Anda di halaman 1dari 52

TUGAS MATA KULIAH

Strategy Kewirausahaan

Dosen :
DR. Imanuddin Hasbi, ST. MM.

Topik Tugas
STRATEGI WIRAUSAHA MEMASUKI PASAR GLOBAL :
(Pertanian & Peternakan Lasakhi Farm Fresh)

Dendy Akad Buldansyah


NIM : 2501221027
HP:
081212352648

MAGISTER ADMINISTRASI BISNIS


FAKULTAS KOMUNIKASI DAN BISNIS
UNIVERSITAS TELKOM
2023
DAFTAR ISI

Daftar Isi
Bab 1 Pendahuluan

Latar Belakang

Rumusan masalah

Tujuan Penulisan

Bab 2 Teori & Pengumpulan data perusahaan


2.1 Manajemen Rantai Pasok (Supply Chain Management)
2.2 SCOR (Supply Chain Operation Reference)
2.3 Proses Operasi perusahaan
2.4 Data aktivitas apa saja yang ada di fungsi/bagian/divisi

Bab 3 Analisa dan Pembahasan.


3.1 Bisnis Model Kanvas
3.2 Indicator Jaringan SCM

3.3 Scor Model Dalam Scm Lasakhi Farm Fresh

3.4 Dummy data Lasakhi farm fresh

Bab 4 Kesimpulan.

Daftar Pustaka

Lampiran
Bab 1 Pendahuluan

1.1 Latar Belakang

Di lingkungan bisnis yang kompetitif saat ini, perusahaan menghadapi banyak


tantangan untuk mempertahankan posisi pasarnya dan mengembangkan bisnisnya.
Salah satu tantangan paling kritis adalah mengoptimalkan kapasitas produksi untuk
memenuhi permintaan konsumen sambil menjaga biaya tetap terkendali. Untuk
mencapai hal ini, bisnis perlu mengambil pendekatan strategis yang
mempertimbangkan berbagai faktor, termasuk jaringan distribusi, upaya pemasaran,
dan memprediksi permintaan di masa depan.

Pertama-tama, jaringan distribusi sangat penting dalam memastikan produk sampai ke


konsumen dengan efisien dan dengan harga yang terjangkau. Namun, banyak bisnis
kesulitan dengan rantai pasokan yang tidak efisien yang mengakibatkan biaya yang
lebih tinggi dan waktu yang lebih lama. Untuk mengatasi hal ini, perusahaan perlu
mengurangi limbah, mengoptimalkan rute pengiriman, memanfaatkan teknologi,
berkolaborasi dengan pemasok, dan meningkatkan transparansi untuk mencapai
jaringan distribusi yang lebih efisien.

Kedua, upaya pemasaran sangat penting dalam menarik dan mempertahankan


pelanggan. Namun, mengembangkan strategi pemasaran yang efektif memerlukan
pemahaman yang jelas tentang audiens target, mengembangkan proposisi nilai unik,
memanfaatkan beberapa saluran, memantau dan mengukur hasil, dan terus
meningkatkan. Dengan melakukannya, bisnis dapat membedakan diri dari pesaing
mereka dan membangun loyalitas merek.

Terakhir, memprediksi permintaan di masa depan merupakan hal yang kritis dalam
mengoptimalkan kapasitas produksi dan memenuhi kebutuhan konsumen. Meskipun
berbagai metode dapat digunakan, termasuk penelitian pasar, analisis tren, pendapat
ahli, dan ramalan ekonomi, bisnis juga harus mempertimbangkan faktor eksternal yang
dapat memengaruhi permintaan, seperti biaya bahan baku dan fluktuasi pasar.

1.2 Rumusan Masalah

1. Bagaimana cara mengoptimalkan kapasitas produksi agar dapat memenuhi


permintaan konsumen dengan biaya yang terkendali?
2. Bagaimana meningkatkan efisiensi jaringan distribusi untuk menjaga harga
terjangkau bagi konsumen?
3. Bagaimana meningkatkan strategi pemasaran untuk menarik dan mempertahankan
pelanggan?
4. Bagaimana memprediksi perkiraan permintaan yang akan datang dengan
menggunakan data artificial?

1.3 Tujuan Penulisan

A. Aspek Teoritis

1. Aspek teoritis dari teks ini bertujuan untuk memperkenalkan teori-teori dan konsep-
konsep yang relevan dari bidang bisnis dan manajemen, sehingga pembaca dapat
memahami dasar teoritis yang diperlukan untuk mengoptimalkan kapasitas produksi
mereka.
2. Tujuan dari aspek teoritis ini adalah untuk memberikan pemahaman yang
komprehensif tentang faktor-faktor yang mempengaruhi optimasi kapasitas produksi,
seperti jaringan distribusi, strategi pemasaran, dan memprediksi permintaan di masa
depan, sehingga pembaca dapat mengembangkan strategi yang tepat untuk bisnis
mereka.

B. Aspek Praktis

1. Aspek praktis dari teks ini bertujuan untuk memberikan solusi praktis yang dapat
diterapkan oleh perusahaan dalam memperbaiki jaringan distribusi, strategi
pemasaran, dan memprediksi permintaan di masa depan, sehingga perusahaan dapat
meningkatkan efisiensi dan mengurangi biaya.
2. Tujuan dari aspek praktis ini adalah memberikan contoh-contoh nyata dan praktis
tentang bagaimana perusahaan dapat mengoptimalkan jaringan distribusi,
mengembangkan strategi pemasaran yang efektif, dan memprediksi permintaan di
masa depan dengan menggunakan data artificial, sehingga perusahaan dapat mencapai
pertumbuhan bisnis yang lebih baik di lingkungan bisnis yang kompetitif saat ini.
Bab 2

Teori & Pengumpulan data perusahaan

2.1 Manajemen Rantai Pasok (Supply Chain Management)

Istilah Supply Chain Management (SCM) merupakan isu baru di dalam bidang
manajemen operasi (Anatan, 2008). Istilah manajemen rantai pasok (Supply Chain
Management) merupakan istilah yang dikembangkan dari sistem logistik. Pada Supply Chain
Management (SCM) memiliki beberapa proses utama yang mempengaruhi rantai pasok itu
sendiri. Proses utama dalam Supply Chain Management adalah pemasok (supplier), pengolah
(manufacturer), pendistribusi (distributor), pengencer (retailer), dan pelanggan (customer).
Beberapa pendapat yang mendefinisakan Supply Chain Management antara lain sebagai
berikut:
1. Supply chain/rantai pasok adalah jaringan perusahaan- perusahaan yang secara bersama-
sama bekerja untuk menciptakan dan menghantarkan suatu produk ke tangan pemakai
akhir. Perusahaan tersebut biasanya termasuk supplier, pabrik, distributor, toko, atau ritel,
serta perusahaan- perusahaan pendukung seperti perusahaan jasa logistik (Pujawan, 2010).
2. Merupakan proses yang menggerakkan informasi dan bahan baku dari dan ke proses
manufaktur dan pelayanan perusahaan. Proses-proses tersebut meliputi proses logistik
yang memindahkan produk secara fisik dan proses penggudangan serta penyimpanan yang
mengatur posisi produk supaya dapat dikirimkan kepada pelanggan dengan cepat (Jacobs,
2015).
3. Supply Chain Management merupakan serangkaian pendekatan yang diterapkan untuk
mengintegrasikan pemasok, pengusaha, gudang, dan tempat penyimpanan lainnya secara
efisien. Produk dihasilkan dapat didistribusikan dengan kuantitas, tepat, dan waktu yang
tepat untuk memperkecil biaya, serta memuaskan pelanggan. SCM bertujuan membuat
seluruh sistem menjadi efisien dan efektif, minimalisasi biaya dari transportasi, dan
distribusi sampai inventori bahan baku, bahan proses, serta barang jadi (Marimin, 2013).
4. Menurut Martin dalam Tunggal (2009), manajemen rantai pasok adalah jaringan
organisasi yang melibatkan hubungan hulu (upstream) dan hilir (downstream) dalam
proses dan aktivitas yang berbeda yang memberi nilai dalam bentuk produk dan jasa pada
pelanggan.
5. Menurut Heizer dan Render (2010), manajemen rantai pasok merupakan integrasi aktivitas
pengadaan bahan dan pelayanan, pengubahan barang setengah jadi dan produk akhir, serta
pengiriman kepada pelanggan.
Dari beberapa definisi yang dijelaskan di atas, maka dapat ditarik suatu pengertian bahwa
Supply Chain Management adalah suatu proses aktivitas yang berurutan dari penerimaan
bahan baku yang diperoleh dari pemasok, proses produksi bahan baku sampai menjadi produk
jadi, proses penyimpanan produk, proses pengiriman produk (delivery), dan produk sampai
ke tangan konsumen, serta melakukan aktivitas pengukuran kinerja rantai pasok untuk
meningkatkan performasi sistem agar menjadi efisien dan efektif. Ilustrasi konseptual rantai
pasok (supply chain) yang menjelaskan aliran yang harus dikelola oleh perusahaan dapat
dilihat pada Gambar 2.1.
Gambar 2.1 menjelaskan bahwa suatu supply chain mempunyai tiga macam aliran
yang harus dikelola. Pertama, aliran bahan yang mengalir dari hulu ke hilir. Contohnya adalah
bahan baku yang dikirim dari supplier ke pabrik. Setelah selesai diproduksi, produk dikirim
ke distributor, lalu ke pengecer atau ritel, kemudian ke pemakai akhir. Yang kedua adalah
aliran uang dan sejenisnya yang mengalir dari hilir ke hulu. Yang ketiga adalah aliran
informasi yang bisa terjadi dari hulu ke hilir ataupun sebaliknya. Infromasi tentang
persediaan produk yang masih ada dimasing-masing pasar. Informasi tentang ketersediaan
kapasitas produksi yang dimiliki supplier juga dibutuhkan oleh pabrik. Informasi tentang
status pengiriman bahan baku sering dibutuhkan oleh perusahaan yang mengirim ataupun
yang menerima (Pujawan, 2005 dalam Hanugrani, 2013).

Gambar 2.1 Ilustrasi Konseptual supply Chain


Sumber: Pujawan (2005)

2.2 SCOR (Supply Chain Operation Reference)

SCOR (Supply Chain Operation Reference) adalah suatu model referensi proses
yang dikembangkan oleh Dewan Rantai Pasok (Supply Chain Council) sebagai alat
diagnosa supply chain management. SCOR dapat digunakan untuk mengukur performa
rantai pasok perusahaan, meningkatkan kinerja, dan mengoptimalkan kepada pihak-pihak
yang terlibat di dalamnya. SCOR merupakan alat manajemen yang mencangkup mulai dari
pemasoknya pemasok, hingga ke konsumen (Marimin, 2013).
Penerapan model SCOR pada supply chain management menyediakan pengamatan dan
pengukuran supply chain secara menyeluruh. Supply Chain Operation Reference (SCOR) adalah
suatu model acuan dari operasi supply chain. SCOR mampu memetakan bagian-bagian supply
chain. Menurut Pujawan (2005), pada dasarnya SCOR merupakan model yang berdasarkan proses.
Di bawah SCOR, Supply Chain Management didefinisikan sebagai high processes yaitu
perencanaan (plan), pengadaan (source), pembuatan (make), penyampaian (deliver), dan
pengembalian (return). Proses- proses berlangsung dalam bagian-bagian rantai pasok yang
berbeda dapat dilihat pada Gambar 2.2. Penjelasan kelima elemen proses tersebut
memiliki fungsi sebagai berikut (Marimin, 2013):
1. Proses Plan (Perencanaan)
Proses yang menyeimbangkan permintaan dan pasokan untuk menentukan tindakan
terbaik dalam memenuhi kebutuhan pengadaan, produksi dan pengiriman. Proses ini
merupakan proses untuk merencanakan rantai pasok mulai dari mengakses sumber daya
rantai pasok, merencanakan penjualan dengan mengagregasi besarnya permintaan,
merencanakan penyimpanan, serta distribusi, merencanakan produksi, merencanakan
kebutuhanbahan baku, merencanakan pemilihan supplier, dan merencanakan saluran
penjualan.
2. Proses Source (Pengadaan)
Proses ini berkaitan dengan keperluan pengadaan barang maupun jasa untuk memenuhi
permintaan. Proses ini meliputi kegiatan negosiasi dengan supplier, komunikasi dengan
supplier, penerimaan barang, inspeksi, dan verifikasi barang, hingga pada pembayaran.
3. Proses Make (Membuat)
Proses ini merupakan proses yang berkaitan dengan proses produksi yang meliputi
permintaan dan menerima bahan baku, pelaksanaan produksi, pengemasan, dan
penyimpanan produk di ruang penyimpanan.
4. Proses Deliver (Mengirim)
Proses ini merupakan proses yang berkaitan dengan distribusi produk dari perusahaan
kepada pembeli, meliputi pembuatan dan pemeliharaan database pelanggan, pemeliharaan
harga produk, pemuatan produk ke dalam armada distribusi, pemeliharaan produk di
dalam kemasan, pengaturan proses transportasi, dan verifikasi kinerja distribusi.

5. proses Return (Pengembalian)


Proses ini berkaitan dengan pengembalian produk ke perusahaan dari pembeli karena
beberapa hal seperti kerusakan pada produk, cacat pada produk, ketidaktepatan jadwal
pengiriman, dan lain sebagainya. Proses ini meliputi kegiatan penerimaan produk yang
dikembalikan, pengelolaan administrasi pengembalian, verifikasi produk yang
dikembalikan, disposisi, dan penukaran produk.
Gambar 2.2 Proses Rantai Pasok Sumber: Supply Chain
Council (2015)

Model SCOR menyediakan tiga level (hierarki) yang detail, yaitu level pertama (level
1), level kedua (level 2), dan level tiga (level 3). Setiap proses atau aktivitas rantai pasok yang
dilakukan oleh perusahaan dimodelkan dalam tiga level (hierarki) tersebut. Proses pemodelan
diawali dengan menentukan ruang lingkup level 1 yaitu proses Plan (P), Make (M), Source
(S), Deliver (D), dan Return (R). Kemudian dari masing-masing level 1 tersebut dijabarkan
lagi ke dalam beberapa jenis dan kategori pada level 2 yaitu reliability, responsiveness,
Agility, cost, dan assets dimana dapat mengukur kinerja perusahaan secara objektif
berdasarkan data- data yang diambil sehingga dapat dilakukan identifikasi perbaikan mana
yang perlu diperbaiki (Natalia, 2015). Adapun pengertian tiap kategori pada level 2, dapat
dilihat pada Tabel 2.1.
Dibawah ini adalah contoh dari masing-masing kategori terdapat matrik-matrik
pengukuran yang akan diukur. Contoh matrik tersebut adalah sebagai berikut
(Hanugrani, 2013):
1. Aspek Reliability (keandalan)
a. Delivery performance, yaitu jumlah produk yang diterima tepat waktu.

b. Inventory inaccurancy, yaitu besarnya penyimpanan antara jumlah fisik


persediaan yang ada di gudang dengan catatan atau dokumentasi yang ada.
c. Defect rate, yaitu tingkat pengembalian material cacat yang dikembalikan ke
supplier.
2. Aspek Responsiveness (Responsivitas)
a. Planning cycle time, yaitu waktu yang dibutuhkan untuk menyusun jadwal
produksi.
b. Source item responsiveness, yaitu waktu yang dibutuhkan supplier untuk
memenuhi kebutuhan perusahaan apabila terjadi peningkatan jumlah jenis
material tertentu dari permintaan awal suatu order.
3. Aspek Agility
a. Minimum order quantity, yaitu unit minimum yang bisa dipenuhi supplier
dalam setiap kali order.
b. Make volume Agility, yaitu persentase peningkatan yang dapat dipenuhi oleh
produksi dalam kurun waktu tertentu.
4. Aspek Cost (Biaya)
a. Defect cost, yaitu biaya yang digunakan untuk menggantikan produk cacat
b. Machine maintenance cost, yaitu biaya perawatan mesin- mesin industri.
5. Aspek Assets
a. Payment term, yaitu rata-rata selisih waktu antara permintaan material dengan
waktu pembayaran ke supplier.
b. Cash-to-cash time, yaitu waktu dari perusahaan mengeluarkan uang untuk
pembelian material sampai dengan perusahaan menerima uang pembayaran dari
konsumen.

2.3 Proses Operasi perusahaan

Lasakhi farm fresh (usaha pribadi) adalah usaha ritel dengan konsep minimarket semi
modern yang menjual produk sayuran, sembako, bahan-bahan olahan untuk kebutuhan
rumah tangga dan pengusaha ukm dan memiliki pelayanan secara offline dan online.
Pasar Mini Lasakhi berdiri tahun 2018 di ciluluk Kab. Bandung, saat ini sudah memiliki
cabang sebanyak 20 cabang, pada desember 2021 didirikan cabang baru di cikijing
rancaekek dengan menggunakan konsep toko modern dengan menggunakan teknologi
dan aplikasi untuk kasir sehingga bisa mencatat transaksi dan stock of name secara real
time dan otomatis. Proses bisnis order to cash Pasar Mini Lasakhi seperti dijelaskan
Digambar dibawah ini :
2.4 Data aktivitas apa saja yang ada di fungsi/bagian/divisi.

Sistem secara otomatis akan memanfaatkan konsep Just In Time (JIT) sehingga produk
khususnya adalah produk sehari-hari seperti beras, sabun, dan lain- lain. Diupayakan
untuk selalu terstok atau memiliki stok minimal. Saat barang sudah mencapai stok
minimal tersebut maka sistem akan melakukan pemesanan secara otomatis ke
Distribution Center (DC) yang akan diteruskan ke bagian distribusi untuk mengantarkan
produk tersebut ke Gerai yang bersangkutan. Kemudian DC akan mendistribusikan
barang pada gerai tertentu sesuai pesanan.Selanjutnya data transaksi penjualan akan
digunakan oleh pihak marketing untuk menentukan strategi penjualan ataupun barang
yang akan dipesan berikutnya, sehingga stok gudang di DC selalu tercukupi.

Setiap retail yang tergabung di Perseroan semuanya terintegrasi kedalam sebuah sistem
informasi yang mampu menampilkan data transaksi dan kondisi Stok barang. Proses
bisnis rantai pasok di Perseroan menggunakan proses Just In Time (JIT) di pusat
distribusi atau Distribution Center (DC) yang disebut Cross Dock dengan metode Cross
Dock tidak ada produk yang terdegradasi (tertinggal) di gudang, karena fungsi DC
adalah untuk meredistribusi produk, bukan menyimpan produk. Sistem akan melakukan
pemesanan secara otomatis ke Distribution Center (DC), jika salah satu produk telah
mencapai stok minimal.Untuk melakukan pemesanan barang dengan seluruh pemasok,
Perseroan menggunakan sistem Electronic Data Interchange (EDI), pemasok bisa
menerimanya melalui Web. Ada pula pemasok yang sudah mengintegrasikannya
dengan sistem ERP mereka. Selanjutnya, mereka menyampaikan order itu ke pabriknya,
lalu barang pun dikirim ke DC Perseroan. Perseroan menerapkan proses cycle count
(alias penghitungan stok menggunakan sampling setiap hari). Dengan begitu, akurasi
data di DC diklaim hampir selalu 100%, walaupun mengelola puluhan ribu jenis
produk.

Aliran data lintas entitas (unit):

Bisnis Proses / Aktivitas Lasakhi Farm Fresh


 Contoh : Bentuk model jaringan yang digunakan oleh perusahaan

Model jaringan distribusi pertanian merupakan kerangka kerja yang merepresentasikan


aliran produk pertanian dari pusat produksi ke konsumen akhir. Ini melibatkan
serangkaian kegiatan yang saling berhubungan yang meliputi produksi, pengolahan,
penyimpanan, transportasi, dan pemasaran.

Model jaringan distribusi pertanian penting karena berbagai alasan, antara lain:

• Distribusi yang efisien: Ini membantu memastikan bahwa produk pertanian


mencapai konsumen secara tepat waktu dan hemat biaya, sehingga mengurangi
limbah dan meningkatkan keuntungan bagi produsen.
• Kualitas produk: Ini membantu menjaga kualitas dan keamanan produk
pertanian saat bergerak melalui rantai distribusi, yang penting untuk menjaga
kepercayaan dan keyakinan konsumen terhadap produk.
• Akses pasar: Ini membantu untuk memastikan bahwa petani dan produsen
pertanian lainnya memiliki akses ke pasar di mana mereka dapat menjual produk
mereka dengan harga yang wajar, yang penting untuk keberlanjutan sektor
pertanian.
• Keberlanjutan: Ini membantu mempromosikan praktik pertanian berkelanjutan
dengan mengurangi limbah, meminimalkan dampak lingkungan, dan
mendukung sistem pangan lokal dan regional.

Model jaringan distribusi pertanian mencakup berbagai komponen seperti:

• Pusat produksi: Ini adalah lokasi di mana tanaman tumbuh atau ternak
dibesarkan.
• Fasilitas pengolahan: Fasilitas ini menyiapkan dan mengemas produk pertanian
untuk didistribusikan.
• Fasilitas penyimpanan: Fasilitas ini digunakan untuk menyimpan produk
pertanian hingga siap untuk didistribusikan.
• Transportasi: Ini melibatkan pergerakan produk pertanian dari pusat produksi ke
fasilitas pemrosesan, fasilitas penyimpanan, dan akhirnya ke konsumen akhir.
• Pemasaran: Ini melibatkan promosi dan penjualan produk pertanian ke
konsumen akhir.

Secara keseluruhan, model jaringan distribusi pertanian merupakan alat penting untuk
mengoptimalkan distribusi produk pertanian dan mendukung keberlanjutan sektor
pertanian.
Pada Lasakhi farm fresh design model jaringan distribusinya seperti dibawah ini :

Distribution
Centre Lasakhi

Outlet-outlet
Lasakhi

LASAKHI

LASAKHI
 Contoh: strategi yang digunakan oleh perusahaan (penjualan,promosi,

distribusi dll)

Untuk penjualan dan distribusi barang yang lebih cepat dan akurat Lasakhi Farm fresh
memilik strategi dengan Mengembangkan aplikasi Untuk system informasi ERP
LASAKHI FARM FRESH dapat dijelaskan sebagai berikut(web based :
https://app.lasakhi.com/auth ; mobile : Android )
Untuk strategi penjualan dan promosi Lasakhi melakukan program-program dibawah ini
:

A. MENARIK CALON PEMBELI 

Menarik calon pembeli bisa menjadi tugas yang menantang, tetapi ada beberapa strategi
yang dapat digunakan bisnis LASAKHI FARM FRESH untuk meningkatkan peluang
sukses. Berikut adalah beberapa tips:

1. Tentukan audiens target LASAKHI FARM FRESH : Identifikasi siapa pelanggan


ideal dan apa kebutuhan dan preferensi mereka. Ini akan membantu LASAKHI
FARM FRESH menyesuaikan upaya pemasaran untuk menarik mereka secara
khusus.

2. Kembangkan merek yang kuat: Bangun identitas merek yang kuat yang beresonansi
dengan audiens target LASAKHI FARM FRESH. Ini termasuk pesan merek yang
jelas, identitas visual yang khas, dan nada suara yang konsisten di semua saluran
pemasaran.

3. Gunakan media sosial: Media sosial dapat menjadi alat yang efektif untuk
menjangkau calon pembeli. Pilih platform tempat audiens target LASAKHI FARM
FRESH paling aktif, dan buat konten menarik yang sesuai dengan minat dan
kebutuhan mereka.

4. Tawarkan insentif: Tawarkan promosi khusus, diskon, atau insentif lain untuk
mendorong calon pembeli melakukan pembelian. Ini bisa sangat efektif untuk
pelanggan baru yang mungkin ragu untuk mencoba produk atau layanan LASAKHI
FARM FRESH.

5. Gunakan pengoptimalan mesin telusur (SEO): Optimalkan situs web dan konten
LASAKHI FARM FRESH untuk mesin telusur guna meningkatkan visibilitas dan
menarik calon pembeli yang menelusuri produk atau layanan seperti milik
LASAKHI FARM FRESH.

6. Manfaatkan ulasan pelanggan: Ulasan pelanggan yang positif dapat menjadi alat
yang ampuh untuk menarik pembeli baru. Dorong pelanggan yang puas untuk
meninggalkan ulasan dan membagikannya di situs web dan saluran media sosial
LASAKHI FARM FRESH.

7. Hadiri acara industri: Hadiri konferensi industri, pameran dagang, dan acara lainnya
untuk berjejaring dengan calon pembeli dan memamerkan produk atau layanan
LASAKHI FARM FRESH.

Dengan menggunakan kombinasi dari strategi-strategi ini, bisnis dapat meningkatkan


visibilitasnya dan menarik pembeli potensial, yang pada akhirnya mendorong
pertumbuhan dan meningkatkan penjualan.
B. MENINGKATKAN PENJUALAN

Meningkatkan penjualan retail bisa menjadi tugas yang menantang, tetapi ada beberapa
strategi yang dapat digunakan bisnis untuk meningkatkan peluang keberhasilannya.
Berikut adalah beberapa strategi peningkatan penjualan LASAKHI FARM FRESH :

1. Tingkatkan merchandising: Pastikan produk LASAKHI FARM FRESH ditampilkan


dengan menarik dan tertata dengan baik. Gunakan teknik merchandising yang efektif
seperti cross-selling dan upselling untuk mendorong pelanggan membeli lebih
banyak.

2. Tawarkan promosi dan diskon: Tawarkan promosi dan diskon khusus untuk
mendorong pelanggan melakukan pembelian. Ini dapat mencakup diskon untuk
produk tertentu, program loyalitas, atau hadiah gratis dengan pembelian.

3. Berikan layanan pelanggan yang sangat baik: Berikan layanan pelanggan yang luar
biasa untuk menciptakan pengalaman berbelanja yang positif bagi pelanggan. Latih
staf LASAKHI FARM FRESH untuk menjadi berpengetahuan, ramah, dan
membantu, dan segera menanggapi pertanyaan dan keluhan pelanggan.

4. Rangkul teknologi: Gunakan teknologi untuk merampingkan pengalaman berbelanja


dan membuatnya lebih nyaman bagi pelanggan. Ini dapat mencakup menawarkan
opsi pemesanan dan pengiriman online, menggunakan sistem titik penjualan seluler,
dan menyediakan kupon digital dan program loyalitas.

5. Tingkatkan pengalaman di dalam toko: Jadikan pengalaman di dalam toko lebih


menarik dan menyenangkan bagi pelanggan. Ini dapat mencakup menawarkan
demonstrasi produk, membuat tampilan interaktif, dan menyelenggarakan acara dan
lokakarya.

6. Menganalisis dan mengoptimalkan inventaris LASAKHI FARM FRESH: Gunakan


analitik data untuk melacak tren penjualan dan mengoptimalkan inventaris
LASAKHI FARM FRESH. Ini akan membantu LASAKHI FARM FRESH
mengidentifikasi produk mana yang laris manis dan mana yang tidak, sehingga
LASAKHI FARM FRESH dapat menyesuaikan inventaris.
7. Fokus pada retensi pelanggan: Fokus pada mempertahankan pelanggan yang sudah
ada dengan menawarkan pengalaman yang dipersonalisasi, program loyalitas, dan
layanan pelanggan yang sangat baik. Ini akan membantu LASAKHI FARM FRESH
membangun basis pelanggan setia yang akan kembali ke toko LASAKHI FARM
FRESH lagi dan lagi.

Dengan menggunakan kombinasi dari strategi ini, semoga bisnis LASAKHI FARM
FRESH dapat meningkatkan penjualan eceran dan membangun bisnis yang sukses
dan menguntungkan.

C. MENEMUKAN PASAR KONSUMEN BARU

Menemukan pasar konsumen baru bisa menjadi tugas yang menantang, namun ada
beberapa strategi yang dapat digunakan bisnis untuk mengidentifikasi dan menjangkau
pasar baru. Berikut adalah beberapa tips:

1. Lakukan riset pasar: Lakukan riset pasar untuk mengidentifikasi pasar konsumen
baru. Ini dapat mencakup analisis data demografis, perilaku konsumen, dan tren di
pasar.

2. Jelajahi saluran baru: Jelajahi saluran baru untuk menjangkau konsumen, seperti
media sosial, pasar online, dan aplikasi seluler. Ini akan membantu LASAKHI
FARM FRESH menjangkau pemirsa baru yang mungkin tidak terbiasa dengan
merek LASAKHI FARM FRESH.

3. Perluas lini produk LASAKHI FARM FRESH: Perluas lini produk LASAKHI
FARM FRESH untuk menarik pasar baru. Hal ini dapat mencakup pengembangan
produk yang memenuhi kebutuhan khusus kelompok demografis yang berbeda atau
menawarkan fitur baru yang menarik bagi konsumen yang lebih luas.

4. Lokalkan upaya pemasaran LASAKHI FARM FRESH: Lokalkan upaya pemasaran


LASAKHI FARM FRESH untuk menarik konsumen di berbagai wilayah atau
negara. Ini dapat mencakup mengadaptasi pesan dan citra pemasaran LASAKHI
FARM FRESH untuk mencerminkan budaya dan preferensi lokal.
5. Bermitra dengan influencer: Bermitra dengan influencer atau duta merek yang dapat
membantu LASAKHI FARM FRESH menjangkau audiens baru. Ini dapat mencakup
influencer media sosial, blogger, atau pakar di industri retail.

6. Hadiri acara industri: Hadiri konferensi industri, pameran dagang, dan acara lainnya
untuk berjejaring dengan calon pelanggan dan mitra. Ini akan membantu LASAKHI
FARM FRESH tetap mengikuti tren terbaru dan terhubung dengan orang lain di
industri retail.

7. Bereksperimen dengan iklan: Bereksperimenlah dengan berbagai saluran iklan untuk


menjangkau pemirsa baru. Ini dapat mencakup iklan tampilan, iklan mesin pencari,
dan iklan media sosial.

Dengan menggunakan kombinasi strategi ini, bisnis LASAKHI FARM FRESH dapat
mengidentifikasi dan menjangkau pasar konsumen baru, yang pada akhirnya
mendorong pertumbuhan dan peningkatan penjualan.

D. CARA REBRANDING PRODUK

Rebranding produk bisa menjadi proses yang rumit, tetapi juga bisa menjadi cara ampuh
untuk menyegarkan merek LASAKHI FARM FRESH dan meningkatkan visibilitas
LASAKHI FARM FRESH di pasar. Berikut adalah beberapa langkah yang dapat Anda
ambil untuk berhasil mengubah citra produk :

1. Lakukan riset pasar: Lakukan riset pasar untuk memahami audiens target LASAKHI
FARM FRESH dan preferensi mereka. Ini akan membantu mengidentifikasi aspek
apa dari merek LASAKHI FARM FRESH saat ini yang bekerja dengan baik dan area
apa yang dapat ditingkatkan.

2. Tentukan pesan merek Anda: Tentukan pesan merek yang jelas yang beresonansi
dengan audiens target LASAKHI FARM FRESH. Ini harus menjadi pernyataan
singkat yang mengomunikasikan proposisi nilai unik merek LASAKHI FARM
FRESH dan membedakan LASAKHI FARM FRESH dari pesaing.
3. Kembangkan identitas visual: Kembangkan identitas visual yang mencerminkan
pesan merek LASAKHI FARM FRESH dan menarik bagi audiens target LASAKHI
FARM FRESH. Ini dapat mencakup logo baru, skema warna, tipografi, dan gambar.

4. Revisi kemasan dan pelabelan produk LASAKHI FARM FRESH: Revisi kemasan
dan pelabelan produk Anda untuk mencerminkan identitas merek baru LASAKHI
FARM FRESH. Ini dapat mencakup pembaruan desain, perpesanan, dan citra agar
konsisten dengan pesan merek dan identitas visual baru LASAKHI FARM FRESH.

5. Komunikasikan rebranding: Komunikasikan rebranding kepada pelanggan,


karyawan, dan pemangku kepentingan lainnya. Ini dapat mencakup memperbarui
situs web LASAKHI FARM FRESH, profil media sosial, dan materi pemasaran
untuk mencerminkan identitas merek baru LASAKHI FARM FRESH.

6. Latih staf LASAKHI FARM FRESH: Latih staf tentang pesan merek baru dan
identitas visual untuk memastikan bahwa setiap orang selaras dan konsisten dalam
pesan mereka.

7. Pantau hasilnya: Pantau hasil rebranding untuk memastikannya mencapai hasil yang
LASAKHI FARM FRESH inginkan. Ini dapat mencakup pelacakan penjualan,
umpan balik pelanggan, dan metrik lainnya untuk menilai keberhasilan upaya
rebranding.

Dengan mengikuti langkah-langkah ini, LASAKHI FARM FRESH dapat berhasil


mengubah merek produk dan menyegarkan identitas merek LASAKHI FARM
FRESH, yang pada akhirnya mendorong pertumbuhan dan peningkatan penjualan.

Selain itu juga menggunakan TOWS analisis agar strategi Laskahi sesuai dengan
perkembangan lingkungan internal/eksternal seperti dibaah ini :
Matriks Analisis TOWS
TOWS
ANALYSIS STRENGTHS WEAKNESESS

• Mendirikan • untuk
cabang-cabang di mengantisipasi
lokasi prime dan perubahan
padat penduduk sebagian perilaku
dengan trafik yang konsumen yang
OPPORTUNITIES
tinggi sehingga memilih belanja
bisa mendatangkan online maka
lebih banyak strategi omny
konsumen yang channel harus
ingin mendapatkan dijalankan dengan
sensasi belanja membangun
langsung aplikasi
• Mengembangkan android/apple base
marketplace yang untuk belanja
interaktif dan online
simple untuk (marketplace)
pelanggan yang • membuat
memilih belanja kampanye promosi
online secara teratur agar
• Membuat konsumen-
marketing konsumen baru
campaign di dapat diakuisisi
medsos untuk • mempertahan
meningkatkan strategi low cost
brand awareness generic agar harga
• Membangun trust jual tetap yang
dengan para terbaik dg kualitas
supplier dalam terbaik sehingga
menjaga rantai ketika terjadi krisis
pasok dan ekonomi tdk akan
menjamin kualitas signifikan berubah
barang mengingat barang-
• Menganalisa BIG barang yg dijual
DATA (data-data adalah mayoritas
penjualan ) secara makanan pokok
berkala agar • membangun
memahami firewall berlapis
Bab 3
Analisa dan Pembahasan

3.1 Bisnis Model Kanvas

Dalam bab ini, kita akan membahas mengenai analisis dan pembahasan terkait
strategi bisnis yang dapat diimplementasikan oleh perusahaan. Salah satu hal penting
dalam menentukan strategi bisnis adalah dengan menentukan indikator-indikator yang
dapat dijadikan acuan dalam mengambil keputusan yang tepat. Indikator-indikator ini
dapat berupa data bisnis yang relevan, seperti data keuangan, data pasar, dan data
operasional.
Untuk membantu dalam menentukan indikator-indikator tersebut, kita dapat
menggunakan sebuah tool yang dikenal dengan Canvas Model Bisnis. Canvas Model
Bisnis adalah sebuah framework yang berguna dalam merancang strategi bisnis yang
efektif dan efisien. Dalam Canvas Model Bisnis, terdapat sembilan elemen kunci yang
perlu diperhatikan, yaitu:

A. CUSTOMER SEGMENT
Siapa yang akan membeli produk anda? Siapa yang mau membayar Anda?
1. Konsumen ibu rumah tangga yang setiap hari memasak untuk keluarganya.
2. Konsumen yang peduli thd kualitas produk
3. Konsumen yang memburu harga murah (harga pasar).
4. Konsumen wanita karir yang sibuk kerja tapi butuh sembako setiap hari.
5. Catering
6. Konsumen yang kan melaksanakan Hajat / Pesta.
7. Konsumen pedagang (UMKM) bidang makanan atau cemilan
8. Pemakai smartphone (ONLINE SHOP).
9. Warteg / rumah makan

B. VALUE PROPOSITION
Mengapa orang memilih untuk menggunakan produk/jasa Anda? Apa keunggulan
bisnis Anda dibanding kompetitor yang lain? Apa yang paling menarik dari model
bisnis Anda?
1. Produk-Produk yang dijual
lengkap sama dengan pasar dan supermarket (CLOSE to CONSUMEN)
2. Jam Buka 06.00-19.00 WIB, sehingga FLEXIBLE untuk belanja tanpa takut
kehilangan waktu dan kehabisan stok barang (FLEXIBLE TIME TO SHOP)
3. Untuk Produk sayuran, ikan dan daging harga sama untuk pembelian sedikit atau
banyak (FLEXIBLE QUANTITY TO SHOP)
4. kenyamanan belanja tanpa harus takut becek dan kotor (CONVENIENCE STORE)
5. Produk-Produk yang dijual berkualitas tinggi (QUALITY PRODUCT)

C. CHANNELS
Bagaimana cara pelanggan dapat mengetahui produk/jasa yang Anda tawarkan?
Bagaimana cara produk/jasa bisa sampai ke tangan pelanggan? Apakah cara itu
efektif?
1. Convensional Store (Primary store).
2. Satelite store (SUB STORE / CLOSER TO CONSUMEN)
3. Wa store
4. Aplikasi (Next program)
5. MarketPlace (Next Program)

D. CUSTOMER RELATIONSHIP
Bagaimana cara Anda untuk selalu connect dengan pelanggan? Bagaimana Anda
memastikan pelanggan puas setelah menggunakan produk/jasa Anda?

1. Consumen Rewards Program


2. Program Promo berdasarkan waktu (bulanan, mingguan, hari-hari besar), promo
gajian, promo produk heboh dll
3. Wa group Konsumen utk sarana promosi sekaligus pengaduan, saran dan kritik

E. REVENUE STREAMS
Bagaimana cara bisnis Anda menghasilkan uang? Apa saja produk/jasa yang Anda
jual?
1. Pendapatan dari setiap TRANSAKSI bahan pangan/sembako
2. Discount dari supplier atas quantity tertentu
3. Bonus penjualan dari supplier dengan target penjualan tertentu
4. Profit Sharing dari satelit store
5. Profit Sharing dari Franchisor
6. Biaya awal Franchisor

F. KEY ACTIVITIES
Apa kegiatan yang Anda lakukan untuk menciptakan value proposition? Apa strategi
yang bisnis Anda lakukan sehingga target perusahaan dapat tercapai?
1. Jual sembako Ofline
2. Jual sembako Online.
3. Manajemen Data.
4. maintenance & upgrade Server, aps dan database
5. R&D

G. KEY RESOURCES
Apa sumber daya utama yang haus Anda miliki untuk menjalankan bisnis Anda?
Asset apa saja yang Anda butuhkan agar bisnis dapat bersaing dengan bisnis serupa?
1. SDM
2. Aplikasi, server dan database
3. Strategi Branding baik online (medsos) atau offline (mulut ke mulut) sehinga sales
improve
4. Kantor perwakilan.
5. Dana Investor

H. KEY PARTNERSHIPS
Siapa yang dapat mengerjakan hal-hal kebutuhan perusahaan diluar key activities-nya?
Siapa pihak supplier/vendor yang paling menentukan kesuksesan perusahaan Anda?
1. Angel Investor
2. Perusahaan Investor
3. Mitra Supplier
4. Bank
5. Asuransi
6. Koperasi
7. Property Agent (beli dan sewa toko)
8. Event untuk Promo
9. Kontraktor (rehab toko sesuai standar)

I. COST STRUCTURES
Pengeluaran apa saja yang dibutuhkan untuk menjalankan model bisnis ini?
Komponen biaya apa yang dibutuhkan pada setiap elemen key acivities, key resources,
dan channel?
1. Gaji pegawai
2. Biaya Operasional Kantor dan Toko
3. Biaya maintenance Sistem
4. Biaya DistribusI
5. Biaya Promo dan R&D

Business Model Canvas

3.2 Indicator Jaringan SCM

Untuk menentukan aktivitas yang paling berpengaruh dalam SCM perusahaan,


perlu dilakukan penghitungan capaian indikator-indikator dalam aktivitas jaringan
supply chain. Indikator-indikator ini dapat berupa waktu siklus pemenuhan pesanan,
perputaran persediaan, pengiriman tepat waktu, tingkat pesanan sempurna, harga
pokok penjualan, waktu tunggu pemasok, pemanfaatan kapasitas, dan pengembalian
investasi. Dengan menggunakan alat atau software yang memantau performa SCM,
perusahaan dapat memperoleh data yang akurat dan real-time untuk melakukan
pengukuran dan analisis data performa SCM. Dengan menentukan aktivitas yang
paling berpengaruh, perusahaan dapat mengembangkan strategi SCM yang efektif
untuk meningkatkan efisiensi dan efektivitas SCM mereka.

Untuk menghitung indikator pencapaian dalam aktivitas jaringan rantai pasok, kita perlu
mengidentifikasi indikator kinerja utama (KPI) yang relevan dengan aktivitas tersebut.
Beberapa KPI umum untuk manajemen rantai pasokan (SCM) meliputi:

A. Waktu siklus pemenuhan pesanan: waktu yang diperlukan untuk memenuhi


pesanan dari saat diterima hingga dikirim ke pelanggan.
B. Perputaran persediaan: berapa kali persediaan dijual dan diganti dalam periode
tertentu.
C. Pengiriman tepat waktu: persentase pesanan yang dikirim ke pelanggan pada
atau sebelum tanggal pengiriman yang dijanjikan.
D. Tingkat pesanan sempurna: persentase pesanan yang dikirimkan tanpa kesalahan
atau cacat.
E. Harga pokok penjualan (HPP): total biaya produksi dan pengiriman produk atau
layanan.
F. Waktu tunggu pemasok: waktu yang diperlukan pemasok untuk mengirimkan
barang atau jasa setelah pesanan dilakukan.
G. Pemanfaatan kapasitas: persentase kapasitas produksi yang tersedia yang sedang
digunakan.
H. Pengembalian investasi (ROI): pengembalian investasi yang dihasilkan oleh
aktivitas rantai pasokan.

Setelah kami mengidentifikasi KPI yang relevan, kami dapat menghitung indikator
pencapaian untuk setiap aktivitas dalam jaringan rantai pasok dengan membandingkan
kinerja aktual dengan kinerja target. Aktivitas dengan indikator pencapaian tertinggi
akan menjadi aktivitas yang paling berpengaruh terhadap SCM perusahaan.

Misalnya, jika kami menemukan bahwa waktu siklus pemenuhan pesanan untuk
aktivitas pergudangan secara signifikan lebih lama dari waktu yang ditargetkan,
aktivitas ini mungkin berdampak negatif pada SCM perusahaan. Di sisi lain, jika kami
menemukan bahwa tingkat pengiriman tepat waktu untuk aktivitas transportasi tinggi
secara konsisten, aktivitas ini dapat menjadi pendorong utama keberhasilan SCM
perusahaan.
Singkatnya, indikator pencapaian untuk setiap aktivitas dalam jaringan rantai pasok
bergantung pada KPI yang relevan dan dapat digunakan untuk mengidentifikasi
aktivitas yang paling berpengaruh terhadap SCM perusahaan.

Dalam kasus Lasakhi farm fresh maka indicator KPI SCM nya dapat dijelaskan dibawah
ini :

Aggregate planning termasuk salah satu aspek yang menentukan kinerja SCM di
Lasakhi Farm fresh. Dengan aggregate planning yang baik maka diketahui kemampuan
kapasitas SCM Lasakhi fram fresh. Untuk menyusun rencana kebutuhan kapasitas untuk
memenuhi permintaan di Pasar Mini Lasakhi maka kami menyusun Aggregate Planning
dalam Rantai Pasok Pasar Mini Lasakhi yang terdiri dari :

 demand forecast dalam suatu rentang waktu, tentukan tingkat produksi, inventory, dan
kapasitas setiap periode dalam rentang tersebut sehingga tercapai profit maksimal
 Tetapkan rentang waktu perencanaan (umumnya 3-18 bulan)
 Tetapkan durasi setiap periode
 Tetapkan informasi kunci yang dibutuhkan untuk menyusun sebuah aggregate plan

Pasar Mini Lasakhi menyadari Rencana agregat yang buruk dapat mengakibatkan
hilangnya penjualan, hilangnya laba, kelebihan persediaan, atau kelebihan kapasitas.
Untuk lebih jelasnya Aggregate Planning Lasakhi (terbatas pada produk daging sapi
saja) seperti dijelaskan dibawah ini :
Kesimpulannya dari aggregate planning yang diolah menggunakan solver excel diatas
kita dapat mendapatkan kapasitas maksimal rantai pasok di Pasar Mini lasakhi (terbatas
produk daging sapi) sehingga menjamin ketersediaan produk dan menjamin kepuasan
pelanggan dan yang paling penting untuk mendapatkan profit yang maksimal.
Berdasarkan penjelasan diatas maka didapat KPI umum untuk manajemen rantai
pasokan (SCM) di lasakhi farm fresh aktivitas-aktivitas yang paling berpengaruh adalah
pemanfaatan kapasitas (aggregate planning), penghitungan biaya pokok produksi (HPP)
dan pengembalian investasi (ROI) yang dihasilkan oleh SCM lasakhi farm fresh.

3.3 SCOR MODEL DALAM SCM LASAKHI FARM FRESH

Model Supply-Chain Operations Reference (SCOR) adalah model yang dibuat


oleh Supply Chain Council (SCC) untuk mengukur dan meningkatkan kinerja
keseluruhan rantai pasokan sebuah perusahaan. Model ini mencakup penilaian
terhadap pengiriman dan pemenuhan permintaan, pengelolaan inventaris dan aset,
fleksibilitas produksi, jaminan, biaya proses, dan faktor lain yang memengaruhi
kinerja keseluruhan pada sebuah rantai pasokan (SCC, 2012).

Pada level 1: Top Level, SCOR Model digunakan untuk memahami tujuan dan
strategi bisnis Lasakhi Farm Fresh serta posisi perusahaan dalam industri pertanian
dan perkebunan. Pada level ini, perusahaan melakukan analisis terhadap faktor-faktor
eksternal dan internal yang mempengaruhi kinerja perusahaan, seperti pasar,
persaingan, regulasi, dan sumber daya.

Dalam hal ini, SCOR Model dapat membantu perusahaan untuk


mengidentifikasi peluang dan tantangan dalam supply chain dan mengembangkan
rencana strategis yang tepat. Beberapa hal yang perlu diperhatikan pada level 1: Top
Level adalah sebagai berikut:

1. Tujuan dan Strategi Bisnis

Tujuan dan strategi bisnis Lasakhi Farm Fresh harus diidentifikasi dengan jelas pada
level ini. Tujuan dan strategi bisnis harus mencakup aspek-aspek seperti pertumbuhan
bisnis, keuntungan, efisiensi operasional, dan kepuasan pelanggan. SCOR Model
dapat membantu perusahaan untuk memahami dan mengidentifikasi faktor-faktor
yang mempengaruhi pencapaian tujuan dan strategi bisnis.

2. Posisi Perusahaan dalam Industri Pertanian dan Perkebunan

Perusahaan harus memahami posisinya dalam industri pertanian dan perkebunan,


termasuk kekuatan dan kelemahan perusahaan, serta peluang dan ancaman yang
dihadapi. Hal ini dapat membantu perusahaan untuk mengidentifikasi area-area yang
perlu ditingkatkan dan mengembangkan strategi yang tepat untuk meningkatkan
kinerja supply chain.

3. Analisis Faktor Internal dan Eksternal

Perusahaan harus melakukan analisis terhadap faktor-faktor internal dan eksternal


yang mempengaruhi kinerja supply chain, seperti sumber daya manusia, teknologi,
pasar, persaingan, dan regulasi. SCOR Model dapat membantu perusahaan untuk
mengidentifikasi faktor-faktor ini dan mengembangkan strategi yang tepat untuk
mengoptimalkan kinerja supply chain.

Pada level 2: Configuration Level, SCOR Model digunakan untuk melakukan


pemetaan terhadap konfigurasi supply chain Lasakhi Farm Fresh. Hal ini mencakup
pemetaan terhadap sumber daya, proses, dan teknologi yang digunakan oleh
perusahaan dalam mengelola rantai pasoknya. Pada level ini, SCOR Model dapat
membantu perusahaan untuk mengidentifikasi kekuatan dan kelemahan konfigurasi
supply chain dan mengembangkan strategi yang tepat untuk meningkatkan efisiensi
dan efektivitas operasi bisnis.

Beberapa hal yang perlu diperhatikan pada level 2: Configuration Level adalah sebagai
berikut:

1. Pemetaan Sumber Daya

Pada level ini, perusahaan melakukan pemetaan terhadap sumber daya yang tersedia
untuk mengelola supply chain, seperti sumber daya manusia, peralatan, dan
infrastruktur. SCOR Model dapat membantu perusahaan untuk mengidentifikasi
kekuatan dan kelemahan sumber daya dan mengembangkan strategi yang tepat untuk
memaksimalkan penggunaan sumber daya yang tersedia.

2. Pemetaan Proses

Pada level ini, perusahaan melakukan pemetaan terhadap proses-proses yang


digunakan dalam mengelola rantai pasok, seperti produksi, pengadaan, distribusi, dan
manajemen persediaan. SCOR Model dapat membantu perusahaan untuk
mengidentifikasi proses-proses yang perlu ditingkatkan dan mengembangkan strategi
yang tepat untuk meningkatkan efisiensi dan efektivitas proses bisnis.

3. Pemetaan Teknologi
Pada level ini, perusahaan melakukan pemetaan terhadap teknologi yang digunakan
dalam mengelola rantai pasok, seperti sistem manajemen persediaan, sistem
pengendalian kualitas, dan sistem manajemen produksi. SCOR Model dapat
membantu perusahaan untuk mengidentifikasi teknologi yang perlu ditingkatkan atau
diganti dan mengembangkan strategi yang tepat untuk memaksimalkan penggunaan
teknologi yang tersedia.

Pada level 3: Process Element Level, SCOR Model digunakan untuk


melakukan pemetaan terhadap proses bisnis dalam supply chain Lasakhi Farm Fresh.
Hal ini mencakup pemetaan terhadap proses produksi, pengadaan, distribusi, dan
manajemen persediaan. Pada level ini, SCOR Model dapat membantu perusahaan
untuk mengukur kinerja proses bisnis dengan menggunakan metrik yang tepat, seperti
tingkat ketepatan waktu, biaya, dan kualitas. Dalam hal ini, perusahaan dapat
mengidentifikasi area yang perlu ditingkatkan dan mengembangkan strategi untuk
meningkatkan efisiensi dan efektivitas proses bisnis.

Beberapa hal yang perlu diperhatikan pada level 3: Process Element Level adalah
sebagai berikut:

1. Pemetaan Proses Produksi

Pada level ini, perusahaan melakukan pemetaan terhadap proses produksi, seperti
proses pembibitan, penanaman, perawatan, panen, dan pengemasan. SCOR Model
dapat membantu perusahaan untuk mengukur kinerja proses produksi dengan
menggunakan metrik yang tepat, seperti tingkat produktivitas dan kualitas produk.

2. Pemetaan Proses Pengadaan

Pada level ini, perusahaan melakukan pemetaan terhadap proses pengadaan, seperti
proses pemesanan, pengiriman, dan penerimaan barang. SCOR Model dapat
membantu perusahaan untuk mengukur kinerja proses pengadaan dengan
menggunakan metrik yang tepat, seperti tingkat ketepatan waktu dan biaya pengadaan.

3. Pemetaan Proses Distribusi

Pada level ini, perusahaan melakukan pemetaan terhadap proses distribusi, seperti
proses pengiriman, pengelolaan gudang, dan penjualan. SCOR Model dapat
membantu perusahaan untuk mengukur kinerja proses distribusi dengan menggunakan
metrik yang tepat, seperti tingkat ketepatan waktu pengiriman dan biaya distribusi.

4. Pemetaan Proses Manajemen Persediaan


Pada level ini, perusahaan melakukan pemetaan terhadap proses manajemen
persediaan, seperti proses pemesanan, pengiriman, dan pengelolaan persediaan. SCOR
Model dapat membantu perusahaan untuk mengukur kinerja proses manajemen
persediaan dengan menggunakan metrik yang tepat, seperti tingkat stok persediaan
dan tingkat kebutuhan pelanggan.

Pada level 4: Implementation Level, SCOR Model digunakan untuk


melakukan implementasi strategi yang telah dikembangkan pada level sebelumnya.
Pada level ini, perusahaan memperhatikan faktor-faktor seperti sumber daya,
teknologi, dan budaya organisasi dalam melakukan implementasi strategi. SCOR
Model dapat membantu perusahaan untuk memonitor dan mengevaluasi implementasi
strategi dengan menggunakan metrik yang tepat, serta mengembangkan tindakan
perbaikan jika diperlukan.

Beberapa hal yang perlu diperhatikan pada level 4: Implementation Level adalah
sebagai berikut:

1. Implementasi Strategi

Pada level ini, perusahaan melakukan implementasi strategi yang telah dikembangkan
pada level sebelumnya. Implementasi strategi mencakup tindakan konkret untuk
meningkatkan efisiensi dan efektivitas operasi bisnis, seperti mengoptimalkan
penggunaan sumber daya, meningkatkan kualitas produk, dan meningkatkan kepuasan
pelanggan.

2. Penggunaan Sumber Daya

Pada level ini, perusahaan memperhatikan penggunaan sumber daya yang tersedia
dalam melakukan implementasi strategi. Hal ini mencakup penggunaan sumber daya
manusia, peralatan, dan infrastruktur dalam mengelola supply chain. SCOR Model
dapat membantu perusahaan untuk memonitor penggunaan sumber daya dan
mengembangkan tindakan perbaikan jika diperlukan.

3. Penggunaan Teknologi

Pada level ini, perusahaan memperhatikan penggunaan teknologi dalam melakukan


implementasi strategi. Hal ini mencakup penggunaan sistem manajemen persediaan,
sistem pengendalian kualitas, dan sistem manajemen produksi dalam mengelola
supply chain. SCOR Model dapat membantu perusahaan untuk memonitor
penggunaan teknologi dan mengembangkan tindakan perbaikan jika diperlukan.
4. Budaya Organisasi

Pada level ini, perusahaan memperhatikan budaya organisasi dalam melakukan


implementasi strategi. Hal ini mencakup sikap, nilai, dan perilaku yang diperlukan
dalam mengelola supply chain. SCOR Model dapat membantu perusahaan untuk
memonitor budaya organisasi dan mengembangkan tindakan perbaikan jika
diperlukan.

Dalam rangka memastikan keberhasilan implementasi strategi, SCOR Model dapat


membantu perusahaan untuk memonitor dan mengevaluasi implementasi strategi dengan
menggunakan metrik yang tepat, serta mengembangkan tindakan perbaikan jika diperlukan.
Dengan demikian, perusahaan dapat memastikan bahwa strategi yang telah dikembangkan
dapat diimplementasikan dengan efektif dan efisien.

Key Performance Indicator (KPI) SCOR model Lsakhi dimana terdapat 5 KPI pada
elemen rencana, 3 KPI pada elemen sumber, 7 KPI pada elemen make dan 2 KPI pada
setiap elemen pengiriman dan pengembalian. Kinerja kinerja rantai pasok gula aren
disajikan pada Gambar dibawah ini :

KPI 1

KPI 2

Rencana Keandalan KPI 3

KPI 4

KPI 5

Keandalan KPI 6

Sumber KPI 7

Tanggung Jawab
KPI 8

KPI 9

KPI 10
Kinerja
KPI 12
Rantai
Pasok
Membuat KPI 13
Lasakhi
Farm Fresh
KPI 14
Tanggung Jawab

Flexibilitas KPI 15

KPI 16
Pengantaran Tanggung Jawab
KPI 17

KPI 18
Pengembalian Tanggung Jawab

KPI 19

Uji Validitas dan Reliabilitas

Uji validitas dilakukan dengan menggunakan program SPSS versi 16 yang bertujuan
untuk mengetahui koefisien korelasi (rxy) dengan r tabel. Jumlah sampel (N) adalah 10
responden atau 5% dari total karyawan. Jika r hitung lebih besar dari r tabel maka item
dikatakan valid sebaliknya jika r hitung lebih kecil dari r table maka item dikatakan tidak
valid.

Tabel 1. Uji Validitas Rencana


r r
No Indikator KPI Count Table Validitas

Kode (df=n-2,=5%)

0,599 0.444
1 Memprediksi keakuratan bahan baku KPI 1 Valid

2 Rentang Waktu yang diperlukan antara pemesanan dan KPI 2 0,726 0,444 Valid
waktu kedatangan bahan baku ke distribution centre

3 Tingkat persediaan bahan baku KPI 3 Valid


0,444
0,669
4 Hubungan pekerja internal di divisi pembelian - 0,567 0,444 Valid

5 Kehandalan pekerja dalam merencanakan bahan baku - 0,593 0,444 Valid


agar dapat digunakan seefisien mungkin

Tabel 1 menunjukkan bahwa besarnya koefisien korelasi dari semua pertanyaan yang terdiri
dari 5 pertanyaan untuk variabel plan dapat dilihat, dapat dilihat bahwa KPI untuk variabel
plan semuanya valid yang artinya semua pertanyaan dapat menjelaskan supply chain kondisi
dalam rencana variabel. Uji validitas sumber disajikan pada tabel 2.

Tabel 2. Uji Validitas Sumber

r r
No Indikator KPI Count Table Validitas

Kode (df=n-2,=5%)

1 Tanggung jawab pemasok bahan baku untuk KPI 4 0,532 0,444 Valid
memenuhi permintaan bahan baku

2 Tanggung jawab pemasok bahan baku untuk KPI 5 0,855 0,444 Valid
memenuhi permintaan bahan baku

3 Pemasok tepat waktu untuk mengirim bahan baku KPI 6 0,529 0,444 Valid

4 Standar kualitas bahan baku KPI 7 0,001 0,444 Invalid

Tabel 2 menunjukkan bahwa KPI untuk variabel sumber ada 3 yang valid dan 1 yang tidak
valid yaitu pertanyaan terkait kualitas bahan baku. Hal ini dikarenakan pemahaman kualitas
bahan baku yang tidak baku. Jika bahan baku yang dipasok kurang baik, maka akan
mempengaruhi kualitas barang yang dihasilkan. Uji validitas kategori make disajikan pada
tabel 3.
Tabel 3 Uji Validitas Make

r r
No Indikator KPI Count Table Validitas

Kode (df=n-2,=5%)

0,599 0.444
1 Keandalan pekerja dalam menangani bahan baku KPI 8 Valid
yang digunakan

0,719 0,444
2 Keandalan pekerja dalam mengolah bahan baku KPI 9 Valid

0,669
3 Proses produksi berjalan dengan baik dan memenuhi KPI Valid
0,444
standar kualitas 10
Efisiensi peralatan penanganan material dalam bahan 0,544 0,444
4 KPI Valid
baku
11
0,593 0,444
5 Efisiensi peralatan yang digunakan dalam menangani KPI Valid
produk jadi 12
0,374 0,444
6 Tambahan biaya produksi sewaktu-waktu jika ada - Invalid
kendala dalam produksi
0,291 0,444
7 Perubahan biaya penanganan proses produksi saat - Invalid
penyimpanan
0,454 0,444
8 Tingkat penolakan bahan baku yang tidak sesuai KPI Valid
13
0,408 0,444
9 Keandalan pekerja dalam produksi bahan baku KPI Invalid
14
0,544 0,444
10 Fleksibilitas pekerja dalam memenuhi pesanan yang - Valid
masuk
0,144 0,444
11 Proses pengemasan produk KPI Invalid
15

Tabel 3 menunjukkan terdapat 11 pertanyaan untuk variabel make dan terdapat 7


item yang valid sedangkan 4 item lainnya tidak valid yaitu pertanyaan penambahan biaya
produksi, perubahan biaya pengolahan produksi, kinerja pekerja dalam memproduksi
bahan baku dan proses pengemasan produk. Uji validitas pengiriman disajikan pada tabel
di bawah ini

Tabel 4. Uji Validitas Pengiriman

r r
No Indikator KPI Count Table Validitas

Kode (df=n-2,=5%)

1 Produk sampai ke konsumen tepat waktu KPI 0,532 0,444 Valid


16

2 Kualitas pengiriman produk KPI 0,599 0,444 Valid


17

3 Perubahan biaya pengiriman karena kendala tertentu - 0,377 0,444 Invalid

Berdasarkan tabel 4 diketahui bahwa dari 3 pertanyaan untuk variabel pengiriman


terdapat 2 pertanyaan validitas dan 1 item pertanyaan tidak valid yaitu perubahan biaya
pengiriman karena kendala tertentu. Hal ini dikarenakan hampir semua produsen tidak
memerlukan biaya pengiriman dimana konsumen terutama perantara langsung
mendatangi tempat produksi. Selain itu, pemahaman tentang pertanyaan ini relatif
beragam. Uji validitas pengembalian disajikan pada tabel 5.

Tabel 5. Uji Validitas Pengembalian


r r
No Indikator KPI Count Table Validitas

Kode (df=n-2,=5%)

Keluhan dari konsumen terkait kualitas barang 0.855 0,444 Valid


1 -
dan waktu

0,091 0,444 Invalid


2 Respon pabrikan dalam mengganti produk yang KPI
rusak 18
0,719 0,444 Valid
3 Kondisi barang yang tidak sesuai standar -
reimbursement saat ini
0,402 0,444
4 Kecepatan waktu yang dibutuhkan untuk mengganti KPI Invalid
produk yang cacat 19

Tabel 5 menunjukkan bahwa dari 4 soal yang akan dikembalikan, terdapat 2 item yang
valid dan 2 item yang tidak valid. Pertanyaan yang tidak valid terdapat pada pertanyaan
mengenai Respon pabrikan dalam mengganti produk yang rusak dan kecepatan waktu
yang diperlukan untuk mengganti produk yang cacat tersebut. Hal ini dikarenakan ada
sebagian supplier yang tidak mau menjawab terkait keadaan sebenarnya mengenai
produk cacat atau tidak sesuai permintaan

nilai r tabel (0,444). Artinya hasil jawaban kuesioner konsisten jika pengukuran dilakukan pada waktu dan tempat yang berbeda.
Dengan demikian kuesioner yang digunakan dalam penelitian ini memiliki tingkat reliabilitas yang baik sehingga dapat digunakan
untuk mengukur data penelitian. Nilai bobot untuk setiap level disajikan pada tabel 6 dan tabel 7.

Tabel 6. Nilai bobot untuk tingkat rencana dan sumber

Proses Dimensi Key Performance Indicator


(Tingkat 1) Bobot. (Tingkat 2) Bobot (Tingkat 3) Bobot

Memprediksi keakuratan bahan baku 0,332

Rentang waktu yang dibutuhkan antara pemesanan dan


waktu kedatangan bahan baku ke Distribution Centre 0,09

Rencana 0.131 Keandalan Tingkat persediaan bahan baku 0.204


-
Hubungan pekerja internal di divisi pembelian 0.077
Keandalan pekerja dalam merencanakan bahan baku agar

dapat digunakan seefisien mungkin 0,298


Tanggung jawab pemasok bahan baku untuk memenuhi

permintaan bahan baku 0.350

Sumber 0.369 Keandalan 0.666 Tanggung jawab pemasok bahan baku untuk memenuhi

permintaan bahan baku 0.478


Kecepatan Pemasok tepat waktu untuk mengirim bahan baku 0.172

Tabel 7 Nilai bobot untuk tingkat membuat, pengiriman dan pengembalian

Proses Bobot Dimensi Bobot Key Performance Indicator (KPI) Bobot


(Tingkat 1) (Tingkat 2) (Tingkat 3)
Keandalan pekerja dalam menangani bahan baku yang digunakan 0.167

Keandalan pekerja dalam mengolah bahan baku


0.103

Keandalan 0.537 Proses produksi berjalan dengan baik dan memenuhi 0.239
standar kualitas
Efisiensi peralatan penanganan material dalam bahan baku 0.179

Membuat 0.231 Efisiensi peralatan yang digunakan dalam menangani produk jadi 0.183

Kecepatan 0.268 Tingkat penolakan bahan baku yang tidak sesuai 0.071

Flexibilitas 0.194 Flexibilitas pekerja dalam memenuhi pesanan yang masuk 0.055

Produk sampai ke tangan konsumen 0.251

Pengiriman 0.182 Kecepatan - tepat waktu Kualitas pengiriman produk 0.159

Kecepatan 0.667 Pengaduan dari konsumen terkait dengan kualitas produk dan waktu 0.750

Pengembalian 0.085

Flexibilitas 0.333 Kondisi produk yang tidak sesuai standar reimbursement saat ini. 0.250

Perhitungan nilai akhir kinerja aliran rantai pasok dilakukan dengan mengalikan setiap skor normalisasi dengan bobot pada setiap
KPI, dimensi dan proses. Perhitungan nilai akhir KPI, dimensi nilai akhir dan nilai total kinerja rantai pasok pada bisnis gula aren
disajikan pada tabel 8, 9 dan tabel 10.

Tabel 8. Nilai KPI akhir proses perencanaan

Total
Score
Proses. Bobot Dimensi Bobot. Key Performance Indicator Score. Bobot. Score Kinerja.

Memprediksi keakuratan bahan baku. 76 0.332. 25.232

Rentang waktu yang dibutuhkan

Antara 85 0.09 7.65


pemesanan dan waktu Kedatangan
bahan baku ke rumah Produks

Rencana. 0.131 Keandalan - Tingkat persediaan bahan baku. 66 0.204 13.464 74.297

Hubungan pekerja internal di divisi. 65 0.077 5.005


pembelian

Kehandalan pekerja dalam

merencanakan bahan baku agar dapat. 77 0.298 22.946

digunakan seefisien mungkin

Tabel 9 Nilai KPI Akhir proses sumber dan membuat

Key Performance Berat Pertunjukan Total


Proses. Bobot. Dimensi. Bobot.
Indicator Skor Skor Skor
Tanggung jawab pemasok

bahan baku untuk memenuh. 76 0,350 26.6


kebutuhan permintaan bahan
Sumber. 0.369 Keandalan. 0.666
Tgg Jwb supplier bahan baku
Utk memenuhu permintaan 84 0,478 40.1528 79.48
Bahan baku.

Pemasok tepat waktu 74 0.172 12.798


mengirimkan bahan
Kecepatan 0.333. keandalan staf dlm menangani
76 0,167 12.692
Bahan baku yang digunakan

Keandalan staf dlm mengolah 86


Bahan baku yang digunakan 0,103 8.858

Produksi lancer &sesuai standar66.


0.179
0.239 11.456
15.774

Membuat. 0.231. keandalan 0.537 Efesiensi matrial utk bahan baku. 64.

77 0,183 14.091
Efesiensi alat utk bahan baku 71.361

Kecepatan 0.268. level penolakan barang yg tdk bgs. 70. 0.071 4.97

Kecepatan 0,194 Flexibilitas staf dalam 64 0.055 3.52


mengerjakan order kedepan

Tabel 10. Nilai KPI akhir proses pengiriman dan pengembalian

Proses Bobot Dimensi Bobot Key Performance Score Bobot Score Total score
Indicator kinerja
Pengiriman 0.182 Kecepatan - Produk sampe DC on 76 0.251 19.076
time
31.16
Kualitas pengiriman 76 0.159 12.084
produk

Keluhan dari DC
terhadap kualitas dan
Pengembalia 0.085 Kecepatan 0.067 waktu 84 0.750 63
n
Flexibilitas 0.333 Kondisi produk yang
84.5
tidak sesuai standar
reimbursement saat ini 86 0.250 21.5

Tabel 11. Perhitungan Total Nilai Kinerja

Proses Score Bobot Total score

Rencana 74.297 0.131 9.733

Sumber 48.695 0.369 17.968

Membuat 35.777 0.231 8.264

Pengiriman 31.16 0.182 5.671

Pengembalian 49.181 0.085 4.180

TOTAL 46

Kinerja rantai pasok usaha Lasakhi farm fresh berada pada kategori Sedang dengan skor 46.
Bobot variabel inti berdasarkan urutan prioritas adalah sumber 17,97, rencana 9.733,
pembuatan 8.264, pengiriman 5.671 dan pengembalian bobot terendah 4.180. Prioritas
perbaikan kinerja rantai pasok pada bisnis lasakhi farm frash adalah dengan meningkatkan
kinerja proses pengembalian

3.4 Dummy data Lasakhi farm fresh

kita akan membahas analisis dan pembahasan terkait dengan Lasakhi Farm Fresh,
sebuah perusahaan yang bergerak di bidang pertanian dan peternakan. Untuk memudahkan
pembahasan, kita akan menggunakan angka dummy atau artificial data yang
merepresentasikan data asli dari perusahaan tersebut. Data dummy ini akan digunakan untuk
menghitung capaian indikator dalam aktivitas jaringan supply chain, sehingga dapat
diidentifikasi aktivitas yang paling berpengaruh dalam SCM perusahaan. Dengan demikian,
kita dapat mengembangkan strategi SCM yang efektif dan adaptif untuk meningkatkan
efisiensi dan efektivitas SCM perusahaan. Berikut table data di bawah :

Table forecasting menggunakan Excel :

Hitungan regresi menggunakan excel :


BAB IV

Kesimpulan

Dalam makalah ini disajikan hasil penerapan model SCOR dengan AHP untuk
menganalisis strategi rantai pasok bisnis retail lasakhi farm fresh sehingga bisa ekspani
memasuki pasar global. Hasil penelitian menunjukkan kinerja aliran rantai pasok pada usaha
lasakhi farm freash sebesar 46 yang berarti kinerja rantai pasok pada usaha ini berada pada
indikator kinerja marginal atau sedang. Nilai akhir menunjukkan bahwa kinerja tertinggi pada
proses sumber dan kinerja terendah pada proses pengembalian. Artinya proses pengembalian
memerlukan perbaikan prioritas dalam usaha retail ini. Untuk memasuki pasar global maka
kinerja rantai pasok nya harus harus ditingkatkan sehingga kinerjanya tinggi agar dapat
bersaing dengan pemain global lainnya di sector yang sama sehingga dapat exist dan sukses.
Daftar Pustaka

Anatan, L., dan L. Ellitan. 2008. Supply Chain Management Teori dan Aplikasi.
Alfabeta, cv. Bandung.

SCC. (2012). Supply Chain Operation Reference Model Version 11. Pittsburgh, PA:
Suppy Chain Council Inc.

Pujawan, I. Nyoman dan E.R., Mahendrawati. 2010. Supply Chain Management.


Surabaya: Penerbit Gunawidya

Marimin, dan N. Maghfiroh. 2013. Aplikasi Teknik Pengambilan Keputusan dalam


Manajemen Rantai Pasok. Bogor: IPB Press.

Heizer, J dan B. Render. 2010. Manajemen Operasi. Jakarta: Salemba Empat.

Pujawan, I.N. 2005. Supply Chain Management. Surabaya: Guna Widya.

Hanugrani, N., N.W. Setyanto, dan R.Y. Efanto. 2013. Pengukuran Performansi Supply
Chain Dengan Menggunakan Supply Chain Operation Reference

Natalia, R.A.Christine. 2015. Penerapan Model Green SCOR untuk Pengukuran Kinerja
Green Supply Chain. Jurnal Metris, XVI(12), pp. 97-106.
Lampiran

Daftar data Dummy Lasakhi farm fresh Daging Sapi dari bulan September 2022-Februari
2023

Anda mungkin juga menyukai