SPIN
JURNAL KIMIA & PENDIDIKAN KIMIA
https://journal.uinmataram.ac.id/index.php/spin
PENDAHULUAN
Pencemaran udara yang semakin Tumbuhan lain, seperti daun kelor
meningkat dapat memberikan pengaruh juga memiliki kandungan senyawa sebagai
buruk, salah satunya pada kesehatan kulit. agen antibakteri dan mudah ditemukan
Akibatnya kulit mudah mengalami serta tersebar hampir di seluruh Indonesia.
kerusakan seperti timbulnya jerawat, flek Daun kelor mengandung berbagai senyawa
hitam, serta penuaan dini pada kulit. kimia yang sangat bermanfaat. Golongan
Masker menjadi salah satu cara untuk senyawa yang terdapat di dalam daun kelor
mengatasi kerusakan kulit tersebut. Salah diantaranya yakni tanin, triterpenoid,
satu alternatif masker yang aman ialah flavonoid, alkaloid, saponin, dan
masker wajah yang didalamnya terdapat antrakuinon (Perwita, 2019.) . Ekstrak daun
bahan aktif alami agar dapat mengatasi dan biji dari tumbuhan kelor m engandung
permasalahan kulit dari pencemaran udara senyawa yang mempunyai sifat antibakteri
kotor dan bakteri yang diperoleh dari sehingga dapat digunakan sebagai obat
tumbuh-tumbuhan (Nurjanah et al., 2018). infeksi (Savitri et al., 2018). Hal ini dapat
Indonesia sebagai negara tropis terjadi karena adanya senyawa metabolit
memiliki beraneka ragam tumbuhan yang sekunder seperti flavonoid, alkaloid, dan
dapat digunakan untuk memenuhi fenol yang juga dapat menghambat aktivitas
kepentingan masyarakat. Masyarakat bakteri. Selain itu, daun kelor juga
Indonesia sejak zaman dahulu telah banyak mengandung antioksidan tinggi dan
mengenal tumbuhan yang memiliki antimikrobia (Djumaati et al., 2018).
kandungan sebagai obat herbal atau dapat Diketahui bahwa ekstrak daun kelor
digunakan untuk menyembuhkan segala terbukti memiliki aktivitas antibakteri
macam penyakit. Tanaman adalah sumber terhadap bakteri Escherichia coli dan bakteri
senyawa kimia, baik itu senyawa kimia Staphylococcus aureus (Dima et al., 2016).
hasil metabolisme primer maupun sebagai Sejauh ini belum ditemukan informasi
sumber senyawa metabolit sekunder spesifik mengenai aktivitas antibakteri
(Muthmainnah, 2019). sebagai masker wajah yang berasal dari
Tumbuhan memiliki potensi sebagai kandungan senyawa aktif tumbuhan seledri
agen antibakteri. Tumbuhan memiliki (Apium graveolens L.) dan daun kelor
beberapa cara untuk melindungi diri dari (Moringa oliefera L.) sehingga penelitian ini
bakteri, salah satunya dengan memproduksi dilakukan dengan tujuan untuk mengetahui
senyawa toksik atau penolak bakteri. kandungan fitokimia kombinasi ekstrak
Beberapa metabolit sekunder seperti etanol daun seledri (Apium graveolens L.) dan
flavonoid, alkaloid, saponin, tanin, steroid daun kelor (Moringa oliefera L.) sebagai zat
dan triterpenoid sekarang banyak aktif masker wajah serta pengaruh
digunakan sebagai agen antibakteri konsentrasinya terhadap diameter zona
(Muhamat et al., 2012). Salah satu hambat pertumbuhan bakteri Staphylococcus
tumbuhan yang memiliki kemampuan aureus.
sebagai agen antibakteri dan telah dikenal di
kalangan masyarakat Indonesia yaitu METODE
tumbuhan seledri (Apium graveolens L.). Jenis dan pendekatan penelitian
Kandungan senyawa dalam tumbuhan Jenis penelitian yang digunakan
seledri yang digunakan sebagai agen adalah penelitian eksperimen atau disebut
antibakteri terdiri dari saponin 0,36 %; tanin dengan true experimental design. Sedangkan
1%; flavonoid 1,7%; minyak atsiri 0,033%; pendekatan pada penelitian ini ialah
flavo-glukosida (apiin), fitosterol, vitamin pendekatan kualitatif dan pendekatan
(A, B, dan C), alkaloid, asparagin, dan zat kuantitatif. Pendekatan kualitatifnya yaitu
pahit (Luthfiyani et al., 2019). berupa data hasil skrining fitokimia dan
pendekatan kuantitatifnya berupa diameter
S. Gustiana, B. A. A. Mustariani & N. Suryani/SPIN 4 (1) (2022) 95-107 97
Gambar 2. Proses pencucian daun - Daun Seledri (Kiri) - Daun Kelor (kanan)
S. Gustiana, B. A. A. Mustariani & N. Suryani/SPIN 4 (1) (2022) 95-107 98
Gambar 4. Proses pengeringan daun – daun seledri (kiri) - daun kelor (kanan)
Gambar 5. Proses penghalusan daun – daun seledri (kiri) – daun kelor (kanan)
Gambar 6. Proses pengayakan serbuk daun – daun seledri (kiri) – daun kelor (kanan)
Tabel 1. Hasil pengukuran kadar air daun seledri (Apium graveolens L.) dan kelor (Moringa oleifera L.)
No. Sampel Kadar Air (%)
1. Daun Seledri (Apium graveolens L.) 8,03
2. Daun Kelor (Moringa oleifera L.) 7,50
Skrining fitokimia L.) dan daun kelor (Moringa oliefera L.) dapat
Hasil skrining fitokimia kombinasi dilihat pada Tabel 3 di bawah ini.
ekstrak etanol daun seledri (Apium graveolens
Tabel 3. Hasil Skrining fitokimia kombinasi ekstrak etanol daun seledri (Apium graveolens L.) dan daun
kelor (Moringa oliefera L.)
No Skrining Pereaksi Hasil pengamatan
fitokimia Perubahan Keterangan
1. Flavonoid HCl pekat + logam Larutan warna jingga +
Mg
Larutan warna kuning
NaOH 10%
+
S. Gustiana, B. A. A. Mustariani & N. Suryani/SPIN 4 (1) (2022) 95-107 101
Gambar 10. Mekanisme reaksi uji steroid dan terpenoid (Habibi et al., 2018)
S. Gustiana, B. A. A. Mustariani & N. Suryani/SPIN 4 (1) (2022) 95-107 103
Hasil positif pada uji alkaloid dengan logam K+ akan membentuk suatu ikatan
menggunakan pereaksi Wagner yaitu kovalen koordinat dengan nitrogen pada
dengan menghasilkan endapan berwarna alkaloid yang dapat membentuk kompleks
cokelat. Dalam hal ini uji Wagner kalium-alkaloid yang mengendap (Ikalinus
menyebabkan adanya reaksi pembentukan et al., 2015). Adapun reaksi yang terjadi
senyawa kompleks yang mengendap. Uji sebagai berikut:
alkaloid dengan pereaksi Wagner ini ion
Gambar 12. Reaksi alkaloid dengan pereaksi Wagner (Lisi et al., 2017)
protein hingga kerusakan pada sel membran Analisis uji ANOVA terhadap zona
bakteri (Suryani et al., 2022). hambat pertumbuhan bakteri yang
diperoleh disajikan pada Tabel 5 berikut:
Tabel 5. Uji ANOVA Bakteri Staphylococcus aureus
ANOVA
Source of Variation SS Df MS F P-value F crit
Between Groups 11,92933 4 2,982333 6,455267 0,007807 3,47805
Within Groups 4,62 10 0,462
Total 16,54933 14
Pengujian statistik uji diameter zona sehingga dapat dikatakan bahwa H0 ditolak
hambat pertumbuhan bakteri Staphylococcus dan H1 diterima atau dengan kata lain
aureus pada kombinasi ekstrak etanol daun terdapat perbedaan secara signifikan. Hasil
seledri (Apium graveolens L.) dan daun kelor data ini juga didukung oleh hasil uji BNT
(Moringa oleifera L.) ini menggunakan yang terdapat pada Tabel 6 yang
metode satu arah (One-Way ANOVA). menunjukkan adanya perbedaan notasi
Berdasarkan uji ANOVA pada bakteri yang dihasilkan pada setiap konsentrasi,
Staphylococcus aureus yang terdapat pada dimana K1 sama dengan K2 dan K3.
Tabel 5 dapat diketahui bahwa nilai P- value Sedangkan K3 tidak sama dengan K4 dan K5.
yaitu 0,007807 yang berarti P- value < 0,05
Tabel 6. Uji BNT diameter zona hambat bakteri Staphylococcus aureus
Konsentrasi Rerata BNT + Rerata Notasi
K1 7,97 8,322299686 a
K2 8,44 8,792299686 a
K3 8,37 8,722299686 a
K4 9,40 9,752299686 ab
K5 10,4 10,75229969 b
https://doi.org/10.29303/jppipa.v2i1
.38
Nurjanah., Aprilia, B. E., Fransiskayana,
A., Rahmawati, M., & Nurhayati, T.
(2018). Senyawa Bioaktif Rumput
Laut dan Ampas Teh Sebagai
Antibakteri dalam Formula Masker
Wajah. Jurnal Pengolahan Hasil
Perikanan Indonesia. 21(2). 304-316.
https://doi.org/10.17844/jphpi.v21i
2.23086
Perwita, M. H. (2019). Pemanfaatan
Ekstrak Moringa Oleifera Sebagai
Masker Organik untuk Merawat
Kesehatan Kulit Wajah. Jurnal
Keluarga Sehat Sejahtera. 17(2). 36-41.
https://doi.org/10.24114/jkss.v17i2.
16469
Savitri, E., Fakhrurazi., Harris, A., Erina.,
Sutriana, A., & Lubis, T. M (2018).
Uji Antibakteri Ekstrak Daun Kelor
(Moringa oleifera L.) Terhadap
Pertumbuhan Bakteri Staphylococcus
aureus. Jurnal Ilmiah Mahasiswa
Veteriner. 2(3). 373-379.
https://doi.org/10.21157/jim%20vet
..v2i3.8227
Suryani, N., Munawar, F., & Hajaroh, S.
(2022). Phytochemical Screening of
Active Secondary Metabolites and
Antibacterial Activity Kaffir Lime
Leaf (Citrus hystrix) and Tumeric
Leaf (Curcuma longa Linn.) Against
Escherichia coli. ALKIMIA: Jurnal
Ilmu Kimia Dan Terapan. 5(2). 150–
158.
https://doi.org/10.19109/alkimia.v5
i2.11264