Anda di halaman 1dari 10

Jurnal Administrasi Bisnis

Volume X, Nomor X, Bulan 201X, pp. 155-164


P-ISSN: 2252-3294 E-ISSN: 2548-4923

Analisis kesehatan Keuangan dengan Menggunakan Metode Altman Z-


Score Pada PT Tiga Pilar Sejahtera Food Tbk
Apriatni Endang Prihatini1,*, Dinalestari Purbawati2
1,2
Departemen Administrasi Bisnis, FISIP, Universitas Diponegoro, Semarang, Indonesia
*Email: apriatni_ep@yahoo.co.id

Abstract: Annual report information is needed for investors to determine the rate of return on paid up capital
to the company and to predict the level of risk. Based on the consolidated annual report, PT Tiga Pilar
Sejahtera Food Tbk (TPSF) did not show good financial performance, so it was unable to pay dividends. This
study is descriptive, which is to find out the financial health of TPSF for the period of 2016 to 2019. The method
of analysis used the Altman Z-Score which was equipped with a profitability ratio. The data used was secondary
data obtained from official company sources, specifically the 2016 to 2019 annual report data. The results
show that the company's financial condition from 2016 to 2019 was in the bankruptcy category. This condition
is also strengthened by a comparative analysis of profitability ratios that shows its inability to make a profit.
The increasing of company’s ability to earn profits began to occur in 2019, however the financial condition
was still in the bankruptcy category. It is recommended that companies prioritize strategies that can increase
profits from the main business

Abstraksi: Informasi laporan tahunan diperlukan bagi para investor, untuk mengetahui tingkat pengembalian
dana yang disetorkan kepada perusahaan, serta memprediksi tingkat risiko. Berdasarkan laporan tahun
konsolidasi, kondisi keuangan PT Tiga Pilar Sejahtera Food Tbk (TPSF), tidak menunjukan kinerja yang baik,
sehingga tidak mampu membayar dividen. Penelitian ini bersifat diskriptif, yaitu dimaksudkan untuk
mengetahui kondisi kesehatan TPSF untuk periode tahun 2016 hingga 2019. Metode analisis menggunakan
Altman Z-Score dilengkapi dengan rasio profitabilitas. Penelitian ini menggunakan data sekunder yang
diperoleh dari data resmi perusahaan, yaitu data laporan tahunan 2016 hingga tahun 2019. Hasil penelitian
menunjukan bahwa kondisi keuangan perusahaan periode tahun 2016 sampai dengan 2019 berada pada
kategori kebangkrutan. Diperkuat dengan analisis perbandingan rasio profitabilitas, menunjukkan
ketidakmampuan memperoleh keuntungan. Peningkatan kemampuan memperoleh keuntungan, mulai terjadi
di tahun 2019, walau demikian, kondisi keuangan, masih dalam kategori kebangkrutan Disarankan perusahaan
lebih mengutamakan strategi-strategi yang dapat meningkatkan keuntungan yang berasal dari usaha pokok.

Kata kunci: Kebangkrutan; Kesehatan Keuangan; Dampak Informasi; Tingkat Risiko

Pendahuluan pemegang saham. Dalam hal terjadi kerugian


dari operasi usaha, maka pemegang saham
PT Tiga Pilar Sejahtera Food Tbk tidak akan mendapatkan bagian keuntungan
(TPSF), beroperasi sejak 1959, dengan atau dividen.
memiliki core bisnis di bidang bahan Pada tahun 2016 hingga tahun 2019,
makanan. Pada awalnya perusahaan dilihat dari laporan keuangan, perusahaan
memproduksi bihun cap “Cangak Ular” di mengalami perubahan keuntungan/kerugian
Sukoharjo, Jawa Tengah, selanjutnya
yang signifikan. Data perubahan
berkembang dengan produksi beragam bahan keuntungan/kerugian TPSF ditunjukkan pada
makanan. Pada tahun 1992, dipimpin oleh Tabel 1.
Priyo Hadisutanto, diformulasikan dalam
bentuk badan hukum Perseroan Terbatas. Dimulai dari tahun 2017, prosentase
Sesuai Undang-undang no 40 tahun 2007, perubahan laba/rugi, mengalami kerugian
sebagai perusahaan dengan badan hukum sebesar 827,76%. Tahun 2018, masih
Perseroan Terbatas, didirikan untuk mengalami kerugian, walaupun tingkat
melakukan aktivitas usaha bermodal dasar kerugian lebih rendah dibanding tahun 2017.
dalam bentuk saham. TPSF sebagai PT Tahun 2019, operasi perusahaan mengalami
Terbuka (Tbk) memiliki kewajiban memenuhi perkembangan, hingga menghasilkan
kewajiban pembayaran dividen kepada keuntungan.

Received: 18-02-2021; Revised: 21-09-2021; Accepted: 22-09-2021; Published: 30-09-2021; Available


online: 30-09-2021 DOI: https://doi.org/10.14710/jab.v10i2.36791 | 155
156 | Jurnal Administrasi Bisnis, Volume 10, Nomor 2, September 2021

Tabel 1. Laba/rugi PT TPSF Tahun 2016-2019 (000)


Tahun Laba/Rugi Bersih (Rp) Perubahan (Rp) % Perubahan Laba/rugi
2016 719.228.000 - -
2017 (5.234.288.000) (5.953.516.000 (827,76)
2018 (123.510.000) 5.110.778.000 (97,64)
2019 1.134.780.000 1.258.290.000 (1.018,77)

Sumber: Laporan keuangan PT Tiga Pilar Sejahtera Food, Tbk, tahun 2016-2019

membaik. Struktur modal perusahaan,


Kondisi keuangan dipengaruhi oleh
menjadi permasalahan yang berat, karena
permasalahan internal perusahaan, dikutip
sejak tahun 2017 hingga tahun 2019,
dari laporan keuangan tahun 2018, yaitu
perusahaan mengalami total ekuitas negatif.
penolakan oleh pemegang saham atas Laporan
Hal ini terjadi dikarenakan pada tahun 2017
Tahunan periode 2017 serta diberhentikannya
dan 2018 emiten AISA (PT TPSF) disuspensi
direksi dalam Rapat Umum Pemegang Saham
oleh Bursa Efek Indonesia (BEI) karena hasil
(RUPS) pada 27 Juli 2018. Sejak tanggal 5
audit oleh Akuntan Publik (KAP) atas laporan
Juli 2018, perusahaan mengalami gagal bayar
keuangan menghasilkan opini
atas bunga obligasi serta Sukuk Ijarah TPS
DISCLAIMER, dan laporan keuangan juga
Food 1 tahun 2013. Atas kegagalan tersebut,
ditolak pada RUPS. Hal ini menunjukkan
perusahaan mengajukan Permohonan
bahwa laporan keuangan tidak memenuhi
Penundaan Kewajiban Pembayaran Utang
standar PABU dan SAK.
(PKPU). Selanjutnya atas permasalahan
tersebut, pada tanggal 23 Mei 2019, Penelitian terdahulu oleh Dahni (2019)
Berdasarkan putusan hukum telah yang melaksanakan penelitian untuk
memutuskan secara sah rencana perdamaian menganalisis kondisi keuangan PT TPSF pada
antara PT Tiga Pilar Sejahtera Food Tbk. tahun 2015-2017, menggunakan pendekan
dengan para kreditornya yang di dalamnya Model Altman Z-Score menunjukkan bahwa
berisi kesepakatan mengenai restrukturisasi PT TPSF terindikasi kebangkrutan (Distress
pembayaran utang. zone). Melalui penelitian ini, dimaksudkan
untuk mengetahui kondisi keuangan
Berdasarkan informasi laporan perusahaan tahun 2016 hingga tahun 2019,
keuangan, dapat diketahui bahwa perusahaan menggunakan pendekatan Altman Z-Score.
mengalami kesulitan keuangan (Financial Dengan menyediakan informasi yang
Distress). Menurut Kamaludin (2015), berkelanjutan bagi investor maupun calon
Financial Distress kondisi yang menandai investor, dapat digunakan untuk memprediksi
perusahaan sedang bermasalah dalam kemampuan perusahaan memenuhi kewajiban
keuangan, yaitu dicirikan dengan perusahaan keuangan bagi investor dan calon investor,
mengalami kondisi rugi. Financial distress serta memperhitungkan tingkat pengembalian
harus segera ditangani untuk mencegah modal.
kebangkrutan. Kondisi financial distress
dialami oleh TPSF, dengan melihat capaian Kajian Teori
keuntungan yang rendah, serta kerugian yang
sangat besar terjadi pada tahun 2017. Konsep Financial Distress
Operasional di tahun 2018 dan 2019, belum Brigham dan Daves (2003) menyatakan
menunjukkan kinerja keuangan yang bahwa, financial distress diawali saat

Tabel 2. Data Keuangan PT TPSF tahun 2016-2019 (000)


Uraian 2019 2018 2017 2016
Total Hutang 3.526.820.000 5.267.350.000 5.329.841.000 4.990.139.000
Total ekuitas (1.657.850.000) (3.450.940.000) (3.347.901.000) 4.264.400.000
Total Aset 1.868.970.000 1.1.816.410.000 1.981.940.000 9.254.539.000
Sumber: Data laporan keuangan PT Tiga Pilar Sejahtera Food, Tbk, tahun 2016-2019
Analisis kesehatan Keuangan dengan Menggunakan Metode Altman Z-Score… | 157

perusahaan tidak dapat memenuhi jadwal jumlah hutang, sehingga perusahaan tidak
pembayaran atau saat proyeksi arus kas, hal dapat menutup kewajiban hutang, pada saat
ini menunjukkan bahwa perusahaan tersebut hutang telah jatuh tempo. Kedua, mengalami
terindikasi tidak dapat memenuhi kerugian yang disebakan karena penghasilan
kewajibannya. Financial distress, ditunjukkan dari operasi perusahaan tidak dapat menutup
dengan tingkat likuiditas yang rendah, yaitu beban usaha. Ketiga, pengelolaan arus kas
kondisi hutang jangka pendek tidak lebih tidak tepat, dapat menyebabkan arus
besar dari total aktiva lancar, serta insolvable, penerimaan dan pengeluaran tidak sebanding.
yaitu kondisi tidak mampu membayar hutang Ketidaktepatan dalam pengelolaan keuangan
jangka panjang. Selanjutnya Dikutip dari ditunjukkan dari perhitungan rasio-rasio
Hanafi (2014) "Financial distress dapat keuangan. Kondisi kesulitan keuangan yang
digambarkan dari dua titik ekstrem yaitu dari dialami perusahaan dalam kurun waktu
pada likuiditas jangka pendek sampai tertentu, menjadi indikasi terjadinya
insolvable (utang lebih besar dari pada kebangkrutan (Rahayu & Putri, 2016).
aset),kesulitan keuangan jangka pendek Prediksi kondisi kesehatan keuangan
biasanya bersifat sementara, tetapi bisa perusahaan bermanfaat untuk pihak-pihak
berkembang menjadi lebih buruk". Financial intern maupun ekstern dalam perusahaan.
distress menjadi indikasi terjadinya Rudianto (2013) menemukan bahwa pihak-
kebangkrutan karena keadaan keuangan yang pihak yang berkepentingan terhadap prediksi
tidak sehat. Menurut Prihadi (2013), kebangkrutan, yaitu: Pertama, investor dapat
kebangkrutan (bankcruptcy) adalah kondisi memutuskan membeli atau tidak atas saham
yang menggambarkan perusahaan tidak dapat dari peusahaan yang terindikasi kebangkrutan.
melunasi kewajibannya. Indikasi Kedua, pemberi pinjaman (debitur) akan
kebangkrutan dapat diprediksi lebih awal, memonitor perkembangan usaha perusahaan
dengan melakukan analisis rasio keuangan. untuk selanjutnya apakah akan diberikan
Martin, A dalam Fakhrurozie (2007), pinjaman atau tidak. Ketiga, manajeman
kebangkrutan dapat meliputi beberapa perusahaan perlu melakukan tindakan
kategori. Pertama, kegagalan ekonomi ialah penyelamatan. Keempat, pemerintah
kondisi perusahaan tidak dapat menghasilkan bertanggung jawab terhadap kondisi
arus kas sesuai yang diharapkan. Kedua, keuangan, untuk mempertimbangkan kondisi
financial distressed, ialah kondisi perusahaan para karyawan. Kelima, Akuntan Publik
mengalami kesulitas dana, baik dalam hal berkepentingan untuk mengetahui
modal kerja maupun kas. kemampuan going concern perusahaan yang
Rodoni dan Ali (2010) menyatakan sedang di audit.
bahwa financial distress ditandai kondisi
keuangan yang tidak memenuhi standar. Rasio Keuangan
Pertama, ketidakcukupan modal. Kedua,
Informasi mengenai kondisi kesehatan
besarnya beban hutang dan bunga. Ketiga,
suatu perusahaan go public, dapat diamati
mengalami kerugian dalam operasi
melalui laporan keuangan. Setiap perusahaan
perusahaan. Ketiga kondisi keuangan
memiliki tanggung jawab penyusunan serta
tersebut, jika tidak diatasi dengan tepat, akan
penyajian data laporan keuangan yang telah
berakibat pada kebangkrutan. Perlu adanya
sesuai Standar Akuntansi Keuangan.
tindakan strategis untuk mengatasi, sehingga
Termasuk dalam hal ini penyusunan laporan
dapat menciptakan keseimbangan antara
keuangan, sebagai bentuk pertanggung-
modal dan hutang. Seperti diungkapkan oleh
jawaban terhadap para pemegang saham dan
Platt dan Platt, dalam Almilia dan Kristijadi
pihak-pihak yang berkepentingan terhadap
(2003), bahwa kondisi financial distress
operasi perusahaan. Bagi investor informasi
adalah tahapan turunnya kondisi keuangan
laporan keuangan menjadi dasar dalam
sebelum terjadinya kebangkrutan.
pengambilan keputusan untuk menanamkan
Faktor penyebab terjadinya financial
modal pada perusahaan. Penilaian atas kinerja
distress dinyatakan oleh Damodaran (1997),
keuangan dapat menunjukan kemampuan
dapat disebabkan faktor internal perusahaan.
perusahaan dalam pengelolaan keuangan.
Pertama, kesalahan dalam memperhitungkan
Gitman (2006), menyatakan bahwa kegagalan
158 | Jurnal Administrasi Bisnis, Volume 10, Nomor 2, September 2021

usaha dapat diprediksi dengan menganalisis Return On Asset (ROA), merupakan


rasio keuangan perusahaan. Pertama, rasio perbandingan antara keuntungan bersih
likuiditas, menunjkkan kemampuan dengan tingkat asset. Menurut Kasmir (2016),
membayar hutang jangka pendek. Kedua,
rasio ini menunjukkan imbal hasil atas
rasio profitabilitas, menunjukkan kemampuan
operasional usaha, untuk menghasilkan penggunaan seluruh aktiva. Semakin tinggi
keuntungan/kerugian. Ketiga, rasio ROA, menunjukkan kemampuan perusahaan
solvabilitas menunjukkan kemampuan mengelola aktiva, secara baik. ROA dihitung
membayar hutang jangka Panjang. Keempat, dengan formula sebagai berikut:
perbandingan hutang dan modal. Semakin
besar komposisi hutang dalam komposisi laba bersih
modal, menunjukkan semakin sulit kondisi ROA =
total aset
keuangan. Pada dasarnya setiap perhitungan
rasio keuangan, dapat digunakan untuk Return On Equity, digunakan untuk
menganalisis kemampuan perusahaan atau mengetahui kemampuan menghasilkan
kegagalan usaha. Kemampuan oeprasional
keuntungan didasarkan pada modal sendiri.
secara efisien dan efektif dapat ditunjukan
melalui perhitungan rasio yang relevan. Oleh Menurut Hanafi (2016), rasio ini terutama
karena itu diperlukan penetapan dan digunakan untuk kepentingan para investor.
perhitungan rasio-rasio keuangan yang tepat Rasio yang tinggi mengindikasikan
dan benar untuk memprediksi kondisi masa profitabilitas yang tinggi. ROE dihitung
depan perusahaan. dengan formula sebagai berikut:
Penelitian terdahulu oleh Almilia dan
Kristijadi (2003), dengan judul analisis rasio laba bersih
ROE =
untuk memprediksi kondisi financial distress modal sendiri

melalui analisis rasio keuangan, pada


perusahaan yang terdaftar di bursa efek
jakarta. Hasil penelitian menunjukan variable-
variabel yang dapat menunjukan kondisi Model Altman Z-score
financial distress, yaitu financial leverage,
profit margin, rasio pertumbuhan serta rasio Model Z-score, dikembangkan oleh
likuiditas. Edward I. Altman pada tahun1968. Metode ini
digunakan untuk memprediksi kondisi
Rasio Profitabilitas
keuangan perusahaan. Potensi kebangkrutan,
Menurut Hanafi (2016), Rasio jika dapat dideteksi sedini mungkin akan
profitabilitas digunakan untuk mengetahui
memudahkan perusahaan untuk melakukan
kemampuan perusahaan dalam menghasilkan
keuntungan dalam aspek penjualan, asset, tindakan koreksi, sehingga lebih cepat untuk
serta modal saham. Indikator yang digunakan, memulihkan keadaan kesulitan keuangan.
adalah ROA, profit margin, dan ROE. Data Altman melakukan penelitian pada 66
keuangan yang digunakan untuk menghitung perusahaan manufaktur, dengan menetapkan 5
rasio profitabilitas, berasal dari laporan neraca rasio keuangan untuk menggambarkan
dan laporan laba/rugi. Perhitungan profit kondisi kesehatan keuangan perusahaan. 5
margin dapat digunakan untuk mengetahui
kemampuan perusahaan memperoleh rasio yang ditetapkan adalah rasio laba ditahan
keuntungan bersih pada tingkat penjualan dengan total aktiva; rasio modal kerja dengan
tertentu. Tingkat rasio tinggi akan total aktiva; rasio nilai pasar saham dengan
menunjukkan kemampuan efisiensi usaha. total hutang; rasio laba sebelum pajak dan
Profit margin dihitung dengan formula bunga dengan total aktiva dan rasio penjualan
sebagai berikut: dengan total aktiva. Berdasarkan hasil
perhitungan rasio akan ditetapkan kategori
laba
Profit margin =
penjualan
Analisis kesehatan Keuangan dengan Menggunakan Metode Altman Z-Score… | 159

kondisi perusahaan. Kategori yang Food Tbk, untuk tahun 2016 hingga tahun
diaplikasikan dalam model ini, adalah: 2019. Analisis prediksi kondisi keuangan
menggunakan: Pertama, Model Altman Z-
Tabel 3. Interpretasi Model Altman Z- Score. Model ini digunakan untuk prediksi
Score Z (0) apakah perusahaan dalam keadaan keuangan
Skor Z Indikasi yang sehat, atau atau indikasi kebangkrutan.
< 1,81 Bangkrut Model ini menggunakan komponen rasio
1,81 - 2,99 Grey area / Zone of keuangan yang telah ditetapkan. Hasil
ignorance perhitungan rasio, dimasukan dalam
>2.99 Tidak Bangkrut persamaan matematis rumus Z- Score, dan
hasilnya akan dapat ditetapkan, kategori
Rasio-rasio ditetapkan sebagai berikut: keadaan kesehatan keuangan perusahaan.
X1: Modal kerja dibagi total aktiva Langkah pertama yang dilakukan adalah
X2: Laba ditahan dibagi total aktiva menetapkan tingkat rasio, yaitu: rasio laba
X3: Laba sebelum pajak dan bunga dibagi ditahan dengan total aktiva; rasio modal kerja
total aktiva
dengan total aktiva; rasio nilai pasar saham
X4: Nilai pasar saham dibagi dengan total
dengan total hutang, rasio laba sebelum pajak
hutang
X5: Penjualan dibagi total aktiva dan bunga dengan total aktiva dan rasio
penjualan dibagi total aktiva. Selanjutnya
Berdasarkan perhitungan ke lima rasio menghitung nilai Z, yaitu dengan mengalikan
tersebut, selanjutnya dihitung dengan tingkat rasio dengan skor yang telah
persamaan matematis, sebagai berikut: ditetapkan. Membandingkan skore Z dengan
standar yang ditetapkan, dapat menentukan
Z = 1,2X1 + 1,4X2 + 3,3X3 + 0,6X4 + 1,0X5 kategori kesehatan keuangan perusahaan.
Kedua, rasio profitabilitas, yaitu return on
Model Altman mengembangkan prediksi aset, net profit margin, return on equity. Jenis
kebangkrutan dengan menggunakan analisis data yang digunakan adalah data sekunder,
perhitungan rasio keuangan (Arum & yaitu laporan tahunan perusahaan TPS Food
Handayani, 2018). Dalam penelitian ini akan tahun 2016 hingga tahun 2019, yang
menggunakan rasio profitabilitas. Van Horne dipublikasikan melalui
https://tpsfood.id/relasi-investor/laporan-
dan Wachowicz (2005) mengemukakan,
tahunan/
bahwa rasio profitabilitas merupakan rasio
yang dapat menjelaskan kemampuan Hasil dan Pembahasan
keuangan dikaitkan dengan penjualan dan
investasi. Berdasarkan model Altman Z-Score,
ditentukan rasio keuangan, untuk tahun 2016
Metode hingga tahun 2019 ditunjukkan pada Tabel 4.
Penelitian ini adalah penelitian Berdasarkan perhitungan dengan rumus
deskriptif, yaitu memberikan gambaran atas Altman Z-Score, diketahui bahwa hanya
kondisi keuangan PT Tiga Pilar Sejahtera kondisi tahun 2016 berada pada indikasi Grey
Tabel 4. Perhitungan Metode Z-Score
Rasio 2016 2017 2018 2019
X1 Modal kerja/total aktiva 0,372 0,446 -1,651 -1,981 -2,416 -2,899 -0,363 -0,436
X2 Laba di tahan/total aktiva 0,426 0,596 -1,688 -2,363 -1,899 -2,279 -1,000 -1,400
Lba sebelum pajak dan 0,138 0,455 -2,573 -8,490 -0,005 -0,017 0,796 2,627
X3 bunga/total aktiva
Nilai pasar saham / dengan 0,001 0,00078 0,000 0,000 0,000 0,000 0,000 0,000
X4 total hutang
X5 Penjualan dibagi total aktiva 0,707 0,707 0,984 0,984 0,872 0,872 0,808 0,808
Altman Z-Score 2,205 -11,85 -4,323 1,599
160 | Jurnal Administrasi Bisnis, Volume 10, Nomor 2, September 2021

area yaitu kondisi tidak pasti, bisa berpotensi signifikan, selanjutnya mengalami
mengalami kebangkrutan, sedangkan tahun pengurangan di tahun 2019. Kedua, Laba di
2017 dan 2018, berada pada indikasi bangkrut. tahan dibagi aktiva, Sundjaja dan Barliaan
Tahun 2019 kondisi perusahaan lebih baik (2004) mengatakan, laba ditahan merupakan
dibandingkan 2 tahun sebelumnya, akan tetapi pendapatan yang tidak dibagikan sebagai
tetap dengan model Altman Z Score, masih dividen. Jumlah laba ditahan yang dimiliki
berada pada indikasi bangkrut. oleh perusahaan, dapat menunjukan keadaan
dimana perusahaan tidak membagikan seluruh
Tabel 5. Indikasi kondisi Keuangan PT
pendapatan untuk membayar dividen kepada
TPSF
pemegang saham, selanjutnya jumlah laba
Altman Z- Indikasi ditahan dapat digunakan untuk mendukung
Score operasional usaha. Jika perusahaan
2016 2,205 Grey area/ Zone mengalami keadaan kerugian, tentu tidak
of ignorance dapat membayar dividen kepada pemegang
2017 -11,850 Bangkrut saham. Perhitungan rasio pada TPSF, dimulai
2018 -4,323 Bangkrut tahun 2017 hingga tahun 2019, menunjukkan
angka negatif, dikarenakan tahun 2017 dan
2019 1,599 Bangkrut tahun 2018 perusahaan mengalami kerugian.
Tahun 2019, diperoleh keuntungan tetapi
Hasil analisis rasio keuangan, dapat tidak diimbangi dengan peningkatan total
diketahui bahwa telah terjadi permasalahan- aktiva. Tahun 2017 hingga tahun 2019,
permasalahan keuangan. Pertama, modal perusahaan tidak menerbitkan saham baru.
kerja dibagi total aktiva, yang mana modal
kerja adalah rasio yang dapat menunjukkan Selanjutnya, perhitungan EBIT
kemampuan perusahaan mengelola total diperlukan, untuk mengetahui kemampuan
aktiva sehingga dapat menghasilkan modal operasional perusahaan dalam menghasilkan
kerja. Brigham dan Houston (2011) laba sebelum pajak dan bunga. Investor
menemukan bahwa modal kerja ialah melihat EBIT sebagai kemampuan
investasi perusahaan atas aset-aset jangka menghasilkan keuntungan, tanpa harus
pendeknya. Total aktiva tahun 2017 hingga memperhitungkan biaya bunga dan pajak.
2019, terus mengalami penurunan yang Tingkat EBIT yang baik, mencerminkan
signifikan dibanding tahun 2016, sedangkan keberhasilan aktivitas penjualan, sehingga
jumlah modal kerja, mulai tahun 2017 hingga tidak ada keraguan atas konsekuensi
2019, negatif. Modal kerja dengan angka pembayaran pajak dan biaya modal atau
negatif, sangat membahayakan perusahaan. bunga pinjaman. Diketahui bahwa tahun 2017
Kondisi keuangan yang baik, menurut Sawir dan 2018, mengalami jumlah EBIT negatif.
(2005) adalah jika perusahaan memiliki modal Hal ini disebabkan karena terjadi penurunan
kerja yang permanen, yaitu modal kerja dalam penjualan yang signifikan dibanding tahun
jumlah yang ditentukan, harus tersedia, untuk 2016, serta berpengaruh terhadap jumlah
membiayai operasional perusahaan, sehingga EBIT yang negatif. Keempat, Nilai pasar
kelancaran usaha terjamin Kondisi keuangan saham dibagi total hutang. Nilai pasar saham
dilihat dari rasio ini, akan berpengaruh diketahui berdasarkan jumlah saham yang
terhadap kemampuan operasi perusahaan, dan beredar dikalikan dengan harga penutupan.
juga akan berdampak pada kesulitan Nilai pasar saham tertinggi terjadi pada tahun
membayar kewajiban kepada investor. 2016, sedangkan sejak 2017 hingga 2019
terjadi penurunan nilai pasar saham. Rasio
Persentase aktiva lancar terhadap total menunjukkan bahwa modal pinjaman lebih
aktiva, dari tahun 2017 hingga 2019, terus besar dari pada modal saham. Dalam hal ini
mengalami penurunan dan prosentase hutang ada indikasi perusahaan akan mengalami
lancar terhadap total hutang, pada tahun 2017 kesulitan dalam membayar kewajiban hutang.
hingga tahun 2018, mengalami peningkatan
Analisis kesehatan Keuangan dengan Menggunakan Metode Altman Z-Score… | 161

Faktor selanjutnya adalah penjualan Net profit margin atau margin laba bersih
dibagi total aktiva. Aktivitas penjualan merupakan perbandingan laba bersih dengan
merupakan kunci keberhasilan perusahaan hasil penjualan. Dengan demikian net profit
untuk dapat bertahan dan berkelanjutan. Dari margin akan menunjukan efisiensi dalam
hasil perhitungan rasio, tidak nampak operasi usaha. Semakin tinggi angka net profit
perubahan yang signifikan dari tahun 2016 margin, akan semakin efisien dalam
hingga 2019. Akan tetapi jika dilihat dari pengelolaan aktivitas operasi. Tahun 2019, net
angka nominal, dari tahun 2017 hingga 2019, profit margin menunjukan rasio yang tinggi
terjadi penurunan penjualan, sebanding dibandingkan tahun-tahun sebelumnya. Net
dengan terjadinya penurunan total aktiva. Hal profit margin negatif, menunjukan bahwa
ini mengindikasikan perusahaan tidak dapat perusahaan tidak menghasilkan keuntungan
mengoptimalkan total aktiva yang dimiliki dalam satu periode perhitungan. Hal ini terjadi
untuk mencapai tingkat penjualan tertentu. pada tahun 2017 dan tahun 2018.
Indikasi terjadi kebangkrutan dengan Return on Aset (ROA), menurut Hanafi
menggunakan perhitungan model Z-Score, dan Halim (2003) adalah rasio keuangan
dimaksudkan untuk menjadikan perhatian, perusahaan yang berhubungan dengan
agar perusahaan dapat segera menetapkan profitabilitas ROA digunakan untuk
strategi-strategi yang tepat untuk mengevaluasi kemampuan mengelola dana.
meningkatkan kesehatan keuangan Rasio ini merupakan perbandingan antara laba
perusahaan. Kategori untuk tahun 2019, walau dengan total aktiva. Aktiva merupakan
berada pada kategori bangkrut namun keseluruhan modal atau kekayaan yang
perusahaan cenderung mengalami dimiliki perusahaan untuk digunakan
peningkatan operasi usaha, hal ini terlihat membiayai operasi usaha. Semakin tinggi
pada tingkat rasio yang cenderung terjadi ROA, semakin baik perusahaan dalam
peningkatan, terutama pada rasio laba pengelolaan dana. Tahun 2019, ROA
sebelum pajak dengan total aktiva. menunjukkan peningkatan yang signifikan.
Peningkatan ROA tahun 2019, dipengaruhi
Profitabilitas oleh beberapa faktor yang berhubungan
Untuk melengkapi pembahasan tentang dengan aktivitas penjualan. Pertama,
kategori kinerja keuangan perusahaan, akan Peningkatan laba yang berasal dari
diuraikan perbandingan rasio profitabilitas penghasilan lain. Penghasilan lain, artinya
untuk tahun 2016 hingga tahun 2019. penghasilan yang diperoleh bukan dari usaha
Profitabilitas menunjukkan kemampuan pokok perusahaan. Kedua, Peningkatan total
perusahaan untuk mendapatkan keuntungan, aset, yaitu berasal dari aset tidak lancar.
dihubungkan dengan aktifitas penjualan. Peningkatan total aset tidak lancar dibiaya dari
Berikut adalah tabel profitabilitas. hutang jangka panjang. Ketiga, Peningkatan
kas dan setara kas. Peningkatan tersebut
Tabel 6. Profitabilitas PT TPSF didorong oleh meningkatnya penggunaan arus
kas untuk aktivitas investasi.
Rasio 2016 2017 2018 2019 Return on Equity, menunjukan
Net 9.07% (268,34%) (7,80%) 75,13%
Profit
perbandingan antara laba dengan modal
Margin perusahaan. Perhitungan terhadap rasio ini
Return 7.77% (264,10%) (6,80%) 60,72% dimaksudkan untuk mengukur tingkat
on pengembalian modal perusahaan dari saham.
Asset Rasio ini akan merepresentasikan kekayaan
Return 16.87% - - (68,45%) bagi pemegang saham. Semakin tinggi rasio
on
ini, berarti semakin tinggi keuntungan
equity
perusahaan, yang berarti tingkat
pengembalian investasi dari pemegang saham
162 | Jurnal Administrasi Bisnis, Volume 10, Nomor 2, September 2021

akan semakin cepat. Tahun 2017 dan tahun Kesimpulan


2018, perusahaan mengalami ekuitas negatif.
Berdasarkan analisis laporan keuangan
Hal ini terjadi karena penurunan saldo laba
tahunan, disimpulkan bahwa PT Tiga Pilar
hingga mencapai angka negatif. Pencatatan
Sejahtera Food, Tbk, pada tahun penelitian,
saldo laba negatif pada laporan keuangan akan
mengalami financial distress, yaitu kondisi
mengikis ekuitas perusahaan. Disamping itu
dimana kewajiban perusahaan terhadap pihak-
kondisi besarnya hutang, melebihi besarnya
pihak ketiga lebih besar dari pada kekayaan
aset perusahaan, didalam perhitungan akan
yang dimiliki. Diperkuat dengan metode
menyebabkan ekuitas negatif. Dalam kondisi
Altman Z-Score, pada tahun 2016, kondisi
keuangan tersebut, ROE tahun 2017 hingga
keuangan PT Tiga Pilar Sejahtera Food, Tbk,
tahun 2018 tidak dapat dijadikan indikator
mengalami keadaan menuju kebangkrutan,
kinerja.
selanjutnya tahun 2017 dan 2018, perusahaan
Tahun 2019, ROE dalam posisi negatif. berada pada kategori bangkrut. Upaya-upaya
Rasio negatif pada tahun 2019, disebabkan yang dilakukan perusahaan untuk mengatasi
karena perubahan unsur laba dan modal kerja. permasalahan keuangan di tahun 2016 hingga
Pertama, Peningkatan jumlah ekuitas sebesar 2018, dapat meningkatkan kondisi keuangan
51,96% dibanding tahun 2018, sehingga tahun 2019, walau dengan metode Z-Score
defisit ekuitas tahun 2019 menjadi lebih kecil masih berada pada kategori bangkrut, namun
dari pada tahun 2018, Kedua, Peningkatan terjadi peningkatan score.
penghasilan berasal dari penghasilan
Metode Altman Z-score, dapat
lainnya/bukan dari usaha pokok perusahaan,
digunakan untuk mengindikasikan keadaan
sehingga keuntungan menjadi angka positif.
kesehatan keuangan perusahaan, dengan lebih
Ketiga, Tahun 2019 tidak melakukan
perubahan saham seperti pemecahan saham, menitikberatkan pada pengelolaam total
kekayaan atau total aktiva. Tahun 2019 terjadi
penggabungan saham, pembagian dividen,
pembagian saham bonus maupun perubahan upaya penyelamatan kondisi keuangan,
sehingga perusahaan dapat meningkatkan
nilai nominal saham.
rasio keuangan. Kemampuan pengelolaan
Tahun 2019, bagi TPSF, merupakan kekayaan telah dapat memberikan jaminan
tahun yang akan menentukan keberlanjutan operasional perusahaan, kemampuan
perusahaan, setelah menghadapi berbagai membayar kewajiban keuangan, dan
permasalahan keuangan yang terjadi di tahun kemampuan menghasilkan penjualan.
sebelumnya. Upaya-upaya menghadapi
tantangan tahun 2019, antara lain: Pertama, Didukung dengan perhitungan rasio
melakukan restrukturisasi hutang, baik hutang profitabilitas, kondisi keuangan tahun 2019
yang berasal dari obligasi dan sukus, maupun menunjukkan peningkatan rasio. Akan tetapi
peningkatan rasio, lebih disebabkan adanya
kewajiban kepada kreditur, sehingga hutang
jangka pendek mengalami penurunan. peningkatan keuntungan dari usaha lainnya,
Struktur hutang lebih besar hutang jangk bukan usaha pokok perusahaan.
panjang dibandingkan dengan hutang jangka Saran
pendek. Kedua, Total aset mengalami
Berdasarkan kesimpulan dari hasil
peningkatan, terutama pada aset tidak lancar.
Ketiga, mampu memperbaiki posisi ekuitas, penelitian ini, perlu disarankan untuk
penelitian-penelitian selanjutnya, antara lain:
disebabkan karena peningkatan total aktiva
dan penurunan total hutang, walau masih (1) Analisis terhadap kondisi keuangan
perusahaan, tidak cukup hanya menggunakan
menunjukkan angka negatif. Keempat,
1 metode yaitu Altman Z-Score. Perlu
mampu menciptakan diversifikasi produk,
sehingga terjadi peningkatan keuntungan dari dihitung dengan menggunakan metode
usaha lainnya, serta mampu menekan beban lainnya, antara lain: Zmijewski X-Score; (2)
pokok penjualan.
Analisis kesehatan Keuangan dengan Menggunakan Metode Altman Z-Score… | 163

periode waktu penelitian lebih diperbanyak, Damodaran, A. (1997). Corporate Finance


misalnya 5 tahun. Theory and practice. New York: John
Willey & Sons, Inc.
Metode penetapan kategori kesehatan
keuangan perusahaan, hendaknya dapat Fakhrurozie. (2007). Analisis Pengaruh
digunakan untuk menjadi pedoman penetapan Kebangkrutan Bank dengan Metode
kebijakan keuangan dimasa yang akan datang, Altman Z-Score terhadap Harga Saham.
sehingga keuntungan dari usaha pokok dapat Skripsi. Semarang: Universitas Negeri
ditingkatkan, serta menghindari penelitian Semarang.
pada emiten yang memiliki opini audit
Gitman, Lawrence, J. (2006). Principles of
disclaimer.
Managerial Finance, Eleventh Edition –
Reference United States of America: Wesley
Publishing Company, Inc.
Almilia, Luciana., & Kristijadi. (2003).
Analisis Rasio Keuangan untuk Hanafi, Mamduh., & Halim, Abdul. (2003).
Memprediksi Kondisi Financial Distress Analisis Laporan Keuangan. Edisi
Perusahaan Manufaktur yang Terdaftar Revisi. Yogyakarta: UPP AMP YKPN.
di Bursa Efek Jakarta. Jurnal Akuntansi Hanafi, Mamduh. (2016). Analisis Laporan
dan Auditing Indonesia (JAAI), Volume Keuangan. Yogyakarta:UPP STIM
7 Nomor 2. hal 25. YKPM
Altman, E. I,. (1968). Financial Ratios, Van Horne, James C. & Jhon M. Wachowicz.
Discriminant Analysis And The (2005). Prinsip-prinsip Manajemen
Prediction of Corporate Bankruptcy. The Keuangan, Edisi 12, Jakarta: Salemba
Journal of Finance, Vol. 23,pp 589-609. Empat
Arum, Dian Puspita., & Handayani, Siti Ragil. Kamaludin, Karona, dan Berto. (2015).
(2018). Analisis Perbandingan Metode Restrukturisasi Merger & Akuisisi,
Altman (Z-Score), Springate (S-Score), Bandung: Mandar Maju.
Dan Zmijewski (X-Score) Dalam
Memprediksi Kebangkrutan Perusahaan Kasmir. (2016). Analisis Laporan Keuangan.
(Studi Pada Perusahaan Tekstil Dan Jakarta: Raja Grafindo Persada.
Garmen Yang Terdaftar Di Bursa Efek Rahayu, Putri. (2016). Analisis Penggunaan
Indonesia Periode 2012-2016). Jurnal Metode Springate (S-Score) Sebagai
Administrasi Bisnis, Vol 60, No 1, hal 4- Prediktor Kebangkrutan (Studi Pada
5. Perusahaan Textile Yang Terdaftar Di
Brigham, E.F., & Daves, P.R. Bursa Efek Indonesia Pada Tahun 2011-
(2003). Intermediate Financial 2013). Jurnal Akuntansi, Vol 4.
Management with Thomson One. United Sundjaja, Ridwan S. dan Inge Barliaan (2004)
States of America: Cengage South- Manajemen Keuangan 2, Jakarta: Literata
Western. Lintas Media.
Brigham, Eugene F., & Houston, Joel F. Rudianto. (2013). Akuntansi Manajemen
(2011). Dasar-dasar Manajemen Informasi untuk Pengambilan Keputusan
Keuangan. Jakarta: Salemba empat. Strategis. Jakarta: Erlangga
Dahni, Fanita. (2019). Altman Z-Score Vs Sawir, Agnes (2005). Analisis Kinerja
Zmijewski X-Score Dalam Memprediksi Keuangan dan Perencanaan Keuangan.
Kebangkrutan Perusahaan (Studi Kasus Jakarta: PT.Gramedia Pustaka Utama
PT Tiga Pilar Sejahtera Food, Tbk
(AISA) Tahun 2015-2017. Jurnal Prihadi, Toto. (2013). Analisis Laporan
Administrasi Bisnis Volume 8, No 2. Keuangan Teori dan Aplikasi. Jakarta:
PPM
164 | Jurnal Administrasi Bisnis, Volume 10, Nomor 2, September 2021

Laporan tahunan perusahaan PT TPS Food https://tpsfood.id/relasi-


tahun 2016 hingga tahun 2019, yang investor/laporan-tahunan/, diunduh 3
dipublikasikan melalui desember 2019

Anda mungkin juga menyukai