fakultas Rekayasa Industri, Universitas Telkom
1
sucismadhia@gmail.ac.id, 2ariyanuar@telkomuniversity.ac.id, 3rosadm@telkomuniversity.ac.id

Abstrak
Sistem pengukuran kinerja rantai suplai hijau diperlukan untuk mengelola risiko lingkungan yang sering kali menjadi
permasalahan major sebuah industri. Tuntutan dari pemerintah untuk menerapkan sistem green supply chain tentu
menjadi sebuah dorongan terhadap industri-industri besar di Indonesia. Begitu juga untuk PT. Elco lndonesia
Sejahtera, untuk mewujudkan sebuah industri yang menerapkan prespektif green di industrinya, tentu PT. Elco
Indonesia Sejahtera memerlukan sebuah model perancangan sistem pengukuran kinerja perusahaannya sendiri. Dan
akan lebih baik lagi jika model perancangan tersebut dilengkapi dengan sebuah sistem berbasis ERP yang dapat terus
memonitoring dan mengetahui sejauh mana kinerja perusahaan secara mudah. Maka dari itu penelitian ini bertujuan
untuk mengembangkan sistem Green Sales and Distribution yang terintegrasi dengan bagian-bagian lainnya yang
terdapat pada perusahaan seperti halnya green procurement, green manufacture dan green reverse logistic berbasis ERP
pada rantai pasokan industri penyamakan kulit. Model yang digunakan sebagai alat bantu untuk merancang sistem
pengukuran kinerja dari rantai pasok tersebut adalah model Green SCOR. Model konseptual dirancang dengan
melibatkan kegiatan seperti identifikasi stakeholder, analisis green requirements stakeholder, identifikasi green
objectives, pembobotan KPI dan pengimplementasian aplikasi. Penelitian ini menggunakan metric SCOR untuk
mengidentifikasi KPI. Bobot KPI ditentukan menggunakan metode AHP. Hasil dari penelitian ini adalah enam green
objectives dan juga sembilan belas Key Performance Indicator yang dibawahinya. Green objectives dan Key Performance
Indicator dapat membantu perusahaan untuk meningkatkan kinerja Green Sales and Distribution di perusahaan
tersebut.

Kata kunci : GSCOR, KPI, Sales and Distribution, ERP, Odoo

Abstract
A green supply chain performance measurement system is needed to manage the environmental risks that are often
being the major issues of industry. Claim from the government to implement the green supply chain system will
certainly be a boost to major industries in Indonesia. As for PT. Elco lndonesia Sejahtera, to create an industry that
applies green perspective in the industry, of course PT. Elco Indonesia Sejahtera requires a model of its own company
performance measurement system design. And it would be better if the design model is equipped with an ERP-based
system that can continue to monitor and know the extent to which the company's performance easily. Therefore, this
study aims to develop a Green Sales and Distribution system that is integrated with other parts of the company as well as
green procurement, green manufacture and green reverse logistics based on ERP in the supply chain of leather tanning
industry.. The model used as a tool for designing performance measurement systems from the supply chain is Green
SCOR model. The conceptual model is designed by involving activities such as stakeholder identification, needs analysis
of green stakeholders, green destination identification, and KPI weighting. The supply chain operation reference metric
(SCOR) is applied to identify key performance indicators (KPIs). The weight of the KPI is determined using the AHP
method. The results of this study are six green objectives and also fifteen Key Performance indicators under it. Green
objectives and Key performance can help companies to improve the performance of Green Sales and Distribution in the
company.

Keywords: GSCOR, KPI, Sales and Distribution, ERP, Odoo


1. Pendahuluan

Industri penyamakan kulit merupakan salah satu jenis industri yang berada di Indonesia. Industri penyamakan kulit
merupakan industri yang memproses kulit mentah menjadi kulit siap pakai (leather). Industri penyamakan kulit merupakan jenis
industri yang dikategorikan sebagai Industri Besar dan Sedang di Indonesia.
Berdasarkan data Kementrian Perindustrian 2010-2013, Industri Penyamakan Kulit memiliki trend 25,89%. Hal tersebut
menunjukkan bahwa Industri Penyamakan kulit merupakan salah satu Industri yang memiliki potensi besar dalam bidang
perindustrian di Indonesia. Namun hingga saat ini industri penyamakan kulit menjadi salah satu Industri dengan proses limbah
yang masih sering dipermasalahkan sehingga dapat mencemari lingkungan yang ada disekitarnya baik melalui air, tanah
maupun udara.
Jika merujuk pada UU Nomor 3 Pasal 1 Tentang Perindustrian yang salah satu butirnya berbunyi “Industri Hijau adalah
industri yang dalam proses produksinya mengutamakan upaya efisiensi dan efektivitas penggunaan sumber daya secara
berkelanjutan sehingga mampu menyelarasakan pembangunan Industri dengan kelestarian fungsi lingkungan hidup serta dapat
memberikan manfaat bagi masyarakat”. (Undang Undang Republik Indonesia, 2014). Dapat disimpulkan bahwa saat ini
membentuk industri yang ramah lingkungan merupakan hal yang penting dalam supply chain management. Supply chain
management dapat mengintegrasikan praktek pengelolaan lingkungan ke dalam seluruh manajemen rantai pasokan dalam
rangka mencapai greener supply chain management dan mempertahankan keunggulan yang kompetitif dan juga untuk
meningkatkan keuntungan bisnis dan tujuan pangsa pasar. (Abu Seman, 2012)
Green Supply Chain adalah sistem rantai pasok yang memiliki fokus pada dampak lingkungan dan efisiensi energi yang
digunakan (Kandananond, 2014). Dan logistik adalah bagian dari proses rantai pasok yang terdiri dari perencanaan,
implementasi dan kontrol agar lebih efektif dan efisien terhadap aliran dan penyimpanan barang, jasa, dan informasi terkait dari
titik asal ke titik pemakaian dalam memenuhi pesanan permintaan pelanggan. (Council of Logistics Management (CLM), 1986).
Sehingga dapat disimpulkan green logistic adalah bagian dari proses rantai pasok yang terdiri dari perencanaan hingga
implementasi untuk memenuhi pesanan permintaan pelanggan dengan berfokus dan mempertimbangkan dampak aktifitasnya
terhadap lingkungan.
Kegiatan utama dari logistik adalah proses pengadaan, produksi, dan distribusi. Sehingga penerapan konsep green logistics
dapat dilakukan pada proses bisnis distribusi. Green sales and distribution ini berfokus pada proses penjualan dan pengiriman
barang atau penyampaian jasa ke pelanggan yang di integrasikan dengan masalah lingkungan sesuai kriteria yang sudah
terstandarisasi oleh manajemen lingkungan. Informasi untuk standarisasi dari pengaruh lingkungan dapat diperoleh dari ISO
14000 dimana ISO 14000 adalah deskripsi dari seperangkat standar yang telah dikembangkan terhadap isu global dan
lingkungan (Morris, 2004).
Konsep green sales and distribution akan tercapai apabila sistem tersebut dapat menangkap semua informasi dari pengaruh
lingkungan dan mengintegrasikannya pada proses bisnis distribusi yang ada. Namun, dikarenakan belum tersedianya sistem
yang dapat mengkordinasikan data tersebut dan mengintegrasikan semua aktivitas proses bisnis green sales and distribution
dengan aktivitas lainnya pada proses bisnis industri penyamakan kulit. Maka perlu dikembangkan suatu sistem yang dapat
mengkordinasikan dan mengintegrasikan semua aktivitas pada proses bisnis green sales and distribution yang ada pada industri
penyamakan kulit. Sistem yang dimaksud dalam hal tersebut adalah sistem ERP (Enterprise Resource Planning) khususnya
pada modul green sales and distribution.
Maka dari itu penelitian ini bertujuan untuk merancang sebuah sistem monitoring berbasis ERP pada Green Sales and
Distribution pada rantai pasokan industri penyamakan kulit. Untuk merancang sebuah sistem yang bertujuan untuk
memonitoring proses bisnis, tentu diperlukan sebuah model yang digunakan sebagai indikator pengukuran kinerja dari rantai
pasok tersebut dalam hal ini model yang digunakan adalah Green SCOR.

2. Dasar Teori

2.1 Supply Chain Management

Supply Chain Management mencakup perencanaan dan pengelolaan semua kegiatan yang terlibat dalam pengadaan
sumber daya dan pengadaan, konversi, dan semua kegiatan manajemen logistik. Yang terpenting, manajemen rantai pasok juga
mencakup koordinasi dan kolaborasi dengan mitra saluran, yang dapat menjadi pemasok, perantara, penyedia layanan pihak
ketiga, dan pelanggan. Intinya, manajemen rantai pasokan mengintegrasikan manajemen penawaran dan permintaan di dalam
dan di seluruh perusahaan. (Council of Supply Chain Management Professionals, 2013).

2.2 Green Sales and Distribution

Manajemen transportasi dan distribusi merupakan pengelolaan terhadap kegiatan untuk pergerakan suatu produk dari suatu
lokasi ke lokasi lain dimana pergerakan tersebut biasanya membentuk atau menghasilkan suatu jaringan. Pada kebanyakan
produk, peran jaringan distribusi dan transportasi sangatlah vital. Jaringan distribusi dan transportasi ini memungkinkan produk
pindah dari lokasi dimana mereka diproduksi ke lokasi konsumen atau pemakai yang seringkali dibatasi oleh jarak yang sangat
jauh. (Nyoman, 2005, p173).
Kemampuan untuk mengirimkan produk ke konsumen secara tepat waktu, dalam jumlah yang sesuai dan dalam kondisi
yang baik sangat menentukan apakah produk tersebut akan menjadi produk yang kompetitif di pasar atau tidak. Kemampuan
untuk mengelola jaringan distribusi merupakan satu komponen keunggulan kompetitif yang sangat penting bagi kebanyakan
industri.
Menurut (Chopra & Meindl, 2014), jaringan distribusi berkaitan dengan pemenuhan dari kebutuhan konsumen dan biaya
yang dibutuhkan untuk memenuhi kebutuhan konsumen. Oleh sebab itu, suatu perusahaan harus dapat mengestimasi jumlah
kebutuhan atau permintaan konsumen dalam satu jaringan distribusi. Karena pemenuhan akan kebutuhan konsumen akan
mempengaruhi pendapatan perusahaan lewat biaya yang ditimbulkan dari suatu jaringan pengiriman.
Green sales and distribution merupakan integrasi masalah lingkungan ke dalam praktek pengelolaan rantai pasok antar
organisasi. Green sales and distribution juga dapat didefinisikan sebagai distribusi barang dan jasa yang berkelanjutan. Praktek
distribusi yang berkelanjutan mencakup hal-hal yang mengurangi karbon dioksida, dapat berjalan secara ekonomis dan akan
menghasilkan kualitas kehidupan yang lebih baik bagi penghuni masa depan di bumi.
Green sales and distribution membahas mulai dari mengubah cara pusat distribusi dan kendaraan diberdayakan untuk
menerapkan transparansi yang lebih besar mengenai praktik lingkungan dan distribusi. Seiring meningkatnya perhatian
lingkungan, integrasi isu lingkungan ke dalam studi rantai pasokan telah menjadi subfield yang berkembang (Sarkis, 2009).
Adapun hal-hal penting yang harus dipastikan dalam proses green sales and distribution adalah sebagai berikut.
1. Kemasan hijau, meliputi hemat kemasan, menggunakan bahan yang ramah lingkungan, bekerja sama dengan vendor
untuk standarisasi kemasan, meminimalkan penggunaan bahan dan waktu untuk membongkar dan mempromosikan
program daur ulang.
2. Logistik hijau, meliputi pengiriman langsung ke pengguna situs, penggunaan kendaraan bahan bakar alternatif dan
mendistribusikan produk dalam batch besar.

2.3 Supply Chain Operations Reference

Model SCOR (Supply Chain Operations Reference) telah dikembangkan untuk menggambarkan kegiatan bisnis yang terkait dengan
semua fase memuaskan permintaan pelanggan. Model itu sendiri berisi beberapa bagian dan disusun sekitar enam proses manajemen utama
dari Plan, Source, Make, Deliver, Return dan Enable. Dengan mendeskripsikan rantai pasok menggunakan blok-blok pembangun proses ini,
model ini dapat digunakan untuk menggambarkan rantai pasokan yang sangat sederhana atau sangat kompleks dengan menggunakan
seperangkat definisi umum. Akibatnya, industri yang berbeda dapat dikaitkan untuk menggambarkan kedalaman dan keluasan hampir semua
rantai pasokan. Model ini telah berhasil menggambarkan dan memberikan dasar untuk peningkatan rantai suplai untuk proyek-proyek global
serta proyek-proyek pada lokasi spesifik. (Supply Chain Council, 2012)
1. Green SCOR
Model Green SCOR merupakan pengembangan dari model SCOR yang telah ada sebelumnya. Model ini merupakan pengembangan
dari model SCOR dengan menambahkan beberapa pertimbangan yang terkait dengan lingkungan di dalamnya. Dengan demikian model ini
dijadikan alat untuk mengelola dampak lingkungan dari suatu rantai pasok.
Karena berbasis pada model SCOR, model ini juga memiliki 5 komponen utama yang sama seperti pada model SCOR yaitu Plan,
Source, Make, Deliver, dan Return serta memiliki atribut kerja yang sama seperti model SCOR yaitu Reliability, Responsiveness, Flexibility,
Cost, dan Asset. Akan tetapi pada model green SCOR semua hal tersebut memiliki arti yang berbeda karena pada model ini semua hal
tersebut terkait dengan lingkungan. (Natalia & Astuario, 2015)

2.4 Enterprise Resource Planning

Enterprise Resource Planning (ERP) adalah sebuah perangkat lunak perusahaan yang dapat mengintegrasikan informasi yang ada di
semua bidang bisnis (Putri, Ridwan, & Witjaksono, 2016). Konsep ERP mengintegrasikan proses bisnis dengan manajemen perusahaan agar
sumber daya perusahaan efisien dan efektif (Haratawan, Ridwan, & Witjaksono, 2015).
Menurut Kadir (2014), Enterprise Resource Planning (ERP) merupakan sistem informasi terintegrasi lintas fungsi yang dirancang agar
dapat dipakai untuk menangani kebanyakan bisnis. Sistem ini memiliki modul-modul seperti pengendalian persediaan, utang dagang, piutang
dagang, perencanaan kebutuhan material hingga penanganan sumber daya manusia.
Dari definisi ERP diatas dapat disimpulkan bahwa ERP merupakan sebuah sistem informasi perusahaan yang dirancang untuk
mengkoordinasikan semua sumber daya, informasi dan aktifitas yang diperlukan untuk proses bisnis lengkap. Menurut Monk & Wagner
(2013) Sistem ERP memiliki manfaat sebagai berikut:
1. ERP memungkinkan integrasi global lebih mudah. Hambatan dari nilai tukar mata uang, bahasa, dan budaya dapat dijembatani
secara otomatis, sehingga data dapat diintegrasikan melintasi perbatasan internasional.
2. ERP mengintegrasikan orang, data, dan menghilangkan kebutuhan banyak sistem komputer yang terpisah.
3. ERP memungkinkan manajemen untuk benar-benar mengelola operasi, tidak hanya memantau. Sistem ERP sudah memiliki semua
data, memungkinkan manajer untuk fokus pada proses Rancangan. Fokus ini meningkatkan manajemen perusahaan secara
keseluruhan, dan membuat organisasi lebih mudah beradaptasi ketika perubahan diperlukan

2.5 Odoo
OpenERP (Odoo) adalah sebuah perangkat lunak open souce yang dirancang untuk mengatasi kebutuhan perusahan dan proses, serta
membantu mengingkatkan kinerja bisnis (Pratama, Ridwan, & Witjaksono, 2016). ERP merupakan salah satu tool terbaru dan paling efektif
untuk perencanaan sumberdaya perusahaan dengan mengintegrasikan informasi, manajemen, dan engineering system dengan semua
kebutuhan organisasi (Rahnavarda & Bozorgkhoub, 2014).

3. Pembahasan

3.1 Identifikasi Stakeholder dan Stakeholder Green Requirements


Stakeholder adalah setiap pihak yang memiliki hubungan, keterkaitan maupun kepentingan terhadap setiap proses yang terjadi pada PT.
Elco Indonesia Sejahtera baik secara langsung maupun tidak langsung. Informasi mengenai stakeholder yang terlibat dengan perusahaan
didapatkan melalui data perusahaan.
Tabel 1 Identifikasi Stakeholder
Stakeholder Job Description
Supplier Pemasok kebutuhan bahan baku perusahaan
Customer Pembeli produk yang di produksi oleh perusahaan
Bagian Pemasaran Penerima pesanan dari customer dan memasarkan produk perusahaan
Bagian Persediaan Pengelola bahan baku siap pakai dan produk jadi perusahaan
Bagian Pembelian Memenuhi kebutuhan bahan baku untuk produksi perusahaan
Bagian Produksi Melakukan Produksi
Bagian Pengiriman Mendistribusikan produk jadi dari perusahaan kepada customer
Mengelola keuangan perusahaan, merekap pemasukan dan pengeluaran perusahaan dan
Bagian Keuangan/Akuntansi/Administrasi
membuat laporan administratif perusahaan

Green Requirements adalah segala bentuk kebutuhan yang berhubungan dengan lingkungan pada setiap stakeholder yang memiliki
peran maupun fungsinya masing-masing pada perusahaan. Dikarenakan penelitian ini berfokus pada bagian sales and distribution, maka pada
tahap ini hanya akan dibahas Green Requirements bagian pemasaran dan bagian distribusi PT. Elco Indonesia Sejahtera. Green Requirements
stakeholder pada bagian sales and distribution berupa data primer yang diperoleh melalui wawancara kepada pihak terkait. Berikut hasil data
hasil wawancara yang telah diolah.
Tabel 2 Green Requirements
Stakeholder Green Requirements
 Pemenuhan persyaratan legalitas dan ramah lingkungan untuk meminimasi jumlah
Bagian Pemasaran complain dari customer
 Administrasi yang mudah dan kelengkapan dokumentasi
 Kerjasama dan koordinasi yang baik dengan departemen lain dan pihak ketiga
 Ketersediaan material kemasan dan media untuk penyimpanan dan bongkar muat
Bagian Pengiriman
barang sesuai spesifikasi yang dibutuhkan
 Dokumentasi pengiriman yang lengkap dan sistem informasi yang baik

3.2 Perancangan Model Pengukuran Kinerja Green Sales and Distribution

1. Identifikasi Green Objectives


Green objectives merupakan objectives ataupun goals maupun tujuan perusahaan yang berhubungan dengan lingkungan yang dimiliki
oleh setiap stakeholder pada PT. Elco Indonesia Sejahtera. Green Objectives berikut stakeholder yang terkait dapat dilihat pada Tabel III di
bawah ini.
Tabel 3 Identifikasi Green Objectives
Objectives Stakeholder
Distribusi tepat waktu Bagian Pengiriman
Minimasi penggunaan bahan bakar Bagian Pengiriman
Penggunaan Kemasan Ramah Lingkungan Bagian Pengiriman dan Bagian Pembelian
Pengadaan pelatihan tentang green operation Semua Stakeholder
Kepuasan pelanggan terhadap produk dari aspek lingkungan Bagian Pemasaran
Dokumentasi pengiriman yang lengkap dan sistem informasi yang baik Bagian Pengiriman
2. Identifikasi dan Formulasi KPI
Key performance indicator (KPI) digunakan untuk mengukur tingkat pencapaian tujuan. KPI diidentifikasi dari metric green supply
chain operations reference (green SCOR) berdasarkan obyektif yang diharapkan oleh masing-masing stakeholder. Adapun langkah-langkah
dalam identifikasi KPI sebagai berikut:
a. Identifikasi semua indikator yang berhubungan dengan aspek green yang terdapat pada metric SCOR.
b. Identifikasi indikator-indikator tambahan yang tidak terdapat pada metric SCOR.
c. Identifikasi indikator-indikator yang relevan dengan obyektif yang telah ditetapkan.
d. Seleksi indikator berdasarkan ada atau tidaknya data pendukung.
e. Verifikasi key performance indicator (KPI).
Adapun langkah-langkah dalam verifikasi key performance indicator (KPI) sebagai berikut:
a) Menentukan kata kunci dari stakeholder environment requirement.
b) Melakukan pemeriksaan kesamaan kata kunci dari masing-masing stakeholder.
c) Melakukan pemeriksaan kesesuaian dan relevansi setiap KPI dengan kata kunci yang telah diperoleh.

KPI terpilih kemudian digunakan dalam pengukuran kinerja green sales and distribution setelah itu didefinisikan sesuai dengan tujuan
dari KPI itu tersendiri. Berikut hasil pendefinisian setiap KPI terpilih:

Tabel 4 Verifikasi KPI


No KPI Definisi Karakteristik
Customer Commit Date Achievement Frekuensi ketepatan Tanggal dan Waktu Penerimaan Pesanan
1 higher the better
Time Customer Receiving oleh Pelanggan
Persentase dari pesanan di mana semua jumlah yang diterima
2 Delivery Quantity Accuracy oleh pelanggan sesuai dengan jumlah pesanan (dalam toleransi higher the better
yang disepakati bersama)
Orders Delivered Defect Free Jumlah pesanan yang dikirim tanpa mengalami kecacatan
3 higher the better
Conformance produksi
Akurasi dokumen pembayaran (contoh: faktur, perjanjian
4 Payment Documentation Accuracy higher the better
kontrak)
5 Shipping Documentation Accuracy Akurasi dokumen pengiriman (contoh: delivery order) higher the better
Akurasi dokumentasi Kepatuhan. (contoh: data keamanan
6 Compliance Documentation Accuracy higher the better
bahan baku)
Complaints regarding missing Banyak keluhan dari customer mengenai persyaratan smaller the
7
environmental requirements from product lingkungan yang tidak terdapat pada produk. better
Receive & Verify Product by Customer Waktu rata-rata yang dibutuhkan untuk menerima dan smaller the
8
Cycle Time memverifikasi produk oleh customer better
Waktu rata-rata yang dibutuhkan untuk melakukan pengiriman smaller the
9 Ship Product Cycle Time
produk. better
Load Product & Generate Shipping Waktu rata-rata yang dibutuhkan untuk memasukkan produk ke smaller the
10
Documentation Cycle Time transportasi dan membuat dokumen pengiriman better
Waktu rata-rata yang dibutuhkan untuk menerima produk jadi smaller the
11 Receive Product from Make Cycle Time
dari bagian produksi better
Select Carriers & Rate Shipments Cycle Waktu rata-rata yang dibutuhkan pemilihan transportasi dan smaller the
12
Time cara pendistribusian better
Waktu rata-rata yang dibutuhkan untuk negosiasi harga dan smaller the
13 Negotiate &Receive Contract Cycle Time
menerima kontrak dari customer better
Obtain &Respond to Request for Quote
Waktu rata-rata yang dibutuhkan untuk mendapatkan & smaller the
14 (RFQ)/Request for Proposal (RFP) Cycle
menanggapi Permintaan Penawaran order dari customer better
Time
% of employee trained on environmental Jumlah tenaga kerja yang diberi pelatihan mengenai kebutuhan
15 higher the better
requirements terkait lingkungan dibagi dengan total tenaga kerja.
Training related to environmental
16 Frekuensi perusahaan mengadakan pelatihan terkait lingkungan higher the better
management
% of vehicle fuel derived from alternative Persentase penggunaan bakar kendaraan yang berasal dari
17 higher the better
fuels bahan bakar alternatif
Penggunaan packaging ramah lingkungan sehingga dapat
Use of environmentally friendly
18 meminimalisir gangguan llingkungan yang disebabkan oleh higher the better
packaging
limbah packaging.
Energi total yang digunakan untuk melakukan distribusi smaller the
19 Energy use
produksi ke customer better
3. Strukturisasi KPI
Strukturisasi KPI adalah penyusunan KPI yang disesuaikan dengan Objectives yang sudah didapatkan. Tujuan dilakukannya strukturisasi
KPI adalah untuk melihat relevansi antara Green Objectives perusahaan dengan KPI terpilih.

Tabel 5 Strukturisasi KPI


Objectives KPI
Obtain &Respond to Request for Quote (RFQ)/Request for Proposal (RFP) Cycle Time
Negotiate &Receive Contract Cycle Time
Select Carriers & Rate Shipments Cycle Time
Distribusi tepat waktu Receive Product from Make Cycle Time
Load Product & Generate Shipping Documentation Cycle Time
Ship Product Cycle Time
Receive & Verify Product by Customer Cycle Time
Energy usage
Minimasi penggunaan bahan bakar
% of vehicle fuel derived from alternative fuels
Penggunaan Kemasan Ramah Lingkungan Use of environmentally friendly packaging
Training related to environmental management
Pengadaan pelatihan tentang green operation
% of employee trained on environmental requirements
Complaints regarding missing environmental requirements from product
Kepuasan pelanggan terhadap produk dari Orders Delivered Defect Free Conformance
aspek lingkungan Delivery Quantity Accuracy
Customer Commit Date Achievement Time Customer Receiving
Compliance Documentation Accuracy
Dokumentasi pengiriman yang lengkap dan
Shipping Documentation Accuracy
sistem informasi yang baik
Payment Documentation Accuracy

4. Penentuan Prioritas
Penentuan bobot dilakukan untuk menentukan tingkat kepentingan setiap objectives dan KPI yang telah ditetapkan. Metode pembobotan
dilakukan dengan melalui pengisian kuisioner yang berisi perbandingan setiap pasang KPI antar kriteria. Hasil perbandingan tersebut diolah
menggunakan metode AHP (Analytical Hierarchy Process). Prioritas KPI berdasarkan bobot dapat dilihat pada Tabel 6.

Tabel 6 Hasil Priority Ranking

Code KPI Bobot Ranking


Obtain &Respond to Request for Quote (RFQ)/Request for Proposal
RS3.093 0.01 19
(RFP) Cycle Time
RS3.092 Negotiate &Receive Contract Cycle Time 0.04 10
RS3.124 Select Carriers & Rate Shipments Cycle Time 0.03 16
RS3.108 Receive Product from Make Cycle Time 0.08 3
RS3.051 Load Product & Generate Shipping Documentation Cycle Time 0.02 18
RS3.126 Ship Product Cycle Time 0.10 2
RS3.102 Receive & Verify Product by Customer Cycle Time 0.03 15
Energy usage 0.07 6
% of vehicle fuel derived from alternative fuels 0.05 9
Use of environmentally friendly packaging 0.06 8
Training related to environmental management 0.04 12
% of employee trained on environmental requirements 0.03 14
RL.3.001 Complaints regarding missing environmental requirements from product 0.04 11
RL3.042 Orders Delivered Defect Free Conformance 0.08 4
RL3.035 Delivery Quantity Accuracy 0.04 13
RL3.32 Customer Commit Date Achievement Time Customer Receiving 0.14 1
RL3.031 Compliance Documentation Accuracy 0.02 17
RL3.050 Shipping Documentation Accuracy 0.06 7
RL3.045 Payment Documentation Accuracy 0.07 5
5. Implementasi Membuat data customer
a. Pilih sub menu sales customer – klik create.

Gambar 1 Tampilan implementasi Membuat Data Customer

b. Isi field sesuai data customer kemudian save.

Gambar 2 Tampilan implementasi Membuat Data Customer 2


4. Kesimpulan

Setelah dilakukan penelitian pada bagian Sales and Distribution PT. Elco Indonesia Sejahtera, dimulai dari menentukan
stakeholder, penelusuran Green Requirements yang diinginkan oleh stakeholder, perumusan Green Objectives yang berkaitan
dengan Green Requirements dan Stakeholder, identifikasi hingga keterkaitan KPI terpilih dengan Green Objectives hingga
penentuan prioritas masing-masing KPI dengan cara melakukan pembobotan melalui kuisioner dan pengolahan data
menggunakan metode AHP, di dapatkanlah model pengukuran kinerja Green Sales and Distribution yang relevan dengan
kebutuhan perusahaan atau company needs.
Model pengukuran kinerja Green Sales and Distribution yang dirancang melibatkan proses bisnis bagian pemasaran dan
bagian pengiriman yang terdapat pada PT. Elco Indonesia Sejahtera. Model usulan terdiri dari 6 Green Objectives pengukuran
kinerja dan dengan 19 Key Performance Indicator. Model ini khusus diranacang untuk mewujudkan prespektif green yang
akan diterapkan oleh perusahaan.
Dari 19 KPI yang telah melalui tahap pembobotan, diperolehlah peringkat prioritas tertinggi yaitu KPI Customer Commit
Date Achievement Time Customer Receiving dan KPI yang memperoleh bobot terendah ialah Obtain &Respond to Request for
Quote (RFQ)/Request for Proposal (RFP) Cycle Time.

Daftar Pustaka:

[1] Abu Seman, N. A. (2012). Green Supply Chain Management: A Review and Research Direction.
International Journal of Managing Value and Supply Chains, 3(1), 1–18.
https://doi.org/10.5121/ijmvsc.2012.3101
[2] Chopra, S., & Meindl, P. (2014). SUPPLY CHAIN MANAGEMENT Strategy, Planning, and Operation. Igarss
2014. https://doi.org/10.1007/s13398-014-0173-7.2
[3] Morris, A. S. (2004). ISO 14000 Environmental Management Standards: Engineering and Fnancial Aspects.
John Wiley & Sons Ltd.
[4] Mukharromah, I. N., Deoranto, P., Mustaniroh, S. A., & Sita, K. (2017). Analisis pengukuran kinerja
perusahaan dengan metode Green Supply Chain Management ( GSCM ) di unit bisnis teh hitam Analysis of
company performance measurement using Green Supply Chain Management Method on bussiness unit of
black tea, 48–58.
[5] Natalia, C., & Astuario, R. (2015). Penerapan Model Green SCOR untuk Pengukuran Kinerja Green Supply
Chain. Jurnal Metris, 16, 97–106.
[6] Pujawan, I N 2005. : Supply Chain Management. Guna Widya, Surabaya.
[7] Rahnavarda , F., & Bozorgkhoub, N. (2014). Key factors in the successful implementation of enterprise
resource planning system. Management Science Letters , 747–752 .
[8] Saputra, H., & Fithri, P. (2012). Perancangan Model Pengukuran Kinerja Green Supply Chain Pulp Dan
Kertas. Jurnal Optimasi Sistem Industri, 11(1), 193–202.
[9] Supply Chain Council. (2012). Supply Chain Operations Reference Model. Supply Chain Operations
Management, 1–976. https://doi.org/10.1108/09576059710815716
[10] Undang Undang Republik Indonesia. (2014). Undang Undang No. 3 Tahun 2014 tentang Perindustrian.
[11] (Council of Supply Chain Management Professionals, 2013).
[12] Putri, Y., Ridwan, A. Y., & Witjaksono, R. W. (1983). Berbasis Enterprise Resource Planning Modul Purchasing ( Mm-
Pur ) Pada Sap Dengan Metode Asap Di, 108–114.
[13] Haratawan, P. G. W., Ridwan, A. Y., & Witjaksono, R. W. (2015). Perancangan Sistem Pengadaan (procurement)
Berbasis OpenERP Dengan Metode Soft System Methdology. eProceedings of Engineering, 2(2), 5758–5765. Retrieved
from http://libraryeproceeding.telkomuniversity.ac.id/index.php/engineering/article/view/2175
[14] Pratama, D. A., Ridwan, A. Y., & Witjaksono, R. W. (2016). Penerapan Sistem Sales Management Menggunakan
Openerp Dengan Metode Rapid Application Development. eProceedings of Engineering, 3(2), 3540. Retrieved from
http://libraryeproceeding.telkomuniversity.ac.id/index.php/engineering/article/view/1933

Anda mungkin juga menyukai