Disusun Oleh :
WILHAM HERLIANDRA 170301049
RIDHO PRAMANA AJI 170301054
DION AULIA MAHFAZA 170301086
KATA PENGANTAR
Puji dan syukur penulis ucapkan kepada Allah SWT yang telah memberikan rahmat dan
hidayahNya sehingga penulis dapat menyelesaikan makalah yang berjudul ” NEGARA DAN
PEMERINTAH SEBAGAI SASARAN AKUNTANSI SEKTOR PUBLIK”, bapak
Muhammad Ahyaruddin, SE.,M.Sc.,AK selaku Dosen mata kuliah Akuntansi Sektor Publik
yang telah memberikan tugas ini kepada kami.
Berbagai sumber referensi dasar dan esensial yang relevan dari buku Akuntansi Sektor
Publik serta berbagai informasi yang terdapat di internet memang sengaja dipilih dan
digunakan untuk memperkuat pembahasan dan membangun karangka penyajian yang
komperehensif , agar mudah dipahami dan dapat memenuhi harapan pembaca.
Kami menyadari bahwa makalah ini masih mempunyai kekurangan baik dari segi
teknis maupun isi, oleh karena itu penulis mengharapkan kritik dan saran yang bersifat
membangun demi pembuatan makalah selanjutnya. Oleh karena itu, penulis berharap agar
makalah ini dapat dijadikan sebagai bahan pembelajaran dan berguna bagi pembacanya.
Penulis
BAB I
PENDAHULUAN
Istilah “sektor publik” dari sudut pandang ilmu ekomoni dapat dipahami sebagai suatu
entitas yang aktivitasnya berhubungan dengan usaha untuk menghasilkan barang dan
layanan publik dalam rangka memenuhi kebutuhan dan hak publik (Mardiasmo,
2009). Makna publik yang akan dibahas dalam makalah ini adalah negara (pemerintah
pusat) dan pemerintah daerah (baik provinsi maupun kabupaten/kota). Hal ini sesuai
dengan apa yang dijelaskan oleh joedono (2000) dan Halim dan Kusufi (2012) bahwa
istilah sektor publik tertuju pada sektor negara., usaha-usaha negara, dan organisasi
nirlaba negara. Selain itu juga, Abdullah (1996) masih dalam Halim dan Kusufi
(2012) berpendapat bahwa yang dimaksud dengan sektor publik adalah pemerintah
dan unit-unit organisasinya, yaitu unit-unit yang dikelola pemerintah dan berkaitan
dengan hajat hidup orang banyak atau pelayanan kepada masyarakat, seperti
kesehatan, pendidikan, dan keamanan. Dengan demikian, cukup berlasan bahwa
istilah sektor publik dapat bernotasi perpajakan, berkorasi atau pemerintah.
Negara dan pemerintah sebagai sasaran akuntansi sektor publik terutama kaitan nya
dengan pengelolaan keuangan negara yang diatur dalam UU Nomor 17 tahun 2003
tentang Keuangan Negara. Undang-undang tersebut mengatur tentang prinsip-prinsip
pengelolaan keuangan negara sebagai dasar pelaksanaan reformasi manajemen
keuangan pemerintahan. Prinsip-prinsip tersebut sekaligus memperkokoh landasan
pelaksanaan desentralisasi dan otomi daerah yang telah dimuat dalam UU Nomor 22
Tahun 1999 tentang Pemerintah Daerah yang telah disempurnakan dalam UU Nomor
32 Tahun 2004, dan UU Nomor 25 Tahun 1999 yang disempurnakan dalam UU
Nomor 33 Tahun 2004, yang mengatur kewenangan dan sistem perimbangan
keuangan pemerintah pusat dan pemerintah daerah.
Jika dicermati ketiga definisi di atas memiliki persamaan dan perbedaan. Ketiga
definisi di atas sama-sama menyatakan bahwa anggaran adalah untuk periode waktu
tertentu di masa mendatang. Hal ini menegaskan anggaran disusun atau hanya
menggambarkan kondisi yang ingin dicapai di masa mendatang selama periode waktu
tertentu. Selain itu, tiga definisi tersebut menggunakan istilah berbeda dalam
menjelaskan isi dari anggaran, namun memiliki makna yang hampir sama, yaitu
definisi pertama menggunakan istilah “…pernyatanaan estimasi kinerja…”, definisi
kedua”…rencana kegiatan…”, dan definisi ketiga “…pernyataan perkiraan…”.
Semua istilah tersebut bermakna sama yaitu bahwa anggaran berisi estimasi, rencana
dan perkiraan di masa mendatang. Sedangkan, dua definisi pertama menegaskan
bahwa anggaran harus dinyatakan dalam ukuran finansial, sehingga rencana kegiatan
atau kinerja atau perkiraan berupa nonfinansial tidak termasuk dalam anggaran.
Perbedaan mendasar dari tiga definisi diatas, adalah lingkup dari isi anggaran.
Definisi pertama lebih bersifat umum yaitu bahwa anggaran berisi estimasi kinerja.
Definisi kedua mengkhususkan isi anggaran hanya untuk usulan pengeluaran saja.
Sedangkan, definisi ketiga menyatakan bahwa anggaran tidak hanya berisi perkiraan
pengeluaran saja melainkan juga berisi perkiraan penerimaan.
1. Pendekatan tradisional.
2. Pendekatan New Public Manajemen.
Pendekatan Tradisional
Ciri lain tradisional adalah bersifat line-item jenis anggaran ini relatif dianggap paling
tua dan banyak mengandung kelemahan.namun kelemahan tersebut tidak adanya
informasi yang memadai bagi pembuat keputusan, terlalu berorientasi pada
pengendalian dan kurang memperhatikan proses perencanaan dan evaluasi.
Pendekatan New Public Manajemen
1. Komperhensif
2. Teritegrasi dan lintas departemen
3. Proses pengambilan keputusan yang rasional
4. Bersifat jangka panjang
5. Spesifikasi tujuan dan pemeringkatan prioeitas
6. Analisis total cost dan benefit
7. Berorientasi pada input, output, dan outcome, bukan sekadar input.
8. Adanya pengawasan kerja
1. Anggaran kinerja
Dengan pendekatan kinerja disusun untuk mengatasi berbagai kelemahan yang
terdapat dalam anggaran tradisional, khususnya kelemahan yang disebabkan
oleh tidak adanya tolok ukur yang dapat digunakan untuk mengukur kinerja
dalam pencapaian tujuan dan sasaran pelayanan publik.
2. Program budgeting
Pendekatan ini menekankan pada efektivitas penyusunan anggaran. Anggaran
disusun berdasarkan pekerja atau tugas yang akan dijalankan. Teknologi ini
tergantung pada metodologi-metodologi dari program permalan dan analisis
sistem.
3. Zero bassed budgeting (ZBB)
Dalam penyusunan Zero bassed budgeting tahun ini, tidak berdasarakan pada
tahun lalu namun berdasarkan kebutuhan saat ini.
.
4. Planing programing and budgeting system (PPBS)
Merupakan suatu anggaran dimana pengeluaran secara primer dikelompokan
dalam aktivitas-aktivitas yang didasarkan pada program kerja dan secara
sekunder didasarkan pada jenis atau karaker objek dan kinerja.
Perkembangan teori penganggaran publik baru-baru ini dijelaskan secara detail oleh
Gibran dan Sekwat (2009) dalam paper-nya yang berjudul “continuing the search
fotr theory of public budgeting” pada mulanya dujelaskan tentang sejarah pemikiran
teori penganggaranpublik beserta kelemahan mendasarnya, dan kemudian dengan
menjelaskan sejumlah alasan dan agrumentasi untuk menawarkan perkembangan teori
penganggaran yang lebih heuristics yang menggabungkan aspek rasional dengan
mengambil dari teori terbuka (open system theory). Tujuan dari subab ini adalah
untuk membersihkan gambaran tentang sejarah pemikiran dan perkembangan teori
penganggaran sampai dengan saat ini serta kemudian pengembanganya dimasa
mendatang berdasarkan saran yang dikemukakannya.
Gibran dan Sekwat menyatakan bahwa perkembngan teori penganggran selama ini
hanyalah proses mekanikal yang hanya untuk mengalokasikan sejumlah uang, tanpa
memperhatikan pertanyaan normatif dan nilai-nilai sosial politik yang melingkupnya,
dan oleh karena itu, perlu untuk dikaji ulang teoi penganggaran yang ada saat ini
sehingga dirasa perlu arah alternatif baru dalam pengembangan teori penganggaran
yang ada saat ini sehingga dirasa perlu arah alternatif baru dalam pengembangan teori
penganggaran yang akan memberikan potnesi besar terbentuknya teori penganggaran
yang lebih heuristics.
Gibran dan Sekwat mencatat bahwa historis pengaruh aru pemikiran yang
menekankan pada analisis sains dan kemajuan teknologi terhadap perkembangan teori
penganggaran publik pada priode tahun 1896-1920 berhasil memisahkan bentuk
penganggaran dari nilai-nilai, perilaku, makna, dan lingkungan sosial politik. Teori
penganggaran publik tidak lepas dari perkembangan teori administrasi publik dan
teori organisasi. Pada pemikir masa priode tersbut berhasil menunjukan masalah-
masalah ketidakefesienan dan efektivitas oprasional pemerintahan dengan
menggunakan instrumen-instrumen yang dibangun dengan rasionalitas teknikal.
Pelaku gerakan pembaruan diinspirasi oelh Woodrow Wilson (1987), Frank Goodnow
(1990) , Leonard white (1926), dan Luther gullick dan Lydnall Urwick (1937). Para
pemikir pada awalnya terpanggil untuk memperbaiki metode teknikal dan
administrasi sehingga mnenjadikan oprasional dari pemerintah menjadi lebih seperti
bisnis.konsekuesi dari lingkungan intelektual mereka membantu perkembangan
pandangan dualistirk. Pandangan ini membedakan secara tajam antara fakta-fakta
dengan nilai-nilai, struktur dan perilaku, makna dan tujuan akhir, politik dan
administrasi. Dikotomi mempunyai pengaruh yang tegas dan kuat pada teori dan
praktik penganggaran.
Lewis (1997, hlm 157-159 , dalam Gibran dan Sekwat) menunjukan fakta bahwa
gerakan manajemen sains dan manajemen administratif berpengaruh signifikan dalam
membentuk kekuatan politik dan ideologi sehingga menuntut diberlakunya budgeting
and acounting ach 1921. Pembaru awal tersebut mendukung pembatasan cakupan
aktivitas pemerintah untuk menyimpan dana. Kemudian sistem penganggaran yang
dihasilkan budgeting acounting arc 1921 berfokus pada pengendalian. Undang-
undang ini menerapkan line –item budget yang terpusat pada eksekutif dengan
membentuk sebuah dinas yang dinamakan dengan general accounting office yang
memiliki kemampuan teknis untuk membantu kongres (lembaga legsilatif) dalam
pembuatan keputusan anggaran.
Line budget membagi pengeluaran (belanja) kedala item-item yang rinci dari belanja
pemerintah yang tampak lebih mengutamakan untuk pengendalian biaya dan
meningkatkan efesiensi sehingga menghasilkan disiplin fiskal. Para pemikir pada saat
ini meyakini bahwa disiplis fiskal yang lebih besar mensyaratkan sentralistis,
manajeman top-down, dan secara alamiah meyakini bahwa pertanggungjawaban
anggaran seharusnya melekat pada sksekutif. Sebagai konsekuensi, line item budget
memfokuskan pada item-item belanja daripada tujuan atau fungsi dari belanja, maka
metode ini tidak memberikan perahatian pada dasar pengalokasian sumber daya dan
penjelasan berdasa aktivitas anggaran sehinga pendekatan ini tidak mempunyai nilai
prediktif.
Reformasi besar anggaran selanjutnya datang ditahun 1970 an dalam bentuk zero-
bassed budgeting. Metodologi ini dirancang untuk menungkatkan kemampuan
pengambilan keputusan untuk membandingkan lebih dari satu tingkat rekomendasi
dari pengeluaran untuk setiap aktivitas program dan untuk menetukan unit keputusan
mana yang menganggap pencapaian tujuan program terbaik.
Teori sistem terbuka memulai dengan analisis dengan organisasi secara keseluruhan
dan meneliti perilaku individu dengan melihat lokasi dan fungsi pada sistem yang
lebih besar. Tipologi interaktif yang menyatukan banyak jaringan internal dan
eksternal sosial, politik, dan ekonomi
Ketentuan mengenai jenis dan mutu pelayanan dasar yang berhak diperoleh oleh
setiap warga secara minimal terutang dalam standar pelayanan minimal (SPM).
Menurut permendagri Nomor 6 Tahun 2007 dalam Pasal 4, pelayanan dasar adalah
bagian dari pelaksanaan urusan wajib pemerintah dan memiliki karakteristik sebagai
pelayanan yang sangat mendasar, berhak diperoleh oleh setiap warga secara minimal,
dijamin ketersediaanya oleh konstitusi dan konvensi internasional; didukung data dan
informasi terbaru yang lengkap; serta tidak menghasilkan keuntungan materi. SPM
memiliki batas waktu pencapaian baik secara nasional maupun daerah. Jdai SPM,
merupakan bentuk dokumen teknis dari penyediaan pelayanan dasar, sedangkan
pelanan dasar merupakan bagian dari urusan wajib pemerintah.
Kesimpulan
DAFTAR PUSTAKA
Halim, Abdul dan Syam Kusufi. 2012. “Teori, konsep, dan Aplikasi Akuntansi Sektor
Publik dari Anggaran Hingga Laporan Keuangan dari Pemerintah Hingga Tempat
Ibada”. Jakarta. Salemba Empat