Anda di halaman 1dari 15

Teori dan Konsep Penganggaran Sektor Publik

AKUNTANSI SEKTOR PUBLIK

Disusun Oleh :
WILHAM HERLIANDRA 170301049
RIDHO PRAMANA AJI 170301054
DION AULIA MAHFAZA 170301086

Program Studi Akuntansi


Fakultas Ekonomi dan Bisnis
Universitas Muhammadiyah Riau

KATA PENGANTAR
Puji dan syukur penulis ucapkan kepada Allah SWT yang telah memberikan rahmat dan

hidayahNya sehingga penulis dapat menyelesaikan makalah yang berjudul ” NEGARA DAN
PEMERINTAH SEBAGAI SASARAN AKUNTANSI SEKTOR PUBLIK”, bapak
Muhammad Ahyaruddin, SE.,M.Sc.,AK selaku Dosen mata kuliah Akuntansi Sektor Publik
yang telah memberikan tugas ini kepada kami.

Berbagai sumber referensi dasar dan esensial yang relevan dari buku Akuntansi Sektor
Publik serta berbagai informasi yang terdapat di internet memang sengaja dipilih dan
digunakan untuk memperkuat pembahasan dan membangun karangka penyajian yang
komperehensif , agar mudah dipahami dan dapat memenuhi harapan pembaca.
Kami menyadari bahwa makalah ini masih mempunyai kekurangan baik dari segi
teknis maupun isi, oleh karena itu penulis mengharapkan kritik dan saran yang bersifat
membangun demi pembuatan makalah selanjutnya. Oleh karena itu, penulis berharap agar
makalah ini dapat dijadikan sebagai bahan pembelajaran dan berguna bagi pembacanya.

Pekanbaru, 10 Oktober 2019

Penulis
BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Akuntansi sektor publik memiliki kaitan yang erat dengan penerapan dan perlakuan
akuntansi pada domain publik. Domain publik memiliki wilayah yang lebih luas dan
kompleks dibandingkan dengan sektor swasta, yaitu baik dalam hal bentuk organisasi
yang berada di dalamnya maupun lingkungan yang memengaruhinya. Secara
kelembagaan, domain publik antara meliputi badan-badan pemerintahan (pemerintah
pusat dan pemerintahan daerah serta unit kerja pemerintah), perusahaan milik negara
(BUMN dan BUMD), yayasan, organisasi politik dan organisasi massa, lembaga
swadaya masyarakat (LSM), universitas, dan organisasi nirlaba lainnya.

Istilah “sektor publik” dari sudut pandang ilmu ekomoni dapat dipahami sebagai suatu
entitas yang aktivitasnya berhubungan dengan usaha untuk menghasilkan barang dan
layanan publik dalam rangka memenuhi kebutuhan dan hak publik (Mardiasmo,
2009). Makna publik yang akan dibahas dalam makalah ini adalah negara (pemerintah
pusat) dan pemerintah daerah (baik provinsi maupun kabupaten/kota). Hal ini sesuai
dengan apa yang dijelaskan oleh joedono (2000) dan Halim dan Kusufi (2012) bahwa
istilah sektor publik tertuju pada sektor negara., usaha-usaha negara, dan organisasi
nirlaba negara. Selain itu juga, Abdullah (1996) masih dalam Halim dan Kusufi
(2012) berpendapat bahwa yang dimaksud dengan sektor publik adalah pemerintah
dan unit-unit organisasinya, yaitu unit-unit yang dikelola pemerintah dan berkaitan
dengan hajat hidup orang banyak atau pelayanan kepada masyarakat, seperti
kesehatan, pendidikan, dan keamanan. Dengan demikian, cukup berlasan bahwa
istilah sektor publik dapat bernotasi perpajakan, berkorasi atau pemerintah.

Negara dan pemerintah sebagai sasaran akuntansi sektor publik terutama kaitan nya
dengan pengelolaan keuangan negara yang diatur dalam UU Nomor 17 tahun 2003
tentang Keuangan Negara. Undang-undang tersebut mengatur tentang prinsip-prinsip
pengelolaan keuangan negara sebagai dasar pelaksanaan reformasi manajemen
keuangan pemerintahan. Prinsip-prinsip tersebut sekaligus memperkokoh landasan
pelaksanaan desentralisasi dan otomi daerah yang telah dimuat dalam UU Nomor 22
Tahun 1999 tentang Pemerintah Daerah yang telah disempurnakan dalam UU Nomor
32 Tahun 2004, dan UU Nomor 25 Tahun 1999 yang disempurnakan dalam UU
Nomor 33 Tahun 2004, yang mengatur kewenangan dan sistem perimbangan
keuangan pemerintah pusat dan pemerintah daerah.

2.1 Rumusan Masalah


1. Apa yang dimaksud dengan Negara dan Pemerintah ?
2. Bagaimana ruang lingkup keuangan negara?
3. Apa asas-asas umum pengelolaan keuangan negara?
4. Bagaimana kekuasaan atas keuangan negara?
5. Apa yang dimaksud dengan APBN ?
6. Apa yang dimaksud dengan APBD?
7. Bagaimana pelaksanaan APBN dan APBD ?
8. Bagaimana pertanggung jawaban pengelolaan keuangan negara?
9. Bagaimana kondisi perencanaan penganggaran di Indonesia saat ini ?
10. Bagaimana revolusi sistem perencanaan penganggaran di Indonesia ?
11. Bagaimana kondisi factual penerapan akuntansi sektor publik (pemerintah) di
Indonesia ?
12. Apa tantangan pada masa depan ?

3.1 Tujuan Makalah


1. Untuk mengetahui negara dan pemerintah
2. Untuk memahami ruang lingkup keuangan negara
3. Untuk mengetahui asas-asas umum pengelolaan keuangan negara
4. Untuk memahami kekuasaan atas keuangan negara
5. Untuk memahami APBN
6. Untuk memahami APBD
7. Untuk mengetahui pelaksanaan APBN dan APBD
8. Untuk mengetahui pertanggung jawaban pengelolaan keuangan Negara
9. Untuk mengetahui kondisi perencanaan penganggaran di Indonesia saat ini
10. Untuk mengetahui revolusi sistem perencanaan penganggaran di Indonesia
11. Untuk mengetahui kondisi factual penerapan akuntansi sektor publik
(pemerintah) di Indonesia
12. Untuk mengetahui tantangan di masa depan
BAB II
KAJIAN TEORI

1.2 Pengertian Anggaran Sektor Publik


Anggaran merupakan pernyataan mengenai estimasi kinerja yang hendak
dicapai selama periode waktu tertentu yang dinyatakan dalam ukuran
finansial…(Mardiasmo, 2009:61)

Anggaran adalah rencana kegiatan yang diwujudkan dalam bentuk finansial,


meliputi usulan pengeluaran yang diperkirakan untuk suatu periode waktu,
serta usulan cara-cara memenuhi pengeluaran tersebut. (Sugijanto dkk.,
1995:22)

…sebagai paket pernyataan perkiraan penerimaan dan pengeluaran yang


diharapkan akan terjadi dalam satu atau beberapa periode mendatang.
(Bastian, 2006: 163)

Jika dicermati ketiga definisi di atas memiliki persamaan dan perbedaan. Ketiga
definisi di atas sama-sama menyatakan bahwa anggaran adalah untuk periode waktu
tertentu di masa mendatang. Hal ini menegaskan anggaran disusun atau hanya
menggambarkan kondisi yang ingin dicapai di masa mendatang selama periode waktu
tertentu. Selain itu, tiga definisi tersebut menggunakan istilah berbeda dalam
menjelaskan isi dari anggaran, namun memiliki makna yang hampir sama, yaitu
definisi pertama menggunakan istilah “…pernyatanaan estimasi kinerja…”, definisi
kedua”…rencana kegiatan…”, dan definisi ketiga “…pernyataan perkiraan…”.
Semua istilah tersebut bermakna sama yaitu bahwa anggaran berisi estimasi, rencana
dan perkiraan di masa mendatang. Sedangkan, dua definisi pertama menegaskan
bahwa anggaran harus dinyatakan dalam ukuran finansial, sehingga rencana kegiatan
atau kinerja atau perkiraan berupa nonfinansial tidak termasuk dalam anggaran.

Perbedaan mendasar dari tiga definisi diatas, adalah lingkup dari isi anggaran.
Definisi pertama lebih bersifat umum yaitu bahwa anggaran berisi estimasi kinerja.
Definisi kedua mengkhususkan isi anggaran hanya untuk usulan pengeluaran saja.
Sedangkan, definisi ketiga menyatakan bahwa anggaran tidak hanya berisi perkiraan
pengeluaran saja melainkan juga berisi perkiraan penerimaan.

Berdasakan penjelasan diatas, dapat disimpulkan bahwa definisi anggaran adalah


dokumen yang berisi estimasi kinerja, baik berupa penerimaan dan pengeluaran, yang
disajikan dalam ukuran moneter yang akan dicapai pada periode waktu tertentu dan
menyertakan data masa lalu sebagai bentuk pengendalian dan penilaian kinerja.
2.2 Fungsi Anggaran Sektor Publik
1. Anggaran sebagai alat perencanaan
Mardiasmo (2009) menyatakan bahwa anggaran merupakan alat perencanaan
manajemen untuk mencapai tujuan organisasi sehingga organisasi akan tahu apa yang
harus dilakukan dan kearah mana kebijakan akan dibuat. Anggaran sebagai alat
perencanaan digunakan untuk :
a. Merumuskan tujuan serta sasaran kebijakan agar sesuai dengan visi dan misi
yang ditetapkan
b. Merencanakan berbagai program dan kegiatan untuk mencapai tujuan
organisasi serta alternative pembiayaan
c. Mengalokasikan dana pada berbagai program dan kegiatan yang telah disusun
d. Menentukan indikator kinerja dan tingkat pencapaian strategi
2. Anggaran sebagai alat pengendalian
Anggaran sebagai instrument pengendalian digunakan untuk menghindari adanya
pengeluaran yang terlalu besar, terlalu rendah, salah sasaran, atau adanya penggunaan
yang tidak semestinya. Pengendalian anggaran sektor publik dapat dilakukan dengan
empat cara, yaitu :
a. Membandingkan kinerja actual dengan kinerja yang dianggarkan
b. Menghitung selisih anggaran
c. Menemukan penyebab yang dapat dikendalikan dan tidak dapat dikendalikan
atas suatu varians
d. Merevisi standar biaya atau target anggaran untuk tahun berikutnya
3. Anggaran sebagai alat kebijakan fiskan
Digunakan untuk menstabilkan ekonomi dan mendorong pertumbuhan ekonomi.
Melalui anggaran sektor publik dapat diketahui arah kebijakan fiscal pemerintah,
sehingga dapat dilakukan prediksi dan estimasi ekonomi.
4. Anggaran sebagai alat politik
Pada sektor publik, anggaran merupakan dokumen politik sebagai bentuk komitmen
eksekutif dan kesepakatan legislative atas penggunaan dana publik untuk kepentingan
tertentu. Anggaran digunakan untuk memutuskan prioritas-prioritas dan kebutuhan
keuangan terhadap prioritas tertentu.
5. Anggaran sebagai alat koordinasi dan komunikasi
Melalui dokumen anggaran komprehensif, sebuah bagian atau unit kerja atau
departemen yang merupakan sub-organisasi dapat mengetahui apa yang harus
dilakukan dan apa yang akan dilakukan oleh bagian/unit kerja lainnya. Oleh karena
itu, anggaran dapat digunakan sebagai alat koordinasi dan komunikasi antara dan
seluruh bagian dalam pemerintahan.
6. Anggaran sebagai alat penilaian kinerja
Kinerja eksekutif dinilai berdasarkan pencapaian target anggaran, efektivitas dan
efisiensi pelaksanaan anggaran. Kinerja manajer publik dinilai berdasarkan beberapa
hasil yang dicapai dikaitkan dengan anggaran yang telah ditetapkan. Anggaran
merupakan alat yang efektif untuk pengendalian dan penilaian kinerja.
7. Anggaran sebagai alat motivasi
Anggaran dapat digunakan sebagai alat untuk memotivasi manajer dan stafnya agar
dapat bekerja secara ekonomis, efektif, dan efisien dalam mencapai target dan tujuan
organisasi yang ditetapkan.
8. Anggaran sebagai alat untuk menciptakan ruang publik
Fungsi ini hanya berlaku pada organisasi sektor publik, karena pada organisasi swasta
anggaran merupakan dokumen rahasia yang tertutup untuk publik. Keterlibatan
langsung masyarakat dalam proses penganggaran dapat dilakukan mulai dari proses
penyusunan perencanaan pembangunan maupun rencana kerja pemerintah (daerah),
sedangkan keterlibatan secara tidak langsung dapat melalui perwakilan mereka di
lembaga legislative.

3.2 Tujuan dan Karakteristik Anggaran Sektor Publik


Anggaran bagi sektor publik adalah alat untuk mencapai tujuan dalam rangka
memberikan pelayanan kepada masyarakat/rakyat yang tujuannya adalah untuk
meningkatkan pelayanan publik dan kesejahteraan masyarakat. Anggaran sektor
publik memiliki karakteristik sebagai berikut :
1) Anggaran dinyatakan dalam satuan keuangan
2) Anggaran umumnya mencakup jangka waktu tertentu, satu atau beberapa
tahun, jangka pendek, menengah atau panjang
3) Anggaran berisi komitmen atau kesanggupan manajemen untuk mencapai
sasaran yang ditetapkan
4) Usulan anggaran ditelaah dan disetujui oleh pihak berwenang yang lebih
tinggi dari penyusun anggaran
5) Sekali disusun, anggaran hanya dapat diubah dalam kondisi tertentu

4.2 Prinsip-prinsip Dalam Penganggaran Sektor Publik


Diperlukan prinsip-prinsip yang menjadi pedoman bagi organisasi publik dan/atau
pemerintah dalam penyususnannya. Beberapa prinsip tersebut, adalah sebagai berikut
(Mardiasmo, 2009:67-68)

1. Otorisasi oleh legislative


2. Komprehensif/menyeluruh
3. Keutuhan anggaran
4. Nondiscretionary appropriation
5. Periodic
6. Akurat
7. Jelas
8. Transparan
5.2 Pendekatan Penganggaran Pada Sektor Publik

Sistem perencanaan anggaran publik berkembang dan berubah sesuai dengan


perkembangan manajeman sektor publik dan tuntutan yang muncul dalam masyarakat
pada sektor publik. Pendekatan-pendekatan tersebut adalah sebagai berikut

1. Pendekatan tradisional.
2. Pendekatan New Public Manajemen.

Pendekatan Tradisional

Anggaran tradisional merupakan pendekatan yang banyak digunakan dinegara


berkembang ciri-ciri pendekatan nasional yaitu

1. Cara penyusunan anggaran berdasarkan pendekatan incrementalism


2. Struktur dan susunan anggaran bersifat line-item
3. Cenderung sentralistis
4. Bersifat spesifikasi
5. Tahunan
6. Menggunakan prinsip-prinsip anggaran bruto

Pendekatan tradisional teriri atas tiga proses, sebagai berikut:

1. Pihak lembaga yang memerlukan anggaran mengajukan permintaan anggaran


kepada kepala ekslusif dan anggaran tersebut diperinci berdasarkan jenis
pengeluaran dibuat.
2. Kepala ekslusif mengumpulkan permintaan anggaran dari berbagai lembaga,
lalu anggaran ini dimodifikasi oleh kepala eklusif.
3. Setelah merevisi jumlah permintaan, pihak legislatif kemudian menuliskan
jumlah anggaran yang disetujui dengan mengguanakan pendekatan tradisional.

Ciri anggaran tradisional adalah incrementalism dan line-item.Anggaran tradisional


bersifat incrementalism yaitu jumlah anggaran tahun tertentu dihitung berdasarkan
jumlah tahun sebelumnya. Pendekatan ini dapat menyebabkan tidak terpenuhnya riil,
dan juga mengakibatkan kesaihan yang terus berlanjut. Masalah utamanya dalam
anggaran adalah tidak diperhatikanya konsep value for money. Akibatnya, setiap akhir
tahun anggaran sering kali terjadi kelebihan anggaran yang pengalokasinya kemudian
dipaksakan pada aktivitas-aktivitas yang kurang penting. Aktivitas ini dimaksudkan
untuk menghabiskan sisa anggaran.

Ciri lain tradisional adalah bersifat line-item jenis anggaran ini relatif dianggap paling
tua dan banyak mengandung kelemahan.namun kelemahan tersebut tidak adanya
informasi yang memadai bagi pembuat keputusan, terlalu berorientasi pada
pengendalian dan kurang memperhatikan proses perencanaan dan evaluasi.
Pendekatan New Public Manajemen

New Public Manajemenberfokus pada manajemen sektor publik yang berorientasi


pada kinerja bukan pada kebijakan. Oleh karena itu , bagian dari reformasi dari new
publik management adalah dengan kemunculanya dalam Manajemen Berbasis
Kinerja. Fokus manajemen berbasis kinerja adalah pengukuran kinerja organisasi
sektor publik yang berorientasi pada pengukuran hasil, bukan lagi sekedar
pengukuran input atau output saja.

Berikut karakteristik ummum sebagai berikut :

1. Komperhensif
2. Teritegrasi dan lintas departemen
3. Proses pengambilan keputusan yang rasional
4. Bersifat jangka panjang
5. Spesifikasi tujuan dan pemeringkatan prioeitas
6. Analisis total cost dan benefit
7. Berorientasi pada input, output, dan outcome, bukan sekadar input.
8. Adanya pengawasan kerja

Ada beberapa teknik penganggaran dalam sektor publik,alah sebegai berikut

1. Anggaran kinerja
Dengan pendekatan kinerja disusun untuk mengatasi berbagai kelemahan yang
terdapat dalam anggaran tradisional, khususnya kelemahan yang disebabkan
oleh tidak adanya tolok ukur yang dapat digunakan untuk mengukur kinerja
dalam pencapaian tujuan dan sasaran pelayanan publik.
2. Program budgeting
Pendekatan ini menekankan pada efektivitas penyusunan anggaran. Anggaran
disusun berdasarkan pekerja atau tugas yang akan dijalankan. Teknologi ini
tergantung pada metodologi-metodologi dari program permalan dan analisis
sistem.
3. Zero bassed budgeting (ZBB)
Dalam penyusunan Zero bassed budgeting tahun ini, tidak berdasarakan pada
tahun lalu namun berdasarkan kebutuhan saat ini.
.
4. Planing programing and budgeting system (PPBS)
Merupakan suatu anggaran dimana pengeluaran secara primer dikelompokan
dalam aktivitas-aktivitas yang didasarkan pada program kerja dan secara
sekunder didasarkan pada jenis atau karaker objek dan kinerja.

6.2 Perkembangan Teori Penganggaran Sektor Publik

Perkembangan teori penganggaran publik baru-baru ini dijelaskan secara detail oleh
Gibran dan Sekwat (2009) dalam paper-nya yang berjudul “continuing the search
fotr theory of public budgeting” pada mulanya dujelaskan tentang sejarah pemikiran
teori penganggaranpublik beserta kelemahan mendasarnya, dan kemudian dengan
menjelaskan sejumlah alasan dan agrumentasi untuk menawarkan perkembangan teori
penganggaran yang lebih heuristics yang menggabungkan aspek rasional dengan
mengambil dari teori terbuka (open system theory). Tujuan dari subab ini adalah
untuk membersihkan gambaran tentang sejarah pemikiran dan perkembangan teori
penganggaran sampai dengan saat ini serta kemudian pengembanganya dimasa
mendatang berdasarkan saran yang dikemukakannya.

Gibran dan Sekwat menyatakan bahwa perkembngan teori penganggran selama ini
hanyalah proses mekanikal yang hanya untuk mengalokasikan sejumlah uang, tanpa
memperhatikan pertanyaan normatif dan nilai-nilai sosial politik yang melingkupnya,
dan oleh karena itu, perlu untuk dikaji ulang teoi penganggaran yang ada saat ini
sehingga dirasa perlu arah alternatif baru dalam pengembangan teori penganggaran
yang ada saat ini sehingga dirasa perlu arah alternatif baru dalam pengembangan teori
penganggaran yang akan memberikan potnesi besar terbentuknya teori penganggaran
yang lebih heuristics.

Untuk mengarahkan kembali pengembangan teori penganggaran, perlu untuk


memahami terlebih dahulu apa yang dimaksud dengan sebuah teori dan apa
konstribusinya untuk sebuah disiplin ilmu. Gibran dan Sekwat menggunakan defenisi
teori menurut bacharach (1999) yang menyatakan bahwa teori adalah sebuah
pernyataan tentang hubungan-hubungan dalam dunia nyata yangdibuat dalam rangka
kepercayaan/keyakinan tentang bagaimana dunia ini bekerja. Teori harus dapat
menjawab pertanyaan seperti bagaimana, kapan, dan mengapa serta menyediakan
sebuah model umum yang membantu peneliti memformulasikan berbagai macam
pertanyaan yang dapat menyederhanakan kompleksitas realitas. Anggaran Bacharach
menyatakan secara tidak langsung bahwa sebelum dapat memahami apa yang
dimaksud dengan penganggaran publik, dibutuhkan sebuah teori tentang
penganggaran yang membantun untuk menyederhanakan realitas penganggaran
puublik dalam usaha untuk memahami bagaimana, kapan, dan mengapa pemerintah
menganggarkan. Gibran dan Sekwat berpendapat bahwa teori penganggaran ini
sejauih ini belum lengkap karena teori yang ada hanya menyediakan jawaban-jawaban
parsial terhadap pertanyaan bagaimana,kapan, dan mengapapemerintah menyusun
anggaran dengan cara yang mereka lakukan.

Gibran dan Sekwat mencatat bahwa historis pengaruh aru pemikiran yang
menekankan pada analisis sains dan kemajuan teknologi terhadap perkembangan teori
penganggaran publik pada priode tahun 1896-1920 berhasil memisahkan bentuk
penganggaran dari nilai-nilai, perilaku, makna, dan lingkungan sosial politik. Teori
penganggaran publik tidak lepas dari perkembangan teori administrasi publik dan
teori organisasi. Pada pemikir masa priode tersbut berhasil menunjukan masalah-
masalah ketidakefesienan dan efektivitas oprasional pemerintahan dengan
menggunakan instrumen-instrumen yang dibangun dengan rasionalitas teknikal.
Pelaku gerakan pembaruan diinspirasi oelh Woodrow Wilson (1987), Frank Goodnow
(1990) , Leonard white (1926), dan Luther gullick dan Lydnall Urwick (1937). Para
pemikir pada awalnya terpanggil untuk memperbaiki metode teknikal dan
administrasi sehingga mnenjadikan oprasional dari pemerintah menjadi lebih seperti
bisnis.konsekuesi dari lingkungan intelektual mereka membantu perkembangan
pandangan dualistirk. Pandangan ini membedakan secara tajam antara fakta-fakta
dengan nilai-nilai, struktur dan perilaku, makna dan tujuan akhir, politik dan
administrasi. Dikotomi mempunyai pengaruh yang tegas dan kuat pada teori dan
praktik penganggaran.

Lewis (1997, hlm 157-159 , dalam Gibran dan Sekwat) menunjukan fakta bahwa
gerakan manajemen sains dan manajemen administratif berpengaruh signifikan dalam
membentuk kekuatan politik dan ideologi sehingga menuntut diberlakunya budgeting
and acounting ach 1921. Pembaru awal tersebut mendukung pembatasan cakupan
aktivitas pemerintah untuk menyimpan dana. Kemudian sistem penganggaran yang
dihasilkan budgeting acounting arc 1921 berfokus pada pengendalian. Undang-
undang ini menerapkan line –item budget yang terpusat pada eksekutif dengan
membentuk sebuah dinas yang dinamakan dengan general accounting office yang
memiliki kemampuan teknis untuk membantu kongres (lembaga legsilatif) dalam
pembuatan keputusan anggaran.

Line budget membagi pengeluaran (belanja) kedala item-item yang rinci dari belanja
pemerintah yang tampak lebih mengutamakan untuk pengendalian biaya dan
meningkatkan efesiensi sehingga menghasilkan disiplin fiskal. Para pemikir pada saat
ini meyakini bahwa disiplis fiskal yang lebih besar mensyaratkan sentralistis,
manajeman top-down, dan secara alamiah meyakini bahwa pertanggungjawaban
anggaran seharusnya melekat pada sksekutif. Sebagai konsekuensi, line item budget
memfokuskan pada item-item belanja daripada tujuan atau fungsi dari belanja, maka
metode ini tidak memberikan perahatian pada dasar pengalokasian sumber daya dan
penjelasan berdasa aktivitas anggaran sehinga pendekatan ini tidak mempunyai nilai
prediktif.

Metode penganggaran program pertama kali diperkenalkan olejh pemerintah


Amerika Serikat pada 1960 an. Pemerintah federal Amerika Serikat menggantikan
penganggaran kinerja dengan penganggaran program. Metode penganggaran baru ini
menekankan bahwa keputusan penganggaran haurs didasarkan pada tujuan atau
output dari aktivitas pemerintah daripada input untuk menghasilkan barang dan jasa
pemerintah. Teknologi penganggaran ini tergantung pada metodologi dari program
peramalan dan analisis sistem, dan seperti diutarakan oleh pilegge, metode ini adalah
penganggaran yang paling canggih

Reformasi besar anggaran selanjutnya datang ditahun 1970 an dalam bentuk zero-
bassed budgeting. Metodologi ini dirancang untuk menungkatkan kemampuan
pengambilan keputusan untuk membandingkan lebih dari satu tingkat rekomendasi
dari pengeluaran untuk setiap aktivitas program dan untuk menetukan unit keputusan
mana yang menganggap pencapaian tujuan program terbaik.

Teori sistem terbuka memulai dengan analisis dengan organisasi secara keseluruhan
dan meneliti perilaku individu dengan melihat lokasi dan fungsi pada sistem yang
lebih besar. Tipologi interaktif yang menyatukan banyak jaringan internal dan
eksternal sosial, politik, dan ekonomi

Gibran dan Sekwat menyarankan 4 agrumentasi sebagai berikut

1. Teori penganggaran seharusnya selalu sadar bagaimana individu bereaksi,


lokasi mereka ,fungsi dan interaksi pada sebuah sistem yang lebih besar
2. Kebijakan tentang penganggaran seharusnya pertama kali dilanjutkan ke
makro, kemudian hasil dari sistem penganggaran seharusnya memandang
anggaran hanya sebagai hasil dari sitem yang dinamis dari multirasionalitas
yang mengoperasikan secara berbeda dalam bagian yang berbeda atas proses
penganggaran
3. Sebuah teori tentang penganggaran seharusnya menjelaskan bagaimana
interaksi antara makro pemerintah mempengaruhi prilaku partisipan pada
subsistem penganggaran dan membantu untuk menentukan kekuatan apa yang
mempengaruhi tujuan kebijakan,bagaimana tujuan penganggaran diundang,
dan apa yang cocok serta hasil yang dihasilkan dari interaksi ini.
4. Tingkat pemisahan atas subsistem penganggaran dengan menerapkan tingkat
rasionlitas yang berbeda, model ini menyediakan kita dengan sebuah metode
yang menguatkan beberapa masalah metodologi pada teori penganggaran
tradisonal.

7.2 Penganggaran dan Standar Pelayanan Minimal (SPM)

Ketentuan mengenai jenis dan mutu pelayanan dasar yang berhak diperoleh oleh
setiap warga secara minimal terutang dalam standar pelayanan minimal (SPM).
Menurut permendagri Nomor 6 Tahun 2007 dalam Pasal 4, pelayanan dasar adalah
bagian dari pelaksanaan urusan wajib pemerintah dan memiliki karakteristik sebagai
pelayanan yang sangat mendasar, berhak diperoleh oleh setiap warga secara minimal,
dijamin ketersediaanya oleh konstitusi dan konvensi internasional; didukung data dan
informasi terbaru yang lengkap; serta tidak menghasilkan keuntungan materi. SPM
memiliki batas waktu pencapaian baik secara nasional maupun daerah. Jdai SPM,
merupakan bentuk dokumen teknis dari penyediaan pelayanan dasar, sedangkan
pelanan dasar merupakan bagian dari urusan wajib pemerintah.

Dalam mengukur kemampuan keuangan, pemerintah harus mengetahui kondisi


anggaran sebelum diimplementasikannya SPM. Anggaran ini memiliki peran penuh
dalam implementasi SPM. Oleh karena itu, perlu untu menghitung besarnya belanja
per kapita untuk menyediakan pelayanan publik tertentu sehingga dapat memberikan
gambaran kebutuhan anggaran yang diperlukan untuk membiayai SPM.

Adapun tahapan mekanisme penganggaran kegiatan-kegiatan untuk tercapainya SPM


adalah sebagai berikut :

1. Menyelaraskan antara capaian SPM yang terdapat di RPJMD dengan


program-program urusan wajib pemerintah ke dalam kebijakan umum
anggaran ( KUA) serta prioritas anggaran sementara (PPAS)
2. Menyusun rincian kegiatan untuk masing-masing program dalam rangka
pencapaian SPM dengan mengacu pada indikator kinerja, dan batas waktu
pencapaian SPM yang telah ditetapkan oleh pemerintah
3. Menentukan urutan prioritas kegiatan-kegiatan untuk mencapai SPM. Salah
satu metode untuk menetukan prioritas kegiatan adalah dengan mtode analytic
hierarchyproces (AHP)
4. Menentukan besarnya plafon anggaran untuk masing-masing kegiatan dengan
menggunakan ASB.

Sebagaimana dijelaskan diatas, penganggaran memiliki peranan yang penting dalam


kesuksesan penerapan SPM. Tanpa anggaran yang memadai dan mencukupi,
pemerintah tidak dapat melaksanakan SPM sesuai dengan yan telah ditetapkan. Oleh
karena itu, harus memperhatikan prinsip-prinsip perhitungan anggaran pada SPM ,
meskipun menggunakan pendekatan pembiayaan berbasis kegiatan sebagai berikut :

1. Pembiayaan mengacu pada program/langkah kegiatan.


2. Invesatasi fisik hanya untuk sarana/prasarana yang terkait langsung dengan
penerapan SPM.
3. Tidak menghitung kebutuhan belanja secara keseluruhan dan mnghitung
seluruh langakah kegiatan tanpa memandang sumber daya.
4. Perhitungan biaya dengan memperhatikan capaian sebelumnya
5. Tidak menghitung kebutuhan belanja per unit kerja.
BAB III
PENUTUP

Kesimpulan
DAFTAR PUSTAKA

Halim, Abdul dan Syam Kusufi. 2012. “Teori, konsep, dan Aplikasi Akuntansi Sektor
Publik dari Anggaran Hingga Laporan Keuangan dari Pemerintah Hingga Tempat
Ibada”. Jakarta. Salemba Empat

Anda mungkin juga menyukai