Anda di halaman 1dari 18

MAKALAH

EKSTRAKSI

Disusun oleh :

KELOMPOK 3

MUHAMMAD ACHRIZAL HAQ J1E114070


OCTAVIA ISTICHARAH J1E114218
UMI RAHMAH INDAHSARI J1E114227
ANA MULIANA 1711015220002
AULIA RAHMAH 1711015120002
MUHAMMAD LUTHFI FIRDAUS 1711015310017
MONICA FAJARIAWATI 1711015120009
RINA 1711015120018

PROGRAM STUDI S-1 FARMASI


FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM
UNIVERSITAS LAMBUNG MANGKURAT
BANJARBARU
2018
KATA PENGANTAR

Puji syukur kami panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa, karena berkat limpahan
rahmat dan karunia-Nya lah kami dapat menyelesaikan penulisan makalah yang berjudul
“Ekstraksi”.
Makalah ini disusun dalam rangka memenuhi tugas Kimia Analisis yang diberikan
oleh ibu Fadlillaturrahmah, S.Farm., M.Sc., Apt. dan juga untuk menambah wawasan bagi
penulisnya. Kami sangat berterimakasih pada semua pihak yang telah membantu pengerjaan
kami terutama teman satu kelompok kami.
Penulis menyadari bahwa sangat banyak sekali kekurangan yang ada pada makalah
ini, diperlukan untuk perbaikan selanjutnya pada makalah yang diberikan oleh dosen lain.
Sekian pengantar dari penulis semoga makalah ini bermanfaat.
DAFTAR ISI

COVER.......................................................................................................................................i

KATA PENGANTAR...............................................................................................................ii

DAFTAR ISI............................................................................................................................iii

BAB I PENDAHULUAN

I.1 LATAR BELAKANG..........................................................................................................1

I.2 TUJUAN...............................................................................................................................1

BAB II PEMBAHASAN

II.1 DEFINISI EKSTRASI........................................................................................................2

II.2 CARA EKSTRAKSI...........................................................................................................2

II.3 PRINSIP DASAR EKSTRAKSI........................................................................................2

II.4 KLASIFIKASI EKSTRAKSI.............................................................................................3

II.5 MEKANISME EKSTRAKSI..............................................................................................4

II.6 MACAM-MACAM EKSTRAKSI.....................................................................................6

II.7 METODE-METODE EKSTRAKSI.................................................................................10

II.8 KELEBIHAN DAN KEKURANGAN EKSTRAKSI .....................................................10

II.9 FAKTOR BERHASILNYA EKSTRAKSI.......................................................................11

BAB III PENUTUP

III.1 KESIMPULAN................................................................................................................14

III.2 SARAN............................................................................................................................14

DAFTAR PUSTAKA

LAMPIRAN
BAB I
PENDAHULUAN

I.1 LATAR BELAKANG


Metode pemisahan merupakan pemisahan yang bertujuan untuk mendapatkan semua
komponen yang terkandung dalam bahan yang dipisahkan. Pemisahan yang demikian dikenal
dengan pemisahan lengkap (complete separation). Apabila tujuan pemisahan hanya untuk
mendapatkan salah satu atau beberapa komponen saja yang ada didalam bahan awal maka
yang demikian ini disebut dengan pemisihan sebagai (partial separation).
Pemisahan merupakan suatu cara atau metode untuk menghilangkan pengotor dari
suatu bahan yang dikehendaki yang didasarkan pada sifat fisika seperti ukuran partikel,
solubilitas, densitas, magnetik vs non-magnetik, sublimasi, volatilitas (Rubiyanto, 2017). Di
antara berbagai jenis metode pemisahan, ekstraksi pelarut atau disebut juga ekstraksi air
merupakan metode pemisahan yang paling baik dan populer. Alasan utamanya adalah karena
pemisahan ini dilakukan baik dalam tingkat makro ataupun mikro. Seseorang tidak
memerlukan alat khusus atau canggih kecuali corong pemisah.
Prinsip metode ini didasarkan pada distribusi zat terlarut dengan perbandingan
tertentu antara dua pelarut yang tidak saling bercampur seperti benzena, karbon tetraklorida
atau kloroform. Batasannya adalah zat terlarut dapat ditransfer pada jumlah yang berbeda
dalam kedua fase pelarut. Teknik ini dapat digunakan untuk kegunaan preparatif, pemurnian,
memperkaya, pemisahan serta analisis pada semua skala kerja (Khopkar, 2010).

I.2 TUJUAN
Tujuan pembuatan makalah ini adalah untuk:
1. Mengetahui definisi dari ekstraksi
2. Mengetahui cara pengklasifikasian ekstraksi
3. Mengetahui macam-macam ekstraksi pelarut
4. Mengetahui bagaimana mekanisme ekstraksi
5. Mengetahui faktor berhasilnya ekstraksi
BAB II
PEMBAHASAN

II.1 DEFINISI EKSTRAKSI


Ekstraksi merupakan salah satu teknik pemisahan kimia untuk memisahkan atau
menarik satu atau lebih komponen atau senyawa-senyawa (analit) dari suatu sampel dengan
menggunakan pelarut tertentu yang sesuai. Ekstraksi padat-cair atau leaching merupakan
proses transfer secara difusi analit dari sampel padatan dapat dilakukan jika analit yang
diinginkan dapat larut dalam pelarut pengekstraksi. Pada ekstraksi ini prinsip pemisahan
didasarkan pada kemampuan atau daya larut analit dalam pelarut tertentu. Dengan demikian
komponen analit dari sampel secara maksimal (Leba, 2017).

II.2 CARA EKSTRAKSI


Cara ekstraksi merupakan sistem pembuatan minyak atsiri yang bahan bakunya
memiliki redemen kecil, rusak pada suhu tinggi, dan rata-rata larut dalam air. Cara ekstraksi
biasanya digunakan untuk bahan baku minyak atsiri berupa bunga. Beberapa komoditas
minyak atsiri yang menggunakan sistem ekstraksi di antaranya mawar, melati, dan sedap
malam.
Cara ekstraksi dapat dibedakan menjadi 3 jenis, yaitu ekstraksi dengan pelarut
menguap, ekstraksi dengan lemak dingin, dan ekstraksi dengan lemak panas. Ekstraksi
minyak atsiri secara komersial umumnya dilakukan dengan pelarut menguap (solvent
extraction). Prinsip metode ekstraksi dengan pelarut menguap adalah melarutkan minyak
atsiri di dalam bahan pelarut organik yang mudah menguap. Pelarut yang dapat digunakan di
antaranya alkohol, heksana, benzena, dan toluena (Rusli, 2010).
Minyak atsiri dikenal dengan nama minyak eteris atau minyak terbang merupakan
bahan yang bersifat mudah menguap, mempunyai rasa getir, dan bau mirip tanaman asalnya.
Metode ekstraksi pelarut menguap merupakan suatu metode melarutkan minyak atsiri dalam
pelarut organik yang mudah menguap. Pemilihan pelarut yang akan digunakan pada metode
ekstraksi pelarut menguap didasarkan pada kesamaan sifat polaritas dengan minyak bunga
melati sehingga ekstraksi dapat terjadi. Molekul polar cenderung saling berasosiasi dan
molekul non polar cenderung berasosiasi dengan molekul sejenisnya. Suatu zat dapat larut
dalam pelarut tertentu jika mempunyai nilai polaritas yang sama yaitu zat polar akan larut
dalam pelarut polar dan tidak larut dalam pelarut non polar. Terdapat dua jenis ekstraksi yang
terdapat pada ekstraksi pelarut menguap,yaitu ekstraksi cair-cair dan ekstraksi padat-cair.
Pemindahan komponen dari bunga ke pelarut pada ekstraksi padat-cair melalui tiga tahapan,
yaitu difusi pelarut ke dalam pori-pori bunga, melalui pori-pori proses ekstraksi minyak oleh
pelarut, dan perpindahan larutan hasil ekstraksi dari dalam bunga melalui pori-pori menjadi
larutan ekstrak. Salah satu faktor yang mempengaruhi rendemen adalah lama ekstraksi,
akurasi lama waktu yang digunakan berpengaruh terhadap efisiensi proses (Kristian et al.,
2016).
Bahan lain yang digunakan selama proses ekstraksi meliputi pelarut n-heksan 99,5%
dan etanol 96%. Terdapat bahan yang digunakan untuk analisis mutu minyak bunga melati
yang dihasilkan yaitu aquades, KOH 0,1 N dan 0,5 N, Fenolftalein (pp), dan Asam Klorida
(HCl) 0,5 N. Alat yang digunakan dalam penelitian ini yaitu timbangan analitik, toples gelas
kaca, batang pengaduk, kain saring, corong kaca, vacuum rotary evaporator, magnetic stirrer,
freezer, beaker glass, gelas ukur, kromameter, buret, labu erlenmeyer, piknometer,
refraktometer ABBE, oven, dan GCMS. Metode penelitian yang digunakan adalah metode
eksperimen laboratorium dengan menggunakan analisis deskriptif yaitu penarikan
kesimpulan yang hanya ditujukan pada hasil penelitian. Faktor tersebut lama ekstraksi yang
terdiri dari 8 jam, 12 dan 16 jam. Perbandingan bunga melati dan pelarutnya adalah 1:2 (b/b).
Rendemen total merupakan perbandingan massa minyak bunga melati (absolute) yang
dihasilkan dengan massa bahan baku (bunga melati segar) yang diekstraksi. Nilai rendemen
total akan menentukan lama ekstraksi yang optimal untuk digunakan dalam ekstraksi minyak
bunga melati dengan menggunakan metode pelarut menguap (Kristian et al., 2016).
Semakin lama ekstraksi dengan waktu yang optimal, maka semakin tinggi rendemen
yang dihasilkan. Waktu ekstraksi yang pendek akan memberikan hasil yang rendah sebab
tidak semua komponen terekstrak. Semakin lama waktu ekstraksi maka kesempatan untuk
bersentuhan antara bunga melati dengan nheksan semakin besar sehingga rendemen juga
akan bertambah sampai titik jenuh larutan, akan tetapi setelah mencapai waktu optimal
jumlah minyak yang terambil mengalami penurunan (Kristian et al., 2016).
Uji organoleptik ini terdiri dari dua bagian yaitu yang pertama, panelis menguji
keharuman aroma dan tingkat kewangian terhadap aroma minyak bunga melati yang
dihasilkan dengan bahan uji pembanding. pengaruh lama ekstraksi terhadap aroma minyak
bunga melati yaitu pada perlakuan lama ekstraksi 12 jam waktu yang optimal untuk
mendapatkan wangi yang baik, waktu ekstraksi yang pendek akan memberikan hasil yang
rendah sebab tidak semua komponen dapat diharapkan untuk terekstrak sedangkan semakin
lama waktu ekstraksi akan menyebabkan minyak atsiri menguap dan mengalami oksidasi,
sehingga menimbulkan perubahan bau (Kristian et al., 2016).
Alat yang digunakan untuk pengukuran warna pada penelitian ini adalah kromameter.
Berdasarkan hasil uji derajat warna menunjukkan nilai HUE minyak melati berada pada
kisaran 96,01-99,25. Angka tersebut berada pada rentang 90-126 yang menunjukkan warna
kromatis minyak melati adalah kuning (Kristian et al., 2016).
Bobot jenis merupakan perbandingan massa suatu zat dengan massa air pada suhu dan
volume yang sama. Bobot jenis menjelaskan banyaknya komponen yang terkandung dalam
zat tersebut (Kristian et al., 2016).

II.3 PRINSIP DASAR EKSTRAKSI


Hukum fase Gibb’s menyatakan bahwa :
P + V = C + 2
Keterangan : 
P = Fase
C = Komponen
V = Derajat kebebasan
Pada ekstraksi pelarut, kita mempunyai P = 2, yaitu fase air dan organik, C= 1, yaitu
zat terlarut di dalam pelarut dan fase air pada temperatur dan tekanan tetap, sehingga V = 1,
jadi kita akan dapat :
2 + 1 = 1+2, yaitu P + V = C + 2
Menurut Hukum distribusi Nernst :
Jika [X1] adalah kosentrasi zat terlarut dalam fase 1 dan [X 2] adalah kosentrasi zat terlarut
dalam fase 2, maka pada kesetimbangan,
[ X 2]
X1, X2 didapat; KD =
[ X 1]
Dimana; KD = Koefisien partisi. Partisi atau koefisien distribusi ini tidak tergantung pada
konsentrasi total zat terlarut pada kedua fase tersebut. Pada persamaan diatas, kita dapat
menuliskan koefisien aktivitas zat pada fase organik maupun pada fase air.
Perbandingan distribusi (D) dengan memperhitungkan konsentrasi total zat didalam
kedua fase, Perbandingan Distribusi dapat dinyatakan sebagai berikut :
Konsentrasi total zat pada fase organik
D=
Konsentrasi total zat pada fase air
Jika tidak terjadi asosiasi, disosiasi atau polimerisasi pada fase-fase tersebut dan keadaan
yang dipunyai adalah ideal, maka harga KD sama dengan D (Khopkar, 1990).
II.4 KLASIFIKASI EKSTRAKSI
Beberapa cara dapat mengklasifikasikan sistem ekstraksi. Cara klasik adalah
mengklasifikasi berdasarkan sifat zat yang di ekstraksi, sebagai khelat atau sistem ion
berasosiasi. Akan tetapi klasifikasi sekarang didasarkan pada hal yang lebih ilmiah, yaitu
proses ekstraksi. Bila ekstraksi ion logam berlangsung, maka proses ekstraksi berlangsung
dengan mekanisme tertentu. Berarti jika ekstraksi berlangsung melalui pembentukan khelat
atau struktur cincin, ekstraksi dapat diklasifikasikan sebagai ekstraksi khelat. Misalkan
ekstraksi uranium dengan 8-hidrosikuinilin pada kloroform atau ekstraksi besi dengan
cupferron pada pelarut karbon tetraklorida (Khopkar, 1990).
Golongan ekstraksi kedua dikenal sebagai ekstraksi melalui solvasi sebab ekstraksi
disolvasi ke fase organik. Contoh dari golongan ini adalah ekstraksi besi (III) dari asam
hidroklorida dengan dietileter atau ekstraksi uranium dari media asam nitrat dengan
tributilfosfat. Kedua ekstraksi tersebut dimungkinkan akibat solvasi spesies logam ke fase
organik (Khopkar, 1990).
Golongan ekstrasi ketiga adalah proses yang melibatkan pembentukan pasangan ion.
Ekstraksi berlangsung melalui pembentukan spesies netral yang tidak bermuatan di ekstraksi
ke fase organik. Contoh yang terbaik dari golongan ini adalah ekstraksi skandium dengan
triotilamin atau uranium dengan trioktilamin. Dalam hal ini pasangan ion terbentuk antara Sc
atau U dalam asam mineral bersama-sama dengan amina berberat molekul tinggi.
Kategori terakhir merupakan ekstraksi sinergis. Nama yang digunakan menyatakan
adanya efek saling memperkuat yang berakibat penambahan ekstraksi dengan memanfaatkan
pelarut pengekstraksi. Misalkan ekstraksi uranium dengan tributilfosfat (TBP) bersama-sama
dengan 2-thenoyltrifluoroaseton (TTA).Walaupun TBP maupun TTA masing-masing dapat
mengekstraksi uranium namun jika kita menggunakan campuran dari dua pengekstraksi
tersebut, kita mendapatkan kenaikan pada hasil ekstraksi. Karena itulah ekstraksi jenis ini
disebut sbagai ekstraksi sinergis (Khopkar, 1990).

II.5 MEKANISME EKSTRAKSI


Proses ekstraksi pelarut berlangsung selama tiga tahap, yaitu :
1. Pembentukan kompleks tidak bermuatan yang merupakan golongan ekstraksi
2. Distribusi dari kompleks yang terekstraksi
3. Interaksinya yang mungkin dalam fase organik
Pembentukan kompleks tidak bermuatan merupakan tahap penting dalam ekstraksi.
Jelaslah bahwa kompleks bermuatan tidak akan terekstraksi sehingga mutlak kompleks di
ekstraksi harus tanpa muatan. Kompleks tidak bermuatan dapat di bentuk melalui proses
pembentukan khelat (yaitu; khelat netral), solvasi atau pembentukan pasangan ion.
Pada fenomena solvasi ataupun pada ekstraksi yang melibatkan pembentukan
pasangan ion, kompleks yang terbentuk dapat berupa anion atau kation yang selanjutnya
berasosiasi dengan masing–masing kation atau anion lain untuk menghasilkan kompleks
tidak bermuatan yang dapat di ekstraksi ke fase organik.
Pada tahap ini penting untuk memperhatikan sifat kompleks logam dan faktor-faktor
yang mempengaruhi pembentukannya. Pertama, akan dilihat kompleks koordinasinya.
Pembentukan kompleks oleh ion logam tergantung pada kecendrungan untuk mengisi orbital
atom kosong dalam usaha mencapai konfigurasi elektron yang stabil. Ikatan yang terbentuk
dapat bersifat kovalen atau elektrostatik. Selama proses polarisasi, deformasi ion akan lebih
disukai dengan logam kation yang mempunyai muatan besar, ukuran ligan yang besar, dan
dengan ion logam yang mempunyai tipe konfigurasi atom gas yang bukan gas mulia.
Biasanya kompleks bermuatan diusahakan untuk dinetralkan oleh muatan ion lain, untuk
memudahkan ekstraksi.
Kestabilan kompleks koordinasi tergantung pada keasaman ion logam, kebasaan ligan
yang akan berkoordinasi, pertimbangan stereokimia serta konfigurasi kompleks yang
terbentuk. Jika logam mempunyai muatan atau valensi kation yang besar, keasamannya akan
lebih besar pula. Persamaan bohr menyatakan :
−Z 2 1− 1
F=
2r ( ∈ )
Keterangan
 ∈ : konstanta dielektrik
 R : jari–jari ion
 Z = muatan ionik
 F : konstanta Boltzman
Persamaan tersebut tampak bahwa kestabilan kompleks logam bertambah dengan
makin bertambahnya potensial ionik (Z2/2r). Pada umumnya, orbital–orbital atom kosong
pada unsur–unsur transisi mendukung adanya koordinasi. Kompleks yang berasal dari unsur–
unsur yang lebih elektronegatif cendrung lebih stabil. Kita dapat memberikan skala
selektivitas dari bermacam ligan pembentuk kompleks sebagai berikut :
CN- > SCN- > F- > OH- > Cl- > Br- > I- (untuk anion)
NH3 > RNH2 > R2NH > R3N (untuk ligan netral)
Golongan kompleks yang paling penting adalah khelat. Ligan pengkhelat mempunyai
peranan penting dalam ekstraksi logam sebab banyak logam–logam yang dapat tereksitasi
dan sekaligus dipisahkan. Khelat logam merupakan tipe senyawa koordinasi dimana ion
logam bergabung dengan basa polifungsional yang mampu menempati dua atau lebih posisi
pada lingkaran koordinasi dari ion logam untuk membentuk senyawa siklik.
Ada beberapa faktor yang mempengaruhi pembentukan khelat
1. Kekuatan basa dari gugus fungsi
2. Elektronegativitas dari atom berkaitan
3. Ukuran dan jumlah dari cincin khelat yang terbentuk
Tahap berikutnya yang penting pada mekanisme ekstraksi adalah proses distribusi
dari zat yang terekstraksi ke fase organik. Distribusi tergantung pada bermacam faktor, yaitu :
1. Kebasaan ligan
2. Faktor stereokimia
3. Adanya garam pada sistem ekstraksi
Ada beberapa elektrolit yang mempunyai kemampuan mempertinggi ekstraksi dari
kompleks. Peran utama dari elektrolit ini adalah :
1. Mempertinggi konsentrasi kompleks anion melalui mekanisme aksi massa sehingga
akan menambahkan kosentrasi kompleks dan mempertinggi ekstraksi
2. Akibat ikatan molekul air dengan ion elektrolit menjadikan pelarut tidak bebas lagi.
3. Konstanta dielektrik dari fase akua berkurang dengan bertambahnya konsentrasi
garam, selanjutnya akan mempertinggi pembentukan asosiasi ion.
Terakhir dalam pembahasan mekanisme ekstraksi adalah interaksi pada fase organik.
Interaksi ini mempengaruhi konsentrasi kompleks dan tingkat ekstraksi yang dihasilkan. Pada
ekstraksi dengan mekanisme solvasi, polimerisasi dapat terjadi. Pada konsentrasi yang besar,
polimerisasi dapat terjadi. Pada kosentrasi besar, polimerisasi berlangsung cepat. Polimerisasi
ini mengurangi aktivitas zat asosiasi ion dapat terjadi pada larutan polar yang encer sehingga
menghasilkan pertambahan ekstraksi (Khopkar, 1990).

II.6 MACAM-MACAM EKSTRAKSI


Proses ekstraksi dapat dikelompokkan berdasarkan bahan yang akan dipisahkan
dalam proses tersebut, yaitu :
1. Ekstraksi Langsung
Prosedur dari teknik ekstraksi ini merupakan prosedur yang sederhana karena
melibatkan pemilihan pelarut atau gabungan pelarut yang secara ideal akan melarutkan secara
sempurna senyawa yang akan dianalisis. Selain itu juga akan melarutkan senyawa lain yang
mengganggu analisis lebih lanjut (Rohman, 2014).
2. Soxhletasi
Merupakan jenis khusus ekstraksi fase padat. Sampel padat diekstraksi dengan pelarut
yang sesuai. Ekstraktor Soxhlet pertama kali ditemukan oleh Franz von Soxhlet pada
tahun1879. Awalnya Soxhlet dirancang untuk ekstraksi lipid dari bahan padat, namun saat ini
tidak hanya terbatas untuk mengekstraksi lipid. Ekstraksi ini hanya dibutuhkan ketika analit
yang dikehendaki mempunyai kelarutan yang terbatas dalam pelarut yang digunakan. Prinsip
kerja ekstraktor Soxhlet mengikuti model ekstraksi (pemisahan atau pengambilan) yang
menggunakan pelarut yang selalu baru dalam mengekstraksi analit yang dituju sehingga
terjadi ekstraksi yang kontinu (Rohman, 2014).
3. Ekstraksi Fase Padat (SPE)
Penggunaan ekstraksi fase padat digunakan untuk mengatasi beberapa kerugian yang
disebabkan oleh ECC. SPE merupakan teknik yang relatif baru, namun cepat berkembang
sebagai alat yang utama untuk praperlakuan sampel. Beberapa keunggulan SPE diantaranya
adalah :
a. Proses ekstraksi lebih sempurna
b. Pemisahan analit dari pengganggu akan lebih efisien
c. Mengurangi pelarut organik yang digunakan
d. Fraksi analit yang diperoleh lebih mudah dikumpulkan
e. Mampu menghilangkan partikulat
f. Lebih mudah diotomatisasikan
Kerugian dari ekstraksi ini yaitu banyaknya jenis cartridge yang beredar dipasaran sehingga
reproduksibilitas hasil bervariasi jika menggunakan cartridge yang berbeda dan adanya
adsorpsi bolak balik pada cartridge SPE.
SPE memiliki mekanisme retensi yang analog dengan kromatografi kolom sehingga SPE
dapat dilakukan dengan mode fase terbalik, fase normal, atau dalam mode penukaran ion.
Tahap-tahap dalam SPE yaitu :
a. Pengondisian
Yaitu dengan mengondisikan penjerap dengan pelarut yang sesuai. Kolom cartridge
dialiri dengan pelarut sampel untuk membasahi permukaan penjerap dan untuk menciptakan
nilai pH yang sama sehingga perubahan-perubahan kimia yang tidak diharapkan ketika
sampel dimasukkan dapat dihindari.
b. Retensi (Tertahannya) Sampel
Larutan sampel dilewatkan pada cartridge utuk menahan analit yang diharapkan,
sementara komponen lain terelusi, atau untuk menahan komponen yang tidak diharapkan,
tapi analit yang dikehendaki terelusi. Banyaknya sampel yang dilewatkan atau dimasukkan ke
penjerap harus memperhatikan jumlah penjerap yang ada di dalam cartridge SPE.
c. Pembilasan
Tahap ini penting untuk menghilangkan seluruh komponen yang tidak tertahan oleh
penjerap selama tahap retensi.
d. Elusi
Merupakan tahap akhir untuk mengambil analit yang dikehendaki jika analit tersebut
tertahan pada penjerap.
(Rohman, 2014).
4. Ekstraksi padat-cair
Prosedur yang paling sering dijumpai adalah ekstraksi seyawa dari bentuk sediaan
padat seperti analisis dalam sediaan tablet. Prosedur ini merupakan prosedur yang sederhana
karena melibatkan pemilihan pelarut atau gabungan pelarut yang secara ideal akan
melarutkan secara sempurna senyawa yang akan dianalisis dan hanya sedikit melarutkan
senyawa lain yang akan mengganggu analisis lebih lanjut (misalkan akan mengganggu
pemisahan pada kromatografi) (Gandjar & Rohman, 2007).
Ekstraksi padat-cair digunakan untuk memisahkan analit yang terdapat pada padatan
yang akan diekstrak dilembutkan terlebih dahulu, dapat dengan cara ditumbuk atau dapat
juga diiris-iris menjadi bagian yang tipis-tipis. Kemudian padatan yang telah halus dibungkus
dengan kertas saring. Padatan yang telah terbungkus kertas saring dimasukkan ke dalam alat
ekstraksi soxhlet. Pelarut organik dimasukkan ke dalam labu godog. Kemudian peralatan
ekstraksi dirangkai dengan menggunakan pendingin air. Ekstraksi dilakukan dengan
memanaskan pelarut organik sampai semua analit terekstrak (Khamidinal, 2009).
5. Ekstraksi cair-cair (liquid-liquid extraction)
Ekstraksi ini digunakan sebagai cara untuk praperlakuan sampel atau clean-up sampel
untuk memisahkan analit-analit dari komponen-komponen matriks yang mungkin
mengganggu pada saat kuantifikasi atau deteksi analit. Disamping itu, ekstraksi pelarut juga
digunakan untuk memekatkan analit yang ada dalam sampel dengan jumlah kecil sehingga
tidak memungkinkan atau menyulitkan untuk deteksi atau kuantifikasinya (Gandjar &
Rohman, 2007).
Ekstraksi cair-cair digunakan untuk memisahkan senyawa atas dasar perbedaan
kelarutan pada dua jenis pelarut yang berbeda yang tidak saling bercampur. Jika analit berada
dalam pelarut anorganik, maka pelarut yang digunakan adalah pelarut organik, dan
sebaliknya. Masukkan larutan campuran ke dalam corong pemisah. Tambahkan pelarut yang
akan digunakan untuk mengekstraksi senyawa analit. Kemudian larutan digojog dengan kuat
selama sepuluh menit. Penggojogan larutan dimaksudkan untuk memungkinkan pelarut
melarutkan analit dengan sempurna. Larutan didiamkan beberapa saat sampai terbentuk dua
lapisan. Lapisan atas merupakan pelarut organik, sedangkan lapisan bawah merupakan
larutan anorganik. Setelah itu larutan dapat dipisahkan dengan membuka kran corong
pemisah (Khamidinal, 2009).
Tiga metode dasar pada ekstraksi cair-cair adalah ekstraksi bertahap, ekstraksi
kontinu, dan ekstraksi counter current. Kesempurnaan ekstraksi tergantung pada pada
banyaknya ekstraksi yang dilakukan. Hasil yang baik diperoleh jika jumlah ekstraksi yang
dilakukan berulang kali dengan jumlah pelarut sedikit-sedikit. Ekstraksi bertahap baik
digunakan jika perbandingan distribusi besar. Alat yang biasa digunakan pada ekstraksi
bertahap adalah corong pemisah. Ekstraksi kontinu digunakan bila perbandingan distribusi
relatif kecil sehingga pemisahan yang kuantitatif diperlukan berapa tahap ekstraksi. Pada
ekstraksi kontinu counter current, fase cair pengekstraksi dialirkan dengan arah yang
berlawanan dengan larutan yang mengandung zat yang akan diekstraksi, biasanya digunakan
untuk pemisahan zat, isolasi ataupun pemurnian. Secara umum, pemilihan metode yang
digunakan tergantung pada perbandingan distribusi zat terlarut dan zat-zat lain yang
bercampur dan mengganggu pemisahan (Khopkar, 1990).
Ekstraksi ini yang paling sederhana, suatu alikuot larutan air digojog dengan pelarut
organik yang tidak campur dengan air. Kebanyakan prosedur ECC melibatkan ekstraksi analit
dari fase air ke dalam pelarut organik yang bersifat nonpolar atau agak polar. Meskipun
demikian, proses sebaliknya juga mungkin terjadi. Analit-analit yang mudah terekstraksi
dalam pelarut organik adalah molekul-molekul netral yang berikatan secara kovalen dengan
substituen yang bersifat nonpolar atau agak polar.
Pelarut-pelarut yang digunakan dalam ECC :
a. Pelarut-pelarut fase air :
1) Air murni
2) Larutan yang bersifat asam
3) Larutan yang bersifat basa
4) Larutan dengan kandungan garam yang tinggi
5) Agen-agen pengkompleks
6) Kombinasi dari dua atau lebih diatas
b. Pelarut-pelarut organik yang tidak larut dalam air :
1) Hidrokarbon alifatik
2) Dietil eter atau eter-eter yang lain
3) Metilen klorida
4) Kloroform
5) Etil asetat dan ester-ester yang lain
6) Keton alifatik
7) Alkohol alifatik
8) Toluen, xilen
9) Kombinasi dari dua atau lebih di atas
c. Pelarut-pelarut organik yang larut dalam air (tidak sesuai ECC) :
1) Alkohol
2) Keton
3) Aldehid
4) Asam-asam karboksilat
5) Dimetil sulfoksida
6) Dioksan
Hal-hal yang perlu dipertimbangkan ketika memilih pasangan pelarut pengekstraksi :
a. Kebercampuran
Suatu pelarut dapat bercampur satu dengan yang lain jika dua komponen dapat
dicampur bersama-sama dalam semua bagian tanpa membentuk dua fase yang terpisah.
b. Kerapatan
Pelarut-pelarut yang lebih rapat dibanding air akan berada di lapisan bawah,
sementara pelarut-pelarut yang kurang rapat dibandingkan air akan berada di atas atau
mengapung di atas air.
c. Kelarutan
Meskipun pelarut-pelarut dapat membentuk dua fase yang nyata ketika dicampur
secara bersama-sama, pelarut ini satu sama lain akan dapat sedikit bercampur dan akan
berakibat menjadi jenuh secara bersama-sama.
(Rohman, 2014).
II.7 METODE-METODE EKSTRASI
Dalam ekstraksi pelarut atau ekstraksi cair-cair terdapat beberapa metode ekstraksi
sebagai berikut :
1. Ekstraksi tunggal
Merupakan metode yang paling sederhana. Dalam ekstraksi ini, analit terekstrak dari
fasa air ke fasa organik. Ekstraksi ini dilakukan dengan cara menambahkan pelarut
pengekstraksi yang tidak bercampurdengan pelarut semula (pelarut yang mengandung analit)
dan dikocok sehingga terjadi kesetimbangan konsentrasi analit diantara kedua fasa.
Selanjutnya kedua pelarut ini dipisahkan. Ekstraksi ini dilakukan dalam corong pisah, dengan
volume pelarut tertentu.
2. Ekstraksi berulang
Ekstraksi ini sama dengan ekstraksi tunggal namun dalam metode ini, proses ekstraksi
dilakukan secara berulang-ulang dengan volume tertentu pelarut. Tujuan dari ekstraksi
berulang adalah untuk memperbesar % ekstraksi. Dengan volume pelarut yang sama,
ekstraksi berulang dapat meningkatkan efisiensi ekstraksi (%E menjadi lebih besar) bila
dibandingkan dengan cara ekstraksi tunggal.
(Leba, 2017).

II.8 KELEBIHAN DAN KEKURANGAN EKSTRAKSI


Kelebihan ekstraksi adalah
1. Ekstraksi adalah alat dan cara yang digunakan sangat sederhana, dapat digunakan
untuk analit baik yang tahan terhadap pemanasan maupun yang tidak tahan terhadap
pemanasan (Leba, 2017).
2. Baunya yang mirip dengan bau alamiah atau sumber tanamannya (Yuhani & Satuhu,
2012).
Kekurangan ekstraksi adalah:
1. Terlalu banyak menggunakan pelarut (Leba, 2017).
2. Membutuhkan suhu tinggi saat melakukan proses penguapan pelarut, yang tentunya
dapat membuat komponen di dalam propolis mudah menguap (Suranto, 2010).

II.9 FAKTOR BERHASILNYA EKSTRAKSI


Pelarut yang ideal harus memenuhi persyaratan sebagai berikut:
1. Pelarut harus dapat melarutkan semua zat wangi (volatil) dengan cepat dan sempurna,
serta dapat sedikit melarutkan zat warna, albumin dan lilin.
2. Pelarut bersifat inert atau tidak bereaksi dengan komponen minyak bunga.
3. Pelarut harus mempunyai titik didih yang cukup rendah serta mudah diuapkan tanpa
menggunakan suhu yang tinggi.
4. Pelarut tidak boleh larut dalam air.
5. Pelarut harus mempunyai titik didih yang seragam dan jika diuapkan tidak akan
tertinggal dalam minyak.
6. Mudah diperoleh dan harganya murah.
7. Tidak mudah terbakar
(Yuhani & Satuhu, 2012).
BAB III
PENUTUP

III.1 KESIMPULAN
Kesimpulan yang dapat diambil dari makalah tersebut adalah sebagai berikut :
1. Ekstraksi yaitu suatu metode pemisahan kimia untuk memisahkan atau menarik satu
atau lebih komponen atau senyawa-senyawa (analit) dari suatu sampel dengan
menggunakan pelarut tertentu.
2. Cara mengklasifikasi ekstraksi yaitu dengan cara klasik. Cara klasik yaitu
mengklasifikasi berdasarkan sifat zat yang di ekstraksi, sebagai khelat atau sistem ion
berasosiasi, tetapi klasifikasi sekarang didasarkan pada hal yang lebih ilmiah, yaitu
proses ekstraksi.
3. Macam-macam pelarutan ekstraksi yaitu ekstraksi langsung, soxhletasi, ekstraksi fase
padat (SPE), ekstraksi padat-cair, dan ekstraksi cair-cair (liquid-liquid extraction).
4. Mekanisme dalam ekstraksi berlangsung dalam 3 tahap yaitu pembentukan kompleks
tidak bermuatan yang merupakan golongan ekstraksi, distribusi dari kompleks yang
terekstraksi, dan interaksinya yang mungkin dalam fase organik.
5. Faktor-faktor yang dapat membuat berhasilnya ekstraksi berasal dari larutan yang
ideal. Syarat-syarat larutan yang ideal yaitu pelarut harus dapat melarutkan semua zat
wangi (volatil) dengan cepat dan sempurna, tidak bereaksi dengan komponen minyak
bunga, mempunyai titik didih yang rendah serta mudah diuapkan tanpa menggunakan
suhu yang tinggi, tidak boleh larut dalam air, harus mempunyai titik didih yang
seragam dan jika diuapkan tidak akan tertinggal dalam minyak, mudah diperoleh dan
harganya murah, dan juga tidak mudah terbakar

III.2 SARAN
Makalah ini masih terdapat banyak kekurangan. Untuk itu penulis mengharapkan
kritik dan saran yang sifatnya membangun untuk tercapainya suatu kesempurnaan sesuai
dengan kaidah-kaidah penulisan makalah.
DAFTAR PUSTAKA

Gandjar, I. G & A. Rohman. 2007. Kimia Farmasi Analisis. Pustaka pelajar, Yogyakarta.

Khamidinal. 2009. Teknik Laboratorium Kimia Cetakan ketiga. Pustaka pelajar, Yogyakarta.

Khopkar, S. M. 1990. Konsep dasar kimia analitik. UI-Press, Jakarta.

Kristian, J., S. Zain, S Nurjanah, A. Widyasanti & S. H. Putri. 2016. Pengaruh Lama
Ekstraksi Terhadap Rendemen dan Mutu Minyak Bunga Melati Putih Menggunakan
Metode Ekstraksi Pelarut Menguap (Solvent Extraction). Jurnal Teknotan. 10(2): 34-
40.

Leba, M. A. U. 2017. Extraksi dan Real Kromatografi. Deepublish, Yogyakarta.

Rohman, A. 2014. Validasi dan Penjaminan Mutu Metode Analisis Kimia. UGM-Press,
Yogyakarta.

Rubiyanto, D. 2017. Metode Kromatografi Prinsip Dasar, Praktikum dan Pendekatan


Pembelajaran Kromatografi. Deepublish, Yogyakarta.

Rusli, M. S. 2010. Sukses Memproduksi Minyak Atsiri. Agro Media Pustaka, Jakarta.

Suranto, A. 2010. Dahsatnya Propolis untuk menggempur penyakit. Agro Media Pustaka,
Jakarta.

Yuhani, S & Satuhu, S. 2012. Panduan Lengkap Minyak Atsiri. Penebar Swadaya, Bogor.

Anda mungkin juga menyukai