Anda di halaman 1dari 15

“RESIKO RANTAI PASOKAN & PENGELOLAAN RANTAI PASOKAN

TERINTEGRASI ”
Bab 1

Pendahuluan

1.1 Latar Belakang

Manajemen rantai pasok (supply chain management) menjadi salah satu strategi penting dalam
membangun keunggulan bersaing organisasi dan perusahaan. Aktivitas manajemen rantai pasok yang
mencakup mulai dari pemenuhan (fulfilment) pasokan barang dari pemasok ke manufaktur sampai ke
pemenuhan order fulfilment dari pelanggan. Tanpa manajamen rantai pasok, tidak ada produk. Tanpa
produk, tidak ada order penjualan yang bisa dipenuhi. Tanpa ada penjualan, perusahaan tidak mungkin
dapat beroperasi secara normal.

Pengelolaan Rantai Pasokan Terintegrasi adalah manajemen pengelolaan dalam usaha


memperoleh barang atau jasa yang merupakan bagian dari mata rantai suatu sistem produksi tertentu
juga proses pengadaan barang/jasa yang pelaksanaannya dilakukan secara elektronik yang berbasis
web/internet dengan memanfaatkan fasilitas teknologi komunikasi dan informasi yang meliputi
pelelangan umum, pra-kualifikasi dan sourcing secara elektronik dengan menggunakan modul berbasis
website.

1.2 Rumusan Masalah

1. Apa yang dimaksud dengan resiko rantai pasokan ?

2.Bagaimana model SCOR ?

3. Sebutkan manajemen resiko pasok model SCOR ?

4. Sebutkan dan jelaskan tahapan pendekatan SCRM ?

5.Sebutkan dan jelaskan ancaman dan resiko keamanan dalam rantai pasok ?

6. Sebutkan 8 manajemen resiko keamanan ?

7. Sebutkan 4 strategi mitigasi resiko keamanan ?

8. Apa yang dimaksud dengan e-procurement ?

1.3 Tujuan
Bab II

Pembahasan

2.1 Resiko Rantai Pasokan

Manajemen rantai pasok (supply chain management) menjadi salah satu strategi penting dalam
membangun keunggulan bersaing organisasi dan perusahaan. Aktivitas manajemen rantai pasok yang
mencakup mulai dari pemenuhan (fulfilment) pasokan barang dari pemasok ke manufaktur sampai ke
pemenuhan order fulfilment dari pelanggan. Tanpa manajamen rantai pasok, tidak ada produk. Tanpa
produk, tidak ada order penjualan yang bisa dipenuhi. Tanpa ada penjualan, perusahaan tidak mungkin
dapat beroperasi secara normal.

Mengingat pentingnya manajemen rantai pasok, setiap manajer organisasi perusahaan harus
mampu melakukan perencanaan, pelaksanaan, pengendalian, dan manajemen risiko atas proses
manajemen rantai pasok.

Manajemen risiko rantai pasok menjadi isu penting dan memerlukan perhatian serius dari para
manajer, selain karena risiko itu sering terjadi, juga dampak signifikan dari potensi. kejadian risiko
terhadap kinerja perusahaan secara keseluruhan. Umumnya kinerja rantai pasok, berhubungan dengan
keandalan, kecepatan dalam merespon, ketepatan dalam pengadaan, ketepatan dalam pemenuhan
fulfilment, fleksibilitas, biaya, dan ketepatan lead time dari aktivitas logistik.

Setiap proses aktivitas rantai pasok berpotensi menghadapi risiko. Beberapa contoh risiko
rantai pasok antara lain kekurangan bahan baku, kegagalan pemasok, meningkatnya harga bahan,
kerusakan mesin, permintaan yang tidak pasti, peramalan yang tidak akurat, perubahan pesanan, dan
kegagalan transportasi. Potensi kejadian risiko-risiko tersebut bisa terjadi, dan bila benar-benar terjadi,
tentu akan berdampak pada kinerja manajemen rantai pasok perusahaan.

2.2 Mengenal Model SCOR

Model SCOR telah mengembangkan manajemen risiko rantai pasok (Supply Chain Risk
Management, disingkat SCRM). Model SCOR diciptakan oleh Supply Chain Council (SCC), yang terbentuk
pada tahun 1996, merupakan asosiasi non-profit internasional dan independen dengan keanggotaan
yang terbuka bagi semua perusahaan atau organisasi.

Model SCOR dikembangkan untuk menyediakan suatu metode penilaian-mandiri dan


perbandingan aktivitas-aktivitas dan kinerja rantai pasok sebagai suatu standar manajemen rantai
pasok lintas-industri. Model ini menyajikan kerangka proses bisnis, indikator kinerja, praktik-praktik
terbaik (best practices) serta teknologi untuk mendukung komunikasi dan kolaborasi antarmitra rantai
pasok, sehingga dapat meningkatkan efektivitas manajemen rantai pasok dan efektivitas
penyempurnaan rantai pasok (Paul, 2014). Model SCOR berperan sebagai basis dalam memahami cara
rantai pasok mengoperasikan, mengidentifikasi semua pihak yang terkait, serta menganalisis kinerja
rantai pasok.

Model SCOR mengumpulkan informasi yang dibutuhkan untuk mendukung pengambilan


keputusan manajemen. Model ini juga berperan sebagai basis bagi proyek perbaikan manajemen rantai
pasok, dengan cara:

 Mengidentifikasi proses-proses dalam bahasa yang dapat dikomunikasikan ke seluruh elemen


organisasi dan fungsional;

 Menggunakan terminologi dan notasi standar, dan

 Menguhubungkan berbagai aktivitas dengan ukuran/metrik yang tepat.

Model SCOR mencakup setidaknya empat bidang:

1. Interaksi antara seluruh pemasok dan konsumen, mulai dari penerimaan pesanan hingga
pembayaran tagihan.

2. Seluruh transaksi material fisik, dari pihak pemasok hingga konsumen pihak pelanggan, termasuk
peralatan, bahan-bahan pendukung, suku cadang, produk curah (bulk), perangkat lunak, dan lain-lain.

3. Seluruh transaksi pasar, dari pemahaman akan permintaan agregat hingga pemenuhan setiap
pesanan.

4. Proses pengembalian (return)

Model SCOR terstruktur ke dalam enam proses manajemen: Plan, Source, Make, Deliver,
Return, dan Enable dari pemasok hingga pelanggan. Pendekatan dalam membangun SCOR terdiri atas:
proses, praktik, kinerja, dan ketrampilan SDM.
2.3 Manajemen risiko rantai pasok Model SCOR

SCRM meliputi aktivitas identifikasi, penilaian dan mitigasi secara sistematis terhadap potensi
gangguan dalam jejaring logistik dengan sasaran untuk mengurangi dampak negatif terhadap kinerja
jejaring rantai pasok tersebut (Paul, 2014).

Sebagaimana didefinisikan dalam model SCOR , pengelolaan risiko perencanaan rantai pasok
meliputi proses identifikasi, koordinasi, dan pengelolaan risiko rantai pasok melalui penyelarasan
dengan keseluruhan program manajemen risiko bisnis. Risiko rantai pasok didefinisikan sebagai segala
ketidakpastian yang potensial memengaruhi secara negatif terhadap kinerja organisasi. Manajemen
risiko rantai pasok berdampak signifikan terhadap atribut kinerja rantai pasok dalam model SCOR
sebagai berikut (Paul, 2014):

 Keandalan (reliability)

Sasaran keseluruhan dari SCRM adalah untuk meningkatkan keandalan rantai pasok dan
menurunkan keragaman pemenuhan pesanan. Keandalan adalah atribut kinerja yang berfokus pada
pelanggan (consumer). Ukuran kinerja keandalan mencakup: tepat waktu, tepat jumlah, tepat kualitas.
Indikator kinerja utama SCOR® adalah pemenuhan pesanan yang sempurna (perfect order fulfillment).
Kinerja rantai pasok dalam mengirimkan produk yang tepat, ke tempat yang tepat, pada saat yang
tepat, dalam kondisi dan kemasan yang tepat, dalam jumlah yang tepat dengan dokumentasi yang
tepat, kepada konsumen yang tepat.

 Responsivitas (responsiveness)

Keragaman waktu siklus pemenuhan pesanan berkurang dan waktu pemulihan dari gangguan lebih
pendek. Kecepatan dalam merespon, menyatakan seberapa cepat suatu tugas dijalankan. Hal ini
menunjukkan kecepatan yang konsisten dalam menjalankan bisnis. Ketangkasan (agility) menunjukkan
kecepatan rantai pasok dalam menyediakan produk bagi konsumen. Indikator kinerja SCOR utama
adalah waktu siklus pemenuhan pesanan (order fulfillment cycle time).

 Ketangkasan (agility) dan fleksibilitas (flexibility)

Karena tindakan yang proaktif, rantai pasok lebih siap untuk menghadapi perubahanperubahan
mendadak dan menjadikan rantai pasok lebih fleksibel. Fleksibilitas, menyatakan kemampuan
merespon perubahan eksternal. Pengaruh-pengaruh eksternal mencakup: peningkatan atau penurunan
permintaan yang tak terduga, operasi pemasok yang berhenti, bencana alam, terorisme, regulasi sistem
keuangan, atau masalah-masalah tenaga kerja. Ketangkasan manajemen rantai pasok dalam merespon
perubahan pasar untuk mendapatkan atau mempertahankan daya saing. Indikator kinerja SCOR® utama
mencakup: fleksibilitas rantai pasok terhadap peningkatan kapasitas, daya adaptasi rantai pasok
terhadap peningkatan kapasitas, dan daya adaptasi rantai pasok terhadap penurunan kapasitas.

 Biaya (cost)
Biaya adalah ukuran kinerja yang fokusnya internal. Atribut biaya menyatakan biaya untuk
menjalankan suatu proses bisnis. Biaya pada umumnya mencakup biaya-biaya yang terkait
pengoperasian rantai pasok: biaya bahan baku, biaya tenaga kerja, biaya overhead, dan biaya
transportas. Risiko terkait dengan biaya antara lain peningkatan jumlah biaya pengoperasian rantai
pasok tersebut. Indikator kinerja SCOR® utama mencakup biaya pelayanan total (total cost to serve).
Biaya pelayanan total merupakan ukuran kinerja yang berfokus pada konsumen, karena mengukur
biaya yang dibutuhkan untuk melayani konsumen.

 Manajemen aset (asset management)

Atribut manajemen aset menyatakan kemampuan untuk memanfaatkan aset secara efisien.
Strategi manajemen aset dalam rantai pasok mencakup penurunan inventori serta penentuan produksi
sendiri atau subkontrak (insource vs. outsource). Efektivitas suatu organisasi dalam manajemen aset
untuk mendukung pemenuhan permintaan, yang mencakup manajemen semua aset: modal kerja dan
pendanaan aset tetap. Ukuran kinerja SCOR utama adalah cash-to-cash cycle time, inventory days of
supply, dan return on fixed assets.

2.4 Pendekatan SCRM

Model SCOR memberikan panduan dalam manajemen risiko rantai pasok, melalui tahapan sebagai
berikut:

1. Identifikasi risiko

Identifikasi risiko mencakup identifikasi terhadap jenis risiko yang berbeda-beda: risiko
pasokan, risiko operasi, risiko permintaan, risiko keamanan, risiko regulasi, risiko lingkungan, dan
sebagainya. Metode yang dapat digunakan untuk mengidentifikasi risiko, seperti mengamati tren-tren
historis, meneliti tren-tren industri, sumbang saran pakar, pemetaan rantai pasok, survei-survei
penilaian, dan audit informasi.

2. Penilaian risiko

Tahap ini mencakup aktivitas-aktivitas untuk menilai dan mengevaluasi risiko-risiko, menyeleksi
manajemen strategi risiko, dan mendefinisikan rencana risiko. Sasarannya adalah untuk memberikan
pemahaman kepada manajemen mengenai di mana kemungkinan risiko terbesar berada.

3. Mitigasi risiko

Mitigasi risiko mencakup aktivitas untuk mengendalikan dan memantau risiko-risiko,


menciptakan ukuran mitigasi, menurunkan dampak risiko, dan menurunkan kemungkian terjadi.

Suatu risiko dapat dimitigasi dengan cara menurunkan dampak dan/atau menurunkan
kemungkinan terjadi. Untuk risiko-risiko yang berdampak besar, rencana mitigasi harus dievaluasi,
misalnya dengan metode perencanaan yang lebih baik, pemanfaatan pemasok alternatif,
mengembangkan rencana respons, dan infrastruktur cadangan.
SCOR mengembangkan ukuran (metrics) dalam manajemen risiko sebagai berikut:

 Value-at-risk (VAR)

Jumlah probabilitas kejadian risiko dikali dampak moneter dari kejadian tersebut bagi seluruh fungsi
rantai pasok.

 Biaya mitigasi risiko rantai pasok

Jumlah biaya yang dikaitkan dengan mitigasi risiko rantai pasok.

 Risiko kejadian (EVAR) Risiko (probabilitas X dampak)

dari kejadian-kejadian risiko, yakni penghentian kerja pabrik, penghentian transportasi, kegagalan
produk, dan sebagainya.

 Sisi risiko

Sisa-sisa risiko (jumlah bruto dikurangi risiko yang dimitigasi) untuk area tertentu, pemasok tertentu,
produk tertentu, dan sebagainya.

Model SCOR telah mengembangkan manajemen risiko rantai pasok sebagai panduan manajer
dalam melakukan perencanaan dan pengendalian manajemen risiko. Risiko selalu terjadi sebagai
konsekuensi dari ketidakpastian. Penggunaan ukuran kinerja model SCOR® dengan cara menilai atau
mengevaluasi secara periodik ukuran kinerja tersebut, serta menganalisis dampak kejadian risiko
terhadap ukuran kinerja manajemen rantai pasok, memungkinkan manajer dapat mengidentifikasi
risiko, penilaian, dan mitigasi risiko dengan tepat.

Manajemen rantai pasok melibatkan banyak pihak untuk memastikan pendistribusian barang
dilakukan secara tepat kuantitas, tepat kualitas, dan tepat waktu. Dalam sistem manajeman rantai
pasok, para pihak selain berbagi keuntungan juga berbagi risiko. Diperlukan risk management dan
tindakan pencegahan yang tepat sasaran sehingga dapat meminimalkan kerugian.

Ancaman dan beberapa kasus keamanan yang telah terjadi kemudian memicu pembuatan
regulasi dan kerjasama yang lebih komprehensif antar negara. Persyaratanpersyaratan yang ada di C-
TPAT (Customs-Trade Partnership Against Terrorism), CSI (Container Security Initiatives), TAPA
(Transported Asset Protection Association), PIP (Partners in protection), dan FAST (Free and Secure
Trade) merupakan beberapa contoh regulasi yang dibuat untuk mengatasi ancaman-ancaman
keamanan pada rantai pasok.

Setiap upaya pengamanan rantai pasok bertujuan untuk memastikan pergerakan barang tepat
waktu dan efisien. Pengamanan rantai pasok dilakukan untuk mencegah eksploitasi serta mengurangi
kerentanan akan gangguan yang mengancam, bagi personel yang bertanggung jawab melakukan
mitigasi ancaman keamanan memiliki tiga tujuan yaitu:

1. Untuk membangun efisiensi dan mengamankan pergerakan barang;


2. Untuk mendorong sistem rantai pasok mampu menghadapi dan bertahan dari ancaman dan bahaya
yang semakin berkembang;

3. Membangun sistem yang dapat pulih secara cepat ketika terjadi gangguan.

Dengan tujuan tersebut, diperlukan strategi dan komitmen untuk memastikan keamanan rantai pasok
serta mengetahui kondisi kargo secara real-time dari manapun kita sedang berada.

2.5 Ancaman dan Risiko Keamanan dalam Rantai Pasok

Dari berbagai ancaman dan risiko keamanan yang mungkin terjadi, dapat dikategorikan menjadi empat
jenis yaitu (JBM 2009):

1. Shrinkage dan Pencurian

Istilah shrinkage merujuk pada kehilangan produk pada titik tengah antara produksi atau
pembelian dari supplier sampai ke titik penjualan. Penyebab shrinkage antara lain: pencurian oleh
karyawan, mengutil (shoplifting), kegagalan administrasi, dan penipuan oleh sub-kontraktor. Kehilangan
atau pencurian dapat terjadi pada saat proses manufaktur, distribusi atau proses ritel.

Permasalahan terkait pencurian kargo yaitu pencurian pada kendaraaan pengangkut kargo
(khususnya truk) maupun pencurian terhadap barang pribadi milik pengemudi. Ada banyak hal yang
melatarbelakangi pencurian ini, namun dapat dibagi menjadi tiga karakteristik utama yaitu: nilai,
kemampuan pengangkutan kargo, dan dokumen berharga.

 Nilai (value) mewakili nilai kendaraan sebagai objek yang dapat dijual dan ditukar dengan uang.

 Kemampuan pengangkutan kargo (cargo carrying ability) merujuk pada kemampuan kendaraan
itu sendiri dalam membawa kargo. Pencurian diniatkan untuk mengambil kargo di dalam
kendaraan, dan kendaraan pengangkut merupakan metode mudah untuk memindahkan kargo
yang dicuri. Kendaraan juga bisa digunakan untuk aktivitas kriminal lainnya. Selain value dan
cargo carrying ability, pencurian dapat pula ditujukan untuk mengambil barang pribadi dan
dokumen berharga milik pengemudi.

2. Terorisme

Kegiatan terorisme memanfaatkan rantai pasok untuk memfasilitasi perpindahan sesuatu yang
berpotensi menganggu ataupun menargetkan rantai pasok itu sendiri. Serangan terorisme yang parah
(severe) berpotensi mematikan operasi yang memproduksi komoditas kunci.

Perusahaan pengekspor, manufaktur, atau kapal yang melewati negara atau area dengan risiko
tinggi terorisme menghadapi risiko rantai pasok yang signifikan, dan tantangan operasi. Risiko serangan
terorisme dapat terjadi di setiap bagian rantai pasok yaitu di transportasi udara, kereta, truk, maupun
transportasi laut.

3. Penyelundupan Barang
Barang selundupan dapat mengancam kelancaran aliran pengiriman barang dan berisiko
menimbulkan masalah hukum, keuangan, bahkan rusaknya reputasi perusahaan. Berbagai metode
digunakan dalam menyelundupkan barang, yaitu seperti segel palsu pada shipping containers,
kerusakan palsu pada barang, hacking pada sistem informasi perusahaan logistik ataupun pelabuhan,
menyiapkan kriminal untuk ‘bekerja’ sebagai karyawan di perusahaan manufaktur, dan logistik maupun
menukar barang legal dengan barang ilegal yang memiliki berat sama di tempat transit. Para kriminal
terus berkembang dan semakin kreatif dalam memanfaatkan kiriman legal untuk menyelundupkan
kargo ilegal mereka.

4. Pembajakan

Beberapa tahun terakhir, pembajakan terhadap rantai pasok semakin marak terjadi, terutama
serangan langsung kepada pengangkutan dengan kapal laut dan serangan tidak langsung kepada rantai
pasok yang mengutilisasi kapal laut. Ancaman nyata ini kemudian menyebabkan pergantian jalur kapal.

Pembajakan merupakan permasalahan yang semakin meningkat, pembajak senantiasa


mengubah taktik, target mereka dengan menggunakan senjata terbaru, dan menggunakan teknik yang
lebih canggih. Hal ini semata-mata ditujukan untuk meningkatkan rasio keberhasilan. Selain
mengancam gagalnya kiriman kargo yang berimbas kepada kerugian finansial, pembajakan juga menjadi
ancaman bagi nyawa, dan kondisi kru kendaraan pengangkut.

2.6 Manajemen Risiko Keamanan

Manajemen risiko keamanan merupakan proses identifikasi ancaman, kerentanan, dan


dampaknya bagi perusahaan serta identifikasi penanggulangan yang sesuai untuk mengurangi risiko
sampai ke batas yang dapat diterima. Metodologi manajemen risiko keamanan menurut ISO 28000
mencakup delapan poin yaitu:

1. Mengidentifikasi setiap aktivitas yang berada di dalam sistem manajemen keamanan atau Security
Management System.

2. Mengidentifikasi pengendalian keamanan dan tindakan penanggulangan saat ini.

3. Mengidentifikasi skenario ancaman keamanan.

4. Menentukan dampak potensial jika skenario ancaman keamanan benar-benar terjadi.

5. Menentukan kemungkinan kejadian hal tersebut, yang ditentukan oleh pengendalian keamanan dan
tindakan penanggulangan saat ini.

6. Menilai apakah pengendalian keamanan dan tindakan penanggulangan sudah mencukupi.

7. Jika pengendalian keamanan dan tindakan penanggulangan yang ada belum mencukupi, kembangkan
dan implementasikan pengendalian keamanan, dan penanggulangan tambahan (membuat rencana
keamanan atau security plan).
8. Ulangi prosesnya

.Menjalankan metodologi ini secara regular maupun ketika terjadi perubahan signifikan pada
lingkungan operasi memungkinkan perusahaan untuk secara proaktif menilai risiko dan memperbaiki
program keamanan secara terus-menerus.

2.7 Strategi Mitigasi Risiko Keamanan

1. Meningkatkan Keamanan Rantai Pasok

Menyiapkan protokol keamanan untuk pergerakan kargo, meninjau geografi area yang dilewati,
keamanan sistem informasi (cyber-security), dan pemenuhan regulasi-regulasi keamanan.

2. Manajemen Kualitas Pemasok

Melakukan penilaian dan pemilihan pemasok, membuat perjanjian tertulis untuk quality
activites serta pengawasan, dan peninjauan pemasok secara berkala.

3. Manajemen Jasa Logistik dan Transportasi

Melakukan seleksi dan penilaian penyedia jasa, peninjauan pengamanan fisik seperti physical
barriers, gerbang, kendali akses, sistem alarm, loading docks serta penilaian, dan pengendalian personel
baik itu karyawan maupun pengunjung.

4. Membuat Program Keamanan Spesifik

Program pencegahan pencurian kargo, program anti teroris, program pencegahan


penyelundupan, dan program anti pembajakan.

Selain implementasi secara berkelanjutan, langkah-langkah berikut perlu dilakukan evaluasi


dan perbaikan terus-menerus sesuai perkembangan keadaan. Ancaman dan risiko keamanan
merupakan isu global di dalam rantai pasok. Kedua hal berikut bisa masuk dari berbagai jalur baik
internal maupun eksternal, untuk itu diperlukan ketelitian dalam penyaringan personil maupun pihak
yang terlibat. Aspek infrastrukstur pendukung dalam fungsi pengawasan juga perlu menjadi perhatian.
Oleh karena itu, diperlukan kerjasama lintas sektoral yang penuh komitmen untuk bersama-sama
menciptakan kondisi yang aman dan kondusif dalam rantai pasok.

2.8 Pengelolaan Rantai Pasokan Terintegrasi

Peluang dalam rantai pasokan untuk manajemen yang efektif meliputi sepuluh hal,yaitu:

1. Pull Data yang Akurat

Pull data yang akurat dapat dihasilkan dengan (1) informasi point of sales (POS) sehingga setiap
anggota rantai pasokan dapat melakukan penjadwalan secara efektif, dan (2) pemesanan yang dibantu
komputer (computer assisted ordering – CAO).
2. Pengurangan Ukurang Lot

Pengurangan ukuran lot meliputi: (1) membuat pengiriman ekonomis yang kurang dari muatan
lot; (2) menyediakan potongan harga berdasarkan pada volume tahunan total; serta (3) mengurangi
ongkos pemesanan melalui teknik tertentu seperti pemesanan tetap (standing order) dan berbagai
bentuk pembelian secara elektronik.

3. Kontrol Pengisian Ulang

Satu Tahap (Single Stage Control of Replenishment) Menetapkan satu pihak dalam rantai
pasokan sebagai penanggung jawab untuk mengawasi dan mengatur persediaan bagi pedagang eceran.

4. Persediaan yang Dikelola Vendor (Vendor Managed Inventory – VMI)

Sebuah sistem dimana pemasok mempertahankan bahan untuk pembeli yang kerap
mengirimkan langsung ke bagian penggunaan

5. Blanket Order

Suatu komitmen/kontrak pembelian jangka panjang untuk barang-barang yang akan dikirim.

6. Standardisasi

Melakukan upaya menaikkan tingkat standardisasi agar memperoleh berbagai komponen yang
serupa dengan proses dan spesifikasi teknik yang sedikit berbeda.

7. Penangguhan (Poseponement)

Menunda modifikasi atau penyesuaian apapun pada produk (menjaganya tetap generik)
selama mungkin. Konsepnya dalah meminnnimalkan variasi internal dan memaksimalkan variasi
eksternal.

8. Drop shipping

Aktivitas pengiriman langsung kepada konsumen, sehingga menghemat waktu dan biaya
pengiriman.

9. Pass Through Facility

Barang-barang ditahan pada pusat pengiriman, kemudian dikirimkan dengan segera dari pusat
pengiriman.

10. Perakitan Saluran (Channel Assembly)

Modul dan komponen dikirimkan kepada distributor, kemudian kompenen dan modul tersebut
dirakit, diuji, dan dikirim oleh distributor.
Procurement Procurement management (manajemen pengadaan) adalah manajemen
pengelolaan dalam usaha memperoleh barang atau jasa yang merupakan bagian dari mata rantai suatu
sistem produksi tertentu.

2.8 Pengertian e-procurement

e-Procurement adalah proses pengadaan barang/jasa yang pelaksanaannya dilakukan secara


elektronik yang berbasis web/internet dengan memanfaatkan fasilitas teknologi komunikasi dan
informasi yang meliputi pelelangan umum, pra-kualifikasi dan sourcing secara elektronik dengan
menggunakan modul berbasis website.

Dukungan Teknologi Informasi ini dapat meningkatkan kapabilitas Governmet dalam


memberikan kontribusi bagi penciptaan nilai tambah, serta mencapai efektifitas dan efisiensi.

Proses Pengadaan barang dan jasa yang dilakukan dengan menggunakan e-procurement secara
signifikan akan meningkatkan kinerja, efektifitas, efisiensi, transparansi, akuntabilitas transaksi yang
dilakukan, selain itu biaya operasional dapat dikurangi secara signifikan karena tidak diperlukan lagi
penyerahan dokumen fisik dan proses administrasi yang memakan waktu dan biaya.

Tujuan Procurement Management adalah utuk memastikan agar proses pengadaan berjalan
dengan lancar sehingga produk dan jasa yang dibutuhkan bisa didapat di saat yang tepat, dalam jumlah
yang tepat, dengan kualitas yang tepat dan dengan harga yang tepat.

Tugas- tugas bagian pengadaan tidak terbatas hanya pada kegiatan rutin pembelian. Secara
umum, tugas-tugas yang dilakukan mencakup:

1. Merancang hubungan yang tepat dengan supplier.

Hubungan dengan supplier bisa bersifat kemitraan jangka panjang maupun hubungan
transaksional jangka pendek. Baik berupa model hubungan, relationship, berapa jumlah Supplier

2. Memilih supplier.

Kegiatan memilih supplier bisa memakan waktu dan sumber daya yang tidak sedikit apabila
supplier yang dimaksud adalah supplier kunci. Kesulitan akan lebih tinggi kalau supplier-supplier yang
akan dipilih berada di mancanegara (global suppliers). Supplier-supplier kunci yang berpotensi untuk
menjalin hubungan jangka panjang, proses pemilihan ini bisa melibatkan evaluasi awal, mengundang
mereka untuk presentasi, kunjungan lapangan (site visit) dan sebagainya. Pemilihan supplier-supplier
kunci harus sejalan dengan strategi supply chain

3. Memilih dan mengimplentasikan teknologi yang cocok.

Kegiatan pengadaan selalu membutuhkan bantuan teknologi.Teknologi yang lebih tradisional


dan lumrah digunakan adalah telepon dan fax.Saat ini banyak perusahaan yang menggunakan
electronic procurement (e-procurement) yakni aplikasi internet untuk kegiatan pengadaan
4. Memelihara data item yang dibutuhkan dan data supplier.

Bagian pengadaan harus memiliki data lengkap tentang item-item yang dibutuhkan maupun
data tentang supplier-supplier mereka. Beberapa data supplier yang penting untuk dimiliki adalah nama
dan alamat masing-masing supplier, item apa yang mereka pasok, harga per unit, lead time pengiriman,
kinerja masa lalu,serta kualifikasi supplier termasuk juga kualifikasi seperti ISO.

5. Melakukan proses pembelian.

Proses pembelian bisa dilakukan dengan beberapa cara,misalnya pembelian rutin dan
pembelian dengan melalui tender atau lelang, (auction). Pembelian rutin dan pembelian dengan tender
melewati prosesproses yang berbeda.

6. Mengevaluasi kinerja supplier.

Hasil penilaian ini digunakan sebagai masukan bagi supplier untuk meningkatkan kinerja
mereka.Kriteria yang digunakan untuk menilai supplier seharusnya mencerminkan strategi supply chain
dan jenis barang yang dibeli.

Untuk meningkatkan strategi rantai pasokan agar bisnis Anda berjalan dengan lancar, berikut
beberapa srategi yang bisa digunakan dalam meningkatkan rantai pasok (Supply Chain Strategy) Anda.
Salah satu cara terbaik adalah menggunakan perangkat lunak Enterprise Resource Planning (ERP) yang
bisa meningkatkan keuntungan dan efisiensi bisnis.

Selain itu, penggunaan ERP ini bisa mengurangi biaya dan pemborosan biaya perusahaan. Akan
tetapi, strategi-strategi dibawah ini juga perlu dilakukan pada perusahaan Anda dalam meningkatkan
rantai pasok.

1. Menggunakan sistem ERP yang memiliki fitur otomatis dan fungsionalitas Supply Chain Management
(SCM).

Sistem ini bisa diprogram secara otomatis untuk memesan kepada vendor ketika tingkat
persediaan menurun atau berada pada tingkat tertentu. Hal ini perlu Anda lakukan karena bagian
terpenting dari strategi rantai pasok adalah kemampuan untuk mempertahankan tingkat persediaan
secara preventif. Dengan adanya sistem ERP akan memberikan karyawan Anda peluang untuk
mengerjakan hal lain karena sistem pembelian persediaan yang otomatis dari ERP.

2. Menggunakan Standarisasi dari ERP

Salah satu kunci keberhasilan setiap strategi rantai pasok adalah proses standarisasi.
Standarisasi dari ERP bisa memudahkan pekerjaan karyawan, meningkatkan akurasi, mendorong kinerja
tim, menghemat waktu dan biaya, serta mengurangi kemungkinan salah komunikasi (misscomm).

3. Meningkatkan Transparansi
Berbagai masalah yang terjadi pada kegiatan rantai pasok permanen seperti limbah, kesalahan,
dan bahkan penipuan bisa diatasi dengan merekonsiliasi angka-angka pada perangkat lunak.
Meningkatkan transparansi SCM internal sangat penting untuk mengurangi inventaris dan kerugian
finansial yang tidak dapat dijelaskan.

4. Dapatkan Wawasan Data.

Informasi yang akurat dan tepat waktu juga menjadi hal yang penting dalam pengambilan
keputusan untuk strategi rantai pasokan Anda. Apabila Anda menggunakan perangkat lunak ERP
memungkinkan pengguna dan manajemen secara cepat mengakses inventaris, pembelian dan data
produksi untuk kepentingan pengembalian keputusan yang penting.

5. Manajemen Persediaan Real-Time

Dalam manajemen persediaan inventaris, perangkat lunak ERP menawarkan fitur inventaris
yang memberikan visibilitas real-time yang lebih tepat sesuai dengan tingkat persediaanya. Hal ini tentu
lebih memudahkan pekerjaan dibanding menggunakan manajemen inventaris tradisional.

6. Monitor Kinerja Vendor

Kinerja vendor perlu diawasi secara berkala. Monitoring ini juga dilengkapi dengan pemberikan
peringkat melalui matrik yang kuat dan tersedia pada sistem ERP. Sistem monitoring dari ERP akan
memberikan kemudahan bagi perusahaan Anda dalam meninjau waktu siklus vendor dan tingkat
kesalahan yang terjadi.

7. Tingkatkan Kesadaran mengenai Pengeluaran

Memiliki data keuangan yang terpusat menunjukkan sadarnya perusahaan Anda akan perlunya
menjaga stabilitas pengeluaran. Menjaga pengeluaran dalam penyediaan persediaan juga menjadi
faktor dan variabel yang tidak dapat dikendalikan dalalm manajemen rantai pasokan. Ini akan
mendorong komunikasi dan strategi terkait biaya untuk mengkonsolidasikan pengeluaran dan
mempersingkat proses.

8. Meningkatkan Manajemen Pengembalian

Setiap strategi rantai pasokan yang solid membutuhkan sistem manajemen pengembalian yang
efisien. Hal ini dibutuhkan agar mempercepat proses daur ulang atau produksi kembali produk/unit
yang dikembalikan. Mampu mengelola pengembalian dengan lebih baik akan mengurangi pemborosan
dan mengidentifikasi faktor-faktor masalah produk yang konsisten.

9. Metode Just-in-time (JIT)

Jika Anda menggunakan sistem ERP, sistem ini akan bekerja dengan baik dengan manufaktur
secara tepat waktu. Metode ini akan mengurangi biaya persediaan dan meningkatkan perputaran
persediaan.
10. Streamline Akuntansi

Sistem ERP akan terintegrasi dengan berbagai bisnis yang berbeda seperti SDM, manajemen
dan keuangan. tentu hal ini akan membantu perusahaan Anda dalam mengurangi kesalahan
administrasi dan urusan faktur. Jika Anda menggunakan sistem ERP ini, secraa otomatis akan
terintegrasi dengan Electronic Data Interchange (EDI) dan Transfer Dana Elektronik (EFT), yang secara
drastis akan mengurangi administrasi pemrosesan pembayaran dan waktu tunggu terkait.

Dengan 10 strategi yang ada diatas, dapat menjadi preferensi Anda dalam menggunakan perangkat
lunak sistem Enterprise Resource Planning (ERP) yang diterapkan pada bisnis Anda. Selain itu, strategi-
strategi ini bisa menjadi cara bagi Anda dalam meningkatkan pengelolaan rantai pasokan (supply chain
management).

BAB III

PENUTUP

3.1 Kesimpulan

3.2 Saran
DAFTAR PUSTAKA

Anda mungkin juga menyukai