Anda di halaman 1dari 17

ANALISIS LAPORAN KEUANGAN DALAM MENGUKUR

KINERJA KEUANGAN PADA PERUSAHAAN DI BURSA EFEK


INDONESIA
(Studi Kasus Astra International Tbk Periode 2019-2021)

Ridho Pramana Aji


Magister Akuntansi, Universitas Riau
pramanaajiridho@gmail.com

ABSTRAK

ANALISIS LAPORAN KEUANGAN DALAM MENGUKUR KINERJA KEUANGAN PADA


PERUSAHAAN DI BURSA EFEK INDONESIA
(Studi Kasus Astra International Tbk Periode 2019-2021)

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui bagaimana Analisis Laporan Keuangan Dalam
Mengukur Kinerja Keuangan Pada Perusahaan Di Bursa Efek Indonesia (Studi Kasus Astra International
Tbk Periode 2019-2021) . Jenis penelitian yang digunakan dalam penelitian ini deskriptif kuantitatif atau
penelitian yang betujuan untuk mengetahui kinerja laporan keuangan dengan penggunaan analisis rasio
keuangan yang meliputi bahan dasar yaitu Neraca dan Laporan Laba Rugi yang dianalisis menggunakan
Rasio Keuangan yang meliputi rasio likuiditas, rasio solvabilitas, rasio aktivitas, dan rasio profitabilitas.
Dan teknik analisa yang digunakan yaitu menggunakan perhitungan rumus-rumus rasio keuangan yang
bersangkutan dengan penilaian kinerja keuangan perusahaan.

Hasil penelitian menunjukkan bahwa kinerja likuiditas perusahaan tergolong baik. Untuk kinerja
solvabilitas pada perhitungan debt to equity ratio menunjukkan angka rasio yang cukup tinggi dimana
jumlah utang kurang dari modal sendiri. Sedangkan rasio aktivitas menunjukkan kinerja sudah tergolong
cukup baik, dikarenakan perusahaan sudah memanfaatkan modal kerja dengan efisien dan efektif, yang
berarti perusahaan dapat menjamin aktiva lancarnya terhadap utang lancar, tetapi pada rasio total asets
turn over perusahaan dalam memanfaatkan aktivanya belum efisien. Dan yang terakhir rasio profitabilitas
masih menunjukkan tingkat penghasilan laba yang belum maksimal, disini perusahaan harus segera
membenahi karena jika tidak hal tersebut akan berdampak buruk bagi perusahaan.

Kata Kunci : Analisis laporan keuangan, Kinerja Keuangan, Rasio Keuangan

PENDAHULUAN

Latar Belakang

Keuangan merupakan hal yang harus diperhatikan oleh setiap perusahaan dalam
perkembangan bisnisnya. Salah satu tujuan utama dibentuknya perusahaan untuk
memperoleh keuntungan yang maksimal. Namun berhasil tidaknya perusahaan dalam
mencari keuangan dan mempertahankan perusahaan tergantung pada manajemen
keuangan. Perusahaan harus memiliki kinerja keuangan yang sehat dan efisien untuk
2

mendapatkan keuntungan atau laba. Oleh sebab itu, kinerja keuangan merupakan hal
yang penting bagi perusahaan dalam persaingan bisnis untuk mempertahankan
perusahaannya.
Laporan keuangan pada dasarnya merupakan hasil dari proses akuntansi yang
dapat digunakan sebagai alat untuk berkomunikasi antara data keuangan atau aktivitas
suatu perusahaan dengan pihak-pihak yang berkepentingan terhadap posisi keuangan.
Berdasarkan konsep periode akuntansi, maka laporan keuangan sangat diperlukan untuk
mengukur hasil usaha dan perkembangan perusahaan dari waktu ke waktu untuk
mengetahui sejauh mana perusahaan mencapai tujuannya. Secara umum tujuan
perusahaan adalah untuk meningkatkan kesejahteraan pihak-pihak yang berkaitan
dengan perusahaan dengan memaksimumkan laba. Pengukuran hasil usaha yang dicapai
dapat dilakukan dengan cara menganalisis rasio keuangan, (Munawir: 2002).
Penelitian ini penulis menitikberatkan bahasan laporan keuangan yaitu Neraca
Perusahaan dan Laba-Rugi dengan rentang tiga tahun yaitu tahun 2019, 2020, dan 2021.
Dengan mengkonsentrasikan pembahasan terhadap laporan keuangan tersebut
diharapkan dapat memberikan suatu gambaran perusahaan yang relevan dan bermanfaat
bagi pihak manajemen dalam menilai kondisi keuangan perusahaan dan hasil
operasional usaha yang telah dilakukan selama tiga periode tersebut.
Untuk menilai kinerja perusahaan, diperlukan beberapa tolak ukur. Tolak ukur
yang sering digunakan adalah rasio atau indeks, yang menghubungkan dua data
keuangan yang satu dengan yang lainnya.
Melalui analisis dan komparasi terhadap akun-akun neraca dapat diketahui data,
informasi, dan gambaran akuntansi keuangan suatu perusahaan yaitu total asset dan
pasiva yang dimiliki perusahaan. Selain itu analisis terhadap laporan neraca Astra
International Tbk memberikan gambaran hasil atau perkembangan usaha perusahaan
yang bersangkutan apakah laba atau rugi selama menjalankan operasional perusahaan di
periode yang dipilih untuk dijadikan dasar perbandingan yaitu periode tahun 2019,
2020, dan 2021.
Hal ini yang membuat penulis melakukan analisis secara mendalam sehingga
dapat diketahui sejauh mana Astra International Tbk melakukan analisis terhadap
laporan neraca perusahaan. Sebab analisis terhadap laporan keuangan sangat penting
untuk membantu memecahkan sekaligus menjawab berbagai masalah yang timbul
dalam perusahaan sekaligus sebagai pertimbangan paling utama bagi pimpinan serta
stakeholder sebelum mengambil keputusan atau kebijakan yang menyangkut masa
depan dan kelancaran operasional perusahaan.
Berikut tabel kondisi keuangan Astra International Tbk periode 2019-2021
dapat dilihat dari tabel berikut:

Tabel 1.1 Laba Bersih Astra International Tbk

No Tahun Laba Bersih (Milyaran)


1 2019 26.621
2 2020 18.572
3 2021 25.586
3

Berdasarkan tabel di atas Astra International Tbk selama 3 periode (2019-2021)


mengalami fluktasi, dapat dilihat bahwa tahun 2019 ke 2021 mengalami penurunan
laba sebesar Rp 8.049 namun pada berikutnya mengalami peningkatan laba sebesar Rp
7.014 di tahun 2021. Tujuan pengukuran kinerja keuangan dengan rasio keuangan
adalah melihat perkembangan perusahaan dalam rentang waktu tertentu. Baik itu
penurunan atau kenaikan, sekaligus mencari penyebab perubahan tersebut.

Penelitian terkait laporan keuangan dalam mengukur kinerja keuangan sudah


banyak dilakukan Juliati (2020) yang menganalisis laporan keuangan untuk mengukur
kinerja keuangan perusahaan pada PT. Gresik Cipta Sejahtera Cabang Makassar
dengan hasil penelitian menemukan kinerja likuiditas perusahaan tergolong baik,
kinerja solvabilitas pada perhitungan debt to equity ratio menghasilkan rasio yang
cukup tinggi mengakibatkan perusahaan harus membayar beban yang cukup tinggi,
kinerja rasio aktivitas menunjukkan bahwa kinerja sudah tergolong cukup baik tetapi
pada rasio total Asets turn over belum bisa dikatakan baik, dan kinerja profitabilitas
masih menunjukkan tingkat penghasilan laba yang belum maksimal.

Hasil penelitian Kurnia dkk. (2016) menemukan bahwasannya pengukuran


kinerja keuangan dengan rasio likuiditas berdasarkan current ratio dan quick ratio
termasuk kategori baik sedangkan berdasarkan cash ratio kinerja keuangannya tidak
baik. Berdasarkan rasio solvabilitas debt to equity ratio termasuk kategori tidak baik.
Dari hasil ROA disimpulkan kinerja perusahaan setiap tahun tidak sama yang
menyebabkan kurang baik kinerja perusahaan. Dan rasio aktivitas menyimpulkan
bahwasannya memiliki aktivitas yang baik.

Berdasarkan hasil penelitian terdahulu yang hasilnya masih bervariasi dalam


menganalisis laporan keuangan dalam mengukur kinerja keuangan perusahaan
sehingga menyebabkan perbedaan dalam penyimpulan penelitian, maka penelitian ini
penting untuk dilakukan karena ingin mengetahui kinerja keuangan perusahaan.
Penelitian yang saya lakukan merupakan penelitian replikasi dari Juliati (2020) yang
membedakan hanya lokasi penelitian.

Astra International Tbk melakukan penilaian kinerja keuangan dengan


berdasarkan dari laba bersih yang tercantum dilaporan keuangan. Analisis laporan
keuangan menggunakan perhitungan rasio agar dapat mengevaluasi keadaan finansial
perusahaan di masa lalu, sekarang, dan masa yang akan datang. Rasio keuangan
tersebut meliputi rasio likuiditas, rasio solvabilitas, rasio aktivitas, dan rasio
profitabilitas.

Berdasarkan latar belakang diatas, maka penulis akan melakukan penelitian


dengan Judul ANALISIS LAPORAN KEUANGAN DALAM MENGUKUR
KINERJA KEUANGAN PADA PERUSAHAAN DI BURSA EFEK INDONESIA
(Studi Kasus Astra International Tbk Periode 2019-2021).

Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang, maka rumusan masalah sebagai berikut:


4

“Bagaimana Kinerja Keuangan Perusahaan pada Astra International Tbk?”

Tujuan Penelitian

Adapun tujuan yang hendak dicapai dari penilitian ini adalah untuk mengetahui
kinerja keuangan perusahaan pada Astra International Tbk.

Manfaat Penelitian

1. Penulis
Penulis berharap penelitian ini dapat menjadi salah satu wadah untuk memperluas
wawasan dan pengetahuan penuli dalam ilmu analisis laporan keuangan dan ilmu
lain yang terkait, yang sudah diperoleh selama ini untuk memecahkan persoalan
yang terjadi dilpangan.
2. Perusahaan
Penulis berharap hasil penelitian ini dapat menjadi masukan bagi perusahaan dalam
upaya memperbaiki atau meningkatkan kinerja keuangan perusahaan, sehingga
dapat meningkatkan kinerja perusahaan secara keseluruhan.
3. Akademisi
Penulis berharap hasil penelitian ini dapat dijadikan sebagai salah satu tambahan
wawasan serta bahan referensi untuk penelitian selanjutnya.

TINJAUAN PUSTAKA

Teori Stakeholder

Teori Stakeholder menyatakan bahwa perusahaan bukanlah suatu organisasi yang


hanya sekedar bertanggung jawab terhadap para pemilik (stakeholder) namun juga harus
mementingkan dan memberi manfaat kepada para stakeholdernya (pemegang saham, konsumen,
investor, kreditor, supplier, pemerintah, masyarakat dan pihak-pihak lain yang berkepentingan
dengan perusahaan). Hummels (1998) dalam Ardian & Raharja (2013) mendefinisikan :

(stakeholder are) individuals and groups who have legitimate claim on the
organization to participate in the decission making process simply because they are
affected by the organization‟s practices, policies and actions.

Stakeholder merupakan individu, sekelompok manusia, komunitas atau masyarakat


baik secara keseluruhan maupun secara parsial yang memiliki hubungan serta kepentingan
terhadap perusahaan. Perusahaan merupakan bagian dari sistem nilai sosial yang ada dalam
sebuah wilayah baik yang bersifat lokal, nasional, maupun internasional berarti perusahan
merupakan bagian dari masyarakat secara keseluruhan.

Masyarakat sendiri menurut definisinya bisa dijelaskan sebagai kumpulan peran yang
diwujudkan oleh elemen-elemen (individu dan kelompok) pada suatu kedudukan tertentu yang
peran-peran tersebut diatur melalui pranata sosial yang bersumber dari kebudayaan yang telah
ada dalam masyarakat (Budimanta, dkk, 2008 dalam Ardian & Raharja, 2013) Agar perusahaan
mampu berkembang dan bertahan lama di dalam masyarakat maka perusahaan membutuhkan
dukungan dari para stakeholder-nya. Para stakeholder memerlukan beragam informasi terkait
5

kebijakan serta aktivitas perusahaan yang nantinya akan digunakan dalam pengambilan
keputusan. Salah satu informasi yang dapat menarik dukungan para stakeholder dan saat ini
menjadi isu penting adalah kinerja lingkungan.

Pengertian Laporan Keuangan


Laporan keuangan adalah hasil proses pencatatan akuntansi keuangan. Laporan
keuangan itu berisi informasi tentang prestasi perusahaan dibidang keuangan dimasa lampau.
Laporan keuangan yang utama yaitu neraca dan perhitungan laba rugi. Namun dalam praktek
sering diikutsertakan beberapa laporan lain untuk memperjelas, misalnya laporan perubahan
modal atau laporan laba yang ditahan, laporan perubahan modal kerja, perhitungan harga pokok,
dan lain-lain. Neraca memberikan gambaran mengenai posisi keuangan perusahaan pada
tanggal tertentu. Perhitungan laba rugi menunjukkan aktivitas perusahaan selama satu periode.
Laporan keuangan merupakan bagian penting dari informasi keuangan bagi pimpinan
perusahaan, investor, kreditur, pemerintah, dan pihak-pihak lain yang berkepentingan. Dua buah
laporan keuangan yang terpenting adalah neraca (balance sheet) dan perhitungan laba rugi
(income statement).
Sofyan Syafri Harahap (2015;4) memberikan keterangan, neraca yaitu menggambarkan
posisi keuangan perusahaan pada tanggal tertentu. Neraca menggambarkan posisi harta, utang,
dan modal pada tanggal tertentu. Sedang daftar yang memuat perincian tentang pendapatan
perusahaan yang berasal dari penjualan barang dagangan atau jasa dan tentang perincian beban
yang dipikul oleh perusahaan beserta laba bersih atau rugi bersih perusahaan selama satu
periode akuntansi disebut perhitungan laba.
Dalam prinsip-prinsip Akuntansi Indonesia (Ikatan Akuntansi Indonesia, 2007;11)
dikatakan bahwa laporan keuangan ialah neraca dan perhitungan rugi laba serta segala
keterangan-keterangan yang dimuat dalam lampiran-lampirannya antara lain laporan sumber
dan penggunanaan dana-dana.

Jenis Laporan Keuangan

Menurut Sofyan Syafri Harahap (2015;106) jenis laporan keuangan utama dan pendukung
laporan keuangan terdiri atas:

a. Daftar Neraca yang menggambarkan posisi keuangan perusahaan pada satu tanggal
tertentu.
b. Perhitungan laba/rugi yang menggambarkan jumlah hasil, biaya, dan laba/rugi
perusahaan pada suatu periode tertentu.
c. Laporan dan sumber penggunaan dana, disini dimuat sumber dan pengeluaran
perusahaan selama periode tertentu.
d. Laporan arus kas, disini digambarkan sumber dan penggunaan kas dalam suatu periode.
e. Laporan harga pokok produksi yang menggambarkan berapa dan unsur apa yang
diperhitungkan dalam harga pokok produksi suatu barang.
f. Laporan laba ditahan, menjelaskan posisi laba ditahan yang tidak dibagikan kepada
pemilik saham.
6

g. Laporan perubahan modal, menjelaskan perubahan posisi modal baik saham dalam
Perseroan Terbatas atau modal dalam perusahaan perseroan.

Analisis Laporan Keuangan

Analisa laporan keuangan merupakan suatu proses yang penuh pertimbangan salah satu
tujuannya adalah untuk mengidentifikasikan perubahanperubahan pokok pada trend, jumlah dan
hubungan, serta alasan-alasan perubahan tersebut, perubahan- perubahan sering kali merupakan
tanda peringatan awal terjadinya pergeseran menuju keberhasilan atau kegagalan suatu
perusahaan. Proses pertimbangan ini dapat ditingkatkan melalui pengalaman dan alat-alat
analisis (Munawir, 2004;35)

Terdapat berbagai teknis laporan keuangan didalamnya juga termasuk berbagai rasio
keuangan, yang dapat digunakan untuk melakukan penilaian kinerja sebuah perusahaan melalui
perbandingan data keuangan masa lalu. Saat ini yang kemudian digunakan untuk memprediksi
masa depan. Namun demikian. “tidak ada rasio keuangan untuk menilai kinerja yang dapat
memberikan jawaban mutlak, setiap pandangan yang diperoleh bersifat relatif, karena kondisi
dan operasi perusahaan ke perusahaan lain”.

Analisis Rasio Keuangan

Menurut V Wiratna Sujarweni (2017:109) Analisis Rasio Keuangan merupakan


aktivitas untuk menganalisis laporan keuangan dengan cara membandingkan satu akun dengan
akun lainnya yang ada dalam laporan keuangan neraca maupun rugi laba. Analisis rasio
keuangan ini dimaksudkan untuk mengetahui hubungan diantara akun-akun dalam laporan
keuangan, baik dalam neraca maupun dalam laporan laba rugi. Dengan menggunakan metode
analisis seperti rasio ini akan dapat menjelaskan atau memberikan gambaran tentang baik atau
buruknya keadaan atau posisi keuangan suatu perusahaan. Tujuan melakukan analisis rasio
keuangan adalah untuk dapat membantu perusahaan dalam mengidentifikasi kekuatan dan
kelemahan keuangan perusahaan, menilai kinerja laporan keuangan perusahaan dalam
memperdayakan seluruh sumber daya yang ada untuk mencapai target yang telah ditetapkan
oleh perusahaan.

Laporan keuangan yang disusun secara baik dan akurat dapat membenkan gambaran
keadaan yang nyata mengenai hasil atau prestasi yang diraih oleh perusahaan selama periode
tertentu. Alat analisis rasio aporan keuangan yang diperlukan untuk menilai kinerja keuangan
perusahaan antara lain :

a. Rasio Likuiditas
Rasio likuiditas adalah rasio yang mengukur kemampuan perusahaan untuk
memenuhi seluruh kewajiban atau hutang-hutang jangka pendeknya.
1) Rasio lancar (Current Ratio)
Rasio Lancar atau Current Ratio merupakan rasio untuk mengukur kemampuan
perusahaan dalam membayar kewajiban jangka pendek atau utang yang segera jatuh
tempo dengan aktiva lancar yang tersedia. Jadi dikatakan sehat jika rasionya berada di
7

atas 1 atau diatas 100%. Artinya aktiva lancar harus jauh di atas jumlah utang lancar
(Harahap, 2002)

Rumusnya :

Aktiva Lancar
Current Raio=
Utang Lancar

2) Rasio Kas (Cash Ratio)


Rasio Kas membandingkan antara kas dan aktiva lancar yang bisa segera
menjadi uang kas dengan hutang lancar Semakin besar rasionya semakin baik. Sama
seperti Quick Ratio, tidak harus mencapai 100% (Harahap, 2002:302).
Rumusnya :

Kas+ Efek
Cash Ratio=
Kewajiban Lancar
3) Rasio Cepat (Quick Ratio)
Merupakan rasio yang menunjukkan kemampuan perusahaan dalam membayar
kewajiban atau utang lancar dengan aktiva lancar tanpa memperhitungkan nilai
persediaan. Walaupun rasionya tidak mencapai 100% tapi mendekati 100% juga sudah
dikatakan sehat (Harahap, 2002).
Rumusnya :

Aset Lancar −Persediaan


Quick Ratio=
Kewajiban Lancar

b. Rasio Solvabilitas
Rasio Solvabilitas merupakan rasio yang mengukur seberapa jauh aktiva
perusahaan dibiayai dengan utang atau dibiayai oleh pihak luar.
1) Rasio total Aset terhadap utang (Debt to total aset Ratio)
Adalah mengukur seberapa besar aktiva perusahaan dibiayai oleh hutang atau
seberapa besar hutang perusahaan berpengaruh terhadap pengelolaan aktiva. Rasio ini
menunjukkan sejauh mana utang dapat ditutupi oleh aktiva. Porsi utang terhadap aktiva
harus lebih kecil (Harahap, 2002). Rumusnya :

TotalUtang
Debt ¿ Total Aset Ratio=
Total Aset
2) Rasio utang terhadap modal (Debt to equity Ratio)
Menunjukkan hubungan antara jumlah utang jangka panjang dengan jumlah
modal sendiri yang diberikan oleh pemilik perusahaan yang berguna untuk mengetahui
jumlah dana yang disediakan kreditur dengan pemilik perusahaan. Bagi perusahaan,
8

besarnya utang tidak boleh melebihi modal sendiri agar beban tetapnya tidak terlalu
tinggi. Semakin kecil porsi utang terhadap modal, semakin aman.
Rumusnya :

Total Utang
Debt ¿ Equity Ratio=
Modal Sendiri

c. Rasio Aktivitas
Rasio aktivitas merupakan rasio yang digunakan untuk mengukur tingkat
efisiensi atas pemanfaatan sumber daya yang dimiliki perusahaan atau untuk menilai
kemampuan perusahaan dalam menjalankan aktivitas sehari-hari.
1) Perputaran total Aset (total Asets turn over)
Rasio ini untuk mengukur efisiensi penggunaan Aset secara keseluruhan.
Rumusnya :
turn Penjualan
total Asets
¿ Total Aset

2) Rasio perputaran modal kerja (Working capital turnover)


Merupakan cara mengukur sejauh mana kemampuan perusahaan menghasilkan
penjualan berdasarkan aktiva tetap yang dimiliki perusahaan. Rasio ini memperlihatkan
sejauh mana efektivitas perusahaan menggunakan aktiva tetapnya.
Rumusnya :
Penjualan
Working capital turnover=
Aset Lancar−Utang Lancar
3) Perputaran total Aset tetap (Fixed Asset turnover)
Rasio ini merupakan rasio yang digunakan untuk mengukur berapa kali dana
yang ditanamkan dalam aktiva tetap berputar dalam satu periode.
Rumusnya :
Penjualan
¿ Asset turnover=
AktivaTetap
d. Rasio Profitabilitas
Rasio profilabiiitas merupakan rasio yang digunakan untuk mengukur
kemampuan perusahaan dalam menghasilkan laba dari aktifitas normal bisnisnya.

1) Margin Laba Kotor (Gross Profit Margin)


Rasio ini menunjukkan berapa besar persentase pendapatan kotor yang
diperoleh dari setiap penjualan semakin besar rasio ini akan semakin baik karena
dianggap kemampuan perusahaan dalam memperoleh laba.
Rumusnya :
Laba Kotor
Gross Profit Margin=
Penjualan
2) Margin Laba Bersih (Net Profit Margin)
Rasio ini menunjukkan berapa besar persentase pendapatan bersih yang
diperoleh dan setiap penjualan setelah dikurangi persentase pajak. Semakin besar rasio
9

ini semakin baik karena dianggap kemampuan perusahaan dalam kondisi memperoleh
laba.
Rumusnya:
Laba Setelah Pajak
Net Profit Margin=
Penjualan

3) Tingkat Pengembalian Aset (Return on Asets)


Rasio ini menunjukkan berapa besar laba bersih diperoleh perusahaan bila
diukur dari nilai asetnya. Semakin besar rasionya semakin baik karena perusahaan
dianggap mampu dalam menggunakan Aset yang dimilikinya secara efektif untuk
menghasilkan laba.
Rumusnya:
Laba Setelah Pajak
Return on Asets=
Total Aset

4) Tingkat Pengembalian Ekuitas (Return on Equity)


Hasil pengembalian ekuitas atau return on equity atau rentabilitas modal sendiri
merupakan rasio untuk mengukur laba bersih (net income) sesudah pajak dengan modal
sendiri.
Rumusnya :
Laba Setelah Pajak
Return on Equity=
equity
Kinerja Keuangan

Kinerja perusahaan pada dasarnya terdapat dua perspektif utama yaitu persperktif
keuangan dan non keuangan, akan tetapi sehubungan dengan topik yang telah dikemukakan
penulis pada latar belakang masalah, maka akan difokuskan pada kinerja perusahaan ditinjau
dari perspektif keuangan. Istilah kinerja keuangan ini telah banyak dikenal oleh masyarakat
pelaku ekonomi. Kinerja keuangan merupakan tingkat prestasi (performance) yang dicapai oleh
perusahaan, sebagaimana yang terdapat dalam kamus besar bahasa Indonesia, kinerja memiliki
beberapa pengertian: (a) sesuatu yang dicapai, (b) prestasi yang dihasilkan, (c) kemampuan
kinerja. Akan tetapi, penciptaan kekayaan dalam jumlah yang memadai tidak cukup untuk
menciptakan kinerja organisasi perusahaan apa lagi dalam kondisi usaha yang semakin
kompetitif. Hal lain yang harus dilakukan oleh perusahaan adalah pencapaian kinerja organisasi
perusahaan melalui pelipatgandaan kekayaan perusahaan dengan cara peletakan leverage
kepada sumber daya manusia guna membangun keunggualan kompetitif melalui peningkatan
human capital, manajer berperan dalam menjadikan produktif pengetahuan (knowledge) yang
dikuasai oleh karyawan. Jadi, kemampuan organisasi perusahaan dalam mengelola intangible
asset akan menjadikan perusahaan lebih sukses. intangible asset yang dimaksud mencakup
pengembangan hubungan dengan pelanggan, pengenalan produk baru, kemampuan
menghasilkan produk jasa dengan kualitas tinggi dengan biaya yang minimal, kemampuan
meningkatkan skill dan pemberian motivasi kepada karyawan, sera pengembangan teknologi
informasi.
10

Penilaian kinerja perusahan seperti yang dikemukakan pada uraian diatas merupakan
penilaian kinerja berdasarkan aspek keuangan dan non keuangan yang dikenal dengan istilah
balanced scorecard. Meskipun penilaian kinerja dapat dilakukan dari kedua aspek tersebut
(keuangan dan non-keuangan). Akan tetapi dalam penelitian ini difokuskan pada kinerja
perusahaan Astra International Tbk ditinjau dari aspek keuangan, dengan sasaran umum
penilaian kinerja difokuskan kepada likuiditas, solvabilitas, profitabilitas dan aktivitas usaha.

METODE PENELITIAN

Jenis Penelitian

Jenis penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah penelitian deskriftif.

Data dan Sumber Data

Jenis data yang digunakan dalam penelitian ini adalah data sekunder. Data sekunder
yang digunakan dalam sumber data pada penelitian ini diperoleh dari laporan keuangan
perusahaan go public yang diterbitkan oleh Bursa Efek Indonesia.

Metode Pengumpulan Data

Metode pengumpulan data yang digunakan dalam penelitian ini adalah dengan cara
dokumentasi dan observasi.

Metode Analisis Data

a. Rasio Likuiditas
1) Rasio lancar (Current Ratio)
2) Rasio Kas (Cash Ratio)
3) Rasio Cepat (Quick Ratio)

b. Rasio Solvabilitas
1) Rasio total Aset terhadap utang (Debt to total aset Ratio)
2) Rasio utang terhadap modal (Debt to equity Ratio)

c. Rasio Aktivitas
1) Perputaran total Aset (Total Asses turnover)
2) Rasio perputaran modal kerja (Working capital turnover)
3) Perputaran total Aset tetap (Fixed Asset turnover)

d. Rasio Profitabilitas
1) Margin Laba Kotor (Gross Profit Margin)
2) Margin Laba Bersih (Net Profit Margin)
3) Tingkat Pengembalian Aset (Return on Asets)
4) Tingkat Pengembalian Ekuitas (Return on Equity)
11

Hasil Penelitian
a. Rasio Likuiditas
Data Perhitungan Current Ratio, Cash Ratio, dan Quick Ratio

Tahun Current Ratio Cash Ratio Quick Ratio


2019 1,29 0,24 1,05
2020 1,54 0,55 1,33
2021 1,54 0,65 1,33

Berdasarkan tabel diatas dilihat current ratio Astra International Tbk tahun
2019-2021. Pada tahun 2019 nilai current ratio sebesar 1,29 atau 129% tahun 2020
sebesar 1,54 atau 154% dan tahun 2021 sebesar 1,54 atau 154%. Hal ini berarti pada
tahun 2019 setiap Rp 1,00 utang lancar dijamin oleh aktiva lancar sebesar Rp 1,29. Pada
tahun 2020 current ratio perusahaan mengalami peningkatan sebesar 0,25 atau 25%
dibandingkan tahun 2019. Kondisi ini disebabkan kenaikan jumlah aktiva lancar
perusahaan sebesar Rp 3.250 (Milyar) dan menurunnya utang lancar sebesar Rp 14.226
(Milyar). Pada tahun 2021 current ratio sebesar 1,54 atau 154%, nilai untuk current
ratio 2021 sama dengan tahun 2020. Hal ini menunjukkan bahwa Astra International
Tbk mempunyai kemampuan yang baik dalam mengelolah aktiva lancar dan kewajiban
lancarnya, kinerja keuangan perusahaan yang dikatakan baik mempunyai nilai current
ratio lebih besar dari 1,0 kali dalam artian perusahaan tersebut mempunyai kemampuan
yang baik dalam melunasi kewajibannya. Hal ini dapat dilihat pada nilai current ratio di
atas 1,0 kali.
Berdasarkan tabel cash ratio pada tahun 2019 nilai cash ratio sebesar 0,24 atau
24% tahun 2020 sebesar 0,55 atau 55 % dan tahun 2021 sebesar 0,65 atau 65%. Hal ini
berarti tahun 2019 setiap Rp 1,00 kewajiban lancar dijamin oleh kas dan efek sebesar
Rp 0,24, tahun 2020 mengalami kenaikan nilai cash ratio sebesar 0,31 atau 31%.
Kondisi ini disebabkan terjadi kenaikan kas sebesar Rp 23.223 (Milyar) dan mengalami
penuruan pada kewajiban lancar sebesar Rp 14.226 (Milyar). Dan tahun 2021
mengalami kenaikan 0,10 atau 10% dari tahun 2020. Hal ini menunjukkan bahwa
perusahaan kurang baik dalam mengelola kewajiban lancar dan kas yang tersedia di
perusahaan. Hal ini ditunjukkan dengan bersarnya angka rasio di bawah angka 1
walaupun terjadi peningkatan setiap tahunnya tetapi angka rasio perlu ditingkatkan lagi.
Berdasarkan tabel quick ratio Astra International Tbk pada tahun 2019
memiliki nilai quick ratio sebesar 1,05 atau 105% tahun 2020 sebesar 1,33 atau 133%
dan tahun 2021 sebesar 1,33 atau 133%. Hal ini menunjukkan pada tahun 2019 setiap
Rp 1,00 kewajiban lancar dijamin oleh asset lancar setelah dikurangi persediaan sebesar
Rp 1,05. Pada tahun 2020 mengalami kenaikan quick ratio sebesar 0,28 atau 28%. Hal
ini menunjukkan bahwa perusahaan memiliki kondisi keuangan yang dalam keadaan
baik karena angka quick ratio melebihi angka 1,0 kali dari tahun 2019-2021 dalam
artian perusahaan dianggap mampu membayar hutang lancar yang harus dipenuhinya.

b. Rasio Solvabilitas
12

Data Perhitungan Debt to total aset Ratio dan Debt to equity Ratio

Tahun Debt to total aset Ratio Debt to equity Ratio


2019 0,47 0,88
2020 0,42 0,73
2021 0,41 0,70

Berdasarkan tabel Debt to total aset Ratio Astra International Tbk pada tahun
2019 nilai Debt to total aset Ratio sebesar 0,47 atau 47% tahun 2020 sebesar 0,42 atau
42%, dan tahun 2021 sebesar 0,41 atau sebesar 41%. Hal ini berarti pada tahun 2019
setiap Rp 1,00 aset yang dibiayai dengan utang sebesar Rp 0,47. Pada tahun 2020
mengalami penurunan Debt to total aset Ratio sebesar 0,05 atau 5%. Kondisi ini
disebabkan terjadinya penurunan utang sebesar Rp 22.446 (Milyar) dan penurunan total
asset sebesar Rp 13.775 (Milyar) dari tahun 2019. Dan tahun 2021 mengalami
penurunan Debt to total aset Ratio sebesar 0,01 atau 1%. Kondisi ini disebabkan
kenaikan utang sebesar Rp 8.947 (Milyar) dan kenaikan total asset sebesar Rp 29.108
(Milyar) dari tahun 2020. Hal ini menunjukkan bawa perusahaan sudah baik dalam
mengelola asset perusahaan dalam kaitannya total utang., karena angka rasio
perusahaan di bawah angka maksimal 1. Rasio ini dikatakan baik apabila semakin
rendah angka rasio atau total aktiva semakin memiliki kemampuan untuk menjamin
total utang perusahaan.
Berdasarkan tabel Debt to equity Ratio Astra International Tbk tahun 2019
nilai Debt to equity Ratio sebesar 0,88 atau 88% tahun 2020 sebesar 0,73 atau 73% dan
tahun 2021 sebesar 0,70 atau 70%. Hal ini berarti pada tahun 2019 setiap Rp 1,00 modal
sendiri digunakan untuk menjamin keseluruhan utang sebesar Rp 0,88. Pada tahun 2020
mengalami penurunan nilai Debt to equity Ratio sebesar 0,15 atau 15%. Kondisi ini
disebabkan terjadinya penurunan utang sebesar Rp 22.446, penurunan persediaan
sebesar Rp 6.358, dan penurunan kewajiban lancar sebesar Rp 14.226, dan tahun 2021
kembali mengalami penurunan sebesar 0,03 atau 3% jika dibandingkan dengan tahun
2020. Hal ini menunjukkan kinerja keuangan perusahaan baik karena perusahaan dapat
menjamin keseluruhan kewajiban dengan modal perusahaan, dapat dilihat dari besarnya
utang kurang dari modal sendiri. Semakin kecil rasio ini semakin baik. Maksudnya,
semakin kecil porsi utang terhadap modal maka semakin aman.

c. Rasio Aktivitas
Data Perhitungan Total Asets Turnover, Working capital turnover, dan
Fixed Asset turnover

Tahun Total Asets Working Capital Fixed Asset


Turnover Turnover Turnover
2019 0,67 8,15 1,84
2020 0,52 3,76 1,32
2021 0,63 4,13 1,46
13

Berdasarkan tabel Total Asets Turnover Astra International Tbk pada tahun
2019 nilai Total Asets Turnover sebesar 0,67 kali tahun 2020 sebesar 0,52 kali dan
tahun 2021 sebesar 0,63 kali. Hal ini berarti pada tahun 2020 mengalami penurunan
nilai Total Asets Turnover sebesar 0,15 kali. Kondisi ini disebabkan terjadinya
penurunan penjualan sebesar Rp 62.120 dan penurunan asset sebesar Rp 13.755. Pada
tahun 2021 mengalami kenaikan dari tahun sebelumya yaitu sebesar 0,11 kali dari tahun
2020. Kondisi ini disebabkan terjadinya kenaikan penjualan sebesar Rp 58.439 dan
kenaikan asset sebesar Rp 29.108 dari tahun 2020. Hal ini menunjukkan bahwa kinerja
perusahaan dalam memanfaatkan aktivanya belum efisien. Semakin besar rasio ini
semakin baik bagi perusahaan, yang berarti semakin efisien perusahaan dalam
menggunakan aktivanya dan sebalikya semakin rendah nilai Total Asets Turnover
berarti perusahaan kurang dapat menoptimalkan asset. Melihat hal ini perusahaan harus
melakukan tindakan antara lain meningkatkan penjualan sehingga memberikan hasil
yang maksimal bagi perusahaan.
Berdasarkan tabel Working capital turnover Astra International Tbk pada
tahun 2019 nilai Working capital turnover sebesar 8,15 kali tahun 2020 sebesar 3,76
kali dan tahun 2021 sebesar 4,13 kali. Hal ini berarti pada tahun 2020 mengalami
penurunan dari tahun 2019 sebesar 4,39 kali. Kondisi ini disebabkan penurunan
penjualan sebesar Rp 62.120, kenaikan asset lancar sebesar Rp 3.250, dan menurunnya
utang lancar sebesar Rp 14.226. Pada tahun 2021 mengalami kenaikan Working capital
turnover dari tahun 2020 sebesar 0,37 kali. Kondisi ini disebabkan kenaikan penjualan
dari tahun sebelumya sebesar Rp 58.439, kenaikan asset lancar sebelumya sebesar Rp
27.954, dan kenaikan utang lancar sebelumya sebesar Rp 18.042. Hal ini menunjukkan
bahwa kinerja perusahaan sudah memanfaatkan modal kerja dengan efisien dan efektif,
yang berarti perusahaan dapat menjamin aktiva lancarnya terhadap utang lancar.
Semakin besar rasio ini semakin baik bagi perusahaan.
Berdasarkan tabel Fixed Asset turnover Astra International Tbk pada tahun
2019 nilai Fixed Asset turnover sebesar 1,84 kali tahun 2020 sebesar 1,32 kali, dan
tahun 2021 sebesar 1,46 kali. Hal ini berarti pada tahun 2020 mengalami penurunan
nilai Fixed Asset turnover dari tahun 2019 sebesar 0,52 kali. Kondisi ini terjadi karena
penurunan penjualan pada tahun 2020 sebesar Rp 62.120 dan kenaikan aktiva tetap
sebesar Rp 3.250. Pada tahun 2021 mengalami kenaikan nilai Fixed Asset turnover dari
tahun 2020 sebesar 0,14 kali. Kondisi ini terjadi karena kenaikan penjualan sebesar Rp
58.439 dan kenaikan aktiva tetap sebesar Rp 27.954. Hal ini menunjukkan bahwa
kinerja perusahaan dalam memanfaatkan aktiva tetapnya sudah efisien walaupun
angkanya masih terbilang rendah. Semakin besar rasio ini semakin baik bagi perusahaan
karena perusahaan semakin efisien dalam menggunakan aktiva tetap.

d. Rasio Profitabilitas

Tahun Gross Profit Net Profit Return on Return on


Margin Margin Asets Equity
2019 0,21 0,11 0,07 0,14
2020 0,22 0,10 0,05 0,09
14

2021 0,22 0,10 0,07 0,12

Berdasarkan hasil perhitungan diatas dapat diketahui bahwa gross profit


margin pada tahun 2019 sebesar 0,21 atau 21%. Pada tahun 2020 terjadi peningkatan
menjadi 0,22 atau 22 %. Pada tahun 2021 profit margin sama dengan tahun 2020 yaitu
0,22 atau 22 %. Hal ini berarti pada tahun 2019 setiap Rp 1,00 penjualan dapat
menghasilkan laba kotor sebesar Rp 0,21. Pada tahun 2020 mengalami peningkatan
nilai rasio margin laba kotor sebesar 0,01 atau 1%. Dengan demikian dapat disimpulkan
bahwa batas presentase keuntungan bersih yang didapatkan oleh perusahaan Astra
International Tbk setiap tahun relatif meningkat, hal ini menunjukkan pengukuran
kinerja keuangan (Profitabilitas) sudah cukup baik.
Berdasarkan hasil perhitungan net profit margin pada tahun 2019 sebesar
0,11 atau 11%, tahun 2020 sebesar 0,10 atau 10%, dan tahun 2021 sebesar 0,10 atau
10%. Hal ini berarti tahun 2019 setiap Rp 1,00 penjualan dapat menghasilkan laba
bersih sebesar Rp 0,11. Pada tahun 2020 terjadi penurunan sebesar 0,01 atau 1%.
Kondisi ini disebabkan penurunan laba bersih sebesar Rp 8.050 dan penurunan
penjualan sebesar Rp 62.120 dari tahun 2019. Pada tahun 2021 nilai net profit margin
tetap sama dengan tahun 2020 walaupun mengalami kenaikan laba bersih sebesar Rp
7.015 dan kenaikan penjualan sebesar Rp 58.439. Dilihat dari analisis dan perhitungan
dapat disimpulkan perusahaan mengalami penurunan. Ini berarti perusahaan belum
mampu memperoleh presentasi laba bersih yang cukup berdasarkan penjualan.
Dari hasil perhitungan ROA diatas, Return On Assets pada tahun 2019
sebesar 0,07 atau 7 %. Pada tahun 2020 ROA mengalami penurunan sebesar 0,05 atau 5
% dan pada tahun 2021 ROA kembali mengalami peningkatan sebesar 0,07 atau 7 %.
Hal ini berarti pada tahun 2019 setiap Rp 1,00 total aktiva dapat menghasilkan laba
bersih sebesar Rp 0,07. Pada tahun 2020 terjadi penurunan ROA sebesar 0,02 atau 2%.
Kondisi ini disebabkan penurunan laba bersih dan kenaikan total asset. Pada tahun 2021
kembali mengalami kenaikan 0,02 atau 2%. Kondisi ini disebabkan kenaikan laba
bersih dan kenaikan total asset. Dengan demikian dapat ditarik kesimpulan bahwa
keuntungan yang diperoleh perusahaan berdasarkan investasi yang ditanamkan dalam
perusahaaan tersebut bervariasi pada setiap tahunnya dengan kondisi rentabilitas
ekonomis yang cukup baik.
Berdasarkan hasil perhitungan ROE dapat dilihat bahwa pada tahun 2019
adalah sebesar 0,14 atau 14%. Hal ini menunjukkan bahwa setiap rupiah dari modal
sendiri perusahaan mampu menghasilkan laba bersih sebesar 0,14 rupiah. Pada tahun
2021 ROE mengalami penurunan sebesar 0,05 atau 5 % menjadi 0,09 atau 9% ini
artinya bahwa setiap rupiah dari modal sendiri perusahaan mampu menghasilkan laba
bersih sebesar 0,09 rupiah. Kemudian pada tahun 2021 ROE kembali mengalami
peningkatan menjadi 0,12 atau 12% ini berarti bahwa setiap rupiah dari modal sendiri
perusahaan mampu menghasilkan laba bersih sebesar 0,12 rupiah. Dari hasil analisis
diatas dapat disimpulkan bahwa keadaan perusahaan dalam keadaan tidak baik dan
mengalami penurunan tahun 2020 yang signifikan. Ini berarti bahwa laba bersih yang
dihasilkan perusahaan tersebut lebih kecil dari modal inti yang dimiliki perusahaan.
15

PENUTUP
Kesimpulan
Berdasarkan hasil analisis laporan keuangan Astra International Tbk pada periode 2019
sampai 2021, maka dapat disimpulkan bahwa kinerja keuangan pada tahun 2019 sampai 2021
dari masing-masing rasio keuangan, yaitu rasio likuiditas current ratio dan quick ratio
menunjukkan bahwa kinerja perusahaan sudah memuaskan. ini artinya kondisi likuiditas pada
perusahaan tahun 2019 sampai 2021 dalam keadaan baik-baik saja. Rasio solvabilitas dari
menunjukkan kinerja keuangan perusahaan baik karena perusahaan dapat menjamin
keseluruhan kewajiban dengan modal perusahaan. Rasio aktivitas dari perhitungan rasio total
asets turn over untuk tahun 2019 sampai 2021 dapat disimpulkan perusahaan dalam
memanfaatkan aktivanya belum efisien. Untuk perhitungan working capital turn over kinerja
perusahaan sudah memanfaatkan modal kerja dengan efisien dan efektif, yang berarti
perusahaan dapat menjamin aktiva lancarnya terhadap utang lancar. Semakin besar rasio ini
semakin baik bagi perusahaan. Dan perhitungan fixed asset turnover kinerja perusahaan dalam
memanfaatkan aktiva tetapnya sudah efisien walaupun angkanya masih terbilang rendah. Rasio
profitabilitas dari perhitungan gross profit margin untuk tahun 2019 sampai 2021 dapat
disimpulkan presentase keuntungan bersih yang didapatkan oleh perusahaan Astra International
Tbk setiap tahun relatif meningkat, hal ini menunjukkan pengukuran kinerja keuangan
(Profitabilitas) sudah cukup baik. Perhitungan net profit margin dapat disimpulkan perusahaan
mengalami penurunan. Ini berarti perusahaan belum mampu memperoleh presentasi laba bersih
yang cukup berdasarkan penjualan. Dari perhitungan ROA dapat disimpulkan bahwa
keuntungan yang diperoleh perusahaan berdasarkan investasi yang ditanamkan dalam
perusahaaan dengan kondisi rentabilitas ekonomis yang cukup baik. Dan perhitungan ROE
dapat disimpulkan bahwa keadaan perusahaan dalam keadaan tidak baik dan mengalami
penurunan tahun 2020 yang signifikan. Ini berarti bahwa laba bersih yang dihasilkan perusahaan
tersebut lebih kecil dari modal inti yang dimiliki perusahaan.

Saran

Berdasarkan kesimpulan yang diperoleh dari penelitian ini, maka penulis dapat
memberikan saran-saran sebagai berikut:

1. Nilai cash ratio perusahaan masih perlu ditingkatkan karena masih terbilang rendah
walaupun ratio sudah mengalami peningkatan secara terus menerus setiap tahun.
2. Pada perhitungan debt equity ratio perusahaan perlu ditingkatkan lagi agar tidak terjadi
penurunan karena hasil yang diperoleh masih mengalami penurunan. Perusahaan
seharusnya dapat memaksimalkan modal yang dimiliki oleh perusahaan sehingga
perusahaan perlu menambah modal usahanya agar perusahaan dapat menutup hutang
dengan modal sendiri.
3. Perhitungan working capital turn over perlu mengoptimalkan aktivanya dan utang
lancar dalam meningkatkan penjualan.
4. Perhitungan rasio profitabilitas perusahaan sudah baik dan perlu dipertahankan bahkan
untuk tahun-tahun yang akan datang baik profit margin. ROA dan ROE perlu
16

ditingkatkan, agar keuntungan yang diperoleh perusahaan lebih memuaskan dan lebih
tinggi dari tahun-tahun sebelumnya.
5. Bagi peneliti selanjutnya diharapkan agar dapat membuat analisis kinerja keuangan
perusahaan dengan sempel perusahaan yang lebih banyak dalam jangka waktu yang
lebih panjang sehingga dapat diketahui trend perkembangan perusahaan.
6. Penelitian selanjutnya juga diharapkan melakukan pengukuran atau penilaian kinerja
keuangan perusahaan dalam aspek operasional dan aspek administrasi tidak hanya
aspek keuangan saja.

DAFTAR PUSTAKA

Aprilita, I., Tjandkirana, R., & Aspahani. (2015). Analisis Perbandingan Kinerja Keuangan
Perusahaan Sebelum dan Sesudah Akuisisi (Study Pada Perusahaan Pengakuisisi Yang
Terdaftar Di BEI Periode 2000-2011).
Elia, N. 2016. Analisis Kinerja Keuangan Pada CV. Alif Mahardika Putra di Sangatta. Jurnal
Fakultas Ekonomi Universitas 17 Agustus 1945 Samarinda.
Harahap, S. S. (2002). Analisis Kritis atas Laporan Keuangan. PT RajaGrafindo Persada.
Indonesia, I. A. (2009). Standar Akuntansi Keuangan. Salemba Empat.
Iriyanti, D., & Tumbel, A. L. (2014). ANALISIS KINERJA KEUANGAN PENGARUHNYA
TERHADAP NILAI PERUSAHAAN PADA INDUSTRI MAKANAN DAN MINUMAN DI
BEI. 2, 1473–1482.
Juliati. (2020). Analisis Laporan Keuangan Untuk Mengukur Kinerja Keuangan Perusahaan
Pada PT. Gresik Cipta Sejahtera Cabang Makassar.
Mandasari, D. (2017). Analisis Laporan Keuangan Dalam Mengukur Kinerja Keuangan Pada
CV. Awijaya Palembang.
Munawir. 2004. Analisis Laporan Keuangan. Edisi Keempat. Konsep dan Aplikasi. Yogyakarta:
Liberty
Munawir. 2010. Analisis Laporan Keuangan. Edisi keempat. Yogyakarta: Liberty
Nikmah, W. N. A. (2020). Analisis Laporan Keuangan Dalam Mengukur Kinerja Keuangan
Pada UD. Bluerose Wonosobo.
Ramadhan, K. D., & Syarfan, L. O. (2016). Analisis Laporan Keuangan Dalam Mengukur
Kinerja Perusahaan Pada PT. Ricky Kurniawan Kertapersada (Makin Group) Jambi.
Rarasati dewi dan Tirtoprojo, Susanto, 2009.Analisis Rasio Keuangan dalam Memprediksi
Kinerja Keuangan Perusahaan Food and Beverages yang Terdaftar di Bursa Efek
Indonesia. Jurnal Fokus Manajerial.
Ristadi, M. (2008). ANALISIS LAPORAN KEUANGAN UNTUK MENILAI KINERJA
PERUSAHAAN Studi Kasus Pada Industri Jasa Hotel dan Travel Service Yang Terdaftar
di Bursa Efek Jakarta Tahun 2004 Sampai Tahun 2006.
Rubianti, N. (2013). Rubiyanti, Nana. 2013. Analisis Rasio Keuangan Untuk Menilai Kinerja
Perusahaan Pada PT. Admiral Lines Cabang Tanjungpinang. Jurnal Ekonomi Akuntansi.
17

Wahyudi, A. C. (2012). Analisis Laporan Keuangan Untuk Mengukur Kinerja Keuangan Pada
Perusahaan Yang Go Publik Di Bursa Efek Indonesia (Studi Kasus pada PT. Unilever
Indonesia Periode 2006-2010).

Anda mungkin juga menyukai