Anda di halaman 1dari 10

1

Analisis Kinerja Keuangan Pada PT Garuda Indonesia (Persero) Tbk.

Fitri Amalia Wardah

Program Studi Manajemen, Fakultas Ekonomi, Universitas Negeri Makassar


Email : amaliawardah13@gmail.com

Abstrak

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui kinerja keuangan pada PT Garuda Indonesia
(Persero) Tbk pada periode 2015-2018 dengan menggunakan model Altman Z-Score. Teknik
analisis data menggunakan model Altman Z-Score dengan variabel Working Capital to Total
Asset, Retained Earnings to Total Asset, EBIT to Total Asset, Market Value of Equity to Book
Value of Debt. Populasi dan sampel dalam penelitian ini adalah keseluruhan laporan keuangan
PT Garuda Indonesia (Persero) Tbk selama empat tahun terakhir yaitu tahun 2015 – 2018.
Pengumpulan data dilakukan dengan teknik dokumentasi. Hasil penelitian ini menunjukkan
pada tahun 2015 – 2018 kinerja keuangan pada PT Garuda Indonesia (Persero) Tbk dapat
dikatakan buruk dan dinyatakan berada pada kondisi bankrupt angka perolehan Z-Score berada
di bawah nilai 1.10. Penurunan yang paling jelas terjadi pada rasio Working Capital to Total
Asset, khususnya pada tahun 2018. Hal ini disebabkan karena peningkatan kewajiban lancar
yang terjadi disetiap tahunnya.

Kata Kunci : Kinerja Keuangan, Altman Z-Score

Artikel Ilmiah
2

1. PENDAHULUAN bermanfaat bagi perusahaan untuk


Umumnya setiap perusahaan melakukan antisipasi.
bertujuan untuk memperoleh laba atau Analisis kinerja keuangan perlu
keuntungan dari hasil produksinya baik dilakukan dengan metode dan teknik
berupa barang maupun jasa yang analisis yang tepat sehingga hasil yang
berpengaruh terhadap kelangsungan diharapkan benar-benar tepat. Kesalahan
berdirinya perusahaan. Laba yang dalam memasukkan angka atau rumus akan
diperoleh perusahaan hdapat menjadi berakibat pada tidak akuratnya hasil yang
ukuran keberhasilan manajemen. Laba hendak dicapai. Kemudian, hasil
yang diperoleh perusahaan digunakan perhitungan tersebut dianalisis dan
untuk mengembangkan dan diinterpretasikan sehingga diketahui posisi
mempertahankan kelangsungan hidup keuangan yang sesungguhnya.
perusahaan. Analisis laporan keuangan sangat
Dalam menjalankan suatu usaha dibutuhkan untuk memahami informasi
terdapat persaiangan dengan perusahaan laporan keuangan. Analisis laporan
lain, perusahaan yang tidak mampu keuangan tersebut meliputi perhitungan dan
bersaiang dapat mengalami kebangkrutan. interpretasi rasio keuangan. Salah satu
Kebangkrutan suatu perusahaan model yang digunakan untuk memprediksi
dipengaruhi oleh faktor eksternal (luar) dan kebangkrutan pada suatu perusahaan adalah
faktor internal (dalam). Faktor yang Model Altman Z-Score, di mana model ini
mempengaruhi dari luar seperti bencana menggunakan empat rasio keuangan yang
alam dan kondisi perekonomian. Selain dianggap paling berkontribusi dalam
faktor eksternal, faktor internal juga dapat memprediksi kebangkrutan suatu
memberikan pengaruh, seperti kurangnya perusahaan jasa.
tenaga kerja, kurangnya kerja sama di Analisis kebangkrutan dilakukan
dalam manajemen perusahaan untuk memperoleh peringatan awal
Kesulitan keuangan merupakan kebangkrutan (tanda-tanda bangkrut).
ketidakmampuan suatu perusahaan dalam Semakin awal tanda-tanda kebangkrutan
menyelesaikan kewajibannya pada saat tersebut diketahui, semakin baik bagi pihak
jatuh tempo, yang dapat menyebabkan manajemen karena pihak manajemen bisa
kebangkrutan perusaahaan. (Menurut melakukan perbaikan agar kebangkrutan
Darsono dan Ashari, 2005), Financial tersebut tidak terjadi dan perusahaan dapat
distress atau kesulitan keuangan bisa mengantisipasi atau membuat strategi
diartikan sebagai ketidakmampuan untuk menghadapi jika kebangkrutan
perusahaan untuk membayar kewajiban benar-benar menimpa perusahaan.
keuangannya pada saat jatuh tempo yang PT. Garuda Indonesia (Persero)
menyebabkan kebangkrutan perusahaan. Tbk. merupakan sebuah BUMN maskapai
Kebangkrutan merupakan masalah penerbangan Indonesia yang berkonsep
penting yang harus diwaspadai oleh setiap sebagai full service airline (maskapai
perusahaan, karena perusahaan yang dengan pelayanan penuh). PT. Garuda
mengalami kebangkrutan akan mengalami Indonesia (Persero) Tbk. adalah maskapai
kegagalan usaha. Untuk itu sangat pertama dan terbesar di Indonesia, dengan
diperlukan untuk setiap perusahaan pendekatan berorientasi “melayani”,
melakukan berbagai analisis terutama Garuda Indonesia bertujuan menjadi
analisis kebangkrutan. Analisis ini penyedia layanan terdepan bagi wisatawan

Artikel Ilmiah
3

di negara ini sekaligus menyediakan Garuda Indonesia, dengan pusat kantor di


layanan pengiriman barang melalui udara. Soekarno-Hatta International Airport.
PT. Garuda Indonesia (Persero) Selain layanan penuh, GIAA juga
Tbk. memiliki tiga hub di Indonesia: menyediakan layanan maskapai berbiaya
Pertama adalah hub bisnis yang berada di rendah melalui merek Citilink, yang
Bandara Soekarno-Hatta, Jakarta. Kedua terpisah dari merek Garuda Indonesia, dan
adalah hub di daerah pariwisata yang dioperasikan oleh Unit Bisnis Strategis
berada di Bandara Ngurah Rai, Denpasar, (SBU) di Surabaya.
Bali. Kemudian untuk meningkatkan PT Garuda Indonesia, dapat
frekuensi penerbangan ke bagian timur diketahui kinerja keuangan yang dicapai
Indonesia, Garuda Indonesia juga memiliki perusahaan selama empat tahun. Berikut
hub di Bandara Sultan Hasanuddin, merupakan laporan keuangan PT Garuda
Makassar, Sulawesi Selatan. GIAA Indonesia periode tahun 2015 – 2018:
menyediakan layanan penuh melalui merek

Tabel 1. Posisi Keuangan PT. Garuda Indonesia (Persero) Tbk. Pada Tahun 2015-2018

Total Hutang Modal Sendiri Pendapatan Laba Rugi


Tahun % % % %
(USD) (US$) (USD) (USD)

2015 2,359,287,801 1,309,433,569 3,814,989,745 77,974,161

2016 2,727,672,171 15.61 1,309,433,569 0 3,863,921,565 1.28 9,364,858 -87.99


-
2017 2,825,822,893 3.6 1,310,326,950 0.07 4,177,325,781 8.11 -213,389,678
2,378.62
2018 3,437,474,497 21.65 1,310,326,950 0 4,373,177,070 4.69 -175,028,261 -17.98

Sumber : Laporan Keuangan PT. Garuda Indonesia Tahun 2015 – 2018. Data diolah
peningkatan pendapatan penerbangan
berjadwal dan pendapatan lain-lain
Berdasarkan tabel di atas (pendapatan pemeliharaan dan perbaikan
menunjukkan bahwa total hutang pesawat maskapai penerbangan lainnya,
perusahaan selama empat tahun berturut- pendapatan biro perjalanan, pendapatan
turut mengalami peningkatan. Dapat groundhanding, pendapatan teknologi
dilihat juga pada pendapatan yang informasi, dan pendapatan pelatihan)
mengalami peningkatan dari tahun ke Pada kolom laba rugi menunjukkan
tahun. Sedangkan pada laba rugi disetiap PT. Garuda Indonesia (Persero) Tbk
tahunnya mengalami penurunan. disetiap tahunnya dari 2015 sampai 2018
Pada tahun 2016 sampai 2018 mengalami kerugian yang disebabkan
terjadi kenaikan total hutang dari US$ karena pembayaran hutang, peningkatan
2,359,287,801 menjadi US$ biaya operasional bahan bakar, dan biaya
3,437,474,497. Kenaikan yang terjadi tambahan terkait transaksi luar biasa
disebabkan karena peningkatan utang bank (program pengampunan pajak dan kasus
dan lembaga keuangan, utang usaha kartel kargo di Australia). Hal ini
kepada PT Pertamina, PT Jasa Raharja, dan mengindikasikan bahwa terjadi penurunan
PT Angkasa Pura II. kinerja perusahaan yang jika dibiarkan
Pada kolom pendapatan 2015 akan berdampak buruk bagi perusahaan,
sampai 2018 menunjukkan adanya bahkan mungkin akan berakibat
kenaikan dari US$ 3,814,989,745 menjadi kebangkrutan.
US$ 4,373,177,070. Faktor yang Mengacu pada latar belakang
menyebabkan kenaikan adalah tersebut di atas, maka penulis tertarik

Artikel Ilmiah
4

memilih judul dalam penulisan ini yaitu kesulitan dalam memenuhi


“ANALISIS KINERJA KEUANGAN kewajibannya.
PADA PT. GARUDA INDONESIA 2) Laba ditahan terhadap total aktiva
(PERSERO) TBK.” Rasio ini merupakan pengukuran
profitabilitas kumulatif atau laba
2. METODE PENELITIAN ditahan PT. Garuda Indonesia
A. Variabel Penelitian Dan Jenis (Persero) Tbk. Periode 2015-2018
Penelitian yang mencerminkan usia PT. Garuda
Berdasarkan judul yang digunakan Indonesia (Persero) Tbk. Periode
dalam penelitian ini maka variabel yang 2015-2018 serta kekuatan pendapatan
digunakan adalah potensi kebangkrutan PT. Garuda Indonesia (Persero) Tbk.
perusahaan pada PT Garuda Indonesia Periode 2015-2018. Laba ditahan yang
(Persero) Tbk. rendah mungkin menunjukkan tahun
Penelitian ini menggunakan jenis bisnis yan buruk atau pengurangan
penelitian deskriptif dengan pendekatan umur bagi PT. Garuda Indonesia
kuantitatif. Penelitian deskriptif (Persero) Tbk. Periode 2015-2018.
merupakan penelitian yang dimaksudkan 3) Laba sebelum bunga dan pajak
untuk mengumpulkan informasi mengenai terhadap total aktiva
suatu gejala yang ada, yaitu keadaan gejala Rasio ini memiliki fungsi untuk
menurut apa adanya saat penelitian mengukur kemampuan PT. Garuda
dilakukan. Metode penelitian deskriptif Indonesia (Persero) Tbk. Periode
dengan pendekatan secara kuantitatif ini 2015-2018 dalam menghasilkan laba
dilakukan dengan cara menganalisis data- dari aktiva yang digunakan atau dapat
data laporan keuangan perusahaan dikatakan sebagai ukuran produktivitas
kemudian ditabulasikan agar dapat aset PT. Garuda Indonesia (Persero)
menentukan kategori perusahaan tersebut Tbk. Periode 2015-2018
dapat dikatakan sehat atau tidak. 4) Nilai pasar ekuitas terhadap nilai buku
hutang
B. Definisi Operasional Dan Rasio ini menunjukkan kemampuan
Pengukuran Variabel PT Garuda Indonesia (Persero) Tbk
Altman Z-Score dalam memenuhi kewajiban-
𝑍 = 6.56𝑋1 + 3.26𝑋2 + 6.72𝑋3 + 1.05𝑋4 kewajiban dari nilai pasar modal
sendiri (saham biasa). Nilai Pasar
1) Modal kerja bersih terhadap total ekuitas (market value of equity)
aktiva diperoleh dari jumlah lembar saham
Rasio ini digunakan untuk mengukur beredar dikalikan harga saham.
kemampuan PT. Garuda Indonesia
(Persero) Tbk. Periode 2015-2018 C. Populasi Dan Sampel
dalam memenuhi kewajiban jangka Pada dasarnya populasi merupakan
pendeknya dan untuk mengukur keseluruhan objek yang diteliti
tingkat likuiditas aktiva PT. Garuda sebagaimana yang telah dikemukan oleh
Indonesia (Persero) Tbk. Periode Sugiyono (2016:117) populasi adalah
2015-2018. Sebuah modal kerja yang wilayah generalisasi yang terdiri atas objek
bernilai positif menunjukkan atau subjek yang ditetapkan oleh peneliti
kemampuan perusahaan untuk untuk dipelajari dan kemudian ditarik
membayar tagihannya sedangkan kesimpulannya. Populasi dalam penelitian
apabila sebuah perusahaan memiliki ini adalah laporan keuangan PT. Garuda
modal yang bernilai negatif maka Indonesia (Persero) Tbk.
perusahaan tersebut akan mengalami Menurut Sugiyono (2016:81)
sampel adalah bagian dari jumlah dan

Artikel Ilmiah
5

karakteristik yang dimiliki oleh populasi tergantung dari keputusan manajemen


tersebut. Sampel pada penelitian ini perusahaan sebagai pengambil
merupakan laporan keuangan PT. Garuda keputusan.
Indonesia (Persero) Tbk. Tahun 2015 3) Z-score < 1.10 dikategorikan sebagai
sampai 2018. perusahaan yang memiliki kesulitan
D. Teknik Pengumpulan Data keuangan yang sangat besar dan
Pada penelitian ini untuk berisiko tinggi sehingga kemungkinan
memperoleh data peneliti menggunakan bangkrutnya lebih besar.
metode dokumentasi yaitu pengumpulan
data berupa laporan keuangan perusahaan 3. HASIL DAN PEMBAHASAN
yang diperoleh dari website Bursa Efek A. Penyajian Data
Indonesia. Berdasarkan hasil perhitungan Z-
E. Teknik Analisis Data Score di atas nilai yang diperoleh dari tahun
Analisis data yang digunakan dalam 2015 sampai dengan 2018 setiap tahunnya
penelitian ini adalah analisis data mengalami penurunan nilai. Untuk lebih
kuantitatif yaitu teknik analisis data dengan jelasnya berikut ini merupakan tabel yang
menganalisis menggunakan perhitungan menyajikan hasil perhitungan rasio nilai Z-
angka-angka dari laporan keuangan, seperti Score yang diperoleh.
neraca laba rugi, dan penjualan, yang Tabel 2. Hasil Rasio Z-Score PT Garuda
kemudian digunakan sebagai dasar Indonesia (Persero) Tbk
pengambilan keputusan. Menggunakan
formula yang ditemukan oleh Altman: Rasio Z-
Tahun
X1 X2 X3 X4 Score
𝑍 = 6.56𝑋1 + 3.26𝑋2 + 6.72𝑋3 + 1.05𝑋4 2015 -0.06 -0.06 0.05 0.34 0.12
Di mana : 2016 -0.11 -0.06 0.03 0.32 -0.38
Z = Indeks Kebangkrutan 2017 -0.25 -0.12 -0.02 0.20 -1.95
X1 = Modal kerja (Aktiva lancar – 2018 -0.45 -0.14 -0.03 0.16 -3.44
Hutang lancar) / Total aktiva Sumber : Data Diolah 2020
X2 = Laba Ditahan / Total Aktiva
X3 = Laba Sebelum Bunga dan Pajak / Berdasarkan hasil perhitungan Z-
Total Aktiva Score, maka dapat diketahui kondisi
X4 = Nilai Pasar Ekuitas / Nilai Buku kebangkrutan PT Garuda Indonesia
Hutang (Persero) Tbk sesuai dengan kriteria yang
Interpretasi peramalan telah ditentukan oleh Altman. Berikut ini
kebangkrutan dalam Altman Z-Score merupakan kriteria Altman Z-Score:
memerlukan batasan yang jelas agar dapat Tabel 3. Kriteria Penilaian Altman Z-
digunakan untuk menentukan kondisi Score
perusahaan yang dianalisis. Kriteria Kategori
Adapun kriteria-kriteria Z > 2.60 Non Bankrupt
kebangkrutan menurut Munawir (2011) 1.10 < Z < 2.60 Grey Area
sebagai berikut: Z < 1.10 Bankrupt
1) Z-score > 2.60 dikategorikan sebagai Sumber : Munawir (2011)
perusahaan yang sangat sehat sehingga 1) Z-Score > 2.60 dikategorikan sebagai
tidak mengalami kesulitan keuangan perusahaan yang sangat sehat sehingga
2) 1.10 < Z-score < 2.60 berada di daerah tidak mengalami kesulitan keuangan.
abu-abu sehingga dikategorikan 2) 1.10 < Z-Score < 2.60 berada di daerah
sebagai perusahaan yang memiliki abu-abu sehingga dikategorikan
kesulitan keuangan, namun sebagai perusahaan yang memiliki
kemungkinan terselamatkan dan kesulitan keuangan, namun
kemungkinan bangkrut sama besarnya kemungkinan terselamatkan dan

Artikel Ilmiah
6

kemungkinan bangkrut sama besarnya Perusahaan memiliki


tergantung dari keputusan manajemen -1.41 kesulitan keuangan
perusahaan sebagai pengambil yang sangat besar dan
Rata-
keputusan. berisiko tinggi
rata
3) Z-Score < 1.10 dikategorikan sebagai sehingga kemungkinan
perusahaan yang memiliki kesulitan bangkrutnya lebih
keuangan yang sangat besar dan besar (Bankrupt)
berisiko tinggi sehingga kemungkinan Sumber : Munawir (2011)
bangkrutnya lebih besar..
B. Pembahasan Hasil Penelitian
Berdasarkan kriteria serta Perhitungan nilai Z-Score yang
perhitungan hasil nilai Z-Score yang telah diperoleh dari tahun 2015 sampai tahun
diperoleh di atas, maka berikut ini disajikan 2018 mengalami penurunan dan berada
tabel kondisi PT Garuda Indonesia pada kriteria bangkrut atau berada di bawah
(Persero) Tbk dari tahun 2015 – 2018 1.10, disebebkan karena penurunan nilai
sebagai berikut: modal kerja bersih, laba ditahan, laba
sebelum bunga dan pajak, dan nilai pasar
Tabel 10. Analisis Hasil Perhitungan Z- modal. Kondisi ini menunjukkan
Score PT Garuda Indonesia (Persero) perusahaan berada pada kategori kesulitan
Tbk Tahun 2015 – 2018 keuangan yang sangat besar dan berisiko
tinggi sehingga kemungkinan bangkrutnya
Tahun Nilai Interpretasi lebih besar, hal tersebut menunjukkan
2015 0.12 Perusahaan memiliki bahwa kinerja keuangan perusahaan dapat
kesulitan keuangan dikatakan kurang baik.
yang sangat besar dan Kinerja keuangan perseroan
berisiko tinggi dipengaruhi oleh perlambatan ekonomi
sehingga kemungkinan global yang berdampak pada kondisi
bangkrutnya lebih pertumbuhan ekonomi nasional yang
besar (Bankrupt) mempengaruhi tingkat daya beli konsumen
2016 -0.38 Perusahaan memiliki dan pertumbuhan industri penerbangan.
kesulitan keuangan Dari tahun 2015 sampai dengan tahun 2018
yang sangat besar dan nilai z-score perusahaan berada pada
berisiko tinggi kategori bangkrut, kondisi ini secara umum
sehingga kemungkinan disebebkan karena peningkatan kewajiban
bangkrutnya lebih lancar dari tahun ke tahun yang terus
besar (Bankrupt) meningkat serta penurunan laba.
2017 -1.95 Perusahaan memiliki Kondisi ini apabila dikaitkan
kesulitan keuangan dengan hasil perolehan dari rasio X1, X2,
yang sangat besar dan X3 dan X4. Nilai X1 mengalami penurunan
berisiko tinggi yang terjadi karena peningkatan kewajiban
sehingga kemungkinan lancar yang terjadi disebabkan karena
bangkrutnya lebih peningkatan utang bank dan lembaga
besar (Bankrupt) keuangan terkait peningkatan fasilitas
2018 -3.44 Perusahaan memiliki modal kerja perseroan untuk membiayai
kesulitan keuangan pembayaran bahan bakar dan perawatan
yang sangat besar dan asset pesawat. Peningkatan juga
berisiko tinggi disebabkan oleh utang usaha kepada PT
sehingga kemungkinan Pertamina, PT Jasa Raharja, dan PT
bangkrutnya lebih Angkasa Pura II. Sedangkan pada tahun
besar (Bankrupt) 2018 perusahaan memiliki total aktiva

Artikel Ilmiah
7

tertinggi dibandingkan dengan tahun-tahun tahun sebelumnya. Nilai yang diperoleh


sebelumnya. pada tahun 2018 sebesar -3.44 yang artinya
Pada nilai X2, penurunan nilai z- perusahaan berada pada kategori bangkrut.
score juga disebabkan karena laba ditahan Kondisi ini disebabkan karena rendahnya
yang terus mengalami penurunan, dimana perolehan nilai net working capital to total
pada tahun 2018 memperoleh laba ditahan assets yaitu sebesar -0.45, hal ini
terendah yaitu sebesar -0.12, hal ini disebebkan karena tingginya kewajiban
disebabkan karena penurunan terhadap laba lancar perusahaan, yang menyebabkan
bersih yang diikuti dengan penurunan rendahnya perolehan modal kerja. Modal
jumlah laba (rugi) komprehensif yang kerja yang diperoleh negatif yang
setiap tahunnya mengalami penurunan hal menunjukkan ketidakmampuan perusahaan
tersebut berpengaruh terhadap penurunan dalam memenuhi kewajiban lancarnya.
saldo laba. Faktor ketidakcukupan modal atau
Rendahnya nilai Z-Score juga kekurangan menjadi salah satu terjadinya
disebabkan penurunan yang terjadi pada financial distress. Ketidakseimbangan pada
rasio X3 yaitu penurunan earnings before X1 berpengaruh kepada nilai EBIT karena
interest and taxes. Laba yang diperoleh aliran penerimaan uang atau modal
perusahaan dari tahun 2015 sampai 2018 bersumber pada pendapatan atau penagihan
mengalami penurunan, faktor yang piutang dengan pengeluaran uang untuk
menyebabkan penurunan tersebut antara membiayai operasi perusahaan tidak
lain adalah tingginya biaya investasi, mampu untuk memenuhi kekurangan dana
kondisi perekonomian global yang belum sehingga menyebabkan perusahaan pada
membaik yang berdampak pada turunnya posisi tidak likuid.
daya beli masyarakat, serta bencana alam Pada variabel laba ditahan yang
seperti erupsi, banjir dan longsong yang dibagi dengan total aset dapat
terjadi di beberapa wilayah Indonesia. mencerminkan bagaimana efektivitas serta
Penurunan laba juga diakibatkan karena efesiensi perusahaan dalam mengelola
tingginya beban usaha perusahaan terkait investasi baik yang telah dilakukan
beban pemeliharaan dan perbaikan, beban perusahaan ataupun mitra-mitra yang
tiket, penjualan dan promosi, beban bekerja sama sehingga hal ini akan
pelayanan penumpang, beban bandara, berpengaruh terhadap permintaan dan
beban administrasi dan umum terkait penawaran terhadap harga lembar saham,
peningkatan beban sewa, asuransi, dan semakin baik kinerja perusahaan tentunya
kesehatan, beban operasional hotel, beban akan semakin baik pula citra atau
operasional transportasi dan operasi pandangan investor atau calon investor
jaringan. terhadap perusahaan, sehingga hal ini akan
Pada rasio X4 di tahun 2015 sampai mempengaruhi terhadap permintaan dan
2016 nilai pasar ekuitas mengalami penawaran harga per lembar saham.
peningkatan yang disebabkan karena
meningkatnya harga perlembar saham 4. KESIMPULAN DAN SARAN
perusahaan. Sedangkan dari tahun 2016 A. Kesimpulan
sampai dengan tahun 2018 nilai pasar 1) Kinerja keuangan PT Garuda
ekuitas terus mengalami penurunan, hal ini Indonesia (Persero) Tbk berdasarkan
disebabkan karena harga perlembar saham hasil perhitungan rasio net working
dari tahun 2016 sampai tahun 2018 capital to total assets dapat dikatakan
mengalami penurunan. Dilihat dari tahun buruk karena setiap tahunnya modal
2015 sampai dengan tahun 2018, pada kerja perusahaan terus mengalami
tahun 2018 nilai X1, X2, X3, dan X4 penurunan. Sedangkan pada total
memperoleh nilai yang paling rendah aktiva setiap tahunnya mengalami
dibandingkan dengan rasio pada tahun- peningkatan, menunjukkan bahwa

Artikel Ilmiah
8

perusahaan mengalami kesulitan perusahaan harus mampu menjaga


dalam melunasi kewajiban lancarnya. kestabilan modal kerja dengan cara
Disebebkan karena meningkatnya menekan kawajiban lancar agar tidak
kewajiban lancar seperti peningkatan melebihi aktiva, sehingga perusahaan
utang bank dan lembaga keuangan, mampu melunasi kewajiban lancarnya
peningkatan utang usaha kepada PT 2) Pada rasio retained earning
Pertamina, PT Jasa Raharja dan PT memperoleh nilai negatif hal ini
Angkasa Pura II disebabkan karena perusahaan
2) Kinerja keuangan PT Garuda mengalami kerugian, rendahnya
Indonesia (Persero) Tbk berdasarkan retained earning perusahaan dapat
analisis rasio retained earnings to total berpotensi kebangkrutan, dalam hal ini
assets dapat dikatakan buruk karena perusahaan harus mampu mengelola
pada nilai laba ditahan setiap tahunnya profitabilitas perusahaan dengan cara
mengalami penurunan yang memaksimalkan laba dan
disebabkan karena penurunan terhadap meminimalisir pengeluaran beban
laba bersih yang diikuti dengan usaha perusahaan.
penurunan jumlah laba (rugi) 3) Pada rasio earning before interest and
komprehensif yang setiap tahunnya taxes to total assets terus mengalami
mengalami penurunan hal tersebut penurunan, agar hal tersebut tidak terus
berpengaruh terhadap penurunan saldo terjadi perusahaan harus mampu
laba memanfaatkan penggunaan total asset
3) Kinerja keuangan PT Garuda yang meningkat setiap tahunnya yang
Indonesia (Persero) Tbk berdasarkan kemudian akan digunakan untuk
analisis rasio earning before interest memperoleh laba atau keuntungan.
and taxes to total assets dapat
dikatakan buruk karena earning before REFERENSI
interest and taxes to total assets setiap Baridwan, Zaki. (2012). Intermediate
tahunnya mengalami penurunan. Accounting. Yogyakarta: BPFE-
Sedangkan pada total aktiva terus Yogyakarta.
mengalami peningkatan, menunjukkan Darsono dan Ashari. (2005). Pedoman
bahwa pemanfaatan total aktiva dalam Praktis Memahami Laporan
memperoleh laba masih kurang efisien. Keuangan. Jakarta: Salemba Empat.
Disebabkan karena tingginya biaya Fraser, L.M., dan Ormiston, A. (2008).
investasi, kondisi perekonomian global Memahami Laporan Keuangan
yang belum membaik yang berdampak Edisi Ketujuh. Indonesia: PT.
pada turunnya daya beli masyarakat Macanan Jaya Cemerlang.
4) Kinerja keuangan PT Garuda Harahap, Sofyan Syafri. Drs. (2007).
Indonesia (Persero) Tbk berdasarkan Analisis Kritis Atas Laporan
analisis rasio market value of equity to Keuangan, Cetakan ke-7. Jakarta:
book value of debt dapat dikatakan PT Raja Grafindo Persada.
buruk karena nilai pasar mengalami Hery. (2015). Analisis Laporan Keuangan.
penurunan yang disebabkan karena Edisi 1. Yogyakarta: Center For
terjadinya perubahan harga setiap Academic Publishing Services.
tahunnya. Jumingan. (2006). Analisis Laporan
B. Saran Keuangan. Jakarta: PT. Bumi
1) Pada rasio net working capital to total Aksara.
assets menunjukkan nilai modal kerja Kasmir. (2014). Analisis Laporan
yang negatif menunjukkan Keuangan. Edisi Satu. Cetakan
ketidakmampuan perusahaan dalam Ketujuh. Jakarta: PT. Raja Grafindo
memenuhi kewajiban lancar. Maka Persada.

Artikel Ilmiah
9

Munawir. (2012). Analisis Laporan Ilahi, Restuti. (2019). Analisis Tingkat


Keuangan Edisi Kesebelas. Liberti. Kebangkrutan Perusahaan Dengan
Yogyakarta. Metode Altman Z-Score Pada
Prastowo, Dwi, Rifka Juliaty. (2002). Perusahaan Gas Negara Persero
Analisis Laporan Keuangan- Tbk di Bursa Efek Indonesia.
Konsep dan Aplikasi. Cetakan Fakultas Ekonomi. Universitas
Kedua. AMP YKPN. Yogyakarta.
Negeri Makassar.
Rudianto. (2013). Akuntansi Manajemen
Karina, Sevira Dita. (2014). Prediksi
Informasi untuk Pengambilan
Keputusan Strategis. Jakarta: Kebangkrutan pada Perusahaan
Erlangga. Media yang Terdaftar di Bursa Efek
Subramanyam. K. R dan John J. Wild. Indonesia. Laporan Akhir. Jurusan
(2013). Analisis Laporan Akuntansi, Politeknik Negeri
Keuangan. Penerjemah Dewi Y. Sriwijaya. Palembang.
Jakarta: Salemba Empat. Kordestani, G., Biglari, V., dan Bakhtiar,
Sugiyono. (2016). Metode Penelitian M., (2011), “Ability of
Pendidikan Pendekatan Kuantitatif, Combinations of Cash Flow
Kualitatif dan R&D. Bandung: Components to Predict Financial
Afabeta. Distress”, Journal Business: Theory
Sugiono, Arief dan Edi Untung. (2016). and Practice, Vol. 12, No. 3, Hal.
Panduan Praktis Dasar Analisa
278.
Laporan Keuangan. Jakarta: PT
Gramedia. Pertiwi, Jarwi Hana. (2017). Analisis
Sutrisno. (2012). Manajemen Keuangan Prediksi Kebangkrutan Dengan
Teori, Konsep dan Aplikasi. Menggunakan Metode Altman Z-
Yogyakarta: EKONESIA. Score Pada PT. Indofood Sukses
Syamsuddin. (2009). Manajemen Makmur, Tbk. Jurnal Fakultas
Keuangan Perusahaan. Jakarta: PT. Ekonomi Bisnis Universitas
Raja Grafindo Persada. Muhammadiyah : Surakarta.
Toto, Prihadi. (2011). Analisis Laporan Tambunan, Rafles W., Dwiatmanto dan
Keuangan Teori dan Aplikasi. M.G. Wi Endang N.P. (2015).
Jakarta: Penerbit PPM. Analisis Prediksi Kebangkrutan
Wahyudiono, Bambang. (2014). Mudah Menggunakan Metode Altman (Z-
Membaca Laporan Keuangan. Score) (Studi Pada Subsektor
Jakarta: Raih Asa Sukses (Penebar Rokok Yang Listing Dan
Swadaya Grup) Perusahaan Delisting Di Bursa Efek
Ahmad, I., Astari, S., Rahayu, R., dan Indonesia Tahun 2009 – 2013).
Hariani, N. (2009). Status Jurnal Administrasi Bisnis (JAB)
Kerentanan Aedes aegypti (Diptera: Vol. 2 No. 1
Cullicidae) pada Tahun 2006-2007 Winda Aprilianingsih. (2015). Analisis
tehadap Malation di Bandung, prediksi kebangkrutan perusahaan
Jakarta,Surabaya, Palembang dan dengan menggunakan metode
Palu. Biosfera. 26 (2): 85-89 Altman Z-Score pada perusahaan
Fakhrurozie. 2007. Analisis Kebangkrutan Telekomunikasi Indonesia. Skripsi
Bank dengan Metode Altman Z- Universitas Muhammadiyah
Score Terhadap Harga Saham Surakarta Fakultas Ekonomi dan
Perusahaan Perbankan di Bursa Bisnis.
Efek Jakarta, Skripsi, Fakultas
Ekonomi, Semarang.

Artikel Ilmiah
10

http://www.idx.co.id/ Diakses 20
November 2019
http://www.garuda-indonesia.com/ Diakses
22 Februari 2020

Artikel Ilmiah

Anda mungkin juga menyukai