Anda di halaman 1dari 13

Sistem Manajemen Lingkungan

KELOMPOK 06
BAB VI
SISTEM MANAJEMEN LINGKUNGAN ISO 14001

A. PENDAHULUAN 
1. Latar Belakang 
Dalam tiga dasawarsa terakhir telah terjadi perubahan cara pandang dunia
dalam melihat masalah lingkungan. Pada tahun enam puluhan masalah lingkungan
hanya dipandang sebagai masalah lokal, pencemaran udara diperkotaan, masalah
limbah industri, dan sebagainya. Pada tahun tujuh puluhan masalah lingkungan
dipandang sebagai masalah global seperti hujan asam, kerusakan lapisan ozon,
pemanasan global dan perubahan iklim. Pada tahun delapan puluhan timbul
kesadaran bahwa masalah lingkungan global dapat mengancam kelangsungan
pembangunan ekonomi. Hal ini telah mendorong lahirnya Konsep Pembangunan
Berkelanjutan, yang kemudian diterima oleh hampir seluruh dunia. Menjelang
berakhirnya abad dua puluh ini terjadi perubahan yang nyata dalam tatanan ekonomi
dunia yaitu proses globalisasi disemua aspek kehidupan ekonomi yang membentuk
dunia baru dengan batas-batas antar negara yang makin kabur, dengan aturan main
yang berbeda dengan tatanan sebelumnya. Agar berhasil dalam persaingan global
perlu dipahami aturan main yang berlaku di dalamnya. Salah satu ketentuan yang
harus dipenuhi adalah bahwa dalam proses produksi suatu produk dan jasa tidak
boleh merusak lingkungan (Hadiwiardjo, 1977).
Melihat upaya yang makin gencar untuk perlindungan lingkungan, semua
negara sepakat mengenai kewajiban melindungi dan memelihara kelestarian
lingkungan hidup. Kenyataan ini telah menempatkan aspek lingkungan menjadi faktor
yang berpengaruh dalam pola perdagangan barang dan jasa. Issue pelestarian dan
perlindungan lingkungan hidup dijadikan prasyarat bagi setiap negara yang ingin ikut
berperan aktif dalam perdagangan dunia.
Sementara itu di Indonesia ada satu fenomena yang menonjol pada era
reformasi ini yaitu timbulnya kesadaran masyarakat akan hak-haknya sebagai warga
negara termasuk hak untuk ikut menentukan arah perkembangan masa depan bangsa.
Masyarakat sekarang tidak sekedar memiliki kesadaran tersebut tetapi juga memiliki
keberanian dan punya komitmen kuat untuk memperjuangkan hak-haknya yang
selama ini agak terabaikan.

Kajian Lingkungan Hidup (KLH) VI - 1


Sistem Manajemen Lingkungan

Salah satu issue utama yang mendapat perhatian besar adalah pencemaran
lingkungan hidup oleh perusahaan-perusahaan industri. Masalah pencemaran
lingkungan sebenarnya sudah lama menjadi sorotan masyarakat diberitakan meluas
oleh berbagai media massa, tetapi kurang mendapat tanggapan positif dari aparat
berwenang. Pada era reformasi ini masalah pencemaran lingkungan tetap mendapat
sorotan tajam dari masyarakat dan tuntutan dari masyarakat akan hak-haknya untuk
mendapatkan kualitas lingkungan hidup yang sehat semakin keras dikumandangkan.
Sekarang ini pihak pengusaha industri mendapat tekanan kuat dari dua arah
secara simultan yaitu dari luar dan dalam negeri. Dalam situasi demikian, perusahaan
industri jika ingin survive tidak punya pilihan lain, selain meninjau dan mengkaji ulang
visi, orientasi dan kebijakan perusahaan terhadap lingkungan hidup. Mereka dituntut
untuk merubah Sistem Manajemen Lingkungan agar sesuai dengan konsep
Pembangunan Berkelanjutan yang berwawasan lingkungan.
2. Pergeseran Paradigma Pengelolaan Lingkungan Hidup

Salah satu isu penting dalam globalisasi adalah masalah lingkungan. Oleh
karena itu, semua pihak mempunyai kewajiban untuk memberikan perlingdungan
terhadap lingkungan secara proporsional. Perlindungan lingkungan hidup adalah suatu
masalah yang harus dipertimbangkan dari aspek global. Masyarakat dunia telah
bereaksi untuk turut serta memberikan kepedulian terhadap lingkungan melalui
deklarasi yang dibuat oleh konferensi PBB di Stockholm pada bulan Juni 1972.
deklarasi tersebut tentang perlindungan lingkungan dalam pencegahan pencemaran
dan ajakan dalam usaha koordinasi ke seluruh dunia lewat partisipasi global tidak
hanya negara-negara maju tetapi juga negara-negara berkembang.
Kedudukan pemerintah sangat strategis dalam hal memberikan perlindungan
terhadap lingkungan seperti pembuatan kebijakan serta berperan untuk memfasilitasi
dan mendorong gerakan kepedulian terhadap lingkungan. Keberadaan masyarakat
juga sangat penting untuk turut serta berperan aktif menjaga, memelihara, dan
melestarikan lingkungan. Karena segala dampak yang diakibatkan oleh lingkungan
pihak masyarakatlah yang secara langsung merasakan.
Kerusakan lingkungan yang terjadi akhir-akhir ini diakibatkan oleh kegiatan
manusia untuk memenuhi kebutuhannya dengan tidak mengindahkan kelestarian alam
sekitarnya (Pramudya Sunu, 2001).
 Dari pengolahan limbah ujung pipa (end of pipe) ke pengelolaan limbah di setiap
titik proses sejak awal.

Kajian Lingkungan Hidup (KLH) VI - 2


Sistem Manajemen Lingkungan

 Dari peraturan perundangan (command & control) ke instrumen pasar (market


based instrument).
 Dari yang bersifat wajib ke sukarela.
 Dari cara penanganan yang bersifat parsial ke cara penanganan yang bersifat
sistemik.
 Dari cara pengelolaan yang bersifat sendiri-sendiri ke cara pengelolaan yang
bersifat jaring kerjasama (net works).
 Dari yang bersifat instrumental ke yang bersifat fundamental (values, ethics).
B. SISTEM MANAJEMEN  
1. Sistem Manajemen Lingkungan
 
Sistem Manajemen Lingkungan merupakan bagian integral dari sistem
manajemen perusahaan secara keseluruhan yang terdiri dari satu set pengaturan-
pengaturan secara sistematis yang meliputi struktur organisasi, tanggung jawab,
prosedur, proses, serta sumberdaya dalam upaya mewujudkan kebijakan lingkungan
yang telah digariskan oleh perusahaan. Sistem manajemen lingkungan memberikan
mekanisme untuk mencapai dan menunjukkan performasi lingkungan yang baik,
melalui upaya pengendalian dampak lingkungan dari kegiatan, produk dan jasa.
Sistem tersebut juga dapat digunakan untuk mengantisipasi perkembangan tuntutan
dan peningkatan performasi lingkungan dari konsumen, serta untuk memenuhi
persyaratan peraturan lingkungan hidup dari Pemerintah.
Agar dapat dilaksanakan secara efektif, sistem manajemen lingkungan harus
mencakup beberapa unsur utama sebagai berikut :
 Kebijakan Lingkungan : pernyataan tentang maksud kegiatan manajemen
lingkungan dan prinsip-prinsip yang digunakan untuk mencapainya.
 Perencanaan : mencakup identifikasi aspek lingkungan dan persyaratan
peraturan lingkungan hidup yang bersesuaian, penentuan tujuan pencapaian
dan program pengelolaan lingkungan.
 Implementasi : mencakup struktur organisasi, wewenang dan tanggung jawab,
training, komunikasi, dokumentasi, kontrol dan tanggap darurat.
 Pemeriksaan reguler dan Tindakan perbaikan : mencakup pemantauan,
pengukuran dan audit.
 Kajian manajemen : kajian tentang kesesuaian daan efektivitas sistem untuk
mencapai tujuan dan perubahan yang terjadi diluar organisasi (Bratasida, 1996).

Kajian Lingkungan Hidup (KLH) VI - 3


Sistem Manajemen Lingkungan

2. Sistem Manajemen Lingkungan Menurut Standar ISO Seri 14000


Dalam satu dasawarsa terakhir ini kebutuhan akan suatu sistem standardisasi
semakin dirasakan urgensinya. Hal ini mendorong organisasi Internasional di bidang
standardisasi yaitu ISO (International Organization for Standardization) mendirikan
SAGE (Strategic Advisory Group on Environment) yang bertugas meneliti
kemungkinan untuk mengembangkan sistem standar di bidang lingkungan. SAGE
memberikan rekomendasi kepada ISO untuk membentuk panitia teknik (TC) yang akan
mengembangkan standar yang berhubungan dengan manajemen lingkungan. Pada
tahun 1993, ISO membentuk panitia teknik TC 207 untuk merumuskan sistem
standardisasi dalam bidang lingkungan. Hasil kerja panitia TC 207 kemudian dikenal
sebagai standar ISO seri 14000 (Lee Kuhre, 1996).
Dalam menjalankan tugasnya ISO/TC 207 dibagi dalam enam sub komite (SC)
dan satu kelompok kerja (WG) yaitu :
 Sub-komite 1, SC-1 : Sistem Manajemen Lingkungan (SML)
 Sub-komite 2, SC-2 : Audit Lingkungan (AL)
 Sub-komite 3, SC-3 : Pelabelan Lingkungan (Ekolabel)
 Sub-komite 4, SC-4 : Evaluasi Kinerja Lingkungan
 Sub-komite 5, SC-5 : Analisis Daur Hidup
 Sub-komite 6, SC-6 : Istilah dan Definisi
 Kelompok Kerja 1, WG-1 : Aspek lingkungan dalam Standar Produk.
Pada akhir tahun 1996 panitia teknik TC 207 telah menerbitkan lima standar
yaitu :
 ISO 14001 (Sitem Manajemen Lingkungan-Spesifikasi dengan Panduan untuk
Penggunaan).
 ISO 14004 ( Sistem Manajemen Lingkungan – Pedoman umum atas Prinsip-
prinsip, sistem dan teknik pendukungnya).
 ISO 14010 (Pedoman Umum Audit Lingkungan-Prinsip-prinsip Umum Audit
Lingkungan).
 ISO 14011 (Pedoman Untuk Audit Lingkungan-Prosedur Audit Lingkungan-
Audit Sistem Manajemen Lingkungan).
 ISO 14012 (Pedoman untuk Audit Lingkungan – Kriteria Persyaratan untuk
menjadi Auditor Lingkungan).
 
Sejak tahun 1997 telah diterbitkan dan akan diterbitkan beberapa standar yaitu :
 
 ISO 14020 ( Pelabelan Lingkungan dan Deklarasi – Tujuan tujuan dan
semua Prinsip - prinsip Pelebelan Lingkungan).
 ISO 14021 (Pelabelan Lingkungan daan Deklarasi – Pernyataan diri Klaim
Lingkungan-Istilah dan Definisi).

Kajian Lingkungan Hidup (KLH) VI - 4


Sistem Manajemen Lingkungan

 ISO 14022 (Pelabelan Lingkungan daan deklarasi-Simbol-simbol).


 ISO 14023 (Pelabelan Lingkungan dan Deklarasi-Metodologi Pengujian dan
Verifikasi).
 ISO 14024 (Pelabelan Lingkungan – Program bagai Pelaksana - Prinsip
pemandu, Prosedur praktek dan sertifikasi dan program kriteria ganda).
 ISO 14025 (Pelabelan Lingkungan dan Deklarasi-Pelebelan lingkungan
 ISO 14031 (Evaluasi Kinerja Lingkungan).
 ISO 14040 (Asesmen Daur Hidup-Prinsip dan Kerangka).
 ISO 14041 (Asesmen Daur Hidup-sasaran daan Definisi-IstilahLingkup dan
Analisis Inventarisasi).
 ISO 14042 (Asesmen Daur Hidup-Asesmen dampak)
 ISO 14043 (Asesmen Daur Hidup-Asesmen penyempurnaan).
 ISO 14050 (Istilah daan Definisi).
 ISO 14060 (ISO-IEC Guide 64) Panduan untuk aspek lingkungandalam standar
produk.
 
Standar ISO seri 14000 terbagi dalam dua bidang yang terpisah yaitu evaluasi
organisasi dan evaluasi produk. Evaluasi organisasi terbagi dari 3 sub sistem yaitu sub
sistem manajemen lingkungan, audit lingkungan dan evaluasi kinerja lingkungan.
Evaluasi produk terdiri dari sub sistem aspek lingkungan pada standar produk, label
lingkungan dan asesmen daur hidup (Hadiwiardjo, 1997). Gambar 1. di bawah ini
dapat memperjelas uraian di atas.
 

 
Pada dasarnya ISO 14000 adalah standar manajemen lingkungan yang sifatnya
sukarela tetapi konsumen menuntut produsen untuk melaksanakan program sertifikasi
tersebut. Pelaksanaan program sertifikasi ISO 14000 dapat dikatakan sebagai tindakan
proaktif dari produsen yang dapat mengangkat citra perusahaan dan memperoleh
kepercayaan dari konsumen. Dengan demikian maka pelaksanaan Sistem Manajemen
Kajian Lingkungan Hidup (KLH) VI - 5
Sistem Manajemen Lingkungan

Lingkungan (SML) berdasarkan Standar ISO Seri 14000 bukan merupakan beban
tetapi justru merupakan kebutuhan bagi produsen (Kuhre, 1996).

3. Tujuan Penerapan Sistem Manajemen Lingkungan ISO 14001

Tujuan secara menyeluruh dari penerapan sistem manajemen lingkungan (SML)


ISO 14001 sebagai standar internasional yaitu untuk mendukung perlindungan
lingkungan dan pencegahan pencemaran yang seimbang dengan kebutuhan sosial
ekonomi. Manajemen lingkungan mencakup suatu rentang isu yang lengkap meliputi
hal-hal yang berkaitan dengan strategi dan kompetisi. Peragaan penerapan yang
berhasil dari ISO 14001 dapat digunakan perusahaan untuk menjamin pihak yang
berkepentingan bahwa SML yang sesuai tersedia.
Tujuan utama dari sertifikasi ISO 14001 adalah untuk menjaga kelangsungan
hidup tumbuhan dan binatang dalam kondisi terbaik yang paling mememungkinkan.
Pengelolaan lingkungan dalam sertifikasi ISO mungkin hanya merupakan satu langkah
kecil, namun demikian proses ini akan berkembang dan meningkat sejalan dengan
bertambahnya pengalaman, penciptaan, pencatatan, dan pemeliharaan dari sistem
yang diperlukan untuk sertifikasi yang diharapakan dapat membantu kondisi
lingkungan (Pramudya, 2001).
Dampak positif terbesar terhadap lingkungan kiranya adalah pengurangan
limbah berbahaya. Sertifikasi ISO mensyaratkan program-program yang akan
menurunkan penggunaan bahan-bahan kimia berbahaya dan limbah berbahaya.
4. Manfaat dan Implikasi Penerapan SML Standar ISO Seri 14000

Adapun manfaat utama dari program sertifikasi ISO 14000 antara lain (Kuhre,
1995) :
a) Dapat mengidentifikasi, memperkirakan daan mengatasi resiko lingkungan yang
mungkin timbul.
b) Dapat menekan biaya produksi dapat mengurangi kecelakaan kerja dapat
memelihara hubungan baik dengan masyarakat, Pemerintah dan pihak-pihak
yang peduli terhadap lingkungan.
c) Memberi jaminan kepada konsumen mengenai komitmen pihak manajemen
puncak terhadap lingkungan.
d) Dapat mengangkat citra perusahaan, meningkatkan kepercayaan konsumen
dan memperbesar pangsa pasar.

Kajian Lingkungan Hidup (KLH) VI - 6


Sistem Manajemen Lingkungan

e) Menunjukkan ketaatan perusahaan terhadap Peraturan Perundang -


undangan yang berkaitan dengan lingkungan.
f) Mempermudah memperoleh izin dan akses kredit bank.
g) Dapat meningkatkan motivasi para pekerja.

5. Struktur Dasar ISO 14001


 

Plan

Review Implement
Policy

Check

6. Prinsip Pokok dan Elemen ISO 14001


 
Prinsip 1 : Komitmen dan kebijakan, Organisasi harus menetapkan kebijakan
lingkungan dan memastikan memiliki komitmen terhadap SML.
 
Prinsip 2 : Perencanaan, Organisasi harus menyusun rencana untuk mentaati
kebijakan lingkungan yang ditetapkannya sendiri.
 
Prinsip 3 : Implementasi dan Operasi, Agar terlaksana dengan efektif, organisasi
harus mengembangkan kemampuan dan mekanisme pendukung yang
diperlukan untuk mentaati kebijakan lingkungan, tujuan dan sasaran
manajemen.

Prinsip 4 : Pemeriksaan dan Koreksi, Organisasi harus memeriksa, memantau dan


mengoreksi kinerja lingkungannnya.

Prinsip 5 : Kaji Ulang Manajemen, Organisasi harus mengkaji ulang dan terus-
menerus memperbaiki Standard Manajemen Lingkungan dengan maksud
untuk menyempurnakan kinerja lingkungan yang telah dicapai.

Kajian Lingkungan Hidup (KLH) VI - 7


Sistem Manajemen Lingkungan

Standard Manajemen Lingkungan adalah kerangka kerja organisasi yang harus


terus disempurnakan dan secara periodik dikaji ulang agar secara efektif dapat
mengarahkan kegiatan pengelolaan lingkungan sebagai respon terhadap perubahan
faktor internal dan eksternal organisasi. 
 
C. AUDIT LINGKUNGAN
 
Audit lingkungan adalah alat pemeriksaan komprehensif dalam sistem
manajemen lingkungan. Audit lingkungan merupakan satu alat untuk memverifikasi
secara objektif upaya manajemen lingkungan dan dapat membantu mencari langkah-
langkah perbaikan guna meningkatkan performasi lingkungan, berdasarkan kriteria
yang telah ditetapkan (Bratasida,1996). Menurut United States Environmental
Protection Agency (US EPA), Audit Lingkungan adalah suatu pemeriksaan yang
sistematis, terdokumentasi secara periodik dan objektif berdasarkan aturan yang ada
terhadap fasilitas operasi dan praktek yang berkaitan dengan pentaatan kebutuhan
lingkungan (Tardan dkk, 1997). Dalam perkembangan selanjutnya audit lingkungan
mencakup beberapa bidang antara lain sistem manajemen lingkungan pelaksanaan
produksi bersih, pentaatan terhadap peraturan perundang-undangan dan minimisasi
limbah. Audit lingkungan merupakan upaya proaktif suatu perusahaan untuk
perlindungan lingkungan yang akan membantu perusahan meningkatkan efisiensi dan
pengendalian emisi, polutan yang pada akhirnya dapat meningkatkan citra positif dari
masyarakat terhadap perusahaan.
Dasar hukum pelaksanaan audit lingkungan di Indonesia adalah UU RI Nomor
23 Tahun 1997 tentang Pengelolaan Lingkungan Hidup dan KEPMEN LH Nomor KEP-
42 MENLH/11/1994 Tentang Pedoman Umum Pelaksanaan Audit Lingkungan.
 
1. Jenis-jenis Audit Lingkungan
 
Audit lingkungan ada beberapa jenis, yang pelaksanaannya sangat tergantung
pada kebutuhan manajemen/ perusahaan. Jenis-jenis audit itu antara lain adalah
(Tardan dkk, 1997) :
a. Audit Pentaatan

Audit Pentaatan memiliki sifat :

 Menilai ketaatan terhadap peraturan, standar dan pedoman yang ada.

 Meninjau persyaratan perizinan dan pelaporan.

Kajian Lingkungan Hidup (KLH) VI - 8


Sistem Manajemen Lingkungan

 Melihat pembatasan pada pembuangan limbah udara, air dan padatan.


 Menilai keterbatasan peraturan dalam pengoperasian, pemantauan dan
 pelaporan sendiri atas pelanggaran yang dilakukan perusahaan.
 Sangat mengarah pada semua hal yang berkaitan dengan pentaatan.
 Dapat dilakukan oleh petugas (kelompok/perusahaan) setempat.

2. Audit Manajemen

Audit jenis ini mempunyai sifat :


o Menilai kefektifan sistem manajemen internal, kebijakan perusahaan dan
resiko yang berkaitan dengan manajemen bahan.
 Menilai keadaan umum dari peralatan, bahan bangunan dan tempat
penyimpangan.
 Mencari bukti/ kenyataan tentang kebenaran dan kinerja proses produksi.
 Menilai kualitas pengoperasian dan tata laksana operasi.
 Menilai keadaan catatan/ laporan tentang emisi, tumpahan, keluaran, dan
penanganan limbah.
 Menilai tempat pembuangan secara rinci.
 Meninjau pelanggaran atau pertentangan dengan petugas setempat atau
dengan masyarakat.

3. Audit Produksi Bersih dan Minimisasi Limbah


Jenis audit ini mempunyai sifat :
 Mengurangi jumlah timbunan dan produksi buangan limbah.
 Menggunakan analisis kualitas daan kuantitatif yang rinci terhadap praktek
pembelian, proses produksi dan timbunan limbah.
 Mencari tindakan alternatif untuk pengurangan produksi, dan pendaur
ulangan limbah.
4. Audit Konservasi Air

Sifat audit ini adalah : Mengidentifikasi sumber air penggunaan air dan mencari
upaya untuk mengurangi penggunaan air total melalui usaha pengurangan,
penggunaan ulang dan pendaur-ulangan.

Kajian Lingkungan Hidup (KLH) VI - 9


Sistem Manajemen Lingkungan

5. Audit Konservasi Energi


 
Sifat audit ini adalah : Melacak pola pemakaian tenaga listrik, gas dan bahan
bakar minyak dan mencoba untuk mengkuantifikasikan serta meminimalkan
penggunaannya.
 
6. Audit Pengotoran/ Kontaminasi Lokasi Usaha
 
Sifat audit ini adalah :
 
 Menilai kedaan pengotoran lokasi perusahaan akibat pengoperasian yang
dilakukan oleh perusahaan yang bersangkutan.
 Melakukan pengambilan contoh dari lokasi dan melakukan penganalisaan
contoh sampel tersebut untuk jangka waktu yang cukup panjang dan
merupakan hal yang khusus pada audit jenis ini (audit lain tidak melakukan
pengambilan sampel).
 Melakukan pengelolaan secara statistik terhadap hasil audit, jika diperlukan.
7. Audit Keselamatan dan Kesehatan Kerja
Jenis audit ini memiliki sifat :

-Menilai tatalaksana operasional pekerjaan, pengelolaan bahan dan limbah


berbahaya, pembuangan bahan pencemar dan sejenisnya, yang
berhubungan erat dengan keselamatan dan kesehatan kerja.
-Audit ini memungkinkan pimpinan perusahaan untuk menetapkan apakah
perusahaan tersebut sudah mentaati peraturan tentanf keselamatan dan
kesehatan kerja.
8. Audit Perolehan (Procurement Audit)

Sifat audit ini adalah :


- Meninjau praktek pembelian
- Mengidentifikasi hasil produksi daan peralatan alternatif.
- Dapat dilakukan terpisah atau sebagai bagian audit minimisasi limbah
atau audit
produksi bersih.
- Biasanya melibatkan pegawai bagian pembelian.
-Melihat alternatif dari yang sederhana sampai genting (cradle to grave)
D. MANFAAT MELAKUKAN AUDIT LINGKUNGAN 
Manfaat yang dapat diperoleh suatu perusahaan dari kegiatan audit lingkungan
adalah (BAPEDAL, 1994) :

Kajian Lingkungan Hidup (KLH) VI - 10


Sistem Manajemen Lingkungan

1) Mengidentifikasi resiko lingkungan


2) Menjadi dasar bagi pelaksanaan kebijakan pengelolaan lingkungan atau upaya
3) penyempurnaan rencana yang ada.
4) Menghindari kerugian finansial seperti penutupan/ pemberhentian suatu
usaha atau kegiatan atau pembatasan oleh pemerintah, atau publikasi yang
merugikan akibat pengelolaan dan pemantauan lingkungan yang tidak baik.
5) Mencegah tekanan sanksi hukum terhadap suatu usaha atau kegiatan atau
terhadap pimpinannya berdasarkan pada peraturan perundang-undaangan
yang berlaku.
6) Membuktikan pelaksanaan pengelolaan lingkungan apabila dibutuhkan dalam
proses pengadilan.
7) Meningkatkan kepedulian pimpinan/ penanggung jawab dan staf suatu badan
usaha atau kegiatan tentang pelaksanaan kegiatannya terhadap kebijakan dan
tanggung jawab lingkungan.
8) Mengidentifikasi kemungkinan penghematan biaya melalui upaya konservasi
energi dan pengurangan, pemakaian ulang dan daur ulang limbah.
9) Menyediakan laporan audit lingkungan bagi keperluan usaha atau kegiatan
yang bersangkutan, atau bagi keperluan kelompok pemerhati lingkungan,
pemerintah dan media massa.
10)Menyediakan informasi yang memadai bagi kepentingan usaha atau
kegiataan asuransi, lembaga keuangan dan pemegang saham.

Agar pelaksanaan audit lingkungan berhasil dengan baik beberapa persyaratan


harus dipenuhi antara lain :
 Dukungan penuh pihak pimpinan puncak
 Keikutsertaan semua pihak yang terkait
 Kemandirian dan objektifitas auditor dan auditor harus berasal dari luar
perusahaan.
 Kesepakatan tentang tata cara dan lingkup audit aantara pimpinan perusahaan
dengan auditor.
 
E. PRODUKSI BERSIH (CLEANER PRODUCTION)

Pada tahun 1989 UNEP (United Nations Environment Program)


memperkenalkan konsep Produksi Bersih yang didefinisikan sebagai “upaya

Kajian Lingkungan Hidup (KLH) VI - 11


Sistem Manajemen Lingkungan

penerapan yang kontinu dari suatu strategi pengelolaan lingkungan yang integral dan
preventif terhadap proses dan produk untuk mengurangi terjadinya resiko terhadap
manusia dan lingkungan”. 
Produksi Bersih adalah suatu program strategis yang bersifat proaktif yang
diterapkan untuk menselaraskan kegiatan pembangunan ekonomi dengan upaya
perlindungan lingkungan. Strategi konvensional dalam pengelolaan limbah didasarkan
pada pendekatan pengolahan limbah yang terbentuk (end-of pipe treatment).
Pendekatan ini terkonsentrasi pada upaya pengolahan dan pembuangan limbah dan
untuk mencegah pencemaran dan kerusakan lingkungan. Strategi ini dinilai kurang
efektif karena bobot pencemaran dan kerusakan lingkungan terus meningkat.
Kelemahan yang terdapat pada pendekatan pengolahan limbah secara
konvensional adalah :
 
 Tidak efektif memecahkan masalah lingkungan karena hanya mengubah
bentuk limbah dan memindahkannya dari satu media ke media lain.
 Bersifat reaktif yaitu bereaksi setelah terbentuknya limbah.
 Karakteristik limbah semakin kompleks dan semakin sulit diolah
 Investasi dan biaya operasi pengolahan limbah relatif mahal dan hal ini sering
dijadikan alasan oleh pengusaha untuk tidak membangun instalasi pengolahan
limbah.
 Peraturan perundang-undangan yang ada masih terpusat pada pembuangan
limbah, belum mencakup upaya pencegahan.
Untuk mengatasi kelemahan strategi konvensional tersebut maka
dikembangkan program produksi bersih yang dalam pelaksanaannya mempunyai
urutan prioritas sebagai berikut :
 Pencegahan pencemaran (Pollution prevention)
 Pengendalian pencemaran (Pollution Control)
 Remediasi (Remediation)
Dalam tahap proses, produksi bersih mencakup upaya konservasi, bahan baku
dan energi, menghindari penggunaan bahan yang mengandung B3 (Bahan Berbahaya
dan Beracun), mengurangi jumlah dan kadar toksisitas semua limbah dan emisi yang
dihasilkan sebelum meninggalkan tahap proses. Untuk produk, produksi bersih
memusatkan perhatian pada upaya pengurangan daampak di keseluruhan daur hidup
produk mulai dari ekstraksi bahan baku sampai pembuangan akhir setelah produk
tidak digunakan (Bratasida, 1996). Startegi produk bersih mencakup upaya

Kajian Lingkungan Hidup (KLH) VI - 12


Sistem Manajemen Lingkungan

pencegahan pencemaran melalui alternatif jenis proses yang akrab lingkungan,


minimisasi limbah, analisis daur hidup dan teknologi bersih.
F. MANFAAT PENERAPAN PRODUKSI BERSIH

Manfaat penerapan produksi bersih antara lain (Bratasida, 1996, Helmy, 1997)
a) Mencegah terjadinya pencemaran dan perusakan lingkungan melalui upaya
minimisasi limbah, daur ulang pengolahan dan pembuangan limbah yang
aman.
b) Mendukung prinsip Pemeliharaan Lingkungan dalam rangka pelaksanaan
Pembangunan Berkelanjutan.
c) Dalam jangka panjang dapatmeningkatkan pertumbuhan ekonomi melalui
penerapan proses produksi, penggunaan bahan baku dan energi serta efisien.
d) Mencegah atau memperlambat degradasi lingkungan dan mengurangi
eksploitasi sumberdaya alam melalui penerapan daaur ulang limbah di dalam
proses yang akhirnya menuju pada upaya konservasi sumberdaya alam untuk
mencapai tujuan Pembangunan Berkelanjutan.
e) Memberikan peluang keuntungan ekonomi, sebab di dalam produksi bersih
strategi pencegahan pencemaran pada sumbernya (source reduction and in
process recycling) yaitu mencegah terbentuknya limbah secara dini, dengan
demikian dapat mengurangi biaya investasi yang harus dikeluarkan untuk
pengolahan dan pembuangan limbah atau upaya perbaikan lingkungan.
f) Memperkuat daya saing produksi di pasar global.

g) Meningkatkan citra produsen dan meningkatkan kepercayaan konsumen


terhadap produk yang dihasilkan.
h) Mengurangi tingkat bahaya kesehatan dan keselamatan kerja.

Kajian Lingkungan Hidup (KLH) VI - 13

Anda mungkin juga menyukai