Anda di halaman 1dari 10

See discussions, stats, and author profiles for this publication at: https://www.researchgate.

net/publication/332377249

MODEL PEMILIHAN INDUSTRI KOMPONEN OTOMOTIF YANG RAMAH


LINGKUNGAN

Article in JURNAL TEKNIK INDUSTRI · November 2013


DOI: 10.25105/jti.v3i3.1564

CITATIONS READS

3 403

3 authors, including:

Triwulandari Satitidjati Dewayana


Universitas Trisakti
34 PUBLICATIONS 26 CITATIONS

SEE PROFILE

All content following this page was uploaded by Triwulandari Satitidjati Dewayana on 08 October 2021.

The user has requested enhancement of the downloaded file.


MODEL PEMILIHAN INDUSTRI KOMPONEN OTOMOTIF YANG
RAMAH LINGKUNGAN
Triwulandari S. Dewayana, Dedy Sugiarto, Dorina Hetharia
Program Studi Magister Teknik Industri
Fakultas Teknologi Industri – Universitas Trisakti
Email : sd_triwulandari@yahoo.com

ABSTRAK
Penelitian ini bertujuan untuk merancang model pemilihan industri komponen otomotif
yang ramah lingkungan. Pendekatan yang digunakan dalam merancang model adalah proses
hirarki analitik, adapun identifikasi kriteria dan sub kriteria menggunakan pendekatan Fuzzy
Delphi Method. Sumber data yang digunakan yaitu data sekunder terkait dengan perancangan
model dan data primer dari pakar untuk pemilihan kriteria, sub kriteria, dan perbandingan
berpasangan antar faktor, kriteria, dan sub kriteria. Model yang dihasilkan menggunakan 5
(lima) level hirarki yaitu level 1 merupakan tujuan, level 2 terdiri dari 3 (tiga) faktor, level 3
terdiri dari 11 (sebelas) kriteria, level 4 terdiri dari 22 (dua puluh dua) sub kriteria, dan level 5
terdiri dari 6 (enam) alternatif pilihan. Berdasarkan bobot faktor yang diperoleh, model
pemilihan industri komponen otomotif yang ramah lingkungan lebih memprioritaskan pada
faktor pengelolaan limbah / emisi dengan bobot sebesar 0,6370. Pada faktor tersebut, kriteria
program penurunan emisi CO2 merupakan prioritas utama dengan bobot sebesar 0,6480.
Prioritas berikutnya adalah pada faktor proses produksi dengan bobot sebesar 0,2580. Pada
faktor proses produksi, kriteria teknologi proses merupakan prioritas utama dengan bobot faktor
sebesar 0.3860. Sedangkan untuk sub criteria dari kriteria teknologi proses, bobot terbesar
adalah penerapan Reduce, Reuse, Recycle (3R) yaitu 0,7172. Oleh karena itu, upaya
penurunan emisi CO2 dan penerapan Reduce, Reuse, Recycle (3R) akan menjadi penentu bagi
industri komponen otomotif untuk masuk dalam kategori industri yang ramah lingkungan.

Kata kunci: model, ramah lingkungan, bobot

1. PENDAHULUAN yang menjadi peserta konferensi tersebut.


Adapun salah satu hasil dari konferensi
Istilah Green Industry dikenal pada
tersebut yaitu berupa komitmen bersama
tahun 2009 dalam penyelenggaraan
negara negara di Asia dalam upaya
International Conference on Green Industry
penanganan masalah lingkungan hidup
in Asia di Manila, Filipina. Konferensi
melalui efisiensi penggunaan sumber daya
tersebut terselenggara atas kerjasama antara
dan pengurangan emisi gas karbon
United Nations Industrial Development
utamanya disektor industry (bpkimti, 2010).
Organization (UNIDO), United Nations
United Nations Industrial
Economic and Social Commission for Asia
Development Organization
and the Pacific (UNESCAP), United
(www.unido.org) menyebutkan bahwa green
Nations Environment Programme (UNEP),
industry harus menjadi komitmen setiap
International Labour Organization (ILO).
industri untuk mengurangi dampak terhadap
Indonesia merupakan salah satu negara yang
lingkungan akibat proses produksi dan
mengirimkan perwakilannya dari 22 negara
Model Pemilihan Industri (Triwulandari, dkk) Jurnal Teknik Industri ISSN: 1411-6340 208
produk yang dihasilkannya melalui efisiensi kendaraan bermotor, elektronika, dan
penggunaan sumberdaya secara terus telematika.
menerus serta bersifat rendah karbon yang Industri kendaraan bermotor
diterapkan pada pemilihan bahan baku, (otomotif) dan komponennya di Indonesia
proses produksi, produk akhir, dan merupakan salah satu klaster industri
pelayanan di suatu kegiatan/industri. unggulan yang berperan mendongkrak
Adapun industri-industri yang dapat pertumbuhan ekonomi di atas 7%. Terdapat
menerapkan green industry adalah industri berbagai tantangan bagi industri nasional
yang bergerak di sektor environmental good untuk lebih berdaya saing seperti masalah
dan jasa, meliputi : industri pendaur ulang, ketersediaan sumber daya yang semakin
pengolah limbah, pemusnah limbah, menipis juga ketergantungan terhadap bahan
pengangkut limbah, konsultan lingkungan, baku impor hingga masalah timbulan limbah
industri pengolah air limbah, pengendali (Kementerian Perindustrian 2013).
pencemaran udara, peralatan pengolah Selanjutnya, juga dinyatakan bahwa pada
limbah, industri manufaktur dan instalasi tingkat global, tuntutan agar diterapkannya
peralatan energi yang terbarukan, konsultan standar industri yang menitikberatkan pada
energi, laboratorium khusus pengukuran dan upaya efisiensi bahan baku, air dan energi,
analisa diversifikasi energi, eco-design dan
lingkungan, dan industri yang memproduksi teknologi rendah karbon dengan sasaran
teknologi bersih (bpkimti, 2010). peningkatan produktivitas dan minimalisasi
Industri manufaktur merupakan limbah semakin tinggi. Issue lingkungan
industri yang menjadi pendorong utama saat ini menjadi salah satu hambatan
pertumbuhan ekonomi pada negara perdagangan (barriers to trade) untuk
berkembang dalam lima belas tahun terakhir penetrasi pasar suatu negara. Barrier
(Journal of Manufacturing Excellence, tersebut dilaksanakan dengan cara
2011). Yang dimaksud dengan industri menerapkan berbagai macam standar, baik
manufaktur (Lampiran Perpres Nomor 28 itu standar international (ISO, ekolabel)
Tahun 2008) yaitu semua kegiatan ekonomi maupun persyaratan pembeli (buyer
yang menghasilkan barang dan jasa yang requirement). Oleh karena itu, pengelolaan
bukan tergolong produk primer. Hidayat lingkungan merupakan salah satu strategi
(Media Industri Edisi 4 2011) menyatakan yang dipergunakan untuk keunggulan
bahwa salah satu cara untuk mencapai target bersaing (Kleindorfer et al., 2005; Pagell &
pertumbuhan industri adalah peningkatan Gobeli, 2009; Yang et al., 2010).
efisiensi dan daya saing. Penelitian ini bertujuan untuk
Selanjutnya juga dinyatakan bahwa terdapat merancang model pemilihan industri
enam kelompok industri yang menjadi komponen otomotif yang ramah lingkungan.
prioritas untuk peningkatan daya saing yaitu Yang dimaksud dengan industri ramah
industri padat karya, industri kecil dan lingkungan pada penelitian ini yaitu industri
menengah (IKM), industri barang modal, yang memenuhi kriteria sebagai Green
industri berbasis sumber daya alam, industry Industry. Perancangan model pemilihan
pertumbuhan tinggi, dan kelompok industri industri komponen otomotif yang ramah
prioritas khusus. Industri pertumbuhan lingkungan merupakan bagian dari
tinggi yang diprioritaskan untuk diperkuat penelitian dalam rangka memformulasikan
daya saingnya yaitu industri dengan tingkat strategi pengembangan industri komponen
pertumbuhan tinggi antara lain industri otomotif yang ramah lingkungan untuk
meningkatkan daya saing.

Model Pemilihan Industri (Triwulandari, dkk) Jurnal Teknik Industri ISSN: 1411-6340 209
2. TINJAUAN PUSTAKA Green industry secara garis besar
2.1 Green Industry ditunjukkan pada Gambar 1.
Green industry adalah industri yang Penerapan Green industry (Kemenprin
dalam proses produksinya mengutamakan 2013) dilakukan melalui konsep produksi
upaya efisiensi dan efektivitas penggunaan bersih (cleaner production) melalui aplikasi
sumber daya secara berkelanjutan sehingga 4R, yaitu Reduce (pengurangan limbah pada
mampu menyelaraskan pembangunan sumbernya), Reuse (penggunaan kembali
industri dengan kelestarian fungsi limbah), dan Recycle (daur ulang limbah),
lingkungan hidup serta dapat member dan Recovery (pemisahan suatu bahan atau
manfaat bagi masyarakat (Kemenprin 2012). energi dari suatu limbah).
Adapun prinsipprinsip dalam implementasi

Gambar 1 Prinsip-prinsip dalam penerapan Green industry


Sumber : Kemenprin (2012)

2.2 Produksi Bersih meningkatkan efisiensi penggunaan bahan


Kristanto (2013) menyatakan bahwa baku, bahan penunjang, dan energi diseluruh
limbah merupakan konsekuensi logis dari tahapan proses produksi.
setiap proses yang terjadi dalam suatu
industri (pabrik). Selanjutnya, Kristanto 2.3 Industri Komponen Otomotif
(2013) juga menyatakan bahwa strategi Indonesia
konvensional dalam pengelolaan limbah Dewayana et all (2012)
yang didasarkan pada pendekatan menyimpulkan bahwa berdasarkan
pengelolaan limbah yang terbentuk (end-of- lokasinya, data 121 perusahaan
pipe treatment) dinilai kurang efektif. Oleh menunjukkan bahwa industri komponen
karena itu diperlukan suatu pendekatan yang otomotif tersebar pada beberapa wilayah
terintegrasi sebagai suatu strategi yaitu DKI, Jawa Barat, Jawa Tengah, Jawa
pengelolaan lingkungan yang prefentif, Timur, dan Banten. Persentase terbesar
terpadu, dan diterapkan secara terus menerus perusahaan berada di wilayah Jawa Barat
pada seluruh tahapan proses produksi. (55,37%) dan DKI (24,79%). Berdasarkan
Pendekatan tersebut di kenal dengan istilah jumlah tenaga kerja, dari data 49 perusahaan
produksi bersih. Produksi bersih bertujuan menunjukkan bahwa jumlah tenaga kerja
untuk mencegah dan meminimalkan terbesar yaitu 1280 orang dan terkecil yaitu
terbentuknya limbah atau bahan pencemar 5 orang. 73% perusahaan merupakan
lingkungan serta melakukan upaya untuk perusahaan besar, 22% perusahaan sedang,

Model Pemilihan Industri (Triwulandari, dkk) Jurnal Teknik Industri ISSN: 1411-6340 210
sisanya sebesar 5% adalah perusahaan kecil. Penghargaan Industri Hijau (PIH) telah
Berdasarkan kepemilikannya, data 30 berlangsung selama empat tahun. Penilaian
perusahaan menunjukkan bahwa terdapat 20 penghargaan industri hijau didasarkan pada
(66,7%) perusahaan PMDN, 7 ( 23,33%) hal-hal berikut (Kementerian Perindustrian
perusahaan PMA, dan 3 (10%) perusahaan 2012) :
Patungan. Perusahaan PMDN mendominasi a. Proses Produksi, meliputi bahan baku
perusahaan yang berada di wilayah DKI, dan bahan penolong, energi, air,
Jawa Barat, dan Jawa Timur. Sedangkan teknologi proses, produk, sumber
perusahaan PMA mendominasi perusahaan daya manusia, dan lingkungan kerja.
yang berada di wilayah Banten. Perusahaan b. Manajemen Perusahaan, meliputi
yang berada pada wilayah DKI, Jawa Barat, program efisiensi produksi,
dan Jawa Timur memiliki jenis kepemilikan Community Development/Corporate
yang lengkap yaitu PMDN, PMA, dan Social Responsibility, penghargaan
Patungan. Sedangkan perusahaan yang yang pernah diterima, dan sistem
berada di wilayah Banten tidak ada yang manajemen.
berjenis patungan. c. Pengelolaan Lingkungan Industri,
meliputi pemenuhan baku mutu
2.4 Penelitian dan model terdahulu lingkungan, sarana pengelolaan
Gupta (2001) dalam Ciptomulyono limbah dan emisi, dan kinerja
dan Fitriadi (2008) menegaskan bahwa pengelolaan lingkungan.
perubahan strategi industri perlu dilakukan
supaya terjadi keseimbangan antara Pogram Penilaian Peringkat Kinerja
pertumbuhan industri dan konservasi Perusahaan dalam pengelolaan lingkungan
lingkungan. Selain itu, Ciptomulyono dan (PROPER) telah dilakukan sejak tahun 2002
Fitriadi (2008) menyatakan bahwa oleh Kementerian Lingkungan Hidup.
paradigma baru dalam dunia industri yang Kriteria pemeringkatan yang digunakan
berorientai global untuk bisa bersaing secara mengacu pada Peraturan Menteri Negara
internasional harus mempersyaratkan faktor Lingkungan Hidup No.18 Tahun 2010
lingkungan dalam sistem manajemennya. Tentang Program Penilaian Peringkat
Mahadevan et al. (2003) dalam Kinerja Perusahaan Dalam Pengelolaan
Ciptomulyono dan Fitriadi (2008) Lingkungan Hidup, yaitu : peringkat warna
menyatakan bahwa peningkatan kinerja hijau untuk usaha dan atau kegiatan yang
perusahaan yang ramah terhadap lingkungan telah melakukan pengelolaan lingkungan
bisa dimulai dari sistem rantai pasok lebih dari yang dipersyaratkan dalam
material, proses produksi, pengiriman, dan peraturan (beyond compliance) melalui
penyimpanan produk, hingga kegiatan yang pelaksanaan sistem pengelolaan lingkungan,
berkaitan product recovery seperti pemanfaatan sumberdaya secara efisien
remanufacture, recycle, reuse maupun melalui upaya 4R (Reduce, Reuse, Recycle
repair. dan Recovery), dan melakukan upaya
Untuk mendorong pertumbuhan tanggung jawab sosial (CSR/Comdev)
Green Industry, Kementerian Perindustrian dengan baik.
memberikan penghargaan kepada Menurut Kementerian Lingkungan
perusahaan industri nasional yang telah Hidup (2012) kriteria Penilaian PROPER di
menerapkan pola penghematan sumber daya bedakan menjadi dua , yaitu :
dan penggunaan bahan baku dan energy
yang ramah lingkungan serta terbarukan.

Model Pemilihan Industri (Triwulandari, dkk) Jurnal Teknik Industri ISSN: 1411-6340 211
1.Kriteria ketaatan yang digunakan memiliki kepentingan yang hampir sama
untuk pemeringkatan biru, merah, dan dan tidak memiliki perbedaan yang terlalu
hitam. mencolok. Jika perbedaan terlalu besar harus
Kriteria ketaatan pada dasarnya dibuatkan level yang baru. Perbandingan
adalah penilaian ketaatan perusahaan berpasangan dari semua elemen yang ada
terhadap peraturan lingkungan hidup. dilakukan dengan tujuan untuk
Peraturan yang digunakan sebagai menghasilkan skala kepentingan relatif dari
dasar penilaian adalah peraturan: elemen. Penilaian menghasilkan skala
Penerapan Dokumen Pengelolaan penilaian yang berupa angka. Perbandingan
Lingkungan, Pengendalian berpasangan dalam bentuk matriks jika
Pencemaran Air, Pengendalian dikombinasikan akan menghasilkan
Pencemaran Udara, Pengelolaan prioritas. Sintesa prioritas dilakukan dengan
Limbah B3, Pengendalian Pencemaran mengalikan prioritas lokal dengan prioritas
Air Laut, Kriteria Kerusakan dari kriteria bersangkutan di level atasnya
Lingkungan dan menambahkannya ke tiap elemen dalam
2.Kriteria penilaian aspek lebih dari level yang dipengaruhi kriteria. Hasilnya
yang dipersyaratkan (beyond berupa gabungan atau dikenal dengan
compliance) untuk pemeringkatan prioritas global yang kemudian digunakan
hijau dan emas. Aspek yang dinilai untuk memboboti prioritas lokal dari elemen
adalah :system manajemen di level terendah sesuai dengan kriterianya.
lingkungan, efisiensi energi,
penurunan emisi, pemanfaatan dan 3. METODE PENELITIAN
pengurangan limbah B3, penerapan 3 Pendekatan yang digunakan dalam
R limbah padat non B3, konservasi air merancang model adalah proses hirarki
dan penurunan beban pencemaran air, analitik, adapun identifikasi kriteria dan sub
perlindungan keanekaragaman hayati, kriteria menggunakan pendekatan Fuzzy
pelaksanaan pemberdayaan Delphi Method. Sumber data yang
masyarakat. digunakan yaitu data sekunder terkait
dengan perancangan model dan data primer
2.5 Analytic Hierarchy Process (AHP) dari pakar untuk pemilihan kriteria, sub
AHP merupakan suatu model kriteria, dan perbandingan berpasangan
pendukung keputusan yang dikembangkan antar faktor, kriteria, dan sub kriteria.
oleh Thomas L. Saaty. Prinsip dasar AHP Proses perancangan model dilakukan
(Saaty, 2000) yaitu: 1. Dekomposisi, 2. melalui dua tahapan sebagai berikut : 1)
Perbandingan penilaian/pertimbangan Penyusunan Hierarki Keputusan untuk
(comparative judgments), dan 3. Sintesa Pemilihan Industri Komponen Otomotif
Prioritas. Dengan prinsip dekomposisi, yang Ramah Lingkungan, dan 2)
struktur masalah yang kompleks dibagi Penentuan Bobot pada setiap level hierarki.
menjadi bagian-bagian secara hierarki. Penyusunan Hierarki Keputusan untuk
Dalam bentuk yang paling sederhana Pemilihan Industri Komponen Otomotif
struktur akan dibandingkan tujuan, kriteria yang Ramah Lingkungan dilakukan dengan
dan level alternatif. Level paling atas dari tahapan sebagai berikut : 1) Perumusan
hirarki merupakan tujuan yang terdiri atas tujuan, 2) Penentuan alternatif pilihan, 3)
satu elemen. Level berikutnya mungkin Penentuan level hierarki, 4) Identifikasi
mengandung beberapa elemen, di mana elemen-elemen pada setiap level hierarki
elemen-elemen tersebut bisA dibandingkan, selain level hierarki pertama (tujuan) dan

Model Pemilihan Industri (Triwulandari, dkk) Jurnal Teknik Industri ISSN: 1411-6340 212
level hierarki terakhir (alternatif pilihan), atribut untuk mendapatkan nilai
dan 5)Penyusunan Hierarki Keputusan. prioritas awal di antara beberapa
Penentuan bobot pada setiap level hierarki atribut.
dilakukan dengan tahapan sebagai berikut : 3. Selanjutnya, setiap pakar akan
1) Penyusunan matriks perbandingan menerima kuesioner ke dua yang
berpasangan, 2) Perbandingan berpasangan berisi atribut serta ringkasan rating
dengan bantuan pakar, 3) Perhitungan Rata- hasil kuesioner pertama. Pakar
rata Geometric, 4)Perhitungan Weighted tersebut dipersilahkan untuk
sum vector, 5) Perhitungan consistency merevisi atau mengklarifikasi
vector, 6) Perhitungan Consistency Index, 7) penilaiannya tentang kepentingan
Perhitungan Consistency Ratio, 8) relatif dari masing-masing atribut.
Membandingkan nilai Consistency Ratio
dengan syarat konsistensi dalam Penentuan bobot pada setiap level
perbandingan berpasangan yaitu nilai CR ≤ hierarki dilakukan dengan perbandingan
0,1, apabila tidak memenuhi syarat berpasangan yang dilakukan oleh pakar,
konsistensi maka kembali ke tahap 2 yaitu matriks perbandingan berpasangan disusun
Perbandingan berpasangan dengan bantuan berdasarkan hasil identifikasi elemen-
pakar, dan 9) Menentukan bobot pada setiap elemen pada setiap level hierarki selain level
level hierarki berdasarkan hasil perhitungan hierarki pertama (tujuan) dan level hierarki
Rata-rata Geometric. terakhir (alternatif pilihan). Matriks
Identifikasi elemen-elemen pada perbandingan berpasangan yang terdiri dari
setiap level hirarki selain level hirarki penilaian terhadap tingkat kepentingan
pertama (tujuan) dan level hierarki terakhir secara relatif,diberikan dengan
(alternatif pilihan) dilakukan dengan menggunakan skala 1 sampai dengan 9
pendekatan Fuzzy Delphi Method. Proses untuk memberikan penilaian.
identifikasi dilakukan sebagai berikut :
1. Proses diawali dengan identifikasi
awal mengenai persyaratan yang 4. HASIL DAN PEMBAHASAN
digunakan untuk menilai apakah Model pemilihan industri komponen
industri termasuk industri yang otomotif yang ramah lingkungan
ramah lingkungan. identifikasi awal menggunakan 5 (lima) level hirarki yaitu
tersebut sebagai titik awal untuk level 1 merupakan tujuan, level 2 terdiri dari
meraih informasi selanjutnya. 3 (tiga) faktor, level 3 terdiri dari 11
2. Berdasarkan hasil identifikasi awal, (sebelas) kriteria, level 4 terdiri dari 22 (dua
disusun kuesioner pertama. Setiap puluh dua) sub kriteria, dan level 5 terdiri
pakar menerima kuesioner pertama dari 6 (enam) alternatif pilihan. Adapun
dan diminta untuk memberikan struktur hirarkinya ditunjukkan pada
rating atau peringkat terhadap setiap Gambar 2 berikut ini

Model Pemilihan Industri (Triwulandari, dkk) Jurnal Teknik Industri ISSN: 1411-6340 213
Gambar 2. Hirarki Keputusan Pemilihan Industri Komponen Otomotif yang
Ramah Lingkungan

Berdasarkan hasil perbandingan kriteria energi, bobot untuk setiap sub


berpasangan dengan bantuan pakar dan telah kriteria adalah sebagai berikut upaya
diuji konsistensinya, diperoleh bobot faktor efisiensi energi (0,5000) dan upaya
sebesar 0,2580 untuk faktor proses produksi, penggunaan / pemanfaatan energi terbarukan
0,6370 untuk faktor pengelolaan limbah / (0,5000). Pada kriteria air, hanya ada satu
emisi, dan 0,1050 untuk manajemen sub kriteria yaitu upaya efisiensi air dengan
perusahaan. Bobot kriteria pada faktor bobot sebesar 1,000. Pada kriteria teknologi
proses produksi sebesar 0,0870 untuk Proses , bobot untuk setiap sub kriteria
kriteria material input, 0,0570 untuk kriteria adalah sebagai berikut Penerapan Reduce,
energi, 0,062 untuk kriteria air, 0.3860 untuk Reuse, Recycle (3R) (0,7172), Pemisahaan
kriteria teknologi proses, 0,2050 untuk air buangan dari proses produksi (0,1947),
kriteria produk, dan 0,2050 untuk Peningkatan teknologi proses dan
lingkungan kerja pada proses produksi. mesin/peralatan (0, 0881). Pada kriteria
Bobot kriteria pada faktor pengelolaan Produk, bobot untuk setiap sub kriteria
limbah / emisi yaitu 0,6480 untuk kriteria adalah sebagai berikut Inovasi produk yang
Program penurunan emisi CO2, 0,2300 ramah lingkungan (0,1562), Menghasilkan
untuk kriteria Pemenuhan Baku Mutu produk/komponen yang menunjang program
Lingkungan, dan 0,1220 untuk kriteria LCGC (0,6586), Kemasan produk yang
Sarana Pengelolaan Limbah. Bobot kriteria ramah lingkungan (0,1852). Pada kriteria
pada faktor manajemen perusahaan yaitu Lingkungan Kerja pada Proses Produksi ,
0,3330 untuk kriteria sertifikasi, dan 0,6670 hanya ada satu sub kriteria yaitu Melakukan
untuk kriteria penghargaan. pemantauan dan penilaian kinerja K3L
Pada kriteria material input, bobot dengan bobot sebesar 1,000. Pada kriteria
untuk setiap sub kriteria adalah sebagai Program penurunan emisi CO2 , hanya ada
berikut material input yang digunakan satu sub kriteria yaitu Upaya penurunan
(0,1500), rasio material input terhadap emisi CO2 dengan bobot sebesar 1,000.
produk (0,0760), upaya efisiensi Pada Kriteria Pemenuhan Baku Mutu
penggunaan material input (0,5130), dan Lingkungan , bobot untuk setiap sub kriteria
Sertifikasi/izin material input (0,2610). Pada adalah sebagai berikut Limbah Cair

Model Pemilihan Industri (Triwulandari, dkk) Jurnal Teknik Industri ISSN: 1411-6340 214
(0,2500), dan Limbah Gas dan Debu terimakasih disampaikan kepada
(0,7500). Pada Kriteria Sarana Pengelolaan Kementerian Pendidikan Dan Kebudayaan
Limbah, bobot untuk setiap sub kriteria Republik Indonesia yang telah memberikan
adalah sebagai berikut Operasional sarana dana penelitian melalui Daftar Isian
pengelolaan limbah dan emisi (0,5000), dan Pelaksanaan Anggaran Kopertis Wilayah III
Pengelolaan limbah B3 (0,5000). Pada Jakarta 2013 dengan Kontrak Nomor
Kriteria Sertifikasi , bobot untuk setiap sub 002/K3/KM/2013 tanggal 13 Mei 2013.
kriteria adalah sebagai berikut sertifikasi
produk (0,1667), dan sertifikasi sistem
manajemen lingkungan (0,8333). Pada
kriteria penghargaan, hanya ada satu sub DAFTAR PUSTAKA
kriteria yaitu penghargaan terkait bidang Anonim.2011. Manufacturing Matters :
produksi dan pengelolaan lingkungan Going Green. Journal of
industri yang pernah diterima dengan bobot Manufacturing Excellence. Penerbit :
sebesar 1,000. Confederation of Indian Industry,
India.
5. KESIMPULAN
Anonim. 2013.Pertumbuhan Industri
Berdasarkan bobot faktor yang Manufaktur 2013 di Target
diperoleh, model pemilihan industri 7,14%.Media Industri No. 1. Penerbit :
komponen otomotif yang ramah lingkungan Kementerian Perindustrian, Jakarta.
lebih memprioritaskan pada faktor Ciptomulyono dan Fitriadi. 2008.
pengelolaan limbah / emisi dengan bobot Pendekatan Compromise
sebesar 0,6370. Pada faktor tersebut, Programming Dengan
kriteria Program penurunan emisi CO2 Memperhitungkan Faktor Lingkungan,
merupakan prioritas utama dengan bobot Studi Kasus : Industri Otomotif PT XX
sebesar 0,6480. Prioritas berikutnya adalah Di Jawa Tengah. Jurnal Ilmiah Teknik
pada faktor proses produksi dengan bobot Industri Vol 5 No.2.
sebesar 0,2580. Pada faktor proses produksi,
kriteria teknologi proses merupakan prioritas Dewayana, T.S.,Sugiarto D., Hetharia D.
utama dengan bobot faktor sebesar 0.3860. 2011. Peluang Dan Tantangan Industri
Sedangkan untuk sub kriteriadari criteria Komponen Otomotif Indonesia.
teknologi proses, bobot terbesar adalah Prosiding Seminar Nasional
penerapan Reduce, Reuse, Recycle (3R) Competitive Advantage II.
yaitu 0,7172, Oleh karena itu, upaya Univ.Pesantern Darul Ulum, Jombang.
penurunan emisi CO2 dan penerapan ISBN 978-602-99020-3-7
Reduce, Reuse, Recycle (3R) akan menjadi Kementerian Lingkungan Hidup. 2012.
penentu bagi industri komponen otomotif PROPER mendorong inovasi,
untuk masuk dalam kategori industri yang menciptakan nilai, dan keunggulan
ramah lingkungan. lingkungan. Penerbit : Kementerian
Lingkungan Hidup, Jakarta.
UCAPAN TERIMAKASIH
Kementerian Perindustrian. 2012. Pedoman
Penelitian ini merupakan bagian dari Penilaian Penganugerahan
penelitian berjudul model pemilihan industri Penghargaan Industri Hijau. Penerbit :
komponen otomotif yang ramah lingkungan Kementerian Perindustrian, Jakarta.
dan analisis kebijakan pemerintah. Ucapan

Model Pemilihan Industri (Triwulandari, dkk) Jurnal Teknik Industri ISSN: 1411-6340 215
Kementerian Perindustrian. 2013. Kebijakan
Pengembangan Industri Hijau (Green
Industry).
http://greenlistingindonesia.com.
Kleindorfer, P. R., Singhal, K &
Wassenhove, L. N. V. 2005.
Sustainable Operations Management.
Production and Operations
Management. Vol. 14 , No. 4.
Kristanto, P. 2013. Ekologi Industri.
Yogyakarta : Penerbit CV. Andi
Offset.
Pagell, M & Gobeli, D. 2009. How Plant
Managers’ Experiences and Attitudes
Toward Sustainability Relate to
Operational Performance. Production
and Operations Management. Vol. 18,
Issue 3.
Saaty, Thomas L. 2000. The Fundamentals
of Decision Making and Priority
Theory with the Analytic Hierarchy
Process. Vol. VI of the AHP Series.
RWS Publisher.
Yang, C. L., Lin, S. P., Chan, Y & Sheu, C.
2010. Mediated Effect of
Environmental Management on
Manufacturing Competitiveness: An
Empirical Study. International Journal
of Production Economics. Vol. 123,
No. 1

Model Pemilihan Industri (Triwulandari, dkk) Jurnal Teknik Industri ISSN: 1411-6340 216

View publication stats

Anda mungkin juga menyukai