Anda di halaman 1dari 10

HALAMAN JUDUL

FITOKIMIA
ISOLASI SENYAWA FLAVONOID

Oleh: Nur Pasca Aijijiyah, Lulut Tutik Margirahayu


Dosen Pengampu: Sri Fatmawati, M.Sc., Ph.D.
Departemen Kimia
Fakultas Ilmu Alam
Institut Teknologi Sepuluh Nopember Surabaya

DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL ...................................................................................................................... i


DAFTAR ISI.................................................................................................................................. ii
DAFTAR GAMBAR ..................................................................................................................... ii
DAFTAR TABEL ......................................................................................................................... ii
BAB I PENDAHULUAN.............................................................................................................. 1
1.1. Latar belakang.................................................................................................................... 1
1.2. Permasalahan ..................................................................................................................... 1
1.3. Tujuan ................................................................................................................................. 2
BAB II PEMBAHASAN ............................................................................................................... 3
2.1 Isolasi Senyawa Flavonoid .................................................................................................. 3
2.1.1 Isolasi Senyawa Flavonoid dari Psidium guajava L. .................................................. 3
2.1.2 Isolasi Senyawa Flavonoid dari Biji Swietenia macrophylla ..................................... 3
2.1.3 Isolasi Senyawa Flavonoid dari Daun Euphorbia neriifolia ..................................... 5
2.2 Identifikasi Senyawa Flavonoid ......................................................................................... 5
2.3 Mekanisme Reaksi Pada Uji Flavonoid ............................................................................ 5
BAB III KESIMPULAN............................................................................................................... 7
DAFTAR PUSTAKA .................................................................................................................... 8

DAFTAR GAMBAR

Gambar 2.1. Mekanisme reaksi pada uji Wilstater ......................................................................... 6

DAFTAR TABEL

Tabel 1.1 Hasil uji fitokimia senyawa aktif pada ekstrak kering etil asetat dari biji Swietenia
macrophylla .................................................................................................................... 4

II
Departemen Kimia
Fakultas Ilmu Alam
Institut Teknologi Sepuluh Nopember Surabaya

BAB I
PENDAHULUAN
1.1. Latar belakang
Indonesia merupakan negara yang kaya keanekaragaman hayati, berbagai tanaman
dapat tumbuh dengan subur. Hal ini dikarenakan keadaan geografis Indonesia yang
beriklim tropis dengan curah hujan rata-rata tinggi sepanjang tahun. Keanekaragaman
hayati tersebut banyak digunakan sebagai sumber untuk memperoleh senyawa metabolit
sekunder. Senyawa metabolit sekunder adalah senyawa organik yang dihasilkan tumbuhan
yang tidak memiliki fungsi langsung pada fotosintesis, pertumbuhan atau respirasi,
transport solut, translokasi, sintesis protein, asimilasi nutrien, diferensiasi, pembentukan
karbohidrat, protein dan lipid. Senyawa ini meliputi golongan alkaloid, terpenoid, dan
fenolat, yang tersebar pada jaringan tumbuhan dan memiliki kemampuan bioaktivitas yang
menarik (Ahmad, 2001). Sehingga banyak dilakukan penelitian mengenai isolasi senyawa-
senyawa metabolit senkunder dari beberapa tanaman.
Pemisahan senyawa yang dilakukan dimulai dari uji pendahuluan yang terdiri dari ekstraksi
sampel tanaman menggunakan beberapa pelarut polar dan non polar untuk megetauhi kelarutan
sampel pada pelarut yag berbeda. Pemilihan jenis pelarut harus mempertimbangkan beberapa
faktor antara lain selektivitas, kemampuan untuk mengekstrak, toksisitas, dan kemudahan untuk
diuapkan (Harborne, 1987). Kedua, uji kromatografi lapis tipis (KLT) menggunakan berbagai
macam eluen dengan tingkat kepolaran berbeda untuk mendapatkan pelarut yang mampu
memberikan pemisahan yang baik sehingga dapat diperoleh profil kromatogram untuk proses
fraksinasi (Alen dkk, 2017). Terakhir adalah uji pendahuluan menggunakan pereaksi uji atau uji
fitokimia untuk megetahui golongan senyawa metabolit sekunder yang terkandung pada ekstrak
tanaman tersebut (Rasyidi dkk, 2015).
Senyawa metabolit sekunder yang paling mudah ditemukan adalah flavonoid dari golongan
fenolat, yang merupakan senyawa metabolit sekunder terbesar yang ditemukan di alam.
Merupakan zat warna merah, ungu, biru dan memiliki kerangka dasar karbon yang terdiri dari
15 atom karbon dimana dua cincin benzene terikat pada rantai propan, sehingga membetuk
susunan C6-C3-C6. Flavonoid paling tinggi konsentrasinya terdapat di dalam epidermis
daun dan di dalam kulit buah-buahan serta merupakan senyawa polar karena memiliki
sejumlah gugus hidroksil yang tidak tersubstitusi. Pelarut polar seperti etanol, metanol,
etilasetat, atau campuran dari pelarut tersebut dapat digunakan untuk mengekstrak
flavonoid dari jaringan tumbuhan (Rijke, 2005). Oleh karena itu, dalam makalah ini akan
dijelaskan proses ekstraksi senyawa metabolit sekunder terutama flavonoid, uji fitokimia
dari senyawa flavonoid, dan mekanisme reaksi dalam uji pereaksi tersebut.

1.2. Permasalahan
Berdasarkan latar belakang tersebut, permasalahan yang diangkat dalam makalah ini
adalah sebagai berikut.

1
Departemen Kimia
Fakultas Ilmu Alam
Institut Teknologi Sepuluh Nopember Surabaya

1. Bagaimana proses ekstraksi senyawa-senyawa metabolit sekunder dari sampel


tumbuhan?
2. Bagaimana uji fitokimia yang digunakan untuk menidentifikasi senyawa
flavonoid?
3. Bagaimana mekanisme reaksi yang terjadi dalam uji pereaksi flavonoid?

1.3. Tujuan
Pembuatan makalah ini dilakukan bertujuan:
1. Mengetahui proses isolasi senyawa metabolit sekunder terutama flavonoid dari
suatu tumbuhan.
2. Mengetahui uji fitokimia yang digunakan untuk mengidentifikasi adanya senyawa
flavonoid.
3. Mengetahui mekanisme reaksi yang terjadi pada uji pereaksi senyawa flavonoid.

2
Departemen Kimia
Fakultas Ilmu Alam
Institut Teknologi Sepuluh Nopember Surabaya

BAB II
PEMBAHASAN
2.1 Isolasi Senyawa Flavonoid
Senyawa flavonoid dapat diisolasi melalui proses ekstraksi menggunakan berbagai
macam pelarut sebagaimana dijelaskan dalam paragraf-paragraf berikut.

2.1.1 Isolasi Senyawa Flavonoid dari Psidium guajava L.


Situmorang (2013) telah mengidentifikasi adanya senyawa flavonoid dalam buah
Psidium guajava L. atau Jambu Biji Merah. Penelitian ini dilakukan dengan cara
mengekstrak secara langsung buah Jambu Biji Merah yang dihaluskan. Uji flavonoid
dilakukan dengan mendidihkan ekstrak dalam penangas air (direbus) kemudian hasil
rebusan ditambahkan dengan 0,5 ml HCl pekat dan serbuk Mg. Pada hasil uji terjadi
perubahan warna larutan menjadi warna orange dan kemerahan. Hal ini menunjukkan
bahwa Psidium guajava L. positif mengandung senyawa flavonoid.

2.1.2 Isolasi Senyawa Flavonoid dari Biji Swietenia macrophylla


Sari dan Mursiti (2016) telah berhasil mengisolasi senyawa flavonoid dari biji
Swietenia macrophylla atau yang biasa disebut sebagai Mahoni. Penelitian ini
dilakukan dengan metode maserasi sebagaimana prosedur berikut.
a. Pembuatan serbuk simplisia biji Mahoni
Sampel biji mahoni sebanyak 3 kg dihaluskan sampai terbentuk serbuk biji
mahoni dan dikeringkan selama seminggu dengan suhu ruang untuk mengurangi
kadar airnya, selanjutnya sampel yang telah kering dimasukkan ke dalam wadah.
b. Ekstraksi dari serbuk biji Mahoni.
Proses ekstraksi dari serbuk biji Mahoni ini dilakukan dengan menggunakan
metode maserasi. Diawali dengan maserasi menggunakan pelarut n-heksana sampai
semua sampel terendam. Proses ini dilakukan selama 3 kali 24 jam kemudian
disaring, sehingga didapatkan residu dan filtrat (ekstrak n-heksan). Residu mahoni
kemudian dikeringkan selama 24 jam pada suhu ruang. Residu mahoni yang sudah
kering ditambahkan pelarut metanol sampai semua sampel terendam, filtrat yang
diperoleh dipekatkan dengan vakum evaporator dengan suhu 60oC sehingga
diperoleh ekstrak metanol. Larutan metanol dapat digunakan untuk maserasi
kambali. Perlakuan ini dilakukan selama 3 kali 24 jam. Maserasi ini dilakukan
dengan tujuan mengekstrak senyawa yang masih tertinggal pada residu setelah filtrat
diambil dari maserasi sebelumnya.
c. Fraksinasi ekstrak metanol.
Ekstrak metanol difraksinasi dengan pelarut organik yaitu etil asetat dan air
sehingga diperoleh fraksi etil asetat. Larutan fraksi etil asetat dipekatkan kembali
menggunakan vakum evaporator dengan suhu 70oC sampai kering, setelah itu

3
Departemen Kimia
Fakultas Ilmu Alam
Institut Teknologi Sepuluh Nopember Surabaya

dilakukan uji fitokimia terhadap fraksi tersebut yakni uji flavonoid, alkaloid dan
saponin.
d. Uji fitokimia.
Uji fitokimia flavonoid dilakukan dengan cara menambahkan 2-4 tetes HCl
pekat dan serbuk Mg pada sampel. Perubahan warna terjadi diamati dari kuning tua
menjadi orange atau kuning kecoklatan menjadi coklat (Achmad, 2006) dan dengan
menambahkan 3 tetes larutan FeCl3 pada sampel. Reaksi positif jika memberikan
perubahan dari warna kuning kecoklatan menjadi hijau, merah, ungu, biru, atau
hitam yang kuat (Harbone, 2007).
Uji fitokimia alkaloid dilakukan dengan cara penambahan 5 ml kloroform dan
5 ml ammonia pada ekstrak biji Mahoni, kemudian dipanaskan, dikocok, dan
disaring. Terhadap filtrat tersebut ditambahkan 5 tetes H2SO4 (2 N), kemudian
dikocok perlahan selama 2-3 menit dan dibiarkan sampai terbentuk 2 lapisan.
Lapisan atas diambil dan dimasukkan ke dalam 2 tabung reaksi. Kedua larutan
tersebut kemudian diuji dengan pereaksi Mayer dan Dragendorff. Terbentuknya
endapan putih pada pengujian dengan pereaksi Mayer dan endapan jingga-merah
pada pengujian dengan pereaksi Dragendorff menunjukkan hasil positif uji alkaloid
(Harborne, 2007).
Uji fitokimia saponin dalam ekstrak biji Mahoni dilakukan dengan cara
melarutkan ekstrak biji mahoni dalam akuades pada tabung reaksi dan dikocok
selama 15 menit. Terbentuknya busa setinggi lebih dari 1 cm dan tetap stabil selama
lebih dari 15 menit menunjukkan adanya saponin (Suhesti dkk, 2007).

Berdasarkan prosedur di atas diperoleh bahwa dalam ekstrak biji Mahoni pada
fraksi etil asetat hanya mengandung senyawa flavonoid sebagaimana dapat dilihat pada
Tabel 1.1.

Tabel 1.1 Hasil uji fitokimia senyawa aktif pada ekstrak kering etil asetat dari biji
Swietenia macrophylla
Senyawa
Reagen Hasil Keterangan
Aktif
HCl pekat + sebuk Kuning kecoklatan menjadi coklat
+
Flavonoid Mg
FeCl3 + Kuning kecoklatan menjadi hijau tua
Akuades Tidak terdapat busa yang stabil
Saponin -
selama 15 menit
Pereaksi Mayer - Tidak terdapat endapan putih
Alkaloid
Pereaksi Dragendorff - Tidak terdapat endapan jingga-merah

4
Departemen Kimia
Fakultas Ilmu Alam
Institut Teknologi Sepuluh Nopember Surabaya

2.1.3 Isolasi Senyawa Flavonoid dari Daun Euphorbia neriifolia


Sharma dan Janmeda (2017) telah mengisolasi senyawa flavonoid dari daun
Euphorbia neriifolia atau Tanaman Sesuru. Penelitian ini dilakukan dengan ekstraksi
menggunakan metode sokhlet dan maserasi sebagaimana prosedur berikut.
a. Ekstraksi menggunakan metode sokhlet
Daun Euphorbia neriifolia kering yang telah dihaluskan sebanyak 250 gram
diekstrak dengan sokhlet menggunakan pelarut etanol 70% (v/v) dan kondisi vakum
terkonsentrasi pada tekanan 60o±1oC. Setelah itu, ekstrak dikeringkan dalam oven
pada suhu 40—45oC kemudian disimpan dalam pendingin dengan suhu 5oC.
b. Ekstraksi menggunakan metode maserasi
Daun Euphorbia neriifolia kering yang telah dihaluskan sebanyak 250 gram
dimaserasi secara berturut-turut menggunakan beberapa pelarut yakni petroleum
eter, benzene, kloroform, etil asetat, etanol, dan aquades.

Pada penelitian ini tidak dilakukan uji fitokimia untuk identifikasi senyawa
flavonoid melainkan dilakukan pengujian menggunakan KLT dengan kuersetin
sebagai standart. Setelah itu dilakukan pemisahan senyawa menggunakan kolom
kromatografi dan diperoleh senyawa flavonoid dalam jumlah terbanyak dalam
ekstrak etanol.

2.2 Identifikasi Senyawa Flavonoid


Identifikasi senyawa flavonoid dari suatu tanaman dapat menggunakan beberapa
metode yakni uji Bate Smith-Metchalf dan uji Wilstater yang biasa digunakan untuk
mendeteksi senyawa yang mempunyai inti α-benzopiron. Pada kedua uji tersebut
digunakan pereagen berupa HCl pekat. Namun, yang membedakan adalah dalam uji Bate
Smith-Metchalf dilakukan pemanasan sedangkan dalam uji Wilstater terdapat
penambahan serbuk Mg dan HCl pekat. Hasil yang positif pada uji Bate Smith-Mertcalf
ditandai dengan terbentuknya warna merah tua sampai ungu. Sedangkan pada uji Wilstater
akan terbentuk warna merah sampai jingga untuk hasil positif senyawa flavon, warna
merah tua untuk senyawa flavonol atau flavonon, dan warna hijau sampai biru untuk hasil
positif senyawa aglikon atau glikosida. (Marliana dkk, 2005).

2.3 Mekanisme Reaksi Pada Uji Flavonoid


Uji positif Bate Smith-Metchalf dan Wilstater ditunjukkan dengan adanya perubahan
warna menjadi warna merah tua dan merah, secara berturut-turut, dikarenakan
terbentuknya garam flavilium dalam reaksi uji flavonoid. Hal tersebut dapat dijelaskan
melalui mekanisme reaksi pada uji Wilstater pada Gambar 2.1. Magnesium dan asam
klorida sendiri akan bereaksi dan membentuk gas H2. Dalam hal ini serbuk Mg dan HCl
pekat akan memutus ikatan glikosida dan flavonoid melalui reaksi redoks. kemudian
ikatan flavonoid yag telah lepas ditarik oleh amil alkohol, sehingga amil alhokol yang
mulanya tidak berwara menjadi berwarna, karena adanya senyawa flavonoid. Sedangkan
5
Departemen Kimia
Fakultas Ilmu Alam
Institut Teknologi Sepuluh Nopember Surabaya

logam Mg dan HCl pekat pada uji tersebut berfungsi untuk mereduksi inti benzopiron yang
terdapat pada struktur senyawa flavonoid sehingga diperoleh perubahan warna menjadi
merah atau jingga. Reaksi dimulai dengan protonasi gugus karbonil pada senyawa
flavonoid oleh HCl sehingga terbentuk ion karbanium pada Cα. Selanjutnya terjadi
perpindahan elektron atau resonansi dalam cicin lima tersebut sehingga terbentuk garam
flavilium yang menunjukkan warna merah tua (Setyowati dkk, 2014).

Garam Flavilium

Gambar 2.1. Mekanisme reaksi pada uji Wilstater

6
Departemen Kimia
Fakultas Ilmu Alam
Institut Teknologi Sepuluh Nopember Surabaya

BAB III
KESIMPULAN
Berdasarkan hasil pembahasan dari beberapa referensi, secara umum proses ekstraksi
senyawa flavonoid dari beberapa tumbuhan dilakukan menggunakan metode maserasi dengan
pelarut yang bersifat polar seperti metanol dan etanol sehingga diperoleh senyawa flavonoid
dalam jumlah besar. Sedangkan untuk mengidentifikasi adanya senyawa flavonoid pada suatu
ekstrak tumbuhan dapat menggunakan uji Wilstater yakni dengan pereaksi berupa serbuk Mg
dan HCl pekat. Dalam reaksi uji tersebut terjadi protonasi dan proses perpindahan elektron
hingga terbentuk garam flavilium yang menghasilkan warna merah sebagai hasil uji positif
dalam uji Wilstater.

7
Departemen Kimia
Fakultas Ilmu Alam
Institut Teknologi Sepuluh Nopember Surabaya

DAFTAR PUSTAKA
Achmad, S. A. (2006). Buku Materi Pokok Kimia Organik Bahan Alam. Jakarta: Karunia
Jakarta Universitas Terbuka.
Achmad, S. A., Hakim, E. H., Erwin, Syah, M. Y., Nario, A., Mariko, K., Lukman, M., Didin,
M., dan Hiromitsu, T. (2001). Artoindonesianin B suatu senyawa yang bersifat Toksik
Terhadap Sel Tumor P-388 dari Tumbuhan Artocarpus altilis. The
Indonesian Society of Natural Product Chemistry. Vol. 1, 20—27.
Alen, Y., Agresa, F. L., dan Yuliandra, Y. (2017). Analisis Kromatografi Lapis Tipis (KLT)
dan Aktivitas Antihiperurisemia Ekstrak Rebung Schizostachyum brachycladum Kurz
(Kurz) pada Mencit Putih Jantan. Jurnal Sains Farmasi & Klinis. Vol. 3, No. 2, 146—152.
Harborne J. B. (1987). Metode Fitokimia. Edisi ke-2. Alih Bahasa oleh Padmawinata K,
Soediro I. Bandung: Institut Teknologi Bandung.
Harborne, J. B. (2007). Metode Fitokimia: Penuntun Cara Modern Menganalisis Tumbuhan.
Alih Bahasa oleh Padmawinata, K. dan Soediro, I. Bandung: Institut Teknologi Bandung.
Marliana, S. D., Suryanti, V., dan Suyono. (2005). Skrining Fitokimia dan Analisis
Kromatografi Lapis Tipis Komponen Kimia Buah Labu Siam (Sechium edule Jacq.
Swartz.) dalam Ekstrak Etanol. Biofarmasi. Vol. 3, No. 1, 26—31.
Rasyidi, R. D. G., Noviany, Nurfidayat, A., dan Setianingrum, A. (2015). Skrining Fitokimia
Dan Uji KLT Ekstrak Metanol Beberapa Tumbuhan Yang Berpotensi Sebagai Obat
Tradisional Di Lampung. Seminar Nasional Sains & Teknologi VI, Lampung 3 November.
Rijke, E. (2005). Trace-level Determination of Flavonoids and Their Conjugates Application
ti Plants of The Leguminosae Family. Disertasi. Amsterdam: Universitas Amsterdam.
Sari, S. N. dan Mursiti, S. (2016). Isolasi Flavonoid Dari Biji Mahoni (Swietenia macrophylla,
King) dan Uji Aktivitasnya Sebagai Antibakteri. Indonesian Journal of Chemical Science.
Vol. 5, No. 3.
Setyowati, W. A. E., Ariani, S. R. D., Ashadi, Mulyani, B., dan Rahmawati, C. P. (2014).
Skrining Fitokimia dan Identifikasi Komponen Utama Ekstraksi Metanol Kulit Durian
(Durio zibethinus Murr.) Varietas Petruk. Seminar Nassional Kimia dan Pendidikan Kimia
VI. ISBN: 979363174-0, 271—280.
Sharma, Veena dan Janmeda, Pracheta. (2017). Extraction, isolation and identification of
flavonoid from Euphorbia neriifolia leaves. Arabian Journal of Chemistry. Vol. 10, 509—
514.
Situmorang, Putri C. (2013). Identifikasi Metabolit Sekunder Dengan Uji Flavonoid Dan
Saponin Pada Psidium Guajava L. Jurnal Biokimia. Vol. 1, No. 1.
Suhesti, T. S., Kurniawan, D. W., dan Nuryanti. (2007). Penjaringan senyawa antikanker pada
kulit batang kayu mahoni (Swietenia mahogany Jacq) dan uji aktivitasnya terhadap larva
udang (Artemia salina Leach.). Jurnal Ilmiah Kesehatan Keperawatan. Vol. 3, 155—162.

Anda mungkin juga menyukai