Anda di halaman 1dari 19

LAPORAN KIMIA BAHAN ALAM I SKRINING

FITOKIMIA DAUN MAHONI

Dosen Pengampu:
La Hamidu, S.Farm., M.Farm

Disusun Oleh :
Kelompok : 3
Anggun Sastiana 202002205
Diana Puspa Ratih 202002212
Etik Rahma Wati 202002221
Fernica Cahyani Putri 202002220
Grefiana 202002224
Iin Parlena 202002228
Klara Laurensia 202002232
Lita Anissa 202002236
Mei Nita A.M 202002240
Nurhalimah 202002244
Putri Latifah A.F 202002249
Shela Tri Mardiana 202002254
Sukmariah 202002258
Violeta Rika Safitri 202002262
Yasyfa Ahlya Putri 202002276

PROGRAM STUDI FARMASI


STIKES ADILA
DI KOTA BANDAR LAMPUNG
2022/2023
KATA PENGANTAR

Puji syukur kita panjatkan kehadirat allah SWT atas anugerah dari-Nya
kami mampu menyelesaikan Laporan Praktikum yang berjudul SKRINING
FITOKIMIA DAUN MAHONI ini. Penulis sangat bersyukur karena mampu
menyelesaikan Laporan Praktikum ini dengan tepat waktu sebagai pemenuh
tugas mata kuliah Kimia Bahan Alam 1. Selain itu, kami mengucapkan banyak
terimakasih kepada Bapak La Hamidu, S.Farm., M.Farm selaku dosen pengampu
mata kuliah Praktikum Kimia Bahan Alam 1 yang telah memberikan kami
kesempatan untuk menyusun Laporan Praktikum.
Kami menyadari bahwa penyususan Laporan Praktikum ini masih jauh dari
kata sempurna, untuk itu kritik serta saran yang membangun dari para pembaca
kami harapkan agar penyusuna laporan berikutnya dapat lebih baik lagi.

Bandar Lampung, 27 Oktober 2022

Kelompok 3

ii
DAFTAR ISI
SAMPUL .............................................................................................................. i
KATA PENGANTAR ........................................................................................ ii
DAFTAR ISI ...................................................................................................... iii
BAB I PENDAHULUAN ................................................................................... 1
1.1 Latar Belakang ............................................................................................... 1
1.2 Rumusan Masalah .......................................................................................... 2
1.3 Tujuan Praktikum ........................................................................................... 2
BAB II TINJAUAN PUSTAKA ........................................................................ 3
2.1 Definisi Tumbuhan Mahoni ........................................................................... 3
2.2 Klasifikasi Tumbuhan Mahoni ....................................................................... 4
2.3 Deskripsi Tumbuhan Mahoni ......................................................................... 4
2.4 Skrining Fitokimia ......................................................................................... 5
BAB III METODOLOGI .................................................................................. 7
3.1 Alat dan Bahan ............................................................................................... 7
3.2 Prosedur Kerja ................................................................................................ 7
BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN ......................................................... 10
4.1 Hasil Praktikum ............................................................................................ 10
4.2 Pembahasan .................................................................................................. 11
BAB V PENUTUP ............................................................................................ 14
5.1 Kesimpulan .................................................................................................. 14
5.2 Saran ............................................................................................................. 14
DAFTAR PUSTAKA ....................................................................................... 15

iii
BAB 1
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Fitokimia atau kimia tumbuhan mempelajari aneka ragam senyawa organik
yang dibentuk dan ditimbun oleh tumbuhan yaitu mengenai struktur kimianya,
biosintesisnya, perubahan serta metabolismenya, penyebarannya secara alamiah
serta fungsi biologinya. Tumbuhan menghasilkan berbagai macam senyawa
kimia organik, senyawa kimia ini bisa berupa metabolit primer maupun
metabolit sekunder. Kebanyakan tumbuhan menghasilkan metabolit sekunder,
metabolit sekunder juga dikenal sebagai hasil alamiah metabolisme. Hasil dari
metabolit sekunder lebih kompleks dibandingkan dengan metabolit primer.
Berdasarkan asal biosintetiknya, metabolit sekunder dapat dibagi ke dalam tiga
kelompok besar yakni terpenoid (triterpenoid, steroid, dan saponin) alkaloid dan
senyawa-senyawa fenol (flavonoid dan tanin) (Simbala, 2009).
Mahoni (Swietenia mahagoni L.) adalah salah satu jenis tanaman dari
famili Meliaceae, yang tumbuh terutama pada daerah tropis di Asia, seperti
India, Malaysia, Indonesia dan Cina Selatan. Bijinya telah digunakan sebagai
obat tradisional untuk pengobatan hipertensi, diabetes, dan malaria, sedangkan
rebusan kulitnya telah digunakan sebagai obat penurun panas. Manfaat biji
mahoni telah dilaporkan sebagai anti-inflamasi, anti-mutagen, dan antitumor
.Biji mahoni memiliki kandungan senyawa bioaktif berupa flavonoid, alkaloid,
saponin dan fenol. Kandungan alkoloid pada biji mahoni dapat mengubah
susunan rantai DNA pada inti sel bakteri. Aktifitas antibakteri tersebut dapat
menghambat pertumbuhan bakteri dan menyebabkan kematian sel bakteri
.Biji mahoni terbukti mempunyai aktivitas antioksidan, antidiare dan
antimikroba. Biji mahoni mempunyai aktivitas antimikroba terhadap bakteri
gram positif maupun negatif (Falah S, dkk.2007).
Uji fitokimia terhadap kandungan senyawa kimia metabolit sekunder
merupakan langkah awal yang penting dalam penelitian mengenai tumbuhan
obat atau dalam hal pencarian senyawa aktif baru yang berasal dari bahan alam
yang dapat menjadi precursor bagi sintesis obat-obat baru atau menjadi
prototype senyawa aktif tertentu. Penapisan fitokimia dimulai dengan
pengumpulan sampel sebanyak mungkin. Oleh karena memakan waktu cukup

1
lama maka penapisan fitokimia memegang peranan terbesar dari kegiatan kimia
bahan alam. Spesies-spesies yang telah dianalisis secara fitokimia akan
diinventarisasi untuk ditelaah lebih lanjut mengenai struktur kimia senyawa-
senyawa aktifnya (Rustaman, dkk. 2006).
Alasan melakukan uji skrining fitokimia pada ekstrak daun mahoni untuk
mengetahui bagaimana melakukan skrining fitokimia, serta cara mengidentifikasi
senyawa golongan alkaloid, steroid, tanin, flavonoid dan golongan
dioksantrakinon dengan menggunakan beberapa pereaksi.
1.1 Rumusan Masalah
1. Apa itu skrining fitokimia?
2. Apa saja kandungan kimia yang terdapat dalam daun mahoni
(Swietenia mahagoni L.)?
3. Bagaimana cara melakukan skrining fitokimia?
1.2 Tujuan Praktikum
1. Mahasiswa mengetahui cara pembuatan ekstrak untuk skrining fitokimia
2. mahasiswa mengetahui cara identifikasi senyawa golongan alkaloid
3. Mahasiswa mengetahui cara identifikasi senyawa golongan steroid
4. Mahasiswa mengetahui cara identifikasi senyawa golongan flavonoid
5. Mahasiswa mengetahui cara identifikasi senyawa golongan tanin
6. Mahasiswa mengetahui cara identifikasi senyawa golongan
dioksiantrakinon

2
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Definisi Tumbuhan Mahoni (Swietenia mahagoni L. Jacq)
Menurut Haekal (2010), tumbuhan mahoni (Swietenia mahagoni (L.) Jacq)
merupakan salah satu tumbuhan yang dianjurkan dalam pengembangan HTI
(Hutan Tanaman Industri). Mahoni merupakan tumbuhan tropis dari famili
Meliaceae. Tumbuhan tersebut berasal dari Hindia Barat yang dapat ditemukan
tumbuh liar di hutan jati dan tempat-tempat lain yang dekat dengan pantai atau
ditanam ditepi jalan sebagai pohon pelindung (Qodri dkk. 2014).
Ada dua spesies yang cukup dikenal yaitu: Swietenia macrophyla yang
berdaun lebar dan Swietenia mahagoni yang berdaun sempit. S. macrophylla
merupakan jenis pohon tropis endemik Amerika Tengah dan Amerika Selatan
yang memiliki persebaran alami yang luas, terbentang dari Meksiko Bolivia dan
Brasil tengah. Tinggi spesies tersebut antara 30-35 m, daun dengan panjang 35-
50 cm (Haekal, 2010). S. mahagoni memiliki ukuran lebih kecil dari segi
pohon, dan daun dibandingkan dengan S. macrophylla (Prasetyono, 2012).
Skrining fitokimia merupakan cara untuk mengidentifikasi bioaktif yang
belum tampak melalui suatu tes atau pemeriksaan yang dapat dengan cepat
memisahkan antara bahan alam yang memiliki kandungan fitokimia tertentu
dengan bahan alam yang memiliki kandungan fitokimia tertentu skrining
fitokimia merupakan tahap pendahuluan dalam suatu penelitian fitokimia yang
bertujuan untuk memberikan gambaran tentang golongan senyawa yang
terkandung dalam tanaman yang sedang diteliti. Metode skrining fitokimia
dilakukan dengan melihat reaksi pengujian warna dengan menggunakan suatu
pereaksi warna. Hal penting yang berperan dalam skrining fitokimia adalah
pemilihan pelarut dan metode ekstraksi (Kristanti. Dkk., 2008)
Skrining fitokimia serbuk simplisia dan sampel dalam bentuk basah
meliputi pemeriksaan senyawa alkaloida, flavonoida, terpenoida/steroid, tannin
dan saponin menurut prosedur yang telah dilakukan oleh Harbone (Harbone,
1987 ; Depkes, 1995).

3
Gambar 1. Daun mahoni

2.2 Klasifikasi Tumbuhan Mahoni


Adapun klasifikasi dari tanaman mahoni tersebut adalah sebagai berikut:
(Adilah M, 2018).
Regnum : Plantae
Divisio : Spermatophyta
Subdivision : Angiospermae
Kelas : Dicotiledonae
Ordo : Rotales
Famili : Meliaceae
Genus : Swietenia
Spesies : Swietenia mahagoni L.

2.3 Deskripsi Tumbuhan Mahoni


Tumbuhan mahoni merupakan tumbuhan tahunan dengan tinggi ± 5-25 m,
berakar tunggang, berbatang bulat, percabangan banyak dan kayunya bergetah.
Daun pohon mahoni termasuk daun majemuk menyirip genap, helaian daun
berbentuk bulat telur, ujung dan pangkalnya runcing, tepi rata, tulang daunnya
menyirip dan panjang 3-15 cm. Daun muda berwarna merah, setelah tua
berwarna hijau (Adilah M, 2018)
Di Indonesia, tumbuhan mahoni mempunyai banyak sebutan sesuai daerah
seperti mahoni (makassar), mahoni (bugis),mahoni (Mandar), mahoni (Toraja),
mahoni (Bima), mahoni, mahagony, maoni (Jawa) (Adilah M, 2018).

4
2.4 Skrining fitokimia
Skrining fitokimia merupakan salah satu cara yang dapat dilakukan untuk
mengidentifikasi kandungan senyawa metabolit sekunder suatu bahan alam.
Skrining fitokimia merupakan tahap pendahuluan yang dapat memberikan
gambaran mengenai kadungan senyawa tertentu dalam bahan alam yang akan
diteliti. Skrining fitokimia dapat dilakukan, baik secara kualitatif, semi
kuantitatif, maupun kuantitatif sesuai dengan tujuan yang diinginkan. Metode
skrining fitokimia secara kualitatif dapat dilakukan melalui reaksi warna dengan
menggunakan suatu pereaksi tertentu. Hal penting yang mempengaruhi dalam
proses skrining fitokimia adalah pemilihan pelarut dan metode ekstraksi. Pelarut
yang tidak sesuai memungkinkan senyawa aktif yang diinginkan tidak dapat
tertarik secara baik dan sempurna
Untuk identifikasi metabolit sekunder yang terdapat pada suatu ekstrak
digunakan berbagai metode berikut :
a. Identifikasi senyawa fenolik
Identifikasi adanya senyawa fenolik dalam suatu cuplikan dapat
dilakukan dengan pereaksi besi (III) klorida 1% dalam etanol. Adanya senyawa
fenolik ditunukan dengan timbulnya warna hijau, merah, ungu, biru, atau hitam
yang kuat.
b. Identifikasi senyawa golongan saponin (steroid dan terpenoid)
Saponin adalah suatu glukosida yang larut dalam air dan mempunyai
karakteristik dapat membentuk busa apabila dikocok, serta mempunyai
kemampuan menghemolisis sel darah merah. Saponin mempunyai toksisitas
yang tinggi. Berdasarkan strukturnya saponin dapat dibedakan atas dua macam
yaitu saponin yang mempunya rangka steroid dan saponin yang mempunyai
rangka triterpenoid. Berdasarkan pada strukturnya saponin memberikan reaksi
warna yang karakteristik dengan pereaksi Libermann-Buchard (LB).
c. Identifikasi senyawa golongan alkaloid
Alkaloid merupakan senyawa nitrogen yang sering terdapat dalam
tumbuhan. Atom nitrogen yang terdapat pada molekul alakaloid pada umumnya
merupakan atomnitrogen sekunder ataupun tersier dan kadang-kadang terdapat
sebagai atomnitrogen kuartener. Salah satu pereaksi untuk mengidentifikasi

5
adanya alkaloid menggunakan pereaksi Dragendorff dan pereaksi Mayer.
d. Identifikasi golongan antraquinon
Antraquinon merupakan suatu glikosida yang didalam tumbuhan
biasanya terdapat sebagai turunan antraquinon terhidrolisis ternitilasi, atau
terkarboksilasi. Antraquinon berikatan dengan gula sebagai o-glikosida atau c-
glikosida. Turunan antraquinon dapat bereaksi dengan basa memberikan warna
ungu atau hijau.
e. Identifikasi golongan flavonoid
Flavonoid merupakan senyawa yang umumnya terdapat pada tumbuhan
berpembuluh, terikat pada glukosida dan aglikon flavonoid. Dalam menganalisis
flavonoid, yang diperiksa adalah aglikon dalam ekstrak tumbuhan yang sudah
dihidrolisis. Proses ekstraksi senyawa ini dilakukan dengan etanol mendidih
untuk menghindari oksida enzim (Astriani, 2018).

6
BAB III
METODE PRAKTIKUM
3.1 Alat dan Bahan
Alat
1. Pipet tetes
2. Kertas saring
3. Labu erlenmayer
4. Spatula
5. Batang pengaduk kaca
6. Tabung reaksi
Bahan
1. Simplisia serbuk daun mahoni
2. FeCl3
3. KOH 10%
4. Etanol 96%
5. Pereaksi Mayer
6. HCl 0,5 N
7. Pereaksi Dragendorff
8. Libermann-Burchad
9. Asam Klorida 2 ml
10. Mg
11. Zink
12. AlCl3
3.2 Prosedur Kerja
1. Identifikasi senyawa tanin
Cara Kerja
a. Diambil sampel sebanyak 1 sendok spatula
b. Dimasukkan kedalam beaker glass 100 ml
c. Tambahkan FeCl3 1 N Sebanyak 3-5 tetes
d. Diaduk sampai terbentuk warna
e. Jika sampel berwarna hijau positif mengandung tanin

7
2. Identifikasi senyawa dioksiantrakuinon
Cara kerja
a. Masukkan serbuk mahoni kedalam tabung reaksi
b. Ditambahkan KOH 10% P b/v 5 tetes dalam etanol 96%
c. Digojok hingga homogen
d. Setelah digojok diperoleh hasil berwarna hijau
e. Jika sampel berwarna merah positif mengandung dioksiantrauinon
3. Identifikasi senyawa Alkaloid
Cara kerja
a. Filtrat serbuk daun mahoni Dengan etanol 96%
b. Siapkan dua tabung reaksi
c. Dimasukkan filtrate pada kedua tabung reaksi
1. Untuk Tabung 1 menggunakan pereaksi Mayer
a. Filtrat ditambah dengan HCI 0,5 N sebanyak 3
tetes
b. Ditambahkan pereaksi mayer sebanyak 3 tetes
c. Diperoleh hasil berwarna hijau kekuningan
d. Jika mmengandung alkoloid maka akan terbentuk
endapan kuning
2. Untuk Tabung reaksi 2 menggunakan pereaksi dragendorff
a. Filtrat ditambah dengan HCl 0,5 N sebanyak 3
tetes
b. Ditambah pereaksi Dragendorff
c. Diperoleh warna kuning kecoklatan
d. Jika mengandung alkaloid maka terbentuk endapan
warna jingga
4. Identifikasi senyawa steroid

Cara kerja
a. Dimasukkan 1 sendok serbuk dalam gelas beker
b. Ditambahkan etanol secukupnya.
c. Dipanaskan sampai mendidih selama 15 menit
d. Disaring filtrat diuapkan sampai kering
e. Ditambah sedikit air dan eter secukupnya.
f. Ditambah Libermann-Burchad

8
g. Diperoleh warna hijau
h. Jika sampel mengandung steroid maka terbentuk merah jambu
5. Identifikasi senyawa saponin
Cara kerja
a. Dimasukkan I sendok serbuk kedalam tabung reaksi
b. Ditambah 10 ml air panas
c. dinginkan
d. kocok kuat kuat selama 10 detik
e. Menghasilkan buih
f. Tambahkan I tetes asam klorida 2 ml
g. Sesudah ditambah HCl tidak terdapat buih.

h. Jika terdapat buih positif mengandung saponin


6. Identifikasi senyawa flavonoid
cara kerja
a. Disiapkan pipet tetes
b. Dimasukkan sedikit sampel pada 3 kolom
c. Dimasukkan sedikit sampel pada 3 kolom
d. Kolom 1 di beri Mg, kolom 2 beri Zink dan kolom 3 diberi AlCl3
e. didiamkan sebentar
f. Jika terbentuk warna merah menunjukan adanya flavonoid

9
BAB IV
HASIL DAN PEMBAHASAN

4.1 Hasil Praktikum

Sampel Pereaksi Hasil


Serbuk daun mahoni 1. Identifikasi
senyawa tannin
 FeCl3 1N

Positif mengandung tanin


Serbuk daun mahoni 2. Identifikasi senyawa
dioksiantrakinon
 KOH 10%

Negatif mengandung
dioksiantrakinon
Filtrat daun mahoni 3. Identifikasi senyawa
alkaloid
 Mayer

Negatif mengandung
alkaloid

 Dragendroff

Negatif mengandung
alkaloid

10
Serbuk daun mahoni 4. Identifikasi senyawa
steroid
 Libermann-
Burchad

Negatif mengandung
steroid

Filtrat daun mahoni 5. Identifikasi senyawa


saponin
 Asam Klorida

Negatif mengandung
saponin

Serbuk daun mahoni 6. Identifikasi


senyawa flavonoid
 Mg
 Zink  Pada kolom Mg
 AlCl3 diperoleh hasil
positif
 Pada kolom Zink
diperoleh hasil
positif
 Pada kolom AlCl3
diperoleh hasil
negatif

4.2 Pembahasan
Praktikum kali ini membahas tentang skrining fitokimia yang bertujuan
untuk mengetahui cara pembuatan ekstrak untuk skrining fitokimia, mengetahui
cara identifikasi senyawa golongan alkaloid, golongan steroid, golongan
flavonoid, golongan tanin, golongan dioksiantrakinon, dan golongan saponin.

11
Pada praktium ini mengguanakan sampel dari bahan alam yaitu ekstrak daun
mahoni (Swietenia Mahoni L.) serta beberapa pereaksi yaitu FeCl3, KOH 10%,
Mayer, Dragendroff, Libermann-Burchad, Asam klorida 2N, dan HCl pekat.
Senyawa fitokimia pada tumbuhan memiliki kandungan yang berbeda-beda
tergantung pada varietas, cara mengolah dan menyimpan, musim, dan spesies
(Pyo et al., 2014). Dari data yang dihasilkan dalam pengujian skrining fitokimia
mengindikasikan bahwa pada sampel daun mahoni terdapat senyawa tannin dan
senyawa flavonoid.
Hasil penelitian sebelumnya tentang skrining fitokimia daun mahoni
mengandung lima senyawa yang diujikan yaitu alkaloid, tanin, saponin,
terpenoid dan flavonoid. Hasil pengujian ini selaras dengan penelitian Adhikari
et al. (2012) yang menunjukkan bahwa ekstrak daun mahoni mengandung
senyawa aktif yakni saponin, alkaloid, tanin, dan flavonoid. Senyawa metabolit
yang lebih lengkap dibandingkan penelitian sebelumnya yang menggunakan
ekstrak air, ekstrak air daun mahoni hanya mengandung tanin dan flavonoid
(Amelia, 2016).
Hasil tabel diatas menunjukan bahwa pada pengujian tanin ekstrak daun
mahoni (Swietenia mahagoni) dengan penambahan FeCl3 sampel positif
mengandung senyawa tanin karena menghasilkan warna hijau yang
+
menandakan terbentuk senyawa kompleks (tanin dan ion Fe3 ) (Hamidu, 2022).
Pengujian senyawa dioksiantrakinon ekstrak daun mahoni (Swietenia
mahagoni) setelah diteteskan dengan KOH 10% negatif mengandung senyawa
dioksiantrakinon karena menghasilkan warna hijau sedangkan jika positif
mengandung senyawa dioksintrakinon akan menghasilkan warna merah.
Pengujian senyawa alkaloid ekstrak daun mahoni (Swietenia mahagoni)
menggunakan pereaksi mayer dan dragendorff.
Pengujian alkaloid pada perekasi mayer 3 tetes tidak menghasilkan
endapan berwarna kuning tetapi menghasilkan warna hijau kekuningan dan
pada perekasi dragendorff 3 tetes tidak menghasilkan endapan berwarna jingga
melainkan berwarna kuning kecoklatan. Sehingga dapat dikatakan ekstrak daun
mahoni negatif alkaloid. Pengujian senyawa steroid ekstrak daun mahoni
(Swietenia mahagoni) dengan menambahkan pereaksi lieberman-Burchad

12
diperoleh warna hijau dan negatif mengandung steroid karena sampel tersebut
tidak terbentuk warna merah jambu.
Pengujian senyawa saponin ekstrak daun mahoni (Swietenia mahagoni)
dilakukan dengan ditambahkan 10 ml air panas kemudian dinginkan. Kocok
sampel kuat-kuat selama 10 detik lalu tambahkan 1 tetes asam klorida (HCl)
2 N. Sebelum ditambahkan asam klorida 2 N menghasilkan positif sedangkan
setelah ditambahkan HCl sampel negatif mengandung saponin karena tidak
terdapat buih. Pada pengujian senyawa flavonoid ekstrak daun mahoni
(Swietenia mahagoni) dilakukan dengan memasukan sedikit sampel disetiap 3
kolom pada plat tetes, kolom 1 diberi Mg, kolom kedua diberi Zink dan kolom
ke 3 diberi AlCl3. Masing-masing kolom diberi HCl pekat sebanyak 3 sampai 5
tetes, kemudian diamkan sebentar. Pada kolom Mg dan Zink diperoleh hasil
positif karena terbentuk warna merah sedangkan pada kolom AlCl3 diperoleh
hasil negatif karena tidak menunjukkan terbentuknya warna merah.

13
BAB V
PENUTUP
5.1 Kesimpulan
Pada skrining fitokimia ekstrak daun mahoni dilakukan 6 uji diantarnya
uji alkaloid, uji steroid, uji flavonoid, uji tannin, uji dioksiantrakinon, dan uji
saponin. Berdasarkan hasil uji yang diperoleh bahwa ekstrak daun mahoni positif
mengandung senyawa tannin dan flavonoid.
5.2 Saran
Sebaiknya ketelitian dan kecermatan mengenai praktikum dan pengamatan
lebih ditingkatkan lagi serta diharapkan ketersediaan alat dan bahan praktikum
semakin lengkap agar pelaksanaan praktikum dapat berjalan dengan baik.

14
DAFTAR PUSTAKA
Adilah M, 2018. Potensi Ekstrak Daun Mahoni (Swetieniamahagoni L.) Sebagai
Antibakteri Terhadap Staphylococcus aureus dan Pseudomonas
aeruginosa. Universitas Muhamadiyah Purwokerto.
Amelia, T.R.N. 2016. Efektivitas EkstrakAir Daun Mahoni (Swieteniamahagoni
L.) Jacq.) terhadap LarvaAedes aegypti L. Prosiding Seminar
Nasinal IV Hayati. UN PGRI Kediri. ISBN:978-602-61371-04.
Astriani W, 2018. Laporan Fitokima I Skrining Fitokimia. Universitas Islam
Indonesia. Yogyakarta
Departemen Kesehatan RI. 1995. Farmakope Indonesia Edisi IV, 551, 713.
Jakarta.
Falah, S., Suzuki, T., dan katayama, T. 2007. Chemical Constituents From
Swietenia
Haekal, C. 2010. Pertumbuhan Tanaman mahoni. Balai Penelitian Kehutanan,
Makassar
Harborne, J.B. 1987. Metode Fitokimia Penuntun Cara Modern Menganalisis
Tumbuhan, Diterjemahkan oleh Kosasih Padmawinata dan Imam
Sudiro,Edisi I, 9-10, ITB, Bandung.
Hamidu L, 2022. Modul Praktikum Kimia Bahan Alam. STIKES Adila.Bandar
Lampung
Kristanti, A.N.,dkk. 2008. Buku Ajar FITOKIMIA. Airlangga
University.Surabaya
Prasetyono, D. S. 2012. A-Z Daftar Tanaman Obat Ampuh Di Sekitar Kita.
FlashBooks: Yogyakarta
Pyo, Y., Jin, Y. & Hwang, J. 2014. Comparison of the Effects of Blending and
Juicing on the Phytochemicals Contents and Antioxidant Capacity of
Typical Korean Kernel Fruit Juices. 19 (June): 108–114.
Qodri, U, L., Masruri., dan Utomo E. Priyo. 2014. Skrining Fitokimia Metabolit
Sekunder Ekstrak Metanol dari Kulit Batang Mahoni (Swietenia
mahagonyJacq.). Kimia Student Journal. Vol 2 (2).
Rustaman,dkk. 2006. Skrining Fitokimia Tumbuhan Di Kawasan Gunung Kuda
Kabupaten Bandung Sebagai Penelaahan Keanekaragaman Hayati.

15
Lembaga Penelitian Universitas Padjadjaran.Bandung
Simbala, H. E. I., 2009. Analisis Senyawa Alkaloid Beberapa Jenis Tumbuhan
Obat sebagai Bahan Aktif Fitofarmaka. Pasific Journal, Vol. 1 (4):
489.94.

16

Anda mungkin juga menyukai