Anda di halaman 1dari 30

ANALISIS MITIGASI RISIKO BISNIS KONSTRUKSI

PT WIJAYA KARYA (Persero) Tbk

Disusun Oleh:

Kelompok 4

Ammy Khoirunnisaa K14160007

Salma Mutmainah K14160028

Armaudiah Putri K14160032

Chika Hapsari K14160060

Shafira Meidina K14160094

Dosen:
Prof. Dr. Noer Azam Achsani
Dr. Heti Mulyati
Lokita Rizky Megawati, S.Pd, MM
Muchamad Bachtiar, S.TP, MM
Linda Karlina Sari, S.Stat, M.Si

Program Studi Sarjana Bisnis

Sekolah Bisnis Institut Pertanian Bogor

2019
ANALISIS MITIGASI RISIKO BISNIS KONSTRUKSI
PT WIJAYA KARYA (Persero) Tbk
Ammy Khoirunnisaa, Salma Mutmainah, Armaudiah Putri, Chika Hapsari, Shafira Meidina
Sekolah Bisnis – Institut Pertanian Bogor

ABSTRAK
Manajemen risiko adalah suatu budaya, dimana proses-proses dan struktur diarahkan
untuk mengelola manajemen yang tepat guna terhadap peluang yang potensial dan dampak
yang merugikan. Manajemen Risiko menjadi semakin penting keberadaannya sebagai dasar
dalam pengambilan keputusan oleh perusahaan demi memastikan roda bisnis perusahaan
terus berputar. PT Wijaya Karya (WIKA) menyadari bahwa risiko telah menjadi bagian
yang tidak terpisahkan dalam setiap proses bisnisnya. Oleh sebab itu, PT Wijaya Karya
(WIKA) telah menerapkan dan aktif melakukan pengelolaan manajemen risiko sejak tahun
2009, bahkan telah melakukan migrasi framework dari COSO menjadi ISO 31000:2009 sejak
tahun 2013 dan telah resmi diimplementasikan pada tahun 2014. Saat ini penulis berusaha
menganalisis risiko apa saja yang mungkin terjadi pada bisnis di bidang konstruksi, yaitu
fokus pada analisis PT Wijaya Karya (WIKA).

Key Word : Manajemen risiko, PT Wijaya Karya (WIKA), ISO 31000


BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Pembangunan proyek konstruksi di Indonesia masih sangat berkembang pesat, mulai
dari jalan, jembatan, gedung, rumah dan lain-lain. Pembangunan tersebut mengalami
perubahan yang lebih baik dibandingkan dengan sebelumnya. Perbandingan ini dapat
dilihat dari bentuk bangunan yang beragam dan struktur bangunan yang terus diperbarui
hingga kenyamanan dalam penggunaannya. ` ~
Proyek konstruksi merupakan suatu bidang yang dinamis dan mengandung risiko.
Risiko dapat memberikan pengaruh terhadap produktivitas, kinerja, kualitas dan batasan
biaya dari proyek. Risiko dapat diartikan sebagai suatu akibat yang mungkin terjadi secara
tak terduga. Walaupun suatu kegiatan telah direncanakan sebaik mungkin, namun tetap
mengandung ketidakpastian terkait jalannya kegiatan tersebut. Di Indonesia, terdapat
beberapa perusahaan yang bergerak di bidang konstruksi bangunan, salah satunya yaitu PT
Wijaya Karya (Perseroan) Tbk (WIKA).
Oleh karena itu, penulis bermaksud untuk membahas lebih lanjut hal-hal terkait
mitigasi atau manajemen risiko perusahaan konstruksi PT WIKA pada makalah yang
berjudul Analisis Mitigasi Risiko Bisnis Konstruksi PT Wijaya Karya (Persero) Tbk.

1.2 Rumusan Masalah


1. Bagaimana konteks bisnis PT Wijaya Karya (Persero) Tbk?
2. Bagaimana proses manajemen risiko PT Wijaya Karya (Persero) Tbk?
3. Bagaimana perlakuan risiko yang diterapkan oleh manajemen PT Wijaya Karya
(Persero) Tbk?

1.3 Tujuan
1. Untuk mengetahui risiko yang ada pada PT Wijaya Karya (Persero) Tbk.
2. Untuk menganalisis konteks bisnis pada PT Wijaya Karya (Persero) Tbk.
3. Untuk menganalisis proses manajemen risiko bisnis PT Wijaya Karya (Persero) Tbk.
4. Untuk mengetahui perlakuan risiko yang diterapkan oleh PT Wijaya Karya (Persero)
Tbk.
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Definisi
a. Risiko
Risiko adalah sesuatu yang mengarah pada ketidakpastian atas terjadinya suatu
peristiwa selama selang waktu tertentu yang mana peristiwa tersebut menyebabkan suatu
kerugian baik itu kerugian kecil yang tidak begitu berarti maupun kerugian besar yang
berpengaruh terhadap kelangsungan hidup dari suatu perusahaan. Risiko pada umumnya
dipandang sebagai sesuatu yang negatif, seperti kehilangan, bahaya, dan konsekuensi
lainnya. Kerugian tersebut merupakan bentuk ketidakpastian yang seharusnya dipahami
dan dikelolah secara efektif oleh organisasi sebagai bagian dari strategi sehingga dapat
menjadi nilai tambah dan mendukung pencapaian tujuan organisasi
Menurut Darmawi (2006), risiko dihubungkan dengan kemungkinan terjadinya
akibat buruk (kerugian) yang tidak diinginkan atau tidak terduga. Hal ini didukung
pendapat Djojosoedarso (1999), bahwa risiko mempunyai karakteristik: merupakan
ketidakpastian atas terjadinya suatu peristiwa, dan merupakan ketidakpastian yang bila
terjadi akan menimbulkan kerugian. Berdasarkan definisi di atas, dapat diambil
kesimpulan bahwa risiko adalah suatu pontensi kejadian yang dapat merugikan yang
disebabkan karena adanya ketidakpastian atas terjadinya suatu peristiwa, dimana
ketidakpastian itu merupakan kondisi yang menyebabkan tumbuhnya risiko yang
bersumber dari berbagai aktivitas
b. Manajemen Risiko Rantai Pasok
Manajemen risiko rantai pasok berfokus pada bagaimana memahami dan
mengelola risiko kerugian besar atau kecil yang dapat terjadi di satu titik dari jaringan
pasokan. Dalam manajemen risiko rantai pasok, penting untuk dipastikan bahwa ketika
gangguan terjadi, perusahaan memiliki kemampuan untuk kembali ke aktivitas normal dan
melanjutkan bisnis. Christopher dan Peck (2004) dalam Karningsih et al. (2007) menyebut
kondisi tersebut sebagai ketahanan dari rantai pasok.
Fase dasar dalam mengelola risiko rantai pasok, yaitu dengan melakukan
identifikasi risiko (mengidentifikasi apa yang dapat terjadi, di mana, kapan, dan
bagaimana), analisis risiko (menghitung atau mengukur dampak risiko), evaluasi risiko
(menempatkan prioritas pada risiko yang diidentifikasi) dan perlakuan risiko
(mengembangkan dan menerapkan strategi mitigasi risiko untuk mengendalikan risiko)
(Karningsih et al. 2007).
Supply Chain Risk Management, yaitu kolaborasi dengan partners dalam supply
chain untuk menerapkan proses manajemen risiko untuk menangani munculnya risiko dan
ketidakpastian yang disebabkan oleh aktivitas logistik atau sumber daya dalam supply
chain (Brindley, 2004). Menurut Waters (2007), Supply Chain Risk Management
merupakan proses secara sistematis untuk identifikasi, analisa, dan berurusan dengan
risiko pada supply chain. Risiko yang terjadi pada Supply Chain Management dapat
diklasifikasikan sebagai berikut:
1. Internal risk yang muncul dari dalam organisasi perusahaan, antara lain:
 Risiko yang melekat pada proses operasi seperti kecelakaan, keandalan dari
suatu alat
 Risiko yang langsung muncul dari keputusan pihak manajamen, seperti
pemilihan ukuran batch, safety stock levels, permalasahan keuangan perusahaan
dan jadwal pemgirimian
2. Supply chain risk yang muncul dari luar organisasi tetapi masih dalam supply chain.
Hal ini terjadi dari interaksi antara anggota dari dalam supply chain. Terutama pada hal:
 Risiko yang berasal dari supplier, antara lain realibilty, ketersediaan material,
lead times, permasalahan pada pengiriman, industrial action, dan lain-lain.
 Risiko yang berasal dari konsumen, antara lain variable demand, payments,
permasalahan pada proses permintaan, dan customized requirements.
3. External risk yang berasal dari eksternal pada supply chain dan yang timbul dari
interaksi dengan lingkungan.
c. Konsep Risiko dan Manajemen Risiko
Hanafi (2009) menyatakan bahwa kondisi dunia bisnis selalu penuh dengan
ketidakpastian. Risiko datang tanpa terduga dan sulit untuk dihindari. Sejalan dengan hal
tersebut, maka perusahaan perlu berinisiatif untuk mengelola risiko yang diperkirakan
dapat muncul dengan sebaik mungkin. Risiko dapat terjadi kapan saja dalam berbagai
bentuk. Jika perusahaan tidak mampu mengelola risiko tersebut dengan baik maka
perusahaan terancam menerima kerugian. Darmawi (1990), Djojosoedarso (2003), Hanafi
(2009), dan Siahaan (2009) menyatakan bahwa risiko merupakan suatu ketidakpastian
yang muncul dalam aktivitas suatu organisasi yang dapat menghambat pencapaian tujuan
organisasi, bahkan dapat mengakibatkan kehancuran organisasi meskipun dilain pihak
risiko juga memberikan keuntungan.
Hanafi (2009) dan Siahaan (2009) menyatakan bahwa risiko terdiri dari dua jenis
yaitu risiko murni dan spekulatif. Risiko murni merupakan suatu ketidakpastian yang pasti
menimbulkan kerugian dan tidak memiliki kemungkinan mendapatkan keuntungan,
misalnya risiko bencana alam. Sedangkan risiko spekulatif merupakan suatu
ketidakpastian yang memiliki dua kemungkinan antara untung atau rugi, misalnya risiko
bisnis. Siahaan (2009) menyatakan bahwa jika terjadinya gangguan yang signifikan
terhadap pencapaian tujuan suatu organisasi, maka organisasi tersebut dapat mengalami
kerugian yang signifikan. Dalam beberapa situasi, risiko dapat mengakibatkan kehancuran
organisasi tersebut. Karena itu, risiko penting untuk dikelola.
Manajemen risiko diartikan sebagai kemampuan seorang manajer untuk menata
kemungkinan variabilitas pendapatan dengan menekan sekecil mungkin tingkat kerugian
yang diakibatkan oleh keputusan yang diambil dalam menggarap situasi yang tidak pasti.
Konsep dasar manajemen risiko menurut Djohanoputro (2008) yang dapat dipahami oleh
pihak manajemen perusahaan adalah manajemen risiko hanya sebuah pendekatan, tetapi
manajemen risiko merupakan strategi fleksibel yang dapat diterapkan untuk berbagai skala
industri.
1. Sistem manajemen risiko haruslah sistematis dan diikuti secara konsisten tetapi tidak
kaku dan fleksibel.
2. Manajemen risiko bukan merupakan alat yang secara ajaib akan meningkatkan
penerimaan sekaligus mengurangi risiko.
3. Lingkungan usaha saat ini telah menyebabkan kompleksitas manajemen risiko menjadi
sangat tinggi dan merupakan proses yang sulit.
4. Kecenderungan meningkatnya persaingan, konsumen yang semakin menuntut dan
perkembangan baru dalam teknologi semakin mempersulit pengelolaan risiko.
Program manajemen risiko akan lebih efektif jika menjalankan empat langka di
dalam proses manajemen risiko:
1. Mengenal pasti potensi kerugian.
2. Mengevaluasi potensi kerugian.
3. Memilih teknik cepat, atau mengkombinasikan beberapa teknik menangani ancaman
kerugian.
4. Menerapkan program penanganan kerugian yag mengancam.
2.2 Tahapan ISO 31000:2009
PT Wijaya Karya (WIKA) telah menerapkan dan aktif melakukan pengelolaan
manajemen risiko sejak tahun 2009, bahkan telah melakukan migrasi framework dari
COSO menjadi ISO 31000:2009 sejak tahun 2013 dan telah resmi diimplementasikan
pada tahun 2014. Adapun proses manajemen risiko yang dilakukan PT WIKA
mengacu pada proses manajemen risiko secara umum, yaitu:

Gambar 1. Proses Manajemen Risiko Berbasis ISO 31000:2009

Proses manajemen risiko merupakan kegiatan kritikal dalam manajemen risiko,


karena merupakan penerapan daripada prinsip dan kerangka kerja yang telah dibangun.
Proses manajemen risiko terdiri dari tiga proses besar, yaitu:
1. Penetapan konteks (establishing the context)
Penetapan konteks bertujuan untuk mengidentifikasi dan mengungkapkan sasaran
organisasi, lingkungan dimana sasaran hendak dicapai, stakeholders yang
berkepentingan, dan keberagaman kriteria risiko, dimana hal-hal ini akan membantu
mengungkapkan dan menilai sifat dan kompleksitas dari risiko. Terdapat empat
konteks yang perlu ditentukan dalam penetapan konteks, yaitu konteks internal,
konteks eksternal, konteks manajemen risiko, dan kriteria risiko.
2. Penilaian risiko (risk assessment)
Penilaian risiko terdiri dari:
a. Identifikasi risiko: mengidentifikasi risiko apa saja yang dapat mempengaruhi
pencapaian sasaran organisasi.
b. Analisis risiko: menganalisis kemungkinan dan dampak dari risiko yang telah
diidentifikasi.
c. Evaluasi risiko: membandingkan hasil analisis risiko dengan kriteria risiko untuk
menentukan bagaimana penanganan risiko yang akan diterapkan.
3. Penanganan risiko (risk treatment)
Dalam menghadapi risiko terdapat empat penanganan yang dapat dilakukan oleh
organisasi, yaitu:
a. Menghindari risiko (risk avoidance)
b. Mitigasi risiko (risk reduction), dapat dilakukan dengan mengurangi kemungkinan
atau dampak
c. Transfer risiko kepada pihak ketiga (risk sharing)
d. Menerima risiko (risk acceptance)

Ketiga proses besar tersebut didampingi oleh dua proses yaitu:


1. Komunikasi dan konsultasi
Komunikasi dan konsultasi merupakan hal yang penting mengingat prinsip
manajemen risiko yang kesembilan menuntut manajemen risiko yang transparan dan
inklusif, dimana manajemen risiko harus dilakukan oleh seluruh bagian organisasi
dan memperhitungkan kepentingan dari seluruh stakeholders organisasi. Adanya
komunikasi dan konsultasi diharapkan dapat menciptakan dukungan yang memadai
pada kegiatan manajemen risiko dan membuat kegiatan manajemen risiko menjadi
tepat sasaran.
2. Monitoring dan review
Hal ini diperlukan untuk memastikan bahwa implementasi manajemen risiko
telah berjalan sesuai dengan perencanaan yang dilakukan. Hasil monitoring dan review
juga dapat digunakan sebagai bahan pertimbangan untuk melakukan perbaikan
terhadap proses manajemen risiko.
BAB III
METODE

3.1 Jenis dan Sumber Data


Dalam melakukan penelitian, tentunya penulis dituntut untuk menggunakan data yang
valid serta penyusunan yang sistematis. Studi literatur dilakukan pada buku-buku, jurnal,
laporan tahunan perusahaan, dan penelitan terdahulu yang berkaitan dengan mitigasi risiko
perusahaan konstruksi. Data yang digunakan merupakan data sekunder yang bersumber
dari refensi-referensi yang ada.
3.2 Analisis Data
Metode yang digunakan penulis dalam menganalisis data yaitu metode analisis
kuantitatif dan kualitatif. Pada metode analisis data kuantitatif, penulis melakukan analisis
deskriptif, dimana penulis mendeskripsikan hasil data yang terkumpul dari jurnal dan
sumber data sekunder lainnya. Pada metode analisis data kualitatif, penulis mengacu pada
data literatur untuk pengolahan data dalam membuat matriks perlakuan risiko.
BAB IV
PEMBAHASAN

4.1 Profil WIKA


PT. Wijaya Karya (WIKA) adalah suatu Badan Usaha Milik Negara (BUMN) yang
didirikan pada tahun 1960. Pada saat itu, PT WIKA berperan sebagai perusahaan yang
bergerak dalam bidang installasir listrik dan pipa air. Perubahan siginifikan pertama terjadi
pada tahun 1972, dimana semula nama perusahaan tersebut adalah Perusahaan Negara
Bangunan Widjaja Karja yang sekarang berubah menjadi PT. Wijaya Karya. Saat ini, PT.
Wijaya Karya berkembang menjadi sebuah kontraktor konstruksi yang menangani
berbagai proyek penting, seperti pemasangan jaringan listrik di Asahan dan proyek irigasi
jatiluhur dan turut serta dalam pembangunan Gelanggang Olah Raga Bung Karno. Dengan
semakin berkembangnya teknologi dan pembangunan di Indonesia, menyadarkan
masyarakat akan semakin kebutuhannya kepada jasa yang ditawarkan PT. Wijaya Karya
Maka dari itu PT. Wijaya Karya memiliki beberapa entitas anak perusahaan, seperti PT.
WIKA Beton Tbk, PT. WIKA Industri Konstruksi PT Sarana Karya, PT. WIKA Gedung,
PT. WIKA Realty, dan PT. WIKA Rekayasa Konstruksi.

4.2 Penyusunan Konteks


4.2.1 Internal
a. Visi Misi WIKA
WIKA memiliki lini bisnis yang terdiversifikasi, dengan tetap fokus pada bisnis
yang berkaitan dengan bisnis inti WIKA melalui strategi integrasi vertikal (Forward &
Backward Integration), sehingga dapat memberikan total solution dalam bisnis. Visi
WIKA adalah menjadi salah satu perusahaan terbaik di Bidang EPC (Engineering,
Procurement & Construction) dan Investasi Terintegrasi di asia Tenggara. Misi yang
diterapkan WIKA antara lain:
- Menyediakan produk dan jasa yang unggul dan terpadu di bidang EPC dan
investasi untuk infrastruktur, gedung bertingkat, energi, industrial plant, industri
dan properti.
- Memenuhi harapan pemangku kepentingan utama.
- Mengimplementasikan etika bisnis untuk mendukung tata kelola perusahaan yang
berkesinambungan.
- Ekspansi strategis ke luar negeri.
- Mengimplementasikan ‘best practice’ dalam sistem manajemen terpadu.
b. Nilai inti WIKA
WIKA menetapkan nilai-nilai inti perseroan yang dikenal dengan nama
CIBERTI (Commitment, Innovation, Balance, Excellence, Relationship, Teamwork,
Integrity). Dalam pengelolaan human capital WIKA, nilai-nilai perusahaan
mempunyai arti penting dalam pencapaian Visi dan Misi Perseroan. Nilai CIBERTI
WIKA harus dipahami dengan baik dan menjadi pedoman bagi seluruh insan WIKA.
Penjelasan terkait nilai inti tersebut antara lain:
- Commitment: Berbuat sesuai kesepakatan dan janji.
- Innovation: Selalu mencari sesuatu yang lebih baik.
- Balance: Menjaga keseimbangan semua aspek.
- Excellence: Memberikan hasil yang lebih baik.
- Relationship: Hubungan kemitraan yang baik untuk para pihak.
- Teamwork: Sinergi, kerjasama intra dan lintas unit kerja.
- Integrity: Keutuhan dan ketulusan yang meliputi fairness, accountability, integrity,
transparency dan honesty.
c. Strategi Pemasaran WIKA
Strategi pemasaran yang digunakan oleh WIKA adalah strategi pemasaran
“Pasar Selektif”, merujuk pada pasar yang terpilih. Saat ini, pasar WIKA terdiri dari
pasar domestik dan luar negeri. Strategi WIKA untuk pasar domestik adalah dengan
memilih proyek yang pendanaannya berasal dari APBN, APBD, Badan Usaha Milik
Negara (BUMN) dan swasta yang memiliki track record pendanaan yang baik selama
ini. Untuk pasar luar negeri, WIKA memfokuskan diri pada pasar yang sudah dikuasai.
d. Strategi Keuangan WIKA
Strategi keuangan yang digunakan oleh WIKA adalah strategi keuangan
“Sentralisasi dan Pembiayaan Mandiri”, dimana strategi tersebut berfokus pada
optimalisasi tingkat likuiditas. Hal ini dapat dicapai melalui strategi keuangan terpusat
dan kebijakan pembiayaan proyek secara mandiri. Kedua kebijakan tersebut
diharapkan mampu menjaga tingkat likuiditas perusahaan.
e. Strategi Operasional
Strategi Operasional yang diterapkan WIKA yaitu “QSHE, Sentralisasi
Pengadaan, Program Efisiensi dan Mitigasi Risiko”. Strategi Operasional didasarkan
kepada tiga hal keunggulan, yaitu:
- Quality, Safety, Health & Environment
- Pengadaan Terpusat
- Program Efisiensi
- Mitigasi Risiko.
Perseroan memperhatikan Quality, Safety, Health, & Environment dalam
beroperasi. Pengadaan terpusat merupakan salah satu cara substansial dalam
mengurangi biaya, khususnya mendapatkan harga yang terbaik dan efisiensi pada
biaya persediaan. Program efisiensi dilakukan dengan melakukan upaya-upaya
perbaikan yang berkelanjutan di setiap proses bisnis, baik di harga pokok maupun di
biaya operasional. Mitigasi risiko dilakukan sebagai bagian utuh dari pengelolaan
risiko yang ditujukan untuk meniadakan atau meminimalkan tingkat risiko yang dapat
diterima.
f. Strategi SDM
Strategi pengembangan human capital berbasis kompetensi dan pengharkatan
dimulai dari desain organisasi yang disesuaikan dengan arah perkembangan
perusahaan dan mengembangkan kompetensi human capital untuk mendukung
pertumbuhan Perseroan. Penerapan prinsip “more for more” dalam penerapan
kebijakan pengharkatan.
g. Struktur Organisasi

Sumber : www.wika.co.id
h. Proses Bisnis

4.2.2 Eksternal
a. Regulasi Pemerintah
Pengumuman dari pemerintah, seperti perubahan suku bunga tabungan dan
deposito, kurs valuta asing, inflasi, serta berbagai regulasi dan deregulasi ekonomi
yang dikeluarkan oleh pemerintah.
b. Hukum
Pengumuman hukum (legal announcements), seperti tuntutan karyawan
terhadap perusahaan atau terhadap manajernya dan tuntutan perusahaan terhadap
manajernya.
c. Securities Announcements
Pengumuman industri sekuritas (securities announcements), seperti laporan
pertemuan tahunan, insider trading, volume atau harga saham perdagangan,
pembatasan atau penundaaan trading.
d. Gejolak Politik
Gejolak politik dalam negeri dan fluktuasi nilai tukar juga merupakan faktor
yang berpengaruh signifikan pada terjadinya pergerakan harga saham di bursa efek
suatu negara. Berdasarkan nilai korelasi (-0.934759687) dari data nilai dollar selama
5 tahun yang memiliki arti negatif, artinya jika nilai dollar naik maka harga saham
perusahaan akan turun, dan sebaliknya.

4.3 Proses Manajemen Risiko


4.3.1 Identifikasi Risiko
Identifikasi risiko harus dilakukan dengan cara terus menerus dan tidak hanya
sebagai sebuah kegiatan. Berbagai proses identifikasi harus tersedia dengan praktisi
terampil untuk membantu. Staf yang terlibat dengan kegiatan tersebut harus memiliki
pengetahuan yang terperinci dari aktivitas yang dinilai. Tugas ini harus bersifat partisipatif
dan inklusif dari semua pihak terkait. Pemilik risiko harus diidentifikasi. Identifikasi
Risiko harus diterapkan terhadap seluruh ruang lingkup manajemen risiko. Hal yang harus
dilakukan terhadap setiap kegiatan, tujuan, strategi dan/atau rencana hasil kegiatan yaitu:
a. Identifikasi risiko untuk mengenali peristiwa yang dapat terjadi
b. Analisis besarnya akibat negatif yang ditimbulkannya bila peristiwa itu terjadi
c. Besarnya probabilitas terjadinya peristiwa itu
Identifikasi risiko dapat mencakup risiko-risiko yang berasal dari sumber internal
atau eksternal. Identifikasi risiko dapat dilakukan dengan memanfaatkan berbagai sumber
informasi dan teknik yang mencakup (bila sesuai), diantaranya:
1. Rekaman (Record)
2. Praktek dan pengalaman pihak lain di perusahaan sejenis atau yang relevan
3. Studi Literatur
4. Wawancara dengan pakar terkait
5. Pembuatan Modeling

Adapun risiko yang dihadapi oleh WIKA antara lain sebagai berikut :
Kode
No Jenis Risiko Nama Risiko Keterangan
Risiko
Risiko Kredit pada PT WIKA
salah satunya adalah risiko macet
Risiko pembayaran. Konsumen PT
1. Risiko Kredit K1
Keuangan WIKA sangat terkait dengan
Kredit Kepemilikan Rumah
(KPR) atau Apartemen (KPA).
Sekitar 80% pembelian
dilakukan melalui KPR atau
KPA. Bila terjadi sesuatu pada
kondisi makro ekonomi baik
global maupun nasional yang
berdampak pada tingginya
tingkat suku bunga, penyaluran
kredit akan terkena dampaknya.
Risiko Pendanaan, adalah risiko
ketika Perseroan mengalami
kesulitan dalam memperoleh
dana untuk memenuhi
komitmennya terkait instrumen
keuangan. Risiko ini mungkin
Risiko timbul akibat ketidakmampuan
2. K2
Pendanaan Perseroan untuk menjual aset
keuangan secara cepat dengan
harga yang mendekati nilai
wajarnya. Selain itu, terdapat
pula bunga pendanaan yang
menjadi salah satu risiko
keuangan dalam PT. WIKA.
Setiap perusahaan pasti akan
dikenakan pajak oleh
pemerintah. Pajak tersebut dilihat
dari proses perencanaan,
pelaksanaan, serta pengawasan
yang dilakukan oleh perusahaan.
3. Risiko Pajak K3
Pajak yang dikenakan kepada
perusahaan sebesar 3% hingga
6%. Dalam keadaan untung
maupun rugi, PT.WIKA harus
tetap membayar pajak yang
dikenakan.
Risiko produksi PT WIKA
terkait proses produksi,
pengadaan material yang kadang
menghadapi kelangkaan dan
Risiko kenaikan harga. Risiko ini terjadi
4. O1
Produksi karena kenaikan harga bahan
baku dan upah baik secara
Risiko
reguler, maupun karena
Operasional
kebijakan Pemerintah di bidang
moneter.
PT WIKA perlu
Risiko
mengembangkan produk serta
Kualitas
5. menawarkan jasa konstruksi O2
Produk dan
yang unggul agar mampu
Jasa
bersaing di pasar.
Risiko Sistem PT WIKA perlu meninjau ulang
Manajemen dan terus memperbarui sistem
6. O3
dan Teknologi manajemen dan teknologi
Informasi informasi yang diterapkan.
Pertumbuhan organisasi yang
dinamis tidak berimbang dengan
Risiko
pemenuhan SDM yang kompeten
7. Ketersediaan O4
akan berdampak pada
Tenaga Kerja
terganggunya pencapaian sasaran
PT WIKA.
Setiap lingkungan kerja
mengandung potensi bahaya
yang tinggi sehingga diperlukan
suatu upaya pencegahan dan
pengendalian agar tidak terjadi
kecelakaan kerja. Kecelakaan
kerja dapat terjadi karena
Risiko adanya risiko keselamatan dan
Kesehatan dan kesehatan kerja (K3). Secara
8. O5
Keselamatan garis besar, penyebab kecelakaan
Kerja kerja disebebkan oleh faktor-
faktor, yaitu tindakan orang
yang tidak mematuhi
keselamatan kerja (unsafe
action) dan keadaan-keadaan
lingkungan atau proses dan
sistem yang tidak aman (unsafe
condition)
Risiko waktu penyelesaian
berkaitan erat dengan kegiatan
operasional PT. WIKA. Semakin
9. Risiko Waktu O6
lama kegiatan operasional yang
dilakukan, maka pajak yang
dikenakan semakin besar.
Jika ada pesaing baru dengan
produk yang lebih menarik pasar,
produk WIKA Realty akan
kurang diminati calon konsumen,
menimbulkan risiko tidak
Risiko
tercapainya realisasi target
10. Kompetisi S1
penjualan. Oleh karena itu,
Pasar
Perusahaan melaksanakan uji
Risiko Strategi
pasar pengembangan proyek
baru, untuk mengenali sejak dini
ketertarikan pasar maupun situasi
persaingan secara umum.
Setiap strategi memiliki risiko
Risiko
tersendiri. Hal ini memicu
11. Pengambilan S2
kegagalan PT WIKA dalam
Keputusan
mengambil keputusan strategis.
Risiko KSO terjadi ketika
bermitra dengan pihak lain yang
memiliki karakter, komitmen dan
budaya yang mungkin saja
berbeda dengan kondisi PT
Risiko Kerja
12. WIKA. Menimbang jangka S3
Sama Operasi
waktu KSO yang cenderung
panjang, perlu keselarasan
hubungan untuk Menghindari
kegagalan, sekaligus menjamin
tercapainya tujuan bersama.
PT WIKA perlu menentukan
Risiko strategi pemasaran yang tepat
Penjualan serta memastikan kualitas,
13. S4
Produk dan kuantitas, dan nilai produk yang
Jasa sesuai agar seluruh produk dan
jasa dapat diserap masyarakat
Risiko Perizinan seperti IMB
(Izin Mendirikan Bangunan),
harus diurus dan diperoleh sesuai
peruntukan wilayah untuk
menghindari bangunan disegel.
Peraturan Pemerintah terkait
Risiko
14. dengan pembangunan properti E1
Perizinan
sudah ada, tetapi dalam hal waktu
penyelesaian perizinan tidak ada
standarnya. Hal ini berdampak
pada pengendalian dari sisi
waktu penyelesaian dan besarnya
biaya.
Risiko terkait legalitas tanah
perolehan untuk membangun
properti. Legalitas atau
Risiko Eksternal
keabsahan bukti kepemilikan
tanah merupakan hal utama,
Risiko
namun kenyataannya sering
13. Legalitas E2
terjadi ketidakabsahan surat-
Tanah
surat atau tumpang tindih bukti
kepemilikan yang
mengakibatkan permasalahan
dari pihak ketiga di kemudian
hari.
Risiko hukum adalah risiko yang
timbul karena ketidakmampuan
manajemen PT WIKA dalam
15. Risiko Hukum mengelola munculnya E3
permasalahan hukum yang dapat
menimbulkan kerugian atau
kebangkrutan bagi PT WIKA
Risiko bencana dapat terjadi
sewaktu-waktu dan tidak dapat
dihindari. Oleh karena itu,
Risiko Perusahaan perlu
16. E4
Bencana mempersiapkan upaya antisipasi
bencana yang terintegrasi. Mulai
dari risiko kerusakan, korban
jiwa hingga kelalaian manusia
Upaya PT WIKA sebagai bentuk
pencegahan risiko lingkungan
adalah dengan memenuhi
persyaratan sertifikasi di bidang
Risiko lingkungan, yang di dalamnya
17. E5
Lingkungan mengatur standar
penanggulangan limbah,
pengembangan properti
berwawasan lingkungan, dan lain
sebagainya
Reputasi sebuah Perusahaan
Risiko dapat tercemar karena kelalaian
18. E6
Reputasi manajemen ataupun persaingan
bisnis yang tidak sehat.

4.3.2 Analisis Risiko


Analisis risiko membantu dalam memahami risiko. Proses analisis risiko dapat
menggunakan metode kualitatif maupun kuantitatif. Setelah Risiko diidentifikasi
maka kegiatan selanjutnya yang harus dilakukan adalah analisa risiko dengan
menetapkan tingkat risiko. WIKA menetapkan 4 (empat) tingkatan risiko sebagai
berikut (berurutan mulai dari yang tertinggi) :
a. Risiko Ekstrim (E)
b. Risiko Tinggi (T)
c. Risiko Moderat (M)
d. Risiko Rendah (R)
Untuk memutuskan kedalam tingkat mana suatu risiko harus digolongkan maka
lebih dulu harus ditentukan:
a. Rating akibatnya (bila risiko itu terjadi)
b. Rating probabilitas terjadinya
Akibat yang ditimbulkan bila suatu risiko terjadi dibagi ke dalam 4 (empat) rating
berikut (berurutan mulai dari yang tertinggi):
a. Malapetaka
b. Sangat Berat
c. Berat
d. Ringan
Probabilitas terjadinya suatu risiko yang dapat menimbulkan akibat yang diuraikan
diatas dibagi kedalam 4 (empat) rating berikut (berurutan mulai dari yang tertinggi):
a. Sangat Besar
b. Besar
c. Kecil
d. Sangat Kecil
Analisis Risiko harus dicatat didalam Risk Register. Setelah diketahui tingkat risiko
(Ekstrim, Tinggi, Moderat, Rendah), maka kegiatan selanjutnya yang harus
dilakukan adalah menetapkan urutan prioritas menurut tingkat risiko. Analisis
Risiko harus didasarkan pada Matriks Analisis Risiko sebagai berikut:

4.3.3 Evaluasi Risiko


Terdapat mekanisme proses evaluasi manajemen risiko WIKA yang dituangkan
dalam 3 tahapan urutan prioritas, yaitu:
a. Prioritas 1: melakukan prioritas berdasarkan score risiko. Apabila terdapat nilai yang
sama, maka akan diurutkan dengan melihat konsekuensi (akibat) dari risiko tersebut.
b. Prioritas 2: melakukan prioritas berdasarkan otoritas risiko. Otoritas risiko
disadarkan pada matriks analisa risiko.
c. Prioritas 3: melakukan prioritas dengan melihat urgensi risiko dengan
mempertimbangkan evaluasi berdasarkan nilai risiko, evaluasi berdasarkan otoritas
risiko, serta schedule pekerjaan.
Dalam hal terdapat lebih dari satu risiko yang tingkatnya sama, maka prioritas tindak lanjut
harus ditetapkan dengan mempertimbangkan perbedaan besarnya akibat yang tercantum
didalam Risk Register. Hasil analisis risiko dari identifikasi risiko yang ada sebagai berikut :

100 O5
90 E4 E1 E3 E6 E5 K1
80 O3 E2 S2
DAMPAK

70 S4 O1
60 O4 K3 O2
50 K2 O6
40 S3
30
20 S1
10
10 20 30 40 50 60 70 80 90 100

PERLAKUAN RISIKO
Keterangan :
Biru = Share
Peach = Accept
Magenta = Control
Merah = Mitigate
Keterangan :
K1 = Risiko Kredit
K2 = Risiko Pendanaan
K3 = Risiko Pajak
O1 = Risiko Produksi
O2 = Risiko Kualitas Produk dan Jasa
O3 = Risiko Sistem Manajemen dan Teknologi Informasi
O4 = Risiko Ketersediaan Tenaga Kerja
O5 = Risiko Kesehatan dan Keselamatan Kerja
O6 = Risiko Waktu
S1 = Risiko Kompetisi Pasar
S2 = Risiko Pengambilan Keputusan
S3 = Risiko Kerjasama Operasi
S4 = Risiko Penjualan Produk dan Jasa
E1 = Risiko Perizinan
E2 = Risiko Legalitas Tanah
E3 = Risiko hukum
E4 = Risiko Bencana
E5 = Risiko Lingkungan
E6 = Risiko Reputasi

Setiap unit kerja setelah melakukan analisis dan evaluasi risiko harus mengusulkan
tindaklanjut terhadap risiko kepada atasan atau unit kerja yang terkait. Rencana tindak lanjut
(Mitigasi Risiko) dapat dilakukan dengan:
a. Strategi Risk Treatment Proaktif
- Menghilangkan sumber risiko (removing)
- Transfer risiko (transfering)
- Menerima risiko (accepting)
- Menyerahkan risiko ke otoritas yang lebih tinggi (escalating)
b. Strategi Risk Treatment Reaktif
Didalam usulan tindak lanjut risiko (treatment option) harus tercakup hal-hal sebagai
berikut:
a. Sistem atau prosedur yang telah tersedia untuk mengendalikan risiko
b. Penilaian terhadap efektivitas kontrol risiko terhadap prosedur untuk mengontrol sebuah
risiko yang telah dianalisa
c. Sebuah strategi untuk mengurangi tingkat risiko dengan menurunkan kemungkinan
terjadinya risiko atau mengurangi dampak dari risiko yang bila benar-benar terjadi.
d. Besar biaya yang akan digunakan selama proaktif action dalam rangka mengurangi atau
menanggulangi dampak risiko yang telah terjadi.
e. Rencana perlakuan untuk mempertahankan tingkat risiko (agar tidak berkembang
menjadi lebih tinggi) bila risiko tidak dapat dimitigasi
Analisa sisa risiko (residual risk) yang masih ada setelah melakukan Rencana Tindak
Lanjut (RTL) sebuah risiko telah dilakukan untuk mengetahui risiko yang masih ada baik
dalam bentuk kualitatif maupun kuantitatif. Tindak lanjut risiko harus dicatat didalam rencana
tindak lanjut risiko. Penanggung jawab rencana tindak lanjut dapat merupakan PIC di suatu
unit kerja, atau cross function di unit kerja tersebut, atau PIC dan cross function unit kerja
diatasnya.
Daftar risiko dan daftar tindak lanjut risiko harus dikirimkan ke pengambil keputusan yang
berwenang sebagaimana dijelaskan pada matriks tugas utama sistem manajemen risiko.
Pengambilan keputusan yang terkait harus segera. Keputusan disampaikan kepada pengusul
tindak lanjut. Penanggung jawab unit kerja harus melakukan review status implementasi
manajemen risiko (mitigasi, tingkat dan biaya risiko) secara periodik setiap bulan.
Laporan atas implementasi manajemen risiko yang berisi status progress rencana tindak
lanjut dan perkembangan risiko harus dilaporkan oleh unit kerja menggunakan form secara
berjenjang kepada atasan yang terkait melalui media manajemen risiko online dengan
tembusan kepada Departemen Pengembangan Sistem dan SPI, berdasarkan ketentuan waktu
sebagai berikut:
a. Secara Berkala: Setiap bulan
b. Secara Khusus: Sewaktu-waktu ditemukan gangguan yang signifikan terhadap suatu
rencana tindak lanjut

Perlakuan risiko dari analisis risiko yang ada di PT WIKA antara lain sebagai berikut:
Kode
No. Jenis Risiko Nama Risiko Perlakuan Risiko
Risiko
Untuk mencegah risiko ini adalah
pemberian subsidi bunga sebagai
ganti potongan harga untuk
1. Risiko Kredit K1
memastikan konsumen senantiasa
mendapatkan suku bunga yang
terjangkau.
Risiko
Perusahaan mengelola
Keuangan
risiko dengan memonitor perkiraan
arus
Risiko
2. K2 kas dan arus kas aktual serta
Pendanaan
menyesuaikan profil jatuh tempo dari
aset dan kewajiban
keuangan.
Terdapat dua hal yang dapat
dilakukan untuk
menekan risiko ini:
Risiko Risiko - membuat kontrak payung dengan
3. O1
Operasional Produksi pemasok- pemasok terutama untuk
material strategis di bidang usaha
konstruksi seperti besi, beton, dan
lainlain.
- melakukan perencanaan dan
pengelolaan kebutuhan akan material,
khususnya bagi material yang
pemesanannya membutuhkan jumlah
besar.
Bentuk
pengendalian risiko ini adalah dengan
memilih
subkontraktor yang memiliki reputasi
baik dan
melaksanakan pengendalian mutu,
biaya serta
proses produksi, sebagaimana
disyaratkan di
dalam ISO.
Untuk mengurangi risiko kualitas
produk dan jasa, PT. WIKA harus
menerapkan SOP kepada
karyawannya agar dapat
menghasilkan kualitas produk dan
Risiko jasa yang sangat baik. Dapat kita
Kualitas ketahui, produk dan jasa yang
4. O2
Produk dan berkualitas dihasilkan dari kinerja
Jasa karyawan yang baik. Selain itu, PT.
WIKA harus membeli bahan-bahan
produksi untuk membangun proyek
dari bahan yang berkualitas pula.
Agar proyek yang dihasilkan
berkualitas tinggi.
Teknologi informasi dari tahun ke
tahun dapat berubah dengan cepat
sesuai dengan perkembangan zaman.
Maka dari itu, PT. WIKA harus
Risiko Sistem
mampu menyeimbangkan
Manajemen
kemampuan di bidang teknologi
5. dan O3
informasi. Sistem manajemen juga
Teknologi
dapat berubah sesuai dengan apa yang
Informasi
dibutuhkan, untuk menguraangi
risiko tersebut, komunikasi yang
dijalin oleh karyawan PT. WIKA
haruslah baik.
Untuk mendapatkan SDM yang
berkualitas, Perseroan perlu
Risiko merekrut, atau menjalin kerjasama
6. Ketersediaan O4 dengan lembaga rekrutmen.
Tenaga Kerja Perseroan juga dapat melakukan
pelatihan untuk mempercepat
peningkatan kompetensi
Risiko Dapat kita ketahui, jika PT. WIKA
7. O5
Kesehatan bergerak di bidang konstruksi. Risiko
dan kesehatan dan keselamatan kerja
Keselamatan untuk karyawan dan lingkungan
Kerja sekitar sangatlah berpeluang untuk
terjadi. Dengan contoh, pada saat
pekerjaan berlangsung, karyawan ada
yang terjatuh dari proyek atau pada
saat pekerjaan berlangsung, alat-alat
bangunan jatuh dan menimpa
seseorang di lingkungan sekitar.
Terjadinya risiko kesehatan dan
keselamatan kerja dapat
diminimalisir dengan cara membuat
SOP Kesehatan dan Keselamatan
Kerja untuk karyawan dan
lingkunagn sekitar.
Jika ada pesaing baru dengan produk
yang lebih menarik pasar, produk
WIKA Realty akan kurang diminati
calon konsumen, menimbulkan risiko
Risiko tidak tercapainya realisasi target
8. Kompetisi S1 penjualan. Oleh karena itu,
Pasar Perusahaan melaksanakan uji pasar
pengembangan proyek baru, untuk
mengenali sejak dini ketertarikan
pasar maupun situasi persaingan
secara umum.
Setiap strategi memiliki risiko
Risiko
tersendiri. Hal ini memicu kegagalan
9. Pengambilan S2
PT WIKA dalam mengambil
Keputusan
keputusan strategis.
Risiko KSO terjadi ketika bermitra
dengan pihak lain yang memiliki
Risiko Strategi karakter, komitmen dan budaya yang
mungkin saja berbeda dengan kondisi
Risiko Kerja PT WIKA. Menimbang jangka waktu
10. S3
Sama Operasi KSO yang cenderung panjang, perlu
keselarasan hubungan untuk
Menghindari kegagalan, sekaligus
menjamin tercapainya tujuan
bersama.
Untuk mengurangi risiko penjualan
produk dan jasa, PT. WIKA harus
dapat menciptakan produk dan jasa
Risiko yang berkualitas tinggi. Oleh karena
Penjualan itu, PT. WIKA harus menerapkan
11. S4
Produk dan SOP kepada karyawannya agar dapat
Jasa menghasilkan kualitas produk dan
jasa yang sangat baik. Dapat kita
ketahui, produk dan jasa yang
berkualitas dihasilkan dari kinerja
karyawan yang baik. Selain itu, PT.
WIKA harus membeli bahan-bahan
produksi untuk membangun proyek
dari bahan yang berkualitas pula.
Agar proyek yang dihasilkan
berkualitas tinggi.
Untuk mengatasi risiko ini, Perseroan
dapat
Risiko memanfaatkan pihak ketiga yang
12. E1
Perizinan memiliki
keahlian serta hubungan baik dengan
pengambil keputusan.
Untuk menghindari hal ini, Perseroan
perlu melakukan verifikasi dan
Risiko
klarifikasi
13. Legalitas E2
mengenai status ataupun riwayat
Tanah
kepemilikan
tanah.
PT WIKA senantiasa berupaya
mematuhi peraturan perundangan
yang berlaku baik peraturan
Pemerintah, OJK maupun instansi
Risiko
14. E3 terkait lainnya serta berhatihati dalam
Hukum
setiap pengambilan keputusan dengan
memperhatikan kepentingan
perusahaan dan pemangku
kepentingan lainnya
Risiko Eksternal
Perusahaan perlu mempersiapkan
upaya antisipasi bencana yang
terintegrasi. Mulai dari risiko
Risiko
15. E4 kerusakan, korban jiwa hingga
Bencana
kelalaian manusia. Upaya antisipasi
ini meliputi pemeliharaan fasilitas,
pelatihan penanggulangan
Upaya PT WIKA sebagai bentuk
pencegahan risiko lingkungan adalah
dengan memenuhi persyaratan
Risiko sertifikasi di bidang lingkungan, yang
16. E5
Lingkungan di dalamnya mengatur standar
penanggulangan limbah,
pengembangan properti berwawasan
lingkungan, dan lain sebagainya
PT WIKA perlu membangun citra
yang baik di mata masyarakat secara
Risiko konsisten melalui kualitas produk
17. E6
Reputasi yang unggul, penawaran jasa yang
memuaskan serta sosialisasi yang
terkonsep.
4.3.4 Monitoring And Review
Masing-masing unit kerja yang bersangkutan (penyusun dan pemilik daftar risiko)
secara berkala harus melakukan review daftar risiko yang disusunnya. Tujuan review adalah
untuk memutakhirkan daftar risiko sesuai dengan perkembangan. Review dilakukan dengan
melakukan identifikasi ulang dan analisis ulang atas risiko. Review berkala ini harus
dilakukan di dalam rapat analisis risiko. Review di tingkat departemen dilakukan oleh
Kepala Departemen. Review di tingkat direksi dilakukan oleh Departemen Pengembangan
Sistem. Review berkala dilakukan secara periodik minimal setiap 3 (tiga) bulan. Review
khusus dapat dilakukan apabila sewaktu-waktu terdapat perubahan kondisi yang signifikan
yang dapat menyebabkan perubahan risiko, maka unit kerja harus melakukan review khusus
(diluar review berkala). Proses pelaporan manajemen risiko dari tingkat proyek hingga ke
tingkat korporat telah melalui sistem yang terintegrasi dengan pelaporan sistem manajemen
dalam SIMHU (Sistem Informasi Manajemen Hasil Usaha).

4.3.5 Melakukan Audit


SPI (satuan Pengawasan Internal) melakukan audit berbasis risiko untuk meyakini
bahwa manajemen risiko telah diterapkan secara efektif diseluruh unit kerja WIKA, audit
berbasis risiko adalah audit yang memenuhi ketentuan sebagai berikut:
a. Rencana audit disusun dengan memprioritaskan kegiatan (obyek audit) yang memiliki
risiko Sangat Besar, Besar dan Sedang.
b. Program audit untuk setiap kegiatan disusun terfokus kepada risiko Sangat Besar, Besar
dan Sedang. Risiko ditempatkan sebagai sasaran audit (hal yang ingin diyakini bahwa
telah di manage dengan baik)
SPI dapat hadir sebagai peninjau didalam rapat analisis risiko yang dilakukan oleh unit
kerja. Management Representative memprogramkan kegiatan audit internal dengan berbasis
risiko didalam bidang auditnya yaitu dengan menitik beratkan fokus audit pada risiko
ekstrim dan tinggi.

4.3.6 Komunikasi Dan Konsultasi


Departemen pengembangan sistem mengkomunikasikan (mengungkapkan) daftar
risiko dan rencana tindak lanjut risiko secara berkala (setiap bulan) maupun sewaktu waktu
terdapat perubahan yang signifikan. Konsultasi dilakukan untuk membantu unit-unit kerja
terutama di dalam mengidentifikasi dan melakukan analisis risiko. Konsultasi pada tingkat
proyek dilakukan oleh Departemen terkait dan konsultasi tingkat Departemen dilakukan
oleh GM Departemen Pengembangan Sistem beserta Manajer Biro Manajemen Risiko.

4.3.7 Dokumentasi
Seluruh pelaksanaan kegiatan manajemen risiko harus didasarkan pada prosedur sistem
manajemen risiko serta prosedur dab dokumen lain yang terkait. Pelaksanaan manajemen
risiko harus didokumentasikan didalam rekaman tertulis.
Rekaman dari proses manajemen risiko yang minimal adalah sebagai berikut:
a. Daftar risiko yang merupakan rekapitulasi dari seluruh kertas kerja analisis dan akibat
risiko.
b. Kertas kerja analisis akibat dan probabilitas risiko.
c. Daftar rencana tindak lanjut risiko (dan dokumen penunjangnya: kertas kerja rencana
tindak-lanjut risiko).
Rekaman dari proses manajemen risiko yang minimal adalah sebagai berikut:
a. Daftar risiko yang merupakan rekapitulasi dari seluruh kertas kerja analisis dan akibat
risiko.
b. Kertas kerja analisis akibat dan probabilitas risiko.
c. Daftar rencana tindak lanjut risiko (dan dokumen penunjangnya: kertas kerja rencana
tindak-lanjut risiko).
Seluruh rekaman harus disimpan minimal selama 3 (tiga) tahun (hard copy) sejak tidak
digunakan lagi sebagai rujukan kerja (3 tahun sejak rekaman berubah status dari rekaman
dinamis-aktif menjadi dinamis-pasif).
BAB V
PENUTUP

5.1 Kesimpulan
Berdasarkan analisis manajemen risiko pada PT WIKA mengenai penilaian dan
perlakuan risiko, maka dapat ditarik kesimpulan yaitu dari identifikasi risiko
menggunakan data sekunder terdapat 17 kemungkinan risiko yang akan terjadi dalam
perusahaan. Setelah melalui tahap evaluasi risiko, 2 risiko tergolong dalam perlakuan
risiko yang dapat diterima/accept, 2 risiko lain tergolong dalam perlakuan yang harus
di control, 9 risiko lainnya tergolong yang mendapatkan perlakuan risiko share (risiko
harus dibagi dengan pihak lain), dan 6 risiko yang masuk ke dalam risiko tinggi harus
diperlakukan dengan cara mitigasi/dikurangi risikonya.

5.2 Saran
DAFTAR PUSTAKA

PT. Wijaya Karya (Persero) Tbk. 2019. Company Info. http://www.wika.co.id/ (Diakses pada
1 April 2019)

PT. Wijaya Karya (Persero) Tbk. 2016. 2016 Annual Report.


http://investor.wika.co.id/misc/ar2016/flipbook/ (Diakses pada 2 April 2019)

PT. Wijaya Karya (Persero) Tbk. 2016. The Road to Greater Good.
http://www.wikarealty.co.id/ck_uploads/uploads/files/WIKA%20REALTY%20AR%
202016%20lowres%20revisi.pdf . (Diakses pada 2 April 2019)

Certainty. 2016. Analisis Risiko Saham Perusahaan, Risiko Bisnis, dan Analisis Portfolio
Bisnis Perusahaan. https://certaintyriskman.wordpress.com/2016/10/25/analisis-
risiko-saham-perusahaan-risiko-bisnis-dan-analisis-portfolio-bisnis-perusahaan/
(Diakses pada 2 April 2019)

Anda mungkin juga menyukai