Anda di halaman 1dari 6

Journal Industrial Servicess Vol. 4 No.

1 Oktober 2018

SUPPLY CHAIN OPERATION REFERENCE (SCOR) MODEL DAN


ANALYTICAL HIERARCHY PROCESS (AHP) UNTUK MENDUKUNG
GREEN PROCUREMENT PADA INDUSTRI PENYAMAKAN KULIT

Waaly, Arditya Nur†


Jurusan Teknik Industri, Universitas Telkom
Jl. Telekomunikasi No.1, Terusan Buah batu, Bandung 40257
E-mail: arditya.nurwaaly@telkomuniversity.ac.id
Ridwan, Ari Yanuar
Jurusan Teknik Industri, Universitas Telkom
Jl. Telekomunikasi No.1, Terusan Buah batu, Bandung 40257
E-mail: ariyanuar@telkomuniversity.ac.id
Akbar, Mohammad Deni
Jurusan Teknik Industri, Universitas Telkom
Jl. Telekomunikasi No.1, Terusan Buah batu, Bandung 40257
E-mail: denimath@telkomuniversity.ac.id

ABSTRAK
Pada saat ini kesadaran manusia akan kondisi lingkungan semakin meningkat, selain meningkatnya kesadaran
akan lingkungan terdapat perundang-undangan yang mengatur yaitu UU No.3 Tahun 2014 pasal 30.
Meningkatnya kesadaran masyarakat akan kondisi lingkugan maka akan berdampak pada produk yang
dipasarkan oleh perusahaan, hal ini mengharuskan perusahaan untuk menerapkan konsep lingkungan pada
Supply Chain perusahaan. Green Supply Chain Management adalah menggabungkan faktor lingkungan dengan
rantai pasok mulai dari design produk, raw material, proses produk, proses pembuatan, pengiriman kepada
costumer, dan end of life produk. Salah satu proses tercapainya green supply chain adalah proses Procurement
atau Supplier, agar terlaksananya green supply chain adalah dibuatnya Key Performance Index (KPI) berbasis
green dengan memperhatikan green objective yang ditentukan. KPI bertujuan untuk menerapkan target kinerja
dan penilaian kinerja yang dimana informasi dapat digunakan sebagai bahan pengontrolan kinerja. Penelitian ini
menggunakan model SCOR (Supply Chain Operation Reference) untuk mencari KPI terpilih, diperlukan
pemetaan proses bisnis pada perusahaan yaitu bagian pengadaan dengan menggunakan metode SCOR. Metode
SCOR mengharuskan mengidentifikasi level 1 perusahaan yaitu tujuan perushaan yang dimana pada penelitian
ini yaitu capaian aspek lingkungan pada supply chain dan proses utama terdapat 5 proses utama yaiut plan,
source, make, deliver, dan return. Level 2 yaitu identifikasi proses aktivitas pada bagian procurement, dan level 3
yaitu mengidentifikasi atribut tiap proses pada level 2 dan KPI berbasis Green dari tiap attribut. Setelah
didapatkannya Atribut dan KPI dilakukan pembobotan dengan metode AHP (Analytical Hierarchy Process)
untuk mencari atribut dan KPI dengan bobot Green tertinggi. Hasil yang didapatkan adalah terdapat 18 KPI yang
dapat digunakan dalam pengukuran kinerja Procurement berbasis Green. Dengan adana KPI membantu
perusahaan dalam menerapkan dan menilai kinerja perusahaan dalam mencapai tujuan Green.

Kata Kunci: Green Supply Chain Management (GSCM), SCOR (Supply Chain Operation Reference), KPI (Key
Performance Index), AHP, Procurement

1
Journal Industrial Servicess Vol. 4 No. 1 Oktober 2018

1. PENDAHULUAN

Pada saat ini perkembangan ekonomi semakin Jumlah Industri


meningkat yang dimana berkembangnya
ekonomi maka semakin meningkatnya pula
Penyamakan Kulit
pemabangunan pada sektor industri. 80
Meningkatnya pembangunan industri akan 60
menimbulkan dampak positif dan negatif. 40
Dampak positif yang dapat dirasakan menurut 2010 2011 2012 2013
( Ridwan Ita, 2007) yaitu menambah
penghasilan penduduk, memperluas lapangan Gambar 2. Industri Penyamakan Kulit
pekerjaan, bertambahnya devisa negara. (Sumber : Kementerian Perindustrian Republik
Dampak negatif dari meningkatnya Indonesia)
pembangunan industri menurut ( Ridwan Ita, Pada perusahaan PT.XYZ penyamakan
2007) yaitu terjadinya pencemaran menggunakan bahan mineral, dikarenakan lebih
lingkungan, adanya sifat konsumenisme, limbah murah dan hasil yang baik. Unsur kimia yang
industri yang merusak lingkungan, lahan digunakan pada proses penyamakan kulit berjumlah
pertanian semakin berkurang.. Salah satu industri 97 unsur kimia. Proses penyamakan kulit tentunya
yang berkembang saat ini yaitu industri kulit. menghasilkan limbah terutama limbah dari bahan
Berikut merupakan data eksport kulit Indonesia kimia yang digunakan saat proses penyamakan kulit.
dari tahun 2013 hingga Maret 2018: Unsur-unsur kimia bila dibuang ke lingkungan akan
membuat rusaknya lingkungan.
Saat ini masyarakat sudah semakin sadar
akan pentingnya menjaga lingkungan. Dengan
meningkatnya kesadaran masyarakat akan menjaga
lingkungan maka perlu dibuatnya kinerja rantai pasok
berbasis green. Selain masyarakat yang sudah sadar
akan pentingnya menjaga lingkungan, terdapat
perundang-undangan yang mengatur perindustrian
dalam menjaga lingkungan yaitu UU No.3 Tahun
2014 pasal 30, Pasal tersebut salah satunya berisikan
“Pemanfaatan sumber daya dimanfaatkan secara
Gambar 1. Ekport Kulit Indonesia Juta US$ efisien, ramah lingkungan, dan berkelanjutan yang
Sumber: (Kementrian Perindustrian Republik dimaksud dalam pemanfaat sumber daya yaitu :
Indonesia, 2018) Perusahaan Industri dalam perancangan produk,
Dapat dilihat diatas jumlah pendapatan dari perancangan proses produksi, tahap produksi,
eksport produk kulit Indonesia cukup besar. optimalisasi sisa produk, dan pengelolaan limbah”.
Kulit adalah salah satu bahan mentah yang dapat Peraturan tersebut mengharuskan Industri untuk
dijadikan menjadi beberapa produk seperti menerapkan konsep Green pada proses bisnis.
cendramata, pakaian, hingga alat kesenian. Green Supply Chain Management (GSCM) yaitu
Kebutuhan kulit di Indonesia cukup tinggi selain mengintegrasi aspek lingkungan dan juga rantai
digunakan di negeri sendiri Indonesia memiliki pasok, dengan menerapkan aspek lingkungan dan
permintaan kulit dari berbagai negara. Pada proses juga rantai pasok. GSCM berkisar mulai dari Green
pembuatan kulit mentah hingga kulit jadi yang dapat Purchasing hingga rantai pasok mulai dari Supplier,
diolah menjadi sebuah produk terdapat proses Manufactur, Customer, dan Reserve Logistic (Zhu
penyamakan kulit. Pada proses penyamakan kulit ini dan Sarkis, 2004).
dilakukan dengan beberapa cara yaitu : Evaluasi dan pemantauan manajemen rantai
pasok bergantung dari pengembangan dan penerapan
1. Penyamakan kulit nabati: penyamakan ukuran kinerja. Evaluasi dan pemantauan rantai
dengan bahan berasal dari tumbuhan pasok akan semakin kompleks saat
2. Penyamakan kulit mineral: Penyamakn mempertimbangkan aspek lingkungan (Ashbt, 2012).
menggunakan bahan kimia seperti krom dan Pengukuran kinerja suistanibility rantai pasok dapat
juga alumunium. digunakan pada proses pemilihan supplier,
3. Penyamakan kulit Minyak. Penyamakan monitoring performa, dan pengembangan (Gimenez
dengan bahan minyak ikan hiu dan lain- and Tachiwan, 2012).
lainnya. Kinerja rantai pasok dapat diukur dengan metode
Indonesia memiliki cukup banyak industri SCOR (Supply Chain Operation Reference). Salah
penyamakan kulit. Pada Gambar 2 dapat lihat jumlah satu metode untuk mengevaluasi performance adalah
industri penyamakan kulit per tahundari tahun 2010 menggunakan Supply Chain Operation Reference
hingga 2013 (SCOR) (Huan, 2004). Pada metode SCOR terdapat 5

2
Journal Industrial Servicess Vol. 3 No. 1 Oktober 2018

faktor utama yaitu plan, source, make, deliver, return. Dalam penelitian in terdapat beberapa tahapan
Pada Source terdapat beberapa dimensi yaitu yang dilakukan yaitu :
responsiveness, reliability, agility, cost, dan asset. 1. Merancang model pengukuran kerja dengan
Setiap dimensi berisi Key Performance Index (KPI). dilakukannya studi literatur dengan
KPI yang didapatkan maka akan dibobotkan sehingga menggunakan SCOR model, studi lapang
didapatkan KPI yang menjadi acuan perusaahaan dilakukan untuk menganalisa proses bisnis
dalam menilai mencapai target untuk terlaksananya procurement dan pembuatan proses bisnis
green supply chain. procurement dengan pendekatan metode
Investigasi sistem pengukuran kinerja diperlukan SCOR
untuk memajukan keberlanjutan manajemen rantai 2. identifikasi green requirement yang berada
suplai. Aspek penting dari sistem pengukuran kinerja pada perusahaan yaitu pada bagian supplier
rantai pasokan yang berkelanjutan adalah identifikasi atau procurement. Hasil penggabungan dari
indikator kinerja utama (KPI) (Bai,2012). Jumlah studi literatur dan studi lapangan
pengukuran kinerja akan semakin meningkat bila 3. Identfikasi Key Performance Index (KPI)
ditambahkan aspek lingkungan pada rantai pasok, berbasis green sebagai acuan perusahaan
maka akan semakin penting kebutuhan KPI ketika dalam menilai dan mengawasi proses bisnis
aspek lingkungan diterapkan pada rantai pasok. (Zhu, agar terciptanya green procurement.
2010) 4. Setelah terbentuknya dan terkumpulnya KPI
Pembuatan Key Performance Index (KPI) berbasis green dicari KPI terpilih. KPI
merupakan kebijakan terbaik dalam melakukan terpilih dicari dengan metode Analytical
manajemen rantai pasok. Hierarchy Process (AHP), AHP ini
Penelitian ini bertujuan untuk untuk menilai bertujuan untuk membobotkan KPI
Green Supply Chain Management menggunakan terpenting bagi perusahaan dalam
SCOR. Pada penelitian ini pengukuran kinerja terciptanya green.
berfokus pada aspek lingkungan yang dimana harus 5. Memilih bobot tertinggi dari attribut dan
dilakukan penyesuaian untuk memasukan KPI
pengukuran kinerja rantai pasok dengan aspek
lingkungan. Maka dari itu penelitian ini bertujuan HASIL DAN PEMBAHASAN
untuk menentukan Key Performance Index (KPI) IV.1 Proses Bisnis dengan Pendekatan Metode
pada industri kulit dengan berfokus pada aspek SCOR
lingkungan dan dilakukan pembobotan menggunakan Pada perushaan PT.XYZ pada sistem
Analytical Hierarchy Process (AHP) sehingga terpilih produksi menerapkan Make to Order yang
KPI dengan priority vector paling tinggi berbasis dimana hasil dari produksi make to order ini
green yang terpenting dari Industri Kulit pada bagian dikirimkan eksport maupun import dan terdapat
Procurement. pula sistem produksi make to stock yang
digunakan untuk memenuhi kebutuhan
METODE PENELITIAN perushaan dalam memenuhi permintaan pada
Berikut merupakan model konseptual yang tokonya sendiri. Pada proses bisnis pengadaan
digunakan pada penelitian ini: industri kulit pada PT.XYZ dilakukan
pembuatan proses bisnis menggunakan
pendekatan metode SCOR. Terdapat 3 proses
Start END pada level 2 yaitu planning, execution, enable
(Bolstorff dan Rosenbaum.2003) Pada Tabel 1
dapat dilihat proses bisnis pengadaan dengan
Identification Choose the KPI pendekatan metode SCOR.
Business Process with the Highest
Procurement Weight
Tabel 1. Proses Bisnis dengan Pendekatan SCOR
Model
Identification Calculates the weight
Business Process attribut of each green
Procurement objective with AHP Planning
Based On SCOR method Level 1 Level 2 SCOR Aktivitas Perusahaan
Source sP2.4 Manage Menentukan Green
Identification
Identification of Planning Supplier Requirements dan
Attributes SCOR Agreements green objective
SCOR Level 1,
and KPI s on each
Level 2, Level 3 Exercutions
green objective
Level 1 Level 2 SCOR Aktivitas
Perusahaan
Identification Source sS2.1 Identify Mencari supplier kulit
Green Obejective Make To Sources of Supply dan bahan kimia
and Stakeholder Order
Gambar 2. Metodologi sS2.2 Select Final Memilih supplier yang
Supplier and sudah memiliki

3
Journal Industrial Servicess Vol. 3 No. 1 Oktober 2018

Negotiate standarisasi lingkungan yaitu Plan, Source, Make, Deliver, Return. KPI
Dapat dilihat pada Tabel 3
sS2.3 Schedule Menjadwalkan
Product Deliveries
pengiriman bahan baku Tabel 3. Strukturisasi KPI
sS2.4 Receive Menerima material yang Green Obejctive KPI
Product dipesan Tertifikasi Green % jumlah supplier dengan
sertifikasi EMS atau ISO 14001
sS2.5 Verivy Memeriksa material Maksimasi penggunaan % of recycleable waste/scrap
Product kembali dan daur ulang
yang diterima sesuai
sumberdaya
dengan purchase order % volume of water recycled and
reuse
sS2.6 Transfer Menyerahkan material
% jumlah material yang dapat
Product ke bagian produksi atau
didaur ulang dan digunakan
gudang
kembali
sS2.7 Authorize Melakukan
Penanggulangan material % material yang dapat diuraikan
Supplier Payment
pembayaran ke supplier berbahaya
% Chemical Recovery
sesuai dengan invoice
% jumlah material berbahaya
yang sudah terverifikasi Kepuasaan pelanggan % of complaint regarding
Enable terhadap produk dari aspek missing environmental
lingkungan requirements from products
Level 1 Level 2 SCOR Aktivitas
Perusahaan % Produk dengan kadar yang
tepat
Enable sES.2 Assess Menilai kinerja supplier
Source Supplier % of products meeting specified
Performance environmetal performance
requirements
Membuat laporan
kinerja supplier terkait % of supplier meeting
pengadaan lingkungan environmental metric criteria
sES.8 Manage Mengelola persyaratan % pesanan yang diterima
Import/Export dengan kadar yang tepat
ekspor impor % of employee trained on
Requirements
environmental requirements
Pemilihan supplier yang Pemilihan pemasok dan
IV.2 Identifikasi Green Objective tepat negosiasi waktu siklus
Green objective berisikan tujuan perusahaan Waktu rata-rata terkait dengan
untuk tercapainya Procurement berbasis identifikasi sumber pasokan
lingkungan, Setiap Green Objective memiliki Biaya pembelian material
Material customs, duties, taxes,
stakeholder dari setiap objective. Identifikasi and tariff cost
Green Objective digunakan untuk Material risk and compliance
mengidentifikasi tercapainya pengadaan cost
berbasis green dapat dilihat pada Tabel 2.
IV.4 Pembobotan KPI
Tabel 2. Proses Bisnis dengan Pendekatan SCOR Pembobotan KPI ini bertujuan untuk
Model mendapatkan KPI terpenting dilihat
berdasarkan bobot untuk terciptanya Green
No Green Objectives Stakeholder Procurement. Metode yang digunakan untuk
1 Tersertifikasi Green Supplier, divisi mencari bobot yaitu menggunakan AHP dengan
Procurement
2 Maksimasi penggunaan Supplier
mempertimbangankan Kriteria yaitu Geen
kembali dan daur ulang Objective dan alternatif yaitu KPI. Kuisioner
sumber daya berisi perbandingan antar kriteria dan antar
3 Minimasi material Supplier, divisi KPI. Hasil dari perhitungan dan bobot tertinggi
berbahaya Procurement dapat dilihat pada Tabel 4
4 Kepuasan pelanggan Divisi Procurement
terhadap produk dari
aspek lingkungan Tabel 4. Pembobotan KPI
5 Kinerja supplier terkait Divisi Procurement,
lingkungan Supplier
KPI Bobot Attribut
6 Pemilihan supplier yang Divisi Procurement,
tepat Supplier % jumlah supplier dengan
sertifikasi EMS atau ISO 0.206 Reliability
14001
IV.3 Strukturisasi KPI
KPI (Key Performance Index) yang dirancang % of products meeting
specified environmetal 0.110308 Reliability
mencakup pengukuran kinerja perusahaan dari performance requirements
semua proses Procurement. Strukturiasi KPI
adalah penyusunan KPI sesuai dengan kategori % of employee trained on
0.071245 Reliability
environmental requirements
Green Objective. KPI ini terbagi dari 5 attribut

4
Journal Industrial Servicess Vol. 3 No. 1 Oktober 2018

% jumlah material yang 0.206 dan bobot terendah yaitu Material


dapat didaur ulang dan 0.061197 Asset
customs, duties, taxes, and tariff cost dengan
digunakan kembali
bobot 0.0284.
% of recycleable waste/scrap 0.060243 Asset
% Produk dengan kadar yang DAFTAR PUSTAKA
0.059195 Reliability
tepat [1] Supply Chain Council : Supply Chain Operation
%material yang dapat
0.05775 Reliability Reference Model Revision 11.0. 2012
diuraikan [2] Bai.Chunguang, Sarkish. Joseph : Determining and
% jumlah material berbahaya 0.057562 Reliability applying sustainable supplier key performance
indicators, 2016
% volume of water recycled
and reuse
0.057335 Asset [3] Implementing the SCOR Model Best Practices
% of supplier meeting for Supply Chain Improvement in Developing
0.055035 Reliability Countries. Fasika Bete Georgise1, 2, 3, Klaus-
environmental metric criteria
% Chemical Recovery 0.053586 Reliability Dieter Thoben2 and Marcus Seifert2. 2013
[4] Bolstorff dan Rosenbaum. : Supply Chain
% pesanan yang diterima
dengan kadar yang tepat
0.04252 Reliability Excellence a Handbook for Dramatic
Improvement Using the SCOR Model, 2003
% of complaint regarding
missing environmental 0.033996 Reliability [5] Kenneth W.Green : Green Supply Chain Management
requirements from products Practices : Impact on Performance, 2012
[6] Srivastava. Samir K : Green Supply Chain
Purchased material cost 0.031828 Cost
Management : A state of the art Literature Review,
Material risk and compliance
0.030987 Cost 2007
cost [7] Natali Christine, Astuario Robertus :Penerapan model
Waktu rata-rata terkait green SCOR untuk pengukuran kinerja Green supply
dengan identifikasi sumber 0.03057 Responsiveness
pasokan Chain. 2015
[8] Setyaningsi, Ngatawi Ira : Analisis pemilihan supplier
Pemilihan pemasok dan menggunakan metode analytical hierarchy process
0.029518 Responsiveness
negosiasi waktu siklus
(AHP). 2011
Material customs, duties, [9] REH. F.J : Keu Performance Indicators (KPI), 2004
0.028496 Cost
taxes, and tariff cost [10]Wigaringtyas, L.D : Pengukuran kinerja supply chain
management dengan pendfekatan supply chain
KESIMPULAN operation reference (SCOR), 2013
Green Supply Chain Management (GSCM) [11]Lambert Douglas M. : Supply Chain Management :
adalah proses Supply Chain perusahaan dengan Implementation Issues and Research Opportunities,
memperhatikan aspek lingkungan mulai dari 1998
desain produk, pengadaan, manufacture, [12]Saaty, Thomas L. : Decision Making for Leaders
pengiriman, dan end life product atau produk The Analytical Hierarchy Process for Decisions
setelah dipakai oleh konsumen. Terciptanya in Complex World.1993
Green dapat dicapai dengan membuat [13]Ridwan, A.Y : Designing a Multidimensional Data
pengukuran kinerja perusahaan atau KPI yang Warehouse For Procurement Process Analysis Using
berbasis lingkungan. Pembuatan KPI Business Dimensional Lifecycle Method (Case Study
menggunakan metode Supply Chain Operation PT.ABC). 2015
Reference (SCOR) dalam menilai dan [14]Ashby, A., Leat, M. and Hudson-Smith, M.,
memetakan proses bisnis yang sudah ada. Selain “Making connections: a review of supply chain
memetakan proses bisnis, pada SCOR management and sustainability literature”, Supply
memetakan mulai dari Level 1 yaitu tujuan Chain Management: An International Journal,
perusahaan dan mendefinisikan proses utam Vol. 17 No. 5, pp. 497-516. (2012)
pada penelitian ini berfokus pada Supplier atau [15] Zhu, Q., Dou, Y. and Sarkis, J. (2010), “A
Procurement dan tujuan perusahaan yaitu portfolio-based analysis for green supplier
tercapainya Green Procurement. Level 2 management using the analytical network
berisikan proses procurement mulai dari process”, Supply Chain Management: An
identifikasi supplier hingga pembayaran, lalu International Journal, Vol. 15 No. 4, pp. 306-
Level 3 yaitu berisi atribut dan KPI dari setiap 319.
proses. [16] Bai, C. and Sarkis, J. (2010), “Integrating
Terdapat 6 Green Objective dan 18 KPI sustainability into supplier selection with grey
pengukuran kinerja dalam terciptanya Green system and rough set methodologies”,
Procurement. Pembobotan KPI menggunakan International Journal of Production Economics,
metode AHP hasil yang didapatkan adalah bobot Vol. 124 No. 1, pp. 252-264.
tertinggi yaitu % Jumlah supplier dengan [17] Huan, S.H., Sheoran, S.K. and Wang, G.
sertifikasi EMS atau ISO 14001 dengan bobot (2004), “A review and analysis of supply chain

5
Journal Industrial Servicess Vol. 3 No. 1 Oktober 2018

operations reference (SCOR) model”, Supply


Chain Management: An International Journal,
Vol. 9 No. 1, pp. 23-29.
[18] Hendra Saputra, Prima Fithri : Perancangan
Model Pengukuran Kinerja Green Supply Chain
Pulp dan Kertas. 2012

Anda mungkin juga menyukai