Dosen Pengampu :
Apt. Yen Yen Ari Indrawijaya, M.Farm.Klin.
Disusun Oleh :
Kelompok C2
Nama Kelompok:
Adhelya Restu Iryani (19930085)
Annisa Nurul Aini (19930090)
Mawar Yuli Muktisari (19930083)
Nariswari Lutfi Nabila Kirana (19930086)
Shophy Salsabil Aqila (19930088)
BAB I ............................................................................................................................................................ 3
PENDAHULUAN ....................................................................................................................................... 3
1.1. Masalah Penelitian ...................................................................................................................... 3
1.2. Tujuan penelitian ........................................................................................................................ 4
1.3. Hipotesa penelitian...................................................................................................................... 4
BAB II .......................................................................................................................................................... 5
METODOLOGI PENELITIAN ................................................................................................................ 5
BAB 3 ......................................................................................................................................................... 12
HASIL PENELITIAN .............................................................................................................................. 12
3.1. Hasil penelitian ............................................................................................................................... 12
3.2. Kesimpulan ..................................................................................................................................... 13
DAFTAR PUSTAKA ................................................................................................................................ 14
LAMPIRAN ............................................................................................................................................... 15
BAB I
PENDAHULUAN
Berdasarkan uraian diatas, maka dirasa perlu dilakukan penelitian dengan judul
“SKRINING FITOKIMIA UNTUK IDENTIFIKASI SENYAWA GOLONGAN TANIN”
dengan tujuan agar mahasiswa mampu mengidentifikasi senyawa golongan tanin pada tanaman.
2.2 Sampel
Bahan uji yang digunakan adalah ekstrak tanaman Rosa rugosa. Bagian yang digunakan
adalah daun dengan diameter minimal 2cm.
Agar karakteristik sampel tidak menyimpang dari yang diinginkan peneliti, maka
sebelum dilakukan pengambilan sampel perlu ditentukan kriteria inklusi dan eksklusi. Kriteria
inklusi adalah kriteria yang perlu dipenuhi oleh setiap anggota populasi yang dapat diambil
sebagai sampel. Sedangkan kriteria eksklusi adalah ciri-ciri anggota populasi yang tidak dapat
diambil sampel (Notoatmodjo, 2010). Peneliti telah menentukan kriteria untuk sampel yang akan
diteliti, meliputi:
a. Kriteria Inklusi
b. Kriteria eksklusi
Besar sampel yang digunakan dalam penelitian ini adalah sebagai berikut :
1. Sebanyak 100gram simplisia kering tanaman Rosa rugosa digunakan untuk preparasi
ekstrak skrinning fitokimia.
2. Sebanyak 0,3gram ekstrak tanaman Rosa rugosa hasil preparasi ekstrak digunakan
untuk preparasi sampel.
3. Ekstrak setelah penambahan aquades dan NaCl 10% dibagi menjadi tiga bagian sama
besar, terdiri dari larutan IVA, IVB, dan IVC. Masing-masing larutan mengandung
ekstrak tanaman Rosa rugosa sebesar 0,1gram.
Ekstraksi tannin dilakukan dengan penambahan etanol 80% dan pemanasan di atas
pemanas air selama satu jam. Analisis untuk mengetahui adanya tannin digunakan pereaksi NaCl
10%, FeCl3 untuk uji ferri klorida, dan gelatin 1% untuk uji gelatin. Pada uji KLT fase gerak
yang digunakan adalah Kloroform-etil asetat-Asam formiat dengan perbandingan (0,5:9:0,5).
Ekstrak Rosa rugosa yang telah melalui preparasi ekstrak diambil sebanyak 0,3gram dan
ditambah 10ml aquades panas, diaduk dan dibiarkan hingga temperatur kamar, lalu ditambahkan
3-4 tetes 10% NaCI, diaduk dan disaring. Filtrat dibagi menjadi 3 bagian sama besar dan
diletakkan dalam tabung reaksi, lalu diberi keterangan larutan IVA, IVB, dan IVC. IVA
digunakan sebagai blanko, IVB dilakukan dilakukan uji tannin dengan penambahan sedikit
larutan gelatin dan 5 ml larutan NaCI 10%. Jika terdapat endapan putih maka ekstrak Rosa
rugosa mengandung senyawa tannin. Terhadap larutan IVC dilakukan uji ferri klorida dengan
penambahan sedikit FeCl3. Jika terjadi perubahan warna menjadi hijau kehitaman maka
menunjukkan adanya senyawa polifenol.
Tanin sendiri adalah suatu senyawa polifenol. Jika pada penambahan gelatin dan NaCI
tidak endapan putih, tetapi setelah ditambah dengan larutan FeCI3 terjadi perubahan warna
menjadi hijau biru hingga hitam, menunjukkan adanya senyawa polifenol. Jika pada kedua uji,
baik uji gelatin maupun uji ferri klorida menunjukkan hasil positif, maka ekstrak dapat
digolongkan sebagai senyawa tannin. Sementara itu hasil negatif pada uji ferri klorida tidak
menunjukkan adanya kandungan polifenol, yang berarti juga tidak ada kandungan tannin. Uji
KLT pada polifenol menunjukkan hasil positif dengan timbulnya warna hitam.
Tanin terdapat luas dalam tumbuhan berpembuluh, dalam angiospermae terdapat khusus
dalam jaringan kayu. Menurut batasannya, tanin dapat bereaksi dengan proteina membentuk
kopolimer mantap yang tak larut dalam air. Dalam industri, tanin adalah senyawa yang berasal
dari tanaman, yang mampu mengubah kulit hewan yang mentah menjadi kulit siap pakai karena
kemampuannya menyambung silang proteina.
Di dalam tanaman, letak tanin terpisah dari protein dan enzim sitoplasma, tetapi bila
jaringan rusak, misalnya bila hewan memakannya, maka reakis penyamakan dapat terjadi.
Reaksi ini menyebabkan protein lebih sukar dicapai oleh cairan pencernaan hewan. Pada
kenyataannya, sebagian besar tanaman yang banyak bertanin dihindari oleh hewan pemakan
tanaman karena rasanya yang sepat. Kita menganggap salah satu fungsi utama tanin dalam
tanaman adalah penolah hewan pemakan tanaman.
Secara kimia terdapat dua jenis tanin yang tersebar merata dalam dunia tumbuhan. Tanin-
terkondensasi hampir terdapat semesta di dalam paku-pakuan dan gymnospermae, serta tersebar
luas dalam angiospermae, terutama pada jenis tanaman berkayu. Sebaliknya, tanin yang
terhidrolisiskan penyebarannya terbatas pada tanaman berkeping dua; di Inggris hanya terdapat
dalam suku yang nisbi sedikit. Tetapi, kedua jenis tanin itu dijumpai bersamaan dalam tumbuhan
yang sama seperti yang terjadi pada kulit daun ek, Quercus.
Tanin terkondensasi atau flavolan secara biosintesis dapat dianggap terbentuk dengan
cara kondensasi katekin tunggal (atau galokatekin) yang membentuk senyawa dimer dan
kemudian oligomer yang lebih tinggi. Ikatan karbon menghubungkan satu satuan flavon dengan
satuan berikutnya melalui ikatan 4-8 atau 6-8. Kebanyakan flavolan mempunyai 2 sampai 20
satuan flavon. Nama lain untuk tanin terkondensasi adalah proantosianidin karena bila
direaksikan dengan asam panas, beberapa ikatan karbon-karbon penghubung satuan terputus dan
dibebaskanlah monomer antosianidin. Kebanyakan proantosianidin adalah prosianidin, ini berarti
bila direaksikan dengan asam akan menghasilkan sianidin. Dikenal juga dengan prodelfinidin
dan properlargonidin, demikian juga campuran polimer yang menghasilkan sianidin dan
delfinidin pada penguraian oleh asam.
Tanin terhidrolisiskan terutama terdiri dari dua kelas yang sederhana yaitu depsida
galoilglukosa. Pada senyawa ini, inti yang berupa glukosa dikelilingi oleh lima gugus ester galoil
atau lebih. Pada jenis kedua, inti molekul berupa senyawa dimer asam galat, yaitu asam
heksahidroksidifenat, di sini pun berikatan dengan glukosa. Bila dihidrolisis elagitanin ini
menghasilkan asam elagat. Senyawa dalam kedua golongan ini dapat dipilah lebih lanjut
berdasarkan biogenesisnya.
Uji skrining tanin dapat dilakukan dengan 2 metode yaitu uji gelatin dan uji FeCl3. Untuk
uji FeCl3, maka ekstrak air dari suatu bagian tanaman ditambahkan ke dalam air suling.
Selanjutnya, larutan ekstrak tersebut ditetesi dengan satu atau dua tetes larutan FeCl31%.
Adanya kandungan tanin ditandai dengan timbulnya warna hijau gelap atau hijau kebiruan. Suatu
esktrak bagian tanaman mengandung tanin jika terbentuk endapan putih, setelah diberi larutan
gelatin 1% yang mengandung NaCl 10% (Endarini, 2016).
Alat
Bahan
UJI GELATIN
Jika pada penambahan gelatin dan NaCI tidak endapan putih, tetapi
setelah ditambah dengan larutan FeCI3 terjadi perubahan warna menjadi
hijau biru hingga hitam, menunjukkan adanya senyawa polifenol.
FeCI3 positif, uji gelatin FeCI3 positif, uji gelatin FeCI3 negatif →
positif → tanin (+) negatif → polifenol (+) polifenol (-), tanin (-)
UJI KLT
3.2. Kesimpulan
1. Daun Rosa rugosa mengandung tanin terhidrolisis ditandai dengan ekstrak menunjukkan hasil
positif berwarna biru kehitaman.
DAFTAR PUSTAKA
Eni, Elok Kamilah, A. Ghanaim Fasyah, dan Lailis Sa’adah. 2010. Fraksinasi dan identifikasi
senyawa tanin pada daun belimbing wuluh (Averrohoa bilimbi L.). Jurnal Kimia.
Notoatmodjo S. 2010 . Promosi Kesehatan Teori dan Aplikasi. Jakarta: PT Rineka Cipta.
Sari, Putu Puspita, et al. 2015. Identifikasi Dan Uji Aktivitas Senyawa Tanin Dari Ekstrak Daun
Trembesi (Samanea saman (Jacq.) Merr) Sebagai Antibakteri Escherichia coli (E. coli). Jurnal
Kimia. Vol:9 (1). Halaman: 27-34
Ummah MK. 2010. Ekstraksi dan Pengujian Aktivitas Antibakteri Senyawa Tanin pada Daun
Belimbing Wuluh (Averrhoa Bilimbi Linn). [Skripsi]. Malang (Indonesia): Universitas Islam
Negeri Maulana Malik Ibrahim.
Yuhernita. 2008. Khasiat Warna-warni Makanan. Jakarta: PT Gramedia Pustaka Utama.
LAMPIRAN