Anda di halaman 1dari 13

SPIN 4 (1) (2022) 95-107

SPIN
JURNAL KIMIA & PENDIDIKAN KIMIA
https://journal.uinmataram.ac.id/index.php/spin

SKRINING FITOKIMIA DAN UJI AKTIVITAS ANTIBAKTERI KOMBINASI


EKSTRAK ETANOL DAUN SELEDRI (Apium graveolens L.) DAN KELOR (Moringa
oleifera L.) SEBAGAI ZAT AKTIF MASKER WAJAH
PHOTOCHEMICAL SCREENING AND ANTIBACTERIAL ACTIVITY TEST FROM COMBINATION OF
CELERY (Apium graveolens L.) AND MORINGA (Moringa oleifera L.) LEAF ETHANOL EXTRACT AS
FACIAL MASK ACTIVE INGREDIENTS

Serli Gustiana1*, Baiq Ayu Aprilia Mustariani2, & Novia Suryani3


1,2,3
Program Studi Tadris Kimia, Fakultas Tarbiyah dan Keguruan UIN Mataram, Indonesia.
DOI: 10.20414/spin.v4i1.5150
History Article ABSTRAK
Submitted: Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui kandungan metabolit sekunder yang terdapat
25 May 2022 dalam kombinasi ekstrak etanol daun seledri (Apium graveolens L.) dan daun kelor (Moringa
Accepted: oleifera L.) serta mengetahui pengaruh konsentrasi kombinasi ekstrak etanol daun seledri
27 June 2022 (Apium graveolens L.) dan daun kelor (Moringa oleifera L.) terhadap daya hambat pertumbuhan
Published: bakteri Staphylococcus aureus. Daun seledri (Apium graveolens L.) dan daun kelor (Moringa
30 June 2022 oleifera L.) diekstraksi dengan metode maserasi menggunakan pelarut etanol 96%. Hasil
Kata Kunci: skrining fitokimia menunjukkan bahwa kombinasi ekstrak etanol daun seledri (Apium
Antibakteri; Daun graveolens L.) dan daun kelor (Moringa oleifera L.) mengandung senyawa metabolit sekunder
Kelor; Daun Seledri; berupa flavonoid, steroid, terpenoid, alkaloid, dan tanin. Aktivitas antibakteri terhadap
Skrining Fitokimia; pertumbuhan bakteri Staphylococcus aureus menunjukkan adanya diameter zona hambat.
Staphylococcus Nilai rerata diameter zona hambat yang didapatkan pada konsentrasi 20%, 40%, 60%, 80%,
Aureus. dan 100% secara berturut-turut yaitu 7,16 mm; 8,33 mm; 8,36 mm; 9,4 mm; dan 10,4 mm.
Berdasarkan hasil tersebut dapat diketahui, bahwa semakin tinggi konsentrasi yang
Keywords: digunakan maka semakin besar pula diameter zona hambat yang didapatkan.
celery leaf; moringa
ABSTRACT
leaf; phytochemical
This study aims to determine the content of secondary metabolites contained in the combination of
screening;
ethanol extract of celery leaves (Apium graveolens L.) and Moringa leaf (Moringa oleifera L.) and to
antibacterial;
determine the effect of the concentration of the combined ethanol extract of celery leaves (Apium graveolens
Staphylococcus
L.) and Moringa leaves (Apium graveolens L.) Moringa oleifera L.) on the growth inhibition of
aureus.
Staphylococcus aureus bacteria. Celery (Apium graveolens L.) and Moringa (Moringa oleifera L.) leaves
was extracted by the maceration method using 96% ethanol as solvent. The results of phytochemical
© 2022 CC:BY
screening showed that the combination of ethanol extract of celery (Apium graveolens L.) and Moringa
(Moringa oleifera L.) leaves contained secondary metabolites in the form of flavonoids, steroids,
terpenoids, alkaloids, and tannins. Antibacterial activity on the growth of Staphylococcus aureus bacteria
indicated the diameter of the inhibition zone. The mean value of the inhibition zone diameter obtained
at concentrations of 20%, 40%, 60%, 80%, and 100%, respectively, was 7.16 mm; 8.33 mm; 8.36 mm;
9.4 mm; and 10.4 mm. Based on these results, it can be seen that the higher the concentration used, the
larger the diameter of the inhibition zone obtained.
How to Cite
Gustiana, S., Mustariani, B. A. A., & Suryani, N. (2022). Skrining Fitokimia Dan Uji Aktivitas
Antibakteri Kombinasi Ekstrak Etanol Daun Seledri (Apium graveolens L.) dan Kelor (Moringa
oleifera L.) Sebagai Zat Aktif Masker Wajah. SPIN-Jurnal Kimia & Pendidikan Kimia. 4(1). 95-
107.
*Coresspondence Author:
p-ISSN: 2580-2623
Jl. Gajah Mada No. 100, Kota Mataram, Indonesia e-ISSN: 2745-6854
Email: 180109043.mhs@uinmataram.ac.id
S. Gustiana, B. A. A. Mustariani & N. Suryani/SPIN 4 (1) (2022) 95-107 96

PENDAHULUAN
Pencemaran udara yang semakin Tumbuhan lain, seperti daun kelor
meningkat dapat memberikan pengaruh juga memiliki kandungan senyawa sebagai
buruk, salah satunya pada kesehatan kulit. agen antibakteri dan mudah ditemukan
Akibatnya kulit mudah mengalami serta tersebar hampir di seluruh Indonesia.
kerusakan seperti timbulnya jerawat, flek Daun kelor mengandung berbagai senyawa
hitam, serta penuaan dini pada kulit. kimia yang sangat bermanfaat. Golongan
Masker menjadi salah satu cara untuk senyawa yang terdapat di dalam daun kelor
mengatasi kerusakan kulit tersebut. Salah diantaranya yakni tanin, triterpenoid,
satu alternatif masker yang aman ialah flavonoid, alkaloid, saponin, dan
masker wajah yang didalamnya terdapat antrakuinon (Perwita, 2019.) . Ekstrak daun
bahan aktif alami agar dapat mengatasi dan biji dari tumbuhan kelor m engandung
permasalahan kulit dari pencemaran udara senyawa yang mempunyai sifat antibakteri
kotor dan bakteri yang diperoleh dari sehingga dapat digunakan sebagai obat
tumbuh-tumbuhan (Nurjanah et al., 2018). infeksi (Savitri et al., 2018). Hal ini dapat
Indonesia sebagai negara tropis terjadi karena adanya senyawa metabolit
memiliki beraneka ragam tumbuhan yang sekunder seperti flavonoid, alkaloid, dan
dapat digunakan untuk memenuhi fenol yang juga dapat menghambat aktivitas
kepentingan masyarakat. Masyarakat bakteri. Selain itu, daun kelor juga
Indonesia sejak zaman dahulu telah banyak mengandung antioksidan tinggi dan
mengenal tumbuhan yang memiliki antimikrobia (Djumaati et al., 2018).
kandungan sebagai obat herbal atau dapat Diketahui bahwa ekstrak daun kelor
digunakan untuk menyembuhkan segala terbukti memiliki aktivitas antibakteri
macam penyakit. Tanaman adalah sumber terhadap bakteri Escherichia coli dan bakteri
senyawa kimia, baik itu senyawa kimia Staphylococcus aureus (Dima et al., 2016).
hasil metabolisme primer maupun sebagai Sejauh ini belum ditemukan informasi
sumber senyawa metabolit sekunder spesifik mengenai aktivitas antibakteri
(Muthmainnah, 2019). sebagai masker wajah yang berasal dari
Tumbuhan memiliki potensi sebagai kandungan senyawa aktif tumbuhan seledri
agen antibakteri. Tumbuhan memiliki (Apium graveolens L.) dan daun kelor
beberapa cara untuk melindungi diri dari (Moringa oliefera L.) sehingga penelitian ini
bakteri, salah satunya dengan memproduksi dilakukan dengan tujuan untuk mengetahui
senyawa toksik atau penolak bakteri. kandungan fitokimia kombinasi ekstrak
Beberapa metabolit sekunder seperti etanol daun seledri (Apium graveolens L.) dan
flavonoid, alkaloid, saponin, tanin, steroid daun kelor (Moringa oliefera L.) sebagai zat
dan triterpenoid sekarang banyak aktif masker wajah serta pengaruh
digunakan sebagai agen antibakteri konsentrasinya terhadap diameter zona
(Muhamat et al., 2012). Salah satu hambat pertumbuhan bakteri Staphylococcus
tumbuhan yang memiliki kemampuan aureus.
sebagai agen antibakteri dan telah dikenal di
kalangan masyarakat Indonesia yaitu METODE
tumbuhan seledri (Apium graveolens L.). Jenis dan pendekatan penelitian
Kandungan senyawa dalam tumbuhan Jenis penelitian yang digunakan
seledri yang digunakan sebagai agen adalah penelitian eksperimen atau disebut
antibakteri terdiri dari saponin 0,36 %; tanin dengan true experimental design. Sedangkan
1%; flavonoid 1,7%; minyak atsiri 0,033%; pendekatan pada penelitian ini ialah
flavo-glukosida (apiin), fitosterol, vitamin pendekatan kualitatif dan pendekatan
(A, B, dan C), alkaloid, asparagin, dan zat kuantitatif. Pendekatan kualitatifnya yaitu
pahit (Luthfiyani et al., 2019). berupa data hasil skrining fitokimia dan
pendekatan kuantitatifnya berupa diameter
S. Gustiana, B. A. A. Mustariani & N. Suryani/SPIN 4 (1) (2022) 95-107 97

zona hambat pertumbuhan pertumbuhan Bahan-bahan yang digunakan yaitu


bakteri Staphylococcus aureus. daun seledri (Apium graveolens L.), daun
Populasi dan sampel kelor (Moringa oleifera L.), etanol 96%
Populasi dalam penelitian ini adalah (Merck), etil asetat (Merck), heksana
tanaman seledri (Apium graveolens L.) dan (teknis), bakteri Staphycoccus aureus, tablet
kelor (Moringa oleifera L.) yang berada di amoxicillin (KF 500 mg), kloroform
Desa Karang Bongkot, Kec. Labuapi, Kab. (Merck), FeCl3 1% (Merck), NaOH 10%
Lombok Barat. Sampel dalam penelitian ini (Merck), asam klorida (HCl) Merck, serbuk
adalah kombinasi ekstrak etanol daun magnesium (Mg) Merck, reagen
seledri (Apium graveolens L.) dan daun kelor Dragendroff Sigma-Aldrich, reagen Wagner
(Moringa oleifera L.). Teknik pengambilan (Sigma-Aldrich), reagen Liebermann-
sampel yang digunakan dalam penelitian ini Burchard (Sigma-Aldrich), aluminium foil,
yaitu simple random sampling. Nutrient Agar (NA) (Merck), kertas saring,
Waktu dan Tempat Penelitian aquades, dan tisu.
Penelitian ini dilaksanakan pada Prosedur Penelitian
bulan November - Desember 2021. Skrining Preparasi sampel
Fitokimia dilakukan di Laboratorium Sampel daun seledri dan daun kelor
Terpadu Universitas Islam Negeri diambil di Desa Karang Bongkot, Kec.
Mataram. Maserasi, uji kadar air dan Labuapi, Kab. Lombok Barat, Nusa
aktivitas antibakteri dilaksanakan di Tenggara Barat. Sampel dicuci bersih
Laboratorium Politeknik Medika Farma dengan air mengalir dan ditiriskan.
Husada. Kemudian dikeringkan menggunakan oven
Alat dan bahan dengan temperatur ± 60°C selama ±3 jam
Alat-alat yang digunakan yaitu dan dilakukan uji kadar air. Sampel yang
timbangan analitik (Sonic Elektronic), gelas sudah kering dihaluskan menggunakan
arloji (Pyrex), oven (Memmert), stopwatch, blender dan diayak menggunakan ayakan
wadah ekstrak, blender (Panasonic), ayakan 60 mesh. Berat masing-masing serbuk daun
60 Mesh (ABM), pipet tetes (Pyrex), rak seledri (Apium graveolens L.) dan daun kelor
tabung reaksi, tabung reaksi (Pyrex), hotplate (Moringa oleifera L.) yang didapatkan yaitu
(Panasonic), rotary evaporator (B-ONE), 100 g. Serbuk daun seledri (Apium graveolens
waterbath (memmert), Erlenmeyer (Pyrex), L.) dan daun kelor (Moringa oleifera L.) yang
gelas kimia (Pyrex), spatula (Pyrex), batang diperoleh dimasukkan ke dalam maserator
pengaduk (Pyrex), plat tetes, gelas ukur yang berbeda untuk melakukan perlakuan
(Pyrex), corong (Pyrex), jangka sorong selanjutnya (Chairunnisa et al., 2019).
digital (LCD Vernier Caliver), autoklaf Berikut gambar pada setiap Langkah-
(GEA), dan inkubator CO2 (Memmert). langkah yang dilakukan:

Gambar 1. Pengumpulan sampel

Gambar 2. Proses pencucian daun - Daun Seledri (Kiri) - Daun Kelor (kanan)
S. Gustiana, B. A. A. Mustariani & N. Suryani/SPIN 4 (1) (2022) 95-107 98

Gambar 4. Proses pengeringan daun – daun seledri (kiri) - daun kelor (kanan)

Gambar 5. Proses penghalusan daun – daun seledri (kiri) – daun kelor (kanan)

Gambar 6. Proses pengayakan serbuk daun – daun seledri (kiri) – daun kelor (kanan)

Gambar 7. Simplisia daun – daun seledri (kiri) – daun kelor (kanan)

Ekstraksi ekstrak. Masing-masing ekstrak dievaporasi


Ekstraksi daun seledri (Apium dengan menggunakan menggunakan rotary
graveolens L.) dan daun kelor (Moringa evaporator dengan temperatur 89°C dan
oleifera L.) menggunakan metode maserasi. kecepatan rotary evaporator yaitu 183 rpm,
Simplisia daun seledri (Apium graveolens L.) sehingga diperoleh ekstrak kental dari daun
dan daun kelor (Moringa oleifera L.) masing- seledri (Apium graveolens L.) dan daun kelor
masing sebanyak 100 g dimasukkan ke (Moringa oleifera L) serta dilakukan
dalam wadah yang berbeda dan kemudian pengukuran % rendemen. Dilakukan
ditambahkan etanol 96% (700 mL) dibuat penimbangan masing-masing 10 g ekstrak
dengan perbandingan 1:7, ditutup kental yang didapatkan lalu dilakukan
menggunakan aluminium foil dan pengkombinasian ekstrak etanol daun
didiamkan selama 1 x 24 jam dan setiap 24 seledri (Apium graveolens L.) dan daun kelor
jam dilakukan pengadukan, dilakukan (Moringa oleifera L.) (Aulyawati et al., 2021).
pengulangan sebanyak 3 kali. Kemudian Pengukuran % Rendemen
disaring menggunakan kertas saring Pengukuran % rendemen adalah
sehingga didapatkan masing-masing perbandingan antara ekstrak yang diperoleh
S. Gustiana, B. A. A. Mustariani & N. Suryani/SPIN 4 (1) (2022) 95-107 99

dengan simplisia awal dikalikan dengan


100% (Rekayasa et al., n.d.):
berat ekstrak
% Rendemen = x 100 %
berat simplisia

Skrining fitokimia pada tabung reaksi pertama (pereaksi


Uji Flavonoid (Ikalinus et al., 2015) Dragendorff), dan terbentuknya endapan
Pereaksi HCl cokelat pada tabung reaksi kedua (pereaksi
Ditambahkan 3 mL aquades dan 3 mL Wagner) (Hasibuan et al., 2020).
kloroform ke dalam 1 mL kombinasi ekstrak Uji Saponin
etanol daun seledri (Apium graveolens L.) dan Untuk uji saponin, dimasukkan
daun kelor (Moringa oleifera L.), kemudian sebanyak 1 mL sampel ke dalam gelas kimia
dididihkan selama 15 menit hingga 20 mL, kemudian ditambahkan 10 mL air
membentuk dua fase. Dipisahkan kedua panas dan dididihkan selama kurang lebih
fase ke dalam tabung reaksi berbeda, dipipet lima menit. Kemudian disaring dan
fase aquades secukupnya ke dalam plat tetes digunakan filtrat sebagai larutan uji.
dan kemudian ditambahkan serbuk Mg Dimasukkan filtrat tersebut ke dalam
secukupnya dan 5 tetes HCl ke dalam plat tabung reaksi dan dikocok kuat-kuat selama
tetes. Uji positif ditunjukkan dengan ± 10 detik dan didiamkan selama ± 10
terbentuknya warna merah, kuning, atau menit. Uji positif ditandai dengan
jingga pada plat tetes. terbentuknya buih yang stabil
Pereaksi NaOH 10% (Muthmainnah, 2019).
Dimasukkan 1 mL fase aquades ke Uji Tanin
dalam plat tetes, kemudian ditambahkan 5 Dididihkan 1 mL ekstrak dengan 10
tetes pereaksi NaOH 10%. Uji positif mL air lalu disaring, ditambahkan beberapa
ditunjukkan dengan adanya warna orange tetes FeCl3 1 % Uji positif ditandai dengan
atau jingga. terbentuknya warna cokelat kehijauan atau
Uji Steroid dan Terpenoid biru kehitaman menunjukkan adanya tanin
Dimasukkan 1 mL fase kloroform ke (Ikalinus et al., 2015).
dalam plat tetes, kemudian ditambahkan Uji Antibakteri (Misna & Diana, 2019)
pereaksi Liebermann-Burchard ke dalam Sterilisasi alat
plat tetes secukupnya. Adanya steroid Semua alat yang akan digunakan
ditandai dengan terbentuknya lapisan dicuci bersih, dikeringkan, dan dibungkus
cincin berwarna biru atau hijau, sedangkan lalu dimasukkan ke dalam oven untuk
adanya terpenoid ditandai dengan adanya sterilisasi.
warna merah atau ungu. Pembuatan media Nutrient Agar (NA)
Uji Alkaloid Dilakukan pembuatan Media
Untuk melakukan uji alkaloid, Nutrient agar, ditimbang sebanyak 14 g NA
ditimbang sampel sebanyak 1 g kemudian dan dimasukkan ke dalam erlenmeyer,
ditambahkan 1 mL HCl 2M dan 9 mL ditambahkan 500 mL akuades, kemudian
aquades, setelah itu dipanaskan di atas dipanaskan di atas hotplate hingga mendidih
penangas air kurang lebih 2 menit, setelah sambil diaduk sampai homogen.
itu didinginkan dan disaring. Digunakan Selanjutnya media disterilisasi dengan cara
filtrat untuk dilakukan uji alkaloid. Diambil bagian mulut erlenmeyer ditutup dengan
dua buah tabung reaksi, kemudian kapas dan dimasukkan ke dalam autoklaf
dimasukkan 1 mL filtrat ke dalam masing- dengan temperatur 121 ºC selama 15 menit.
masing tabung reaksi yang telah disediakan. Pembuatan kontrol positif
Ditambahkan 5 tetes pereaksi Dragendorff Pembuatan larutan kontrol positif,
ke dalam tabung reaksi pertama dan 5 tetes digerus 1 g amoxicillin dan dilarutkan
pereaksi Wagner ke dalam tabung reaksi dalam 10 mL aquades.
kedua, Uji positif ditunjukkan dengan
terbentuknya endapan berwarna jingga
S. Gustiana, B. A. A. Mustariani & N. Suryani/SPIN 4 (1) (2022) 95-107 100

Pembuatan larutan uji TEKNIK ANALISI DATA


Kombinasi ekstrak etanol daun seledri Teknik analisis data untuk
(Apium graveolens L.) dan daun kelor mengetahui daya hambat antibakteri
(Moringa oleifera L.) yang akan diuji untuk menggunakan One-way ANOVA (anova
menghambat atau membunuh satu arah). Teknik analisis data
pertumbuhan bakteri Staphylococcus aureus menggunakan uji parametris dengan
dibuat dalam beberapa konsentrasi yaitu menggunakan taraf signifikan 5%,
konsentrasi 20% b/v, konsentrasi 40% b/v, penelitian ini menganalisis dua variabel
konsentrasi 60% b/v, konsentrasi 80% b/v, yaitu variabel terikat dan variabel bebas.
dan konsentrasi 100% b/v. Data penelitian ini dianalisis dengan
Pembuatan lubang sumuran menggunakan aplikasi IBM SPSS Statistics
Dibuatkan sumuran pada media agar 25 dan manual menggunakan Microsoft Excel
dengan diameter sumuran 500 mm dan 2010.
dimasukkan kombinasi ekstrak etanol daun
seledri (Apium graveolens L.) dan daun kelor HASIL DAN PEMBAHASAN
(Moringa oleifera L.) sebanyak 50 μL pada Kadar air
masing-masing konsentrasi pada lubang Hasil pengukuran kadar air menunjukkan
sumuran. bahwa daun seledri (Apium graveolens L.)
Inkubasi dan daun kelor (Moringa oleifera L.) yang
Dilakukan inkubasi pada temperatur
segar kering dapat digunakan sebagai
37 ℃ selama 1 x 24 jam, kemudian
dilakukan pengamatan dan pengukuran sampel karena memiliki kadar air kurang
terhadap terbentuknya zona hambat di dari 10 % (Lisi et al., 2017), sebagaimana
sekitar sumuran. dalam Tabel 1.

Tabel 1. Hasil pengukuran kadar air daun seledri (Apium graveolens L.) dan kelor (Moringa oleifera L.)
No. Sampel Kadar Air (%)
1. Daun Seledri (Apium graveolens L.) 8,03
2. Daun Kelor (Moringa oleifera L.) 7,50

% Rendemen dibandingkan % rendemen daun kelor


Hasil pengukuran % rendemen (Moringa oleifera L.), sebagaimana dalam
menunjukkan bahwa % rendemen daun Tabel 2.
seledri (Apium graveolens L.) lebih tinggi
Tabel 2. % rendemen ekstrak etanol daun seledri (Apium graveolens L.) dan kelor (Moringa oleifera L.)
No Sampel Rendemen(%)
1. Ekstrak etanol daun seledri (Apium graveolens L.) 15,90
2. Ekstrak etanol daun kelor (Moringa oleifera L.) 10,26

Skrining fitokimia L.) dan daun kelor (Moringa oliefera L.) dapat
Hasil skrining fitokimia kombinasi dilihat pada Tabel 3 di bawah ini.
ekstrak etanol daun seledri (Apium graveolens
Tabel 3. Hasil Skrining fitokimia kombinasi ekstrak etanol daun seledri (Apium graveolens L.) dan daun
kelor (Moringa oliefera L.)
No Skrining Pereaksi Hasil pengamatan
fitokimia Perubahan Keterangan
1. Flavonoid HCl pekat + logam Larutan warna jingga +
Mg
Larutan warna kuning
NaOH 10%
+
S. Gustiana, B. A. A. Mustariani & N. Suryani/SPIN 4 (1) (2022) 95-107 101

No Skrining Pereaksi Hasil pengamatan


fitokimia Perubahan Keterangan
2. Steroid Liebermann- Larutan warna hijau dan terdapat cincin +
Burchard warna hijau.
3. Terpenoid Liebermann- Terbentuk lapisan cincin warna ungu. +
Burchard
4. Alkaloid Dragendorff Terbentuk +
endapan berwarna jingga.

Terbentuk endapan berwarna cokelat. +


Wagner
5. Saponin HCl Tidak terbentuk -
Buih
6. Tanin FeCl3 1% Cokelat kehijauan +
Keterangan:
(+) = mengandung senyawa metabolit sekunder
(-) = tidak mengandung senyawa metabolit sekunder

Flavonoid (Moringa oliefera L.) mengandung flavonoid,


Pengujian flavonoid menggunakan hal ini ditandai dengan terjadinya
dua pereaksi yaitu pereaksi HCl dan perubahan warna menjadi jingga setelah
pereaksi NaOH yang diperoleh hasil positif kombinasi ekstrak etanol daun seledri
pada kedua pereaksi tersebut. Pada pereaksi (Apium graveolens L.) dan daun kelor
pertama yang digunakan pada uji flavonoid (Moringa oliefera L.) ditambahkan serbuk Mg
yaitu menggunakan pereaksi HCl. Hasil dan HCl (Muthmainnah, 2019). Adapun
skrining fitokimia menunjukkan bahwa reaksi yang terjadi yaitu dapat dilihat pada
kombinasi ekstrak etanol daun seledri Gambar 12 berikut (Ergina et al, 2014).
(Apium graveolens L.) dan daun kelor

Gambar 8. Reaksi flavonoid dengan logam Mg dan HCl pekat


S. Gustiana, B. A. A. Mustariani & N. Suryani/SPIN 4 (1) (2022) 95-107 102

Pengujian flavonoid dengan menjadi molekul asetofenon yang berwarna


menggunakan pereaksi kedua yaitu kuning sampai dengan cokelat karena
menggunakan NaOH 10 % dan didapatkan terjadinya pemutusan ikatan pada struktur
hasil positif yaitu berwarna kuning. Pereaksi cincin C flavonoid. Adapun reaksi yang
NaOH 10 % merupakan katalis basa yang terjadi dapat dilihat pada Gambar 13
dapat menyebabkan terjadinya penguraian berikut (Lindawati & Ma’ruf., 2020).

Gambar 9. Reaksi flavonoid dengan NaOH 10%

terpenoid. Pada uji steroid dan terpenoid ini


Steroid dan Terpenoid didapatkan hasil positif, hal ini dapat terjadi
Hasil uji steroid dan terpenoid yaitu karena adanya reaksi oksidasi pada
apabila diperoleh cincin berwarna biru atau golongan terpenoid dan steroid melalui
hijau maka mengandung steroid, sedangkan pembentukan ikatan rangkap terkonjugasi
apabila dihasilkan cincin yang berwarna (Ikalinus et al., 2015). Adapun mekanisme
merah atau ungu maka positif mengandung reaksi yang terjadi yaitu sebagai berikut:

Gambar 10. Mekanisme reaksi uji steroid dan terpenoid (Habibi et al., 2018)
S. Gustiana, B. A. A. Mustariani & N. Suryani/SPIN 4 (1) (2022) 95-107 103

Alkaloid yang mana nitrogen pada uji alkaloid


Hasil uji alkaloid ini menggunakan dengan pereaksi dragendorff digunakan
dua pereaksi yaitu pereaksi Wagner dan untuk membentuk ikatan kovalen koordinat
Dragendorff. Uji positif alkaloid dengan dengan K+ yang termasuk dalam ion logam
pereaksi Dragendorff menghasilkan (Nugrahani et al., 2016). Adapun reaksi
endapan yang berwarna jingga. Endapan yang terjadi yaitu sebagai berikut:
yang terbentuk merupakan kalium-alkaloid,

Gambar 11. Reaksi alkaloid dengan pereaksi Dragendorff (Ergina, 2014)

Hasil positif pada uji alkaloid dengan logam K+ akan membentuk suatu ikatan
menggunakan pereaksi Wagner yaitu kovalen koordinat dengan nitrogen pada
dengan menghasilkan endapan berwarna alkaloid yang dapat membentuk kompleks
cokelat. Dalam hal ini uji Wagner kalium-alkaloid yang mengendap (Ikalinus
menyebabkan adanya reaksi pembentukan et al., 2015). Adapun reaksi yang terjadi
senyawa kompleks yang mengendap. Uji sebagai berikut:
alkaloid dengan pereaksi Wagner ini ion

Gambar 12. Reaksi alkaloid dengan pereaksi Wagner (Lisi et al., 2017)

Saponin Hasil positif ditandai dengan terbentuknya


Kombinasi ekstrak etanol tersebut warna cokelat kehijauan. Tanin adalah
tidak memiliki kandungan saponin senyawa fenolik yang cenderung larut
dikarenakan busa yang terbentuk tidak dalam air dan pelarut polar. Fungsi dari
stabil dan hasil yang didapatkan
bertentangan dengan penelitian yang penambahan FeCl3 1% yaitu untuk
dilakukan oleh Rizki, dimana hasil positif menentukan apakah kombinasi ekstrak
suatu ekstrak yang mengandung saponin etanol tersebut mengandung gugus fenol
akan menghasilkan busa yang stabil selama atau tidak, adanya gugus fenol dapat dilihat
kurang lebih 10 menit (Muthmainnah, dengan terbentuknya warna cokelat
2019). kehijauan atau biru kehitaman setelah
Tanin
dilakukan penambahan FeCl3 1%. Setelah
Uji tanin ini didapatkan hasil positif
penambahan tesebut tanin akan
dengan menggunakan pereaksi FeCl3 1 %.
S. Gustiana, B. A. A. Mustariani & N. Suryani/SPIN 4 (1) (2022) 95-107 104

membentuk senyawa kompleks dengan ion


Fe3+ (Ergina, 2014).

Gambar 17. Reaksi tanin dengan FeCl3 (Ergina, 2014)

Aktivitas Antibakteri terbentuk. Pengujian aktivitas antibakteri


Pada uji aktivitas antibakteri ini menggunakan beberapa variasi
kombinasi ekstak etanol daun seledri konsentrasi 20%, 40%, 60%, 80%, dan 100%
(Apium graveolens L.) dan daun kelor dengan tiga kali pengulangan. Kontrol
(Moringa oleifera L.), peneliti menggunakan negatif yang digunakan pada uji aktivitas
metode difusi sumuran. Metode sumuran antibakteri ini yaitu menggunakan etil
memiliki kelebihan yaitu lebih mudah asetat sedangkan untuk kontrol positif yang
mengukur diameter zona hambat yang digunakan yaitu antibiotik amoxicillin.
Tabel 4. Hasil pengukuran diameter zona hambat kombinasi ekstrak etanol daun seledri dan daun kelor
terhadap pertumbuhan bakteri Staphylococcus aureus
Konsentrasi Pengulangan Rata- Diameter zona Kategori
rata hambat
I II III
(mm) ± SD
K1 8,2 7,9 7,8 7,97 7,97 ± 0,21 Sedang
K2 8,6 8,5 7,9 8,33 8,33 ± 0,38 Sedang
K3 7,1 9,6 8,4 8,37 8,37 ± 1,25 Sedang
K4 9,6 9,4 9,2 9,40 9,40 ± 0,20 Sedang

K5 10,6 11,0 9,6 10,40 10,40 ± 10,42 Kuat


C+ 9,4 12,0 9,6 10,33 10,33 ± 10,40 Kuat
C- - - - - - -

Berdasarkan Tabel 4 dapat diketahui menunjukkan bahwa potensi kombinasi


bahwa semakin tinggi konsentrasi yang kedua tumbuhan ini dapat digunakan
digunakan maka semakin besar pula sebagai zat aktif pada masker wajah.
diameter zona hambat yang didapatkan. Kemungkinan kemampuan antibakteri
Hal ini dapat dipengaruhi oleh metabolit yang dimiliki oleh kombinasi daun seledri
sekunder yang terdapat dalam setiap dan daun kelor berasal dari senyawa
konsentrasi. Sehingga semakin tinggi metabolit sekunder yang teramati melalui
konsentrasi yang digunakan maka semakin skrining fitokimia berupa senyawa
banyak pula metabolit sekunder yang flavonoid, steroid, terpenoid, alkaloid, dan
terkandung dan didapatkan diameter zona tanin. Seyawa-senyawa metabolit sekunder
hambat yang semakin tinggi (Savitri & tersebut memiliki cincin aromatis berupa
Harris, 2018). Adanya kemampuan senyawa fenolik dengan adanya gugus
aktivitas antibakteri yang diperoleh dari hidroksi (OH) yang memiliki sifat asam
kombinasi daun seledri dan daun kelor sehingga menyebabkan denaturasi pada
S. Gustiana, B. A. A. Mustariani & N. Suryani/SPIN 4 (1) (2022) 95-107 105

protein hingga kerusakan pada sel membran Analisis uji ANOVA terhadap zona
bakteri (Suryani et al., 2022). hambat pertumbuhan bakteri yang
diperoleh disajikan pada Tabel 5 berikut:
Tabel 5. Uji ANOVA Bakteri Staphylococcus aureus
ANOVA
Source of Variation SS Df MS F P-value F crit
Between Groups 11,92933 4 2,982333 6,455267 0,007807 3,47805
Within Groups 4,62 10 0,462
Total 16,54933 14

Pengujian statistik uji diameter zona sehingga dapat dikatakan bahwa H0 ditolak
hambat pertumbuhan bakteri Staphylococcus dan H1 diterima atau dengan kata lain
aureus pada kombinasi ekstrak etanol daun terdapat perbedaan secara signifikan. Hasil
seledri (Apium graveolens L.) dan daun kelor data ini juga didukung oleh hasil uji BNT
(Moringa oleifera L.) ini menggunakan yang terdapat pada Tabel 6 yang
metode satu arah (One-Way ANOVA). menunjukkan adanya perbedaan notasi
Berdasarkan uji ANOVA pada bakteri yang dihasilkan pada setiap konsentrasi,
Staphylococcus aureus yang terdapat pada dimana K1 sama dengan K2 dan K3.
Tabel 5 dapat diketahui bahwa nilai P- value Sedangkan K3 tidak sama dengan K4 dan K5.
yaitu 0,007807 yang berarti P- value < 0,05
Tabel 6. Uji BNT diameter zona hambat bakteri Staphylococcus aureus
Konsentrasi Rerata BNT + Rerata Notasi
K1 7,97 8,322299686 a
K2 8,44 8,792299686 a
K3 8,37 8,722299686 a
K4 9,40 9,752299686 ab
K5 10,4 10,75229969 b

KESIMPULAN DAFTAR PUSTAKA


Berdasarkan penelitian yang telah Aulyawati, N., Yahdi., & Suryani, N.
dilakukan maka dapat disimpulkan bahwa (2021). Skrining Fitokimia dan
kandungan senyawa metabolit sekunder Aktivitas Antioksidan Ekstrak Etanol
pada kombinasi ekstrak etanol daun seledri Rambut Jagung Manis (Zea mays
(Apium graveolens L.) dan daun kelor ssaccharata Strurf) Menggunakan
(Moringa oleifera L.) yaitu flavonoid, steroid, Metode DPPH. SPIN. 3(2). 132–142.
terpenoid, alkaloid, dan tanin. Selain itu, https://doi.org/10.20414/spin.v3i2.4
dapat diketahui bahwa kombinasi ekstrak 101
etanol daun seledri (Apium graveolens L.) dan Chairunnisa, S., Wartini, N. M., &
daun kelor (Moringa oleifera L.) memiliki Suhendra, L. (2019). Pengaruh Suhu
pengaruh terhadap diameter zona hambat dan Waktu Maserasi terhadap
pertumbuhan bakteri Staphylococcus aureus. Karakteristik Ekstrak Daun Bidara
Nilai rerata diameter zona hambat yang (Ziziphus mauritiana L.) sebagai
diperoleh dari beberapa konsentrasi secara Sumber Saponin. Jurnal Rekayasa dan
berturut-turut yaitu 7,97 mm; 8,33 mm; 8,37 Manajemen Agroindustri. 7(4). 551-560.
mm; 9,40 mm; dan 10,40 mm. Berdasarkan Dima, L. L. R. H., Fatimawali., & Lolo, W.
data tersebut dapat diketahui bahwa A. (2016). Uji Aktivitas Antibakteri
semakin tinggi konsentrasi maka semakin Ekstrak Daun Kelor (Moringa oleifera
besar diameter zona hambat. L.) Terhadap Bakteri Escherichia coli
dan Staphylococcus aureus.
S. Gustiana, B. A. A. Mustariani & N. Suryani/SPIN 4 (1) (2022) 95-107 106

PHARMACON Jurnal Ilmiah Farmasi- Spektrofotometri Visibel. Jurnal Ilmiah


UNSRAT. 5(2). 282-289. Manuntung. 6(1). 83–91.
https://doi.org/10.35799/pha.5.2016 https://doi.org/10.51352/jim.v6i1.3
.12273 12
Djumaati, F., Yamlean, P. V. Y., & Lolo, Lisi, A. K. F., Runtuwene, M. R. J., &
W. A. (2018). Formulasi Sediaan Wewengkang, D. S. (2017). Uji
Salep Ekstrak Etanol Daun Kelor Fitokimia dan Aktivitas Antioksidan
(Moringa oleifera Lamk.) dan Uji dari Ekstrak Metanol Bunga Soyogik
Aktivitas Antibakterinya Terhadap (Saurauia bracteosa DC.).
Bakteri Staphylococcus aureus. PHARMACON Jurnal Ilmiah Farmasi-
PHARMACON Jurnal Ilmiah Farmasi- UNSRAT. 6(1). 53-61.
UNSRAT. 7(1). 22-29 https://doi.org/10.35799/pha.6.2017
https://doi.org/10.35799/pha.7.2018 .36796
.18800 Luthfiyani, A., Pujiastuti, P., & Aris, M.,
Ergina., Nuryanti, S., & Pursitasari, I. D. (2019). Daya Antibakteri Ekstrak
(2014). Uji Kualitatif Senyawa Daun Seledri (Apium graveolens L.)
Metabolit Sekunder pada Daun terhadap Porphyromonas gingivalis.
Palado (Agave angustifolia) yang Stomatognatic Jurnal Kedokteran Gigi.
Diekstraksi dengan Pelarut Air dan 16(2). 53-58.
Etanol. Jurnal Akademika Kimia. 3(3). https://doi.org/10.19184/stoma.v16i
165–172. 2.23092
Habibi, A. I., Firmansyah, R. A., & Misna., & Diana, K. (2016). Aktivitas
Setyawati, S. M. (2018). Skrining Antibakteri Ekstrak Kulit Bawang
Fitokimia Ekstrak n-Heksan Korteks Merah (Allium cepa L.) Terhadap
Batang Salam (Syzygium Bakteri Staphylococcus aureus.
polyanthum). Indonesian Journal of Galenika Journal of Pharmacy. 2(2). 138-
Chemical Science. 7(1). 1-4. 144.
https://doi.org/10.15294/ijcs.v7i1.2 https://doi.org/10.22487/j24428744.
3370 2016.v2.i2.5990
Hasibuan, A. S., Edrianto, V., & Purba, N. Muhamat., Dewanti, N. R., & Astuti, M. D.
(2020). Skrining Fitokimia Ekstrak (2012). Ekstrak Daun Jeruk Purut
Etanol Umbi Bawang Merah (Allium (Citrus hystrix DC) Sebagai
cepa L.). JURNAL FARMASIMED Insektisida Larva Nyamuk Aedes
(JFM). 2(2). 45–49. albopictus. Jurnal Riset Industri Hasil
https://doi.org/10.35451/jfm.v2i2.3 Hutan. 4(1). 15-19.
57 http://dx.doi.org/10.24111/jrihh.v4i
Ikalinus, R., Widyastuti, S. K., & Setiasih, 1.1197
N. L. E. (2015). Skrining Fitokimia Muthmainnah, B. (2019). Skrining
Ekstrak Etanol Kulit Batang Kelor Fitokimia Senyawa Metabolit
(Moringa oleifera). Indonesia Medicus Sekunder dari Ekstrak Etanol Buah
Veterinus, 4(1), 71–79. Delima (Punica granatum L.) dengan
https://ojs.unud.ac.id/index.php/im Metode Uji Warna. Media Farmasi.
v/article/view/15445 13(2). 23-28.
Illing, I., Safitri, W., & Erfiana. (2017). Uji https://doi.org/10.32382/mf.v13i2.8
Fitokimia Ekstrak Buah Dengen. 80
Dinamika Jurnal Matematika dan Ilmu Nugrahani, R., Andayani, Y., & Hakim, A.
Pengetahuan Alam. 8(1). 66–84. (2016). Skrining Fitokimia dari
Lindawati, N. Y., & Ma’ruf, S. H. (2020). Ekstrak Buah Buncis (Phaseolus
Penetapan Kadar Total Flavonoid vulgaris L) dalam Sediaan Serbuk.
Ekstrak Etanol Kacang Merah Jurnal Penelitian Pendidikan IPA. 2(1).
(Phaseolus vulgaris L.) dengan 96-103.
Metode Kompleks Kolorimetri Secara
S. Gustiana, B. A. A. Mustariani & N. Suryani/SPIN 4 (1) (2022) 95-107 107

https://doi.org/10.29303/jppipa.v2i1
.38
Nurjanah., Aprilia, B. E., Fransiskayana,
A., Rahmawati, M., & Nurhayati, T.
(2018). Senyawa Bioaktif Rumput
Laut dan Ampas Teh Sebagai
Antibakteri dalam Formula Masker
Wajah. Jurnal Pengolahan Hasil
Perikanan Indonesia. 21(2). 304-316.
https://doi.org/10.17844/jphpi.v21i
2.23086
Perwita, M. H. (2019). Pemanfaatan
Ekstrak Moringa Oleifera Sebagai
Masker Organik untuk Merawat
Kesehatan Kulit Wajah. Jurnal
Keluarga Sehat Sejahtera. 17(2). 36-41.
https://doi.org/10.24114/jkss.v17i2.
16469
Savitri, E., Fakhrurazi., Harris, A., Erina.,
Sutriana, A., & Lubis, T. M (2018).
Uji Antibakteri Ekstrak Daun Kelor
(Moringa oleifera L.) Terhadap
Pertumbuhan Bakteri Staphylococcus
aureus. Jurnal Ilmiah Mahasiswa
Veteriner. 2(3). 373-379.
https://doi.org/10.21157/jim%20vet
..v2i3.8227
Suryani, N., Munawar, F., & Hajaroh, S.
(2022). Phytochemical Screening of
Active Secondary Metabolites and
Antibacterial Activity Kaffir Lime
Leaf (Citrus hystrix) and Tumeric
Leaf (Curcuma longa Linn.) Against
Escherichia coli. ALKIMIA: Jurnal
Ilmu Kimia Dan Terapan. 5(2). 150–
158.
https://doi.org/10.19109/alkimia.v5
i2.11264

Anda mungkin juga menyukai