Anda di halaman 1dari 20

Analisis Model Du Pont dalam Pengukuran Kinerja Keuangan

PT Garuda Indonesia (Persero) Tbk.


(Periode Tahun 2014-2018)

Riki Setiawati*, Kadir


Jurusan Akuntasi, Fakultas Ekonomi dan Bisnis
Universitas Lambung Mangkurat, Banjarmasin
Email: rikisetiawati16@gmail.com

ABSTRAKSI
Penelitian ini dilakukan guna menganalisis dan mengetahui kinerja keuangan PT Garuda
Indonesia sebagai satu dari banyaknya perusahaan BUMN selama periode 2014-2018,
menggunakan pendekatan Model Du Pont. Data sekunder dengan teknik pengumpulan data
dokumentasi dengan pendekatan dekriptif kuantittaif yang digunakan dalam penelitian ini. Data
berupa informasi eksternal PT Garuda Indonesia, yaitu rasio dari laporan keuangan yang
didapatkan dari pengunduhan internet disitus resmi BEI atau www.idx.co.id.
Kinerja keuangan PT Garuda Indonesia berdasarkan penelitian selama tahun 2014-2018
menunjukkan hasil yang belum efisien. Hal ini disebabkan rendahnya NPM tahun 2014, 2017,
dan 2018 yang menyebabkan persentase ROI rendah pada tahun yang sama, sehingga
mempengaruhi persentase ROE juga, meskipun TATO pada tahun penelitian cenderung menurun
dan debt ratio yang cenderung meningkat tetapi kurang mempengaruhi ROI dan ROE.

Kata Kunci : Kinerja Keuangan, Model Du Pont, ROI, ROE

ABSTRACT
The ressearch is to find out and analyze the financial performance of a state-owned
company, PT Garuda Indonesia for the period 2014-2018 with the Du Pont Model approach. The
data collection technique used in this research is the documentation data collection technique
with a quantitative descriptive approach. The data used in this study is secondary data in the
form of external information of PT Garuda Indonesia (Persero) Tbk, which is the ratio of
financial statements obtained from internet downloads with the website address www.idx.co.id.
The results of this research indicate that the financial performance of PT Garuda Indonesia
in 2014-2018 has not been effective. This is due to the low NPM in 2014, 2017 and 2018 which
causes the percentage of ROI to be low in the same year, thus affecting the ROE percentage as
well, although TATO in the research year tends to decrease and the debt ratio tends to increase
but it less affects ROI and ROE.
Keywords: Financial Performance, Du Pont Model, ROI, ROE

1
PENDAHULUAN

Dunia bisnis terus maju dan berkembang pesat, dibuktikan dengan bertambahnya jumlah
perusahaan di BEI. Sehingga memicu rivalitas yang ketat antar perusahaan, dan tentunya
berlomba dalam meningkatkan kinerja perusahaan terutama di bidang keuangan agar investor
menanamkan sahamnya, kreditor percaya untuk memberikan pinjaman, dan untuk kepentingan
beberapa pihak, yang tujuan perusahaan tersebut adalah untuk melakukan pengembangan.
Perusahaan yang berdiri tentu ingin dinilai sebagai perusahaan yang sehat dan punya eksistensi
baik. Mencapainya dibutuhkan seorang manajemen yang mampu mengelola sehingga
memberikan kinerja baik dengan melakukan penilaian-penganalisisan kinerja keuangan dari
perusahaannya.
Analisis ini dilakukan untuk melakukan perbaikan dimasa yang akan datang dengan
melihat kekurangan atau kelemahan yang ada di perusahaan. Selain itu, guna mengetahui
pengalokasian aset entitas secara efektif dan efisien agar tercapainya misi dan visi entitas yaitu
kinerja keuangan yang baik untuk mempertahankan eksistensi perusahaan. Salah satu cara
menilai perusahaan yaitu dengan melihat dari laporan keuangan atau annual report yang
disediakan BEI dan dapat mempertimbangkan kinerja keuangannya. Laporan keuangan didapat
dari satu hasil yang dijabarkan yang menunjukkan finansial perusahaan periode tertentu; laporan
laba-rugi komprehensif lain, dan tanggal tertentu; laporan posisi keuangan (Kasmir, 2015).
Bermacam cara yang dapat dipakai dalam menelaah laporan keuangan salah satunya adalah
Model Du Pont. Analisis dengan Model Du Pont menggambarkan keadaan perusahaan secara
menyeluruh yang melingkupi tingkat efisiensi perusahaan dalam memberdayakan aset. Hubungan
rasio aktivitas dengan margin laba dan menunjukkan relasi rasio-rasio tersebut guna menentukan
profitabilitas aset yang dimiliki entitas dapat diketahui dari analisis Du Pont (Kasmir, 2015, hal.
203).
Kelebihan yang didapat dari Model Du Pont salah satunya adalah dapat mengetahui faktor
apa yang mempengaruhi ROI atau ROE suatu perusahaan, "Bagan Model Du Pont menjabarkan
relasi ROI dan ROE terperinci dari akun-akun laporan keuangan" (Harahap, 2011, hal. 333). Arti
lain, jika ROI mengalami kenaikan atau penurunan, dengan mudahnya dapat ditelusuri melalui
bagan tersebut, dan apa penyebabnya.
Objek Penelitian ini menggunakan PT Garuda Indonesia (Persero) Tbk yang berfoku
diaspek transportasi milik negara atau BUMN. PT Garuda Indonesia (Persero) atau Garuda
2
Indonesia ialah maskapai penerbangan terunggul di Indonesia, namun kondisi laba dalam laporan
keuangan yang diterbitkan setiap tahunnya mengalami fluktuasi, sehingga menurut peneliti perlu
dianalisis, terutama mengenai kinerja keuangan guna mengetahui efisiensi perusahaan dengan
menggunakan pendekatan analisis Model Du Pont. Informasi mengenai rasio NPM, TATO, Debt
Ratio yang digunakan untuk mengukur nilai ROE, ROI, dan ROE pada PT Garuda Indonesia
(Persero) Tbk sebagai berikut;

Data uraian tabel di atas, kinerja keuangan PT Garuda Indonesia yang dilihat berdasarkan
ROI dan ROE yang terjadi pada tahun 2014, 2017, dan 2018 mengalami persentase negatif. Arti
lain, pada tahun tersebut dapat diidentifikasikan bahwa operasional perusahaan belum efisien,
dan peningkatan ROI dan ROE pada tahun 2015 dan 2016 juga masih berada dibawah standar
BUMN. NPM yang terjadi pada tahun 2014, 2017, dan 2018 juga mengalami penurunan bahkan
negatif. Begitu juga dengan TATO yang mengalami penurunan tapi tidak sampai negatif dari
tahun 2014 sampai 2018, dan bisa dikatakan bahwa TATO memiliki nilai yang stabil.
Berdasarkan penelitian yang dilakukan oleh (Sanjaya, 2017) dengan judul "Analisis Du
Pont System dalam Mengukur Kinerja Keuangan PT Taspen (Persero)" menunjukkan bahwa
tingkat kinerja keuangan (Return on Investment) terjadi depresiasi dan tidak menyentuh standar,
hal ini dipengaruhi oleh depresiasi Total Asset Turnover pada tahun 2011-2014 dan Net Profit
Margin pada tahun 2011-2012. Berdasarkan penelitian (Dharma, 2018) dengan judul "Analisis
Du Pont System dalam Mengukur Kinerja Keuangan (Studi Empiris pada PT Salim Ivomas
Pratama Tbk yang Terdaftar di BEI)" juga menunjukkan hal yang sama bahwa kinerja keuangan
tidak baik yang dianalisis dengan Du Pont System, ditandai dengan depresiasi dari tahun 2012,

3
2013, dan 2015 nilai ROA karena yang dipengaruhi hasil baik TATO maupun NPM yang juga
mengalami depresiasi. Pada hakikatnya NPM dan TATO sangat memperngaruhi nilai ROI.
Kedua penelitian tersebut menunjukkan bahwa dari analisis Model Du Pont dapat
mengetahui bagaimana kinerja perusahaan dan kinerja keuangannya, sehingga dapat ditarik
kesimpulan bahwa NPM dan TATO sangat mempengaruhi bagaimana ROI suatu perusahaan,
bahkan ROE juga. Berdasarkan penelitian tersebut, peneliti juga tertarik dengan permasalahan
penelitian : Bagaimana analisis terhadap kinerja keuangan PT. Garuda Indonesia (Persero) Tbk
periode tahun 2014 sampai 2018 jika diukur dengan Model Du Pont?

TINJAUAN PUSTAKA

Kinerja
Suatu prestasi yang telah dilakukan dan diperlihatkan; segala sesuatu yang dicapai; dan
menunjukkan kemampuan dalam kerja definisi kinerja menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia
(KBBI). Kinerja ialah suatu proses mengenai apa dan dengan cara apa kegiatan dilakukan agar
berhasil (Hery, 2019). Kinerja bukan hanya mengenai hasil, tetapi juga tentang prosesnya.
Kinerja berkaitan erat dengan sasaran taktis organisasi, kepuasan konsumen bukan hanya
pelanggan, dan kontribusinya pada ekonomi.
Suatu prestasi kerja yang sudah distandarkan, yang diperlihatkan tetapi tidak hanya hasil,
melainkan proses, kualitas, kuantitas, efektifitas, kemampuan, dan komitmen dalam menjalankan
fungsi kerjanya secara bertanggungjawab juga perlu diperhatikan adalah definisi lain dari kinerja.
Kinerja juga mengenai seberapa mampu dan berhasilnya seseorang atau organisasi dalam
melakukan tugasnya.

Kinerja Keuangan
Suatu kajian yang dikerjakan guna menentukan dengan cara seperti apa perusahaan
menerapkan dan memanfaatkan ketentuan implementasi keuangan, apakah tepat, benar dan baik
atau sebaliknya seperti sudah sesuaikah dengan GAAP (General Accepted Accounting Princple)
atau Standar Akuntansi Keuangan (SAK) merupakan definisi kinerja keuamgan (Fahmi, 2017).
Dari teori tersebut dapat disimpulkan bahwa kinerja keuangan dapat digunakan oleh para
pemakainya sebagai media ukur untuk menilai dan menentukan sejauh mana kualitas perusahaan.

4
Kinerja keuangan berguna untuk mengevaluasi keadaan keuangan dan kemampuan sebuah
perusahaan. Data keuangan yang umum dipakai adalah laporan keuangan, dari data yang tersedia
dapat dinilai suatu kinerjanya, bagaimana status finansial dan keberhasilan yang sudah
didapatkan oleh suatu perusahaan selama kuurn tertentu, dan bagaimana prosesnya yang
dinyatakan dalam CALK (Catatan Atas Laporan Keuangan).

Pengukuran Kinerja Keuangan


Berbagai jenis teknik analisis yang digunakan guna mengukur kinerja keuangan, yaitu
analisis; tren, perbandingan, sumber dan penggunaan modal kerja, rasio keuangan, sumber dan
penggunaan kas, common size, perubahan laba kotor, dan analisis break even (Jumingan, 2014).
Pengukuran kinerja sangat penting untuk mengukur kinerja keuangan perusahaan, pengukuran
kinerja tidak lepas dari kemampuan dan keberhasilan perusahaan dalam mengelola perusahaan
selama kurun tertentu.
Pengukuran kinerja ini dipakai perusahaan untuk meningkatkan kegiatan operasionalnya
sehingga mampu bersaing dengan perusahaan pesaing. Mengukur kinerja tentu memerlukan
analisis yang tepat, dari proses peninjauan yang krusial dalam pemeriksaan, perhitungan,
pengukuran, penafsiran, dan menganjurkan solusi akan keuangan perusahaan dalam kurun waktu
tertentu, dan analisis ini tentunta memerlukan manajemen keuangan yang andal.

Manajemen Keuangan
Proses pengawasan sumber daya, pengarahan, pengorganisasian, dan perencanaan guna
terwujudnya misi-visi yang telah ditetapkan suatu perusahaan adalah pengertian dari manajemen.
Perusahaan harus dapat mengendalikan dan mengontrol kegiatan operasionalnya untuk mencapai
tujuan dengan memaksimalkan sumber daya manusia entitas yang mempunyai wewenang, tugas
dan tanggungjawab dalam pencapaian tujuan tersebut (Sujarweni, 2018).
Manajemen keuangan sangat diperlukan dalam perusahaan untuk bisa mengukur kinerja
keungan perusahaannya sendiri agar mampu mencapai tujuan kinerja yang diinginkan, untuk bisa
mengembalikan tingkat profitabilitas, solvabilitas, likuiditas, dan stabilitas usaha yang dituju.
Manajemen keuangan tidak terlepas dari yang namanya analisis keuangan, dan analisis yang
baik, tepat, dan benar mampu menghasilkan kinerja keungan yang baik.

5
Laporan Keuangan
Akuntansi adalah suatu proses dimulai dari pencatatan hingga pelaporan yang
menghasilkan output laporan keuangan, dimana output ini sebagai perangkat informasi perkara
kinerja kepada kelompok yang memerlukan. Pada tanggal tertentu keterangan kinerja keuangan
entitas merupakah hasil dari akuntansi (Martani, Siregar, Wardhani, Farahmita, & Tanujaya,
2016). Standar Akuntansi Keuangan mengatakan bahawa dalam proses pelaporan keuangan yang
terstrukturnya penyajian dari posisi keuangan hingga CALK dan kinerja entitas itu ada laporan
keuangan. Secara umum, gambaran kinerja keuangan dan informasi lainnya yang didapat dari
catatan informai keuangan entitas masa tertentu merupakan pengertian laporan keuangan.

Laporan Keuangan dalam Mengukur Kinerja Keuangan


Mengukur kinerja entitas memerlukan data, dimana data terebut di dapat dari laporan
keuangan, jika kinerja itu adalah kinerja keuangan. Kinerja keuangan dinilai atau dilihat dari
pengukuran laporan yang telah akuntasikan sebelumnya untuk mengetahui hasil proses entitas.
Alat yang tepat guna memperoleh informasi keadaan finansial dan hasil yang telah terwujud oleh
entitas yang bersangkutan adalah laporan keuangan.
Cara dasar untuk menafsirkan kondisi keuangan dan hasil operasi suatu dengan melakukan
analisa hubungan dari berbagai pos dalam suatu laporan keuangan (Munawir, 2014). Hasil-hasil
yang telah diberikan atau dijabarkan dalam laporan keuangan ialah informasi yang dapat
dilakukan analisa di mana dalam analisa tersebut kita dapat mengukur bagaimana kinerja suatu
perusahaan tersebut.

Analisis Laporan Keuangan


Suatu kajian atau penelahaan yang dilakukan dengan berbagai macam teknik dan metode
terpilih guna mengetahui dan meninjau situasi keuangan entitas yang memberikan keterangan
tentangi kekuatan dan kelemahan entitas yang dapat dipakai manajemen guna mempersiapkan
dan memutuskan suatu keputusan yang tepat mengenai tindakan selanjutnya definisi dari analisis
laporan keuangan (Kasmir, 2015). Membandingkan rasio-rasio keuangan adalah cara
menganalisis laporan keuangan, rasio inilah yang biasanya menjadi metode atau teknik seorang
manajemen untuk menilai atau menganalisa bagaimana laporan keuangan tersebut.

6
Rasio Keuangan
Perbandingan jumlah bahasa sederhana dari rasio, dengan membandingkan jumlah satu ke
jumlah lainnya, bertujuan menemukan sebuah jawaban yang akan digunakan sebagai bahan
kajian untuk melakukan analisis dan sebuah keputusan (Fahmi, 2017). Angka-angka yang
dibandingkan dalam laporan keuangan dan memperoleh hasil atau berupa kesimpulan yang
didapat dari telaah adalah pengertian rasio keuangan. Di mana angka-angka tersebut memiliki
hubungan yang signifikan dan relevan (Harahap, 2011).

Teknik Analisis Laporan Keuangan


Beberapa Teknik analisis laporan keuangan menurut (Harahap, 2011) adalah sebagai
berikut :
1. Metode Komparatif
2. Tren Analisis Horizontal
3. Common Zise Financial Statement
4. Index Times Series Method
5. Analisis Rasio
6. Teknik Analisis Lainnya. Selain 5 teknik di atas, ada juga teknik lainnya seperti:
a. Analisis sumber dan penggunaan dana
b. Analisis Break Event Point
c. Analisis Gross Profit
d. Analisis Du Pont
e. Analytical Review

Analisis Model Du Pont


Model analisis ini ditemukan dan dikembangkan oleh perusahaan yang bernama Du Pont.
Analisis Model Du Pont menggunakan beberapa rasio keuangan, model ini memiliki kelebihan
yaitu dapat menelusuri sebab terjadinya depresiasi return on invesment (ROI), dan return on
equity (ROE). Rasio model Du Pont sendiri yang digunakan, antara lain; NPM, TATO, ROI, dan
ROE. Bagan berikut adalah gambaran relasi ROI dan ROE dan guna mengetahui faktor yang
mempengaruhinya (Sutrisno, 2013):

7
Net Profit Margin (NPM)
NPM adalah parameter yang direalisasikan entitas guna menilai pengelolaan sumber daya
agar memperoleh laba. Rumus agar Net Profit Margin diperoleh menurut (Kasmir, 2015):
Laba Setelah Pajak
NPM = x 100 %
Penjualan

Total Asset Turnover (TATO)


TATO yaitu parameter yang dapat direalisasikan entitas guna menilai pengelolaan aset
pendapatan meningkat. Rumus untuk mencari Total Assets Turnover menurut (Kasmir, 2015):
Penjualan
TATO = x 1kali
Total Aset

Return On Investment (ROI)


Return on Investment mengukur kecakapan manajemen dalam mengelola aset, rasio yang
mengungkapkan pengembalian jumlah aset yang dipakai entitas (Kasmir, 2015). Rasio ini, rasio
profitabilitas yang menjadi parameter kemampuan entitas guna operasi entitas dalam meraih laba
dari keseluruhan dana yang diinvestasikan dalam aset. Semakin kecil (rendah) persentase

8
pengembalian ini semakin tidak baik. Artinya rasio ini dipakai guna menghitung tingkat
efektifitas dari keseluruhan operasi entitas. Berikut rumus ROI model Du Pont (Kasmir, 2015):
ROI = Net Profit Margin x Total Assets Tornover

Return on Equity (ROE)


ROE (Return on Equity) yang dalam bahasa Indonesia artinya laba atas ekuitas, yang
mengkaji bagaimana entitas mengelola sumber daya yang dimiliki untuk memberikan laba atas
ekuitas (Sutrisno, 2013). ROE menurut Model Du Pont yang sudah dimodifikasi, rumusnya
adalah sebagai berikut (Kasmir, 2015) :
ROI
ROE = x 100 %
1 — Debt Ratio

Debt Ratio
Debt ratio merupakan parameter yang dipakai untuk perbandingan antara total utang
dengan total aset atau memperhitungkan rasio utangnya. Berapa besar utang yang dipakai untuk
membiayai aset perusahaan atau pengelolaan aset yang dipengaruhi oleh utang (Kasmir, 2015).
Berikut yang dirumukan menurut (Kasmir, 2015):
Total Utang
Debt Ratio =
Total Aset

Penilaian Kinerja Menurut Standar BUMN


Berdasarkan standar BUMN (PER-100-MBU-2002) yang ditetapkan oleh Menteri BUMN
bertujuan menilai kinerja perusahaan terutama BUMN, yang mana penilaian terebut meliputi tiga
aspek yaitu keuangan, operasional, dan administrasi. Penilaian ini berlaku bagi seluruh BUMN
yang bergerak dalam bidang infrastruktur dan non infrastruktur. Berikut bobot yang udah diatur
untuk tingkat kesehatan BUMN guna menilai kinerja perusahaan untuk periode tertentu yang
bersangkutan;
1) Aspek Keuangan
- BUMN Infrastrukutr 50
- BUMN Non Infrastruktur 70
2) Aspek Operasional (Sifat penilaian dilakukan secara kualitatif)
- BUMN Infrastrukutr 35
- BUMN Non Infrastruktur 15
9
3) Aspek Administrasi
- BUMN Infrastrukutr 15
- BUMN Non Infrastruktur 15
Berikut adalah daftar skor penilaian ROE dan ROI:

Kerangka Pikir
Setiap tahunnya perusahaan yang sudah go public akan dimintai laporan keuangan atau
laporan tahunannya tak terkecuali PT Garuda Indonesia, sebagai perusahaan BUMN yang
bergerak di bidang transportasi. Dari laporan keuangan PT Garuda Indonesia dapat diketahui
10
kinerjanya, yang didapat dari analisis laporan keuangan, lebih tepatnya analisis rasio dengan
beberapa variabel dalam Model Du Pont.
Berdasarkan hasil analisis Model Du Pont diperoleh persentase NPM dan TATO, hasil
tersebut dapat digunakan untuk mengukur berapa besar persentase ROI, dan dengan rumus Model
Du Pont juga dapat mengetahui berapa besar persentase ROE, yaitu dari hasil pembagian antara
ROI dengan Debt Ratio yang sebelumnya debt ratio dikurangkan dulu dengan 1. ROI dan ROE
inilah salah satu rasio yang menggambarkan bagaimana kinerja keuangan perusahaan tersebut
menurut standar BUMN.
Berikut bagan model kerangka berpikir yang digunakan dalam penelitian ini;

METODE PENELITIAN

Jenis penelitian ini adalah deskriptif kuantitatif yang akan menguji kinerja keuangan
perusahaan dengan melakukan analisis Model Du Pont. Penelitian ini diambil dari data BEI yang
bisa diunduh disitus resminya (www.idx.co.id), dengan unit analisis salah satu perusahaan
11
BUMN yaitu PT Garuda Indonesia (Persro) Tbk yang data disajikan dalam laporan keuangan
selama tahun penelitian mengalami fluktuasi.
Teknik analisis yang digunakan adalah dengan menghitung rasio setiap variabel yang
kemudian hasil tersebut dibandingkan dengan periode penelitian lainnya, dan nantinya dilihat
berdasarkan standar BUMN sesuai dengan PER-100-MBU-2002. Data sekunder dengan teknik
pengumpulan data dokumentasi yang digunakan dalam penelitian ini. Data berupa informasi
eksternal PT Garuda Indonesia, yaitu rasio dari laporan keuangan yang didapatkan dari
pengunduhan internet disitus resmi BEI.
Pada penelitian ini variabel-variabel yang menjadi pengamatan didefinisikan seperti pada
Tabel 4, berikut ini:

12
HASIL DAN ANALISIS

PT Garuda Indonesia (Persero) Tbk ialah salah satu perusahaan BUMN yang tercatat di
BEI dengan kode GIAA. Kantor Garuda Indonesia berada di Jalan Kebon Sirih No. 46A, Jakarta
10110, dan alamat emailnya adalah ikhsan.rosan@garuda-indonesia.com, dengan nomor telepon
dan faks 021-2560 1011 dan 021-2291 56773. NPWP Garuda Indoneia tercatat dengan nomor
01.001.634.3-093.000, berbagai informasi mengenai Garuda Indonesia dapat dilihat disitus
websitenya yaitu www.garuda-indonesia.com. Garuda Indonesia tercatat di BEI pada tanggal 11
Februari 2011, yang bergerak dibidang usaha jasa angkutan udara niaga, di sektor Infrastucture,
Utilities and Transportation (Bursa Efek Indonesia).
1 Agustus 1947 atau 72 tahun yang lalu berdirilah KLM-IIB (Koninklijke Luchtvaart
Maatschappij-Inter-Insulair Bedrijf), nama dulunya Garuda Indonesia, dan 26 Januari 1949
mulai beroperasi sebagai Indonesian Airways. Garuda salah satu perusahaan transportasi yang
berdiri sudah cukup lama. Garuda Indonesia salah satu Badan Usaha yang dimiliki Negara yaitu
sebesar 60,54% dari kepemilikan saham. 25,62% dimiliki oleh PT Trans Airways, dan 13,85%
dimiliki publik.

Net Profit Margin

Besarnya persentase NPM atau margin laba bersih PT Garuda Indonesia dari tahun 2014
hingga 2018 mengalami fluktuasi setiap tahunnya. Kenaikan NPM cukup tinggi terjadi pada
tahun 2015 sebesar 11,501 dan kembali mengalami depresiasi paling tinggi pada tahun 2017
13
yaitu sebesar 5,350. NPM PT Garuda Indonesia pada tahun 2014 memiliki persentase yang paling
rendah dari semua tahun yang diteliti yaitu sebesar -9,457 persen, hal ini disebabkan oleh
tingginya nilai kerugian yang diperoleh PT Garuda Indonesia pada tahun tersebut, yaitu rugi
sebesar 371.974.942 USD. Kerugian tersebut disebabkan oleh tingginya beban usaha yang
dikeluarkan dibandingkan jumlah pendapatan usahanya.
Net Profit Margin PT Garuda Indonesia meskipun pada tahun 2015 terjadi kenaikan yang
cukup signifikan, dan nilai rata-rata kenaikan atau penurunan NPM dari tahun ke-tahun yaitu
sebesar 2,265 yang artinya bagus karena lebih besar nilai peningkatan dibandingkan penurunan,
akan tetapi jika dihitung nilai rata-rata NPM PT Garuda Indonesia sendiri, tetap mengalami nilai
yang minus yaitu sebesar -3,256%. Artinya bahwa peningkatan tahun 2015 tidak dapat mengubah
rata-rata NPM menjadi lebih baik, sehingga dapat dikatakan bahwa NPM PT Garuda Indonesia
tahun 2014-2018 belum efisien.

Total Assets Turnover

Besarnya kali TATO atau perputaran total aset PT Garuda Indonesia dari tahun 2014
hingga 2018 mengalami fluktuasi setiap tahunnya, dan lebih banyak mengalami penurunan
dibandingkan kenaikan, kenaikan hanya terjadi pada tahun 2017 saja, sedangkan pada tahun
lainnya yang diteliti selalu mengalami penurunan. Meskipun begitu, nilai TATO PT Garuda
Indonesia tetap diatas 1, dan tidak pernah dibawah dari 1, artinya kemampuan aset PT Garuda
Indonesia masih baik dan masih menghasilkan laba. Dilihat dari keseluruhan dari tahun 2014
sampai tahun 2018, TATO lebih banyak menurun dibandingkan meningkat, artinya bahwa upaya
14
meningkatkan pendapatan menurun karena kurangnya nilai efisiensi manajemen dalam
memberdayakan sumber daya entitas bagian aset.
TATO PT Garuda Indonesia meskipun lebih banyak mengalami penurunan dibandingkan
kenaikan, dan meskipun nilai rata-rata dari kenaikan atau penurunannya dari tahun ke-tahun
mendapat nilai minus yaitu sebesar -0,074, namun rata-rata TATO PT Garuda Indonesia tahun
2014-2018 tetap berada diangka 1 lebih, yaitu sebesar 1,123. Meskipun lebih banyak mengalami
penurunan dibandingkan kenaikan, nilai TATO PT Garuda Indonesia tahun 2014-2018 adalah
efisien karena diatas 1, artinya bahwa rata-rata setiap 1 USD aset PT Garuda Indonesia dapat
menghasilkan penjualan sebesar 1,123 USD.

Return on Investment

Nilai besarnya ROI didapat dari 2 faktor yaitu dari nilai NPM dan juga nilai TATO. ROI
setiap tahunnya mengalami fluktuasi, ROI meningkat hanya pada tahun 2015 dan tahun 2018,
sedangkan tahun 2016 dan 2017 mengalami penurunan. Kenaikan NPM cukup tinggi terjadi pada
tahun 2015 dengan nilai rata-rata kenaikan atau penurunan ROI dari tahun ke-tahun yaitu sebesar
1,949 yang artinya bagus karena lebih besar nilai peningkatan dibandingkan penurunan, akan
tetapi jika dihitung nilai rata-ratanya, ROI PT Garuda Indonesia tetap mengalami nilai yang
minus yaitu sebesar -3,852%. Artinya bahwa peningkatan tahun 2015 yang besar tadi tidak dapat
mengubah rata-rata ROI menjadi lebih baik.
Tahun 2014, ROI PT Garuda sebesar -11,996% apabila dibandingkan dengan ROI 18%
(standar BUMN) menunjukkan kinerja keuangan perusahaan belum efisien, begitupun pada tahun
15
2017 dan 2018, ROI sebesar -5,670% dan -4,200%. Tahun 2015, ROI PT Garuda Indonesia
sebesar 2,356% apabila dibandingkan dengan standar BUMN 18% menunjukkan perusahaan juga
belum efisien kinerja keuangnnya, begitu juga dengan ROI tahun 2016 yang berada di bawah
ROI tahun 2015. Dan berdasarkan skor rata-rata yang didapatkan PT Garuda Indonesia menurut
standar BUMN hanya sebesar 1,6 dan apabila dibandingkan dengan standar BUMN ROI 15
menunjukkan bahwa ROI PT Garuda Indonesia tahun 2014-2018 belum efisien.

Debt Ratio

Debt Ratio PT Garuda Indonesia setiap tahunnya mengalami peningkatan, artinya bahwa
setiap tahun semakin besar juga jumlah utang yang meningkat dibandingkan dengan peningkatan
asetnya. Meskipun nilai Debt Ratio meningkat setiap tahunnya tapi tidak pernah melewati dari
nilai 1, yang artinya bahwa Debt Ratio PT Garuda Indonesia masih bisa dikatakan aman. Dilihat
dari rata-rata nilai debt ratio PT Garuda Indonesia adalah sebesar 0,745, yang artinya bahwa
sebanyak 0,745 porsi utang dibandingkan aset atau hampir 75%, dan sebesar 0,255 porsi untuk
modal. Dilihat dari rata-rata kenaikan atau penurunan debt ratio sebesar 0,030 meningkat setiap
tahunnya, sehingga dapat diartikan bahwa porsi utang rata-rata mengalami peningkatan sebesar
3% dibandingkan porsi asetnya. Meskipun nilai debt ratio masih berada dibawah satu dan bisa
dikatakan aman, tapi jika dilihat dari angka rata-ratanya sebesar 0,745 atau hampir 75% porsi
utang dibandingkan aset.

16
Return on Equity

ROE PT Garuda Indonesia mengalami fluktuasi setiap tahunnya, peningkatan hanya terjadi
pada tahun 2015 saja, sedangkan tahun berikutnya sampai tahun 2018 selalu mengalami
penurunan. Perhitungan ROE dalam Model Du Pont berbeda dari perhitungan pada umumnya,
karena ROE hasil pembagian ROI dengan 1-debt ratio. ROE pada tahun 2014 adalah ROE yang
nilainya paling rendah jika dibandingkan dengan tahun lainnya dalam penelitian. Return on
Equity PT Garuda Indonesia meskipun pada tahun 2015 terjadi kenaikan yang cukup signifikan
yaitu sebesar 48,535%, dan nilai rata-rata kenaikan atau penurunan ROE dari tahun ke-tahun
yaitu sebesar 4,151 yang artinya bagus karena lebih besar nilai peningkatan dibandingkan
penurunan dan rata-rata peningkatannya cukup besar, akan tetapi jika dihitung nilai rata-rata ROE
PT Garuda Indonesia sendiri tetap mengalami nilai yang minus yang besar yaitu sebesar -
15,685%. Artinya peningkatan tahun 2015 yang besar tadi tidak dapat mengubah rata-rata ROE
menjadi lebih baik.
Tahun 2014, ROE PT Garuda sebesar -40,577% apabila dibandingkan dengan standar
BUMN ROE 15% menunjukkan perusahaan belum efisien kinerja keuangannya, begitupun pada
tahun 2017 dan 2018, ROE sebesar -22,762% dan -23,972%. Tahun 2016, meskipun ROE PT
Garuda Indonesia meningkat menjadi sebesar 0,927% apabila dibandingkan dengan standar
BUMN 15% masih menunjukkan perusahaan juga belum efisien kinerja keuangnnya, akan tetapi
pada tahun 2015, ROE PT Garuda Indonesia sebesar 7,958% apabila dibandingkan dengan
standar BUMN 15% menunjukkan bhawa pada tahun tersebut cukup efisien kinerja

17
keuangannya. Berdaasarkan skor rata-rata yang didapatkan PT Garuda Indonesia menurut standar
BUMN hanya sebesar 2,8 saja, dan dibandingkan dengan standar BUMN ROE 20 menunjukkan
perusahaan belum efisien kinerja keuangannya.

Keterbatasan Penelitian

Hail penelitian dalam penelitian ini dapat dipengaruhi karena adanya keterbatasan yaitu:
1. Mengukur kinerja menurut standar BUMN sangat sulit karena hanya menggunakan analisis
Model Du Pont.
2. Data yang digunakan hanya berupa laporan keuangan yang didapat dari BEI, sehingga
penelitian ini hanya dapat membahas kinerja keuangan dalam bentuk kuantitatif tidak secara
kualitatif.
3. Data laporan keuangan PT Garuda Indonesia yang sudah disajikan kembali tahun 2014 tidak
ditemukan sehingga data yang dibahas peneliti untuk tahun 2014 adalah data yang sebelum
disajikan kembali, dan data yang peneliti cantumkan dalam latar belakang adalah data dari
Annual Report PT Garuda Indonesia tahun 2018 yang mana dalam data tersebut untuk rasio
tahun 2014 adalah hasil perhitungan yang sudah disajikan kembali, oleh karena itu adanya
perbedaan rasio yang di latar belakang dengan pembahasan untuk tahun 2014.
4. Penelitian ini tidak dapat mengukur kinerja keuangannya berdasarkan rata-rata industri.

KESIMPULAN DAN SARAN

Kesimpulan
Ditarik beberapa kesimpulan dari hasil analisis yang dilakukan, berikut:
1. Berdasarkan analisis Model Du Pont yang diteliti menggambarkan kinerja keuangan PT
Garuda Indonesia dalam NPM atau kemampuan menghasilkan laba bersih secara umum
belum efisien, karena cenderung depresiasi. Namun, pada tingkat efisiensi perusahaan dalam
penggunaan aset yang diukur dengan TATO untuk memperoleh pendapatan cukup efisien
meskipun lebih banyak menurun. Kinerja entitas dalam pengelolaan sumber daya termasuk
aset yang dihitung dengan ROI model Du Pont ialah belum efisien, masih berada di bawah
standar BUMN. Debt ratio PT Garuda Indonesia dalam Model Du Pont cenderung
meningkat setiap tahunnya, artinya bahwa tingkat kewajiban atau utang PT Garuda Indonesia

18
juga meningkat. ROE model Du Pont menunjukkan kinerja keuangan yang belum efisien
karena kebanyakan mengalami depresiasi dan masih berada di bawah standar BUMN. Dari
nilai ROI dan ROE yang belum efisien menunjukkan belum mampunya manajemen entitas
mengelola dengan efisien pendapatan dan pengeluaran atau beban perusahaan sehingga sulit
dalam memperoleh laba.
2. Faktor-faktor penyebab terjadi depresiasi kinerja keuangan PT Garuda Indonesia adalah
turunnya laba yang dihasilkan bahkan sampai merugi sedangkan biaya operasional terus
meningkat setiap tahunnya.

Saran
Saran peneliti agar perusahaan lebih fokus pada usaha perbaikan kinerja keuangan guna
menghindari persentase yang minus dan meningkatkan kelima rasio tersebut, misalnya lebih
meningkatkan pendapatan dan mengurangi beban operasional sehingga laba akan lebih besar
didapat, dan seperti tahun 2015 itu adalah tahun yang mendekati efisien kinerja keuangannya
menurut peneliti. Selain itu seperti menghindari piutang yang terlalu tinggi untuk mengurangi
risiko dan sebaiknya uangnya digunakan untuk menambah aset tetap, dan juga lebih banyak
menambah modal sendiri dibandingkan utang untuk membiayai aset.

DAFTAR PUSTAKA
19
(IAI), I. A. (2015). Standar Akuntansi Keuangan. jakarta: Salemba Empat.
(MBUMN), M. B. (2014). Penelitian Tingkat Kesehatan Badan Usaha Milik Negara. Jakarta.
Data Profile Perusahaan Tercatat. (t.thn.). Dipetik April 15, 2020, dari Bursa Efek Indonesia:
https://ww.idx.co.id/perusahaan-tercatat/profil-perusahaan-tercatat/detail-profile-
perusahaan-tercatat/?kodeEmiten=GIAA
Dharma, M. B. (2018). Analisis Du Pont System untuk Menilai Kinerja Keuangan Perusahaan
(Studi Pada PT. Mayora Indah Tbk, PT. Delta Djakarta Tbk, dan PT. Indofood Sukses
Makmur Tbk Periode Tahun 2010-2015). Liabilities Jurnal Pendidikan Akuntansi e-ISSN
2620-5866 Volume 1. No.1 April 2018 , 65-77.
Fahmi, I. (2017). Analisis Kinerja Keuangan. Bandung: Alfabeta.
Harahap, S. S. (2011). Analisis Kritis Atas Laporan Keuangan. Jakarta: PT Raja Grafindo
Persada.
Hery. (2019). Manajemen Kinerja. Jakarta: Grasindo.
Jumingan. (2014). Analisis Laporan Keuangan. Jakarta: Bumi Aksara.
Kasmir. (2015). Analisis Laporan Keuangan. Jakarta: PT. Raja Grafindo Persada.
Martani, D., Siregar, S. V., Wardhani, R., Farahmita, A., & Tanujaya, e. (2016). Akuntansi
Keuangan Menengah Edisi 2 Buku 1. Jakarta: Salemba Empat.
Munawir. (2014). Analisa Laporan Keuangan. Yogyakarta: Liberty.
Sanjaya, S. (2017). Analisis Du Pont System dalam Mengukur Kinerja Keuangan PT Taspen
(Persero). Jurnal Riset Akuntansi & Bisnis , 15-32.
Sawir, A. (2005). Analisis Kinerja Keuangan dan Perencanaan Keuangan Perusahaan. Jakarta:
Gramedia Pustaka Utama.
Sujarweni, V. W. (2018). Manajemen Keuangan, Teori, Aplikasi, dan AHsil Penelitian.
Yogyakarta: Pustaka Baru Press.
Tentang Garuda Indonesia. (2019, Januari). Dipetik April 15, 2020, dari Garuda Indonesia:
https://www.garuda-indonesia.com/id/id/corporate-partners/company-profile/about/
indeks.page
Wardhani, A. R. (2017). Analisis Kinerja Keuangan Perusahaan dengan Metode Du Pont System
(Studi Pada Perusahaan Telekomunikasi Yang Terdaftar Di BEI Tahun 2014-2016).
Warsono. (2003). Manajemen Keuangan Perusahaan Jilid Satu, edisi Ketiga. Malang:
Bayumedia Publishing.

20

Anda mungkin juga menyukai