Anda di halaman 1dari 10

ANALISIS VALUE CHAIN PADA UMKM INDUSTRI MOCHI

DI KOTA SUKABUMI

R. Deni Muhammad Danial 1)*


Sopyan Saori 2)

1) rdmdanial043@ummi.ac.id (Fakultas Ilmu Administrasi dan Humaniora Universitas


Muhammadiyah Sukabumi)
2) sopyanakralsaori@gmail.com (Fakultas Ilmu Administrasi dan Humaniora Universitas
Muhammadiyah Sukabumi)

ABSTRAK
Value Chain merupakan Value Chain yang dapat mengetahui kekuatan perusahaan,
keuntungan dan kesuksesan dari rantai aktivitas dalam perusahaan atau industri manufaktur. Lokus
penelitian adalah di Kota Sukabumi dengan unit analisisnya adalah UMKM industri Mochi. Hasil
observasi menemukan bahwa implementasi value chain belum optimal dilakukan. Padahal value
chain yang optimal dapat meningkatkan keunggulan bersaing UMKM. Tujuan penelitian ini
adalah bagaimana meningkatkan optimalisasi implementasi value chain di UMKM industri Mochi.
Metode penelitian adalah kualitatif deskriptif dengan sampel UMKM Lampion dan Bakat Jaya.
Teknik analisis data mulai dari pengolahan hingga verifikasi/ penyimpulan dengan menggunakan
teori utama adalah Value Chain dari Michael E. Porter. Hasil penelitian ini menyatakan bahwa
Value Chain sudah cukup optimal dilakukan sehingga menghasilkan keunggulan bersaing. Hal ini
dilihat dari aktivitas utama dan aktivitas pendukung dalam menghasilkan nilai produk mochi.
Namun terdapat beberapa kegiatan di dalam Value Chain yang harus ditingkatkan terutama
efektifitas dan efisiensinya.

Kata Kunci: Value Chain, Keunggulan Bersaing, Aktivitas Utama, Aktivitas Pendukung.

PENDAHULUAN
UMKM industri makanan di Kota Sukabumi sangat menjamur baik sebelum maupun
setelah covid-19 berkurang penyebarannya. Salah satu industri makanan yang masih tren di Kota
Sukabumi adalah produk Mochi. Mochi merupakan makanan yang dianggap khas daerah
Sukabumi. Namun masih ada beberapa masalah yaitu Value Chain yang belum optimal dijalankan.
Padahal value chain akan berdampak pada kinerja perusahaan dan peningkatan keunggulan
bersaing. Value Chain atau Value Chain menurut Elst, et.al.,(2003) adalah gagasan dari M.E.
Porter tahun 1985, tentang keunggulan bersaing (competitive advantage) dan Value Chain menurut
Eisner dan Ketchen, (2009); Hitt, et. al., (2005) dan Kuncoro, (2006) merupakan Value Chain yang
dapat mengetahui kekuatan perusahaan, keuntungan dan kesuksesan dari rantai aktivitas dalam
perusahaan atau industri manufaktur.
TINJAUAN PUSTAKA

Gambar 1. Value Chain (Pearce and Robinson, 2016)


Analisis Value Chain terdiri dari dua aktivitas dengan sembilan dimensi. Pertama, lima
dimensi primary activity (aktivitas utama) yakni mereka yang terlibat dalam pembuatan produk
secara fisik yang terdiri dari aktivitas: inbound logistic, operations, outbound logistics, marketing
atau sales dan service. Kedua, empat dimensi support activity (aktivitas pendukung), yang terdiri
dari aktivitas: procurement, technological development, human resources management dan firm
infrastructure atau general admistration. Sembilan dimensi value chain ini dapat digunakan untuk
mengukur dan mengetahui kondisi internal industri manufaktur.

1. Inbound Logistics, aktivitas termasuk penerimaan (receiving),penyimpanan (storing),dan


penyaluran (distributing) pada proses produksi.Termasuk penanganan material (material
handling), pergudangan (warehousing), inventory control, penjadwalan (scheduling) kendaraan,
dan kembali ke pemasok (returns to suppliers). Adapun faktor-faktor inbound logisticsadalah:
lokasi fasilitas distribusi untuk meminimalkan waktu pengiriman; material yang baik dan sistem
control inventori; sistem yang dapat mengurangi waktu pengebalian kepada pemasok; dan tata
letak dan desain pergudangan untuk meningkatkan efisiensi operasi. Sebagai indikatornya
adalah penerapan sistemjust-in-time (JIT), gudang otomatis (automated warehouse), dan
Informasi Teknologi (IT).
2. Operations, serangkai kegiatan yang merupakan proses transformasi dari input menjadi output
sebagai produk akhir, seperti machining, pengemasan (packaging), perakitan (assembly),
pengujian (testing), percetakan (printing), dan fasilitas operasi. Adapun faktor-faktor operations
adalah: pabrik operasi yang efisien untuk meminimalkan biaya; otomatisisasi manufaktur pada
tingkat level yang tepat; sistem control kualitas produksi untuk mengurangi biaya dan
meningkatkan; serta tata letak pabrik yang efisien dan desain yang baik menyesuaikan dengan
aliran kerja. Sebagai indikatornya adalah manufaktur atau pabrik yang mesin-mesin
dikendalikan komputer, hingga kerja mesin lebih cepat, lebih akurat, dan lebih fleksibel
sehingga operasi dapat dilakukan dengan baik untuk mencapai keunggulan kompetitif serta
ramah lingkungan.
3. Outbound Logistics, yang berhubungan dengan pengumpulan (collecting), penyimpanan
(storing), dan distribusi (distributing) produk atau jasa kepada pembeli. Kegiatan ini meliputi
barang jadi (finished goods), pergudangan (warehousing), penanganan material (material
handling), operasi kendaraan pengiriman, proses (processing) order, dan penjadwalan
(scheduling). Adapun faktor-faktor outbound logistics adalah: proses pengiriman yang efektif
agar bisa memberikan pelayanan antara dan meminimalkan kerusakan; proses pergudangan
untuk produk jadi yang efisien; proses pengiriman produk pada jumlah besar untuk minimalkan
biaya transportasi; dan perlengkapan penanganan material yang berkualitas untuk meningkatkan
penyelesaian order. Sebagai indikatornya adalah proses order yang otomatis (automated order
processing) menggunakan jaringan IT.
4. Marketing and Sales adalah pemasaran dan penjualan yang berkaitan dengan proses
mempengaruhi pembeli agar bersedia membeli, dari proses awal hingga kontrak penjualan,
termasuk: iklan (advertising), promosi (promotion), usaha penjualan (sales force), penyeleksian
saluran-saluran (channel selection), hubungan saluran distribusi (channel relations), dan harga.
Adapun faktor-faktor marketing dan salesadalah: tim penjualan yang mempunyai motivasi dan
kompetisi yang tinggi; pendekatan yang inovatif untuk periklanan dan promosi produk,
penyelesaian saluran distribusi yang paling tepat; identifikasi yang tepat terhadap kebutuhan;
dan segmen konsumen dan strategi harga yang efektif. Sebagai indikatornya
adalahtelemarketing dan memiliki mitra saluran yang tidak hanya membeli produk tetapi juga
memasarkan produk secara konsisten sesuai dengan strategi yang diingini.
5. Service, adalah layanan setelah penjualan yang mencakup semua tindakan yang berkaitan
dengan memberikan pelayanan untuk meningkatkan atau mempertahankan nilai produk, seperti
instalasi (installation), perbaikan (repair), pelatihan (training), penyediaan sparepart (pars
supply), dan penyetelan produk (product adjustment). Adapun faktor-faktor serviceadalah:
penggunaan prosedur yang efektif untuk mendapatkan umpan balik konsumen dan
menanganinya; merespon secara cepat kebutuhan dan keperluan mendesak konsumen;
kemampuan menyediakan bahan pengganti yang dibutukan, manajemen yang efektif untuk
bahan dan inventaris peralatan; kualitas karyawan dalam memberikan pelayanan; dan pelatihan
yang berkelanjutan dan adanya kebijakan jaminan dan garansi yang sesuai. Sebagai indikatornya
adalah memiliki pusat-pusat servis dan peralatan yang mudah dijangkau atau diakses.
6. Procurement, aktivitas pembelian agar proses produksi dapat berlangsung yang meliputi: bahan
baku (raw materials), persediaan(supplies) dan barang konsumsi lainnya serta aset seperti mesin
(machinery), peralatan laboratorium (laboratory equipment), peralatan kantor (office
equipment), dan bangunan (building). Adapun faktor-faktor procurementadalah: pengadaan
bahan baku untuk mengoptimalkan kualitas, kecepatan, dan minimalkan biaya yang terkait;
mengembangkan hubungan “win-win” yang berkolaborasi dengan pemasok; prosedur yang
efektif dalam mengunakan iklan dan jasa media; analisis dan seleksi sumber daya alternatif input
untuk meminimalkan ketergantungan dengan pemasok; dan kemampuan membuat keputusan
peminjaman atau pembelian. Sebagai indikatornya adalah adanya kegiatan-kegiatan kualifikasi
pemasok baru, pembelian kelompok yang berbeda input, dan pemantauan kinerja pemasok.
7. Technology Development, adalah setiap kegiatan mengandung nilai teknologi.Pengembangan
teknologi sangat luas, mulai dari teknologi yang digunakan untuk menyiapkan dokumen,
pengangkutan barang dalam proses-proses dan mengorganisir alat atau produk itu sendiri.
Aktivitas yang berkaitan dengan peningkatan proses, antara lain: basic research (penelitian
dasar), product design (rancangan produk), dandesign review (tinjauan rancangan).
Pengembangan teknologi yang berkaitan dengan produk dan fitur-fiturnya mendukung seluruh
value chain. Adapun faktor-faktor teknologi development adalah: penelitian dan pengembangan
kegiatan yang efektif untuk proses dan inisiatif produk; kolaborasi positif antara departemen
R&D dengan departemen lain; fasilitas dan penguasaan peralatan; budaya yang dapat
meningkatkan kreativitas dan inovasi; karyawan yang mempunya kualifikasi profesi yang baik;
kemampuan untuk memenuhi target waktu yang baik. Sebagai indikatornya adalah adanya
aktivitas desain komponen dengan CAD/CAM, uji lapangan, rekayasa proses, seleksi teknologi
dan riset.
8. Human Resources Management(HRM) terdiri dari pengelolaan kegiatan yang terlibat dalam
merekrut (recruiting), mempekerjakan (hiring), pelatihan, (training), pengembangan
(development), dan kompensasi dari semua jenis personil. Adapun faktor-faktor HRM adalah:
mekanisme perekrutan pengembangan dan mempertahankan karyawan yang efektif; kualitas
hubungan dengan serikat pekerja; kualitas lingkungan kerja untuk memaksimalkan kinerja
karyawan dan meminimalkan absen; dan sistem penghargaan dan insentif yang mampu
memotivasi karyawan.
9. General Administration, kegiatan administrasi yang terdiri dari sejumlah kegiatan, yang terdiri
dari: manajemen secara umum (general management), perencanaan (planning), keuangan
(finance), akuntansi (accounting), hukum (legal) dan urusan pemerintahan (governmant affairs),
kualitas manageman (quality management), dan sistem informasi, dan administrasi. Adapun
faktor-faktor general administration adalah: sistem perencanaan efektif mempertahakan tujuan
dan sasaran keseluruhan; kemampuan manjemen untuk mengatisifasi trend dan menghadapi
kejadian-kejadian kunci yang mempengaruhi lingkungan bisnis; kemampuan memperoleh dana
murah untuk modal dan membiayai modal kerja; membina hubungan baik dengan berbagai
kelompok stakeholder; kemampuan untuk mengkoordinasikan dan mengintegrasikan aktivitas;
kemungkinan untuk menanamkan budaya organisasi, reputasi dan nilai; dan teknologi informasi
yang efektif untuk mengintegrasikan kegiatan penciptaan nilai.

METODE PENELITIAN
Metode penelitian menggunakan analisis deskriptif untuk menggambarkan kondisi 9
aktivitas: inbound logistic, operations, outbound logistics, marketing atau sales dan service,
procurement, technological development, human resources management dan general admistration
yang dilakukan oleh industri MOCHI. Apakah ke 9 aktivitas ini sudah dijalankan atau belum.
Penelitian ini dilakukan pada UMKM Industri Mochi Lampion dan Bakat Jaya yang dilaksanakan
pada rentang waktu September hingga Nopember 2022. Subjek dalam penelitian ini adalah
karyawan pimpinan UMKM Mochi Lampion dan Mochi Bakat Jaya. Penelitian ini menggunakan
tiga teknik pengumpulan data yaitu: wawancara, observasi, dan dokumentasi. Penelitian ini
menggunakan teknik analisis data milik Miles dan Huberman (2014) yang mencakup kondensasi
data, penampilan data, dan pengambilan kesimpulan.

HASIL DAN PEMBAHASAN


Value Chain merupakan suatu pandangan yang menyatakan bahwa suatu bisnis dipandang
sebagai suatu rantai aktivitas yang mengubah input menjadi output dan bernilai bagi para
pelanggan (Pearce dan Robinson, 2016). Dengan demikian, Value Chain merupakan suatu analisis
yang berupaya memahami bagaimana suatu bisnis dapat menciptakan nilai bagi para pelanggan
dengan memeriksa kontribusi dari aktivitas-aktivitas yang berbeda dalam melakukan bisnis
terhadap nilai tersebut. Analisis Value Chain ini adalah suatu proses yaitu pembagian bisnis
menjadi kelompok-kelompok aktivitas yang terjadi dalam bisnis tersebut, yang diawali dengan
input dan berakhir menjadi produk atau jasa perusahaan dan layanan purna jual bagi para
pelanggan (Pearce dan Robinson, 2016). Value Chain terdiri dari dua jenis aktivitas yaitu: aktivitas
utama atau primary activities dan aktivitas pendukung atau secondary activities. Dalam hal ini,
kedua aktivitas tersebut akan dijelaskan penerapannya di UMKM Industri Mochi di Kota
Sukabumi terutama di Mochi Lampion dan Mochi Bakat Jaya.

Primary Activities
Pada Primary Activities ini terdapat beberapa aktivitas yang masih belum efektif dan
efisien dalam prosesnya, yaitu:

1. Inbound Logistic
Pada aktivitas ini, UMKM Mochi Lampion dan Mochi Bakat Jaya memperoleh hambatan
berupa keterlambatan masuknya bahan baku dari Vendor yang membuat rangkaian proses
produksi agak terlambat. Keterlambatan ini terjadi karena UMKM Mochi Lampion dan Mochi
Bakat Jaya terlambat dalam melakukan pembayaran kepada Vendor. Keterlambatan ini juga
dikarenakan adanya kesalahpahaman di antara divisi dalam perusahaan. Kejadian ini
mengakibatkan proses aktivitas utama yang ada pada UMKM Mochi Lampion dan Mochi Bakat
Jaya menjadi kurang efektif dan efisien. Solusi untuk kejadian ini adalah penerapan sistem yang
terintegrasi di antar divisi dan membuat SOP yang lebih ketat lagi agar proses yang terjadi pada
aktivitas utama tersebut bisa berjalan dengan baik, efektif dan efisien. Jika aktivitas utama ini
terlaksana dengan efektif dan efisien, maka perusahaan akan mendapatkan keuntungan yang
optimal yang telah ditetapkan UMKM Mochi Lampion dan Mochi Bakat Jaya.

2. Marketing and Sales


Pada aktivitas ini, UMKM Mochi Lampion dan Mochi Bakat Jaya belum maksimal
menjalankan pemasaran produknya dengan baik. Hal ini dikarenakan produk-produk yang
dihasilkan terutama oleh UMKM Mochi Bakat Jaya belum sepenuhnya dikenal oleh masyarakat
luas. Buktinya adalah masih sedikit masyarakat yang membeli produk tersebut di toko-toko yang
menjadi rekanan UMKM Mochi Bakat Jaya. Bukti lainnya adalah masih belum banyak konsumen
yang berkunjung ke official store UMKM Mochi Bakat Jaya. Permasalahan ini menjadikan
aktivitas utama yang ada pada UMKM Mochi Bakat Jaya menjadi kurang efektif dan efisien.
Dikatakan kurang efektif dan efisien karena perusahaan tetap melakukan produksi sesuai target
namun barang yang dihasilkan tidak bisa langsung didistribusikan ke para konsumen. Solusi untuk
permasalahan ini adalah perusahaan harus meningkatkan brand awareness kepada masyarakat
melalui pemasangan iklan lebih gencar lagi baik di media sosial maupun dengan mengikuti event
yang berguna untuk mendongkrak nama dari UMKM Mochi Bakat Jaya khususnya. Solusi
selanjutnya yaitu penambahan kerjasama dengan rekanan baru sehingga bisa membantu
memasarkan produk yang dihasilkan oleh UMKM Mochi Bakat Jaya.

3. Service
UMKM Mochi Lampion dan Mochi Bakat Jaya kurang memperhatikan layanan purna jual
bagi para konsumennya. Sehingga membuat para konsumen kurang puas. Ketidakpuasan
konsumen bisa menimbulkan penurunan loyalitas pelanggan yang ada di perusahaan. Loyalitas
pelanggan yang menurun bisa berdampak pada penurunan penjualan. Penurunan penjualan bisa
menimbulkan ketidakefektifan dan ketidakefisienan pada UMKM Mochi Lampion dan Mochi
Bakat Jaya. Solusi dari permasalahan ini adalah penyediaan suatu sistem yang bertujuan untuk
melayani keluh kesah dari para konsumen sehingga konsumen tersebut merasa diperhatikan.
Dengan sistem tersebut, diharapkan akan meningkatkan loyalitas pelanggan dan meningkatkan
penjualan produk perusahaan.

Support Activities
Dalam Support Activities terdapat beberapa aktivitas yang masih belum efektif dan efisien
dalam prosesnya, yaitu:

1. Technology Development
Pada aktivitas ini, UMKM Mochi Lampion dan Mochi Bakat Jaya belum memiliki suatu
sistem yang saling terintegrasi di antar divisi dalam perusahaan. Kelemahan sistem ini dapat
menyebabkan miskomunikasi dan dapat berdampak pada kurang efektif dan efisiennya pekerjaan
yang dilakukan di antar divisi. Permasalahan ini juga bisa menghambat aktivitas utama dan
pendukung pada UMKM Mochi Lampion dan Mochi Bakat Jaya. Solusi dari permasalahan ini
adalah perusahaan harus membuat sistem yang bisa saling terkoneksi di antar divisinya. Sistem
yang terkoneksi ini diharapkan bisa mengurangi kesalahan dalam penyampaian dan penerimaan
informasi.

2. Sumber Daya Manusia


UMKM Mochi Lampion dan Mochi Bakat Jaya masih memiliki hambatan dalam
kompetensi sumber daya manusia. Hambatan ini berdampak pada tidak maksimalnya aktivitas
yang dijalankan. Hambatan ini juga membuat proses bisnis yang dijalankan di UMKM Mochi
Lampion dan Mochi Bakat Jaya menjadi kurang efektif dan efisien. Solusi dari permasalahan ini
adalah perekrutan pegawai secara tepat sesuai kompetensi, dan pembuatan SOP perekrutan
pegawai.

Berdasarkan hasil temuan di lapangan dan hasil analisis Value Chain ditemukan bahwa
perlunya efektifitas dan efisiensi pada masing-masing aktivitas utama maupun aktivitas
pendukung, terutama pada aktivitas inbound logistik, marketing and sales, dan service. UMKM
Mochi Lampion dan Mochi Bakat Jaya seharusnya bisa meningkatkan keefektifan dan efisiensi
dalam melakukan suatu aktivitas baik utama maupun pendukung sehingga analisis Value Chain
itu sendiri dapat memberikan manfaat bagi UMKM Mochi Lampion dan Mochi Bakat Jaya. Dalam
implikasinya, proses value chain yang ada di UMKM Mochi Lampion dan Mochi Bakat Jaya dapat
di implikasikan seperti tabel berikut:

Infrastruktur Perusahaan
Membuat struktur organisasi yang terstruktur
Manajemen Sumber Daya Manusia
Melakukan proses recruitment pegawai
Membuat carierpath pegawai
Pengembangan Teknologi
Melakukan R&D (Riset and Development)
Melakukan sistem RKAP (Rencana Kerja dan Anggaran Perusahaan) agar jumlah
produksi sesuai dengan target penjualan
Mengembangkan sistem pergudangan menggunakan FIFO agar mengurangi resiko
produk cacat
Pembelian
Pembelian barang inventaris untuk mempermudah kinerja perusahaan
Pembelian mesin – mesin produksi untuk meningkatkan kapasitas produksi
Pembelian unit kendaraan operasional untuk menunjang kinerja perusahaan
Logistik ke Operasi Logistik ke  Pemasaran Pelayanan
Dalam Luar dan
Penjualan
 Pengadaan  Pemilihan  Menerima bahan  Melakukan  Menyiapkan
bahan baku Bahan baku baku utama dan penjulan ke layanan
utama utama dan bahan baku supermarket customer
 Pengadaan pembantu pembantu yang melalui service yang
bahan baku  Memeriksa telah ditawarkan salesman yang berfungsi
pembantu kesiapan pihak pengadaan. dimiliki untuk
mesin di tiap  Memeriksa bahan UMKM menanggapi
pabrik baku utama dan Mochi keluh kesah
 Melakuka bahan baku Lampion dan para
control pembantu sesuai Mochi Bakat pelanggan.
kelayakan dengan Jaya
mesin di permintaan yang  Menerima dan
setiap pabrik telah ditawarkan membuat
 Proses  Mendistribusika event untuk
produksi di bahan baku utama memasarkan
tiap – tiap dan bahan baku produk dan
pabriknya pembantu ke sebagai public
sesuai setiap pabrik relation
produknya sesuai dengan UMKM
 Memberi  Produk yang Mochi
tanggal dan dihasilkan Lampion dan
kode  Menyimpan Mochi Bakat
produksi produk barang Jaya
jadi di setiap  Menjual
pabrik produk yang
menggunakan dihasilkan
sistem FIFO. perusahaan
 Mendistribusika  Mandiri
dari gudang melalui depo
barang jadi di  Memasarkan
setiap pabrik ke dan menjual
depo penjualan. produk
 Mendisrtibusikan UMKM
darigudang Mochi
barang jadi depo Lampion dan
ke kafe sesuai Mochi Bakat
permintaan yang Jaya melalui
ditawarkan pihak market place
kafe ke pusat. dan sosial
media seperti,
blibli,
tokopedia, dan
menjual
melalui web
perusahaan
 Memasarkan
dan menjual
produk
UMKM
Mochi
Lampion dan
Mochi Bakat
Jaya melalui
kafe yang
dimiliki
perusahaan

Gambar 2. Implikasi Value Chain UMKM Mochi Lampion dan Mochi Bakat Jaya

Analisis teori Porter tentang value chain yang diaplikasikan pada UMKM Mochi Lampion
dan Mochi Bakat Jaya ini memiliki implikasi praktis. Implikasi praktis yang diperoleh adalah
bahwa sebelum memakai value chain, harga produknya tidak memiliki daya saing. Namun setelah
memakai sistem value chain produksi, maka harga produk mengalami peningkatan dari harga
sebelumnya, karena disesuaikan dengan hasil analisis value chain. Contoh kasus: harga mochi
Bakat Jaya yang awalnya Rp. 60.000 per paket, setelah dilakukan analisis Value Chain, maka
menjadi Rp. 65.000 per paket. Untuk harga mochi Lampion Kaswari Cokelat Ovomaltine yan
awalnya Rp. 59.500, maka setelah dilakukan analisis Value Chain menjadi Rp. 60.000. Harga
mochi Lampion Kaswari Nutella yang awalnya Rp. 59.500 menjadi Rp. 60.000. Harga mochi
Lampion Kaswari Greentea yang awalnya Rp. 59.500, menjadi Rp. 60.000. Harga mochi Lampion
Kaswari Durian yang awalnya Rp. 79.500 menjadi Rp. 80.500. Secara umum, nilai tambah mochi
per paket adalah antara Rp. 500 sampai Rp. 5.000. Hal ini membuktikan bahwa analisis Value
Chain dapat meningkatkan daya saing perusahaan.
KESIMPULAN
Aktivitas utama di UMKM Mochi Lampion dan Mochi Bakat Jaya terdiri dari dari Inbound
Logistic, Operations, Outbound Logistic, Marketing and Sales, Service. Dalam aktivitas utama
tersebut di setiap aktivitasnya, UMKM Mochi Lampion dan Mochi Bakat Jaya secara keseluruhan
telah sesuai dengan teori Value Chain. Tetapi masih ada beberapa aktivitas di UMKM Mochi
Lampion dan Mochi Bakat Jaya yang kurang efektif dan efisien yaitu di aktivitas inbound logistik,
markleting and sales, dan service. Aktivitas pendukung terdapat aktivitas Infrastruktur Perusahaan,
Sumber Daya Manusia, Pengembangan Teknologi, dan Pembelian yang dari semua aktivitas
tersebut juga sudah sesuai dengan teori yang ada. Namun, dalam aktivitas infrastruktur perusahaan,
UMKM Mochi Lampion dan Mochi Bakat Jaya kurang memiliki sistem manajemen yang saling
terintegrasi di antar divisinya. Sehingga memunculkan adanya kesalahpahaman informasi dalam
berjalannya perusahaan antar divisi. Nilai rantai memiliki dampak yang baik untuk perusahaan
yaitu meningkatkan daya saing.

DAFTAR PUSTAKA

Eisner, A.B. dan Ketchen, D.J.J. (2009). Strategy : 2008-2009, New York: McGraw-Hill.
Elst, M., Have, S. , Have, W. dan Stevens, F. (2003). Key Management Models, Great Britain: FT
Press.
Grant, R.M. (2010). Contemporary Strategy Analysis. 7th ed. John Wiley & Sons, p. 239-241
International Electrotechnical Commission (2015). Factory of the Future, Geneva,
Switzerland 2015
Have, S., Have, W., Stevens, F., Elst, M. (2003). Key Management Models, Great Britain: FT
Press
Heizer J. and Render B. (2011). Operations Management, 10th Edition, India: Prentice Hall.
Hendri (2010) Pengaruh Leadership Behaviors Terhadap Value Chain Pada Industri Manufaktur,
Jakarta, Universitas Mercubuana.
Hendri, ST. MT. , Kholil, Muhammad. Ir.MT., Riadi,Slamet. Ir.MT. (2011) Analisis keunggulan
bersaing sebagai dasar strategi peningkatan keunggulan akan datang berdasarkan persepsi
value chain pada industri manufaktur skala besar di jabodetabek, Jakarta, Universitas
Mercubuana.
Hitt, M. A., Hoskisson, R. E. dan Ireland, D. R. (2005). Startegic Management: Competitveness
& Globalization (Consepts & Cases) 6th edition, American, Thomson Corporation.
Kuncoro M. (2006). Strategi Bagaimana Meraih Keunggulan Kompetitif, Jogja: Erlangga
Porter, M.E.(2008). On Competition (Updated and Expanded Edition), Boston: Harvard Business
School Publishing Corporation.
Pearce, J. A., & Robinson, R. B. 2013, Manajemen strategis: formulasi, implementasi, dan
pengendalian, Salemba Empat, Jakarta.
Sugiyono (2016). Metode Penelitian Manajeme, Bandung: CV. Alfabeta

Anda mungkin juga menyukai