Anda di halaman 1dari 105

RANTAI PASOK

BAB I

PENGANTAR MANAJEMEN RANTAI PASOK (Supplay Chain Management)

A. OBJEK PRILAKU MAHASISWA

1. Mampu mendapatkan panduan yang dibutuhkan untuk menangkap visibilitas waktu nyata dan
ujung ke ujung rantai pasokan.

2. Mampu mengambil keputusan berdasarkan dengan data besar dan juga analytic yang
canggih.

B. REFERENSI

Chauhan SS, Proth JM. 2005. Analysis of a supply chain partnership with revenue sharing.
International Journal of Production Economics.97(1):44-51.doi: 10.1016/j.ijpe.2004.05.006

C. URAIAN

Manajemen rantai pasok adalah (Supplay Chain Management) adalah serangkaian kegiatan yang
meliputi kordinasi, penjadwalan dan pengendalian terhadap pengadaan, produksi, persediaan dan
pengiriman produk ataupun layanan jasa kepada pelanggan yang mencakup administasi harian,
operasi, logistik dan pengolahan informasi mulai dari pelanggan hingga ke pemasok.

1.1. DEFENISI DAN ARTI SUPPLY CHAIN

Secara umum supplay chain dikenal dengan istilah rantai pasok yang berperan membentuk
jaringan antara produsen dan pemasok dalam memproduksi dan mendistribusikan produk
tertentu kepada para konsumen. Supplay chain penting karena rantai pasokan yang dioptimalkan
menghasilkan biaya yang lebih rendah dan siklus produksi yang lebih cepat. Jaringan ini
mencakup berbagai aktivitas, orang, entitas, informasi, dan sumber daya.

Sebuah rantai pasokan melibatkan beragam aktivitas produk hingga sampai ke tangan konsumen.
Aktivitas di dalamnya antara lain memindahkan bahan mentah dan mengolahnya menjadi
produksi jadi. Tahapan lainnya supply chain adalah mengangkut produk tersebut, dan
mendistribusikannya ke pengguna akhir. Entitas yanng terlibat dalam rantai pasokan termasuk
produsen, vendor, gudang, perusahaan transportasi, pusat distribusi, dan sampai ke pengecer.
Unsur unsur supply chain mencakup semua fungsi yang dimulai dengan menerima pesanan
hingga memenuhi permintaan pelanggan. Fungsi fungsi ini meliputi pengembangan produk,
pemasaran, operasi, jaringan distribusi, keuangan, dan layanan pelanggan.

Ketika manajemen rantai pasokan efektif, itu dapat menurunkan biaya keseluruhan perusahaan
dan meningkatkan profitabilitas. Jika suatu lini dalam tahapan tersebut terganggu, itu dapat
mempengaruhi sisa rantai mahal. Misalnya, produsen pakaian mungkin pertama-tama
memindahkan bahan mentah ke dalam produksi, seperti kain, ritsleting, dan bagian lain yangg
digunakan untuk membuat pakaian. Pabrikan kemudian mengeluarkan biaya tenaga kerja untuk
menjalankan mesin dan melakukan pekerja lain menggunakan bahan mentah yang sudah
tersedia.

1.2. DEFENISI DAN ARTI SUPPLY CHAIN MANAGEMENT (SCM)

Supply Chain Management (SCM) merupakan kegiatan yang meliputi perencanaan, pengaturan,
dan penjadwalan arus produk dari mulai pengadaan hingga didistribusikan kepada konsumen.
Dengan supply chain management, rantai pasok dirancang dengan sedemikian rupa sehingga
dapat dilakukan dengan cara yang paling efektif dan efisien. Beberapa masalah yang mungkin
muncul dalam rantai pasokan adalah biasanya berhubungan dengan hal hal berikut :

 Manajemen pengadaan barang, pemasok, dan risiko


 Pengolahan hubungan dengan pelanggan
 Penentuan tingkat outsourcing

Tujuan utama dari supply chain management adalah mengkoordinasi penawaran (supply) dan
permintaan (demand) secara efiisien dan efektif dalam menghadapi masalah masalah yang ada.
Sedangkan tujuan strategisnya dari supply chain management yaitu untuk menjadi pihakk yang
mendominasi pasarnya atau paling tidak, tetap dapat menjalankan bisnisnya. Agar dapat
memenangkan persaingan pasar, rantai pasok dari sebuah perusahaan harus dapat menghasilkan
produk dengan kriteria sebagai berikut :

 Murah
 Berkualitas
 Tepat Waktu
 Bervariasi

Ada beberapa proses manajemen rantai pasokan atau supply chain management adalah sebagai
berikut :

 Pelanggan
 Perencanaan atau Planning
 Pembelian atau Purchasing
 Inventory
 Produksi

1.3. SCOR MODEL

Sejarah dan Perkembangan SCOR Model

SCOR Model adalah sebuah metode yang dikembangkan oleh Supply Chain Council atau
Dewan Rantai Suplai atau metode yang terus berevolusi dan dapat dikembangkan terus metriks
metriks di dalamnya dengan fleksibel sesuai kebutuhan tiap supply chain. Supply Chain Council
adalah sebuah lembaga nonprofit yang berdiri pada tahun 1996 dan digagas oleh beberapa
organisasi dan perusahaan. Kelebihan dari SCOR model adalah sebagai kemampuannya untuk
mengintegrasikan Business Process Reengineering (BPR), benchmarking dan Best Practice
Analyze (BPA), ke dalam kerangka kerja supply chain.

Berikut ini gambaran proses kunci dalam SCOR Model yaitu plan, source, make,deliver dan
return yang berada dalam proses mata rantai.
Gambar 1.3.1. Proses Kunci dalam SCOR

Level dalam SCOR Model

Menurut Supply Chain Council (2010), ada 4 level tahapan pemetaan SCOR version 10.0, yaitu :

1. Top Level (Level 1), mendefenisikan ruang lingkup dan isi dari SCOR model. Setidaknya
ada 5 proses kunci dalam top level pertama ini yaitu plan, source, make, deliver, dan
return lalu mengukur metrik kinerja. Hasil pengukuran metrik yang didapatkan
kemuadian di compare dengan target perusahaan untuk mengetahui apakah kenerja
supply chain sudah mencapai target.
2. Configuration Level (Level 2), merupakan tahap konfigurasi. Pada level ini setiap proses
inti dalam SCOR akan ditampilkan lebih rinci dari proses proses mata rantai suplai
perusahaan. Hal itu dimulai dari proses yang berkaitan dengan pemasok, aktivitas
produksi dan distribusi hingga produk yang diterima oleh konsummen. Terdapat
pengklasifikasian proses seperti berikut :
 1 = Make - to – stock
 2 = Make – to – order
 3 = Engineering – to – order
 4 = Retail product
3. Process Element Level (Level 3), merupakan tahap dekomposisi proses proses yang ada
pada rantai pasok menjadi elemen elemen yang mendefinisikan kemampuan perusahaan
untuk berkompetisi.
4. Implementasi Level (Level 4), merupakan tahap implementasi yang memetakan
program-program penerapan secara spesifik serta mendefinisikan perilaku-perilaku untuk
mencapai competitive advantage dan beradaptasi terhadap perubahan kondisi bisnis.
Gambar 1.3.2. Level SCOR Model

Metriks dan Atribut Kerja dalam SCOR Model

Metriks dalam SCOR Model adalah sebuah alat untuk mengatur kinerja standar dalam proses
proses dalam supply chain. Salah satu syarat utama pengukuran kinerja ini adalah reiable dan
valid. Reliability berhubungan dengan konsistensi dari instrumen instrumen penelitian.
Sementara validitas berhubungan dengan ketepatan defenisi dari sebuah variabel. SCOR model
memberikan ruang bagi para peneliti untuk melakukan penyesuaian atau kustomisasi terhadap
tipe industri masing masing.

Atribut kerja berhubungan dengan strategi perusahaan. Setiap atribut akan memiliki tolok masing
masing dalam metriks SCOR Model. Berikut ini adalah atribut yang sering ada dalam metriks
standart dari SCOR Model yaitu, reliability, responsiveness, agility, cost, dan asset management
efficiency. Berikut ini contoh metriks tiap level beserta atribut kinerja (Performance Attribut) :

Gambar 1.3.3. Metriks dan Atribut SCOR Model


1.4. PERSEDIAAN DALAM RANTAI PASOK

Persediaan barang adalah suatu aktiva lancar yang meliputi barang barang yang merupakan milik
perusahaan dengan sebuah maksud supaya dijual dalam suatu periode usaha normal ataupun
persediaan barang barang yang masih dalam pekerjaan sebuah proses produksi maupun
persediaan bahan baku yang juga menunggu penggunaanya di dalam suatu proses produksi.
Persediaan barang muncul pada jaringan rantai suplai akibat adanya perbedaan antara penawaran
dan permintaan. Perbedaan yang ada antara penawaran dengan permintaan dapat dilakukan
secara sengaja oleh perusahaan. Misalnya pabrik sarung tangan akan meningkatkan produksi
ketika mendekati bulan puasa dan idul fitri. Untuk melakukan hal tersebut, maka perusahaan
membutuhkan tempat persediaan barang (gudang) untuk menyimpan hasil produksi yang akan
didistribusikan di masa yang akan datang.

Beberapa hal yang harus diperhatikan dalam melihat dimensi persediaan barang terhadap strategi
rantai perusahaan adalah sebagai berikut.

 Siklus persediaan barang, dimana berguna untuk menentukan jumlah rata rata
ketersediaan barang yang digunakan untuk memenuhi kebutuhan penawaran dan
permintaan. Besarnya siklus persediaan barang adalahh sebagai hasil dari produksi,
transportasi atau pembelian barang dalam jumlah yang besar. Semakin besar jumlah
persediaan, maka akan semakin besar biaya yang dibutuhkan untuk menyimpan barang
tersebut. Sebagai contoh, apabila sebuah perusahaan membutuhkan persediaan sebanyak
20 ton barang setiap bulan, apakah mereka akan membeli secara langsung 20 ton barang
tersebut setiap bulan atau 7 ton truk per 10 hari.
 Keamanan persediaan barang, dimana diperhitungkan permintaan persediaan barang
tidak sesuai dengan perkiraan. Kunci utamanya adalah, seberapa besar manajemen akan
menentukan berapa besar nilai aman persediaan barang di gudang penyimpanan.
Misalnya, apabila perusahaan mempunyai persediaan barang besar dan barang tersebut
tidak laku, maka mungkin perusahaan akan menjual murah produk tersebut atau bahkan
membuang produk tersebut karena sudah kadaluarsa. Tetapi apabila perusahaan
mempunyai persediaan barang sedikit, dan permintaan besar, sehingga tidak dapat
memenuhi permintaan tersebut, maka perusahaan akan mengalami kerugian akibat
hilangnya potensi keuntungan yang akan didapat.
 Persediaan barang musiman, dimana untuk mengatasi permintaan barang yang
bervariasi pada musim musim tertentu. Misalnya, ketika kapasitas produksi sarung PT.
Jey Ht adalah 100.000 sarung per bulan, dan kebutuhan pasar adalah sekitar 70.000
sarung per bulan untuk bulan biasa dan 250.000 sarung di bulan Ramadhan, maka
perusahaan dapat membuat strategi untuk memproduksi 100.000 sarung per bulan (diatas
kebutuhan) selama 5 bulan sebelum bulan Ramadhan. Sehingga pada bulan Ramadhan,
perusahaan mempunyai 250.000 sarung.
 Level ketersediaan barang, dimana sebuah permintaan produk dari pengguna dapat
disediakan dari persediaan barang di gudang. Semakin tinggi level ketersediaan barang,
maka responsitifitas perusahaan akan meningkat tetapi biaya yang dibutuhkan juga
meningkat begitu juga dengan sebaliknya.

1.5. PROSES BISNIS RANTAI PASOK

Untuk membangun manajemen rantai pasok yang baik maka diperlukan dua strategi yaitu :

1. Membangun Hubungan dengan Pemasok. Membangun hubungan dengan pemasok


adalah hal yang sangat penting agar kesuksesan rantai pasokan dapat tercapai.
Peerusahaan yang baik adalah perusahaan yang membatasi jumlah pemasoknya dimana
hanya pemasok yang unggul yang dapat diajak kerja sama oleh perusahaan tersebut.
2. Meningkatkan Respon Pelanggan. Strategi membangun manajemen rantai pasok yang
baik berikutnya adalah meningkatkan respon pelanggan agar tetap kompetitif lalu
berfokus pada rantai pasokan supaya layanan pelanggan dapat meningkat. Cara yang
dapat dilakukan untuk meningkatkan layanan pelanggan adalah meningkatkan ftekuensi
pengirimman produk. Semakin cepat pengiriman produk maka pelanggan akan semakin
puas.

Adapun tahapan tahapan dalam rantai pasok, yaitu sebagai berikut :

1. Bahan Baku, perusahaan memilih bahan baku yang dibutuhkan perusahaan untuk
memproduksi produk dari perusahaan tersebut. Kuantitas bahan baku disesuaikan dengan
target produksi yang telah ditentukan di awal.
2. Supplier, kemudian bahan baku akan dikirimkan logistik kepada pemasok. Pemasok akan
mengolah bahan mentah kemudian menjualnya secara grosir. Biasanya, pemasok tidak
hanya menjual ke satu perusahaan saja.
3. Pabrik, bahan dasar yang telah diolah pada tahap sebelumnya kemudian akan diolah
kembali hingga menjadi hasil akhir.
4. Distribusi, setelah produk perusahaan telah jadi maka produk akan didistribusikan ke
retailer atau pedagang eceran.
5. Retailer, tugas retailer dalam rantai pasok adalah meletakkan produk yang didistribusikan
tersebut pada rak agar terlihat dan berpeluang besar di beli oleh konsumen.
6. Customer Services, agar rantai pasokan tidak terlambat atau terputus maka perusahaan
wajib menjaga kelancaran dan kualitas dari tahapan tersebut.
BAB 2 RANTAI PASOK

A. OBJEK PRILAKU MAHASISWA

1. Mampu menganalisis masalah kompleks dan secara efektif menerapkan praktik dan prinsip
manajemen untuk tantangan

2. Mampu memahami kompleksitas kerja sama antar budaya untuk memastikan interaksi yang
efektif dengan mitra

3. Mampu memanfaatkan energi kreatif dari diri mereka sendiri dan kolega mereka untuk
menciptakan soludi inovatif bagi masalah operasional global yang berkelanjutan dan
menguntungkan

B. REFERENSI

Chopra S, Meindl P. 2013. Supply Chain Management: Strategy, Planning and Operation 5th
end. New York (US): Pearson. Doi: 10.5772/633

Ballou, R. H. 2007. The evolution and future of logistic and supply chain management. European
Business Review.

C. URAIAN

Supply Chain atau rantai pasok adalah serangkaian proses bisnis yang menghubungkan beberapa
aktor untuk peningkatan nilai tambah bahan baku/produk dan mendistribusikannya kepada
konsumen. Perlu dilihat bahwa tujuan utama rantai pasok adalah dalam peningkatan nilai
tambah. Sehingga, setiap aktor dalam jaringan rantai pasok akan memberikan sumbangsih
barupa input atau proses spesifik yang dapat meningkatkan nilai suatu produk.

2.1. APA ITU RANTAI PASOK

Rantai pasok secara luas tidak hanya dalam hal peningkatan nilai tambah, tetapi juga untuk
memenuhi permintaan konsumen, peningkatan daya saing, peningkatan keuntungan, dan
membangun relasi yang baik antar aktor dalam rantai pasok (Chaun dan Proth 2005; Yao et
al.2008). Sehingga, tidak benar jika rantai pasok hanya mementingkan pabrik atau proses
produksi saja, tetapi terdapat komponen lain yang harus diperhatikan, salah satunya adalah
membangun koordinasi dan kolaborasi dengan aktor lain disepanjang rantai pasok.

Menurut ( Radhi dan Hariningsih, 2019) rantai pasokan merupakan jaringan fisiknya, yaitu
semua perusahaan yang berperan dalam memasok bahan baku, memprosuksi barang, hingga
mengirimkannya ke konsumen atau pengguna akhir. Secara lebih khusus, Chopra dan Meindl
(2013) mendefenisikan rantai pasok tidak hanya terbatas pada pabrik dan pemasok saja, tetapi
juga perlu melihat kondisi distributor, penggudangan, retailer bahkan perlu melihat kebutuhan
konsumen. Tentu konsep ini mengantarkan kita kepada ruang lingkup pembahasan rantai pasok.

Untuk memudahkan kita, ruang lingkup rantai pasok dapat dirujuk dari Ballou (2007) yang
mendefinisikan ruang lingkup rantai pasok disusun atas aspek berikut :

 Logistic
 Strategic Planning
 Information Technology
 Marketing and Finance
Gambar 2.1.1. Ruang Lingkup Rantai Pasok
Berdasarkan pendapat diatas, dapat disimpulkan bahwa rantai pasok (supply chain)
adalah suatu sistem jaringan kerja yang didalamnya terdapat berbagai kegiatan mulai dari
memasok bahan baku sampai mengirimnya ke pelanggan atau konsumen akhir.

2.2. JARINGAN RANTAI PASOK

Jaringan rantai pasok menjadi salah satu aspek kunci sistem logistik yang efektif dan efisien.
Penelitian ini dilakukan untuk menentukan sistem distribusi dengan pertimbangan variabel
pasokan, permintaan dan jarak. Alokasi distribusi dilakukan dengan menggunakan metode linear
programming, yaitu minimum / least cost allocation dan proportional minimum / least cost
allocation. Hasil dari pemodelan ini menunjukkan wilayah yang akan mendapatkan pasokan
sesuai dengan data permintaan secara time series di wilayah tersebut. Kebijakan rantai pasok
yang dirancang mengintegrasikan jejaring pada jenis, kualitas, jumlah dan waktu yang tepat.
Keputusan desain jaringan rantai pasokan meliputi penugasan peran fasilitas, lokasi pemrosesan
(manufacturing), penyimpanan, dan transportasi yang berhubungan dengan fasilitas, dan alokasi
kapasitas dan pasar pada masing-masing fasilitas. Keputusan desain jaringan rantai pasokan
dikelompokkan menjadi :
 Peran Fasilitas
 Lokasi Fasilitas
 Alokasi Kapasitas
 Alokasi Pasar dan Penawaran
Keputusan desain jaringan memiliki dampak yang signifikan terhadap kinerja karena keputusan
ini menentukan susunan dari rantai pasokan dan seperangkat hambatan yang menyertainya dalam
pemicu rantai pasokan lainnya juga dapat digunakan untuk mengurangi biaya rantai pasokan atau
untuk meningkatkan daya merespon. Seluruh keputusan desain jaringan ini berdampak pada
masing-masing lainnya dan harus menjadi pertimbangan.
Berikut ini merupakan macam-macam faktor yang mempengaruhi keputusan desain jaringan
dalam rantai pasokan.
1. Faktor strategik. Sebuah strategi bersaing perusahaan memiliki dampak yang signifikan
pada keputusan jaringan desain dalam rantai pasokan. Perusahaan yang berfokus pada
cost leadership akan berusaha untuk menemukan atau menciptakan biaya yang paling
rendah untuk fasilitas-fasilitas manufakturingnya. 
2. Faktor tehnologi. Karakteristik yang terdapat pada tehnologi produksi memiliki dampak
yang signifikan terhadap keputusan jaringan desain. Jika tehnologi produksi
menampilkan economies of scale yang signifikan, sedikit lokasi yang berkapasitas tinggi
akan lebih efektif. 
3. Faktor makroekonomi. Faktor-faktor ini meliputi pajak, bea cukai, tingkat kurs, dan
faktor ekonomi lainnya yang tidak ada dalam diri perusahaan tersebut. Faktor ini
memiliki dampak yang signifikan terhadap kesuksesan atau kegagalan dari jaringan
rantai pasokan.
4. Faktor politik. Stabilitas politik dalam suatu negara merupakan hal yang sangat
dipertimbangkan karena memiliki dampak yang signifikan terhadap peranan dalam
pilihan lokasi. 
5. Faktor infrastruktur. Keberadaan infrastruktur yang baik merupakan prasyarat yang
penting dalam mengalokasikan fasilitas pada area tertentu. Infrastruktur yang jelek akan
semakin menambah biaya bisnis.
6. Faktor kompetitif. Perusahaan harus mempertimbangkan strategi, ukuran, dan lokasi
pesaing saat merancang jaringan rantai pasokannya. Pembuatan keputusan penting
perusahaan adalah saat menetapkan fasilitas perusahaan tersebut agar tidak dapat diakses
oleh pesaing atau dengan kata lain jauh dari pesaing.
7. Waktu respon pelanggan dan kehadiran lokal. Perusahaan yang memiliki target
pelanggan yang dapat merespon dalam waktu yang cepat harus menempatkan fasilitas
yang tertutup bagi pelanggan tersebut.
8. Biaya logistik dan fasilitas. Biaya logistik dan fasilitas yang terjadi dalam rantai pasokan
dapat mengalami perubahan seperti jumlah fasilitas, lokasi dan alokasi kapasitas.
Perusahaan harus mempertimbangkan, persediaan, transportasi dan biaya fasilitas saat
perusahaan tersebut merancang jaringan rantai pasokan.

2.3. COMMERCE, LOGISTIK, VALUE CHAIN, DAN SUPPLY CHAIN

Commerce

E-commerce merupakan model bisnis modern non-fice (tidak menghadirkan pelaku bisnis secara
fisik), dan non-sign (tidak memakai tanda tangan asli). Sistem perdagangan yang dipakai
dalam e–ecommerce dirancang untuk menandatangani secara elektronik. Penandatanganan
elektronik dirancang mulai dari saat pembelian, pemeriksaan dan pengiriman. Karena itu
ketersediaan informasi yang benar dan akurat mengenai konsumen dan perusahaan dalam e-
commerce merupakan suatu persyaratan mutlak.

Adapun keuntungan bagi pedagang diantaranya :

1. Melebarkan jangkauan (global reach). Jika sebelumnya pedagang hanya memiliki toko


fisik, maka transaksi penjualan dibatasi oleh wilayah geografis yang dapat dijangkau.
Seiring munculnya mCommerce, yaitu, e-commerce pada perangkat mobile, telah
memutuskan segala keterbatasan geografis yang ada.
2. Menurunkan biaya operasional. Komunikasi antara pedagang dan pembeli melalui
internet dapat menghemat kertas dan biaya telepon, tidak perlu menyiapkan tempat ruang
pamer (outlet), staf operasional yang banyak, gudang yang besar dan sebagainya;
3. Memperpendek  product cycle dan management supplier. Perusahaan dapat memesan
bahan baku atau produk supplier langsung ketika ada pemesanan sehingga  perputaran
barang lebih cepat dan tidak perlu gudang besar untuk menyimpan produk – produk
tersebut;
4. Waktu operasi tidak terbatas. Bisnis melalui internet dapat dilakukan selama   jam per
hari, 7 hari per minggu;
5. Pelayanan ke pelanggan lebih baik. Karena komunikasi dilakukan melalui jaringan
internet, pelanggan bisa menyampaikan kebutuhan maupun keluhan secara langsung
sehingga perusahaan dapat meningkatkan pelayanannya.
6. Mengurangi penggunaan kertas di berbagai aktifitas mulai dari tahapan desain, produksi,
pengepakan, pengiriman, distribusi hingga marketing.

Bisnis e-Commerce juga mendatangkan keuntungan bagi pembeli, antara lain :

1. Home Shopping. Pembeli dapat melakukan transaksi dari rumah sehingga dapat
menghemat waktu, menghindari kemacetan, dan menjangkau toko-toko yang jauh dari
lokasi
2. Mudah Dilakukan. Tidak perlu pelatihan khusus untuk bisa belanja atau melakukan
transaksi melalui internet, pembeli memiliki pilihan yang sangat luas dan dapat
membandingkan produk maupun jasa yang ingin dibelinya.
3. Tidak dibatasi waktu. Pembeli dapat melakukan transaksi kapan saja selama    24 jam per
hari, 7 hari per minggu, pembeli dapat mencari produk yang tidak tersedia atau sulit
diperoleh di   outlet-outlet/pasar tradisional.

Logistik

Logistik merupakan suatu proses (yang jadi bagian dari rantai pasok ataupun supply chain
management) yang mengurusi arus suatu benda, lewat proses pengadaan, transportasi,
penyimpanan, distribusi serta pula pengantaraan. Melihat dari definisi logistik tersebut, maka
suatu sistem jadi hal yang utama dalam perlogistikan. Sistem logistik dibuat dengan tujuan
meningkatkan efisiensi, efektivitas serta keamanan suatu distribusi benda, uang serta data dari
tempat asal sampai tempat tujuan cocok dengan tipe, mutu, waktu, jumlah serta tempat yang
dipesan para konsumen.

Seluruh aktivitas logistik merupakan kegiatan untuk mencapai sesuatu tujuan, yaitu tersedianya
suatu benda yang pas pada waktu serta tempat yang pas. Dengan begitu, perusahaan wajib
melakukan serangkaian aktivitas logistik, seperti :

 Proses Pengadaan Benda (Procument)


 Aktivitas Produksi (Manufacturing Support)
 Distribusi (Physical Distribution)
Menurut Bowersox, terdapat 2 aspek utama yang haru dipastikan dalam tingkat performa
logistik, yaitu :

1. Aspek pelayanan (service), ialah tingkatan pelayanan perusahaan kepada konsumen.

2. Aspek pengeluaran (cost), ialah bayaran yang dikeluarkan perusaaan demi memenuhi
pelayanan terhadap konsumen.

Value Chain

Rantai pasok adalah interkoneksi dari semua pihak, sumber daya, bisnis, dan aktivitas yang
terlibat dalam pemasaran atau distribusi di mana suatu produk mencapai konsumen akhir. Ini
menciptakan hubungan mitra dalam chain seperti pemasok, produsen, grosir, distributor,
pengecer, dan konsumen. Rantai pasok memastikan bahwa produk yang sangat konsumen hargai
benar-benar sampai kepada konsumen. Oleh karenanya, rantai pasok melibatkan penyimpanan
dan transportasi. Perbedaan utama antara rantai pasok dan rantai nilai adalah fakta bahwa di
dalam rantai pasok tidak ada nilai tambah. Rantai pasok fokus pada pengangkutan suatu produk
dari satu ujung ke ujung lainnya. Sementara rantai nilai bertujuan untuk menambah nilai pada
produk agar dapat disampaikan kepada konsumen akhir. Hal ini seringkali bisa dicapai melalui
pengemasan, pemasaran, dan penjualan.

Beberapa elemen yang terlibat dalam rantai nilai menurut Porter (1985) adalah primary activities

  (kegiatan utama) dan  support activities (kegiatan pendukung). Primary activities melibatkan:

1. Inbound logistics, yaitu aktivitas yang berhubungan dengan penanganan material sebelum
digunakan.
2. Operations, yaitu aktivitas yang berhubungan dengan pengolahan input menjadi output.
3. Outbound logistics, yaitu aktivitas yang dilakukan untuk menyampaikan produk ke
tangan konsumen.
4. Marketing and sales, yaitu aktivitas yang berhubungan dengan pengarahan konsumen
agar tertarik untuk membeli produk.
5. Service, yaitu aktivitas yang mempertahankan atau meningkatkan nilai dari produk.

Supply Chain
 Stevenson, menurutnya pengertian supply chain management adalah sebuah koordinasi
dari rantai pasokan yang sifatnya strategis dan bertujuan untuk menggabungkan antara
pengaturan supply and demand.

 Russell and Taylor, pengertian supply chain management adalah proses pengelolaan
mulai dari arus informasi, produk, hingga pelayanan di seluruh jaringan baik dari
pelanggan, pemasok, atau perusahaan.

 Kalakota (2000), menurutnya SCM adalah ‘proses payung’ mulai dari produksi hingga
pengiriman produk kepada konsumen secara struktural.

2.4. MANAJEMEN RANTAI PASOK

Menurut Simchi-Levi dalam (Radhi dan Hariningsih, 2019), supply chain management adalah
rangkaian pendekatan yang digunakan untuk mengintegrasikan pemasok, produsen, gudang dan
juga toko secara efektif agar persediaan barang bisa diproduksi serta didistribusikan dengan
jumlah yang tepat, ke lokasi yang tepat, serta di waktu yang tepat sehingga biaya keseluruhan
sistem bisa diminimalisir dengan tujuan untuk memuaskan kebutuhan dan layanan. Sedangkan
menurut Ballou dalam (Riadi, 2017 ) supply chain management yaitu jaringan dari organisasi
organisasi yang saling berhubungan serta saling membutuhkan satu sama lain dan juga mereka
bekerjasama untuk megatur, mengawasi, serta meningkatkan arus komoditi dan informasi
semenjak dari titk pemasok hingga ke pengguna aknir. Lalu menurut (Anindita, 2019) supply
chain management merupakan rangkaian kegiatan yang dibutuhkan untuk merencanakan,
mengendalikan, dan menjalankan arus produk dengan cara seefisien mungkin dan hemat biaya.

Berdasarkan pendapat diatas, dapat disimpulkan bahwa Manajemen Rantai Pasokan (SCM)
adalah sebuah cara yang digunakan untuk mengelola, mengawasi, serta mengendalikan rantai
suplai mulai dari pengadaan, persediaan hingga pengiriman produk, dengan memperhatikan
ketepatan waktu, ketepatan lokasi, biaya yang seminimal mungkin, serta jumlah yang akan
dihasilkan.

Berikut adalah proses manajemen rantai pasokan yang dilibatkan dalam manajemen rantai
pasokan atau Supply Change Magement (SCM).
1. Pelanggan (Customer). Pada sebagian besar industri manufakturing, pelanggan atau
costumer adalah mata rantai pertama yang memberikan pesanan (order), terutama pada
peusahaan yang berorientasi OEM (Original Equipment Manufacturer).
2. Perencanaan (Planning).Setelah menerima Perencanaan Produksi, dalam hal ini adalah
kebutuhan terhadap bahan mentah dan bahan-bahan pendukungnya, Departemen
Pembelian atau Purchasing Department akan melakukan pemesanan bahan mentah dan
bahan pendukungnya serta menetapkan tanggal penerimaan dan jumlah  yang
dibutuhkan.
3. Persediaan (Invertory). Bahan mentah dan bahan pendukung yang telah diterima oleh
pabrik akan diperiksa kualitas dan ketepatan jumlahnya kemudian disimpan di dalam
Gudang untuk kebutuhan produksi.
4. Produksi (Production). Bagian Produksi akan menggunakan bahan mentah dan bahan
pendukung yang dipasok oleh pemasok tersebut untuk melakukan proses produksi hingga
menghasilkan barang jadi yang dibutuhkan oleh pelanggan.  Barang Jadi yang telah
diproduksi ini kemudian dimasukan ke gudang dan siap untuk dikirimkan ke pelanggan
sesuai dengan jadwal yang ditentukan.
5. Transportasi (Transportation). Departement Pengiriman atau Shipping Department akan
mengatur waktu keberangkatan barang jadi (Finished Products) yang di Gudang tersebut
sesuai dengan jadwal yang diinginkan oleh pelanggan.

2.5. PERFORMANSI RANTAI PASOK

Gambar 2.5.1. Improving Supply Chains


Arif-Uz-Zaman & Ahsan (2014), supply chain performance dapat diartikan sebagai proses
pengukuran tingkat efisiensi dan efektifitas aktivitas/ strategi yang diterapkan oleh industri. Dari
definisi ini sudah jelas bahwa supply chain performance meliputi proses, pendefinisian dan
pengukuran kinerja rantai pasok suatu bisnis. Bidang ini memberikan peluang baru untuk dikaji
secara lebih dalam untuk melakukan penilaian apakah strategi supply chain sudah tepat untuk
diteruskan.

Dalam perhitungan supply chain performance, ada besaran-besaran tertentu yang digunakan
dalam pengukuran yang selanjutnya disebut dengan metrik. Metric merujuk pada pengukuran,
bagaimana itu dapat diukur, siapa yang akan melakukan pengukuran dan dari mana data nya
dapat diperoleh (Gunasekaran & Kobu 2007). Ada beberapa framework yang dapat digunakan
dalam supply chain performance. Setiap framework tersebut telah disusun dengan terstruktur,
mulai dari metrik, metode perhitungan hingga cara memperoleh datanya. Melalui framework ini
harusnya industri dapat melakukan pengukuran supply chain performance-nya secara lebih baik.

Menurut Estampe et al. (2013), berikut adalah beberapa perbedaan dan ciri khas model dan
framework dalam supply chain performance.

Supply
Chain Strategic
Balanced Activity- SCM Strategic
Operatio Audit
Score Based / APICS Profit
n Supply
Card Costing SME Model
Referen Chain
ce

Decision Level
·  Tactical Level ֍ ֍ ֍ ֍ ֍ ֍ ֍
·  Operational Level   ֍ ֍ ֍ ֍    
 
   
Type of Flows
    ֍ ֍ ֍ ֍  
·  Physical Flow
    ֍ ֍ ֍ ֍  
·  Informational
֍ ֍ ֍       ֍
·  Financial Flow
   

Level of supply
chain maturity
·  Intra-
֍ ֍ ֍ ֍ ֍ ֍
organizational ֍
֍ ֍ ֍   ֍ ֍
·  Inter-  
  ֍       ֍
organizational  
  ֍       ֍
·  Extended inter  
  ֍        
organizational  
           
·  Multi-chain
·  Societal
 

Type of
benchmarking
֍ ֍ ֍ ֍ ֍ ֍ ֍
·  Internal
    ֍       ֍
·  External
 

     
Contextualization
      ֍    
·  SME
           
·  Retailer
        ֍    
·  Industry
           
·  Service
֍ ֍ ֍   ֍ ֍
·  All sectors
     

  ֍    
Quality factors
֍ ֍    
Human capital
֍ ֍ ֍ ֍
Sustainability
       

Tabel 1 Supply chain performance model and frameworks


BAB 3 MODEL, SISTEM, DAN PROSES

A. OBJEK PRILAKU MAHASISWA


1. Mampu memahami ruang lingkup, pengertian, dan batasan pemodelan sistem
2. Mampu memahami dasar dan konsep dasar pendekatan sistem
3. Mampu memahami langkah langkah dasar pemodelan
B. REFERENSI
F.C. and J. Mula, “Supply Chain Simulation, A system Dynamics Approach for Improving
Performance,” Springer, 2011.
Yaqin, M. A., Majid, M., Fradana, F. F., & Mustofa, M. R. (2019). Pertumbuhan Model Proses
Bisnis Pada Permainan Hay Day Menggunakan Metode Regresi. Prosiding SENIATI, 5(3), 42–
49.
C. URAIAN

Dalam melakukan manajemen rantai pasokan, terdapat 3 sistem yang kegiatan yang dilakukan.
Ketiga sistem tersebut yaitu:

1. Upstream supply chain, yaitu pengelolaan perpindahan produk yang dilakukan antara
perusahaan dengan vendor penyedia bahan baku.
2. Downstream supply chain, yaitu pendistribusian produk dari perusahaan ke konsumen.
Biasanya, proses ini dilakukan langsung oleh perusahaan tanpa menggunakan jasa vendor
penyetok barang.
3. Internal supply chain, yaitu pengelolaan ketersediaan bahan baku, pasokan bahan baku,
serta proses pabrikasi yang dilakukan oleh sistem manajemen.
Untuk bisa mengelola rantai pasokan perusahaan, ada beberapa proses yang harus dilakukan.
Diantaranya adalah:

1. Pelanggan melakukan pesanan


Dalam sebuah bisnis manufaktur, khususnya perusahaan yang berorientasi pada Original
Equipment Manufacture, pelanggan merupakan mata rantai pertama. Proses pengelolaan
rantai pasok baru bisa dilakukan apabila pesanan dari pelanggan masuk ke perusahaan. 
2. Perencanaan
Dari pesanan pelanggan yang masuk, perusahaan mendapatkan informasi penting seperti
tanggal penerimaan produk, serta jumlah pesanan. Dari situ, dibuatlah sebuah
perencanaan produksi barang yang dipesan konsumen. Perencanaan yang dilakukan
meliputi bahan-bahan yang dibutuhkan dalam produksi, serta penjadwalanya.

3. Pembelian
Setelah rencana sudah jadi dan matang, departement purchasing  melakukan pesanan
bahan baku dan bahan pendukung yang sudah direncanakan sebelumnya. Mereka harus
menetapkan jadwal penerimaan barang serta jumlah yang dibutuhkan.
4. Inventory
Bahan baku dan bahan pendukung yang diterima perusahaan harus melalui proses uji
kualitas dan ketetapan terlebih dahulu. Setelah itu, barang masuk ke dalam gudang.

5.Produksi
Proses manajemen rantai pasokan yang terahir adalah produksi. Bahan mentah yang
sudah siap kemudian dikeluarkan dari gudang dan dimulailah proses produksi pesanan
pelanggan.

3.1. STUDI KASUS PENDAHULUAN : MERAKIT PESAWAT TERBANG


Pesawat terbang adalah salah satu alat transportasi udara memiliki karakteristik yang dapat
melayani angkutan penumpang dan barang relatif terbatas khususnya barang bernilai tinggi dan
membutuhkan waktu cepat, bahkan sampai keseluruh wilayah yang tidak bisa dijangkau oleh
transportasi lain. Oleh karenanya, banyak orang memilih menggunakan transportasi udara. Hal
inilah yang membuat banyaknya maskapai penerbangan melakukan berbagai upaya perawatan
pesawat, demi kenyamanan penggunanya. Seperti dengan melakukan maintenance secara rutin,
pembersihan pesawat, serta pengecatan pesawat. Pengecatan pesawat dilakukan selain untuk
identitas maskapai itu sendiri, juga untuk melihat apakah ada atau tidaknya korosi pada pesawat
tersebut. Dan juga dapat untuk mengganti logo maskapai. Proses painting atau pengecatan
pesawat tersebut menggunakan berbagai bahan kimia yang akan menghasilkan limbah, termasuk
limbah B3.
Seiring dengan pertumbuhan industri dan pemakaian produk bahan kimia dalam kegiatan
produksinya, tentu akan mendorong peningkatan terjadinya timbulan Limbah Bahan Berbahaya
dan Beracun (Limbah B3) sebagai sisa dari kegiatan proses produksi. Tentunya Limbah B3 ini
harus dikelola dengan baik, mengikuti peraturan perundangundangan yang berlaku. Tindakan
yang diperlukan untuk melestarikan ekosistem industri adalah mencegah pencemaran,
mengurangi emisi–emisi, melestarikan keaneka ragaman hayati menggunakan sumber daya
biologi terpulihkan secara berkelanjutan dan mempertahankan keterpaduan ekosistem satu
dengan ekosistem lainnya (Walhi, 1994). Menurut Undang- undang No.32 Tahun 2009, tentang
Perlindungan dan Pengelolaan Lingkungan Hidup. Limbah B3 adalah sisa suatu usaha dan atau
kegiatan yang mengandung Bahan berbahaya, beracun. Bahan berbahaya dan beracun (B3)
adalah zat, atau energi, dan atau komponen lain yang karena sifat, konsentrasi dan atau
jumlahnya baik secara langsung maupun tidak langsung dapat mencemarkan, merusak
lingkungan hidup, dan atau dapat membahayakan lingkungan hidup, kesehatan, kelangsungan
hidup manusia serta makhluk hidup lainnya (Kementerian Lingkungan Hidup, 2009)
Contohnya pada kasus minamata. Pada tahun 1932, Chisso Chemical Corporation membuka
pabrik pupuk kimia di Minamata, Kyushu, Jepang Selatan. Terungkap bahwa 600 ton limbah
merkuri tercemar di daerah tersebut akibat tidak adanya pengelolaan limbah B3 yang baik
sehingga masyarakat yang tinggal di daerah tersebut terserang berbagai macam penyakit bahkan
hingga kematian. Karena adanya paparan merkuri di air yang mereka konsumsi(Damanhuri,
2010). Di Indonesia sendiri terjadi beberapa kasus pencemaran limbah yang disebabkan oleh
industri. Studi yang dilakukan oleh Dames & Moore pada tahun 1990 untuk mengkaji 3
kelayakan pusat pengolah limbah B3 di Cileungsi menghasilkan proyeksi total limbah berbahya
di daerah Jakarta-Bogor-Tangerang-Bekasi (Jabodetabek) sebesar 1.984.626 ton ( padat, cair dan
gas), (Damanhuri, 2010).
Menurut Pasal 83 Peraturan Daerah Kota Tangerang No.2 tahun 2009 tentang Pengelolaan
Lingkungan Hidup, dan pasal 3 ayat (1) dan (2) Peraturan Walikota Tangerang No.19 tahun 2010
tentang Tata Cara Perijinan Pengelolaan Limbah Bahan Berbahaya dan Beracun (B3), maka
perlu dilakukan pengelolaan Limbah B3 serta tempat penyimpanan sementara limbah B3.

3.2. MANAJEMEN PROSES BISNIS


Manajemen Proses Bisnis (BPM) adalah sebuah pendekatan untuk meningkatkan

efektivitas dan efisiensi melalui pembangunan otomatisasi proses dan ketangkasan untuk

mengelola perubahan. Manajemen Proses Bisnis membantu perusahaan dalam


mengawasi dan mengontrol seluruh elemen pada proses bisnis, seperti karyawan,

pelanggan, pemasok, dan workflow. BPM meningkatkan kualitas proses bisnis melalui

penyediaan mekanisme feedback yang lebih baik. Review yang berkesinambungan dan

real-time akan membantu perusahaan dalam mengidentifikasi masalah dan kemudian

mengatasinya secara lebih cepat sebelum masalah tersebut berkembang menjadi lebih

besar.

Proses adalah urutan pelaksanaan atau kejadian yang terjadi secara alami atau didesain,

mungkin menggunakan waktu, ruang, keahlian atau sumber daya lainnya, yang

menghasilkan suatu hasil.  Beberapa karakteristik umum yang dianggap harus dimiliki

suatu proses bisnis adalah :

1. Definitif: Suatu proses bisnis harus memiliki batasan, masukan, serta keluaran yang
jelas.

2. Urutan: Suatu proses bisnis harus terdiri dari aktivitas yang berurut sesuai waktu
dan ruang.

3. Pelanggan: Suatu proses bisnis harus mempunyai penerima hasil proses.


4. Nilai tambah: Transformasi yang terjadi dalam proses harus memberikan nilai
tambah pada penerima.

5. Keterkaitan: Suatu proses tidak dapat berdiri sendiri, melainkan harus terkait dalam
suatu struktur organisasi.

6. Fungsi silang: Suatu proses umumnya, walaupun tidak harus, mencakup beberapa
fungsi.

Setiap solusi Mnanajemen Proses Bisnis (BPM) memiliki empat komponen utama, yaitu
pemodelan, pengintegrasian, pengawasan, optimalisasi. Adapun kelebihan yang akan
diperoleh perusahaan yangg memanfaatkan Manajemen Proses Bisnis (BPM).

 Software BPM membantu perusahaan untuk mengotomatisasi tugastugas yang selama


ini masih dilakukan secara manual. Solusi BPM dapat mengotomatisasi proses
persetujuan serta penolakan, notifikasi dan laporan status.
 Dengan BPM, integrasi antar proses bisnis dapat dilakukan dengan mudah dan cepat.
 BPM membantu perusahaan dalam membuat exception handling dan proses alternatif
yang sangat dibutuhkan untuk menanggulangi masalah pada bisnis yang bersifat
sangat dinamis seperti sekarang ini.
 BPM dapat meningkatkan daya respon bisnis melalui kemampuan untuk
mendapatkan informasi dengan cepat dan real-time.
 BPM mengurangi waktu yang dibutuhkan pada pelaksanaan suatu proses bisnis.
 BPM meningkatkan produktivitas setiap karyawan.
 Umumnya proses bisnis tentunya membutuhkan banyak orang dan sumber daya.
Sebuah solusi BPM yang baik dapat mengurangi jumlah sumber daya yang
dibutuhkan pada sebuah proses.

3.3. SISTEM INFORMASI MANAJEMEN


Umumnya sistem informasi manajemen digunakan untuk memecahkan atau memberikan solusi
atas masalah bisnis seperti biaya produksi, layanan, atau  strategi bisnis yang diterapkan.
Berikut pendapat beberapa ahli mengenai apa itu sistem informasi manajemen. 
 O’brien. Sistem informasi manajemen adalah sekelompok komponen yang saling
berhubungan, bekerja sama untuk mencapai tujuan bersama dengan menerima input
serta menghasilkan output dalam transformasi yang teratur.
 McLeod. Sistem informasi manajemen diartikan sebagai sebuah sistem berotak
komputer yang menyediakan informasi bagi beberapa pengguna dengan kebutuhan
sama. Layanan ini menyediakan informasi mengenai sesuatu yang telah, sedang, dan
apa yang kemungkinan terjadi untuk waktu yang akan datang. Informasi yang tersedia
baik yang berupa laporan periodik, laporan khusus maupun dari data output simulasi
matematika tersebut nantinya dapat digunakan pengelola perusahaan untuk proses
analisis dan pemecahan masalah serta pembuatan kebijakan.
 Bodnar dan Hopwood. Sistem informasi manajemen adalah kumpulan perangkat keras
dan perangkat lunak yang dirancang untuk mentransformasikan data dalam bentuk
informasi yang berguna. (Accounting Information System)
 Turban, McLean, dan Waterbe. Mereka memaparkan pendapatnya tentang apa itu
sistem informasi manajemen di dalam buku Information Technology for Management
Making Connection for Strategies Advantages: Sistem yang mengumpulkan,
memproses, menyimpan, menganalisis, dan menyebarkan informasi untuk tujuan yang
spesifik.
 L. James Havery. Menurutnya sistem adalah prosedur logis dan rasional untuk
merancang suatu rangkaian komponen yang berhubungan satu dengan yang lainnya
dengan maksud untuk berfungsi sebagai suatu kesatuan dalam usaha mencapai suatu
tujuan yang telah ditentukan.
 Azhar Susanto. Pengertian sistem informasi manajemen menurut beliau adalah
kumpulan atau grup dari subsistem atau bagian/komponen baik fisik maupun non fisik
yang saling berhubungan satu sama lain dan berkenaan dengan pengendalian,
pengevaluasian, dan perbaikan berkelanjutan.
 Ludwig Von Batalanfy. Sistem informasi manajemen menurut beliau merupakan
seperangkat unsur yang saling terkait dalam suatu antar relasi diantara unsur-unsur
tersebut dengan lingkungan.
 James A.F Stoner. Sedangkan James A.F Stoner memiliki pandangan lain
berhubungan dengan pengertian sistem informasi manajemen. Menurutnya sistem
informasi manajemen merupakan satu metode yang resmi yang digunakan untuk
menjamin ketersediaan informasi yang tepat dan akurat serta up to date.  Agar bisa
segera digunakan oleh manajemen dalam melakukan analisis dan pengambilan
keputusan. Diharapkan dengan sistem ini akan terjadi proses manajemen di dalam
sebuah perusahaan yang berjalan lebih efektif.
 Danu Wira Pangestu. Pengertian sistem informasi manajemen dapat diartikan sebagai
kumpulan interaksi sistem informasi yang bertanggung jawab dan bertugas
mengumpulkan serta mengelola data untuk menyediakan layanan informasi yang
berguna bagi semua tingkatan manajemen dalam melakukan perencanaan dan
pengendalian. 

Dari pengertian-pengertian yang sudah ada tersebut, secara umum dapat diartikan bahwa
sistem informasi manajemen adalah suatu sistem informasi menyeluruh dan terkoordinasi
secara terpadu yang berupa data digital sebagai sebuah informasi melalui rangkaian cara
tertentu sebagai sarana kontrol dan pengawasan untuk meningkatkan produktivitas yang sesuai
target berdasarkan kriteria mutu yang telah ditetapkan.

Fungsi dari sistem informasi manajemen ini menjadi banyak sekali. Fungsi dari sistem ini tidak
terbatas pada pihak manajemen saja, melainkan juga bagi bisnis secara keseluruhan.
 Fungsi dari sistem informasi manajemen ini menjadi banyak sekali. Fungsi dari sistem ini
tidak terbatas pada pihak manajemen saja, melainkan juga bagi bisnis secara keseluruhan.
 Mempermudah pihak manajemen dalam melakukan pengawasan, perencanaan,
pengarahan serta pendelegasian kinerja pada semua departemen yang berkoordinasi.

 Berperan penting dalam proses pengambilan keputusan di dalam bisnis. Karena dalam
bisnis, keputusan dibuat berdasarkan informasi yang relevan dan informasi yang relevan
hanya dapat diambil dari sistem informasi manajemen.
 Membantu dalam membangun hubungan yang sehat antara setiap orang dari departemen
ke departemen melalui pertukaran informasi yang tepat.
 Untuk meningkatkan efektifitas dan efisiensi dalam pengolahan data dengan sajian data
secara akurat dan realtime.
 Untuk meminimalisir biaya dan meningkatkan produktivitas suatu perusahaan.
 Untuk memudahkan bagian manajemen melakukan perencanaan, pengawasan, dan
pengarahan kerja bagi semua departemen yang akan dikoordinasikan.
 Sebagai sarana untuk peningkatan SDM dengan ketersediaan unit kerja yang sistematis
dan terkoordinasi berbasis teknologi.

 Meningkatkan efisiensi serta efektivitas data yang lebih realtime dan akurat.
 Membantu dalam membandingkan kinerja bisnis. Sistem ini menyimpan semua histori
data dan informasi dalam basis data. Itu sebabnya sistem ini sangat berguna untuk
membandingkan kinerja organisasi bisnis.

Sistem informasi manajemen memang memiliki peran yang sangat penting dalam pelaksanaan
dan perencanaan yang dilakukan oleh sebuah perusahaan atau bidang usaha. Tujuannya antara
lain :

 Menyediakan informasi yang berguna dalam menganalisis data dan pengambilan


keputusan bagi suatu perusahaan atau bisnis.
 Memudahkan pekerjaan dan pengelolaan manajemen dalam suatu perusahaan atau bisnis.
 Menyediakan informasi dalam perhitungan produk, harga pokok jasa, dan tujuan-tujuan
lain yang menjadi target manajemen.
 Menyediakan layanan yang dapat digunakan sebagai media pengendali, perencana,
evaluasi, dan sebagai sarana perbaikan yang berkelanjutan.
 Memecahkan berbagai masalah dalam bisnis yang meliputi layanan, biaya produk, serta
strategi bisnis. 

Manfaat sistem informasi manajemen ada banyak sekali. Manfaatnya sangat penting dalam
keberlangsungan bisnis atau perusahaan. Berikut ini adalah manfaat utama dari penggunaan
sistem informasi manajemen yang efektif :
 Manajemen sebuah bisnis atau perusahaan dapat memperoleh gambaran umum dari
seluruh operasi mereka.
 Manajer perusahaan  atau pemilik bisnis memiliki kemampuan untuk mendapatkan
umpan balik tentang kinerja mereka.
 Sebuah bisnis atau perusahaan dapat memaksimalkan manfaat dari investasi mereka
dengan melihat apa yang berfungsi dan apa yang tidak.
 Pemilik bisnis atau manajer perusahaan dapat membandingkan hasil dengan kinerja yang
direncanakan dengan mengidentifikasi kekuatan dan kelemahan dalam rencana dan
kinerja.

Beberapa contoh Sistem Informasi Manajemen, yaitu Executive Support System (ESS), Group
Decision Support System (GDSS) dan Computer-Support Collaborative Work System (CSCWS),
Expert System (ES) dan Artificial Intelligent (AI), Decision Support System (DSS), Informatic
Management System (IMS), Office Automation System (OAS), Supply Chain Management
(SCM), Enterprise Resource Planning (ERP).

3.4. ANALISIS BISNIS DAN E-BISNIS


E-commerce merupakan suatu istilah yang sering digunakan atau didengar saat ini yang
berhubungan dengan internet, dimana tidak seorangpun yang mengetahui jelas pengertian dari
ecommerce tersebut. Berikut akan dipaparkan pengertian e-commerce menurut para ahli :
 Perdagangan elektronik atau yang disebut juga e-commerce, adalah penggunaan jaringan
komunikasi dan komputer untuk melaksanakan proses bisnis. Pandangan populer dari e-
commerce adalah penggunaan internet dan komputer dengan browser Web untuk
membeli dan menjual produk. McLeod Pearson (2008 : 59).
 Menurut Shely Cashman (2007 : 83) E-commerce atau kependekan dari elektronik
commerce (perdagangan secara electronic), merupakan transaksi bisnis yang terjadi
dalam jaringan elektronik, seperti internet. Siapapun yang dapat mengakses komputer,
memiliki sambungan ke internet, dan memiliki cara untuk membayar barang-barang atau
jasa yang mereka beli, dapat berpartisipasi dalam e-commerce.
 Menurut Jony Wong (2010 : 33) pengertian dari electronic commerce adala pembelian,
penjualan dan pemasaran barang serta jasa melalui sistem elektronik. Seperti radio,
televisi dan jaringan komputer atau internet.

Jadi pengertian e-commerce adalah proses transaksi jual beli yang dilakukan melalui internet
dimana website digunakan sebagai wadah untuk melakukan proses tersebut.

E-commerce dibedakan menjadi beberapa jenis berdasarkan karakteristiknya yaitu :

1. Business to Business (B2B) Business to Business. Memiliki karakteristik sebagai berikut :

a. Trading partners yang sudah saling mengetahui dan antara mereka sudah terjalin
hubungan yang berlangsung cukup lama. Informasi yang dimiliki hanya ditukar dengan
partner tersebut.
b. Pertukaran data dilakukan secara berulang-ulang dan berkala dengan format data yang
telah disepakati bersama.
c. Salah satu pelaku tidak harus menunggu rekan mereka lainnya untuk mengirimkan data
d. Model yang umum digunakan adalah peer to peer, di mana processing intelligence dapat
didistribusikan di kedua pelaku bisnis

2. Business to Consumer (B2C) Business to Consumer. Memiliki karakteristik sebagai berikut :

a. Terbuka untuk umum, di mana informasi disebarkan secara umum pula dan dapat diakses
secara bebas.
b. Servis yang digunakan bersifat umum, sehingga dapat digunakan oleh orang banyak.
Sebagai contoh, karena sistem web sudah umum digunakan maka service diberikan
dengan berbasis web.
c. Servis yang digunakan berdasarkan permintaan. Produsen harus siap memberikan respon
sesuai dengan permintaan konsumen.
d. Sering dilakukan sistem pendekatan client-server.
3. Consumer to Consumer (C2C). Dalam C2C seorang konsumen dapat menjual secara langsung
barangnya kepada konsumen lainnya, atau bisa disebut juga orang yang menjual produk dan jasa
ke satu sama lain. Contohnya adalah ketika ada perorangan yang melakukan penjualan di
classified ads dan menjual properti rumah hunian, mobil, dan sebagainya. Mengiklankan jasa
pribadi di internet serta menjual pengetahuan dan keahlian merupakan contoh lain C2C.
Sejumlah situs pelelangan memungkinkan perorangan untuk memasukkan item-item agar
disertakan dalam pelelangan.

4. Costumer to Busines (B2C). Customer to Busines adalah model bisnis dimana konsumen
(individu) menciptakan nilai, dan perusahaan mengkonsumsi nilai ini. Sebagai contoh, ketika
konsumen menulis review, atau ketika konsumen memberikan ide yang berguna untuk
pengembangan produk baru, maka individu ini adalah yang menciptakan nilai bagi perusahaan,
jika perusahaan tersebut mengadopsi input nya. Sebagai contoh, Priceline.com merupakan situs
yang memungkinkan seseorang menjual barang kepada perusahaan. Dalam hal ini, internet dapat
digunakan sebagai sarana negosiasi.

Adapun istilah istilah yang perlu dikketahui dalam analisis bisnis dan e-bisnis adalah sebagai
berikut.

1. Digital atau electronic cash, metoda yang memungkinkan seseorang untuk membeli
barang atau jasa dengan cara mengirimkan nomor dari satu komputer ke komputer yang
lain.
2. Digital moneyterminologi global untuk berbagai e-cash dan mekanisme pembayaran
elektronik di Internet.
3. Disintermediation proses untuk memotong jalur perantara.
4. Electronic checks pada saat ini sedang di ujicoba oleh CyberCash, sistem check
elektronik seperti PayNow akan mengambil uang dari account check di bank.
5. Electronic wallet: Pola pembayaran – seperti CyberCash Internet Wallet, akan
menyimpan nomor kartu kredit anda di harddisk anda dalam bentuk terenkripsi yang
aman.
6. Extranet: sebuah kelanjutan dari intranet perusahaan yang mengkaitkan jaringan internal
satu perusahaan dengan jaringan internal supplier mereka maupun pelanggan mereka.
7. Micropaymet: transaksi dalam jumlah kecil antara beberapa ratus rupiah hingga puluhan
ribu rupiah, misalnya untuk mengambil / mengakses grafik, game maupun informasi.

3.5. MODEL DAN PEMODELAN


Model simulasi dapat diklasifikasin sebagai model simulasi statik atau dinamik, model simulasi
deterministik atau stokastik, dan model simulasi diskrit atau kontinu. Berikut merupakan
penjelasan dari masing-masing klasifikasi tersebut :
1. Model simulasi statik dikenal juga dengan nama Simulasi Monte Carlo yang
merepresentasikan sebuah sistem pada suatu waktu tertentu. Sebagai contoh, ingin
mensimulasikan jumlah pelanggan yang membeli suatu produk di sebuah toko
berdasarkan data historis yang berdistribusi eksponensial. Kemudian dibangkitkan
bilangan random untuk menunjukkan jumlah pelanggan yang dibangkitkan sesuai posisi
interval distribusinya.
2. Model simulasi dinamik merepresentasikan sistem dari waktu ke waktu, misal, simulasi
sebuah bank dalam rentang jam kerja tertentu. Namun harus diperhatikan bahwa model
simulasi dinamis dalam pengertian ini berbeda dengan model simulasi sistem dinamis
(dynamic system).
3. Model simulasi deterministik adalah model simulasi yang tidak memiliki variable random
dalam inputnya. Sebagai contoh, simulasi kedatangan pasien seorang dokter praktek yang
telah diatur jadwal pelayanannya. Model simulasi stokastik adalah model simulasi yang
memiliki satu atau beberapa variabel random dalam inputnya. Random input ini akan
menghasilkan output yang random pula. Simulasi layanan teller bank adalah salah satu
contoh model simulasi stokastik.
4. Model simulasi diskrit adalah model simulasi yang status variabelnya berubah secara
diskrit pada satu waktu tertentu. Contohnya, simulasi layanan teller bank, dimana jumlah
pelanggan yang menunggu/antri berubah secara diskrit dari waktu ke waktu. Model
simulasi kontinu adalah model simulasi yang status variabel berubah secara kontinu dari
waktu ke waktu. Simulasi permukaan air bendungan adalah contoh simulasi kontinu.

Adapun prinsip-prinsip untuk membuat model dinamik menurut adalah sebagai berikut :
1. Keadaan yang diinginkan dan keadaan yang sebenarnya terjadi harus dibedakan di dalam
model.
2. Adanya struktur stok dan aliran dalam kehidupan nyata harus dapat direpresentasikan di
dalam model.
3. Aliran-aliran yang berbeda secara konseptual, di dalam model harus dibedakan.
4. Hanya informasi yang benar-benar tersedia bagi aktor-aktor di dalam sistem yang harus
digunakan dalam pemodelan keputusannya.
5. Struktur kaidah pembuatan keputusan di dalam model haruslah sesuai (cocok) dengan
praktek-praktek manajerial.
6. Model haruslah tetap tegap (robust) dalam kondisi-kondisi ekstrim.

3.7. INTEGRASI ANALISIS, SIMULASI, DAN PENGOPTIMALAN BISNIS

INTEGRASI ANALISIS
Integrasi rantai pasok (SCI) didefinisikan sebagai sejauh mana seluruh kegiatan dalam sebuah
organisasi, dan kegiatan pemasok, pelanggan, dan anggota rantai pasok lainnya, yang terintegrasi
bersamasama (Narasimhan, et al.1998). Integrasi rantai pasok adalah pendekatan yang berguna
untuk meningkatkan berbagai ukuran kinerja perusahaan (Otchere et al 2013). integrasi dapat
ditandai dengan kerjasama, kolaborasi, berbagi informasi, kepercayaan, kemitraan, dan
teknologi, Akibat lingkungan yang kompetitif menjadi semakin menantang, perusahaan yang
melakukan upaya untuk bersaing bersama berbagai bidang. Namun, banyak perusahaan merasa
sulit untuk bersaing di pasar dengan mengandalkan sumber daya internal dan kompetensinya.
Mereka telah berpaling untuk berkolaborasi dengan pelanggan dan pemasok mereka untuk
memperoleh informasi dan sumber daya komplementer, yang dapat mereka gunakan untuk
membangun keunggulan bersaing.
Stevens (1989) mengklasifikasikan integrasi rantai pasok kedalam tiga tingkatan, dari integrasi
fungsional ke integrasi internal dan integrasi eksternal. Integrasi internal didefinisikan sebagai
suatu proses antarfungsional interaksi, kolaborasi, koordinasi, komunikasi dan kerjasama yang
membawa bidang fungsional bersama-sama menjadi sebuah organisasi yang kohesif (Zhao et al,
2011). Selain itu, mitra rantai pasok yang bertukar informasi secara teratur dapat bekerja sebagai
suatu kesatuan, dan dapat memahami kebutuhan pelanggan akhir yang lebih baik dan karenanya
dapat merespon perubahan pasar secara cepat (Stein dan Keringat, 1998). Integrasi rantai
pasokan eksternal mengungkapkan dua aspek utama, yaitu integrasi Pelanggan (CI) dan integrasi
pemasok (SI).

SIMULASI
Simulasi adalah proses perancangan suatu model dari suatu sistem nyata dan melakukan
percobaan-percobaan dengan model tersebut dengan tujuan untuk memahami tingkah laku sistem
atau mengevaluasi berbagai strategi untuk pengoperasian system. Dalam hal ini biasanya
dilakukan penyederhanaan, sehingga pemecahan dengan model-model matematika bisa
dilakukan. Teknik simulasi bersifat luwes terhadap perubahan-perubahan, sehingga sesuai
dengan keperluan sistem yang sebenarnya. Teknik simulasi digunakan karena :
1. Sistem dunia nyata dengan elemen-elemen stokastik sangat kompleks.
2. Simulasi dapat memperkirakan dari tingkah laku sistem yang ada.
3. Alternatif desain tujuan sistem dapat dibandingkan melalui simulasi.
4. Simulasi dapat dilakukan pengendalian terhadap kondisi-kondisi eksperimen.
5. Simulasi memungkinkan untuk kajian yang memerlukan waktu lama.

PENGOPTIMALAN BISNIS

Perusahaan yang menggunakan Strategi pengoptimalan manajemen yang tepat dapat


memudahkan pekerjaan semua orang yang terlibat. Itu termasuk supplier, manufaktur,
distributor, dan pelanggan. Strategi ini bertujuan untuk menekan serendah mungkin biaya
produksi dan permintaan konsumen tetap terpenuhi. Itu sebabnya, harus meninjau dan
mengevaluasi proses bisnis secara berkala.

Ada sejumlah cara yang bisa lakukan untuk menyusun strategi cara mengelola rantai pasok.
Berikut adalah cara mengoptimalisasi pengelolaan supply chain di perusahaan :

1. Membuat Perencanaan Berdasarkan Permintaan. Prinsip dari supply chain yang optimal
bukanlah membuat atau mengelola permintaan, melainkan merespon permintaan. Agar
efektif, harus ada penentuan target dan strategi agar perencanaan tersebut terealisasi.
Lalu, susunlah deadline, tujuan, dan objektif. Untuk memenuhi permintaan pelanggan
dapat memulainya dengan cara menilik data penjualan pada periode sebelumnya.
Tentukan juga inventaris yang dibutuhkan, terutama barang-barang dengan lead-
time yang tinggi. Pahami betul performa pemenuhan operasi bisnis Anda pada periode
sebelumnya. Gunakan seluruh informasi bisnis yang Anda miliki untuk memprediksi
seberapa mampu Anda memenuhi permintaan pelanggan. 

2. Visibilitas dan Kontrol. Sistem ini dapat memberikan informasi terkait operasi bisnis
secara real-time. Data ini sangat berfungsi untuk kontrol yang lebih baik dan pembuatan
keputusan yang cepat dan akurat. Pencegahan ataupun mitigasi masalah menjadi lebih
baik dan SCM jadi lebih efektif. ada akhirnya, visibilitas dan kontrol berjalan beriringan.
Visibilitas menyediakan informasi bisnis yang dibutuhkan. Kontrol melibatkan tindakan-
tindakan yang dilakukan untuk memperbaiki atau menyempurnakan operasi SCM secara
keseluruhan. 

3. Membangun Hubungan Kemitraan yang Kuat dengan Supplier. Indikator kesuksesan


bisnis yang tak kalah penting adalah kesehatan hubungan kemitraan perusahaan dengan
supplier. Hubungan ini harus dipertahankan dan diperkuat secara rutin, sekalipun manfaat
finansial tidak tercapai secara langsung. Kemitraan ini dapat terjalin dengan membangun
komunikasi dua arah antara penjual dan pembeli.

4. Menitikberatkan Fokus SCM Pada Pelanggan. Proses ini bergantung pada personalisasi
dan kecepatan respon pelanggan. Personalisasi membuat pelayanan pelanggan lebih
relevan dengan kebutuhan mereka. Selain itu, personalisasi dapat mengolah pola
pembelian pelanggan untuk memaksimalkan penjualan.  

5. Melakukan Review Berkala dan Pastikan Rencana Mitigasi Risiko Efekif. Mitigasi risiko
dalam supply chain harus melalui tahapan mengidentifikasi kemungkinan risiko ,
mengevaluasi kemungkinan terjadinya, mengestimasi dampak finansial akibat risiko
tersebut, memprioritaskan risiko, membuat tindakan pencegahan.
BAB 4 KINERJA MANAJEMEN RANTAI PASOK

A. OBJEK PRILAKU MAHASISWA


1. Mampu mengetahui pengaruh kekuasaan terhadap kinerja manajemen rantai pasokan
2. Mampu mengetahui pengaruh pengurangan resiko terhadap kinerja rantai pasokan
B. REFERENSI
Oliver, R.K. dan Webber, M.D. (1982), Supply chain managemenet: Logistic catches up with
strategy. Outlook. (cit. Christopher, M.G. Logistic, The strategic issue, London: Chapman and
Hall, 1992).
C. URAIAN
Secara umum penerapan konsep manajemen rantai pasok (Supply Chain) dalam perusahaan
memberikan manfaat yang banyak yaitu kepuasan pelanggan, meningkatkan pendapatan,
menurunnya biaya, pemanfaatan asset semakin tinggi, peningkatan laba, dan perusahaan semakin
besar. Adapun manajemen rantai pasok merupakan aktivitas yang berawal dari pengadaan barang
dan jasa, mengubah 10 bahan baku menjadi barang jadi, serta mengantarkan barang-barang
tersebut kepada para pelanggan dengan efisien. Definisi tersebut, secara umum menggambarkan
pemahaman rantai pasok akan mengandung terjadinya,aliran material dari awal sampai pada
konsumen dengan memperhatikan ndica ketepatan waktu, biaya, dan jumlah produknya
Aquilano.(2006).
Pentingnya Koordinasi, merupakan penentu utama efektifitas kegiatan dalam rantai pasok karena
mencakup informasi-informasi yang berfungsi untuk mengkomunikasikan kegiatan-kegiatan
antar supplier sepanjang rantai pasok. Kinerja adalah hasil kerja secara kualitas dan kuantitas
yang di capai oleh seorang pegawai dalam melaksanakan tugasnya sesuai dengan tanggung
jawab yang diberikan kepadanya. Manajemen rantai pasokan (supply chain management) adalah
sebuah „proses payung‟ di mana,produk diciptakan dan disampaikan kepada konsumen dari
sudut ndicator. Rantai pasokan terfokus pada sebuah hubungan yang mempertahankan
organisasi,dengan rekan bisnisnya untuk mendapatkan sumber produksi,dalam menyampaikan
kepada konsumen. (Kalakota, 2000).

4.1. ALIRAN RANTAI PASOK

Ada 3 jenis aliran pada supply chain management, antara lain:


1. Aliran barang dan sejenisnya yang mengalir dari hulu (upstream) ke hilir
(downstream).
2. Aliran uang dan sejenisnya yang mengalir dari hilir (downstream) ke hulu
(upstream).
3. Aliran informasi dan sejenisnya yang mengalir dari hulu (upstream) ke hilir
(downstream) ataupun sebaliknya.

4.2. KARAKTERISTIK PRODUK


produk (product) menurut Kotler (2009) adalah segala sesuatu yang dapat ditawarkan kepasar
untuk mendapatkan perhatian, dibeli, digunakan, atau dikonsumsi yang dapat memuaskan
keinginan atau kebutuhan. Menurut Kotler dan Keller (2008), produk adalah elemen kunci dalam
keseluruhan penawaran pasar. Selain itu produk dapat pula didefinisikan sebagai persepsi
konsumen yang dijabarkan oleh produsen melalui hasil produksinya (Tjiptono, 2008). Menurut
Kotler dan Armstrong (2008) beberapa atribut yang menyertai dan melengkapi produk
(karakteristik atribut produk) adalah :
1.  Merek (branding). Merek (brand) adalah nama, istilah, tanda, ndica, atau rancangan,
atau kombinasi dari semua ini yang dimaksudkan untuk mengidentifikasi produk atau
jasa dari satu atau kelompok penjual dan membedakannya dari produk pesaing.
Pemberian merek merupakan masalah pokok dalam strategi produk. Pemberian merek itu
mahal dan memakan waktu, serta dapat membuat produk itu berhasil atau gagal. Nama
merek yang baik dapat menambah keberhasilan yang besar pada produk (Kotler dan
Armstrong, 2008).
2. Pengemasan (Packing). Pengemasan (packing) adalah kegiatan merancang dan
membuat wadah atau pembungkus suatu produk. Ini, melibatkan merancang dan
membuat wadah atau pembungkus suatu produk.
3. Kualitas Produk (Product Quality). Kualitas Produk (Product Quality) adalah
kemampuan suatu produk untuk melaksanakan fungsinya meliputi, daya tahan keandalan,
ketepatan kemudahan operasi dan perbaikan, serta atribut bernilai lainnya. Untuk
meningkatkan kualitas produk perusahaan dapat menerapkan program Total Quality
Manajemen (TQM). Selain mengurangi kerusakan produk, tujuan pokok kualitas total
adalah untuk meningkatkan nilai konsumen.

4.3. KINERJA MANAJEMEN RANTAI PASOK


Kinerja tentang aktifitas yang berhubuSngan dengan arus barang, informasi, dan dana dari
pemasok sampai dengan konsumen akhir (Simchi-Levi, dkk, 2009). Sofjan (2014) berpendapat
jika kinerja rantai pasokan diukur dari persediaan yang melayani kegiatan operasi sebagai
penyangga. Dimana, pesediaan pada setiap tahap terkait dengan uang, maka sangatlah penting
jika operasi dari setiap tahap disinkronisasikan untuk dapat diupayakan agar persediaan
penyangga dapat diminimalkan. Ukuran umum untuk mengefaluasi efisisensi adalah besarnya
perputaran persediaan atau inventory turnover dan lamanya pasokan). Bagi para pelaku bisnis
kuliner, penilaian sebuah kinerja dapat digunakan sebagai alat untuk membuat strategi dalam
menjalankan usahanya.
Menurut Russel dan Taylor (2011), indicator kunci dari sebuah pengukuran kinerja rantai
pasokan, yaitu indicator dan efisien. Pendapat lain dikemukakan oleh Levi et al. (2009) yang
menyatakan bahwa indicator kinerja rantai pasokan, yaitu daya saing, pangsa pasar, tin gkat
keuntungan, kualitas produk.
BAB 5 HIERARKI KEPUTUSAN
A. OBJEK PRILAKU MAHASISWA
1. Mampu memperoleh pilihan terbaik dan alternatif alternatif yang tersedia agar suatu tujuan
dapat tercapai dan berjalan dengan baik.
B. REFERENSI
Gorman, D. (2010). Maslow’s Hierarchy And Social And Emotional Wellbeing. Aboriginal &
Islander Health Worker Journal, 34 (1)
C. URAIAN
Analitycal Hierarchy Process (AHP) Adalah metode untuk memecahkan suatu situasi yang
komplek tidak terstruktur ke dalam beberapa komponen dalam susunan yang hirarki, dengan
memberi nilai subjektif tentang pentingnya setiap variabel secara relatif, dan menetapkan
variabel mana yang memiliki prioritas paling tinggi guna mempengaruhi hasil pada situasi
tersebut. Peralatan utama Analitycal Hierarchy Process (AHP) adalah memiliki sebuah hirarki
fungsional dengan input utamanya persepsi manusia. Dengan hirarki, suatu masalah kompleks
dan tidak terstruktur dipecahkan ke dalam kelomok-kelompoknya dan diatur menjadi suatu
bentuk hirarki. AHP mempunyai kemampuan untuk memecahkan masalah yang multi obyektif
dan multi-kriteria yang berdasarkan pada perbandingan preferensi dari setiap elemen dalam
hirarki. Jadi, model ini merupakan suatu model pengambilan keputusan yang komprehensif.

Gambar 1. Analytic Hierarchy Process


Adapun kelebihan pada AHP adalah sebagai berikut :
 Struktur yang berhirarki, sebagai konsekwensi dari kriteria yang dipilih, sampai pada
subkriteria yang paling dalam
 Memperhitungkan validitas sampai dengan batas toleransi inkosistensi berbagai kriteria
dan alternatif yang dipilih oleh para pengambil keputusan
 Memperhitungkan daya tahan atau ketahanan output analisis sensitivitas pengambilan
keputusan.

Kekurangan pada AHP adalah sebagai berikut :

 Metode AHP memiliki ketergantungan pada input utamanya.


Input utama yang dimaksud adalah berupa persepsi atau penafsiran seorang ahli sehingga
dalam hal ini melibatkan subyektifitas sang ahli selain itu juga model menjadi tidak
berarti jika ahli tersebut memberikan penilaian yang salah.
 Metode AHP ini hanya metode matematis
Tanpa ada pengujian secara statistik berdasarkan data historis permasalahan yang telah
terjadi sebelumnya, sehingga tidak ada batas kepercayaan dan informasi pendukung yang
kuat dari kebenaran model yang terbentuk.

5.1. KERANGKA HIERARKI

Gambar 5.1.1 Kerangka Hierarki Pada Proses Pengambilan Keputusan

Keterangan : A1= Melakukan Pelatihan Manajemen dan Inovasi Produk


A2 = Mempertahankan Kualitas Produk
A3 = Memanfaatkan Promosi Pemerintah Daerah
A4 = Penyediaan informasi pasar (katalog)
A5 = Pelatihan untuk meningkatkan ketrampilan teknis
A6 = Mengadakan Balai Latihan Kerja khusus kerajinan kulit
A7 = Meningkatkan pengetahuan pengolahan limbah
A8 = Memberikan bantuan teknologi dengan harga terjangkau
A9 = Pengembangan industri pengolahan limbah
A10 = Pengembangan industri mesin pengolah kulit

5.2. MASALAH STRATEGIS

Keputusan tersebut juga lebih fokus ke lingkungan eksternal perusahaan dan biasanya
berorientasi ke masa depan. Orientasi tersebut memberikan arahan ke mana bisnis harus
melangkah maju.

Keputusan strategis meliputi:

 Bisnis apa yang sedang dijalani?

 Apa visi dalam bisnis ini?

 Apa identitas dalam bisnis ini?

 Apa yang perjuangkan dalam bisnis ini?

 Ke mana arah bisnis ini akan melaju?

 Bagaimana bisnis ini dapat bersaing?

Dengan menggunakan manajemen strategi sebagai suatu kerangka kerja (frame work) untuk
menyelesaikan setiap masalah strategis di dalam organisasi terutama berkaitan dengan
persaingan, maka peran manajer diajak untuk berpikir lebih kreatif atau berpikir secara
strategik. Pemecahan masalah dengan menghasilkan dan Mempertimbangkan lebih banyak
alternatif yang dibangun dari suatu analisa yang lebih teliti akan lebih menjanjikan suatu hasil
yang menguntungkan. Adapun manfaat dari manajemen strategis, yaitu :
1. Manfaat Finansial. Bisnis yang menggunakan konsep manajemen strategis menunjukan
perbaikan yang signifikan dalam penjualan, profitabilitas, dan produktivitas dibandingkan
dengan perusahaan tanpa aktivitas perencanaan yang sistematis.
2.  Manfaat Nonfinansial. Greenley menyatakan manajemen strategis memberikan manfaat
sebagai berikut :
a. Memungkinkan untuk identifikasi, penentuan prioritas, dan eksploitasi.
b. Memberikan pandangan objektif atas masalah manajemen
c. Merepresentasikan kerangka kerja untuk aktivitas control dan kordinasi yang baik
d.  Meminimalkan efek dari kondisi dan perubahaan yang jelek
e. Memungkinkan agar keputusan besar dapat mendukung dengan baik tujuan yang
telah ditetapkan
f. Menciptakan kerangka kerja utk komunikasi internal diantara staff
g.  Membantu mengintegrasikan perilaku individu ke dalam usaha Bersama

Beberapa alasan utama tentang pentingnya peranan strategi manajemen bagi perusahaan atau
organisasi, yaitu :

1. Memberi arah jangka panjang yang akan dituju.


2. Membantu perusahaan atau organisasi beradaptasi pada perubahan-perubahan yang
terjadi.
3. Membuat suatu perusahaan atau organisasi menjadi lebih aktif.
4. Kegiatan pembuatan strategi akan mempertinggi kemampuan perusahaan atau
organisasi tersebut untuk mencegah munculnya masalah di masa mendatang.

Tahapan kegiatan untuk menjalankan strategi adalah sebagai berikut :

1. Perumusan strategi. Perumusan strategi adalah proses memilih tindakan utama (strategi)
untuk mewujudkan misi organisasi. Proses mengambil keputusan untuk menetapkan
strategi seolah-olah merupakan konsekuensi mulai dari penetapan visi-misi, sampai
terealisasinya program.
2. Perencanaan tindakan. Langkah pertama untuk mengimplementasikan strategi yang telah
ditetapkan adalah pembuat perencanaan strategi. Inti dari apa yang ingin dilakukan pada
tahapan ini adalah bagaimana membuat rencana pencapaian (sasaran) dan rencana
kegiatan (program dan anggaran) yang benar-benar sesuai dengan arahan (visi, misi,
gool) dan strategi yang telah ditetapkan organisasi.
3. Implementasi. Untuk menjamin keberhasilan strategi yang telah berhasil dirumuskan
harus diwujudkan dalam tindakan implementasi yang cermat. Strategi dan unsur-unsur
organisasi yang lain harus sesuai, strategi harus tercermati pada rancangan struktur
budaya organisasi, kepemimpinan dan sistem pengelolaan sumber daya manusia. Karena
strategi diimplementasikan dalam suatu lingkungan yang terus berubah, maka
implementasi yang sukses menuntut pengendalian dan evaluasi pelaksanaan. Sehingga
jika diperlukan dapat dilakukan tindakan-tindakan perbaikan yang tepat.

5.3. MASALAH TAKTIS


Keputusan taktis meliputi instruksi kerja yang diterapkan berdasarkan proses atau prosedur
perusahaan. Instruksi kerja tersebut menjelaskan bagaimana suatu pekerjaan dilaksanakan, siapa
yang harus melakukan hal apa, kapan harus dilakukan, dan bagaimana caranya
5.4. MASALAH OPERASIONAL

Jika membuat keputusan yang melibatkan proses atau prosedur seperti menentukan bagaimana
kegiatan operasional perusahaan dilakukan dengan sumber daya yang tersedia, maka hal itu
adalah keputusan operasional. Keputusan operasional yang diambil memastikan bahwa suatu
pekerjaan akan dilakukan secara terstruktur dan sistematis.

Keputusan operasional meliputi:

 Bagaimana perusahaan menggunakan uangnya bulan ini?

 Bagaimana perusahaan melayani pelanggan?

 Bagaimana prosedur perusahaan dalam mengirimkan pesanan?

 Bagaimana sistem quality control dilaksanakan?


BAB 6 PENEMPATAN PERSEDIAAN PENGAMANAN
A. OBJEK PRILAKU MANUSIA
1. Mampu merancang tata letak bahan baku di dalam gudang yang efisien, sehingga pengambilan
bahan baku dapat dilakukan secara FIFO.
2. Mampu merancang sistem persediaan untuk meminimalkan biaya inventory dengan cara
mencari waktu pemesanan dan jumlah pemesanan yang optimal untuk pemesanan multi-item
yang memperhatikan minimum order.
B. REFERENSI
Ristono, A. (2008), Manajemen Persediaan, Graha Ilmu, Yogyakarta.
Indrajit, R. E. & Djokopranoto, R. (2003), Manajemen Persediaan, PT. Gramedia Widiasarana
Indonesia, Jakarta.
C. URAIAN
Salah satu fungsi manajerial yang sangat penting dalam operasional suatu perusahaan adalah
pengendalian persediaan "inventory controll " karena kebijakan persediaan secara fisik akan
berkaitan dengan investasi dalam aktiva lancar di satu sisi dan pelayanan kepada pelanggan di
sisi lain. Pengaturan persediaan ini berpengaruh terhadap semua fungsi bisnis ( operation,
marketing, dan finance). Berkaitan dengan persediaan ini terdapat konflik kepentingan diantara
fungsi bisnis tersebut. Finance menghendaki tingkat persediaan yang rendah sedangkan
marketing dan operasi menginginkan tingkat persediaan yang tinggi agar kebutuhan konsumen
dan kebutuhan produksi dapat dipenuhi.
Tujuan utama dari pengendalian persediaanadalah agar perusahaan selalu mempunyai persediaan
dalam jumlah yang tepat pada waktu yang tepat dan dalam spesifikasi atau mutu yang telah
ditentukan sehingga kontinuitas usaha dapat terjamin (tidak terganggu). Usaha untuk mencapai
tujuan tersebut tidak terlepas dari prinsip prinsip ekonomi yaitu jangan sampai biaya biaya yang
dikeluarkan terlalu tinggi. Baik persediaan yang terlalu banyak, maupun terlalu sedikit akan
minimbulkan membengkaknya biaya persediaan.
Jika persediaan terlalu banyak, maka akan timbul biaya biaya yang disebut carrying cost, yaitu
biaya biaya yang terjadi karena perusahaan memiliki persediaan yang banyak seperti, biaya yang
tertanam dalam persediaan, biaya modal (termasuk biaya kesempatan pendapatan atas dana yang
tertanam dalam persediaan) sewa gudang, biaya administrasi pergudangan, gaji pegawai
pergudangan, biaya asuransi, biaya pemeliharaan persediaan, biaya kerusakan kehilangan.
Begitu juga apabila persediaan terlalu sedikit akan menimbulkan biaya akibat kekurangan
persediaan yang biasa disebut stock out cost seperti mahalnya harga karena membeli dalam
partai kecil, terganggunya proses produksi, tidak tersedianya produk jadi untuk pelanggan. Jika
tidak memiliki persediaan produk jadi terdapat 3 kemungkinan, yaitu :
1. konsumen menangguhkan pembelian (jika kebutuhannya tidak mendesak) Hal ini akan
mengakibatkan tertundanya kesempatan memperoleh keuntungan.
2. Konsumen membeli dari pesaing, dan kembali ke perusahaan (jika kebutuhan mendesak
dan masih setia). Hal ini akan menimbulkan kehilangan kesempatan memperoleh
keuntungan selama persediaan tidak ada.
3. Yang terparah jika pelanggan membeli dari pesaing dan terus pindah menjadi pelanggan
pesaing, artinya kita kehilangan konsumen

6.1. PERENCANAAN PERSEDIAAN


Perencanaan adalah bagian dari fungsi manajemen yang meliputi: defining whatneeds to be
done, how it will be done, and who is to do it (Robbins dan Coulter,2007:39). Dalam Bahasa
Indonesia diartikan bahwa perencanaan merupakan kegiatan mendefinisikan apa yang
dibutuhkan untuk dilakukan, bagaimana bisa dilakukan, dan siapa yang melaksanakannya.
Sedangkan arti pengendalian itu sendiri, Rue dan Byars (2005:125) mendefinisikan bahwa :
Control is the process of deciding what objectives to pursue during a future timeperiode and
what to do to achieve those objectives.
Persediaan material bahan baku berfungsi untuk menghubungkan antara operasi yang berurutan
dalam pembuatan suatu barang dan menyampaikan kepada konsumen. Dengan adanya
persediaan lebih memungkinkan terlaksanakannya proses produksi, karena faktor waktu antara
operasi itu dapat diminimalkan atau dihilangkan (Rangkuti, 2004:4). Suatu persediaan adalah
penyimpanan material bahan baku yang akan digunakan untuk memfasilitasi kegiatan produksi
atau memenuhi permintaan pelanggan. Persediaan secara khusus meliputi bahan baku, barang
setengah jadi, dan barang jadi.
Krajewski dan Ritzman (1999:547- 548) menyebutkan empat tipe persediaan yaitu :
1. Persediaan siklus, total porsi persediaan yang bervariasi secara langsung terhadap ukuran
lot disebut persediaan siklus. Menentukan berapa sering melakukan pemesanan, dan
berapa jumlah yang akan dipesan, disebut lot sizing. Dua prinsip yang berlaku adalah :
a. Ukuran lot, Q, bervariasi terhadap waktu yang telah berlalu (atau siklus) di antara
pesanan. Jika dipesan setiap lima minggu, rata-rata ukuran lot harus sama dengan
permintaan selama lima minggu.
b. Semakin lama waktu antara pemesanan untuk barang yang diberikan, semakin
besar persediaan siklus menjadi suatu keharusan.

2. Persediaan pengaman. Untuk menghindari masalah layanan pelanggan dan biaya yang
tidak terlihat dari ketidaktersediaan bahan baku, perusahaan mempunyai persediaan
pengaman. Persediaan pengaman juga melindungi ketidakpastian dalam permintaan, lead
time, dan pasokan.

3. Persediaan antisipasi. Persediaan digunakan untuk mengetahui tingkat permintaan atau


penawaran yang tidak seimbang yang sering dihadapi perusahaaan, disebut sebagai
persediaan antisipasi. Memperlancar tingkat output terhadap persediaan dapat
meningkatkan produktivitas karena untuk berbagai tingkat output dan ukuran tenaga kerja
memiliki biaya yang mahal. Persediaan antisipasi juga dapat membantu ketika pasokan
tidak seimbang dibangdingkan penawaran.

4. Persediaan jalur pipa, persediaan bergerak dari titik ke titik dalam sistem aliran bahan
baku yang disebut persediaan jalur pipa. Bahan baku bergerak dari pemasok ke
perusahaan, dari satu proses operasi ke proses operasi selanjutnya di dalam pabrik, dari
pabrik ke pusat distribusi atau pelanggan dan dari pusat distribusi ke pengecer. Persediaan
jalur pipa terdiri dari pesanan yang sudah ditempatkan tetapi belum diterima.

6.2. FORMULASI MASALAH PENEMPATAN PERSEDIAAN


Dalam pengelolaan persediaan tempat untuk penyimpanan persediaan tersebut dikenal dengan
istilah warehouse. Oleh karena itu penataan barang dalam warehouse sangat penting untuk
memaksimalkan fungsi warehouse tersebut bagi perusahaan. Pada umumnya warehouse
merupakan tempat menyimpan persediaan yang tidak memberikan nilai tambah terhadap barang
tetapi memiliki fungsi penting bagi perusahaan. Dalam hal persediaan bahan baku, perusahaan
bergantung pada informasi bagian gudang bahan baku untuk menentukan kapan dilakukan
pembelian dan jumlah yang akan dibeli. Tidak ada metode yang pasti untuk menentukan reorder
point yang tepat untuk melakukan pemesanan. Jumlah barang yang dipesan seluruhnya juga
masih merupakan keputusan pemilik perusahaan disesuaikan dengan perkiraan permintaan
(demand) saat ini dan minimum order yang ditetapkan oleh supplier.
Perusahaan dapat mengantisipasi kekurangan dengan cara memesan barang dalam jumlah yang
banyak sekaligus agar stoknya selalu tersedia. Dengan cara pembelian ini perusahaan sering
mengalami stock bahan baku berlebihan pada saat tertentu, tapi juga mengalami kekurangan
stock pada saat yang lain. Stock bahan baku yang berlebihan menimbulkan biaya simpan yang
harus ditanggung oleh perusahaan dan kurangnya stock bahan baku untuk produksi
menyebabkan proses produksi terhambat.
Selain itu, penempatan produk pada gudang bahan baku tidak sesuai dengan tempatnya, sehingga
karyawan bagian gudang sering mengalami kesulitan saat akan mencari bahan baku yang akan
digunakan untuk produksi. Hal tersebut terjadi saat bahan baku yang dipesan berlebihan, di mana
gudang diisi dengan bahan baku yang melebihi kapasitas sebenarnya, sehingga menyebabkan
penempatan produk tidak sesuai pada tempatnya.
Adapun langkah langkah untuk mengatasi permasalahan penempatan persediaan dalam sebuah
perusahaan, yaitu :
1. Perusahaan harus melakukan pembaharuan peramalan permintaan secara berkala untuk
mengetahui perkiraan permintaan yang akan datang agar tidak terjadi kelebihan atau
kekurangan stok.
2. Perusahaan sebaiknya menerapkan sistem FOQ, yaitu dalam hal melakukan pemesanan
dengan jumlah pemesanan barang yang optimal ke supplier dan melakukan pemesanan
kembali saat barang mencapai titik pemesanan kembali (reorder point).
3. 3. Prosedur penggunaan sistem pallet dengan tray pada layout warehouse sebaiknya
diterapkan dan disampaikan kepada para pekerja agar proses pergudangan dapat berjalan
dengan lancer.
4. Perusahaan sebaiknya membuat denah gudang dan ditempelkan dekat pintu, sehingga
memudahkan kuli gudang untuk mengetahui dimana lokasi bahan baku yang akan
diambil berada.

6.3. ILUSTRASI MASALAH PENEMPATAN PERSEDIAAN


1. Terjadinya Selisih Stok. Salah satu aset dari gudang yang harus dikelola dengan teliti
adalah stok barang. Karena perusahaan yang mengelola stok barangnya di gudang itu
sama saja perusahaan mengelola biaya operasional yang dimiliki oleh sebuah perusahaan.
Mengelola stok barang ini bukanlah hal yang mudah, karena perusahaan tidak hanya
memiliki catatan tulis saja tetapi stok di gudang harus sesuai. Selisih pada data yang
tertera dengan barang yang ada di gudang. Biasanya hal ini disebabkan oleh berbagai
macam sebab seperti kurangnya pengecekan stok secara fisik, Pengelolaan stok sarang
masih manual hingga peluang barang hilang selama dalam penyimpanan.
2. Pengelolaan stok barang masih manual. Masih ada beberapa perusahaan yang
menggunakan metode konvensional untuk mengelola barang mereka. Pengelolaan barang
secara manual dinilai kurang efisien dan bisa menyebabkan banyak masalah
akibat human error, sehingga dapat menyebabkan selisih stok barang dalam Gudang.
Untuk itu, perusahaan perlu menerapkan pengelolaan secara digital agar lebih efisien dan
maksimal. Salah satu cara dalam mengurangi resiko kesalahan input manual adalah
dengan menggunakan sistem barcode (scan data dengan barcode jauh lebih cepat
dibandingkan mengetik). Selain itu juga harus memperhatikan perihal Booking dan rilis
stok, dan rilis stok yang diarahkan sesuai dengan FIFO atau FEFO, dan memungkinkan
transfer stok dari satu lokasi ke lokasi lainnya atau antar gudang.
3. Kurang teliti saat proses penerimaan dan pengiriman barang. Jika penerimaan
barang masuk tidak dicatat dengan benar maka akan berdampak pada stok barang. Jika
hal ini didiamkan saja maka perusahaan bisa mengalami permasalahan yang serius, yaitu:
tidak diketahui berapa stok barang yang benar saat ini. Begitu pula halnya jika tidak ada
pencatatan yang baik di bagian pengiriman barang. Bisa terjadi bahwa jumlah stok
barang minus karena secara pencatatan ditemukan bahwa barang yang keluar lebih besar
daripada barang yang masuk. Agar peruhsaan bisa mengelola stok barang dengan baik,
perlu adanya pencatatan yang teratur dan tertib.
4. Pengelolaan lokasi persediaan yang buruk. Penempatan barang pada gudang juga
menjadi masalah serius jika tidak diperhatikan dengan baik. Pasalnya, ini akan
berdampak pada efisiensi gudang dan kerapian. Sebaiknya perusahaan memiliki gudang
yang luas, bersih, dan aman, dengan begitu barang dapat diposisikan di tempat yang
strategis. Dan untuk memudahkan menemukan barang yang ada di gudang, sebaiknya
berikan label pada tempat penyimpanan barang. Perusahaan sebaiknya menyediakan rak
tinggi, sehingga penggunaan ruang di gudang dapat lebih efisien.
5. Produk kadaluarsa tercampur dengan produk lainnya. Mencampur aduk stok baru
dan lama hanya akan membuat bingung ketika melakukan pencatatan dan pengecekan
stok barang. Ketika ada kedua barang ini, ada baiknya kamu memisahkan stok lama dan
stok baru untuk mempermudah perhitungan jumlah stok lama yang terjual dan belum
terjual. Kamu juga bisa menyediakan satu tempat khusus untuk stok baru agar
menghindari tercampurnya stok barang yang baru dan juga yang lama.

6.4. KODE PENENTUAN JARAK TERPENDEK

Pencarian rute terpendek merupakan suatu masalah yang paling banyak dibahas dan dipelajari
sejak akhir tahun 1950. Pencarian rute terpendek ini telah diterapkan di berbagai bidang untuk
mengoptimasi kinerja suatu sistem baik untuk meminimalkan biaya ataupun mempercepat
jalannya suatu proses. Salah satu aplikasi pencarian rute terpendek yang paling menarik untuk
dibahas adalah pada masalah transportasi. Pencarian rute terpendek termasuk dalam salah satu
persoalan dalam teori graf yang berarti meminimalisasi bobot suatu lintasan dalam graf .
Algoritma floyd-Warshall dapat menghitung bobot terkecil dari semua jalur yang
menghubungkan sebuah pasangan titik, dan melakukannya sekaligus untuk semua pasangan titik.
Dengan kata lain pada saat perhitungan rute optimum yang akan dilalui terlebih dahulu menghitung
semua kemungkinan rute yang akan dilalui kemudian mencari rute optimum dengan cara
membandingkan setiap pasangan rute.

Dalam teori graf, persoalan lintasan terpendek (the shortest path problem) merupakan suatu
persoalan untuk mencari lintasan antara dua buah titik pada graf berbobot yang memiliki
gabungan nilai jumlah bobot pada sisi graf yang dilalui dengan jumlah yang paling minimum.

Salah satu contoh dari penyelesaian masalah dengan algoritma greedy yaitu mencari jarak
terpendek dari peta.
 Misalkan kita ingin bergerak dari titik A ke titik I, dan kita telah menemukan beberapa
jalur dari peta : Dari peta yang ditampilkan di bawah, dapat dilihat bahwa terdapat
beberapa jalur dari titik A ke titik I. Sistem peta pada gambar secara otomatis telah
memilih jalur terpendek (berwarna biru). Kita akan mencoba mencari jalur terpendek
juga, dengan menggunakan algoritma greedy.
Gambar 6.4.1. Algoritma Greedy pada Peta

6.5. PERSEDIAAN PENGAMANAN RANTAI PASOK PERAKITAN


Keamanan rantai pasokan ialah persyaratan penting bagi setiap perusahaan yang terlibat
dalam rantai pasokan internasional, terutama perusahaan yang harus memenuhi tuntutan
keamanan yang lebih kuat dari bea cukai atau mitra bisnis mereka.
ISO 28000 adalah spesifikasi Sistem Manajemen Keamanan Rantai Pasokan yang berstandar
internasional yang merupakan spesifikasi sistem manajemen untuk perlindungan manusia,
properti, informasi dan infrastruktur di perusahaan dan atau organisasi yang berpartisipasi dalam
operasi rantai pasokan lokal, nasional dan internasional. ISO 28000 sangat cocok untuk semua
ukuran dan jenis organisasi yang terlibat dalam produksi barang, jasa, manufaktur, penyimpanan
atau transportasi pada tiap tahap pengembangan produk atau aktifitas dalam rantai pasokan.
Keamanan rantai pasokan ialah persyaratan penting bagi setiap perusahaan yang terlibat dalam
rantai pasokan internasional, terutama perusahaan yang harus memenuhi tuntutan keamanan
yang lebih kuat dari bea cukai atau mitra bisnis mereka.
ISO 28000 yang memiliki manfaat strategis yang luas, baik pada perusahaan dan atau organisasi
yang diwujudkan di seluruh rantai pasokan dan praktek bisnis. Manfaat ISO 28000 (namun tidak
terbatas) meliputi berikut :
 Meningkatkan kredibilitas dan pengakuan/pengenalan merek
 Ketahanan perusahaan yang terintegras
 Praktek manajemen yang sistematis
 Menyelaraskan terminologi dan penggunaan secara konseptual
 Peningkatan kinerja rantai pasokan
 Pembandingan terhadap kriteria yang dikenali secara internasional
 Proses pemenuhan yang lebih besar.

Adapun yang menjadi persyaratan stadart ISO 28000, yaitu :

Memiliki kesamaan dengan ISO 14001, ISO 28000 adalah standard berbasis risiko yang
mengintegrasikan pendekatan berbasis sistem manajemen melalui proses Plan-Do-Check-Act
(PDCA) dan persyaratan untuk perbaikan yang berkelanjutan. Persyaratan umum ISO 28000
menyebutkan tentang pembentukan struktur dan perbaikan secara terus-menerus. Kemudian
klausul berikutnya tentang kebijakan manajemen keamanan yang diakui oleh manajemen-
puncak, dan klausul-klausul lain sebagai persyaratan standar ISO 28000.
BAB 7 PERANCANGAN JARINGAN RANTAI PASOK
A. OBJEK PRILAKU MANUSIA
1. mendapatkan lokasi yang meminimalkan biaya- biaya transportasi bahan baku dari supplier ke
pabrik dan biaya- biaya transportasi 
B. REFERENSI
Tiwari, S., Wee, H.-M., & Daryanto, Y. (2018). Big data analytics in supply chain management
between 2010 and 2016: Insights to industries. Computers & Industrial Engineering, 115, 319–
330.
C. URAIAN
Sebuah rantai pasok terdiri atas berbagi fasilitas dimana bahan mentah, bahan setengah jadi dan
produk akhir diambil, diubah, disimpan dan dijual serta jalur transportasi yang menghubungkan
fasilitas-fasilitas tersebut. Pujawan & Mahendrawati (2010:71) mendefinisikan perancangan
desain jaringan supply chain merupakan satu kegiatan strategis yang harus dilakukan pada
supply chain management dan mencakup keputusan tentang lokasi, jumlah, dan kapasitas
fasilitas produksi dan distribusi dalam suatu supply chain (baik yang dimiliki oleh satu atau
sejumlah perusahaan yang berkolaborasi).
Keputusan desain jaringan rantai pasokan meliputi penugasan peran fasilitas, lokasi pemrosesan
(manufacturing), penyimpanan, dan transportasi yang berhubungan dengan fasilitas, dan alokasi
kapasitas dan pasar pada masing-masing fasilitas. Pada tahap ini memberikan rancangan
keseluruhan rantai pasok CPFR guna meningkatkan integrasi bagi seluruh pelaku yang terlibat
seperti supplier, manufaktur, dan konsumen serta mendukung optimalisasi perencanaan dan
pengelolaan produksi pakan ternak unggas. Metode yang digunakan adalah studi literatur tentang
CPFR dan diskusi. Dalam merancang rekomendasi rantai pasok CPFR perlu memperhatikan
tahapantahapan sebagai berikut :
1. Penilaian permintaan produk dengan merumuskan metode peramalan (forecasting)
permintaan produk guna menghasilkan dasar pengambilan keputusan perencanaan dan
pengelolaan rantai pasok dengan akurasi kesalahan terkecil.
2. Penyusunan strategi dan perencanaan (planning) dalam bentuk SOP (Standard Operating
Procedures) yang disusun atas dasar bentuk kolaborasi aktivitas dan tugas tiap pelaku
rantai pasok.
3. Kelancaran kegiatan hilir rantai pasok untuk keputusan pembelian kembali
(replenishment) dengan melihat eksekusi penjualan dan pasca penjualan sebagai dasar
objektif.
7.1. PEMILIHAN LOKASI FASILITAS
Perusahaan selalu berusaha meningkatkan daya saingnya melalui penurunan biaya logistik dan
meningkatkan kualitas pelayanannya kepada pelanggan. Salah satu isu penting dalam upaya
untuk menurunkan biaya logistik adalah mencari lokasi fasilitas logistik, seperti pabrik, 
center warehouse, dan distribution yang dapat meminimalkan biaya transportasi, biaya
pengelolaan warehouse, dan biaya distribusi produk. Lokasi pabrik akan memengaruhi biaya
transportasi inbound logistik yaitu biaya transportasi material dari pemasok ke pabrik.
Perusahaan berusaha memilih lokasi pabrik yang dekat dengan pasokan material.
Pabrik semen contohnya, memilih lokasi pabrik di sekitar daerah yang banyak diperoleh pasokan
bahan baku semen berupa batu kapur (kaya akan kalsium karbonat) dan tanah lempung yang
banyak mengandung silika (sejenis mineral berbentuk pasir), aluminium oksida (alumina), serta
oksida besi. Demikian juga pabrik pembuatan yoghurt akan memilih lokasi di daerah penghasil
susu segar, seperti di kawasan Puncak Bogor, Boyolali, Pangalengan, dan Lembang.
Pertimbangan perusahaan memilih lokasi pabrik dekat dengan daerah pasokan material selain
untuk menghemat biaya transportasi juga untuk kemudahan dalam pengawasan dan pengendalian
mutu dan kelangsungan pasokan material.
Beberapa faktor kunci perlu menjadi perhatian perusahaan dalam menentukan lokasi fasilitas
logistik dari faktor lokasi geografi, yaitu :

 Tenaga kerja.
 Infrastruktur transportasi.
 Kedekatan dengan pasar dan konsumen.
 Kelengkapan fasilitas untuk kualitas hidup.
 Kawasan industri.
 Pemasok.
 Biaya lahan, air, energi, dan telekomunikasi.
 Infrastruktur ICT.
 Preferensi perusahaan.
Sementara pertimbangan lokasi site secara spesifik meliputi :

 kses transportasi: truk, pesawat udara, kereta api, dan transportasi laut.
 Area metropolitan.
 Ketersediaan tenaga kerja sesuai dengan ketrampilan yang diperlukan.
 Biaya dan pajak lahan.
 Fasilitas air, energi, dan telekomunikasi.

Beberapa metode kuantitatif yang digunakan untuk menentukan lokasi fasilitas logistik adalah :

1. Metode Load-Distance

Dimana :
di = jarak antara kastemer i dan lokasi yang diusulkan
xi = koordinat x kastemer i
yi = koordinat y kastemer i
x* = koordinat x fasilitas yang diusulkan
y* = koordinat y fasilitas yang diusulkan
Contoh: Lokasi kastemer 1 berada di koordinat (3,18) dan lokasi distribution center yang
diusulkan di koordinat (8, 12), maka :

2. Break-Even Analysis
Penggunaan analisis break-even untuk memilih lokasi fasilitas logistik yang terbaik
dilakukan melalui langkah-langkah sebagai berikut :
a. Tentukan biaya variabel dan biaya tetap dari setiap alternatif site yang diusulkan.
Biaya variabel merupakan biaya yang berubah sesuai dengan perubahan volume
output. Sementara biaya tetap merupakan biaya yang tetap tidak berubah atas
perubahan volume output. Contoh biaya variabel adalah biaya tenaga kerja, biaya
material, biaya transportasi, dan biaya overhead variabel. Sedangkan contoh biaya
tetap adalah biaya sewa gudang, pajak, asuransi, depresiasi atau sewa peralatan,
dan depresiasi bangunan.
b. Plot garis biaya total, yaitu penjumlahan biaya variabel dan biaya tetap untuk
setiap site.
c. Identifikasi estimasi rentang biaya variabel dan biaya tetap untuk
setiap site dengan biaya terendah.
d. itung break-even point antarsite terdekat dengan menggunakan persamaan aljabar.
Contoh:
Perusahaan telah menentukan alternatif lokasi distribution center di site A, B, C, dan D dengan
estimasi biaya tetap per tahun dan biaya variabel per unit untuk setiap site sebagai berikut:

Bila ekspektasi permintaan 15.000 unit per tahun, maka kita bisa menentukan lokasi site yang
paling rendah biaya totalnya sebagai pilihan lokasi site terbaik.

asumsikan volume output produksi tertinggi 20.000 unit per tahun untuk memenuhi kebutuhan
permintaan 15.000 unit per tahun. Sehingga dari tabel tersebut selanjutnya dapat ditentukan plot
grafik untuk setiap setiap site, yang menggambarkan volume output dan biaya total.

Break-even point dalam kuantitas atau


volume output dihitung :
A dan B: 150.000 + 62Q = 300.000 + 38Q,
Q = 6.250 unit
B dan C: 300.000 + 38Q = 500.000 + 24Q, Q = 14.286 unit

Lokasi site terbaik adalah C, karena proyeksi permintaan 15.000 per tahun terletak pada rentang
volume tertinggi dengan biaya total terendah, yaitu Rp980.000.

7.2. FORMULASI MASALAH JARINGAN EFISIEN


Dalam menghadapi gangguan jaringan rantai pasok guna mencapai keadaan semula atau yang
lebih menguntungkan, indikator resilien perlu diimplementasikan sebagai strategi resilien
jaringan rantai pasok. Beberapa indikator resilien jaringan rantai pasok telah diimplementasikan
dalam bidang penelitian. Terdapat tiga fase dalam perencanaan strategi yaitu Anticipation,
Resistance, dan Recovey and Response. Fase Anticipation merupakan antisipasi terjadinya
gangguan pada rantai pasok harus dilakukan oleh manager operasi dan rantai pasok dengan
mempersiapkan rantai pasok tersebut sebelum terjadinya gangguan yang terduga maupun tidak
terduga di dalam lingkungan. Probabilitas terjadinya gangguan juga harus diminimasi, tentunya
manager harus memahami gangguan apa yang terjadi sehingga implementasi strategi dapat tepat
sasaran. Indikator resilien dalam fase ini adalah Visibility.
Visibility merupakan kemampuan untuk memantau persediaan upstream dan downstream,
permintaan, kondisi pasokan, dan jadwal pembelian dan penjualan sehingga dapat menjadi
indikator peringatan dini dan real-time untuk mencegah adanya gangguan serta untuk
mengetahui dimana titik terjadinya gangguan. Strategi visibilitas dapat dimodelkan dengan
menggunakan warning capability dari manufaktur, yaitu gangguan yang dapat mengganggu
pemasok dapat di deteksi terlebih dahulu .
Kemudian, menurut Nooraie et al. strategi ini memiliki kemampuan untuk mendapatkan
informasi terkini terkait permintaan, jumlah dan lokasi inventori, biaya transportasi, dan kegiatan
logistik lainnya dalam rantai pasok dalam memperkenalkan produk baru ke pasar. Tingginya
visibilitas dapat membantu dalam memperoleh pemahaman terkait risiko dan cara untuk
mengurangi risiko tersebut. Selain itu, visibilitas juga dapat menunjukkan biaya yang harus
dikeluarkan untuk mengurai dampak dari risiko .

7.3. ILUTRASI MASALAH JARINGAN EFISIEN


Jaringan rantai pasok menjadi salah satu aspek kunci sistem logistik yang efektif dan efisien.
Penelitian ini dilakukan untuk menentukan sistem distribusi dengan pertimbangan variabel
pasokan, permintaan dan jarak. Alokasi distribusi dilakukan dengan menggunakan metode linear
programming, yaitu minimum / least cost allocation dan proportional minimum / least cost
allocation. Hasil dari pemodelan ini menunjukkan wilayah yang akan mendapatkan pasokan ikan
patin sesuai dengan data permintaan secara time series di wilayah tersebut. Kebijakan rantai
pasok ikan patin yang dirancang mengintegrasikan jejaring dari hulu hingga hilir agar tersedia
ikan patin pada jenis, kualitas, jumlah dan waktu yang tepat.

7.4. KODE PERANCANGAN JARINGAN EFISIEN


Adapun perancangan untuk pengkodean yang digunakan oleh penulis adalah sebagai berikut :
a. Kode Pengiriman
BKM/ 6 / 2011 / 007 = Tanggal Pengiriman Barang/ Satu Digit Bulan/ Empat Digit
Tahun/ Nomor Urut Pengiriman

b. Kode Provinsi

DP / 007 = Kode Provinsi/ Nomor Urut

c. Kode Kota

Dk / 006 = Kode Kota/ Nomor Urut

d. Kode Member

DM/ 005 = Kode Member/ Nomor

e. Kode Biaya Operasional

BOK/ 6/ 2011/ 002 = Nama Biaya Operasional/ Satu Digit bulan/ Empat Digit tahun/
Nomor Urut.

f. Kode Pelunasan

RPM/ 6/ 2011/ 003 = Nama Pelunasan/ Satu Digit bulan/ Empat Digit tahun/ Nomor
Urut

g. Kode Karyawan

DKR/ 003 = Data Karyawan/ Nomor Urut


h. Kode Penggajian

RG/ 6 / 2011/ 003 = Kode Gaji/ Satu Digit Bulan/ Empat Digit Tahun/ Nomor Urut

7.5. FORMULASI MASALAH JARINGAN RESPONSIF

Salah satu strategi pada supply chain adalah strategi responsif dan strategi efisien. Dalam
menciptakan strategi responsif, dapat dilakukan perusahaan dengan melakukan riset pasar
dengan lebih baik, sehingga bisa menangkap apa yang diinginkan oleh pasar dan cepat merespon
keinginan pasar. Strategi responsif adalah strategi yang berisi kemampuan supply chain dalam
menanggapi dan mengatasi permintaan dalam jumlah yang besar, memenuhi kebutuhan
konsumen dalam waktu dekat, menangani variasi produk yang banyak, memberikan pelayanan
yang tinggi kepada konsumen, menangani ketidakpastian permintaan. Semakin tinggi
kemampuan supply chain melakukan setiap hal tersebut akan semakin responsif sebuah
perusahaan, namun biaya yang dikeluarkan oleh perusahaan juga akan semakin besar (Chopra
dan Meindl, 2007).

Agar dapat mencapai strategi responsif dan efisien pada supply chain, supply chain memiliki alat
penggerak yang berpengaruh terhadap performa supply chain. Alat penggerak dalam supply
chain dikenal dengan supply chain drivers. Supply chain drivers dibagi menjadi 2 fungsi,
pertama logistic function yang mencakup: fasilitas, inventory, dan transportasi. Yang kedua
adalah cross functional yang mencakup informasi, sourcing,dan harga (Chopra dan Meindl,
2007).
BAB 8 PERENCANAAN PRODUKSI AGREGAT
A. OBJEK PRILAKU MANUSIA
1. Mampu mengembangkan suatu rencana produksipada tingkat agregat yang layak mencapai
keseimbangan antara permintaan dan kapasitas produksi dengan biaya minimum.
2. Mampu menentukan jalan terbaik untuk memenuhi permintaan yang diprediksi dengan
menyesuaikan nilai produksi, tingkat tenaga kerja dan semua variabel lain yang dapat
dikendalikan.
B. REFERENSI
Christou, I. T. (2012). Quantitative Method in Supply Chain Management, Model and Algorithm.
Springer London Dordrecht Heidelberg New York.
C. URAIAN
Perencanaan agregat berkaitan dengan pengimbangan antara pasokan (supply) dan permintaan
akan keluaran (output) dalam jangka waktu menengah sampai dengan lebih kurang 12 bulan ke
depan (Schroeder, 2000). Perencanaan agregat merupakan jantung dari perencanaan jangka
menengah. Tujuan perencanaan agregat untuk mengembangkan suatu rencana produksi secara
menyeluruh yang fisibel dan optimal. Fisibel berarti dapat memenuhi permintaan pasar dan
sesuai dengan kapasitas yang ada, sedangkan optimal berarti menggunakan sumber daya
sebijaksana mungkin dengan pengeluaran biaya serendah mungkin. Meskipun merupakan faktor
penting yang menjadi perhatian, biaya tidak satu-satunya pertimbangan. Faktor lain yang juga
perlu menjadi perhatian, antara lain kepuasan pelanggan, kepuasan karyawan, pesaing, dan mutu
produk yang dihasilkan.

8.1. PRENCANAAN PRODUKSI AGREGAT

Seperti telah diisyaratkan dengan istilah “agregat”, maka rencana agregat berarti
menggabungkan sumber daya yang sesuai ke dalam istilah-istilah yang lebih umum dan
menyeluruh. Dengan adanya ramalan permintaan, serta kapasitas fasilitas, persediaan jumlah
tenaga kerja dan input produksi yang saling berkaitan, maka perencanaan harus memilih tingkat
output unutk fasilitas selama tiga hari sampai delapan belas bulan ke depan. Perencanaan agregat
merupakan bagian dari sistem perencanaan produksi yang lebih besar, sehingga pemahaman
mengenai keterkaitan antara rencana dan beberapa faktor internal dan eksternal merupakan
sesuatu yang berguna.
Perencanaan Agregat adalah suatu aktivitas operasional untuk menentukan jumlah dan waktu
produksi pada waktu dimasa yang akan datang. Perencanaan Agregat juga dapat didefinisikan
sebagai usaha untuk menyamakan antara permintaan dan penawaran dari suatu produk atau jasa
dengan jalan menentukan jumlah dan waktu input, transformasi, dan output yang tepat. Dimana
keputusan dari Perencanaan Agregat dibuat untuk produksi, staffing, inventory, dan backorder
level.
Perencanaan Agregat (agregat planning) juga dikenal sebagai Penjadwalan Agregat adalah suatu
pendekatan yang biasanya dilakukan oleh para manajer operasi untuk menentukan kuantitas dan
waktu produksi pada jangka menengah. Perencanaan agregat dapat digunakan dalam
menentukan jalan terbaik untuk memenuhi permintaan yang diprediksi dengan menyesuaikan
nilai produksi, tingkat tenaga kerja, tingkat persediaan, pekerjaan lembur, tingkat subkontrak,
dan variabel lain yang dapat dikendalikan. Keputusan Penjadwalan menyangkut perumusan
rencana bulanan dan kuartalan yang mengutamakan masalah mencocokkan produktifitas dengan
permintaan yang fluktuatif. Oleh karenanya perencanaan Agregat termasuk dalam rencana
jangka menengah.
Terdapat beberapa proses dalam perencanaan agregat sebagai berikut :
1. Long Range Plans.
Merupakan perencanaan lebih dari setahun yang menyangkut perencanaan produk
atau jasa, biaya perluasan dan sebagainya. Long Range Plans ditetapkan oleh
manajer puncak.
Contoh:
Manning Agency tidak hanya memenuhi permintaan awak kapal saja, namun juga
menyediakan tenaga ahli yang akan bekerja di darat (on shore) dimana tenaga ahli
tersebut disesuaikan kualifikasinya sesuai dengan kualifikasinya masing-masing.
Contoh yang dapat dilihat yaitu adanya beberapa tenaga ahli yang bekerja di
tambang nuklir di Irak. Maka manning agency harus membuat perencanaan dari
penerimaan kru yang diawali dengan tes, menimbang pengalaman yang dimilki,
wawancara, pengecekan dokumen, hingga tes kesehatan yang nantinya akan
menandatangani perjanjian kontrak kerja untuk bekerja dalam kurun waktu
minimum 1th. Dan manning agency harus membuat perencanaan penerimaan kru
untuk penggantian kru yang telah menyelesaikan kontrak.
2. Intermediete Range Plans.
Merupakan rencana atara 3 sampai 18 bulan, menyangkut rencana penjualan,
rencana produksi, rencana inventory, anggaran tenaga kerja dan
sebagainya. Intermediate range plans ditetapkan oleh Manajer Operasi.
Contoh:
Sebuah perusahaan Manning Agency dalam menyediakan tenaga ahli yang prima,
selalu memacam daftar tunggu (waiting list) dalam rangka refreshing crew.
3. Short Range Plans
Merupakan rencana kurang dari tiga bulan yang menyangkut job assignment,
ordering, Job scheduling. Short Range Plans ditetapkan oleh Manajer Operasi
bersama dengan supervisor dan operator.
Contoh:
Sebuah Manning Agency akan menyiapkan daftar penempatan tenaga ahli yang
akan bekerja di kapal secara rutin.
Dalam tiga tingkatan proses perencanaan tersebut, perencanaan agregat berada
pada tingkatan kedua yaitu Intermediate plans yang menyangkut rencana produksi
/ operasi perusahaan.
Pada dasarnya perencanaan produksi agregat merupakan suatu proses penetapan tingkat
output/kapasitas produksi secara keseluruhan guna memenuhi tingkat permintaan yang diperoleh
dari peramalan dan pesanan dengan tujuan meminimalkan total biaya produksi.
Beberapa fungsi perencanaan agregat yaitu :
1. Menjamin rencana penjualan dan rencana produksi konsisten terhadap rencana
strategi perusahaan.
2. Alat ukur performansi proses perencanaan produksi.
3. Menjamin kemampuan produksi konsisten terhadap rencana produksi
4. Memonitor hasil produksi aktual terhadap rencana produksi dan membuat
penyesuaian
5. Mengatur persediaan produk jadi untuk mencapai target dan membuat
penyesuaian
6. Mengarahkan penyusunan dan pelaksanaan jadwal induk produksi
7. Alat  komunikasi antara managemen teras (top management) dan manufaktur. 
Tujuan dari perencanaan agregat adalah menetapkan tingkat output baik itu dalam jangka
pendek, jangka menengah dan panjang dalam menghadapi fluktuasi dan ketidakpastian
permintaan.
 Sebagai langkah awal untuk menentukan aktifitas produksi;
 Sebagai masukan perencanaan sumber daya;
 Stabilisasi produksi dan tenaga kerja terhadap fluktuasi permintaan.

8.2. FORMULASI MASALAH PERENCANAAN PRODUKSI


Perencanaan produksi yang tepat merupakan bagian terpenting dalam suatu sistem
manufaktur.Perencanaan produksi agregat mempunyai kaitan dengan ketentuan produksi,
inventory, dan tingkat kapasitas yang dikerjakan untuk memenuhi permintaan pasar akan produk
yang dihasilkan. Agar mampu menjamin kepuasan pelanggan perusahaan dituntut untuk dapat
memenuhi permintaan konsumen secara tepat dalam hal kualitas, kuantitas dan juga tepat waktu.
Kenyataannya di lapangan, permintaan konsumen tidak selalu sama disetiap periode, sehingga
memaksa perusahaan harus bisa mengatasi masalah lonjakan permintaan atau penurunan
permintaan sehingga proses produksi dapat berjalan dengan lancar dan perusahaan tidak
menderita kerugian.
Dalam upaya menyelesaikan permasalahan tersebut digunakan formulasi Fuzzy untuk
mendapatkan Perencanaan Produksi Agregat yang optimal yang berarti menggunakan sumber
daya sebijaksana mungkin dengan pengeluaran biaya serendah mungkin. Untuk menyusun
Perencanaan Produksi Agregat tersebut, langkah pertama yaitu meramalkan permintaan untuk 3
bulan. Selanjutnya dipilih metode peramalan terbaik berdasarkan nilai MAPE terkecil kemudian
dihitung fuzzy permintaannya, menghitung waktu produksi dan biaya produksi, langkah yang
kedua yaitu membuat model formulasi fuzzy yang terdiri dari variable keputusan, fungsi tujuan
dan fungsi batasan, selanjutnya akan diolah dengan bantuan program Quantitative System untuk
mendapatkan hasil Perencanaan Produksi Agregat yang optimal.
Pengembangan suatu kawasan industri tidak terlepas dari proses pengambilan keputusan
pemilihan lokasi. Hal ini dikarenakan banyaknya faktor ataupun kriteria yang mempengaruhi di
wilayah lokasi. Analisis multikriteria melalui pendekatan Fuzzy TOPSIS diharapkan mampu
memberikan hasil keputusan lokasi terbaik. Penentuan keputusan dilakukan mengikut kaedah
Fuzzy TOPSIS dengan menguraikan proses analisis ke dalam 9 tahap analisis. Hasil setiap
tahapan memiliki keterkaitan satu dengan lainnya. Keputusan terbaik ditentukan berdasarkan
nilai koefisien kedekatan tertinggi dari setiap alternatif yang diperbandingkan.

BAB 9 PENENTUAN RUTE KENDARAAN


A. OBJEK PRILAKU MANUSIA
1. Mampu memahami tentang VRP dan Algoritma Sweep dan juga mampu menerapkan
Algoritma Sweep pada penyelesaian masalah CVRP (Capacitated Vehicle Routing Problem).
2. Mampu menyelesaikan model CVRP menggunakan Algoritma Sweep.
B. REFERENSI
Hutabarat, J. (2018). Penentuan jalur distribusi pada rantai supply dengan metode saving matriks.
pp 1. Institut Teknologi Nasional Malang
Pujawan, I. N. & Mahendrawathi Er. (2017). Supply chain management (edisi ketiga).
Yogyakarta: Penerbit Andi.
C. URAIAN
Braysy (2001) menyatakan bahwa permasalahan VRP dapat didefinisikan sebagai permasalahan
mencari rute dengan biaya minimum dari suatu depot ke agen yang letaknya tersebar dengan
jumlah permintaan yang berbeda-beda. Rute dibuat sedemikian rupa sehingga setiap agen
dikunjungi hanya satu kali oleh satu kendaraan. Seluruh rute berawal dan berakhir di depot, dan
jumlah permintaan dalam satu rute tidak boleh melebihi kapasitas kendaraan. Bentuk dasar dari
VRP mengasumsikan bahwa kendaraan yang digunakan adalah homogen (memiliki kapasitas
yang sama), hanya dilayani oleh satu rute, dan permintaan total dari seluruh agen dalam satu rute
tidak melebihi kapasitas kendaraan yang melayani rute tersebut. Aplikasi dari masalah VRP
dapat dilihat dalam kehidupan seharihari, seperti pendistribusian surat kabar kepada pembeli
yang berlangganan, penentuan rute bus, pendistribusian surat dari kantor pos, dan lain-lain.
Salah satu variasi dari VRP adalah Capacitated Vehicle Routing Problem (CVRP). CVRP
merupakan VRP yang mempunyai kendala berupa kapasitas kendaraan. Salah satu permasalahan
yang merupakan aplikasi dari CVRP adalah masalah pendistribusian surat kabar kepada pembeli
yang berlangganan. Menurut Gunawan dkk (2012), CVRP adalah masalah optimasi untuk
menemukan rute dengan biaya minimal (minimum cost) untuk sejumlah kendaraan (vehicles)
dengan kapasitas tertentu dimana kendaraan yang digunakan homogen (memiliki kapasitas yang
sama), yang melayani sejumlah agen dengan jumlah permintaan telah diketahui sebelum proses
pendistribusian berlangsung. Pendistribusian dalam setiap kendaraan hanya dapat dilaksanakan
sebanyak satu kali yaitu dari depot ke setiap agen kemudian kembali lagi ke depot. Sehingga
suatu sistem pelayanan pada penentuan rute distribusi menjadi lebih efektif, efisien dan dapat
meningkatkan kemampuan perusahaan untuk dapat memenuhi permintaan produk secara lebih
cepat agar kepercayaan dan kepuasan konsumen meningkat.
9.1. TRANSPORTASI
Transportasi berperan penting dalam manajemen rantai pasok.  Dalam konteks rantai pasok,
transportasi berperan penting karena sangatlah jarang suatu produk diproduksi dan dikonsumsi
dalam satu lokasi yang sama.  Strategi rantai pasok yang diimplementasikan dengan sukses
memerlukan pengelolaan transportasi yang tepat. Manajer transportasi pada suatu perusahaan
bertanggung jawab terhadap pergerakan sediaan barang dari perusahaan ke pelanggannya. 
Pengelolaan kegiatan transportasi yang efektif dan efisien akan memastikan pengiriman barang
dari perusahaan ke pelanggan dengan tepat waktu, tepat jumlah, tepat kualitas, dan tepat
penerima. Selain itu, biaya transportasi merupakan komponen biaya yang terbesar dalam struktur
biaya logistik.  Tidak kurang dari 60% dari total biaya logistik perusahaan merupakan biaya
transportasi.
Aktivitas transportasi mengacu pada pergerakan produk dari satu lokasi ke lokasi lain dalam
rantai pasokan. Kebutuhan akan pentingnya transportasi telah berkembang dengan meningkatnya
globalisasi dalam rantai pasokan serta pertumbuhan e-commerce. Dalam konteks manajemen
rantai pasok, fungsi penting transportasi memberikan solusi layanan logistik: pergerakan produk
(product movement) dan penyimpanan barang (product storage).
Fungsi transportasi dalam pergerakan produk, transportasi memainkan peran melakukan
pergerakan barang-barang, baik barang-barang dalam bentuk bahan baku, komponen, barang
dalam proses, maupun barang-barang jadi.  Nilai ekonomis transportasi dalam menjalankan
peran ini adalah melakukan pergerakan sediaan barang dari lokasi asal ke lokasi tujuan tertentu
dalam sistem manajemen rantai pasokan perusahaan.  Kinerja transportasi akan menentukan
kinerja pengadaan (procurement), produksi (manufacturing),
dan customer relationship management.  Tanpa kinerja transportasi yang andal, dapat dipastikan
bahwa hampir semua aktivitas-aktivitas utama rantai pasok tersebut tidak akan berjalan secara
efektif dan efisien. Dampak transportasi terhadap lingkungan dapat secara langsung maupun
tidak langsung.  Transportasi mengkonsumsi fuel  dan oli yang cukup besar.  Meskipun
perkembangan teknologi mesin-mesin kendaraan memungkinkan efisiensi konsumsi fuel dan oli,
namun secara total konsumsi fuel dan oli masih besar seiring dengan peningkatan jumlah
kendaraan yang digunakan untuk mendukung aktivitas transprotasi.  Secara tidak langsung,
pengaruh transportasi terhadap lingkungan mengakibatkan kemacetan, polusi udara, polusi suara,
dan tingkat kecelakaan.
Manajemen transportasi melibatkan pihak-pihak yang secara langsung menentukan kinerja
transportasi.  Setidaknya ada enam pihak dalam manajemen trasportasi (Bowersox, 2013), yaitu :

 Pengirim (shipper) dan Penerima (receiver)

Pengirim dan penerima adalah pihak-pihak yang memerlukan pergerakan produk antara dua
lokasi dalam rantai pasok.  Umumnya, pengirim berkepentingan terhadap penyelesaian transaksi
penjualan atau pembelian produk.   Keberhasilan transaksi tersebut membutuhkan pergerakan
barang-barang dari lokasi asal ke lokasi tujuan dengan biaya transportasi yang paling rendah. 
Bagi pengirim dan penerima, isu-isu penting yang harus disolusikan adalah waktu pengambilan
dan pengantaran barang, waktu singgah, kehilangan dan kerusakan barang, penagihan, dan
keakuratan informasi.

 Perusahaan penyedia jasa transportasi (carrier dan agent);

Carrier merupakan pihak yang menyelenggarakan transportasi barang.  Sebagai perusahaan


penyedia jasa transportasi, carrier akan membebankan tarif angkutan semaksimal mungkin dan
meminimalkan biaya tenaga kerja, fuel, dan biaya operasional kendaraan.  Untuk mencapai
tujuan ini, carrier melakukan koordinasi waktu pengambilan  dan pengantaran barang untuk
beberapa pengirim dengan cara konsolidasi agar dapat mencapai operasional yang
efisien.  Broker dan freight forwarder merupakan agen transport yang memfasilitasi caririer
dengan kebutuhan pengirim.

 Pemerintah (government).

Pemerintah berperan dalam transportasi melalui penyediaan infrastruktur yang dibutuhkan,


seperti pembangunan jalan raya, pelabuhan, bandar udara, jaringan kereta api, kebijakan regulasi
transportasi, dan pelayanan pemerintah untuk menyelenggarakan transportasi dalam rangka
mendorong pertumbuhan ekonomi, kesejahteraan masyarakat, dan peningkatan kinerja logistik
nasional.

 Teknologi informasi dan komunikasi (ICT).

ICT diperlukan untuk menyediakan informasi yang akurat dan real-time antara pelanggan dan
pemasok atau antara pengirim dan penerima.  Perkembangan ICT transportasi mencakup
aplikasi Transportation Management System (TMS) dan Fleet Management System (FMS) yang
berbasis web atau cloud.

 Masyarakat (public).

Pihak terakhir dalam sistem transportasi adalah publik.  Publik berkepentingan terhadap
kebutuhan transportasi yang dapat dijangkau dengan mudah, biaya yang murah, aman, selamat,
dan memperhatikan keberlanjutan lingkungan.  Secara tidak langsung, publik menciptakan
permintaan jasa transportasi dengan cara pembelian produk-produk.

Berbagai moda transportasi dapat digunakan, mulai dari transportasi darat (in-land
transportation) yang menggunakan transportasi jalan raya (rail road) dan kereta api (railway),
transportasi laut (sea freight), transportasi udara (air freight), dan penggunaan pipa (pipeline).

 Kereta api
Moda kereta api tepat untuk transportasi barang-barang yang memerlukan kapasitas besar, berat,
densitas tinggi, dan jarak jauh. Kelemahan moda kereta api terletak pada kekakuan dalam
pengaturan lokasi asal dan tujuan, waktu muat dan bongkar barang, dan waktu singgah.

 Truck

Bisnis transportasi truk terdiri dari dua segmen utama, yaitu TL (truckload) dan LTL (less-than-
truckload).  Untuk jarak jauh, trucking lebih mahal dari kereta api,  tapi menawarkan keuntungan
fleksibilitas pengiriman door-to-door dan waktu pengiriman yang lebih pendek.  Selain
itu, trucking tidak memerlukan transfer antar pickup dan pengiriman.

 Pipeline

Pipeline digunakan terutama untuk pengangkutan minyak mentah, produk minyak olahan, dan
gas alam.  Transportasi dengan moda pipeline memerlukan infrastruktur dengan investasi biaya
tetap yang besar.  Operasional pipeline umumnya dioptimalkan sekitar 80% sampai 90% dari
kapasitas pipa. Pipeline menjadi cara yang efektif untuk angkutan minyak mentah ke port atau
kilang yang memerlukan arus yang besar dan stabil.

 Sea Freight

Perkembangan perdagangan antarnegara dengan menggunakan jalur maritim telah mendorong


pertumbuhan kontainerisasi. Hal ini telah menyebabkan permintaan sea freight yang lebih besar,
lebih cepat, dan kapal yang lebih khusus untuk meningkatkan ekonomi transportasi kontainer. 
Penundaan di pelabuhan (dwelling time), bea cukai, keamanan, dan pengelolaan kontainer yang
digunakan merupakan isu utama dalam pengiriman global.  Selain itu, kemacetan akses ke
pelabuhan telah menjadi masalah besar.

 Air Freight

Operator transpotasi udara (air freight) menawarkan layanan transportasi yang sangat cepat,
namun dengan biaya transportasi yang mahal.  Penggunaan air freight lebih tepat untuk barang-
barang ukuran relatif kecil dan bernilai tinggi atau pengiriman barang yang memerlukan waktu
cepat dan jarak yang jauh.

Peringkat moda transportasi berdasarkan karakteristik operasional dapat diringkas sebagai


berikut:

Gambar 9.1.1. Urutan Peringkat Didasarkan pada nilai terkecil

9.2. FORMULASI MASALAH PENENTUAN RUTE KENDARAAN


Vehicle Routing Problem (VRP) berkaitan dengan penentuan rute untuk permasalahan
pendistribusian barang atau produk yang melibatkan lebih dari satu kendaraan dengan kapasitas
tertentu untuk melayani sejumlah pelanggan dengan permintaannya masing-masing. Masing-
masing pelanggan hanya dikunjungi satu kali dan semua kendaraan dimulai dan diakhiri di
depot. Penentuan rute kendaraan merupakan salah satu permasalahan yang terjadi pada
pendistribusian barang atau produk. Permasalahan penentuan rute dengan melibatkan kendaraan
untuk mendistribusikan barang yang bersumber dari depot untuk didistribusikan kepada
pelanggan dengan tujuan untuk mendapatkan minimasi jarak, penggunaan kendaraan dan waktu
pendistribusian yang minimal disebut VRP (Singer,2008).
Oleh karena untuk memenuhi permintaan pelanggan dengan jumlah muatan yang tidak
melampaui kapasitas, maka digunakan Capacitated Vehicle Routing Problem (CVRP) yaitu
setiap kendaraan mempunyai kapasitas yang terbatas. Melakukan pendistribusian dalam setiap
kendaraan pengangkut hanya dapat dilaksanakan sebanyak satu kali pengiriman yaitu dari depot
ke pelanggan kembali ke depot. Sehingga suatu sistem pelayanan pada penentuan rute distribusi
menjadi lebih efektif, efisien dan bisa meningkatkan kemampuan perusahaan untuk dapat
memenuhi permintaan produk secara lebih cepat agar kepercayaan dan kepuasan konsumen
meningkat. Kapasitas kendaraan yang ada diharapkan dapat memenuhi semua permintaan dari
seluruh pelanggan yang tersebar di wilayah pengiriman.
Metode Saving Matriks merupakan metode yang digunakan dalam menentukan rute distribusi
produk ke pelanggan dengan cara menentukan jalur yang harus dilalui dan jumlah kendaraan
berdasarkan kapasitas dari kendaraan tersebut agar diperoleh jalur yang efisien dan biaya
transportasi yang optimum (Ballou, 1999). Selain itu Metode saving matriks ini merupakan
metode yang menggabunggan dua atau lebih pelanggan ke dalam satu rute. Keistimewaan dari
metode Savings Matriks ini merupakan salah satu metode yang digunakan untuk menjadwalkan
sejumlah terbatas kendaraan dengan memperhatikan kapasitas maksimum kendaraan yang sama
maupun berlainan.
Metode Insertion memiliki kelebihan dalam pemilihan pelanggan, yakni dengan
mempertimbangkan posisi pelanggan tersebut pada rusuk penyisipan yang tersedia, sehingga
didapat hasil yang terbaik. Chairul, dkk (2014) mendefinisikan metode Sequential Insertion
sebagai metode untuk memecahkan masalah dengan cara menyisipkan pelanggan diantara
pelanggan yang telah terbentuk agar didapatkan hasil yang maksimal. Prinsip dasar dari metode
ini adalah mencoba menyisipkan pelanggan diantara semua rusuk yang ada pada rute saat ini.
Rusuk didefinisikan sebagai lintasan yang menghubungkan secara langsung satu lokasi dengan
satu lokasi yang lain.
Pada metode Nearest Neighbour, prosedur memulai rute kendaraannya dari jarak yang paling
dekat dengan depot. Kemudian rute selanjutnya yaitu pelanggan yang paling dekat dengan
pelanggan pertama yang sudah dikunjungi. Prosedur ini akan terus berulang sampai semua
pelanggan masuk ke dalam rute perjalanan. Metode Nearest Neighbour digunakan pada
penelitian ini dikarenakan metode ini merupakan salah satu metode yang memiliki karakteristik
pembentukan rute distribusi sesuai dengan keadaan nyata yang terdapat pada kondisi dilapangan,
serta alasan penggunaan metode ini dikarenakan teknik penentuan rute yang diterapkan pada
metode ini lebih mudah dilakukan dibandingkan dengan metode VRP yang lain.

9.3. ILUSTRASI MASALAH PENENTUAN RUTE KENDARAAN


Permasalahan menentukan rute kendaraan yang digunakan untuk mendistribusikan barang ke
sejumlah agen dari suatu depot dengan tujuan meminimumkan total biaya perjalanan yang
memenuhi kendala-kendala yang diberikan, termasuk dalam permasalahan yang disebut
Traveling Salesman Problem (TSP). Inti dari TSP yaitu dalam melakukan satu kali perjalanan,
seorang salesman diharuskan mengunjungi beberapa agen, dimana setiap agen hanya dikunjungi
satu kali dan diakhiri dengan kembali ke tempat awal keberangkatan (depot) (Joze, 2007).
Permasalahan mencari solusi yang baik dalam penentuan rute kendaraan menjadi lebih sulit
dengan adanya kendala-kendala tambahan dari masalah tersebut. Time window, jumlah
kendaraan dengan kapasitas terbatas, total maksimum waktu distribusi yang diizinkan dalam
rute, perbedaan kecepatan, penghalang dalam perjalanan (sungai, belokan, gunung), dan waktu
istirahat untuk pengemudi adalah beberapa pertimbangan yang diperlukan dalam penentuan rute
kendaraan. Beberapa contoh metode pendekatan yang digunakan untuk menyelesaikan masalah
yang kompleks antara lain yaitu Algoritma Sweep, Algoritma Saving, Algoritma Genetika, dan
Algoritma Ant Colony Optimization (ACO).
Berdasarkan penelitian sebelumnya yang dilakukan oleh Hijri Virgiawan (2014) dimana dalam
penelitian tersebut membandingkan antara Algoritma Saving dan Algoritma Sweep pada
penentuan rute distribusi air mineral Club di Kota Balik Papan diperoleh hasil bahwa Algoritma
Sweep memberikan hasil atau solusi yang optimal dibandingkan dengan Algoritma Saving. Pada
penulisan skripsi ini akan digunakan Algoritma Sweep untuk menyelesaikan permasalahan
CVRP. Ballou (2005) mengatakan bahwa metode sweep adalah metode yang sederhana dalam
perhitungannya, bahkan untuk memecahkan masalah yang cukup besar. Keakuratan metode ini
rata-rata kesalahan perhitungannya adalah sebesar 10 %. Keakuratan metode ini adalah pada cara
pembuatan jalur rutenya.
Menurut Gunadi (2002), Algoritma Sweep terdiri dari dua tahap, pertama yaitu tahap
pengelompokan (clustering) yang mana pengelompokkan awal dilakukan dengan
menggabungkan titik-titik dalam satu kelompok berdasarkan kapasitas maksimal kendaraan.
Permintaan total dalam satu kelompok mungkin akan melebihi kapasitas kendaraan, karenanya
beberapa titik dimasukkan ke kelompok berikutnya. Tahap kedua yaitu dengan menentukan
urutan rute dari setiap kelompok yang telah diperoleh dari tahap clustering dengan langkah yang
sama dalam menyelesaikan permasalahan TSP menggunakan metode Nearest Neighbour

9.4. KODE PENENTUAN RUTE KENDARAAN


Salah satu metode heuristik yang dapat digunakan untuk menyelesaikan permasalahan
transportasi dalam penentuan rute dan jadwal distribusi adalah metode saving matrix. Saving
matrix merupakan metode yang digunakan untuk menyelesaikan masalah transportasi dengan
menentukan rute distribusi produk dalam rangka meminimalkan biaya transportasi. Metode
saving matrix dapat digunakan untuk menjadwalkan kendaraan dengan
memperhatikankapasitas maksimum kendaraan dengan penggabungan beberapa titik
pengiriman (Indrawati dkk., 2016). Metode saving matrix memberikan suatu hasil penugasan
kendaraan sesuai dengan kapasitas muatan ke daerah pengiriman berdasarkan penghematan
terbesar (Ikfan dan Masudin, 2013). Perencanaan kebutuhan distribusi dalam penelitian
Sutoni dan Agustian (2017) mendapatkan biaya yang optimal dari suatu kebutuhan persediaan
berdasarkan biaya persediaan yang dikeluarkan. Pendistribusian rute pengiriman dapat
menggunakan beberapa metode untuk menentukan rute, mengoptimalkan jarak, dan
meminimasi biaya . Penelitian yang dilakukan dengan membandingkan metode Saving Matrix
dengan metode lain seperti Sequential Insertion, Nearest Neighbor, Knapsack, Generalized
Assignment, Clarke dan Wright Saving Heuristic, telah dilakukan oleh Hidayat dan
Kristinawati (2014), Azizah dan Oesman (2015), Sari dkk. (2016), Baskoro dkk. (2018), dan
Arifudin dkk. (2017) dengan tujuan untuk mendapatkan rute yang optimal dan biaya yang
minimum.
BAB 10 PERENCANAAN LOKASI FASILITAS DAN DESAIN JARINGAN
A. OBJEK PRILAKU MANUSIA
1. Mampu memenuhi kapasitas produksi dan kebutuhan kualitas dengan cara yang paling
ekonomis melalui pengaturan dan koordinasi yang efektif dari fasilitas fisik.
2. Mampu mengetahui desain jaringan rantai pasokan dalam rangka mendesain alternatif desain
jaringan rantai pasokan yang lebih efektif dan efisien.
B. REFERENSI
T. Hani Handoko, Dasar-dasar Manajemen Produksi dan Operasi, BPFE, Yogyakarta, Edisi Pertama,
2010-2011.
C. URAIAN
Penentuan lokasi fasilias produksi yang strategis adalah wilayah penempatan operasi produksi
sebuah perusahaan yang dapat memberikan keuntungan maksimal terhadap perusahaan tersebut
karena tujuan strategi lokasi adalah untuk memaksimalkan keuntungan lokasi bagi perusahaan.
Keputusan yang paling penting dan perlu dibuat oleh perusahaan adalah menempatkan operasi
lokasi operasi yang strategis. Aspek keputusan ini adalah sebuah indikasi bahwa keputusan
lokasi bersifat global. Lokasi sangat memengaruhi biaya, baik biaya tetap maupun biaya
variabel. Lokasi sangat memengaruhi risiko dan keuntungan perusahaan secara keseluruhan.
Untuk keputusan lokasi industri, strategi yang digunakan untuk meminimalkan biaya, sedangkan
untuk bisnis eceran dan jasa profesional fokus pada memaksimalkan pendapatan.
Tujuan dari strategi lokasi adalah memaksimalkan keuntungan dari lokasi. Penetapan lokasi
sangat mempengaruhi biaya, baik untuk biaya tetap maupun biaya variabel. Lokasi mempunyai
pengaruh besar pada laba keseluruhan perusahaan. Misalnya biaya transportasi akan
menghabiskan biaya sampai dengan 25% dari harga jual produk (sangat tergantung kepada
produknya dan jenis produksi atau jasayang diberikan). Biaya lain yang dipengaruhi oleh lokasi
diantaranya adalah pajak, upah, biaya bahan baku, dan sewa.
Perancangan sistem fasilitas merupakan perancangan bangunan dengan mempertimbangkan
beberapa aspek seperti sistem pencahayaan, kelistrikan, sistem komunikasi, suasana kerja,
sanitasi, pembuangan limbah dan sebagainya. Aspek yang perlu diperhitungkan secara matang
dalam perancangan tata letak antara lain meliputi peralatan-peralatan yang digunakan, mesin-
mesin, dan semua perabotan perusahaan. Sedangkan dalam perancangan sistem material
handling meliputi mekanisme yang dibutuhkan agar interaksi antara fasilitas yang ada seperti
material, personal, informasi dan peralatan untuk mendukung produksi berjalan sempurna
(Purnomo, 2004, p. 3).
10.1. KERANGKA DESAIN RANTAI SUPPLY
Pujawan (2005:5) desain jaringan merupakan suatu kegiatan penting yang harus dilakukan pada
rantai pasokan. Implementasi strategi rantai pasok hanya bisa berlangsung secara secara efektif
apabila rantai pasok memiliki jaringan dengan konfigurasi yang sesuia. Artinya, struktur atau
konfigurasi jaringan bisa menentukan apakah suatu rantai pasok akan bisa responsive, desain
jaringan meliputi :

1. Saluran distribusi

American Market Association atau asosiasi pemasaran Amerika mendifinisikan saluran distribusi
sebagai struktur unit-unit organisasi antar peusahaan dan agen-agen dan dealer-dealer ekstra
perusahaan, agen dan eceran, melalu nama komoditi, produk atau jasa-jasa dipasaran. Yang
lainnya mendefinisikan saluran distribusi sebagai pengelompokan para perantara yang
mempunyai hak (title) terhadap suatu produk selama proses pemasaran, mulai dari pemilik
pertama sampai kepada pemilik terakhir.

2. Saluran Transportasi

Heizer dan Render (2008), transportasi adalah suatu prosedur berulang untuk memecahkan
permasalahan meminimasi biaya pengiriman produk dari beberapa sumber ke beberapa tujuan.

3. Saluran Persedian

Haizer dan Render (2008:83), macam-macam persediaan bahan mentah (raw material inventory)
telah dibeli, tetapi belum diproses. Persediaan ini dapat digunakan untuk melakukan decouple
memisakan pemasok dari proses produksi. Sedangkan persediaan barang setengah jadi (work in
process/WIP inventory) adalah komponen-kompenen atau bahan mentah yang telah melewati
beberapa proses perubahan, tapi belum selesai.

4. Pemasaran

Kottler (2006) dalam bukunya manajemen pemasaran mengemukakan ada dua strategi yang
sering digunakan perusahaan dalam mengelola saluran pemasaran terutama dalam penciptaan
saluran pemasaran baru, yaitu strategi dorong dan strategi tarik. Pemakaian strategi ini
tergantung keputusan perusahaan terutama tergantung popularitas produk perusahaan tersebut.

Desain jaringan merupakan suatu kegiatan penting yang harus dilakukan pada rantai pasokan.
Mengambil keputusan dalam sebuah desain jaringan memiliki dampak atau pengaruh yang
sangat signifikan. Sebuah kinerja dalam pengambilan keputusan desain jaringan akan
menentukan susunan rantai pasokan. Rantai pasok yang terintegerasi akan meningkatkan
keseluruhan nilai yang dihasilkan oleh jaringan-jaringan tersebut. Keputusan desain jaringan
rantai pasokan meliputi penugasan peran fasilitas, lokasi pemrosesan (manufacturing),
penyimpanan, dan transportasi yang berhubungan dengan fasilitas, dan alokasi kapasitas serta
pasar. Rantai pasokan yang terintegerasi akan meningkatkan keseluruhan nilai yang dihasilkan
oleh rantai pasokan tersebut.
Pujawan (2010:31), rantai pasokan tidak lepas dari tujuan strategis pada supply chain, strategi
tidak bisa dilepaskan dari tujuan jangka panjang. Tujuan inilah yang diharapkan akan tercapai.
Keputusan-keputusan jangka pendek dan di lingkungan local mestinya harus mendukung
organisasi atau supply chain ke arah tujuantujuan strategis tersebut. Tujuan-tujuan strategis
tersebut perlu di capai untuk membuat supply chain menang atau setidaknya bertahan dalam
persaingan pasar. Untuk bisa memenangkan persaingan pasar maka supply chain harus bisa
menyediakan produk yang murah, berkualitas, tepat waktu dan bervariasi.

10.2. BRANCH - & - BOUND : CARA KERJA ADD – IN SOLVER


Branch and Bound merupakan metode pencarian di dalam ruang solusi secara sistematis. Ruang
solusi diorganisasikan ke dalam pohon ruang status. Pohon ruang status tersebut dibangun
dengan skema BFS. Untuk mempercepat pencarian ke simpul solusi, maka setiap simpul diberi
sebuah nilai ongkos (cost). Simpul berikutnya yang akan diekspansi adalah simpul yang
memiliki ongkos paling kecil di antara simpul-simpul hidup lainnya. Sedangkan simpul lainnya
dimatikan. Nilai ongkos pada simpul i dinyatakan dengan:
ĉ(i) = nilai taksiran lintasan termurah dari i ke tujuan
Metode Branch And Bound diusulkan pertama kali oleh A.H.Land dan A.G.Doig pada tahun
1960. Sebenarnya metode ini dibuat untuk pemrograman linier (linier programming), Namun
kenyataanya metode ini mampu menyelesaikan permasalahan seperti TSP dan beberapa masalah
lain. Metode ini menggunakan pohon pencarian (Search Tree), setiap simpul di pohon
merupakan representasi dari sejumlah kemungkinan solusi dari TSP. Metode ini hanya dapat
digunakan untuk masalah optimasi saja (optimazion problem).
Metode Branch And Bound sebenarnya bukan merupakan metode yang mutlak untuk
penyelesaian TSP, metode ini merupakan kumpulan dari berbagai cara penyelesaian masalah
(class of solving problem), hanya saja persamaan karakteristik cara – cara tersebut yang
membuat mereka disebut Branch And Bound.
Add-in Solver adalah program Microsoft Office Excel add-in yang tersedia ketika Anda
menginstal Microsoft Office atau Excel. Versi Solver sebelum Excel 2007 mengacu pada sel
tujuan sebagai "sel target," dan sel variabel keputusan sebagai "sel berubah" atau "sel yang
disesuaikan". 
Mengaktifkan Fitur Solver

 Buka Excel. Klik atau klik dua kali ikon Excel yang tampak seperti kotak
berwarna hijau dengan huruf “X” di atasnya. Solver sudah disertakan sebagai
fitur bawaan pada Excel versi Windows dan Mac, tetapi Anda perlu
mengaktifkannya secara manual.
 Klik Blank Workbook. endela Excel akan dibuka dan setelah itu, Anda bisa
mengaktifkan Solver. Jika Anda memiliki berkas Excel tersimpan yang perlu
dikelola atau diolah menggunakan Solver, buka berkas tersebut alih-alih
membuat dokumen baru.
 Klik File. Tab ini berada di pojok kiri atas jendela Excel. Pada komputer Mac,
klik “Tools”, kemudian lewati langkah selanjutnya.
 Klik options. Opsi ini berada di bagian bawah menu “File”. Jendela “Options”
akan dimuat setelahnya.
 Klik Add- ins. Tab ini berada di pojok kiri bawah jendela “Options”. Pada
komputer Mac, klik “Excel Add-ins” dari menu “Tools”.
 Buka jendela “Add-ins-Avaible”.  Pastikan kolom teks "Manage"
menampilkan opsi "Excel Add-ins", kemudian klik “Go” di bagian bawah
halaman. Pada komputer Mac, jendela ini akan terbuka setelah Anda mengeklik
“Excel Add-ins” pada menu “Tools”.
 Pasang pengaya atau fitur Solver. Centang kotak "Solver" di bagian tengah
halaman, kemudian klik “OK”. Fitur atau pengaya Solver sekarang akan
ditampilkan sebagai peralatan pada tab “Data” di bagian atas jendela Excel.

Menggunakan Fitur Solver

 Pahami cara kerja Solver. Fitur ini dapat menganalisis data lembar sebar dan
batasan yang Anda tambahkan untuk menunjukkan solusi-solusi yang
memungkinkan. Fitur ini berguna saat Anda mengolah beberapa variabel.
 Tambahkan data ke lembar sebar. Agar bisa menggunakan fitur Solver,
lembar sebar harus sudah memuat data dengan beragam variabel dan satu solusi.
 Klik tab Data. Tab ini berada di bagian atas jendela Excel. Bilah peralatan
“Data” akan dibuka setelahnya.
 Klik Solver. Opsi ini berada di ujung kanan bilah peralatan “Data”. Setelah itu,
jendela “Solver” akan dibuka.
 Pilih kotak target. Klik kotak yang Anda ingin gunakan untuk menampilkan
solusi dari Solver. Kode kotak akan ditambahkan ke kolom "Set Objective".
 Tetapkan tujuan. Centang kotak "Value Of", kemudian tikkan nilai atau data
target pada kolom teks di samping "Value Of".
 Tambahkan batasan. Adanya batasan akan mempersempit atau memperketat
nilai-nilai yang Solver dapat gunakan sehingga fitur tidak akan sampai
meniadakan atau mengabaikan satu atau beberapa data pada lembar sebar. Anda
bisa menambahkan batasan dengan cara berikut :
 Klik add
 Klik atau pilih kotak-kotak yang memuat batasan
 Pilij jenis batasan (misalnya maksima)
 Klik OK
 Jalankan Solver. Setelah menambahkan semua batasan, klik “Solve” di bagian
bawah jendela “Solver”. Fitur akan mencari solusi optimal untuk soal atau kasus
yang Anda tetapkan.
 Tinjau hasil yang ada. Saat Solver memberi tahu Anda bahwa jawaban telah
ditemukan, Anda bisa melihatnya dengan mengamati lembar sebar untuk
mengetahui nilai atau data yang telah berubah.
 bah kriteria Solver. Jika keluaran yang Anda dapatkan dirasa kurang ideal, klik
“Cancel” pada jendela pop-up, kemudian sesuaikan tujuan dan batasan baru.

Contoh Evaluasi Solver


Di dalam contoh berikut, tingkat iklan di setiap kuartal mempengaruhi jumlah unit yang terjual,
secara tidak langsung menentukan jumlah penerimaan penjualan, pengeluaran yang terkait, dan
laba. Solver dapat mengubah anggaran kuartal untuk iklan (sel variabel keputusan B5:C5), di
atas batasan anggaran total $20.000 (sel F5), sampai laba total (sel tujuan F7) mencapai jumlah
maksimum yang memungkinkan. Nilai di dalam sel variabel digunakan untuk menghitung laba
di setiap kuartal, jadi mereka terkait ke sel tujuan dari rumus F7, =SUM (Q1 Profit:Q2 Profit).

1. Sel variable
2. Sel batasan
3. Sel tujuan
Setelah Solver berjalan, nilai barunya adalah sebagai berikut.

10.3. MODEL MATEMATIKA DARI SITUASI KEPUTUSAN


Model adalah percontohan yang mengandung unsure yang bersifat penyederhanaan untuk dapat
ditiru ( jika perlu ). Pengambilan keputusan itu sendiri merupakan suatu proses beruntun yang
memerlukan penggunaan model secara tepat. Pengambilan keputusan itu sendiri merupakan
proses yang membutuhkan penggunaan model yang tepat. Pengambila keputusan itu berusaha
menggeser keputusan yang semula tanpa perhitungan menjadi keputusan yang penuh
perhitungan.
Menurut Quade model kedalam dua tipe yaitu model kuantitatif dan model kualitatif.
1. Model Kuantitatif
Model Kuantitatif ( dalam hal ini adalah model matematika ) adalah serangkaian asumsi
yang tepat yang dinyatakan dalam serangkaian hubungan matematis yang pasti. Ini dapat
berupa persamaan, atau analisis lainnya, atau merupakan intruksi bagi computer yang
berupa program-program untuk computer. Adapun ciri-ciri pokok model ini ditetapkan
secara lengkap melalui asumsi-asumsi dan kesimpulan berupa konsekuensi logis dari
asumsi-asumsi tanpa menggunakan pertimbangan atau instuis mengenai proses dunia
nyata ( praktik ) atau permasalahan yang dibuat model untuk pemecahannya.
Contoh : indikator dari pemerataan dan perluasan pendidikan yaitu APK (Angka
Partisipasi Kotor) dan APM ( Angka Partisipasi Murni ). Untuk menentukan APM
tersebut dapat digunakan rumus sebagai berikut :
APM = Usia7-12 tahun yang ditampung di sekolah / Usia 7- 12 tahun seluruh siswa
X 100%
2. Model Kualitatif
Model kualitatif berdasarkan atas asumsi-asumsi yang ketepatannya agak kurang jika
dibandingkan dengan model kuantitatif dan ciri-cirinya digambarkan melalui kombinasi
dari deduksi-deduksi asumsi-asumsi tersebut dengan pertimbangan yang lebih bersifat
subjektif mengenai proses atau masalah yang pemecahannya dibuatkan model.
Contoh : peningkatan mutu dan relevansi pendidikan merupakan masalah yang perlu
dicari solusinya sehingga tidak terjadi lagi kondisi-kondisi yang memprihatinkan di dunia
pendidikan di Indonesia. Adapun faktor yang signifikan dan menjadi alternatif solusi
dalam masalah peningkatan mutu pendidikan adalah manajemen yang efektif dan
potensial serta terbentuk sekolah- sekolah yang mandiri, yaitu sekolah yang mampu
mengelola dirinya sendiri tanpa harus menunggu instruksi dari atasan, sehingga
kemandirian dan kebebasan dalam mengaktualisasikan seluruh potensi yang dimiliki
dapat menghasilkan karya- karya yang orisinil yang berguna bagi peningkatan mutu
pendidikan.

10.4. ANALISIS PERINGKAT FAKTOR


Teknik analisis faktor berawal dari metode yang dikembangkan oleh Spearman pada tahun 1904.
Analisis faktor merupakan studi tentang keterhubungan antar sekumpulan variabel dalam usaha
menemukan sekumpulan variabel baru atau variabel laten atau faktor laten. Analisis faktor
adalah prosedur untuk mengidentifikasi item atau variabel berdasarkan kemiripannya. Kemiripan
tersebut ditunjukkan dengan nilai korelasi yang tinggi. Item-item yang memiliki korelasi yang
tinggi akan membentuk satu kerumunan faktor. Prinsip dasar dalam analisis faktor adalah
menyederhanakan deskripsi tentang data dengan mengurangi jumlah variabel/ dimensi.
Dalam tulisan Supranto, dikatakan bahwa analisis faktor digunakan untuk mereduksi
data/variabel. Analisis faktor dipergunakan dalam kondisi sebagai berikut : Mengenali atau
mengidentifikasi dimensi yang mendasari (underlying dimensions) atau faktor, yang menjelaskan
korelasi antara suatu set variabel.
Analisis faktor memiliki fungsi penting dalam pengembangan alat ukur. Beberapa fungsi tersebut
antara lain sebagai berikut.
1. Analisis Faktor Eksploratori Atau Analisis Komponen Utama (PCA)
Analisis faktor eksploratori atau analisis komponen utama (PCA = principal
component analysis) yaitu suatu teknik analisis faktor di mana beberapa faktor
yang akan terbentuk berupa variabel laten yang belum dapat ditentukan sebelum
analisis dilakukan. Pada prinsipnya analisis faktor eksploratori dimana
terbentuknya faktor-faktor atau variabel laten baru adalah bersifat acak, yang
selanjutnya dapat diinterpretasi sesuai dengan faktor atau komponen atau
konstruk yang terbentuk. Analisis faktor eksploratori persis sama dengan analisis
komponen utama (PCA). 
2. Analisis Faktor Konfirmatori (CFA)
Analisis faktor konfirmatori yaitu suatu teknik analisis faktor di mana secara
apriori berdasarkan teori dan konsep yang sudah diketahui dipahami atau
ditentukan sebelumnya, maka dibuat sejumlah faktor yang akan dibentuk, serta
variabel apa saja yang termasuk ke dalam masing-masing faktor yang dibentuk
dan sudah pasti tujuannya. Pembentukan faktor konfirmatori (CFA) secara
sengaja berdasarkan teori dan konsep, dalam upaya untuk mendapatkan variabel
baru atau faktor yang mewakili beberapa item atau sub-variabel, yang merupakan
variabel teramati atau observer variable. 
10.5. MENGGABUNGKAN OPTIMASI DAN SIMULASI DALAM DESAIN RANTAI
SUPPLY
Perusahaan yang menggunakan Strategi pengoptimalan manajemen yang tepat dapat
memudahkan pekerjaan semua orang yang terlibat. Itu termasuk supplier, manufaktur,
distributor, dan pelanggan. Strategi ini bertujuan untuk menekan serendah mungkin biaya
produksi dan permintaan konsumen tetap terpenuhi. Hal yang harus menjadi perhatian sebelum
memulai SCM yaitu, : kustomisasi produksi secara masal, tekanan untuk berinovasi, teknologi
yang cepat berubah, dan masih banyak lagi. Lima hal yang diterapkan dalam menyusun strategi
rantai pasokan. Berikut adalah daftarnya:
1. Membuat prencanaan berdasarkan permintaan
2. Visibilitas dan Kontrol
3. Membangun hubungan kemitraan yang kuat dengan supplier
4. Menitikberatkan fokus SCM pada pelanggan
5. Melakukan review berkala dan pastikan rencana mitigasi risiko efektif.
Sebagai upaya agar perbaikan kinerja dapat dilakukan dengan baik, diperlukan suatu simulasi
dinamis untuk melihat faktor-faktor yang berpengaruh terhadap ketiga metrik tersebut. Entitas-
entitas yang terlibat dalam simulasi dinamis yaitu, produksi, marketing, gudang, dan pengadaan.
Berdasarkan hasil simulasi yang dilakukan diperoleh hasil bahwa, install product cycle time akan
meningkat kinerjanya jika deliver cycle time meningkat. Hal ini disebabkan bahwa install
product cycle time tidak akan mengalami keterlambatan jika kegiatan delivery dilakukan tepat
pada waktunya. Sedangkan days payable outstanding akan meningkat kinerja jika install product
dilakukan tepat waktu. Hal ini dikarenakan bahwa kegiatan penagihan atau pembayaran baru
dapat dilakukan jika dan hanya jika produk telah terpasang dengan sempurna. Dengan demikian
untuk meningkatkan kinerja metrik-metrik tersebut entitas dari produksi, gudang, dan pengadaan
harus melakukan koordinasi yang lebih baik agar keterlambatan yang mungkin terjadi dapat
diminimalisir atau dihilangkan sama sekali.
BAB 11 DESAIN JARINGAN DISTRIBUSI DAN TRANSPORTASI
A. OBJEK PRILAKU MANUSIA
1. Mampu membuat hal yang mendasar dalam penetapan keunggulan kompetitif jangka panjang
B. REFERENSI
Suryanto, M., H. (2016). Sistem Operasional Manajemen Distribusi. PT Grasindo, Jakarta
C. URAIAN

Transportasi dan distribusi adalah suatu produk yang berpindah dari lokasi dimana mereka
diproduksi ke lokasi konsumen atau pemakai yang sering kali dibatasi oleh jarak yang sangat
jauh.

Secara tradisional, jaringan distribusi seringkali dianggap sebagai serangkaian fasilitas fisik
seperti gudang dan fasilitas pengangkutan dan operasi masing masing fasilitas itu cenderung
terpisah antara satu dengan lainnya. tekanan kompetisi serta kebutuhan pelanggan yang tinggi
memaksa perusahan-perusahaan untuk melakukan berbagai perbaikan dalam kegiatan distribusi
dan transportasi. dewasa ini, jaringan distribusi tidak lagi dipandang hanya sebagai serangkaian
fasilitas yang mengerjakan fungsi-fungsi fisik seperti pengangkutan dan penyimpanan, tetapi
merupakan bagian integral dari kegiatan supply.

11.1. STUDI KASUS PENDAHULUAN : BERAS (BUATKAN CONTOH DISTRIBUSI


BERAS DALAM KOTA)

Distribusi perdagangan termasuk dari salah satu kegiatan ekonomi yang ikut menghubungkan
antara produksi dan konsumsi. sehingga, barang bisa segera disalurkan dari produsen sampai ke
tangan konsumen. distribusi perdagangan juga berkaitan erat dengan peran dari para mediator
yang terlibat di dalamnya, baik para distributor maupun para pedagang. rantai distribusi
mempunyai peranan penting dalam perekonomian masyarakat. maka itu, rantai distribusi harus
dapat terwujud secara efisien agar kegiatan penyaluran barang dari produsen ke konsumen dapat
ditempuh dengan biaya yang serendah-rendahnya. 

 Distribusi semi langsung distribusi semi langsung adalah sistem distribusi dari produsen
kepada konsumen melalui pedagang perantara yang merupakan bagian dari produsen.
misalnya, pabrik tekstil menyalurkan kainnya melalui conventer.
 Distribusi tidak langsung distribusi tidak langsung adalah sistem distribusi dari produsen
kepada konsumen melalui agen, grosir, makelar, komisioner dan pedagang kecil yang
bertindak sebagai perantara. contoh kegiatan distribusi tidak langsung adalah pt
pertamina menyalurkan gas lpg melalui agen-agen gas lpg untuk disalurkan kembali ke
pengecer hingga konsumen akhir.
 Distribusi langsung distribusi langsung adalah distribusi barang atau jasa tanpa melalui
perantara sehingga penyaluran barang langsung dari produsen kepada konsumen. contoh
kegiatan distribusi yang termasuk distribusi langsung adalah pedagang bakso yang
langsung menjual dagangannya kepada konsumen atau pembeli bakso.

11.2. MASALAH TRANSPORTASI

Modal transportasi darat di indonesia masih memiliki sejumlah masalah besar. masalah tersebut
sering ditemui dalam keseharian kita, mulai dari kemacetan, buruknya kondisi angkutan umum,
tidak layaknya infrastruktur, hingga masih tingginya angka kecelakaan akibat kelalaian
pengendara.

Masalah transportasi merupakan pemrograman linear jenis khusus yang berhubungan dengan


pendistribusian barang dari sumber (misalnya, pabrik) ke tujuan (misalnya, gudang). tujuannya
adalah untuk menentukan rencana pendistribusian untuk meninimumkan total biaya
pendistribusian agar batas suplai dan permintaan terpenuhi

 Minimnya informasi dan komunikasi. beberapa perusahaan logistik pasti pernah


mengalami hambatan dalam hal informasi dan komunikasi. ...
 permasalahan infrastruktur
 biaya pengiriman.
 barang rusak di perjalanan
 ketersediaan cek resi pengiriman.

11.3. DESAIN JARINGAN DISTRIBUSI

Jaringan distribusi pada sistem rantai pasok (supply chain system) merupakan salah satu hal yang
mendasar dalam penetapan keunggulan kompetitif jangka panjang. mutu, rekayasa, produk,
harga, lembur, kapasitas berlebih, kemampuan merespon pelanggan akibat kinerja kurang baik,
waktu tenggang (lead time) dan profitabilitas keseluruhan adalah hal-hal yang dipengaruhi oleh
tingkat persediaan.perusahaan yang memiliki jaringan distribusi yang handal daripada pesaing
cenderung berada dalam posisi kompetitif yang kuat. kebijaksanaan manajemen distribusi telah
menjadi salah satu senjata untuk memenangkan kompetitif.
Keuntungan terbesar dari pengiriman langsung adalah kemampuan untuk memusatkan
persediaan di pabrik agar bisa dikumpulkan semua permintaan di semua pengecer yang akan
disuplai. sehingga, rantai pasokan mampu menyediakan tingkat ketersediaan produk yang tinggi
dengan tingkat persediaan yang lebih rendah. masalah utama terkait dengan drop-pengiriman
adalah struktur kepemilikan persediaan di pabrik. jika ditentukan porsi inventaris di pabrik
dialokasikan untuk pengecer individual, hanya ada sedikit manfaatnya agregasi meskipun
persediaan secara fisik dikumpulkan. manfaat agregasi dapat dicapai jika pabrikan dapat
mengalokasikan setidaknya sebagian dari inventori yang tersedia di seluruh pengecer
berdasarkan kebutuhan. manfaat dari sentralisasi paling besar adalah untuk permintaan bernilai
tinggi dan rendah serta pada permintaan yang tidak terduga.

11.4. MODA TRANSPORTASI


Moda transportasi merupakan istilah yang digunakan untuk menyatakan alat angkut yang
digunakan untuk berpindah tempat dari satu tempat ke tempat lain. Moda yang biasanya
digunakan dalam transportasi dapat dikelompokkan atas moda yang berjalan di darat, berlayar di
perairan laut dan pedalaman, serta moda yang terbang di udara. Moda yang di darat juga masih
bisa dikelompokkan atas moda jalan, moda kereta api dan moda pipa.
Sistem Transportasi Nasional (Sistranas) adalah tatanan transportasi yang terorganisasi secara
kesisteman terdiri dari transportasi jalan, transportasi kereta api, transportasi sungai, danau, dan
penyeberangan, transportasi laut serta transportasi pipa, yang masing-masing terdiri dari sarana
dan prasarana, kecuali pipa, yang saling berinteraksi dengan dukungan perangkat lunak dan
perangkat pikir membentuk suatu sistem pelayanan jasa transportasi yang efektif dan efisien,
berfungsi melayani perpindahan orang dan atau barang, yang terus berkembang secara dinamis.
Moda Darat
1. Kereta api. Merupakan moda yang digunakan pada koridor dengan jumlah permintaan yang
tinggi, dimana alat angkut kereta api yang berjalan diatas rel. Moda kereta api tidak se fleksibel
seperti moda jalan namun hanya dapat digunakan bila didukung oleh jaringan infrastruktur rel
kereta api.
2. Angkutan Pipa. Merupakan moda yang umumnya digunakan untuk bahan berbentuk cair atau
pun gas, pipa digelar diatas tanah, ditanam pada kedalaman tertentu di tanah atau pun digelar
melalui dasar laut.
3. Angkutan Gantung. merupakan moda yang biasanya dipakai untuk keperluan khusus.
Misalnya wisata dan bukan untuk keperluan sehari-hari.
Moda Laut
Karena sifat fisik air yang menyangkut daya apung dan gesekan yang terbatas, maka pelayaran
merupakan moda angkutan yang paling efektif untuk angkutan barang jarak jauh barang dalam
jumlah yang besar. Pelayaran dapat berupa pelayaran pantai, pelayaran antar pulau, pelayaran
samudra ataupun pelayaran pedalaman melalui sungai atau pelayaran di danau. Didalam
pelayaran biaya terminal dan perawatan alur merupakan komponen biaya paling tinggi,
sedangkan biaya pelayarannya rendah.
Moda Udara
oda transportasi udara mempunyai karakteristik kecepatan yang tinggi dan dapat melakukan
penetrasi sampai keseluruh wilayah yang tidak bisa dijangkau oleh moda transportasi
lain. Kegiatan transportasi udara terdiri atas : angkutan udara niaga yaitu angkutan udara untuk
umum dengan menarik bayaran, dan angkutan udara bukan niaga yaitu kegiatan angkutan udara
untuk memenuhi kebutuhan sendiri dan kegiatan pokoknya bukan di bidang angkutan udara.
Sebagai tulang punggung transportasi adalah angkutan udara niaga berjadwal, sebagai penunjang
adalah angkutan niaga tidak berjadwal, sedang pelengkap adalah angkutan udara bukan niaga.
BAB 12 PERENCANAAN KEBUTUHAN PRODUKSI DAN MATERIAL
A. OBJEK PRILAKU MANUSIA
1. Mampu menyeimbangkan kondisi dalam permintaan (demand) bahan baku yang diterapkan
MRP.
2. Mampu mempergunakan bahan, alat, dan sumber daya produkksi secara efisien.
B. REFERENSI
Handoko, T.H., 2003. Dasar–Dasar Manajemen Produksi dan Operasi, Edisi Pertama,
Yogyakarta: BPFE.
C. URAIAN
Perencanaan produksi merupakan bagian penting yang harus dilakukan di industri manufaktur.
Perencanaan produksi bertujuan untuk menentukan jumlah produk yang harus dihasilkan dengan
waktu yang sesuai dengan jadwal produksi, sehingga proses produksi dapat berjalan dengan
lancar dan ekonomis. Perencanaan produksi yang baik akan dapat meningkatkan keuntungan
perusahaan karena mampu meminimalkan biaya produksi dan dapat memenuhi kebutuhan dari
permintaan produk. Sasaran perusahaan melakukan perencanaan produksi untuk menetapkan
tingkat output secara menyeluruh dalam jangka waktu tertentu untuk menghadapi permintaan
pasar yang bersifat fluktuatif atau tidak pasti.
Aktivitas peramalan merupakan suatu fungsi bisnis yang berusaha memperkirakan penjualan dan
penggunaan produk sehingga produk-produk itu dapat dibuat dalam kuantitas yang tepat. Dengan
demikian peramalan merupakan suatu dugaan terhadap permintaan yang akan datang
berdasarkan beberapa variabel peramalan, sering berdasarkan data deret waktu historis. Aktivitas
peramalan biasa dilakukan oleh departemen pemasaran dan hasil-hasil dari peramalan ini sering
disebut sebagai ramalan penjualan (Gaspersz, 2005). Pemilihan item-item independent demand
yang akan diramalkan tergantung pada situasi dan kondisi aktual dari masing-masing industri
manufaktur. Namun yang terpenting bagi manajemen industri adalah memperhatikan bahwa
item-item independent demand adalam item-item yang bebas atau tidak terkait langsung dengan
struktur bill of material (BOM) untuk produk akhir yang akan dibuat oleh industri manufaktur.
12.1. PERENCANAAN PENJUALAN DAN OPERASI
Perencanaan penjualan dan operasi, atau sales and operations plan (S&OP), adalah proyeksi
penawaran dan permintaan untuk bisnis atau organisasi. Ini menganalisis proses rantai pasokan
untuk dampak pada penjualan, pemasaran, manajemen permintaan, produksi, manajemen
inventaris, dan pengenalan produk baru. S&OP paling umum di organisasi besar yang
membutuhkan perencanaan operasional khusus karena mereka sering memiliki banyak
karyawan, departemen, dan bahkan mungkin beberapa lokasi yang memerlukan
pengorganisasian.
Tujuan S&OP adalah rencana operasi tunggal yang mengelola sumber daya untuk seluruh
perusahaan. Laporan S&OP memperkirakan permintaan rantai pasokan dan membuat
rekomendasi untuk struktur untuk mendukung kebutuhan pelanggan dan mempertahankan
profitabilitas. Berbagai pemimpin departemen membuat rekomendasi yang dikompilasi menjadi
laporan bagi eksekutif perusahaan untuk ditinjau dan digunakan.
Perencanaan penjualan dan operas  penting karena menginformasikan alokasi sumber daya yang
penting dan menghubungkan berbagai elemen perusahaan. S&OP membandingkan permintaan
yang diproyeksikan dengan pasokan yang diproyeksikan, yang dapat meningkatkan profitabilitas
perusahaan melalui manajemen sumber daya berbasis data. Membuat rencana penjualan dan
operasi memerlukan pengumpulan dan analisis data yang sering, meliputi :
 Tinjau produk
 Menilai permintaan
 Evaluasi pasokan
 Analisis keuangan
 Siapkan elemen
 Membuat laporan

Perencanaan penjualan dan operasi memberi perusahaan berbagai manfaat yang mencakup
kohesi perusahaan hingga peningkatan profitabilitas, berikut adalah beberapa manfaat :

 Memahami operasi secara holistik: S&OP memberi karyawan pandangan holistik


tentang operasi perusahaan. Karena S&OP menggabungkan informasi dan data dari
berbagai departemen, orang-orang dapat memperoleh gambaran akurat tentang
keseluruhan operasi.
 Kolaborasi terpadu: Dengan S&OP, setiap karyawan di perusahaan menerima informasi
yang sama. Hal ini meningkatkan kerjasama dan perencanaan antar departemen.
 Layanan pelanggan yang ditingkatkan: S&OP mengidentifikasi produk dengan
penjualan tinggi dan strategi pemasaran yang efektif, yang membantu karyawan
mengetahui apa yang diinginkan pelanggan dan memenuhi kebutuhan mereka dengan
lebih baik.
 Peningkatan keuntungan: Dengan pemahaman yang jelas tentang apa yang
menghasilkan uang dan bagaimana mengalokasikan sumber daya, sebagian besar
perusahaan dapat melihat peningkatan profitabilitas.
 Pendapatan yang lebih tinggi: Penilaian produk, penawaran, dan permintaan dari
S&OP memastikan bahwa bisnis menggunakan sumber dayanya dengan tepat, yang akan
menghasilkan peningkatan pendapatan.
 Manajemen yang lebih baik: Ketika manajer mengetahui bagaimana produk kerja tim
mereka berdampak pada perusahaan secara keseluruhan, mereka dapat mengelola
karyawan mereka dengan lebih baik dan memberi mereka sumber daya dan dukungan
yang mereka butuhkan untuk memenuhi tujuan dan tenggat waktu.

12.2. PILIHAN UNTUK PERENCANAAN AGREGAT


Perencanaan agregat (aggregate planning) adalah sebuah pendekatan dan proses untuk
menentukan perencanaan produksi jangka menengah, yaitu penghubung antara perencanaan
jangka pendek dengan jangka panjang (3 bulan sampai 1 tahun), yang mencakup pengembangan,
analisis, dan pemeliharaan rencana untuk penjualan total, produksi total, persediaan sasaran, dan
sasaran jaminan sediaan.
Berikut definisi dan pengertian perencanaan agregat (aggregate planning) dari para ahli :

 Menurut Heizer dan Render (2015), perencanaan agregat adalah sebuah pendekatan
untuk menentukan kuantitas dan waktu produksi pada jangka menengah (3 hingga 18
bulan ke depan). Perencanaan merupakan upaya pemilihan arah tindakan yang diambil
suatu perusahaan dan setiap departemen. 
 Menurut Haming dan Nurnajamuddin (2014), perencanaan agregat adalah sebuah proses
untuk mengembangkan rencana taktis guna mendukung rencana bisnis organisasi yang
biasanya mencakup pengembangan, analisis, dan pemeliharaan rencana untuk penjualan
total, produksi total, persediaan sasaran, dan sasaran jaminan sediaan untuk keluarga
produk.
 Menurut Handoko (2012), perencanaan agregat adalah proses perencanaan kuantitas dan
pengaturan waktu keluaran selama periode waktu tertentu (3 bulan sampai 1 tahun)
melalui penyesuaian variabel-variabel tingkat produksi karyawan, persediaan, variabel
yang dapat dikendalikan lainnya. 
 Menurut Nasution (2006), perencanaan agregat adalah perencanaan produksi jangka
menengah yang merupakan penghubung antara perencanaan jangka pendek dengan
perencanaan jangka panjang. Perencanaan agregat bertujuan untuk memberikan
keputusan yang optimum berdasarkan sumber daya yang dimiliki perusahaan dalam
memenuhi permintaan akan produk yang dihasilka

Menurut Heizer dan Render (2015), tujuan perencanaan agregat adalah untuk mengembangkan
suatu rencana produksi secara menyeluruh yang fisibel dan optimal. Secara rinci perencanaan
agregat bertujuan untuk menentukan kapasitas produksi sehingga memenuhi estimasi permintaan
pasar pada periode yang akan datang dengan keputusan serta kebijakan mengenai kerja lembur,
backorder, subkontrak, tingkat persediaan, memperkerjakan atau memberhentikan sementara
pegawai.

Menurut Kusuma (2004) tujuan dari perencanaan agregat adalah menggunakan sumber daya
manusia dan peralatan secara produktif. Selain itu perencanaan agregat digunakan untuk
membuat tingkat output secara keseluruhan sesuai kebutuhan permintaan di masa depan yang
berfluktuasi. Perencanaan agregat juga menentukan kombinasi yang optimal dari tingkat
produksi, jumlah tenaga kerja, dan tingkat persediaan.

Menurut Stevenson dan Chuong (2014), langkah-langkah dalam proses perencanaan agregat
(aggregate planning) adalah sebagai berikut :

1. Determine demand for each period. Menentukan jumlah permintaan untuk setiap periode
perencanaan yang akan datang dengan menggunakan suatu metode peramalan. 
2. Determine capacities. Menentukan kapasitas yang dimiliki oleh perusahaan seperti
kapasitas mesin, kapasitas penyimpanan persediaan. 
3. Identify company or departemental policies that are pertinent. Menentukan kebijakan
departemen atau perusahaan yang berkaitan dengan proses Aggregate Planning, seperti
tingkat persediaan minimal untuk mencapai safety stock pada perusahaan.
4. Determine unit cost for regular time, overtime, subcontracting, holding inventories, back
orders, layoff, and other relevant costs. Beberapa strategi Aggregate Planning yang
dilakukan didasarkan atas biaya produksi yang paling minimal. 
5. Develop alternative plans and compute the cost for each. Mengembangkan beberapa
alternatif perencanaan dan menghitung jumlah biaya yang dihasilkan dari beberapa
alternatif tersebut. 
6. If satisfy plan emerge, select the one that best satisfies objectives. Bila telah puas dengan
hasil dan sudah sesuai dengan tujuan awal, maka alternatif tersebut yang akan dipilih.
Sebaliknya, lakukan kembali langkah kelima

Menurut Heizer dan Render (2015), terdapat beberapa jenis metode yang banyak digunakan
dalam perencanaan agregat, yaitu sebagai berikut :

a. Metode Tabel dan Grafik. Metode ini merupakan yang paling popular karena mudah
dimengerti dan gampang penggunaannya sehingga mudah untuk dilaksanakan. Pendekatannya
dilakukan dengan cara trial and error. Teknik yang bekerja dengan beberapa variabel pada satu
waktu yang memungkinkan perencana membandingkan proyeksi permintaan dengan kapasitas
yang ada. 

b. Metode Matematis. Metode matematis pada perencanaan agregat dapat dilakukan dengan
menggunakan metode transportasi pemrograman linier dan model koefisien manajemen. 

c. Metode Transportasi (Transport Shipment Problem). Model transportasi dilakukan dengan


menggunakan bantuan tabel transportasi.

12.3. PERENCANAAN PENJUALAN DAN PRODUKSI DENGAN PEMOGRRAMAN


LINEAR
Menurut Mulyono (2004) Program linear (Linear Programming yang disingkat LP) merupakan
salah satu teknik Operating Research yang digunakan paling luas dan diketahui dengan baik.
Program Linear merupakan metode matematika dalam mengalokasikan sumber daya yang langka
untuk mencapai tujuan. Program Linear (Linear Programming) merupakan sebuah teknik
matematika yang didesain untuk membantu para manajer operasi dalam merencanakan dan
membuat keputusan yang diperlukan untuk mengalokasikan sumber daya berdasarkan pendapat
Heizer dan Render (2006). Program Linear menyatakan penggunaan teknik matematika tertentu
untuk mendapatkan kemungkinan terbaik atas persoalan yang melibatkan sumber yang serba
terbatas. Program Linear adalah suatu cara untuk menyelesaikan persoalan pengalokasian
sumber-sumber yang terbatas di antara aktivitas yang bersaing dengan cara terbaik yang
mungkin dilakukan. Linear progamming merupakan suatu teknik yang membantu pengambilan
keputusan dalam mengalokasikan sumber daya (mesin, tenaga kerja, uang, waktu, kapasitas
gudang, dan bahan baku). Linear programming merupakan penggunaan secara luas dari teknik
model matematika yang dirancang untuk membantu manajer dalam merencanakan dan
mengambil keputusan dalam mengalokasikan sumber daya.
Beberapa contoh dari penerapan program linear. Pertama, sebuah bank hendak mengalokasikan
dananya untuk mencapai kemungkinan hasil tertinggi. Bank tersebut harus beroperasi dalam
peraturan likuiditas yang dibuat pemerintah, dan harus mampu menjaga fleksibilitas yang
memadai untuk memenuhi permintaan pinjaman dari nasabahnya. Kedua, agen periklanan juga
harus mencapai kemungkinan terbaik bagi nasabah produknya dengan biaya advertising
terendah. Ada berlusinan kemungkinan yang dapat dijadikan tempat, masing-masing dengan tarif
dan pembaca yang berbeda.

Metode Simpleks (Simplex Method)


Metode simpleks merupakan prosedur algoritma yang digunakan untuk menghitung dan
menyimpan banyak angka pada iterasi-iterasi yang sekarang dan untuk pengambilan keputusan
pada iterasi berikutnya. Metode Simpleks merupakan suatu metode untuk menyelesaikan
masalah-masalah program linear yang meliputi banyak pertidaksamaan dan banyak variabel.
Dalam menggunakan metode simpleks untuk menyelesaikan masalah-masalah program linear,
model program linear harus diubah ke dalam suatu bentuk umum yang dinamakan ”bentuk
baku”. Ciri-ciri dari bentuk baku model program linear adalah semua kendala berupa persamaan
dengan sisi kanan nonnegatif, fungsi tujuan dapat memaksimumkan atau meminimumkan.

Metode Revised Simplex (Metode Simpleks yang Diperbaiki)


Metode ini didesain untuk mencapai hal yang tepat seperti pada metode simpleks yang asli.
Metode ini menghitung dan menyimpan hanya informasi yang diperlukan sekarang dan data
yang penting disimpan dalam bentuk lebih padat. Metode revised simplex secara eksplisit
memakai manipulasi matriks, maka masalah harus dinyatakan dalam notasi matriks.
Sebuah sampel haruslah dipilih sedemikian rupa sehingga setiap satuan elementer mempunyai
kesempatan dan peluang yang sama untuk dipilih dan besarnya peluang tersebut boleh sama
dengan 0. Di samping itu, pengambilan sampel yang diambil secara acak (random) haruslah
menggunakan metode yang tepat yang sesuai dengan ciri-ciri populasi dan tujuan penelitian.
Meskipun sebuah sampel terdiri dari sebagian populasi, sebagian populasi ini tidak selalu dapat
disebut sebagai sebuah sampel jika cara-cara pengambilannya tidak benar.

12.4. JADWAL PRODUKSI INDUK DAN PERENCANAAN BERGULIR


Jadwal produksi induk atau dalam bahasa asing disebut juga dengan master production schedule
(MPS) merupakan suatu set pernyataan tentang produk akhir dimana termasuk parts pengganti
dan suku cadang dari suatu perusahaan industri manufaktur yang merencanakan memproduksi
output berkaitan dengan kuantitas dan periode waktu tertentu. Jadwal Induk Produksi (JIP)
merupakan gambaran dari periode-periode perencanaan dimana suatu permintaan termasuk
peramalan, rencana peramalan, persediaan akhir serta kuantitas yang dijanjikan tersedia
(available to promise). Jadwal induk produksi disusun berdasarkan perencanaan produksi agregat
dan merupakan kunci penghubung dalam rantai perencanaan dan pengendalian.
Aktivitas Pembuat Jadwal induk Produksi (Master Production Schedule) sebagai berikut :

1. Menyediakan atau memberikan input kepada sistem perencanaan kebutuhan material dan
kapasitas (material and capacity requirements)

2.Menjadwalkan pesanan-pesanan produksi dan pembelian untuk item-item MPS


3.Memberikan landasan untuk penentuan kebutuhan sumber daya dan kapasitas

4.Memberikan basis untuk pembuatan janji tentang penyerahan produk kepada pelanggan

Berikut adalah Cara membuat jadwal induk produksi (Master Production Schedule) dalam tabel
serta istilah-istilah yang digunakan di tabel  MPS :

1. Tentukkan berapa lot size, safety stock, lead tima, persediaana on hand, demand time Fence
dan planning Time Fence yang ada.

2. Lakukan peramalan tentang perkiraan penjualan yang diperoleh dan masukkan dalam kolom
sales forecast.

3. Masukkan Actual Order dalam tabel MPS

4. Tentukan MPS yang ada, misalnya tabel 1,0 ditulis 40

5. Lakukan perhitungan untukm mencari nilai Projected Available Balance dan nilai Available to
Promise.

Tabel. 12.4.1. Jadwal Induk Produksi


BAB 13 MANAJEMEN INVENTARIS
A. OBJEK PRILAKU MANUSIA
1. Mampu mencegah situasi dimana terjadi kehabisan persediaan.
2. Mampu mengoptimalkan waktu sehingga sumber daya manusia dapat digunakan secara
optimal
B. REFERENSI
Edwards, F. L., & Goodrich, D. C. 2013. Introduction to transportation security. New York:
CRC Press.
C. URAIAN
Manajemen inventaris adalah pelacakan dan pengelolaan jumlah barang inventaris yang dimiliki
sebuah perusahaan atau bisnis. Hal ini mungkin termasuk berbagai jenis inventaris seperti bahan
mentah, komponen input, barang manufaktur, dan lain sebagainya. Pelacakan sangatlah penting
untuk mengetahui di mana it em inventaris tersebut berada dan terkait informasi keuangan.
Semuanya ini bisa menjadi lebih rumit ketika terdapat volume besar dari beberapa item
inventaris. Pergudangan multi-lokasi juga membutuhkan manajemen terperinci untuk
memindahkan barang ke tempat yang dibutuhkan dalam jumlah yang tepat dan pada waktu yang
tepat juga.
Pengendalian inventaris atau persediaan adalah pengelolaan proses yang merupakan bagian dari
aliran atau pergerakan persediaan masuk dan keluar dari pergudangan. Di sebagian besar
perusahaan, ini adalah proses yang terus berlanjut sepanjang waktu. Ketika item inventaris
masuk dan keluar, perlu untuk memiliki kontrol atas item apa yang bergerak terlebih dahulu
untuk menentukan bagaimana stok mengalir. Beberapa proses dan istilah pengendalian inventaris
atau persediaan yang harus dipahami adalah :

 Jumlah siklus

Verifikasi fisik persediaan atau inventaris secara berkala dilakukan di perusahaan untuk
memastikan tidak ada kesalahan atau malpraktik. Stok aktual dan kuantitasnya dihitung dan
diverifikasi dengan catatan sistem manajemen inventaris. Proses ini lebih sering terjadi dalam
bisnis yang berurusan dengan inventaris bernilai sangat tinggi atau berisiko tinggi seperti
perhiasan, mobil, dan barang elektronik kelas atas. Seluruh inventaris biasanya dibagi menjadi
beberapa bagian yang dihitung pada suatu waktu. Hal ini karena dalam kebanyakan kasus
menghitung seluruh persediaan atau inventaris pada satu waktu akan sulit.

 FIFO, LIFO, FEFO, dan AVCO

FIFO adalah 'masuk pertama, keluar pertama' dan itu berarti barang inventaris tertua adalah yang
pertama dipindahkan. Ini digunakan untuk menjaga inventaris agar tidak basi atau kedaluwarsa.
LIFO adalah 'last in, first out' yang berarti bahwa barang yang paling baru diterima adalah yang
pertama dikeluarkan untuk pelanggan. LIFO ini bertujuan untuk memberi pelanggan barang
paling segar dengan risiko sisa inventaris menjadi lebih tua dan tidak dapat dijual. FEFO adalah
'first expiry, first out' yang artinya stok persediaan atau inventaris yang paling dekat dengan
tanggal kedaluwarsa dipindahkan ke pelanggan terlebih dahulu. AVCO adalah sistem yang
menggunakan biaya rata-rata atau biaya tertimbang untuk setiap batch item persediaan atau
inventaris.

 Organisasi gudang

Staf di gudang menerima inventaris yang masuk, memeriksanya, dan kemudian mencatat
detailnya. Di sebagian besar gudang, detailnya mudah dimasukkan ke dalam sistem manajemen
inventaris dengan tag RFID atau pemindai barcode. Stok yang diterima disimpan di gudang dan
detail lokasinya diperbarui ke dalam sistem. Item harus diatur dengan cara yang paling sesuai
untuk penyimpanan yang aman dari item inventaris. Inventarisasi juga harus diatur sedemikian
rupa sehingga item yang paling populer atau yang bergerak lebih cepat adalah yang paling
mudah diakses. Penataan gudang harus dapat meminimalkan kerusakan barang dan
memaksimalkan kecepatan pemenuhan pesanan. Jumlah stok harus dioptimalkan untuk
mencegah kehabisan stok dan kelebihan stok.

 Just in Time (JIT)

Seperti namanya, bentuk pengendalian persediaan atau inventaris ini digunakan untuk melihat
bahwa barang persediaan diterima dari pemasok tepat sebelum dikirim. Ini dilakukan guna
mengurangi biaya penyimpanan persediaan, risiko penyimpanan persediaan bagi perusahaan
yang ingin meminimalkan ruang, dan penggunaan gudang mereka. Hal ini juga dapat
meningkatkan arus kas dalam bisnis. Namun, mungkin berisiko bagi beberapa perusahaan atau
bisnis.

 Level nominal dan stok pengaman

Ini merupakan stok minimal yang harus dimiliki perusahaan untuk barang tertentu. Pengendalian
inventaris harus dapat memantau tingkat inventaris sehingga barang tersebut dapat dipesan ulang
dengan baik pada waktunya ketika hampir habis. Pada musim puncak permintaan, beberapa
perusahaan menahan stok ekstra untuk barang-barang yang paling banyak diminati untuk
mencegah terjadinya kehabisan stok.

13.1. ANALISIS BAHAN


Analisis bahan makanan dan minuman adalah kegiatan yang dilakukan untuk mengetahui
senyawa-senyawa yang terkandung dalam suatu bahan makanan dan minuman. Analisis bahan
makanan dan minuman dapat dilakukan dengan tatacara kimiawi, fisika, nutrisi dan inderawi
yang biasa dikenal dengan uji organoleptik. Analisis pangan dapat dilakukan pada produk
tersebut yaitu dengan beberapa cara yaitu :
1. Analisis fisika : dilakukan untuk mengetahui tekstur, kepadatan, dan warna pada makanan.
2. Analisis kimiawi : dilakukan untuk mengetahui kandungan garam, gula, asam sitrat, dan
senyawa lainnya dalam makanan atau minuman.
Analisis produk berusaha untuk bisa mendefinisikan setiap bagian dari suatu produk yang akan
dijual, sehingga bisnis dapat lebih memahami bagaimana mengelola profitabilitas dan daya tarik
pelanggannya. Pentingnya pengujian kadar abu dalam suatu bahan pangan bertujuan untuk
mengetahui baik atau tidaknya suatu pengolahan, mengetahui jenis bahan yang digunakan dan
sebagai penentu parameter nilai gizi suatu bahan pangan
Tujuan analisis makanan dan minuman, antara lain :
1. Menentukan kualitas makanan dan minuman
2. Menentukan ada/tidaknya bahan tambahan dalam makanan dan minuman
3. Mendeteksi adanya metabolik senyawa beracun dalam makanan dan minuman
4. Mengikuti terjadinya perubahan selama penanganan/pengolahan.

13.2. MODEL EPQ


EPQ merupakan model persediaan yang digunakan untuk menentukan kuantitas produksi yang
ekonomis. Pendekatan tradisional mengenai EPQ selalu mengasumsikan bahwa produk yang
dihasilkan selama proses produksi memiliki kualitas yang sempurna sehingga tidak ada produk
cacat yang dihasilkan selama produksi berlangsung. Pada kondisi ini, model EPQ yang dibangun
tidak mempertimbangkan adanya biaya yang harus ditanggung karena memproduksi produk
cacat (Ristono, 2009). Pada kenyataan yang terjadi di lapangan, produk yang dihasilkan tidak
selalu memiliki kualitas yang sempurna. Hal ini biasanya disebabkan karena kondisi proses
produksi yang menurun.
Penelitian mengenai EPQ pada sistem produksi tidak sempurna telah banyak dilakukan
sebelumnya. Penelitianpenelitian tersebut dilakukan dengan mempertimbangkan satu KPS tidak
sempurna, satu KPS tidak sempurna dengan menambahkan faktor resiko lainnya maupun dua
KPS tidak sempurna. Bab ini berisi mengenai penelitian-penelitian terdahulu yang telah
dilakukan oleh para peneliti dan penelitian saat ini yang dilakukan oleh penulis.
Model EPQ Pada Satu KPS Tidak Sempurna
Rosenblatt dan Lee (1986) telah mengembangkan model EPQ dengan mempertimbangkan sistem
produksi tidak sempurna (satu KPS tidak sempurna). Mereka mengasumsikan bahwa proses
produksi suatu saat akan menurun dan bergeser dari kondisi in-control ke kondisi out-of-control.
Akibatnya, sistem produksi akan menghasilkan produk cacat dengan porsi tetap setelah proses
produksi bergeser ke kondisi out-of control. Waktu pergeseran merupakan variabel acak yang
mengikuti distribusi eksponensial. Model ini merupakan model persediaan probabilistik karena
waktu pergeseran merupakan variabel acak dan mengikuti pola distriusi tertentu. Rosenblatt dan
Lee (1986) mengembangkan model dasar EPQ pada sistem produksi tidak sempurna dengan
mengasumsikan bahwa selama kondisi out-of-control, produk cacat yang dihasilkan memiliki
porsi tetap.
Model EPQ Pada Dua KPS Tidak Sempurna
Model-model EPQ yang dikembangkan pada penelitianpenelitian di atas hanya
mempertimbangkan satu KPS tidak sempurna. Lin dan Gong (2011) mengembangkan model
Rosenblatt dan Lee (1986) dengan mempertimbangkan dua KPS tidak sempurna dan dengan
periode perencanaan tidak terbatas. Kedua KPS akan mengalami pergeseran dari kondisi in-
control ke kondisi out-of-control selama proses produksi berlangsung. Waktu pergeseran
masingmasing KPS merupakan variabel acak yang mengikuti distribusi eksponensial, sehingga
kedua KPS akan mengikuti joint bivariate exponential distribution.
Masing-masing KPS akan memiliki pengaruh yang berbeda terhadap produk cacat yang
dihasilkan, sehingga pada kasus ini terdapat tiga kondisi yang berbeda. Kondisi pertama terjadi
ketika KPS pertama mengalami pergeseran ke kondisi out-of-control sehingga menghasilkan
produk cacat dengan prosentase tertentu. Kondisi kedua terjadi ketika KPS kedua mengalami
pergeseran ke kondisi outof-control sehingga menghasilkan produk cacat dengan prosentase
tertentu. Kondisi ketiga terjadi ketika kedua KPS mengalami pergeseran ke kondisi out-ofcontrol
sehingga menghasilkan produk cacat dengan prosentase tertentu.

13.3. MODEL STOKASTIK


Model Stokastik adalah model matematika dimana gejala-gejala dapat diukur dengan derajat
kepastian yang tidak stabil. Pada Model Stokastik disebut juga model probabilistik peluang dari
masing-masing kejadian benar-benar di hitung, menyusun sebuah model stokastik cenderung
lebih sulit dari model deterministik. Kaidah-kaidah peluang adalah alat matematika yang cukup
vital dalam menyusun model stokastik. Contoh model stokastik adalah teori antrian dan teori
permainan, dimana ini merupakan pengembangan dari riset operasi modern.
Berkenaan dengan karakteristik persoalan yang hendak diselesaikan dengan pendekatan OR,
maka dibedakan dua jenis permasalahan :
1. Deterministik, dicirikan oleh nilai-nilai parameternya yang pasti dan time-invariant
2. Stokastik, dicirikan oleh ketidakpastian nilai parameter-parameternya dan time-variant
Contoh penerapan pemodelan stokastik adalah : Rantai Markov dengan Waktu Diskret, Proses
Poisson, Rantai Markov dengan Waktu Kontinu, Proses Bercabang Dan Proses Pembaruan dan
Penerapannya. Kejadian stokastik adalah kebolehjadian yang hanya dapat ditentukan distribusi
frekuensinya. jadi kejadian stokastik ini tidak dapat ditentukan fungsinya dengan pasti, namun
hanya berupa kisaran fungsi yang nilainya belum dapat ditetapkan.
Contoh dari kejadian stokastik adalah jumlah daun yang berguguran setiap harinya. Helai-helai
daun berguguran dari hari ke hari, namun belum dapat dipastikan berapa jumlahnya dan fungsi
seperti apa yang dapat menggambarkan proses bergugurnya daun-daun tersebut. Kejadian
stokastik ini dapat didekati dengan suatu fungsi interval yang bentuknya akan menyerupai, yaitu
pada saat-saat tertentu mencapai nilai maksimal sedangkan saat yang lain mencapai titik
minimal.
(Azadi at al, 2019) memperkenalkan model inventori stokastik pada permasalahan inventori
produk yang mudah ruasak (Perishable). (Qiu, Sun, & Lim, 2017) memperkenalkan model
inventori dengan pendekatan Robust. (Zhang at al, 2018) memperkenalkan model inventori
probabilistik. (Li & Fu, 2017) membahas manajemen inventori menggunakan pendekatan
Robust. Pada (Canyakmaz, Ozekici, & Karaesmen, 2019) dibahas permasalahan inventori
stokastik dengan permintaan bergantung pada harga. Penelitian sebelumnya membahas
permasalahan inventori stokastik dengan mempertimbangkan ketidakpastian permintaan ataupun
ketidakpastian waktu tunggu (lead time). Ketidakpastian permintaan dan waktu tunggu dibahas
oleh (Rahdar, Wang, & Hu, 2018) dengan memperkenalkan model TriLevel Optimization dan
model stokastik. Berikut diberikan model stokastik yang diperkenalkan oleh (Rahdar, Wang, &
Hu, 2018).

13.4. SISTEM PERIODE TUNGGAL


Model persediaan periode tunggal (single-periode inventory model) merupakan sistem untuk
memesan barang-barang dengan nilai yang kecil atau tidak memiliki nilai pada akhir periode
penjualan (mudah rusak). Diakhir periode penjualan, setiap produk yang tersisa memiliki nilai
yang kecil atau tidak memiliki nilai.
 Fungsi-fungsi persedian
1. Untuk memberikan pilihan barang agar dapat memenuhi permintaan palanggan yang
diantisipasi dan memisahkan perusahaan dari fluktuasi permintaan
2. Untuk memisahkan beberapa tahapan dari proses produksi.
3. Untuk mengambil keuntungan dari potongan jumlah
4. Untuk menghindari inflasi dan kenaikan harga.
 Jenis-jenis Persediaan
1. Persediaan bahan mentah (raw materia inventory) telah dibeli , tetapi belum diproses.
2. Persediaan Barang dalam Proses (work-in-process-WIP inventory) ialah komponen-
komponen atau bahan mentah yang telah melewati beberapa proses perubahan, tetapi
belum selesai.
3. MRO (maintenance/repair/operating) adalah persediaan yang disediakan untuk
perlengkapan pemeliharaan/perbaikan/operasi yang dibutuhkan untuk menjaga agar
mesin dan proses tetap produktif.
 Analisis ABC
Membagi persediaan ditangan kedalam tiga kelompok berdasarkan pada volume tahunan dalam
jumlah uang.
Kebijakan-kebijakan yang dapat didasarkan pada analisis ABC mencakup hal-hal dibawah ini:
1. Membeli sumberdaya yang ditujukan pada pengembangan pemasok harus jauh lebih
tinggi untuk barang-barang A dibandingkan dengan barang-barang C.
2. Barang-barang A, yang berlawanan dengan barang-banrang B dan C, harus memiliki
pengendalian persediaan fisik yang lebih ketat
3. Meramalkan barang-barang A memerlukan perhatian lebih dibandingkan barang-barang
lainnya.
 Keakuratan Catatan Persediaan
Keakuratan catatan persediaan adalah prasyarat bagi manajemen persediaan, penjadwalan
produksi, dan, pada akhirnya, penjualan.
 Perhitungan Siklus
Perhitungan Siklus (cycle counting) merupakan rekonsiliasi yang berkelanjutan dari persediaan
dengan catatan persediaan.
 Permintaan Independen versus Permintaan Dependen
Model-model pengendalian persediaan berasumsi bahwa permintaan untuk barang independen
dari atau dependen pada permintaan barang lainnya.
 Biaya Penyimpanan, Pemesanan, dan Pemasangan
Biaya Penyimpanan (holding cost) merupakan biaya yang terkait dengan penyimpanan
persediaan selama waktu tertentu.
Biaya Pemesanan (ordering cost) mencakup biaya dari persediaan, formulir, pemrosesan
pesanan, pembelian, dukungan administrasi, dan seterusnya.
Biaya Pemasangan (setup cost) adalah biaya unutk mempersiapkan mesis atau proses untuk
menghasilkan pesanan.
 Model Kuantitas Pesanan Ekonomi (EOQ) Dasar
Teknik ini relatif digunakan mudah digunakan, tetapi didasarkan pada beberapa asumsi sbb:
1. Jumlah permintaan diketahui, cukup konstan, dan independen.
2. Waktu tunggu-yakni, waktu antara pemesanan dan penerimaan pesanan-telah diketahui
dan bersifat konstan.
3. Persediaan segera diterima dan selesai seluruhnya.
4. Tidak tersedia diskon kuantitas.
5. Biaya variabel hanya biaya untuk memasang atau memesan dan biaya menyimpan
persediaan dalam waktu tertentu.
6. Kehabisan persediaan dapat sepenuhnya dihindari jika pemesanan dilakukan pada waktu
yang tepat.
 Meminimalkan Biaya
Model persediaan umumnya untuk meminimalkan total biaya.
Langkah-langkah yang diperlukan:
1. Mengembangkan sebuah pernyataan untuk biaya pemesanan dan pemasangan.
2. Mengembangkan sebuah pernyataan untuk biaya penyimpanan.
3. Menentukan biaya pemasangan sama dengan biaya penyimpanan.
4. Menyelesaikan persamaan untuk kuantitas pesanan optimal.
 Titik pemesanan Ulang
Model-model persediaan sederhana berasumsi bahwa pesanan diterima saat itu juga. Dengan
kata lain, model-model ini mengasumsikan
1. Perusahaan akan menempatkan pesanan ketika tingkat persediaan untuk barang tertentu
mencapai nol.
2. Perusahaan akan menerima barang yang dipesan secara langsung.
 Model-model kuantitas pesanan produksi
Model-model kuntitas pesanan produksi (production order quantity model) merupaka teknik
kuantitas pesananekonomis yang digunakan pada pesanan produksi. Model ini dapat digunakan
dalam dua situasi:
1. Saat persediaan mengalir atau menumpuk secara berkelanjutan selama suatu waktu
setelah pesanan ditempatkan.
2. Saat unit-unit dihasilkan dan dijual secara serempak.
 Model Diskon Kuantitas
Model diskon kuantitas (quantity discount) merupakan potongan harga untuk barang yang dibeli
dalam jumlah besar.
 Model-model probabilistik lainnya
Kita perlu menentukan model yang mana yang digunakan untuk tiga situasi:
1. Permintaannya bervariasi dan waktu tunggunya konstan
2. Waktu tunggunya bervariasi dan permintaannya konstan
3. Permintaan dan waktu tunggunya bervariasi.

Sistem kuantitas (Q) tetap merupakan sistem pemesanan dengan jumlah pemesanan yang sama
setiap kalinya.

Sistem periode tetap memiliki beberapa asumsi yang sama seperti sistem kuantitas tetap EOQ
dasar:

 Biaya-biaya yang relevan hanya biaya pemesanan dan biaya penyimpanan

 Waktu tunggu diketahui dan konstan

 Barang-barang bersifat saling independen.

13.5. STOK PENGAMANAN DAN STRATEGI TRANSPORTASI

Supply chain dipandang sebagai suatu bagian dari kumpulan berbagai bidang lainnya
seperti logistics, operation management, production management, dan transportation security.
Pembahasan mengenai keamanan transportasi menjadi satu kajian yang menarik karena di
dalamnya terdapat berbagai faktor yang seringkali dijumpai di luar dari perkiraan pihak
pengambil kebijakan di perusahaan. Diperlukan penanganan yang tepat untuk memastikan
bahwa arus perpindahan barang dapat berjalan dengan efektif dan efisien. 

Identifikasi mengenai kemungkinan ancaman yang muncul baik yang dapat diperkirakan maupun
yang tidak harus dilakukan secara cermat berdasarkan jenis moda transportasi. Sebagai
gambaran, risiko yang ada dalam pendistribusian barang melalui darat tentu berbeda dengan
pendistribusian barang melalui laut. Pandangan awal ini dapat menjadi acuan dalam mengambil
kebijakan mengenai jenis transportasi apa yang akan digunakan.

Risiko di Transportasi Darat


Risiko yang ada di transportasi darat dapat dibagi menjadi tiga kategori, yaitu: faktor alam
(bencana), teknologi, dan human error. Analisis awalan mengenai risiko yang mungkin muncul
harus dituangkan dalam bentuk security plan, dimana di dalamnya terdapat berbagai informasi
mengenai titik mana saja yang menjadi titik kritis (jalan utama yang mana tidak ada jalur
alternatif jika terjadi sesuatu). Risiko lain yakni adanya bencana alam, antara lain: gempa bumi,
tanah longsor, dan banjir.

Strategi Pengamanan untuk Jalur Darat

Jalan raya yang dipandang sebagai sebuah jalur transportasi barang memiliki kemungkinan
munculnya risiko. Banjir di jalan raya, misalnya, dapat berpengaruh pada kerusakan barang yang
dibawa dalam truk dan juga menghambat proses distribusi barang. Salah satu solusi yang bisa
dilakukan adalah membuka kanal komunikasi dengan berbagai pihak yang bertanggung jawab
atas munculnya bencana ini. Selain itu, penilaian terhadap risiko umum perlu dikembangkan,
sehingga hal ini tidak lagi dipandang sebagai risiko yang ada pada individu (perusahaan), tetapi
risiko yang ada karena bencana.

Strategi Pengamanan untuk Mobil dan Truk

Pergerakan mobil dan truk yang tidak memiliki struktur yang teratur menjadi tantangan
tersendiri. Pencegahan tindak kriminal dapat dilakukan, misalnya para pabrikan melengkapi
mobil produksinya dengan Global Positioning System (GPS) maupun alarm yang terpasang di
dalam kendaraan.

Teknologi GPS sangat membantu dalam melacak posisi kendaraan yang ada di dalam sistem dan
dapat dipantau secara real time. Bahkan telah dikembangkan teknologi yang memungkinkan
dilakukan pengendalian kendaraan melalui jarak jauh, sehingga jika terjadi sesuatu (misalnya
supir mengantuk) dapat dilakukan pencegahan potensi kecelakaannya.

Penggunaan transportasi melalui jalan raya menjadi salah satu penopang jalannya ekonomi suatu
negara. Berbagai komoditas dapat didistribusikan ke berbagai daerah. Perencanaan yang tepat
mengenai pemetaan risiko dan penentuan strategi harus menjadi perhatian semua pihak untuk
memastikan sistem yang dibuat dapat berjalan dengan baik.

13.6. KEBIJAKAN KONTROL INVENTARIS MENGGABUNGKAN INVENTARIS


inventory control adalah sistem untuk mengelola tingkat inventaris Anda guna memastikan
bahwa jumlah optimal setiap produk tetap terjaga. Proses inventory control dapat mencakup
beberapa kegiatan, di antaranya :

 Mengintegrasikan pemindai barcode.


 Menghitung inventaris secara lengkap.
 Melacak inventaris fisik dengan pesanan penjualan dan pembelian.
 Mencatat detail produk, lokasi, dan asalnya.
 Menyusun laporan inventaris dan penyesuaian
Berikut ini beberapa fungsi utama dari sistem inventory control, yaitu meliputi :

 Mengelola spesifikasi barang, nomor identitas dan jenisnya.


 Menyimpan informasi nomor seri barang.
 Implementasi dan pengendalian barcode.
 Mengatur prioritas barang.
 Mempermudah proses restock.
 Memudahkan Anda dalam mengelola daftar inventaris.
 Sebagai laporan gudang real-time.
 Membantu pelacakan lokasi barang secara real-time.
 Fungsi pengawasan penyimpanan inventaris.
 Sebagai operasi akuntansi dan pajak yang terkait dengan manajemen gudang.
 Membantu sinkronisasi antara stok gudang dengan penjualan.

Adapun manfaat dari inventory control dalam sebuah perusahaan, yaitu :


 Sebagai alat kontrol kualitas
 Mengontrol organisasi dengan lebih baik
 Akurasi akuntansi
Secara garis besar, ada beberapa metode yang bisa Anda gunakan untuk memantau inventory
control.
 Metode Just in Time (JIT)
 Analisis Persediaan ABC
 Pengiriman Massal
 Consignment
 Cross-Docking
 Penghitungan Siklus

BAB 14 ROUTING DAN SCHEDULING

A. OBJEK PERILAKU MAHASISWA

1. Mampu memahami masalah mengenai pengenalan kepada scheduling, yaitu penekanan


kepada siapa, apa dan kapan untuk melakukan pengriman ataupun operasi lapangan yang ada di
dalam industry.

2. Mampu menganalisis masalah yang ada mengenai routing, yaitu penekanan kea rah lokasi
dan bagaimana cara yang dilakukan untuk dapat mencapai dan menemukan lokasi yang dituju,
dengan cara yang lebih efisien.

B. REFERENSI

C.URAIAN

Setiap produk yang beredar dipasar, merupakan hasil dari tahapan produksi yang sudah selesai.
Jauh sebelum produk bisa diakses oleh pelanggan, serangkaian proses terjadi. Ide awal produk,
konsep awal, perencanaan, proses evaluasi, hingga pada akhirnya, diputuskan untuk diproduksi
karena sudah memenuhi standar perusahaan, menjadi tahapan produksi yang terjadi.

Sebagai seorang pengelola perusahaan, tentu memahami tahapan produksi menjadi penting.
Sederhana saja, agar produk yang dilempar ke pasar benar benar sudah sesuai dengan standar,
dan dapat memenuhi ekspektasi dari pelanggan yang sudah dimiliki.
Untuk menjadikan setiap produk yang dihasilkan berjalan dengan baik, maka kita harus
memperhatikan hal hal yang harus dilakukan agar setiap proses demi proses yang dilakukan
dapat berjalan dengan lancer dan mengurangi gagal produksi yang terjadi, sehingga tidak
merugikan perusahaan, Pada bagian ini, kita akan membahas mengenai routing dan scheduling.

14.1 GRAFIK MATEMATIKA

Grafik matematika yang dipakai pada materi ini yaitu Metode Penjadualan linier ( Linier
scheduling method ), yaitu salah satu dari sekian banyak pengendali yang dikenal dalam suatu
proyek, yang lazimnya disebut time schedule. Metode penjadulan linier dalam praktek memang
masih kurang popular, akan tetapi dengan hadirnya alat bantu khususnya dibidang computer,
metode ini menjadi layak untuk diperhitungkan.Ada dua alasan utama dalam penggunaan metode
Penjadualan Linier, yaitu:

1. Penggunaan Metode Penjadualan Linier sangat cocok apabila digunakan pada proyek
konstruksi uang mempunyai karakteristik menerus dan berulang. Proyek” tersebut yaitu:

a. Proyek jalan

b. Proyek lapangan udara.

c. Proyek jalur pipa dan bendungan

d. Proyek bendungan

2. Dapat diketahui sumber daya yang dibutuhkan/ditentukan disepanjang proyek pada


masing-masing kegiatan sehingga didapat biaya minimum, hal ini disebabkan minimasi
waktu dapat dicapai.

14.2 ALGORITMA UNTUK KONSTRUKSI SOLUSI MODEL AWAK YANG LAYAK

Dalam Optimasi dan cabang matematika lainnya, dan dalam algortima pencarian (topic dalam
ilmu computer), Algoritma konstruksi solusi model awak yang layak adalah anggota dari
himpunan solusi yang mungkin dari wilayah yang layak dari masalah yang diberikan.

Solusi tidak harus menjadi solusi yang mungkin atau masuk akal untuk masalah- hanya dalam
himpunan yang memenuhi semua kendala: yaitu dalam himpunan solusi kandidat ke subset dari
solusi yang layak, yang poinnya tetap sebagai solusi kandidat sementara solusi layak lainnya
selanjutnya dikeluarkan sebagai kandidat.

Ruang dari semua solusi, sebelum titik fisibel dikeluarkan, disebut daerah fisibel, himpunan
fisibel, ruang pencarian, atau ruang solusi. Ini adalah himpunan semua solusi yang mungkin telah
memenuhi kendala masalah. Kepuasan kendala adalah proses menemukan titik dalam himpunan
yang layak.

14.3 PERUTEAN KENDARAAN

Masalah routing kendaraan berfokus pada penentuan rute optimal untuk armada kendaraan
mengingat kendala operasional seperti rentang waktu, panjang rute, dll. Ini membantu manajer
armada merencanakan rute yang dapat memaksimalkan efisiensi armada dan meminimalkan
biaya pengiriman jarak tempuh.

VRP adalah generalisasi dari Travelling Salesman Problem (TSP). TSP berupaya menemukan
rute terpendek bagi tenaga penjualan atau kendaraan untuk mengunjungi semua tujuan dan
kembali ke titik awal.

Dalam scenario kehidupan nyata, masalah rute kendaraan bukan tentang menyediakan rute
sesingkat mungkin. Ada banyak factor lain yag berkontribusi dalam perencanaan rute yang
dioptimalkan. Kompleksitas dalam VRP muncul karena adanya beberapa kendala dan sifatnya
yang tidak dapat diprediksi.

DIPERLUKAN UPAYA KOMPUTASI BESAR-BESARAN.

Masalah routing kendaraan membutuhkan upaya komputasi besar besaran untuk dapat
melaksanakannya.

Bahkan dispatcher dan driver berpengalaman tidak dapat menyelesaikannya secara manual,
karena berbagai factor kontribusi untuk itu

FAKTOR FAKTOR YANG TIDAK DAPAT DIPREDIKSI

Ada ketidakpastian yang melekat pada proses perencanaan rute kehidupan nyata yang membuat
VRP sangat sulit untuk dipecahkan.
Mereka dapat mengubah permintaan pelanggan, kemacetan lalu lintas, penghalang jalan yang
tidak terduga karena pemeliharaan, dan sebagainya.

14.4 ALGORITMA SWEEP

Salah satu proses atau cara yang dapat dilakukan untuk mengefisienkan metode ini adalah
Algoritma Sweep. Algoritma sweep adalah metode clustering yang paling sederhana untuk
menyelesaikan CVRP.

Banyak penelitian yang menggunakan Algoritma Sweep karena dapat memecahkan masalah
yang cukup kompleks dengan pendekatan yang sederhana dan waktu yang singkat.

14.5 ALGORITMA PENJADWALAN MOORE

Robert Boyer dan J Strother Moore mendirikannya pada tahun 1977. Algoritma Moore adalah
algoritma yang sangat efisien dan telah berfungsi sebagai tolak ukur standar untuk pencarian
string.

Algoritma Moore Mengambil pendekatan ‘mundur’ ; string pola (P) disejajarkan dengan awal
string text (T), dan kemudian membandingkan karakter pola dari kanan ke kiri, dimulai dengan
karakter paling kanan.

Jika karakter yang dibandingkan tidak berada dalam pola, tidak ada kecocokan yang dapat
ditemukan dengan menganalisis aspek lebih lanjut pada posisi ini sehingga pola dapat diubah
seluruhnya melewati karakter yang tidak cocok.

Untuk menentukan kemungkinan pergeseran, algoritma moore menggunakan dua strategi


preprocessing secara bersamaan. Setiap kali terjadi ketidaksesuaian, maka algoritma menghitung
variasi menggunakan kedua pendekatan dan memilih pergeseran yang lebih signifikan, jika
menggunakan strategi yang paling efektif untuk setiap kasus.

Anda mungkin juga menyukai