KELOMPOK 06
BAB VI
SISTEM MANAJEMEN LINGKUNGAN ISO 14001
A. PENDAHULUAN
1. Latar Belakang
Dalam tiga dasawarsa terakhir telah terjadi perubahan cara pandang dunia
dalam melihat masalah lingkungan. Pada tahun enam puluhan masalah lingkungan
hanya dipandang sebagai masalah lokal, pencemaran udara diperkotaan, masalah
limbah industri, dan sebagainya. Pada tahun tujuh puluhan masalah lingkungan
dipandang sebagai masalah global seperti hujan asam, kerusakan lapisan ozon,
pemanasan global dan perubahan iklim. Pada tahun delapan puluhan timbul
kesadaran bahwa masalah lingkungan global dapat mengancam kelangsungan
pembangunan ekonomi. Hal ini telah mendorong lahirnya Konsep Pembangunan
Berkelanjutan, yang kemudian diterima oleh hampir seluruh dunia. Menjelang
berakhirnya abad dua puluh ini terjadi perubahan yang nyata dalam tatanan ekonomi
dunia yaitu proses globalisasi disemua aspek kehidupan ekonomi yang membentuk
dunia baru dengan batas-batas antar negara yang makin kabur, dengan aturan main
yang berbeda dengan tatanan sebelumnya. Agar berhasil dalam persaingan global
perlu dipahami aturan main yang berlaku di dalamnya. Salah satu ketentuan yang
harus dipenuhi adalah bahwa dalam proses produksi suatu produk dan jasa tidak
boleh merusak lingkungan (Hadiwiardjo, 1977).
Melihat upaya yang makin gencar untuk perlindungan lingkungan, semua
negara sepakat mengenai kewajiban melindungi dan memelihara kelestarian
lingkungan hidup. Kenyataan ini telah menempatkan aspek lingkungan menjadi faktor
yang berpengaruh dalam pola perdagangan barang dan jasa. Issue pelestarian dan
perlindungan lingkungan hidup dijadikan prasyarat bagi setiap negara yang ingin ikut
berperan aktif dalam perdagangan dunia.
Sementara itu di Indonesia ada satu fenomena yang menonjol pada era
reformasi ini yaitu timbulnya kesadaran masyarakat akan hak-haknya sebagai warga
negara termasuk hak untuk ikut menentukan arah perkembangan masa depan bangsa.
Masyarakat sekarang tidak sekedar memiliki kesadaran tersebut tetapi juga memiliki
keberanian dan punya komitmen kuat untuk memperjuangkan hak-haknya yang
selama ini agak terabaikan.
Salah satu issue utama yang mendapat perhatian besar adalah pencemaran
lingkungan hidup oleh perusahaan-perusahaan industri. Masalah pencemaran
lingkungan sebenarnya sudah lama menjadi sorotan masyarakat diberitakan meluas
oleh berbagai media massa, tetapi kurang mendapat tanggapan positif dari aparat
berwenang. Pada era reformasi ini masalah pencemaran lingkungan tetap mendapat
sorotan tajam dari masyarakat dan tuntutan dari masyarakat akan hak-haknya untuk
mendapatkan kualitas lingkungan hidup yang sehat semakin keras dikumandangkan.
Sekarang ini pihak pengusaha industri mendapat tekanan kuat dari dua arah
secara simultan yaitu dari luar dan dalam negeri. Dalam situasi demikian, perusahaan
industri jika ingin survive tidak punya pilihan lain, selain meninjau dan mengkaji ulang
visi, orientasi dan kebijakan perusahaan terhadap lingkungan hidup. Mereka dituntut
untuk merubah Sistem Manajemen Lingkungan agar sesuai dengan konsep
Pembangunan Berkelanjutan yang berwawasan lingkungan.
2. Pergeseran Paradigma Pengelolaan Lingkungan Hidup
Salah satu isu penting dalam globalisasi adalah masalah lingkungan. Oleh
karena itu, semua pihak mempunyai kewajiban untuk memberikan perlingdungan
terhadap lingkungan secara proporsional. Perlindungan lingkungan hidup adalah suatu
masalah yang harus dipertimbangkan dari aspek global. Masyarakat dunia telah
bereaksi untuk turut serta memberikan kepedulian terhadap lingkungan melalui
deklarasi yang dibuat oleh konferensi PBB di Stockholm pada bulan Juni 1972.
deklarasi tersebut tentang perlindungan lingkungan dalam pencegahan pencemaran
dan ajakan dalam usaha koordinasi ke seluruh dunia lewat partisipasi global tidak
hanya negara-negara maju tetapi juga negara-negara berkembang.
Kedudukan pemerintah sangat strategis dalam hal memberikan perlindungan
terhadap lingkungan seperti pembuatan kebijakan serta berperan untuk memfasilitasi
dan mendorong gerakan kepedulian terhadap lingkungan. Keberadaan masyarakat
juga sangat penting untuk turut serta berperan aktif menjaga, memelihara, dan
melestarikan lingkungan. Karena segala dampak yang diakibatkan oleh lingkungan
pihak masyarakatlah yang secara langsung merasakan.
Kerusakan lingkungan yang terjadi akhir-akhir ini diakibatkan oleh kegiatan
manusia untuk memenuhi kebutuhannya dengan tidak mengindahkan kelestarian alam
sekitarnya (Pramudya Sunu, 2001).
Dari pengolahan limbah ujung pipa (end of pipe) ke pengelolaan limbah di setiap
titik proses sejak awal.
Pada dasarnya ISO 14000 adalah standar manajemen lingkungan yang sifatnya
sukarela tetapi konsumen menuntut produsen untuk melaksanakan program sertifikasi
tersebut. Pelaksanaan program sertifikasi ISO 14000 dapat dikatakan sebagai tindakan
proaktif dari produsen yang dapat mengangkat citra perusahaan dan memperoleh
kepercayaan dari konsumen. Dengan demikian maka pelaksanaan Sistem Manajemen
Kajian Lingkungan Hidup (KLH) VI - 5
Sistem Manajemen Lingkungan
Lingkungan (SML) berdasarkan Standar ISO Seri 14000 bukan merupakan beban
tetapi justru merupakan kebutuhan bagi produsen (Kuhre, 1996).
Adapun manfaat utama dari program sertifikasi ISO 14000 antara lain (Kuhre,
1995) :
a) Dapat mengidentifikasi, memperkirakan daan mengatasi resiko lingkungan yang
mungkin timbul.
b) Dapat menekan biaya produksi dapat mengurangi kecelakaan kerja dapat
memelihara hubungan baik dengan masyarakat, Pemerintah dan pihak-pihak
yang peduli terhadap lingkungan.
c) Memberi jaminan kepada konsumen mengenai komitmen pihak manajemen
puncak terhadap lingkungan.
d) Dapat mengangkat citra perusahaan, meningkatkan kepercayaan konsumen
dan memperbesar pangsa pasar.
Plan
Review Implement
Policy
Check
Prinsip 5 : Kaji Ulang Manajemen, Organisasi harus mengkaji ulang dan terus-
menerus memperbaiki Standard Manajemen Lingkungan dengan maksud
untuk menyempurnakan kinerja lingkungan yang telah dicapai.
2. Audit Manajemen
Sifat audit ini adalah : Mengidentifikasi sumber air penggunaan air dan mencari
upaya untuk mengurangi penggunaan air total melalui usaha pengurangan,
penggunaan ulang dan pendaur-ulangan.
penerapan yang kontinu dari suatu strategi pengelolaan lingkungan yang integral dan
preventif terhadap proses dan produk untuk mengurangi terjadinya resiko terhadap
manusia dan lingkungan”.
Produksi Bersih adalah suatu program strategis yang bersifat proaktif yang
diterapkan untuk menselaraskan kegiatan pembangunan ekonomi dengan upaya
perlindungan lingkungan. Strategi konvensional dalam pengelolaan limbah didasarkan
pada pendekatan pengolahan limbah yang terbentuk (end-of pipe treatment).
Pendekatan ini terkonsentrasi pada upaya pengolahan dan pembuangan limbah dan
untuk mencegah pencemaran dan kerusakan lingkungan. Strategi ini dinilai kurang
efektif karena bobot pencemaran dan kerusakan lingkungan terus meningkat.
Kelemahan yang terdapat pada pendekatan pengolahan limbah secara
konvensional adalah :
Tidak efektif memecahkan masalah lingkungan karena hanya mengubah
bentuk limbah dan memindahkannya dari satu media ke media lain.
Bersifat reaktif yaitu bereaksi setelah terbentuknya limbah.
Karakteristik limbah semakin kompleks dan semakin sulit diolah
Investasi dan biaya operasi pengolahan limbah relatif mahal dan hal ini sering
dijadikan alasan oleh pengusaha untuk tidak membangun instalasi pengolahan
limbah.
Peraturan perundang-undangan yang ada masih terpusat pada pembuangan
limbah, belum mencakup upaya pencegahan.
Untuk mengatasi kelemahan strategi konvensional tersebut maka
dikembangkan program produksi bersih yang dalam pelaksanaannya mempunyai
urutan prioritas sebagai berikut :
Pencegahan pencemaran (Pollution prevention)
Pengendalian pencemaran (Pollution Control)
Remediasi (Remediation)
Dalam tahap proses, produksi bersih mencakup upaya konservasi, bahan baku
dan energi, menghindari penggunaan bahan yang mengandung B3 (Bahan Berbahaya
dan Beracun), mengurangi jumlah dan kadar toksisitas semua limbah dan emisi yang
dihasilkan sebelum meninggalkan tahap proses. Untuk produk, produksi bersih
memusatkan perhatian pada upaya pengurangan daampak di keseluruhan daur hidup
produk mulai dari ekstraksi bahan baku sampai pembuangan akhir setelah produk
tidak digunakan (Bratasida, 1996). Startegi produk bersih mencakup upaya
Manfaat penerapan produksi bersih antara lain (Bratasida, 1996, Helmy, 1997)
a) Mencegah terjadinya pencemaran dan perusakan lingkungan melalui upaya
minimisasi limbah, daur ulang pengolahan dan pembuangan limbah yang
aman.
b) Mendukung prinsip Pemeliharaan Lingkungan dalam rangka pelaksanaan
Pembangunan Berkelanjutan.
c) Dalam jangka panjang dapatmeningkatkan pertumbuhan ekonomi melalui
penerapan proses produksi, penggunaan bahan baku dan energi serta efisien.
d) Mencegah atau memperlambat degradasi lingkungan dan mengurangi
eksploitasi sumberdaya alam melalui penerapan daaur ulang limbah di dalam
proses yang akhirnya menuju pada upaya konservasi sumberdaya alam untuk
mencapai tujuan Pembangunan Berkelanjutan.
e) Memberikan peluang keuntungan ekonomi, sebab di dalam produksi bersih
strategi pencegahan pencemaran pada sumbernya (source reduction and in
process recycling) yaitu mencegah terbentuknya limbah secara dini, dengan
demikian dapat mengurangi biaya investasi yang harus dikeluarkan untuk
pengolahan dan pembuangan limbah atau upaya perbaikan lingkungan.
f) Memperkuat daya saing produksi di pasar global.