NIM : 2010815220024
RESUME JURNAL
Ashofrod (2004) mengklaim bahwa teknik lebih berfokus pada ilmu-ilmu alam
dan sosial karena “aktivitas yang mendorong negara industri umumnya berakar pada
teknik”.
Berfokus pada berbagai faktor kelembagaan sebagai motif penting, Delmas dan
Toffel (2004) menunjukkan bahwa perusahaan dapat menerapkan praktik manajemen
lingkungan seperti sistem manajemen lingkungan, program pelatihan formal, atau audit
lingkungan rutin untuk mematuhi peraturan dan mengadopsi praktik industri standar
serta melampaui hukum mengenai tanggung jawab lingkungan mereka.
Dari sudut pandang yang lebih luas, istilah praktik pengelolaan lingkungan
mencakup yang digunakan oleh perusahaan untuk mengurangi dampak lingkungan
dalam operasi mereka sehari-hari: contohnya dapat mencakup analisis siklus hidup,
layanan manajemen lingkungan (EMS), ekologi industri, dan manajemen energi.
Namun, ada kebingungan mengenai praktik pengelolaan lingkungan dan khususnya
terkait dengan isu “apa”, “mengapa”, dan “di mana”. Istilah “apa” berarti isi dari
praktik pengelolaan lingkungan, “mengapa” mendasari faktor-faktor yang
mempengaruhi keputusan perusahaan mengenai apakah akan mengadopsi praktik
pengelolaan lingkungan, dan terakhir, “di mana” menunjukkan fokus dari setiap
praktik lingkungan pada satu atau beberapa masalah lingkungan (misalnya, air, energi,
dan pengelolaan limbah). Untuk membantu diskusi tentang isu-isu tersebut, beberapa
peneliti telah menyediakan kerangka metodologis untuk memperjelas praktek
manajemen, metode, dan teknik mengenai pengelolaan lingkungan industri.
Kekurangan/Kelebihan
Analisis ini memberikan ide untuk penelitian masa depan, bidang utamanya
adalah bagaimana satu atau beberapa praktik pengelolaan lingkungan dalam konteks
organisasi atau produksi dapat bekerja sama bersama bagi perusahaan untuk
meningkatkan kinerja lingkungan mereka secara keseluruhan. Meskipun perusahaan
yang mengaplikasikan beberapa jenis praktik pengelolaan lingkungan yang disebutkan
di atas dapat mengklasifikasikan dirinya sendiri. Demikian pula, banyak penulis
mengusulkan model teoritis terutama menggabungkan praktik manajemen lingkungan
organisasi (misalnya, EMS) dan praktik manajemen lingkungan produk. Terlepas dari
nilai berbagai praktik pengelolaan lingkungan di tingkat perusahaan, berbagai praktik
tersebut dapat menyesatkan konsumen. Secara khusus, praktik manajemen lingkungan
dengan fokus yang berbeda ini dapat memberi kesan bahwa perusahaan yang
melakukan manajemen lingkungan adalah perusahaan yang ramah lingkungan.
Pertanyaannya adalah apakah konsumen akan menghargai bisnis dengan membeli
produk dari perusahaan yang mencapai kinerja lingkungan yang lebih baik daripada
perusahaan serupa lainnya dan bagaimana peringkat praktik lingkungan tersebut dalam
hal meminimalkan dampak lingkungan.
Analisis ini juga membantu dalam memahami kekuatan dan kelemahan praktik
pengelolaan lingkungan saat ini. Temuan ini akan membantu para ilmuwan untuk
memfokuskan penelitian mereka dalam mengidentifikasi praktik manajemen yang
tepat serta mengidentifikasi kombinasi baru yang menangani kelemahan tersebut.