Anda di halaman 1dari 15

SPIN 4 (1) (2022) 23-36

SPIN
JURNAL KIMIA & PENDIDIKAN KIMIA
https://journal.uinmataram.ac.id/index.php/spin

SKRINING FITOKIMIA DAN UJI ANTIBAKTERI EKSTRAK KOMBINASI


DAUN JERUK PURUT (Citrus hystrix) DAN KELOR (Moringa oleifera L.) SEBAGAI
ZAT AKTIF PADA SABUN ANTIBAKTERI
PHYTOCHEMICAL SCREENING AND ANTIBACTERIAL TEST COMBINATION OF KAFFIR LIME
LEAVES (Citrus hystrix) AND MORINGA LEAVES (Moringa oliefera L.) EXTRACTS AS ACTIVE
SUBSTANCES IN ANTIBACTERIAL SOAP

Iin Nurjannah1*, Baiq Ayu Aprilia Mustariani2, & Novia Suryani3


1,2,3
Program Studi Tadris Kimia, Fakultas Tarbiyah dan Keguruan UIN Mataram, Indonesia.

DOI: 10.20414/spin.v4i1.4801
History Article ABSTRAK
Submitted: Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui kandungan senyawa metabolit sekunder dan
16 February 2022 pengaruh konsentrasi terhadap diameter zona hambat antibakteri ekstrak kombinasi daun
Accepted: jeruk purut (Citrus hystrix) dan daun kelor (Moringa oleifera L.). Penelitian ini menggunakan
27 June 2022 metode eksperimen dengan pendekatan kualitatif dan kuantitatif. Ekstrak kombinasi daun
Published: jeruk purut (Citrus hystrix) dan daun kelor (Moringa oleifera L.) diperoleh dari metode maserasi
30 June 2022 menggunakan pelarut etanol 96%. Skrining fitokimia yang dilakukan yaitu uji alkaloid,
flavonoid, saponin, tanin, steroid, dan terpenoid. Sedangkan uji antibakteri terhadap bakteri
Kata Kunci:
Staphylococcus aureus dilakukan menggunakan metode sumuran dengan variasi konsentrasi
Antibakteri; daun
ekstrak kombinasi daun jeruk purut dan daun kelor 20%, 40%, 60% 80% dan 100%. Hasil
jeruk purut; daun
penelitian skrining fitokimia menunjukkan hasil positif untuk alkaloid, flavonoid, tanin, dan
kelor, skrining
steroid. Adapun hasil pengujian zona hambat bakteri masing-masing secara berturut-turut
fitokimia;
yaitu 7,20 mm; 8,45 mm; 8,70 mm; 9,20 mm dan 10,68 mm. Berdasarkan hasil yang
Staphylococcus
diperoleh menunjukkan bahwa adanya kenaikan konsentrasi ekstrak kombinasi daun jeruk
aureus.
purut dan daun kelor berpengaruh pada semakin bertambahnya diameter zona hambat
terhadap pertumbuhan bakteri Staphylococcus aureus.
Keywords:
Antibacterial; Kaffir
lime leaves; Moringa ABSTRACT
leaves; phytochemical This study aims to determine the content of secondary metabolites and the effect of concentration on the
screening; diameter of the antibacterial inhibition zone of the combination extracts of kaffir lime leaves (Citrus
Staphylococcus hystrix) and Moringa leaves (Moringa oleifera L.). This study use experimental methods with qualitative
aureus. and quantitative approaches. Combination extracts of kaffir lime leaves (Citrus hystrix) and Moringa
leaves (Moringa oleifera L.) were obtained by maceration method using 96% ethanol as solvent.
© 2022 CC:BY Phytochemical screenings were carried out by testing for alkaloids, flavonoids, saponins, tannins, steroids,
and terpenoids. While the antibacterial test against Staphylococcus aureus was carried out using the well
method with various concentrations combination extracts of kaffir lime leaves and moringa leaves 20%,
40%, 60% 80% and 100%. The results of the phytochemical screening study showed positive results for
alkaloids, flavonoids, tannins, and steroids. The results of the bacterial inhibition zone testing were
respectively 7.20 mm; 8.45 mm; 8.70 mm; 9.20 mm and 10.68 mm. Based on the results obtained
indicate that an increase in concentration combination extracts of kaffir lime leaves and moringa leaves
affects the increasing diameter of the inhibition zone on the growth of Staphylococcus aureus bacteria.
How to Cite
Nurjannah, I., Mustariani, B. A. A., & Suryani, N. (2022). Skrining Fitokimia dan Uji Antibakteri
Ekstrak Kombinasi Daun Jeruk Purut (Citrus hystrix) dan Kelor (Moringa oleifera L.) Sebagai Zat
Aktif pada Sabun Antibakteri. SPIN-Jurnal Kimia & Pendidikan Kimia. 4(1). 23-36.
*Coresspondence Author:
p-ISSN: 2580-2623
Jl. Gajah Mada No. 100, Kota Mataram, Indonesia e-ISSN: 2745-6854
Email: iinnurjannah70@gmail.com
I. Nurjannah., B. A. A. Mustariani & N. Suryani/SPIN 4 (1) (2022) 23-36 24

PENDAHULUAN
Indonesia merupakan negara (Citrus hystrix) positif mengandung senyawa
kepulauan dengan luas sekitar 9 juta km2, alkaloid dan flavonoid.
terletak di antara dua samudera (Pasifik dan Adapun tanaman lain yang diketahui
Hindia) dan dua benua (Australia dan mempunyai kemampuan daya hambat
Asia), memiliki 17.504 pulau dan garis antibakteri adalah kelor (Moringa oleifera L.).
pantai sekitar 95.181 km (Fitriani, dkk. Kelor merupakan tumbuhan perdu dengan
2018). Kondisi geografis ini menjadikan tinggi maksimal 10 meter, berbatang lunak
Indonesia sebagai negara yang kaya akan dan rapuh, daun sebesar ujung jari
keanekaragaman hayati yang berpotensi, berbentuk bulat telur dan tersusun majemuk
salah satunya sebagai obat atau antibakteri (Nurhayati, dkk., 2016). Tumbuhan kelor
(Dewantari, dkk., 2018). sering disebut “miracle tree” dikarenakan
Tumbuhan memiliki potensi sebagai semua bagian tumbuhan kelor sangat
antibakteri dikarenakan tumbuhan bermanfaat bagi kehidupan masyarakat.
memiliki beberapa cara untuk melindungi Mulai dari daun, kulit batang, biji hingga
diri dari bakteri, salah satunya adalah akarnya, tumbuhan ini sudah dikenal luas
dengan menghasilkan senyawa yang sebagai tumbuhan obat (Harahap, dkk.,
bersifat racun atau penolak bagi bakteri. 2020). Kandungan kimia daun kelor
Senyawa yang dihasilkan oleh tumbuhan terutama adalah protein dan sejumlah
dikenal sebagai senyawa metabolit sekunder vitamin A, B dan C; β-karoten; santin:
yang berasal dari proses metabolisme neosantin, violasantin dan zeasantin;
sekunder. Beberapa senyawa metabolit flavonoid: astragalin serta glikosida
sekunder seperti flavonoid, alkaloid, flavonoid dari kuersetin, kaemferol,
saponin, tanin, steroid, dan terpenoid yang mirisetin dengan berbagai ragam gula
saat ini banyak digunakan sebagai dengan kombinasi gula glukosa, galaktosa,
antibakteri (Goa, dkk., 2021). ramnosa, silosa, dan apiosa; kumarin;
Tanaman jeruk purut (Citrus hystrix) steroid; alkaloid trigonelin; dan asam lemak
memiliki potensi sebagai antibakteri karena (BPOM, 2016).
merupakan salah satu tanaman yang Adapun penelitian (Dima, dkk., 2016)
menghasilkan senyawa metabolit berupa yang melakukan uji aktivitas antibakteri
flavonoid, tanin, saponin, steroid dan ekstrak daun kelor (Moringa oleifera L.)
terpenoid sekunder (Maulida, dkk., 2020). terhadap bakteri Escherichia coli (E. coli) dan
Bagian daun jeruk purut (Citrus hystrix) Staphylococcus aureus dengan menggunakan
mengandung beberapa senyawa metabolit pelarut etanol 95% didapatkan hasil kadar
sekunder diantaranya yaitu alkaloid, hambat minimum sebesar 12 mm pada
flavonoid, saponin, steroid, terpenoid, tanin bakteri E. coli dan 11 mm pada bakteri
dan minyak atsiri. Berdasarkan penelitian Staphylococcus aureus.
(Arfania, 2017) yang telah melakukan Sampai saat ini belum ada penelitian
skrining fitokimia daun jeruk purut (Citrus yang mengkombinasikan ekstrak daun jeruk
hystrix) dengan menggunakan etanol purut (Citrus hystrix) dan daun kelor
sebagai pelarut didapatkan hasil dari (Moringa oleifera L.) dalam hal skrining
skrining fitokimia menunjukkan bahwa fitokimia dan penghambatan bakterinya.
kandungan di dalam daun jeruk purut Tujuan dari penelitian ini adalah untuk
I. Nurjannah., B. A. A. Mustariani & N. Suryani/SPIN 4 (1) (2022) 23-36 25

mengetahui apa saja kandungan metabolit (CHCl3) Merch, besi (III) klorida (FeCl3)
sekunder dan untuk mengetahui bagaimana Merch, serbuk magenesium (Mg) Merch,
pengaruh konsentrasi ekstrak kombinasi asam klorida (HCl) Merch, NaOH 10%
daun jeruk purut (Citrus hystrix) dan daun Merch, reagen Mayer Sigma-Akdrich,
kelor (Moringa oleifera L.) terhadap daya reagen Dragendorff Sigma-Aldrich, reagen
hambat pertumbuhan bakteri Staphylococcus Wagner Sigma-Aldrich, reagen
aureus. Liebermann-Burchard Sigma-Aldrich,
amoksilin Merch, aquades, kertas saring
METODE dan media NA, bakteri uji Staphylococcus
Alat aureus.
Alat-alat yang digunakan pada Prosedur
penelitian ini adalah rotary evaporator B- Pengumpulan sampel
ONE, gelas arloji, gelas kimia, ayakan 80 Pengumpulan sampel dilakukan tanpa
mesh, blender PANASONIC, timbangan membandingkan dengan daerah lain. Daun
analitik EXCELLENT, batang pengaduk, jeruk purut (Citrus hystrix) dan daun kelor
pipet tetes, tabung reaksi, rak tabung reaksi, (Moringa oleifera L.) di petik di perkebunan
stopwatch, plat tetes, corong, hot plate desa Jurumapin, Kec. Buer, Kab. Sumbawa
THERMO, gelas ukur, wadah ekstrak, oven Besar, Nusa Tenggara Barat. Kemudian
MEMMERT, inkubator CO2 MEMMERT, dilakukan pencucian di bawah air yang
mikro pipet, dan autoklaf. mengalir sampai bersih dan ditiriskan, lalu
Bahan dikeringkan menggunakan oven temperatur
Bahan-bahan yang dibutuhkan pada ± 55°C sampai kering, dihitung massa
penelitian ini adalah daun jeruk purut sampel setelah kering dan dihitung kadar air
(Citrus hystrix) dan daun kelor (Moringa yang terdapat pada sampel:
oleifera L.), etanol 96% Merch, klorofom
(𝑏𝑒𝑟𝑎𝑡 𝑎𝑤𝑎𝑙 − 𝑏𝑒𝑟𝑎𝑡 𝑎𝑘ℎ𝑖𝑟)
𝑘𝑎𝑑𝑎𝑟 𝑎𝑖𝑟 (%) = 𝑥 100%
𝑏𝑒𝑟𝑎𝑡 𝑎𝑤𝑎𝑙
Ekstraksi evaporator dengan temperatur 89°C dan
Ekstraksi daun seledri (Apium kecepatan rotary evaporator yaitu 183 rpm,
graveolens L.) dan daun kelor (Moringa sehingga diperoleh ekstrak kental dari daun
oleifera L.) menggunakan metode maserasi. seledri (Apium graveolens L.) dan daun kelor
Simplisia daun seledri (Apium graveolens L.) (Moringa oleifera L) serta dilakukan
dan daun kelor (Moringa oleifera L.) masing- pengukuran % rendemen. Dilakukan
masing sebanyak 100 g dimasukkan ke penimbangan masing-masing 10 g ekstrak
dalam wadah yang berbeda dan kemudian kental yang didapatkan lalu dilakukan
ditambahkan etanol 96% (700 mL) dibuat pengkombinasian ekstrak etanol daun
dengan perbandingan 1:7, ditutup seledri (Apium graveolens L.) dan daun kelor
menggunakan aluminium foil dan (Moringa oleifera L.) (Aulyawati et al., 2021).
didiamkan selama 1 x 24 jam dan setiap 24 Pengukuran % Rendemen
jam dilakukan pengadukan, dilakukan Pengukuran % rendemen adalah
pengulangan sebanyak 3 kali. Kemudian perbandingan antara ekstrak yang diperoleh
disaring menggunakan kertas saring dengan simplisia awal dikalikan dengan
sehingga didapatkan masing-masing 100% (Rekayasa et al., n.d.):
ekstrak. Masing-masing ekstrak dievaporasi
dengan menggunakan menggunakan rotary
I. Nurjannah., B. A. A. Mustariani & N. Suryani/SPIN 4 (1) (2022) 23-36 26

berat ekstrak
% Rendemen = x 100 %
berat simplisia

Sampel yang sudah kering dihaluskan 96% sebanyak 1000 ml, ditutup
menggunakan blender hingga halus dan menggunakan aluminium foil dan
diayak menggunakan ayakan 80 mesh didiamkan selama 1 x 24 jam dan setiap 24
hinggga didapatkan serbuk yang halus dan jam dilakukan pengadukan, dilakukan
homogen. Setelah itu dimasukkan ke dalam pengulangan sebanyak 3 kali, lalu
wadah tertutup yang telah disediakan dievaporasi menggunakan rotary evaporator
(Savitri, dkk., 2018). dengan tempertaur 70°C, hingga diperoleh
Pembuatan ekstrak ekstrak kental kombinasi daun jeruk purut
Ekstrak kombinasi daun jeruk purut dan kelor. lalu ditimbang ekstrak yang
dan daun kelor diperoleh menggunakan didapatkan dan dihitung % rendemen,
metode maserasi. Dimasukkan simplisia kemudian dilanjutkan dengan menghitung
daun jeruk purut dan daun kelor masing- % rendemen ekstrak menggunakan rumus
masing 100 gram ke dalam erlenmeyer di bawah (Syamsul, dkk., 2020):
kemudian direndam dengan pelarut etanol
𝑏𝑒𝑟𝑎𝑡 𝑒𝑘𝑠𝑡𝑟𝑎𝑘
% 𝑟𝑒𝑛𝑑𝑒𝑚𝑒𝑛 = 𝑥 100 %
𝑏𝑒𝑟𝑎𝑡 𝑠𝑖𝑚𝑝𝑙𝑖𝑠𝑖𝑎
Skrining fitokimia Uji Steroid dan Terpenoid
Metode pengujian skrining fitokimia Dimasukkan 1 mL fase kloroform ke
yang dilakukan mengikuti dan dalam plat tetes, kemudian ditambahkan 5
memodifikasi secara kualitatif dengan tetes reagen Liebermann-Burchard ke
pengujian warna dengan menggunakan dalam plat tetes, adanya steroid akan
suatu pereaksi, yang telah dilakukan oleh membentuk lapisan cincin warna biru atau
Nugrahani, dkk., 2016. hiau, sedangkan terpenoid memberikan
Uji Flavonoid warna hijau pekat.
Pereaksi HCl Uji Alkaloid
Ditambahkan 3 ml aquades ke dalam Diambil sampel sebanyak 1 gram,
1 ml ekstrak, dididihkan selama 5 menit, ditambahkan 1 ml HCl 2N dan 9 ml
kemudian didiamkan hinggga terbentuk 2 aquades, kemudian dipanaskan diatas
fase, dipisahkan fase atas (air) dan fase penangas air selama 2 menit, didinginkan
bawah (kloroform) ke dalam tabung reaksi lalu disaring, digunakan filtrat untuk uji
yang berbeda, dipipet fase air secukupnya alkaloid, diambil 3 buah tabung reaksi, lalu
ke dalam plat tetes, ditambahkan serbuk Mg dimasukkan 1 ml filtrat ke dalam masing-
secukupnya dan 1 ml HCl ke dalam plat masing tabung rekasi, ditambahkan masing-
tetes kemudian diaduk, uji positif masing 5 tetes reagen Mayer, Dragendorff,
ditunjukkan dengan terbentuknya warna dan Wagner ke dalam tabung rekasi, uji
merah, kuning, atau jingga pada plat tetes. positif ditunjukkan dengan terbentuknya
Pereaksi NaOH 10% endapan putih pada tabung reaksi pertama,
Dimasukkan 1 ml fase air ke dalam endapan jingga pada tabung reaksi kedua
plat tetes, ditambahkan 5 tetes pereaksi dan endapan coklat pada tabung reaksi
NaOH 10%, uji positif ditunjukkan dengan ketiga.
terbentuknya warna oren atau jingga. Uji saponin
Dimasukkan 1 ml ekstrak ke dalam
gelas kimia, ditambahkan 10 ml aquades
I. Nurjannah., B. A. A. Mustariani & N. Suryani/SPIN 4 (1) (2022) 23-36 27

dan didihkan selama 5 menit, disaring adaptasi bakteri dalam medium, dibuat
menggunakan kertas saring, dan filtrat hasil lubang di media NA yang telah
penyaringan digunakan sebagai larutan uji, diinokulasikan bakteri menggunakan
dimasukkan filtrat ke dalam tabung reaksi tabung yang diameternya disesuaikan
kemudian ditutup dan di kocok selama 10 seperti paper disk, kemudian dimasukkan
deit dan didiamkan selama 10 menir, stok konsentrasi ekstrak menggunakan
ditambahkan 1 ml HCl 2 M, uji positif mikropipet sebanyak 50 µl ke dalam setiap
ditandai dengan terbentuknya buih yang lubang di media NA. Media yang telah
stabil. berisi bakteri uji kemudian diinkubasi pada
Uji Tanin temperatur 37℃ selama 24 jam. Biarkan
Didihkan 1 ml ekstrak dengan 10 ml bakteri dalam media NA tersebut diamati
air lalu disaring, ditambahkan beberapa tets ada atau tidak zona hambat yang terbentuk.
FeCl3 1%, terbentuknya warna coklat Diameter zona hambat diukur
kehijauan atau biru kehitaman menggunakan jangka sorong untuk
menunjukkan adanya tanin. mengetahui zona hambat antibakteri daun
Uji Antibakteri jeruk purut (Citrus hystrix) dan daun kelor
Kemampuan menghambat (Moringa oleifera L.).
pertumbuhan bakteri ekstrak kombinasi
daun jeruk purut dan daun kelor diuji HASIL DAN PEMBAHASAN
menggunakan metode sumuran, karena Daun jeruk purut (Citrus hystrix) dan
sebagaimana penelitian yang telah daun kelor (Moringa oleifera L.) mempunyai
dilakukan oleh Dima, dkk., (2016), dengan potensi sebagai antibakteri diakarenakan
modifikasi variasi konsentrasi uji yang kedua tanaman tersebut mempunyai
digunakan yaitu 20%, 40%, 60%, 80%, dan senyawa metabolit sekunder, seperti
100%. alkaloid, flavonoid, tanin, saponin, steroid,
Disterilisasi alat menggunakan oven dan terpenoid. Untuk menguji daya hambat
dengan temperatur 120°C selama 20-30 antibakteri daun jeruk purut (Citrus hystrix)
menit, pembuatan media NA (Nutrient dan daun kelor (Moringa oleifera L.)
agar), dilarutkan 5 g NA (Nutrient agar) ke dilakukan dengan metode maserasi, dimana
dalam 250 ml aquades, kemudian maserasi yaitu perendaman sampel
dimasukkan ke dalam erlenmeyer, dipanas menggunakan pelarut organik pada
hingga homogen, ditutup mulut erlenmeyer temperatur ruangan.
menggunakan aluminium foil, dan Tahap awal yang dilakukan dalam
disterilisasi di dalam autoklaf pada proses maserasi adalah menyiapkan sampel
temperatur 121°C selama ± 15 menit. daun jeruk purut (Citrus hystrix) dan daun
Bakteri yang sudah diencerkan dengan kelor (Moringa oleifera L.) masing-masing
campuran 1 ose suspensi bakteri sebanyak 150 gram dan 140 gram yang telah
Staphylococcus aureus ke dalam tabung reaksi dicuci bersih, pencucian tersebut bertujuan
yang telah berisi larutan NaCl dan telah untuk membersihkan kotoran yang
distandarisasi sesuai konsentrasi 0,5 Mc menempel di permukaan daun sehingga
Farland. Kapas steril dicelupkan ke dalam resiko dari terkontaminasi dapat
suspensi bakteri di seluruh permukaan diminimalkan, pembersihan dilakukan di
media agar tetap tertutup staphylococcus air yang mengalir. Sampel yang sudah
aureus. Medium uji didiamkan pada bersih diletakkan di atas loyang dan
temperatur kamar selama 15 menit untuk diratakan, selanjutnya di oven dengan
I. Nurjannah., B. A. A. Mustariani & N. Suryani/SPIN 4 (1) (2022) 23-36 28

temperatur 55°C, tujuan penggunaan 1:5, maka pengeluaran senyawa target ke


temperatur 55°C agar menjaga senyawa dalam pelarut dapat berjalan lebih optimal
metabolit yang terdapat pada sampel, dan dan pelarut mengalami kejenuhan juga
pengovenan dilakukan sampai kering dapat dihindari (Munawar, 2021).
selama kurang lebih 1 jam, dimana hasil Maserasi dilakukan dalam 3 x 24 jam,
pengeringan diperoleh berat daun jeruk setiap 24 jam dilakukan pengadukan.
purut (Citrus hystrix) dan daun kelor Tujuan pengadukan untuk melarutkan
(Moringa oleifera L.) masing-masing kembali senyawa aktif yang terdapat dalam
sebanyak 140,69 gram dan 126,16 gram. sampel. Selanjutnya filtrat dari ekstrak
Tujuan pengeringan yaitu untuk kombinasi daun jeruk purut dan daun kelor
menghilangkan kandungan air yang dipekatkan menggunakan rotary evaporator
terdapat di dalam daun jeruk purut dan pada temperatur 70°C. Proses evaporasi ini
daun kelor (Saadah, 2020). Setelah itu bertujuan untuk menguapkan pelarut etanol
dilakukan penimbangan massa sampel yang terdapat pada filtrat, sehingga
kering untuk mengetahui kadar air, setelah didapatkan ekstrak kombinasi daun jeruk
dilakukan perhitungan kadar air daun jeruk purut dan daun kelor yang lebih pekat
purut adalah 6,21%, dan kadar daun kelor (Rosaini, dkk., 2015). Setelah itu ditimbang
adalah 9,89%. ekstrak pekat untuk menghitung %
Sampel daun jeruk purut (Citrus rendemen, dan didapatkan berat ekstrak
hystrix) dan daun kelor (Moringa oleifera L.) sebesar 24,90 gram dan % rendemen
dihaluskan menggunakan blender, dan 12,45%. Tujuan perhitungan % rendemen
disaring menggunakan ayakan 80 mesh, untuk menentukan perbandingan jumlah
dimana tujuan penghalusan sampel adalah ekstrak yang diperoleh dari suatu bahan
untuk memperluas permukaan sehingga terhadap berat awal simplisia. Ekstrak pekat
memudahkan masuknya cairan penyari yang diperoleh pada proses evaporasi
pada proses ekstraksi (Siregar, dkk., 2020). digunakan untuk skrining fitokimia dan uji
Setelah itu dilakukan proses maserasi, antibakteri.
maserasi dilakukan di tempat yang tidak Skrining fitokimia
terkena sinar matahari atau cahaya lampu Skrining fitokimia dalam penelitian
agar sampel tidak rusak. Pelarut yang ini untuk mengetahui metabolit sekunder
digunakan pada maserasi menggunakan apa saja yang terkandung di dalam ekstrak
pelarut etanol 96%, pemilihan pelarut kombinasi daun jeruk purut dan daun kelor.
tersebut karena dapat melarutkan senyawa Adapun senyawa metabolit sekunder
aktif seperti alkaloid, flavonoid, tanin, diantaranya alkaloid, flavonoid, tanin,
saponin, steroid dan terpenoid senyawa saponin, dan steroid.
metabolit sekunder memiliki polaritas yang Alkaloid
sama akan mempermudah senyawa Prinsip yang digunakan pada uji
tersebut larut dalam pelarut etanol 96%, alkaloid yaitu reaksi pengikatan yang terjadi
sesuai dengan prinsip like dissolve like yaitu karena adanya pengikatan logam. Atom
suatu senyawa akan terlarut pada pelarut nitrogen yang memilki pasangan elektron
dengan sifat sama. Etanol juga mempunyai bebas dapat digunakan untuk membentuk
keuntungan mudah didapat dan murah ikatan kovalen koordinasi dengan ion
dibandingkan pelarut yang lainnya logam. Dalam penelitian ini dilakukan 3
(Haryani, dkk., 2021). Perbandingan percobaan untuk uji alkaloid yaitu
sampel dan pelarut yang digunakan yaitu menggunakan reagen Mayer, Dragendorff,
I. Nurjannah., B. A. A. Mustariani & N. Suryani/SPIN 4 (1) (2022) 23-36 29

dan Wagner. Berdasarkan hasil penelitian, reagen Dragendorff digunakan untuk


uji positif terdapat pada reagen membentuk ikatan kovalen koordinasi
Dragendorff, karena terbentuknya endapan dengan K+ yang merupakan ion logam
berwarna jingga setelah penambahan (Febrianti, dkk., 2020). Adapun reaksi pada
reagen, warna jingga tersebut adalah kalium uji Dragendorff adalah sebagai berikut:
alkaloid. Nitrogen pada uji alkaloid dengan

Gambar 1. Reaksi Alkaloid dengan reagen Dragendorff (Nugrahani, dkk., 2016).

Gambar 2. Hasil skrining fitokimia alkaloid


Flavonoid Berdasarkan hasil penelitian dari
Uji flavonoid menggunakan 2 kedua uji yang dilakukan, diperoleh hasil
pereaksi yaitu larutan NaOH 10% dan positif menggunakan pereaksi NaOH 10%.
logam Mg dan HCl 10% yang bertujuan Hasil positif dikarenakan ekstrak
untuk mengidentifikasi golongan flavonoid. mengalami perubahan warna menjadi
Pereaksi NaOH 10% digunakan untuk merah, maka sampel dinyatakan positif
mengidentifikasi kemungkinan adanya flavonoid golongan fenol. Hal ini dapat
golongan flavonoid yang terindentifikasi terjadi karena terbentuknya senyawa
adalah golongan fenol, sedangkan asetofenon saat sampel direaksikan dengan
menggunakan logam Mg dan HCl 10% NaOH (Aribowo, dkk., 2021). Adapun
golongan flavonoid yang terindentifikasi persamaan reaksinya adalah sebagai
adalah golongan flavonol dan flavon berikut:
(Salim, dkk., 2021).

Gambar 3. Reaksi Flavonoid dengan NaOH (Researchgate, 2019).

Uji flavonoid menggunakan jingga. Penambahan serbuk Mg bertujuan


pereaksi Mg dan HCl 10% menunjukkan agar gugus karbonil flavonoid berikatan
hasil positif dengan terjadinya perubahan dengan Mg dan fungsi penambahan HCl
warna larutan dari hijau menjadi warna untuk membentuk garam flavilium yang
I. Nurjannah., B. A. A. Mustariani & N. Suryani/SPIN 4 (1) (2022) 23-36 30

berwarna merah jingga. Adapun persamaan


reaksinya adalah sebagai berikut:

Gambar 4. Reaksi Flavonoid dengan Mg dan HCl (Ramayani, dkk., 2021).

Gambar 5. Hasil skrining fitokimia flavonoid

Saponin terbentuk buih. Hal ini menunjukkan hasil


Uji saponin menunjukkan positif jika negatif dikarenakan ekstrak kombinasi daun
terbentuk buih pada saat dikocok selama 10 jeruk purut dan daun kelor tidak terdapat
detik dan didiamkan selama ± 10 menit. senyawa saponin.
Hasil percobaan yang dilakukan tidak

Gambar 6. Hasil skrining fitokimia saponin


I. Nurjannah., B. A. A. Mustariani & N. Suryani/SPIN 4 (1) (2022) 23-36 31

Tanin FeCl3. Senyawa kompleks terbentuk karena


Uji tanin menggunakan pereaksi adanya ikatan kovalen koordinasi antara
FeCl3 1%, menunjukkan hasil positif atom logam (logam pusat) dengan atom non
mengandung tanin yang ditunjukkan logam (atom donor) (Khoiroh, dkk., 2018).
dengan perubahan adanya perubahan Adapun persamaan reaksi tanin dengan
warna menjadi hijau kecoklatan dengan uji FeCl3 1% adalah sebagai berikut:

Gambar 7. Reaksi Tanin dengan FeCl3 (Datu, dkk., 2021).

Steroid dan Terpenoid pelepasan H2O dan penggabungan dengan


Uji steroid dan terpenoid karbokation. Reaksi diawali dengan
menggunakan reagen Liebermann- pelepasan gugus hidrogen beserta
Burchard. Tujuan penambahan elektronnya, mengakibatkan ikatan rangkap
Liebermann-Burchard adalah untuk berpindah. Senyawa ini mengalami
membentuk turunan asetil dari reaksi resonansi yang bertindak sebagai elektrofil
asetilasi gugus OH membentuk cincin dan karbokation. Serangan karbokation
warna biru atau hijau dan berwarna merah menyebabkan adisi elektrofilik, diikuti
atau ungu (Meigaria, dkk., 2016). Uji pelepasan hidrogen. Kemudian gugus
steroid menunjukkan hasil positif hidrogen beserta elektronnya lepas,
sedangkan uji terpenoid menunjukkan hasil akibatnya senyawa mengalami
yang negatif pada pengujian steroid, terjadi perpanjangan konjugasi yang
perubahan warna menjadi hijau pada memperlihatkan munculnya cincin merah.
larutan uji yang menunjukkan adanya Adapun persamaan reaksi dari uji
senyawa steroid (Nugrahani, dkk., 2016). steroid adalah sebagai berikut:
Uji steroid menunjukkan hasil
positif karena terjadi kondensasi atau

Gambar 9. Reaksi steroid dengan Liebermann-Burchard (Zaini, 2020).


I. Nurjannah., B. A. A. Mustariani & N. Suryani/SPIN 4 (1) (2022) 23-36 32

Gambar 10. Hasil skrining fitokimia steroid dan terpenoid.

Tabel 1. Hasil skrining fitokimia pada ekstrak kombinasi daun jeruk purut (Citrus hystrix) dan daun
kelor (Moringa oleifera L.)
Skrining
No. Warna standar Perubahan warna Hasil
fitokimia
1. Flavonoid - Merah, kuning dan jingga Larutan warna oren +
(NaOH 10%)

- Merah, kuning dan jingga


(Mg dan HCl) Larutan warna jingga +

2. Alkaloid - Endapan putih Warna larutan oren dan tidak -


(Mayer) terdapat endapan

- Endapan merah Terdapat endapan merah +


(Dragendorff)
Warna larutan merah bata -
- Endapan coklat
Wagner
3. Saponin Busa tetap stabil ± 10 menit Tidak terbentuk busa -
4. Tanin Coklat kehitaman atau biru Larutan warna coklat kehitaman +
kehitaman
5. Steroid Hijau Larutan berwana hijau +
6. Terpenoid Merah-ungu Larutan berwarna hijau pekat -
Keterangan:
(+) = Mengandung senyawa
(-) = Tidak mengandung senyawa

Berdasarkan Tabel 1, ekstrak adalah dengan cara menginaktivasi adhesi


kombinasi daun jeruk purut dan daun kelor sel bakteri dan menginaktivasi enzim, serta
mengandung beberapa senyawa metabolit mengganggu transpor protein pada lapisan
sekunder seperti senyawa flavonoid, dalam sel. Tanin merusak polipeptida
alkaloid, tanin dan steroid. Mekanisme dinding sel sehingga pembentukan dinding
kerja dari flavonoid adalah senyawa OH sel bakteri menjadi kurang sempurna, hal ini
yang terdapat dalam flavonoid mengganggu yang menyebabkan sel bakteri menjadi lisis
komponen penyusun peptidoglikan pada sel (Kurama, dkk., 2020). Mekanisme kerja
bakteri sehingga lapisan dinding tidak dari steroid dan terpenoid adalah dengan
terbentuk secara utuh dan menyebabkan merusak membran sel bakteri dengan
kematian sel bakteri tersebut (Kurama, meningkatkan permeabilitas sel, sehingga
dkk., 2020). Mekanisme kerja dari tanin terjadi kebocoran sel yang diikuti keluarnya
I. Nurjannah., B. A. A. Mustariani & N. Suryani/SPIN 4 (1) (2022) 23-36 33

material intra seluler (Moerena, dkk., 2020). perbedaan diameter zona hambat pada tiap
Senyawa fitokimia ini bekerja secara variasi kombinasi ekstrak. Alasan
bersama sehingga dapat menghambat menggunakan metode sumuran karena
pertumbuhan bakteri. metode ini dapat mengukur seberapa besar
Uji Antibakteri zona hambatan yang terbentuk selain itu
Hasil pengujian aktivitas antibakteri zona hambat merupakan petunjuk
ekstrak kombinasi daun jeruk purut (Citrus kepekaan mikroba terhadap antibakteri.
hystrix) dan daun kelor (Moringa oleifera L.) Adapun data hasil uji antibakteri untuk
yang dilakukan menggunakan metode bakteri Staphylococcus aureus dapat dilihat
difusi sumuran terhadap bakteri pada Tabel 2.
Staphylococcus aureus menunjukkan terdapat
Tabel 2. Diameter zona hambat bakteri Staphylococcus aureus
Konsentrasi Pengulangan Rata-rata Diameter Kategori
(mm) Zona
Hambat
(mm) + SD
I II III IV
K1 6,60 7,30 7,50 7,40 7,20 7,20 ± 0,35 Sedang
K2 8,80 7,80 8,50 8,70 8,45 8,45 ± 0,40 Sedang
K3 8,30 8,90 8,70 8,90 8,70 8,70 ± 0,25 Sedang
K4 9,50 9,50 8,80 9,00 9,20 9,20 ± 0,31 Sedang
K5 11,50 10,80 9,50 10,90 10,68 10,68 ± 0,73 Kuat
C+ 10,60 10,60 10,60 10,60 10,60 10,60 ± 0,00 Kuat
Keterangan:
K1 = Konsentrasi 1 K4 = Konsentrasi 4
K2 = Konsentrasi 2 K5 = Konsentrasi 5
K3 = Konsentrasi 3 C+ = Kontrol positif

Berdasarkan Tabel 2 uji antibakteri dan 7,20 mm menunjukkan diameter zona


pada bakteri Staphylococcus aureus terdapat hambat bakteri Staphylococcus aureus dengan
perbedaan diameter zona hambat. Rata-rata kategori sedang, sedangkan zona hambat
zona hambat paling tinggi dimiliki pada bakteri Staphylococcus aureus terendah pada
konsentrasi 5 (K5) sebesar 10,68 mm. Pada kontrol negatif (C-) yang tidak mempunyai
konsentrasi 5 menggunakan ekstrak diameter zona hambat antibakteri,
konsentrasi kombinasi daun jeruk purut dikarenakan kontrol negatif digunakan
(Citrus hystrix) dan daun kelor (Moringa untuk membuktikan bahwa tidak ada
oleifera L.) 100% yang menunjukkan diameter zona hambat untuk melarutkan
diameter zona hambat terhadap bakteri ekstrak.
Staphylococcus aureus dengan kategori kuat, Berdasarkan diameter zona hambat
kemudian dilanjutkan pada kontrol positif yang dihasilkan dari ekstrak kombinasi
(C+) sebesar 10,6 mm, kontrol positif daun jeruk purut dan daun kelor dengan
merupakan antibiotik pada pengujian berbagai variasi konsentrasi terhadap
antibakteri ini, yang menunjukkan diameter pertumbuhan bakteri Staphylococcus aureus
zona hambat terhadap bakteri Staphylococcus memiliki nilai diameter yang berbeda dan
aureus dengan kategori kuat, dan memiliki kriteria kekuatan daya hambat
dilanjutkan berturut-turut pada K4, K3, K2, sebagai antibakteri berbeda pula. Varian
K1 sebesar 9,20 mm, 8,70 mm, 8,45 mm, konsentrasi ekstrak kombinasi daun jeruk
I. Nurjannah., B. A. A. Mustariani & N. Suryani/SPIN 4 (1) (2022) 23-36 34

purut dan daun kelor sebesar 20%, 40%, dalam sel. Tanin merusak polipeptida
60%, 80% dan 100% memiliki diameter dinding sel sehingga pembentukan dinding
zona hambat masing-masing sebesar 12,30 sel bakteri menjadi kurang sempurna, hal ini
mm; 12,70 mm; 13,20 mm; 13,80 mm; yang menyebabkan sel bakteri menjadi lisis
14,50 mm. Berdasarkan hasil diameter zona (Kurama, dkk., 2020). Mekanisme kerja
hambat bakteri tersebut, semakin tinggi dari steroid dan terpenoid adalah dengan
konsentrasi ekstrak kombinasi daun jeruk merusak membran sel bakteri dengan
purut dan daun kelor maka semakin besar meningkatkan permeabilitas sel, sehingga
diameter zona hambat yang terbentuk, hal terjadi kebocoran sel yang diikuti keluarnya
ini sesuai dengan penelitian yang telah material intra seluler (Mourena, dkk.,
dilakukan oleh Simanungkalit, dkk., (2020), 2021).
semakin tinggi konsentrasi suatu ekstrak, KESIMPULAN
maka semakin tinggi pula kemampuan Berdasarkan hasil penelitian yang
penghambatannya terhadap pertumbuhan telah dilakukan tentang skrining fitokimia
bakteri (Simanungkalit, dkk., 2020). dan uji antibakteri ekstrak kombinasi daun
Terjadinya penghambatan terhadap jeruk purut (Citrus hystrix) dan daun kelor
pertumbuhan bakteri oleh ekstrak (Moringa oleifera L.) sebagai zat aktif pada
kombinasi daun jeruk purut dan daun kelor sabun antibakteri, dapat disimpulkan
dikarenakan adanya senyawa metabolit bahwa: Ekstrak kombinasi daun jeruk purut
sekunder yaitu alkaloid, flavonoid, tanin, (Citrus hystrix) dan daun kelor (Moringa
dan steroid. Berdasarkan hasil skrining oleifera L.) mengandung senyawa metabolit
fitokimia yang telah dilakukan senyawa sekunder berupa flavonoid, alkaloid, tanin,
antibakteri yang terdapat pada ekstrak dan steroid. Variasi konsentrasi yang terdiri
kombinasi daun jeruk purut dan daun kelor dari 20%, 40%, 60%, 80%, dan 100%
berupa alkaloid, flavonoid, tanin, dan memiliki pengaruh terhadap diameter zona
steroid. Adapun cara kerja dari alkaloid hambat pertumbuhan bakteri Staphylococcus
adalah dengan cara menghambat aureus secara berturut-turut 7,20 mm; 8,45
penyusunan peptidoglikan pada dinding mm; 8,70 mm; 9,20 mm; dan 10,68 mm.
bakteri oleh senyawa nitrogen pada alkaloid Hasil tersebut menunjukkan bahwa
serta menghambat enzim topoisomerase semakin meningkat konsentrasi maka
pada sintesis protein sehingga diameter zona hambat bakteri semakin
menyebabkan bakteri tersebut lisis (pecah besar.
atau rusaknya membran sel pada bakteri
yang menyebabkan keluarnya organel sel UCAPAN TERIMAKASIH
bakteri) (Liling, dkk., 2020). Penulis mengucapkan terima kasih
Mekanisme kerja dari flavonoid kepada Laboratorium Terpadu UIN
adalah gugus OH yang terdapat pada Mataram yang telah menyediakan alat dan
struktur flavonoid mengganggu komponen bahan untuk skrining fitokimia dan
penyusun peptidoglikan pada sel bakteri Laboratorium Biologi Medica Farma
sehingga lapisan dinding tidak terbentuk Husada Mataram yang telah menyediakan
secara utuh dan menyebabkan kematian sel alat dan bahan untuk pengujian antibakteri.
bakteri tersebut. Mekanisme kerja dari tanin
adalah dengan cara menginaktivasi adhesi DAFTAR PUSTAKA
sel bakteri dan menginaktivasi enzim, serta Arfania, M. (2017). Telaah Fitokimia
mengganggu transpor protein pada lapisan Ekstrak Etanol daun Jeruk Purut
I. Nurjannah., B. A. A. Mustariani & N. Suryani/SPIN 4 (1) (2022) 23-36 35

(Citrus hystrix DC) Di Kabupaten Goa, R. F., Kopon, A. M., & Boelan, E. G.
Karawang. Pharma Xplore. 2(2). 131- (2021). Skrining Fitokimia Seyawa
135. Metabolit Sekunder Ekstrak
https://doi.org/10.36805/farmasi.v2 Kombinasi Kulit Batang Kelor
i2.323 (Moringa oleifera) dan Rimpang
BPOM RI. (2016). Serial The Power Of Obat Temulawak (Curcuma xanthorrhiza)
Asli Indonesia Kelor (Moringa oleifera Asal Nusa Tenggara Timur. Jurnal
Lam.). Jakarta: Badan pengawas Obat Beta Kimia. 1(1). 37-41.
dan Makanan. Harahap, A. U, Warly, L., & Evitayani.
Datu, F. N. S., Hasri, & Pratiwi, D. E. (2022). Potensi Daun Kelor (Moringa
(2021). Identifikasi dan Uji Kestabilan oleifera) dan Daun Nangka (Artocarpus
Tanin dari Daging Biji Pangi (Pangium heterophyllus) Sebagai Pakan Aditif
edule Reinw.) sebagai Bahan Pewarna Fungsional Bagi ternak Ruminansia.
Alami. Chemica Jurnal Ilmiah Kimia & Jawa Tengah: CV. Pena Persada.
Pendidikan Kimia. 22(1). 29-34. Haryani, F., Hakim, A., & Hanifa, N. I.
https://doi.org/10.35580/chemica.v (2021). Perbandingan Pelarut Etanol
22i1.21726 96% dan Aseton pada Ekstraksi dan
Dewantari, R., Lintang, M., & Nurmiyati. Isolasi Kurkuminoid dari Rimpang
(2018). Jenis Tumbuhan yang Kunyit. Lumbung Farmasi: Jurnal Ilmu
digunakan sebagai Obat Tradisional Kefarmasian. 2(2). 112-117.
di Daerah Eks-Karesidenan https://doi.org/10.31764/lf.v2i2.549
Surakarta. Bioedukasi Jurnal Pendidikan 3
Biologi. 11(2). 118-123. Ichsani, A., Lubis, C. F., Urbaningrum, L.
https://doi.org/10.20961/bioedukasi M., Rahmawati, N. D., & Anggraini,
-uns.v11i2.19672 S. (2021). Isolasi dan Identifikasi
Dima, L. R. H., Fatimawali, & Lolo, W. A. Senywa Flavonoid Pada Tanaman.
(2016). Uji Aktivitas Antibakteri Jurnal Health Sains. 2(6). 751-757.
Ekstrak Daun Kelor (Moringa oleifera https://doi.org/10.46799/jhs.v2i6.18
L.) Terhadap Bakteri Escherichia coli 8
dan Staphylococcus aureus. Pharmacon. Khoiroh, N., Lukiati, B., & Parabaningtyas,
5(2). 282-288. S. (2018). Uji Aktivitas Antibakteri
https://doi.org/10.35799/pha.5.2016 Ekstrak Metanol Kulit Buah Apel
.12273 Manalagi (Malus sylvestris Mill.)
Febrianti, D. R. & Ariani, N. (2020). Uji Terhadap Bakteri Staphylococcus aureus
Potensi Minyak Atsiri Daun Jeruk epidermidis Secara In Vitro. Jurnal Ilmu
Purut (Citrus hystrix D.C) Sebagai Hayat. 2(1). 34-44.
Antioksidan dan Antibakteri. Jurnal Kurama, G. M., Maarisit, W., Karundeng,
Insan Farmasi Indonesia. 3(1). 66-74. E., & Potalangi, N. O. (2020). Uji
https://doi.org/10.36387/jifi.v3i1.45 Aktivitas Antibakteri Ekstrak Etanol
8 Daun Benalu Langsat (Dendroptheo sp)
Fitriani, I. N., Arifien, M., & Juhadi. Terhadap Bakteri Klebsiella peumoniae.
(2018). Fenomena Pulau-Pulau Kecil Jurnal Biofarmasetikal Tropis. 3(2). 27-
Terluar dan Wilayah Administratif 33.
Indonesia. Edu Geography. 6(1). 24-32. https://doi.org/10.55724/j.biofar.tro
p.v3i2.281
I. Nurjannah., B. A. A. Mustariani & N. Suryani/SPIN 4 (1) (2022) 23-36 36

Liling, V. V., Lengkey, Y. K., Sambou, C. Total Fenolik dan Kadar Total
N., & Palandi, R. R. (2020). Uji Flavonoid Ekstrak Daun Kitolod
Aktivitas Antibakteri Ekstrak Etanol (Isotoma longiflora (L.)). Jurnal Akademi
Kulit Buah Pepaya Carica papaya L. Farmasi Prayoga, 6(2). 1-10.
Terhadap Bakteri Penyebab Jerawat Researchgate. (2019).
Propionibacterium acnes. Jurnal https://images.app.goo.gl/RdJu2YN
Biofarmasetikal Tropis. 3(1). 112-121. yzDAWAi82A, Diakses pada tanggal
https://doi.org/10.55724/j.biofar.tro 7 Desember 2021, pukul 18,27 WITA.
p.v3i1.266 Rosaini, H., Rasyid, R., & Hagramida, V.
Maulida, H., Rochman, N., & Setyono. (2015). Penetapan Kadar Protein
(2020). Daya Insektisida Daun Jeruk Secara Kjeldhal Beberapa Makanan
Purut (Citrus hystrix D.C) dengan Olahan Kerang Remis (Corbiculla
Formula Carrier Zeolit Hama moltkina Prime) Dari Singkrak. Jurnal
Gudang Sitophilus Zeamais Farmasi Higea. 7(2). 120-127.
Motschulsky. Jurnal Agronida. 6(2). http://dx.doi.org/10.52689/higea.v7
90-97. i2.123
https://doi.org/10.30997/jag.v6i2.33 Savitri, E., Fakhrurrazi, Harris, A.,
52 Sutriana, A., Lubis, T. M. (2018). Uji
Munawar, F. (2021). Karakteristik dan Antibakteri Ekstrak Daun Kelor
Aktivitas Antibakteri Larutan Kumur (Moringa oliefera) Terhadap
Berbahan Dasar Ekstrak Kombinasi Pertumbuhan Bakteri Staphylococcus
Daun Kunyit (Curcuma longa Linn.) dan aureus. Jurnal Ilmiah Mahasiswa
Daun Jeruk Purut (Citrus hystrix). Veteriner. 2(3). 373-379.
(Skripsi). Fakultas Tarbiyah dan https://doi.org/10.21157/jim%20vet
Keguruan Universitas Islam Negeri ..v2i3.8227
Mataram, Mataram. Simanungkalit, E. R., Duniaji, A. S., &
Nugrahani, R., Andayani, Y., & Hakim, A. Ekawati, I. G. A. (2020). Kandungan
(2016). Skrining fitokimia Dari Flavonoid dan Aktivitas Antibakteri
Ekstrak Buah Buncis (Phaseolus Ekstrak Daun Sintrong
vulgaris L.) Dalam Sediaan Serbuk. (Crasseocephalum crepidiodes) Terhadap
Jurnal Penelitian Pendidikan IPA. 2(1). Bakteri Bacillus cereus. Itepa: Jurnal
96-103. Ilmu dan Teknologi Pangan. 9(2). 202-
https://doi.org/10.29303/jppipa.v2i1 210.
.38 Siregar, S., Indriani., Rizky, V. A.,
Nuryanti, S., Mustapa, K., & Sudarmo, I. Krisdianilo, V., & Marbun, R. A. T.
G. (2016). Uji Daya Hambat Ekstrak (2020). Perbandingan Aktivitas
Buah Kelor (Moringa oleifera Lamk) Antibakteri Infusa Daun Jeruk Nipis
Terhadap Pertumbuhan Jamur (Citrus aurantifolia) dan Daun Jeruk
Candida albicans. Jurnal Akademika Purut (Citrus hystrix) Terhadap Bakteri
Kim. 5(4). 178-184. Escherichia colli. Jurnal Farmasimed.
https://dx.doi.org/10.22487/j247751 3(1). 39-46.
85.2016.v5.i4.8067 https://doi.org/10.35451/jfm.v3i1.5
Ramayani, S. L., Octaviana, R. W., & 24
Asokawati, S. S. (2021). Pengaruh Syamsul, E. S., Anugerah, O., &
Perbedaan Pelarut Terhadap Kadar Supriningrum, R. (2020). Penetapan
I. Nurjannah., B. A. A. Mustariani & N. Suryani/SPIN 4 (1) (2022) 23-36 37

Rendemen Ekstrak Daun Jambu


Mawar (Syzygium jambos L. Alston)
Berdasarkan Variasi Konsentrasi
Etanol Dengan Metode Maserasi.
Jurnal Riset Kefarmasian Indonesia. 2(3).
147-157.
https://doi.org/10.33759/jrki.v2i3.9
8
Widjaya, V. M. P., Komala, O., & Ismanto.
(2021). Uji Aktivitas Padina australis
Sebagai Antibakteri Propionibacterium
acnes Penyebab Jerawat. Jurnal Ilmiah
Ilmu Dasar dan Lingkungan Hidup.
21(1). 27-34.
https://doi.org/10.33751/ekologia.v
21i1.3147
Zaini, M., & Shofia, V. (2020). Skrininig
Fitokimia Ekstrak Carica papaya radix,
Piper ornatum folium dan Nephelium
lappaceum semen Asal Kalimantan
Selatan. Jurnal Kajian Ilmiah Kesehatan
dan Teknologi. 2(1). 15-27.
https://doi.org/10.52674/jkikt.v2i1.
30

Anda mungkin juga menyukai