Anda di halaman 1dari 16

LAPORAN PRAKTIKUM OBAT TRADISIOMAL II

Skrining Fitokimia Untuk Identifikasi Senyawa Golongan Tannin Pada


Tanaman Rosa rugosa

Dosen Pengampu :
Apt. Yen Yen Ari Indrawijaya, M.Farm.Klin.

Disusun Oleh :
Kelompok C2
Nama Kelompok:
Adhelya Restu Iryani (19930085)
Annisa Nurul Aini (19930090)
Mawar Yuli Muktisari (19930083)
Nariswari Lutfi Nabila Kirana (19930086)
Shophy Salsabil Aqila (19930088)

PROGRAM STUDI SARJANA FARMASI


FAKULTAS KEDOKTERAN DAN ILMU KESEHATAN
UIN MAULANA MALIK IBRAHIM MALANG
2020
Daftar Isi

BAB I ............................................................................................................................................................ 3
PENDAHULUAN ....................................................................................................................................... 3
1.1. Masalah Penelitian ...................................................................................................................... 3
1.2. Tujuan penelitian ........................................................................................................................ 4
1.3. Hipotesa penelitian...................................................................................................................... 4
BAB II .......................................................................................................................................................... 5
METODOLOGI PENELITIAN ................................................................................................................ 5
BAB 3 ......................................................................................................................................................... 12
HASIL PENELITIAN .............................................................................................................................. 12
3.1. Hasil penelitian ............................................................................................................................... 12
3.2. Kesimpulan ..................................................................................................................................... 13
DAFTAR PUSTAKA ................................................................................................................................ 14
LAMPIRAN ............................................................................................................................................... 15
BAB I
PENDAHULUAN

1.1. Masalah Penelitian


Senyawa metabolit sekunder merupakan golongan senyawa yang terkandung dalam
tubuh organisme yang terbentuk melalui proses metabolisme sekunder dimana disintesis dari
banyak senyawa metabolisme primer, seperti asam amino, asetil koenzim A, asam mevalonat
dan senyawa antara dari jalur shikimat. Dalam tumbuhan, terdapat senyawa metabolit primer dan
metabolit sekunder yang keduanya dibedakan oleh beberapa hal. Penyebaran metabolit sekunder
lebih terbatas dan memiliki sifat serta karakteristik yang berbeda untuk tiap famili, spesies
bahkan dalam organ tanaman tertentu. Senyawa ini hanya dapat diproduksi pada tahap
pertumbuhan serta perkembangan tertentu atau selama periode terjadinya cekaman serta adanya
serangan pathogen (Amaliah, 2012).
Senyawa metabolit sekunder mempunyai fungsi, antara lain sebagai pertahanan tubuh
bagi tumbuhan dari serangan hama dan patogen penyebab penyakit, sebagai atraktan hewan
polinator dan sebagai hormon pengatur pertumbuhan. Bagi manusia, senyawa metabolit sekunder
bermanfaat sebagai bahan obat-obatan, pewangi, fragran pada makanan dan minuman serta dapat
pula digunakan dalam industri kosmetika (Amaliah, 2012).
Tanaman memiliki kemampuan memproduksi metabolit sekunder yang sangat banyak
dan kompleks. Namun pada dasarnya, senyawa metabolit sekunder terbagi ke dalam beberapa
golongan besar yaitu alkaloid, fenolik dan terpenoid. Setiap golongan senyawa memiliki
karakteristik yang spesifik baik dalam hal persenyawaan maupun reaksi kimia yang kemudian
menentukan perannya dalam tumbuhan (Eni, 2005).
Senyawa yang tergolong ke dalam fenolik adalah senyawa yang mengandung satu cincin
aromatik dengan satu atau lebih gugus hidroksil. Senyawa ini memiliki aktivitas biologis seperti
anti bakteri dan antioksidan yang bermanfaat bagi manusia. Berdasarkan struktur kimia, senyawa
fenolik dibagi menjadi senyawa fenolik sederhana seperti flavonoid dan senyawa fenolik
kompleks seperti tanin. Flavonoid merupakan salah satu golongan fenolik yang terbesar di alam
dimana senyawa ini merupakan turunan dari polifenil dengan dua cincin benzena. Tanin
merupakan senyawa lain turunan fenolik yang berasal dari bahan polimer. Tanin dapat diketahui
dari rasanya yang sepat (Yuhernita, 2011).
Tanin dibagi menjadi dua jenis yaitu tanin yang mudah terhidrolisis dan tanin
terkondensasi. Tanin dapat dijumpai pada hampir semua jenis tumbuhan hijau di seluruh dunia
baik pada tumbuhan tingkat tinggi maupun tumbuhan tingkat rendah dengan kadar dan kualitas
yang berbeda-beda (Jayanegara, 2008). Tanin ini sendiri bermanfaat untuk mencegah adanya
oksidasi kolesterol LDL dalam darah sehingga dapat mengurangi resiko terkena penyakit stroke.
Dalam konsumsi makanan yang mengandung tanin sebaiknya tidak dalam jumlah yang
berlebihan karena tanin memiliki kemampuan untuk berikatan dengan protein dan zat besi,
sehingga nantinya dapat mengurangi jumalah kedua zat gizi ini di dalam tubuh. Tanin
merupakan astrigen, polifenol tanaman terasa pahit yang dapat mengikat dan mengendapkan
protein. Tanin umumnya banyak digunakan dalam pengobatan, seperti pengobatan hemostatic
(menghentikan pendarahan), wasir dan diare. Tanin mengikat protein membentuk senyawa
kompleks sehingga kelarutan proteinnya menurun dan sulit dicerna. Tanin dibedakan menjadi
tannin yang terkondensasi yaitu yang tidak dapat dipecah oleh mikroorganisme rumen dan tannin
yang terhidrolisa, yaitu yang dapat dipecah mikroorganisme rumen.

Berdasarkan uraian diatas, maka dirasa perlu dilakukan penelitian dengan judul
“SKRINING FITOKIMIA UNTUK IDENTIFIKASI SENYAWA GOLONGAN TANIN”
dengan tujuan agar mahasiswa mampu mengidentifikasi senyawa golongan tanin pada tanaman.

1.2. Tujuan penelitian


Tujuan dari praktikum kali ini adalah mahasiswa dapat mengidentifikasi senyawa
golongan tanin.

1.3. Hipotesa penelitian


a. Hipotesa Positif
Senyawa yang akan diidentifikasi merupakan senyawa golongan tanin.
b. Hipotesa Negatif
Senyawa yang akan diidentifikasi bukan merupakan senyawa golongan tanin.
BAB II
METODOLOGI PENELITIAN

2.1 Desain Penelitian

Jenis penelitian ini adalah jenis penelitian eksperimental laboratorium. Namun,


menimbang wabah pandemi belakangan ini, praktikum terpaksa dilakukan secara online, tidak
melalui praktik melainkan melalui penyampaian materi dan pemutaran video. Praktikan
melakukan uji senyawa tanin pada tanaman Rosa rugosa menggunakan uji gelatin dan FeCl3.

2.2 Sampel

Bahan uji yang digunakan adalah ekstrak tanaman Rosa rugosa. Bagian yang digunakan
adalah daun dengan diameter minimal 2cm.

2.3 Kriteria Inklusi dan Eksklusi Sampel

Agar karakteristik sampel tidak menyimpang dari yang diinginkan peneliti, maka
sebelum dilakukan pengambilan sampel perlu ditentukan kriteria inklusi dan eksklusi. Kriteria
inklusi adalah kriteria yang perlu dipenuhi oleh setiap anggota populasi yang dapat diambil
sebagai sampel. Sedangkan kriteria eksklusi adalah ciri-ciri anggota populasi yang tidak dapat
diambil sampel (Notoatmodjo, 2010). Peneliti telah menentukan kriteria untuk sampel yang akan
diteliti, meliputi:

a. Kriteria Inklusi

- Daun bunga Rosa rugosa.

- Daun bunga Rosa rugosa berdiameter minimal 2x3 cm.

b. Kriteria eksklusi

- Bagian tanaman Rosa rugosa selain daun

- Daun Rosa rugosa yang rusak sebelum pengambilan.

- Daun Rosa rugosa yang berdiameter kurang dari 2x3 cm.


2.4 Besar Sampel

Besar sampel yang digunakan dalam penelitian ini adalah sebagai berikut :

1. Sebanyak 100gram simplisia kering tanaman Rosa rugosa digunakan untuk preparasi
ekstrak skrinning fitokimia.
2. Sebanyak 0,3gram ekstrak tanaman Rosa rugosa hasil preparasi ekstrak digunakan
untuk preparasi sampel.
3. Ekstrak setelah penambahan aquades dan NaCl 10% dibagi menjadi tiga bagian sama
besar, terdiri dari larutan IVA, IVB, dan IVC. Masing-masing larutan mengandung
ekstrak tanaman Rosa rugosa sebesar 0,1gram.

2.5 Analisis Kualitatif Senyawa Tanin

Analisis kualitatif senyawa yang terkandung dalam tanaman diperlukan dalam


pengembangan obat tradisional. Pada praktikum ini dilakukan identifikasi senyawa tannin pada
tanaman Rosa rugosa. Analisis kualitatif meliputi ada tidaknya senyawa tannin dalam tanaman.
Metode yang digunakan adalah uji gelatin, uji ferri klorida, dan KLT. Kemampuan mengikat ion
besi d e n g a n menghasilkan warna larutan biru kehitaman atau hijau
k e h i t a m a n m e n j a d i d a s a r analisis kualitatif tannin terhidrolisis atau tannin galat.

Ekstraksi tannin dilakukan dengan penambahan etanol 80% dan pemanasan di atas
pemanas air selama satu jam. Analisis untuk mengetahui adanya tannin digunakan pereaksi NaCl
10%, FeCl3 untuk uji ferri klorida, dan gelatin 1% untuk uji gelatin. Pada uji KLT fase gerak
yang digunakan adalah Kloroform-etil asetat-Asam formiat dengan perbandingan (0,5:9:0,5).

Ekstrak Rosa rugosa yang telah melalui preparasi ekstrak diambil sebanyak 0,3gram dan
ditambah 10ml aquades panas, diaduk dan dibiarkan hingga temperatur kamar, lalu ditambahkan
3-4 tetes 10% NaCI, diaduk dan disaring. Filtrat dibagi menjadi 3 bagian sama besar dan
diletakkan dalam tabung reaksi, lalu diberi keterangan larutan IVA, IVB, dan IVC. IVA
digunakan sebagai blanko, IVB dilakukan dilakukan uji tannin dengan penambahan sedikit
larutan gelatin dan 5 ml larutan NaCI 10%. Jika terdapat endapan putih maka ekstrak Rosa
rugosa mengandung senyawa tannin. Terhadap larutan IVC dilakukan uji ferri klorida dengan
penambahan sedikit FeCl3. Jika terjadi perubahan warna menjadi hijau kehitaman maka
menunjukkan adanya senyawa polifenol.
Tanin sendiri adalah suatu senyawa polifenol. Jika pada penambahan gelatin dan NaCI
tidak endapan putih, tetapi setelah ditambah dengan larutan FeCI3 terjadi perubahan warna
menjadi hijau biru hingga hitam, menunjukkan adanya senyawa polifenol. Jika pada kedua uji,
baik uji gelatin maupun uji ferri klorida menunjukkan hasil positif, maka ekstrak dapat
digolongkan sebagai senyawa tannin. Sementara itu hasil negatif pada uji ferri klorida tidak
menunjukkan adanya kandungan polifenol, yang berarti juga tidak ada kandungan tannin. Uji
KLT pada polifenol menunjukkan hasil positif dengan timbulnya warna hitam.

2.6 Dasar Teori

Tanin terdapat luas dalam tumbuhan berpembuluh, dalam angiospermae terdapat khusus
dalam jaringan kayu. Menurut batasannya, tanin dapat bereaksi dengan proteina membentuk
kopolimer mantap yang tak larut dalam air. Dalam industri, tanin adalah senyawa yang berasal
dari tanaman, yang mampu mengubah kulit hewan yang mentah menjadi kulit siap pakai karena
kemampuannya menyambung silang proteina.

Di dalam tanaman, letak tanin terpisah dari protein dan enzim sitoplasma, tetapi bila
jaringan rusak, misalnya bila hewan memakannya, maka reakis penyamakan dapat terjadi.
Reaksi ini menyebabkan protein lebih sukar dicapai oleh cairan pencernaan hewan. Pada
kenyataannya, sebagian besar tanaman yang banyak bertanin dihindari oleh hewan pemakan
tanaman karena rasanya yang sepat. Kita menganggap salah satu fungsi utama tanin dalam
tanaman adalah penolah hewan pemakan tanaman.

Secara kimia terdapat dua jenis tanin yang tersebar merata dalam dunia tumbuhan. Tanin-
terkondensasi hampir terdapat semesta di dalam paku-pakuan dan gymnospermae, serta tersebar
luas dalam angiospermae, terutama pada jenis tanaman berkayu. Sebaliknya, tanin yang
terhidrolisiskan penyebarannya terbatas pada tanaman berkeping dua; di Inggris hanya terdapat
dalam suku yang nisbi sedikit. Tetapi, kedua jenis tanin itu dijumpai bersamaan dalam tumbuhan
yang sama seperti yang terjadi pada kulit daun ek, Quercus.

Tanin terkondensasi atau flavolan secara biosintesis dapat dianggap terbentuk dengan
cara kondensasi katekin tunggal (atau galokatekin) yang membentuk senyawa dimer dan
kemudian oligomer yang lebih tinggi. Ikatan karbon menghubungkan satu satuan flavon dengan
satuan berikutnya melalui ikatan 4-8 atau 6-8. Kebanyakan flavolan mempunyai 2 sampai 20
satuan flavon. Nama lain untuk tanin terkondensasi adalah proantosianidin karena bila
direaksikan dengan asam panas, beberapa ikatan karbon-karbon penghubung satuan terputus dan
dibebaskanlah monomer antosianidin. Kebanyakan proantosianidin adalah prosianidin, ini berarti
bila direaksikan dengan asam akan menghasilkan sianidin. Dikenal juga dengan prodelfinidin
dan properlargonidin, demikian juga campuran polimer yang menghasilkan sianidin dan
delfinidin pada penguraian oleh asam.

Tanin terhidrolisiskan terutama terdiri dari dua kelas yang sederhana yaitu depsida
galoilglukosa. Pada senyawa ini, inti yang berupa glukosa dikelilingi oleh lima gugus ester galoil
atau lebih. Pada jenis kedua, inti molekul berupa senyawa dimer asam galat, yaitu asam
heksahidroksidifenat, di sini pun berikatan dengan glukosa. Bila dihidrolisis elagitanin ini
menghasilkan asam elagat. Senyawa dalam kedua golongan ini dapat dipilah lebih lanjut
berdasarkan biogenesisnya.

Uji skrining tanin dapat dilakukan dengan 2 metode yaitu uji gelatin dan uji FeCl3. Untuk
uji FeCl3, maka ekstrak air dari suatu bagian tanaman ditambahkan ke dalam air suling.
Selanjutnya, larutan ekstrak tersebut ditetesi dengan satu atau dua tetes larutan FeCl31%.
Adanya kandungan tanin ditandai dengan timbulnya warna hijau gelap atau hijau kebiruan. Suatu
esktrak bagian tanaman mengandung tanin jika terbentuk endapan putih, setelah diberi larutan
gelatin 1% yang mengandung NaCl 10% (Endarini, 2016).

2.7 Alat dan Bahan

Alat

1. Tabung Reaksi 3 buah


2. Erlenmeyer 500ml 1 buah
3. Pemanas Air Water Boiler 1 buah
4. Gelas Beker 1 buah
5. Batang Pengaduk 1 buah
6. Pipet 2 buah
7. Chamber elusi 1 buah
8. Pipa Kapiler 1 buah
9. Plat KLT 1 buah
10. Cawan Porselen 1 buah
11. Tisu, Lap, Kapas, dan Kertas Saring

Bahan

1. Hasil Ekstraksi Tanaman Rosa rugosa


2. Etanol 80%
3. Air Suling
4. NaCl 10%
5. Larutan Gelatin
6. Larutan FeCl3
7. Kloroform-etil asetat-Asam formiat (0,5:9:0,5)

2.8 Cara Kerja

PREPARASI EKSTRAK UNTUK SKRINNING

Dimasukkan 100 g simplisia kering ke dalam erlenmeyer 500 ml

Ditambahkan etanol 80% atau metanol 80%

Dipanaskan di atas pemanas air selama 1 jam, untuk mencegah


penguapan tutup dengan kapas

Dinginkan pada suhu kamar dan saring ke dalam labu


erlenmeyer 500 ml

Simplisia ditekan dengan beker sampai etanol atau metanol


habis, kemudia volume yang diperoleh digunakan untuk
ekivalensi dengan berat simplisia
PREPARASI SAMPEL

0,3 gram ekstrak Rosa rugosa ditambah 10 ml aquades panas,


diaduk dan dibiarkan sampai temperatur kamar, lalu
ditambahkan 3-4 tetes 10% NaCI, diaduk dan disaring.

Filtrat dibagi menjadi tiga bagian masing – masing ± 3 ml dan


disebut sebagai larutan IVA, IVB, dan IVC.

UJI GELATIN

Larutan IVA digunakan sebagai blanko, larutan IVB ditambah


dengan sedikit larutan gelatin dan 5 ml larutan NaCI 10%.

Jika terjadi endapan putih menunjukkan adanya tanin.

UJI FERRI KLORIDA

Sebagai larutan IVC diberi beberapa tetes larutan FeCI3 ,


kemudian diamati terjadinya perubahan warna.

Jika terjadi warna hijau kehitaman menunjukkan adanya tanin.

Jika pada penambahan gelatin dan NaCI tidak endapan putih, tetapi
setelah ditambah dengan larutan FeCI3 terjadi perubahan warna menjadi
hijau biru hingga hitam, menunjukkan adanya senyawa polifenol.

FeCI3 positif, uji gelatin FeCI3 positif, uji gelatin FeCI3 negatif →
positif → tanin (+) negatif → polifenol (+) polifenol (-), tanin (-)
UJI KLT

Larutan IV C ditotolkan pada plat KLT sebanyak 4 x 10uL =


40uL

Jika timbul warna hitam menunjukkan adanya polifenol dalam


sampel.
BAB 3
HASIL PENELITIAN
3.1. Hasil penelitian
Pada penelitian ini subjek yang digunakan adalah daun tumbuhan Rosa rugosa . Sebelum diuji
kandungan tanin pada daun tumbuhan Rosa rugosa, dilakukan ekstraksi. Dimasukkan 100 gram
simplisia ke dalam erlenmeyer 500 mL Kemudian, ditambahkan dengan methanol 80%. Karena
penelitian ini hanya berdsarkan data sekunder, dan tidak dilaksanakan secasara langsung, praktikan tidak
dapat mengetahui pasti berapa jumlah ekstrak yang didapat (Sari, et al, 2015). Dipilih pelarut methanol
80% yang bersifat polar karena senyawa tanin merupakan senyawa polar. Penentuan pelarut ini
menggunkan prinsip like dissolve like Senyawa tanin merupakan senyawa yang termasuk golongan
senyawa flavonoid, karena dilihat dari strukturnya yang memiliki 2 cincin aromatik yang diikat oleh tiga
atom karbon (Hayati, 2010). Sifat fisika senyawa tanin, jika dilarutkan ke dalam air akan membentuk
koloid dan memiliki rasa asam dan sepat. Dan jika dicampurkan dengan alkaloid dan gelatin akan terjadi
endapan.sedangkan sifat kimia senyawa tanin berupa senyawa komplek dalam bentuk campuran polifenol
yang sukar di pisahkan sehingga sukar mengkristal. Senyawa tanin dapat membentuk komplek dengan
protein melalui interaksi hidrofobik kemudian dari ikatan tersebut akan tejadi denaturasi dan akhinya
metabolisme sel terganggu dan membunuh sel bakteri (Ummah, 2010). Selanjutnya ekstrak methanol.
1. Preparasi Sampel
Langkah awal yang dilakukan adalah sebanyak 0,3 gram ekstrak daun Rosa rugosa ditambahkan
10 mL aquadest panas. Aquadest dipilih karena bersifat polar sehingga tanin dapat terlarut secara
optimal. Setelah ditambahkan aquadest, ekstrak diaduksampai dingin. Tahap selanjutnya yaitu
ditambahkan 3-4 tetes 10% NaCl, kemudian diaduk dan disaring. Penambahan NaCl berfungsi
agar pH stabil. Kemudian filtrate dibagi menjadi tiga bagian masing-masing +- 3 mL dan disebut
larutan IVA, IVB, dan IVC.

2. Uji Tanin dengan Ferri Klorida


Hasil uji fitokimia ekstrak dari daun Rosa rugosa menunjukkan positif terhadap uji FeCl3
dengan menghasilkan perubahan warna coklat menjadi biru kehitaman. Hal ini menunjukkan
bahwa ekstrak daun Rosa rugosa mengandung senyawa fenol, yang mana tanin merupakan
senyawa polifenol. Terbentuknya biru kehitaman pada ekstrak ini disebabkan tanin (senyawa
polifenol) akan membentuk senyawa kompleks dengan FeCl3 Adapun perkiraan senyawa yang
terbentuk adalah sebagai berikut (Harbone, 1994).
Perbedaan antara tanin terkondensasi dan tanin terhidrolisis adalah penyemprotan dengan
menggunakan besi (III) klorida pada tanin terhidrolisis menampakkan bercak berwarna biru
kehitaman dan pada tanin terkondensasi menampakkan bercak hijau kecokelatan (Bruneton,
1999). Hasil warna biru kehitaman pada uji besi (III) klorida ini menunjukkan bahwa daun Rosa
rugosa mengandung tanin terhidrolisis

3.2. Kesimpulan
1. Daun Rosa rugosa mengandung tanin terhidrolisis ditandai dengan ekstrak menunjukkan hasil
positif berwarna biru kehitaman.
DAFTAR PUSTAKA

Amaliah. 2012. Metabolisme Sekunder. Erlangga: Jakarta.

Bruneton, J.,1999, Pharmacognosy Phytochemistry Medicinal Plants, 2 nd edition,371, Lavoisier


Publishing,France
Endarini, Lully Hani. 2016. Farmakognosi dan Fitokimia. Jakarta: Pusdik SDM Kesehatan

Eni, Elok Kamilah, A. Ghanaim Fasyah, dan Lailis Sa’adah. 2010. Fraksinasi dan identifikasi
senyawa tanin pada daun belimbing wuluh (Averrohoa bilimbi L.). Jurnal Kimia.

Harbone, J. B. 1996. Metode Fitokimia: Penuntun Cara Modern Menganalisis Tumbuhan.


Padmawinata K, Soedira I, penerjemah. Bandung: Penerbit ITB. Terjemahan dari:
Phytochemical methods.
Hayati E. K., Jannah A., dan Mukhlisoh W., 2010, Pengaruh Ekstrak Tunggal dan Gabungan
Daun Belimbing Wuluh (Averrhoa bilimbi Linn) Terhadap Efektivitas Antibakteri Secara In
Vitro, Kimia, UIN Malang, Malang
Jayanegara A., A. Sofyan. 2008. Penentuan aktivitas biologis tanin beberapa hijauan secara in
vitro menggunakan ‘Hohenheim Gas Test’ dengan polietilen glikol sebagai determinan. Media
Peternakan.

Notoatmodjo S. 2010 . Promosi Kesehatan Teori dan Aplikasi. Jakarta: PT Rineka Cipta.

Sari, Putu Puspita, et al. 2015. Identifikasi Dan Uji Aktivitas Senyawa Tanin Dari Ekstrak Daun
Trembesi (Samanea saman (Jacq.) Merr) Sebagai Antibakteri Escherichia coli (E. coli). Jurnal
Kimia. Vol:9 (1). Halaman: 27-34
Ummah MK. 2010. Ekstraksi dan Pengujian Aktivitas Antibakteri Senyawa Tanin pada Daun
Belimbing Wuluh (Averrhoa Bilimbi Linn). [Skripsi]. Malang (Indonesia): Universitas Islam
Negeri Maulana Malik Ibrahim.
Yuhernita. 2008. Khasiat Warna-warni Makanan. Jakarta: PT Gramedia Pustaka Utama.
LAMPIRAN

Anda mungkin juga menyukai