Anda di halaman 1dari 22

KEUANGAN PERUSAHAAN YANG AMAN

Diajukan Untuk Memenuhi Salah Satu Tugas Mata Kuliah Manajemen Resiko Bisnis

Dosen Pengampu : Dr. I Wayan Sudartha, SE., M.Sc

Oleh :
Sigit Ginanjar Firmansyah 4103 3402 17 1001
Ivan Toru 4103 3402 17 1010
Joko Saefullah 4103 3402 17 1039

PROGRAM STUDI MANAJEMEN


FAKULTAS EKONOMI
UNIVERSITAS ISLAM NUSANTARA
2019
DAFTAR ISI

DAFTAR ISI............................................................................................................................. i
BAB I PENDAHULUAN ....................................................................................................... 1
A. Latar Belakang ............................................................................................................ 1
B. Rumusan Masalah ...................................................................................................... 2
C. Tujuan Masalah .......................................................................................................... 2
BAB II TINJAUAN PUSTAKA............................................................................................. 3
2.1 Tinjauan Pustaka .............................................................................................................. 3
2.2 Identifikasi dan Analisa Resiko ....................................................................................... 3
BAB III..................................................................................................................................... 6
PEMBAHASAN ...................................................................................................................... 6
a. Cara mengatur biaya-biaya Produksi ....................................................................... 6
b. Mengurangi harga yang tidak meguntungkan ....................................................... 13
c. Risiko keuangan internasional ................................................................................. 16
d. Cara mengatasi terjadi krisis keuangan ................................................................. 17
BAB IV KESIMPULAN ...................................................................................................... 19
DAFTAR PUSTAKA ............................................................................................................ 20

i
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Dalam kehidupan sehari-hari kita sering mendengar kata “Resiko” dan sudah
biasa dipakai dalam percakapan sehari-hari oleh kebanyakan orang Kata risiko
berasal dari bahasa Arab yang berarti hadiah yang tidak diharap-harap datangnya
dari surga. Risiko adalah sesuatu yang mengarah pada ketidakpastian atas
terjadinya suatu peristiwa selama selang waktu tertentu yang mana peristiwa
tersebut menyebabkan suatu kerugian baik itu kerugian kecil yang tidak begitu
berarti maupun kerugian besar yang berpengaruh terhadap kelangsungan hidup dari
suatu perusahaan (Lokobal, Sumajouw, & F.Sompie, 2014) Resiko dikaitkan
dengan kemungkinan kejadian atau keadaan yang dapat mengancam pencapaian
tujuan dan sasaran organisasi. Sebagaimana kita pahami dan sepakati bersama
bahwa tujuan berwirausaha adalah membangun dan memperluas keuntungan
kompetitif dalam organisasi.

Aktivitas suatu badan usaha atau perusahaan pada dasarnya tidak dapat
dilepaskan dari aktivitas mengelola resiko. Operasi suatu badan usaha atau
perusahaan biasanya berhadapan dengan resiko usaha dan resiko non usaha. Imam
Ghazali dalam Kasidy, Manajemen Resiko (2010) menyatakan bahwa, resiko usaha
adalah resiko yang berkaitan dengan usaha perusahaan untuk menciptakan
keunggulan bersaing dan memberikan nilai bagi pemegang saham. Sedangkan
resiko non usaha adalah resiko lainnya yang tidak dapat dikendalikan oleh
perusahaan.

Mengapa resiko harus dikelola? Jawabannya tidak sulit ditebak, yaitu karena
resiko mengandung biaya yang tidak sedikit. Bayangkan suatu kejadian di mana
suatu perusahaan sepatu yang mengalami kebakaran. Kerugian langsung dari

1
peristiwa tersebut adalah kerugian finansial akibat asset yang terbakar (misalnya
gedung, material, sepatu setengah jadi, maupun sepatu yang siap untuk dijual).
Namun juga dilihat kerugian tidak langsungnya, seperti tidak bisa beroperasinya
perusahaan selama beberapa bulan sehingga menghentikan arus kas. Akibat
lainnya adalah macetnya pembayaran hutang kepada supplier dan kreditor karena
terhentinya arus kas yang akhirnya akan menurunkan kredibilitas dan hubungan
baik perusahaan dengan partner bisnis tersebut.

Perlunya pengelolaan yang baik dari perusahaan mengenai resiko, salah


satunya dalam hal keuangan, pengelolaan yang baik dari perusahaan. Maka dari itu
disini penulis akan membahas mengenai manajemen keuangan perusahaan yang
aman.

B. Rumusan Masalah
Seperti yang telah dikemukakakan dalam gambaran permasalahan yang
dipapakarkan dalam dalam latar belakang, maka penulis menyusun rumusan
masalah sebagai berikut:

1. Bagaimana cara mengatur biaya-biaya Produksi?


2. Bagaimana Mengurangi harga yang tidak meguntungkan?
3. Bagaimana Risiko keuangan internasional?
4. Bagaimana jika terjadi krisis keuangan ?

C. Tujuan Masalah
Berdasarkan uraian diatas, maka tujuan ingin dicapai dalam makalah ini yaitu:

1. Untuk mengetahui cara mengatur biaya-biaya Produksi?


2. Untuk mengetahui Mengurangi harga yang tidak meguntungkan?
3. Untuk mengetahui Risiko keuangan internasional?
4. Untuk mengetahui jika terjadi krisis keuangan ?

2
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Tinjauan Pustaka


Definisi risiko menurut Hanafi (2006) risiko merupakan besarnya
penyimpangan antara tingkat pengembalian yang diharapkan (expected return –
ER) dengan tingkat pengembalian aktual (actual return).

Menurut Emmaett J. Vaughan dan Curtis M. Elliott (1978), risiko didefinisikan


sebagai;

a. Kans kerugian – the chance of loss


b. Kemungkinan kerugian – the possibility of loss
c. Ketidakpastian – uncertainty
d. Penyimpangan kenyataan dari hasil yang diharapkan – the dispersion of actual
from expected result
e. Probabilitas bahwa suatu hasil berbeda dari yang diharapkan – the probability
of any outcome different from the one expected

Atau dapat diambil kesimpulan bahwa definisi risiko adalah suatu kondisi yang
timbul karena ketidakpastian dengan seluruh konsekuensi tidak menguntungkan
yang mungkin terjadi.

2.2 Identifikasi dan Analisa Resiko


Menurut Darmawi (2008) tahapan pertama dalam proses manajemen risiko
adalah tahap identifikasi risiko. Identifikasi risiko merupakan suatu proses yang
secara sistematis dan terus menerus dilakukan untuk mengidentifikasi
kemungkinan timbulnya risiko atau kerugian terhadap kekayaan, hutang, dan
personil perusahaan. Proses identifikasi risiko ini mungkin adalah proses yang
terpenting, karena dari proses inilah, semua risiko yang ada atau yang mungkin
terjadi pada suatu proyek, harus diidentifikasi.

3
Masih menurut Darmawi (2008) proses identifikasi harus dilakukan secara
cermat dan komprehensif, sehingga tidak ada risiko yang terlewatkan atau tidak
teridentifikasi. Dalam pelaksanaannya, identifikasi risiko dapat dilakukan dengan
beberapa teknik, antara lain:

a. Brainstorming
b. Questionnaire
c. Industry benchmarking
d. Scenario analysis
e. Risk assessment workshop
f. Incident investigation
g. Auditing
h. Inspection
i. Checklist
j. HAZOP (Hazard and Operability Studies)
Menurut Al Bahar dan Crandall (1990), analisis risiko didefinisikan sebagai
sebuah proses yang menggabungkan ketidakpastian dalam bentuk kuantitatif,
menggunakan teori probabilitas, untuk mengevaluasi dampak potensial suatu
risiko.
Langkah pertama untuk melakukan tahapan ini adalah pengumpulan data yang
relevan terhadap risiko yang akan dianalisis. Data – data ini dapat diperoleh dari
data historis perusahaan atau dari pengalaman proyek pada masa lalu. Jika data
historis tersebut kurang memadai, dapat dilakukan teknik identifikasi risiko yang
lain, seperti yang telah dijelaskan sebelumnya pada bagian lain bab ini.
Setelah data yang dibutuhkan terkumpul, selanjutnya dilakukan proses evaluasi
dampak dari sebuah risiko. Proses evaluasi dampak risiko dilakukan dengan
mengkombinasikan antara probabilitas (sebagai bentuk kuantitatif dari faktor
ketidakpastian / uncertainty) dan dampak atau konsekuensi dari terjadinya sebuah
risiko.

4
Untuk melakukan proses evaluasi tersebut, dibutuhkan suatu parameter yang
jelas untuk dapat mengukur dampak dari suatu risiko dengan tepat.

5
BAB III

PEMBAHASAN

a. Cara mengatur biaya-biaya Produksi


a. Biaya Produksi Tinggi
Biaya produksi yang tinggi mengakibatkan harga jual yang tinggi pula
sehingga dapat membawa kerugian pada perusahaan karena kalah dalam
persaingan harga dengan parapesaing. Benchmarking, penelitian pasar, dan
informasi pasar dari konsumen dapat membantu perusahaan untuk memutuskan
apakah biaya-biaya produksinya efisien atau tidak. Pada bagian ini kita dapat
melihat cara pengurangan biaya yang berubah-ubah melalui efesiensi dan
otomatisasi.
Efektifitas kerja yang ditingkatkan dapat mengurangi biaya-biaya dan pada
gilirannya akan meningkatkan efesiensi. Tetapi hal ini memerlukan
perencanaan yang baik, misalnya bahan baku produksi dapat tersedia pada saat
diperlukan, tenaga kerja dapat meningkatkan kualitas kerja mereka sehingga
dapat meperkecil jumlah bahan baku yang terpaksa terbuang percuma.
Otomatisasi merupakan salah satu jalan keluar untuk mengurangi biaya
produksi, yaitu dengan menggantikan peran manusia dengan mesin dalam hal
proses-proses tetentu. Sebelum penggantian itu perusahaan tentunya harus
menghitung untung-rugi degan cara membandingkan biaya mesin terhadap
penghematan pada buruh dan bahan baku.
b. Overheads yang Tinggi

Bagi perusahaan yang lebih besar biasanya biaya perunit produk yang
dihasilkan lebih rendah dari perusahaan yang lebih kecil, hal ini antara lain
karena pamgsa psar yang dimilikinya jauh lebih besar. Tetapi perusahaan
yang berkembang lebih maju juga membutuhkan biaya-biaya tambahan
(seperti pegawai, asset, dan lain-lain) untuk membantu mendapatkan pasar

6
yang lebih besar pula. Naiknya keuntungan perusahaan pada gilirannya
akan menaikkan biaya, misalnya untuk kenaikkan biaya gaji laryawan,
malah juga untuk mendukung kegiatan yang sifatnya social. Tapi manakala
penjualan mulai menurun dan terus menurun, maka biaya-biaya perusahaan
dapat menjadi beban. Oleh karena itu, pemotongan biaya perlu dilakukan
tetapi harus diprioritaskan pada biaya dari kegiatan-kegiatan yang tidak
berdampak pada penjualan. Hal itu tentu tidak mudah untuk dilakukan.
Biaya yang tinggi memaksa perusahaan untuk berada pada suatu kondisi
yang tidak menguntungkan. Biaya produksi yang rendah dapat dapat
bertahan dapat bertaha pada saat penjualan jatuh. Tetapi sebaliknya biaya
produksi yang tinggi dapat berhadapan dengan situasi rugi lebih parah.

Berikut ini dipaparkan mengenai biaya perusahaan yang utama dan


bagaimana ongkos-ongkos tersebut dapat dikurangi:
1. Pekerjaan di Rumah
Perusahaan dapat mengurangi biaya-biaya dengan cara mengatur
sebagian para karyawan misalnya di bagian-bagian tertentu untuk
melakukan pekerjaan mereka di rumah. Pengurangan jumlah
karyawan yang membutuhkan ruang kerja, termasuk masa kerja
mereka, dapat menghemat ruang kerja, termasuk meja kerja mereka,
dapat menghemat biaya. Dengan cara ini perusahaan dapat pindah
ke bangunan yang lebih kecil yang sudah tetntu lebih murah
biayanya. Sebagian pekerjaan dari staf IT dan penjualan dapat
dilakukan dirumah, termasuk bagi para konsultan manajemen,
arsitek, dan profesi tingkat tinggi lainnya.

2. Peralatan
Untuk mengurangi asset yang harus dimiliki perushaan, seperti
peralatan, analisis perlu dilakukan terlebih dulu untuk menentukan

7
asset mana yang perlu dikontrak saja dan mana yang harus dibeli.
Dengan cara kontrak sewa, pembayaran hanya akan dikeluarkan
sesuai dengan pendapatan yang mereka hasilkan.
Kadang-kadang perusahaan telah menyewa peralatan sebelum
waktunya, padahal pada kenyataannya jumlah perlatan yang
dibutuhkan tidak sesuai dengan permintaannya, akibatnya
perusahaan menderita kerugian. Perusahaan harus berhati-hati
sehingga dapat menghindari kontrak sewa yang dapat memberatkan
perusahaan. Contoh: penyewa mesin fotokopi sering membebankan
biaya sewa yang terlalu tinggi kepada para penyewa.

3. Persediaan Bahan Baku dan Barang Jadi


Persediaan barang yang berlebihan dapat menyebabkan naiknya
biaya penyimpanan , berkurangnya modal kerja, kehilangan dan
kerusakan. Barang jadi hendaknya jangan ditumpuk di gudang
karena selain mempunyai risiko tidak laku juga ada risiko lain yang
pasti merugikan. Karena itu hendaknya perusahaan dapat
menggunakan system perencanaan produksi yang baik, misalnya
menggunakan pemasok yang berkualitas dan mempunyai hubungan
yang dekat dengan mereka.

4. Gaji
Kinerja suatu perusahaan dapat menjadi buruk karena jumlah
karyawan yang terlalu banyak atau berlebihan. Karyawan termasuk
itu termasuk orang-orang R&D, perancang karyawan bagian
kesehatan dan keselamatan, asisten pribadi, manajer latihan dan
manajer lingkungan. Seperti yang dipaparkan di bawah inni
pengurangan jumlah karyawan berakibat juga pada berkurangnya
biaya gaji. Agar perusahaan dapat bekerja dengan efektifitas tetap

8
perlu diperhatikan penggunaan sumber daya yang berasal dari luar
dan/atau membuat program penggajian manjadi lebih bervariasi
sesuai dengan load pekerjaan yang ada
a. Outsourcing
Saat ii banyak perusahaan menyerahkan sebagian fungi
pekerjaan mereka kepada pihak lain karena dianggap lebih
efektif dan efesien, misalnya fungsi catering,cleaning
service, pengiriman surat-surat , playanan computer, dan
lain-lain. Jika semua kegiatan ini dilakukan oleh perusahaan
bisa jadi akan menimbulkan biaya tetap yang tinggi dan akan
terjadi pemborosan.
b. Mengubah biaya gaji dari tetap ke variable.
Gaji karyawan merupakan salah satu pengeluaran terbesar
perusahaan. Manajeman biasanya diminta untuk
memperkecil jumlah gaji karyawan secara keseluruhan. Ada
beberapa alternative cara untuk mengurangi jumlah gaji
karyawan. Para karyawan yang baru hanya dikontrak dalam
jangka waktu yang tetap msalnya antar satu sampai lima
tahun walaupun dapat mengurangi kesetiaan para karyawan
itu sendiri dan tidak mengurangi biaya jangka pendek . dapat
juga dilakukan dengan cara menggunakan karyawan paruh
waktu atau musiman pada saat perusahaan mengalami
puncak kerjanya. Setelah masa puncak berakhir, perusahaan
dapat, mengurangi karyawan paruh waktu ini tanpa
menimbulkan risiko pada karyawan tetap.
Terakhir , perusahaan menetapkan sebagian dar gaji
ditentukan berdasarkan pada keuntungan atau keuntungan
negative perusahaan. Dengan cara ini gaji karyawan dapat
berada di atas atau di bawah gaji yang mereka dapatkan jika

9
menggunakan pola gaji tetap. Susunan gaji yang
berhubungan denga pendapatan perusahaan ini akan
dipengaruhi pula oleh business life cycle-nya. Jika BLC
berada pada tahapan pertumbuhan yang cepat, ia akan
menguntungkan karyawan, tetapi jika sudah berada pada
tahapan decline maka akan membuat karyawan tidak puas.
5. Biaya pendukung penjualan
Perusahaan kadang-kadang menambahkan komisi kepada
karyawan bagian penjualan. Tindakan ini memiliki kelemahan
anatar lain dapat memotivasi orang-orang di bagian penjualan untuk
mendapatkan penjualan jangka pendek, misalnya menjual produk
kepada orang-orang yang kurang membutuhkannya, sehingga
pembelian ulang di masa datang menjadi sulit. Biaya tambahan yang
dikeluarkan menjadi tidak sebanding dengan penjualan yang
diharapkan karena ternyata mereka hanya melakukan pelayanan
pada pelanggan tanpa aktivitas yang mendatangkan penjualan
Perusahaan-perusahaan lainnya menggantikan salesman mereka
dengan tenaga lepas di mana mereka diizinkan untuk menjual
barang-barang dari perusahaan yang tidak bersaing dengan hanya
mendapatkan komisi. Akan tetapi, cra ini memiliki kelemahan
misalnya kurangnya pengendalian, kesetiaan, dan juga pelayanan
pada konsumen.
Cara lain yang ditempuh adalah memindahkan fungsi-fungsi
penjualan kepada agen. Agen biasanya lebih popular dalam
mengendalikan barang-barang grosiran, dimana outlet yang banyak
jumlahnya harus dilayani. Keuntungan dari agen adalah
pengurangan biaya-biaya tetap. Dengan kata lain, kekuatan agen
penjualan adalah menjual beberapa produk dari beberapa
perusahaan dapat dirugikan.

10
Solusi yang lebih baik adalah memfokuskanusaha-usaha
penjualan dengan melayani konsumen yang lebih kecil melalui
telesales yang lebih murah. Hal ini akan mengurangi biayay pada
saat meningkatnya kegiatan usaha agar ebih efektif. Hal ini juga
cocok dengan kecenderungan kebanyak pasar yang terkonsentrasi
pada produk-produk tertentu untuk dibeli konsumen.

6. Transportasi dan biaya pengiriman


Perusahaan yang barang-barangnya diangkut untuk dipindahkan
dengan menggunakan jasa angkutan yang kontrak akan terbebaskan
dari masalah penyewaan dan pengaturan armada kendaraan
termasuk membayar jasa mudinya. Dengan cara ini mereka
menghindari banyaknya biaya perbaikan distribusi.

7. Biaya Promosi
Biaya promosi dapat mencapai10%, bahkan lebih, dari
pendapatan perusahaan yang memproduksi barang-barang
konsumsi pada saat tahapan siklus hidup produknya berada di
pertumbuhan cepat. Perusahaan yang tidakmau mengurangi biaya
promosi tidak dapat meihat bahwa biaya promosi sebenarnya dapat
ditentukan dari siklus hidup produk itu sendiri. Kadang-kadang
mereka menganggap bahwa promosi dapat dijadikan symbol
keunggulan usaha dari para pesaingnya dengan memperbandingkan
ukuran belanja iklan tahunan mereka.

8. Komputer
Setiap tahun industry computer menciptakan computer yang
lebih canggih termasuk perangkat lunaknya. Perusahaan kadang-
kadang tanpa analisis yang tajam telah berada paa suatu keputusan

11
untuk menggunkan computer yang baru tersebut karena mereka
percaya hal itu akan meningkatkan produktifitas. Teapi survei
menyatakan bahwa produktivitas yang dihasilkan masih diragukan.
Survei yang dilakukanoleh US National Research Council pada
tahun 1993 yang dikutip Sadgrove memperlihatkan bahwa
perusahaan pelayanandi Amerika Srikat telah mengahbskan uang
sebanyak US$750 milyar untuk investasi dalam informasi teknologi
(IT) yang dilakukan pada tahun 1980-an. Selama masa tersebut,
keuntungan produktivitas tahunan mereka tidak lebih dari 0,7%.
Penelitian yang lainya memperlihatkan bahwa ada sedikit hubungan
antara IT dan produktifitas yang meningkat. Masalah kurangnya
signifikansi antara penggunaan IT dan produktivitas terletak pada
kurangnya latihan, kurangnya kemamouan manajemen, dan
kurangnya control yang lebih baik terhadap penggunaan IT.

Seperti yang telah kita lihat di atas, banyak perusahaan yang


menyerahkan pada pihak lain (outsourcing) untuk persoalan system
computer mereka. Dengan cara ini mereka mendapatkan dukungan
professional, menghilangkan masalah pengelolaan orang-orang IT,
dan menghindari biaya-biaya yang besar. Akan tetapi,
bagaimanapun juga biaya untuk outsourcing ini tidaklah murah.

9. Memperkecil pemborosan
Banyak perusahaan yang kinerjanyadi bawah standar oleh
direktur atau manajernya sengja atau di cob ditutup-tutupi dengan
hl-hl yng siftny boros. Padahal pemborosanakan berakiabt pada
biaya juga. Dindning kantor yang dilapisi marmer atau air mancur
yang ada di depan bagian gedung kantor atau bahkan mobil dinas
ang berhrga mahal, tidak akan dapat menyembunyikan terlalu lama
keadaan perusahaa mereka. Keadaan boros tadi juga dapat terjadi

12
pda struktur orgnisasi dan perilaku sumber daya mnusiany.
Perusahaan harus menghindari untuk memiliki terlalu bnyak
lapisan manajemen, dan beberapa perusahaan perlu mengurangi
tingkata pada middle management-nya. Para karyawan harus
didorong untuk mngatur dirinya sendiri dan manajemen senior
harus menjalankan perusahaan daripada sekedar menangani
masalah-masalah kecil yang muncul setiap hari.

b. Mengurangi harga yang tidak meguntungkan


Harga-harga yang muah yang dilontaran produsen merupakan kata-kata
yang menarik bagi para kinsmen, meskipun dapat juga membahayakan
perusahaan. Perusahaan memberi harga murah terhadap barangnya karena 2
alasan , yaitu: mereka tidak mempunyai informasi yang cukup mengenai harga,
atau barang tersebut berada pada pasar yang terlalu bersaing.
1. Utang

Salah satu penyebab terjadinya krisis yang berkepnjangan di negara


Indonesia sejak tahun 1997 lalu adalah utaang swasta kepada kreditur asing
yang apada saat jatuh tempo ternyata tidak mampu di bayar. Selain utang swasta
tersebut, ada lagi kelompok tang yang juga mengakibatkan krisis itu terus
berkepanjangan, yaitu utang pemerintah pada pihak asing yang memaksa
pemerintah untuk masuk pada Paris Club agar cicilan utang dapat
dimodifikasi. Belum lagi utang bank-bank nasional yang termasuk pada Badan
Penyehatan Perbankan Nasioanl (BPPN).

Hendaknya perusahaan bercermin pada peristiwa di atas. Beruntung


boleh saja, tetapi perlu analisis yang tajam. Jika tidak mampu membayar
utang-utang itu maka ancaman kebangkrutan adalah salah satu risikonya.

13
1. Pencegahan Pemerian Utang
Lebih baik mencegah terjadinya utang dari pada harus
menghabiskan waktu dan tenaga untuk menagihnya. Mencegah
lebih baik daripada mengobati, dan menurut pendapat para ahli,
prosedur manajemen kredit yang bik akan mencegah sampai 90%
utang tak tertagih. Bagi para konsumen baru, perusahaan sebaiknya
memilki referensi mengenai mereka dari pihak lain yng dapat
dipercaya sebelum memberikan utang pada mereka. Manajemen
kredit yang konservatif ini sering dikecam oleh orang-orang bagian
penjualan pada saat mereka melihat adanya kesempatan-
kesempatan penjualan yng hilang dikarenakan para karyawan
bagian keuangan terlalu berhti-hati. Dan jika karyawan bagian
keuangan tidak menyetujuinya, memang kinerja perusahaan dapat
menurun.
Pada masa perekonomian sedang tumbu, banyak perusahaan
ingin mengembangkan usaha secepat-cepatnya karena takut
tertinggal oleh para pesaing mereka. Kebijakan perusahaan yang
telah ada kadangkala dilanggar oleh semangat spekulasi yang
mempengarui system kerja yang ada. Kondisi seperti ini sangat
beresiko bagi kebijakan keuangan perusahaan . bagi para
perusahaan yang memiliki kebijakan keuangan yang kuat
cenderung dapat berthan daripada yang tidak kuat. Lebih baik
membatalkan usaha yang beresiko tinggi daripada berubah menjadi
utang yang berakibat buruk nantinya.
Perusahaan harus menyatakan jangka pembayarn dengan jelas,
dan memberi harga bunga bagi pembayaran yang terlambat.
Perusahaan-perusahaan itu harus mendapatkan laporan yang teratur
mengenai utang yang belum dibayar dan tidak pernah membiarkan

14
utang melebihi batas yab telah ditetapkan . jika mereka
melakukannya, maka lakukanlah penagihan.
2. Penagihan utang
Penagihan utang yang tidak sensitive dapat menyebabkan
perusahaan kehilangan konsumen. Itulah sebabnya mengapa
menyerahkan penagihan utangkepada agen dept collector bukanlah
solusi yang sederhana. Lebih baik mengerahkan beberapa tenaga
penjualan untuk mengunjungi pembayaran yang telat,
mendisdusikan keadaannya, dan engan bijak mengusahakan
bagaimana cara pembayarannya. Cara lain untuk mencegah
terjadinya utang ini misalnya adalah dengan kredit asuransi.
2. Pinjaman yang berlebihan
Peminajaman yang berlebihan dapat disebabkanoelh 3 faktor utama, yaitu;
 Ketergesaan manajemen, seperti :
- Investasi yang berlebihan pada pabrik baru .
- Diversifikasi yang kurang diperhitungkan sebelumnya
- Investasi pada saat yang tidak tepat.
 Ketidakaktian mana jemen, seperti ;
- Kegagalan dalam merespon periode jatuhnya penjualan.
- Kegagalan untuk mencegah jatuhnya penjualan pada lokasi
pasar yang ditentukan pertama kali.
- Membiarkan harga barng terlalu tinggi atau harga di bawah
harga pokok produksi.
 Kenaikan nilai bunga ;
- Nilai utang yang harus dibayarkan lebih tinggi dan lebih besar
serta kebutuhan akan modal kerja yang juga lebih besar.

Utang mempunyai 3 efek yang membahayakan yaitu:

15
 Menambah beban ongkos perusahaan sehingga pendapatan
terpaksa digunakan untuk membayar kembali pinjaman-pinjaman
itu dari pada diinvestasikan pada perusahaan
 Bank atau para pemegang saham mungkin kehilangan kepercyaan
pada kemampuan perusahaan untuk membayar kembali
pinjamannya. Para pemegang saham mngkin akan menjual barang-
barangnya, sedangkan bank mungkin menuntut pembayaran.
 Jika perusahaan sudah tidak dapat lagi mendapatkan pinjma dari
bank oleh karena nilai pinjamannya sudah maksimal, maka
perusahaan tersebut sekarang ini sudah tidak mampu membayar
utang-utangnya. Jika perusahaan tidak mendapatkan sumber-
sumber kredit yang baru, perusahaandapat dilikuidasi.

Berdasarkan ketika alasan di atas, perusahaan yang mempunyai


utang berlebihan harus mencoba menguranginya. Hal ini dapat
dilakukan dengan cepat, melalui penjualan asset atau
mengupayakan profit yang meningkat walaupun dngan cara
perlahan-lahan.

c. Risiko keuangan internasional


Para eksportir tidak jarang terpaksa kehilangan sebagian uang yang
merea peroleh karena pada saat pembayaran atas penjualan produk mereka di
luar negeri, suku bunga valuta asing telah berubah menjadi lebih buruk. Sebagai
contoh, tahun 1993, Carraud Meral Box kehilangan 10% dari keuntungan saat
terjadidevaluasi mata uang Erpa. Contoh yang palng mudah diingat adalah di
Indonesia. Dengan membayangkan kurs US$ yang naik dahsyat dari Rp.3.500
menjadi Rp.16.000 persatu US dolar hanya dalam beberapa bulan, ribuan
perusahaan baik kecil, menengah sampai besarpun hancur.
Untuk menghindari keadaan yang demikian, ara eksportir sering
mengasuransikan perubahan suku bunga valuta asing melalui penggunaan

16
derivative(kontrak futures dan options). Beberapa perusahaan hanya
menggunakan kontrak-kontrak forward. Digunakan sebagai suatu asuransi,
derivative adalah bebas risiko. Akan tetapi banyak pula masalah yang terjadi
pada saat perusahaan menggunakannya untuk berspekulasi.

d. Cara mengatasi terjadi krisis keuangan


Manajemen keuangan yang efektif berarti memiliki system informasi yang
cepat yang dapat memberikan peringatan jika terjadi masalah-masalah keuangan
yang penting ecara berkala termasuk di dalamnya pengawasan yang baik terhadap
uang, apakah digunakan ntuk karyawan dalam rangka proses produksi ataupun
diutangkan pada pihak lain.

Apa yang harus di lakukan jika terjadi krisis keuangan.

 Hentikan aliran yang keluar dari perusahaan. Hal ini mencakup


tindakan-tindakan:
- Menghentikan seluruh pembelian yang tidak esensial terhadap
kelangsungan jangka pendek perusahaan.
- Lepaskan proyek-proyek besar yang ada di tangan.
- Tutup kegiiatan-kegiatan yang banyak mengeluarkan biaya.
- Mengurangi ongkos-ongkos, terutama yang akan digunakan
oleh karyawan, serta bidang-bidang lain yang tidak produktif.
- Menjual asset atau divisi untuk mendapatkan uang tunai.
- Kumpulkan piutang yang penting.
- Memperlambat pembayaran bunga pada kreditor.
 Kembangkan rencana-rencana mendesak agar perusahaan tetap hidup
dan melaksanakannya.
 Berkomunikasi dengan bank dan kreditor lainnya.

Laporan Risiko pada Laporan Keuangan

17
Laporan tahunan sering hanya memberikn informasi yang minimal
mengenai posisi transaksi bisnis perusahaan. Unuk melwan hal itu, dan
untuk melindungi para pemegang saham, hendaknya perusahaan lebih
terbuka dalam laporannya. Perusahaan harus mengindentifikasikan risiko
yang dihadapinya pada laporan tahunan mereka.
Laporan-laporan tersebut hendaknya mencakup analisis mengenai :
 Factor utama yang berdampak pada orestasi perusahaan dan posisi
pasar.
 Risiko dan ketidakpastian yang dihadapi (termasuk kepekaan
terhadap kenaikan suku bunga dan turun naiknya mata uang)
 Bgaimana risiko dikendalikan
 Dampak yang potensial pada hasil-hasil yang dicapai dengan
pendekatan kuantitatif, misalnya :
- Bahan baku yang jumlahnya tidak mencukupi
- Ketergantungan pada pemasok dan konsumen
- Kurangnya keahlian, dan
- Biaya-biaya lingkungan.

18
BAB IV
KESIMPULAN
Keuangan perusahaan yang aman dimulai dengan memaparkan risiko-risiko
keuangan perusahaan yang mencakup:

1. Biaya produksi yang berlebihan.


2. Ongkos perusahaan
3. Harga yang tidak menguntungkan
4. Utang
5. Barang yang berpajak tinggi
6. Suku Bunga dan valuta asing dan risiko komoditas

Serta langkah-langkah yang perlu ditempuh dalam krisis keuangan dana apa yang
dapat dilakukan saat terjadinya pengambil alihan.

19
DAFTAR PUSTAKA

Lokobal, A., Sumajouw, M. D., & F.Sompie, B. (2014). Manajemen Risiko pada
Perusahaan Jasa Pelaksana Kontruksi di Provinsi Papua (Study Kasus di
Kabupaten Sarmi). Jurnal Ilmiah Media Engineering, 110.

Umar, Husein.(1998).Manajemen Risiko Bisnis (Pendekatan Finansial dan


Nonfinasial).Jakarta: PT Gramedia Pustaka Utama

20

Anda mungkin juga menyukai