Makalah Ini Disusun Untuk Memenuhi Mata Kuliah Farmakognosi dan Fitokimia I
Nadiah Khoirunnisa
Nadiyah Hilmi
Giyan Ramdhan
Elfhira Rosalia
Aziza Nurul Amanah (11151020000095)
Nurjannatun Tajri
TAHUN 2015/2016
KATA PENGANTAR
Puji syukur kami panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa, karena kami dapat
menyelesaikan makalah ini. Penyusunan makalah ini disusun untuk memenuhi tugas
Farmakognosi dan Fitokimia I mengenai Flavonoid. Selain itu tujuan dari penyusunan
makalah ini juga untuk menambah wawasan tentang pengetahuan Flavonoid secara
meluas.
Kami juga mengucapkan terima kasih kepada bapak Musir, M.Sc, Apt, selaku
dosen Farmakognosi dan Fitokimia I, yang telah membimbing kami agar dapat
menyelesaikan makalah ini. Akhirnya kami menyadari bahwa makalah ini sangat jauh
dari kesempurnaan. Oleh karena itu, dengan segala kerendahan hati, kami menerima
kritik dan saran agar penyusunan makalah selanjutnya menjadi lebih baik. Untuk itu kami
mengucapkan banyak terima kasih dan semoga makalah ini bermanfaat bagi para
pembaca.
Tim Penulis
DAFTAR ISI
BAB I
PENDAHULUAN
Eksplorasi bahan alami yang mempunyai aktivitas biologis menjadi salah satu
target para peneliti, setelah senyawa-senyawa sintetik yang mempunyai aktivitas biologi
seperti senyawa antioksidan sintetik ( butylated hydroxytulen ), Butylated hydroxyanisole
(BHA). Beberapa penelitian yang telah dikembangkan, senyawa-senyawa yang
mempunyai potensi sebagai antioksidan umumnya merupakan senyawa flavonoid,
fenolat, dan alkaloid
Senyawa flavonoida adalah suatu kelompok senyawa fenol yang terbesar yang
ditemukan di alam. Senyawa-senyawa ini merupakan zat warna merah, ungu, biru dan
sebagai zat warna kuning yang banyak ditemukan dalam tumbuh-tumbuhan. Flavonoida
mempunyai kerangka dasar karbon yang terikat dari 15 atom karbon, dimana dua cincin
benzen (C₆) terikat pada suatu rantai propana (C₃)sehingga membentuk susunan C₆-C₃-
C₆. Istilah flavonoid berasal dari kata flavon yang merupakan salah satu jenis flavonoid
yang terbanyak dan lazim ditemukan (selain flavonol, antosianidin).
PEMBAHASAN
A. Pengertian Flavonoid
Flavonoid adalah senyawa yang terdiri dari dari 15 atom karbon yang umumnya
tersebar pada tumbuhan. Senyawa flavanoid merupakan suatu kelompok senyawa fenol
yang terbesar yang ditemukan di alam. Senyawa-senyawa ini merupakan zat warna
merah, ungu, dan biru serta sebagai zat warna kuning yang ditemukan dalam tumbuh-
tumbuhan.
Pada tumbuhan tinggi, flavonoid terdapat baik dalam bagian vegetative maupun
dalam bunga. Senyawa ini berperan penting dalam menentukan warna, rasa, bau, serta
kualitas nutrisi makanan. Tumbuhan umumnya hanya menghasilkan senyawa flavonoid
tertentu. Keberadaan flavonoid pada tingkat spesies, genus atau familia menunjukkan
proses evolusi yang terjadi sepanjang sejarah hidupnya. Bagi tumbuhan, senyawa
flavonoid berperan dalam pertahanan diri terhadap hama, penyakit, herbivori, kompetisi,
interaksi dengan mikrobia, dormansi biji, pelindung terhadap radiasi sinar UV, molekul
sinyal pada berbagai jalur transduksi, serta molekul sinyal pada polinasi dan fertilitas
jantan..
B. Klasifikasi Flavonoid
Jika dilihat dari struktur dasarnya flavonoid terdiri dari dua cincin benzen yang
terikat dengan 3 atom carbon (propana). Dari kerangka ini flavonoid dapat dibagi
menjadi 3 struktur dasar yaitu Flavonoid atau 1,3-diarilpropana, isoflavonoid atau 1,2-
diarilpropana, dan neoflafonoid atau 1,1-diarilpropana.
Istilah flavonoida berasal diberikan dari senyawa fenol yang berasal dari flavon.
Senyawa-senyawa flavonoid terdiri dari beberapa jenis tergantung pada tingkat oksidasi
dari rantai propane dari system 1,3-diarilpropana. Flavon, flavonol dan antosianidin
adalah jenis yang banyak ditemukan di alam sehingga sering disebut sebagai flavonoida
utama. Banyaknya senyawa flavonoida ini disebabkan oleh berbagai tingkat hidroksilasi,
alkoksilasi atau glikosilasi dari struktur tersebut. Senyawa-senyawa isoflavonoida dan
neoflavonoida hanya ditemukan dalam beberapa jenis tumbuhan, terutama suku
leguminosae. Masing-masing senyawa flavonoida mempunyai struktur dasar terntentu.
Flavonoida mempunyai struktur tertetu yaitu cincin A pada senyawa flavonoida
mempunyai cincin dengan pola oksigenasi berselang-seling pada posisi 2,4,6. Cincin B
flavonoida mempunyai satu gugus fungsi oksigen pada posisi para atau posisi dua pada
para dan meta atau posisi tiga pada orto meta dan para.
Nama flavonoid sendiri berasal dari kata Flavon yang merupakan senyawa fenol
yang banyak terdapat di alam. Senyawa flavon ini memiliki struktur yang mirip dengan
struktur dasar flavonoid tetapi pada jembatan propana terdapat oksigen yang membentuk
siklik sehingga memiliki 3 cincin heterosiklik.
Dalam makanan sehari-hari Flavonoid terkandung dalam beberapa macam dan
jenis, berikut ini table macam-macam kandungan jenis Flavonoid yang terdapat dalam
makanan.
Food Serving Flavonoid content Flavonoid type
size (mg/serving*)
Apple 200 g 4–24 Flavonol 4–8 mg/serv.
Catechins 4–24 mg/serv.
Apricot 200 g 20–50 Catechins
Aubergine 200 g 1500 Anthocyanins
Beans 200 g 70–110 Catechins
Black 100 g 13-400 Anthocyanins: 100-400
berry mg/serv.
Catechins: 13 mg/serv.
Black 100 g 130–400 Anthocyanins
currant
Black 200 g 3–1500 Anthocyanins: 60–1500
grape mg/serv.
Flavonol: 3–8 mg/serv.
Black tea 2 dl 6–100 Catechins: 12–100
infusion mg/serv.
Flavonol: 6–9 mg/serv.
Blueberry 100 g 3–500 Anthocyanins: 25–500
mg/serv.
Flavonols: 3–16 mg/serv.
Broccoli 200 g 8–20 Flavonol
Capsicum 100 g 0.5–1 Flavones
pepper
Celery 200 g 4–28 Flavones
Cherry 200 g 10–900 Anthocyanins: 70–900
mg/serv.
Catechins: 10–44
mg/serv.
Cherry 200 g 3–40 Flavonol
tomato
Chocolate 50 g 23–30 Catechins
Cider 2 dl 8 Catechins
Curly kale 200 g 60–120 Flavonol
Grape 200 g 6–35 Catechins
Grapefruit 2 dl 20–130 Flavanones
juice
Green tea 2 dl 4–160 Catechins: 20–160
infusion mg/serv.
Flavonol: 4–7 mg/serv.
Leek 200 g 6–45 Flavonol
Lemon 2 dl 10–60 Flavanones
juice
Orange 2 dl 40–140 Flavanones
juice
Parsley 5g 1.2–9.2 Flavones
Peach 200 g 10–28 Catechins
Plum 200 g 4–50 Anthocyanins
Red 200 g 50 Anthocyanins
cabbage
Red 100 g 2-48 Catechins
raspberry
Red wine 1 dl 8–35 Catechins: 8–30 mg/serv.
Anthocyanins: 20–35
mg/serv.
Rhubarb 100 g 200 Anthocyanins
Soy bean 200 g 120–290 Isoflavones
Soy 50 g 3.2–15.7 Isoflavones
cheeses
(different
types)
Soy flour 75 g 133 Isoflavones
(full fat)
Soy flour 75 g 99 Isoflavones
(low fat)
Strawberry 200 g 4–150 Anthocyanins: 30-150
mg/serv.
Catechins: 4-100
mg/serv.
Tofu, fresh 100 g 22.6–31.1 Isoflavones
(soft or
firm)
Tofu, fried 100 g 48.4 Isoflavones
Tomato 200 g 0.4–3 Flavonol
Yellow 100 g 35–120 Flavonol
onion
Flavon lazim sebagai konstituen tanaman yang tinggi, dan terdapat dalam
berbagai bentuk terhidroksilasi. Senyawa flavonoid ini memiliki kerangka dasar :
Gambar: Flavon
b. Flavonol
Senyawa jenis ini paling banyak terdapat di alam daripada jenis flavonoid
yang lain. Senyawa-senyawa ini beragam sebagai akibat perbedaan pada posisi gugus
– OH pada phenolnya. Contoh senyawa adalah quarcetin yang terdapat di buah apel
sebagai antioksidan dan antiaging. Selain itu ada juga senyawa myricetin yang
terdapat di anggur dan sayuran senyawa ini juga sebagai antioksidan.
Gambar: Flavonol
c. Flavonon
Jenis flavonoid ini mirip dengan jenis flavonoid flavon tetapi pada flavanol
tidak memiliki ikatan rangkap pada cincin C. Beberapa senyawa yang termasuk
kedalam jenis ini adalah hespertin yang terdapat pada buah jeruk yang diperoleh
dalam bnetuk glikosidanya, senyawa ini merupakan suatu aglikon. Senyawa ini juga
memiliki efek sebagai antioksidan dan anti inflamantory pada tubuh manusia.
Struktur hespertin adalah sebagai berikut:
Gambar: Flavonon
d. Isoflavon
Beberapa isoflavon berwarna biru muda bila dilihat dibawah sinar ultraviolet
setelah diberi uap ammonia. Senyawa isoflavon mempunyai aktivitas sebagai
antioksidan yang dapat mengurangi resiko penyakit kanker, jantung koroner, dan
osteoporosis.
e. Antosianin
adalah pigmen berwarna merah, ungu, dan biru yang terdapat pada seluruh
tumbuhan kecuali fungi. Struktur antosianin yaitu :
Gambar: Antosianin
Sebagian besar antosianin dalam bentuk glikosida, biasanya mengikat satu atau
dua unit gula seperti glukosa, galaktosa, ramnosa, dan silosa. Jika monoglikosida,
maka bagian gula hanya terikat pada posisi 3, dan pada posisi 3 dan 5 bila merupakan
diglikosida dan bagian aglikionnya disebut antosianidin.
Berikut ini ditunjukkan kandungan Antosianin dari beberapa makanan yang ada :
Food Anthocyanins Anthocyanins
mg/serving mg/100g food
Aubergine 1500 750
Black berry 100-400 100-400
Black currant 130-400 130-400
Blueberry 25-500 25-500
Black grape 60-1500 30-750
Cherry 70-900 35-450
Rhubarb 200 200
Strawberry 30-150 15-75
Red wine 20-35 20-35
Red cabbage 50 25
Plum 4-50 2-25
f. Auron
Auron berupa pigmen kuning yang terdapat pada bunga tertentu dan Bryofita.
Auron ditandai dengan adanya struktur 2-benzilidenekumaranon. Khalkon tidak
mempunyai inti pusat heterosiklik tetapi ditandai oleh adanya 3 rantai karbon dengan
gugus keton dan a,p tidak jenuh.
Gambar: Auron
Dikenal hanya lima aglikon, tetapi pola hidroksilasinya serupa dengan pola
pada flavonoida lain begitu pula bentuk yang dijumpai adalah bentuk glikosida dan
eter metil.
g. Kalkon
Kalkon adalah pigmen fenol kuning yang berwarna coklat kuat dengan sinar
UV bila dikromatografi kertas. Aglikon flavon dapat dibedakan dari glikosidanya,
karena hanya pigmen dalam bentuk glikosida yang dapat bergerak pada kromatografi
kertas dalam pengembang air.
Gambar: Kalkon
h. Katekin
Gambar: Katekin
OH OH OH
HO O HO O
HO OH
OH
OH O OH O OH O
apigenin kaemferol
floretin
OH
OH
+
HO O HO
HO O O
OH C OH
H
OH
OH
OH O OH
OH
pelargonidin sulfuretin
epikatecin
D. Biogenetik-Biosintetik
Spekulasi mengenai biosintesa flavanoid bermula dari analisa berbagai struktur
senyawa yang termasuk golongan ini. Pada tahun 1936 Robinson mengajukan pendapat
bahwa kerangka C6-C3-C6 dari flavonoid berkaitan dengan kerangka C6-C3 dari
fenilpropanoid yang mempunyai gugus fungsi oksigen pada posisi para, para dan meta,
atau 2 meta dan 1 para dari cincin aromatic. Akan tetapi, senyawa-senyawa
fenilpropanoid, seperti asam-asam amino fenilalanin dan tirosin, bukannya dianggap
sebagai senyawa yang menurunkan flavonoid melainkan hanya sebagai senyawa yang
bertalian belaka.
Pola biosintesa flavonoid pertama kali disarankan oleh Birch. Menururut Birch,
pada tahap-tahap pertama dari biosintesa flavonoid suatu unit C6-C3 berkombinasi
dengan 3 unit C2 menghasilkan unit C6-C3-(C2+C2+C2). kerangka C15 yang dihasilkan
dari kombinasi unit mengandung gugus-gugus fungsi oksigen pada posisi-posisi yang
diperlukan.
Adapun cincin A dari struktur flavonoid berasal dari jalur poliketida, yakni
kondensasi dari tiga unit asetat atau malonat, sedangkan cincin B dan tiga atom karbon
dari rantai propan berasal dari jalur fenilpropanoid (jalur sikimat).
Jalur Poliketida
Jalur Fenilpropanoid (Jalur Sikimat)
E. Sifat Flavonoid
Flavonoid merupakan golongan filifenol sehingga memiliki sifat kimia senyawa
fenol, yaitu
1. Bersifat asam sehingga dapat larut dalam basa.
2. Merupakan senyawa polar karena memiliki sejumlah gugus hidroksil.
3. Sebagai antibakteri karena flavonoid sebagai derivat dari fenol dapat menyebabkan
rusaknya susunan dan perubahan mekanisme permeabilitas dari dinding sel
bakteri.
4. Sebagai antioksidan yaitu kemampuan flavonoid untuk menjalankan fungsi
antioksidan, bergantung pada struktur molekkulnya, posisi gugus hidroksil
memiliki peranan dalam fungsi antioksidan dan aktivitas menyingkirkan radikal
bebas.
F. Identifikasi Flavonoid (secara umum)
Senyawa –senyawa flavonoid terdapat dalam semua bagian tumbuahan tinggi,
seperti bunga, daun, ranting, bauh, kayu, kulit kayu, dan akar. Akan tetapi, senyawa
flavonoid tertentu seringkali terkonsentrasi dalam suatu jaringan tertentu, misalnya
antosianidin adalah zat warna dari bunga, buah, dan daun.
Sebagian besar dari flavonoid alam ditemukan dalam bentuk glikosida, dimana
unit flavonoid terkait pada suatu gula. Suatu glikosida adalah kombinasi antara suatu gula
dan suatu alcohol yang saling berikatan melalui ikatan glikosida.
1. Kromatografi Lapis Tipis dan Uap Amonia
Biasanya jaringan tumbuhan dapat diuji adanya flavon dan flavonol denga diuapi
uap ammonia. Warna kuning menunjukkan adanya senyawa ini. Kalkon dan auron
berubah dari kuning menjadi merah pada uji ini. Jika ekstrak pigmen dalam air
dibasakan, berbagai perubahan warna dapat terlihat, meskipun perubahan pada pigmen
yang satu menutupi perubahan pada pigmen lain:
Antosianin : Lembayung biru
Flavon, flavonol, xanton : Kuning
Flavanon : Tak berwarna menjadi merah jingga (terutama jika
dipanaskan)
Kalkon dan auron : Segera lembayung-merah
Flavanonol : Coklat-jingga
Geissman memberikan garis besar tata kerja untuk memeriksa kromatogram kertas
flavonoid. Tata kerja ini berlaku juga untuk lapisan tipis:
a. Perhatikan bercak yang kelihatan (antosianin, kalkon, auron)
b. Periksa dibawah sinar UV dengan panjang gelombang 365nm – beberapa
senyawa berfluoresensi (flavonol, kalkon) yang lain menyerap sinar dan tampak
sebagai bercak gelapdengan latar belakang berfluoresensi (glikosida flavono,
antosianin, flavon)
c. Uapi dengan uap ammonia sambil diperiksa di bawah sinar UV– glikosida flavon
dan flavonol berfluoresensi kuning, flavanon kelihatan kuning pucat, katekin biru
pucat.
d. Periksa lagi di bawah cahaya biasa sambil diuapi uap ammonia– flavon kelihatan
kuning, antosianin kelabu-biru, kalkon dan auron merah jingga.
2. Spektrofotometri UV-Vis
Sebagian besar peneliti mengidentifikasi dengan menggabungkan cara
spektrofotometri dengan kromatografi. Semua flavonoid mamiliki pita serapan yang
kurang lebih kuat pada sekitar 220-270 nm dan pita kuat lain pada panjang gelombang
lebih tinggi. Mungkin juga terdapat pita lebih lemah tambahan. Letak kira-kira pita
serapan maksimum pada panjang gelombang tinggi berbagai flavonoid sebagai berikut:
Antosianin : 500-530 nm
Flavon dan flavonol : 330-375 nm
Kalkon dan auron : 370-410 nm
Flavanon : 250-300 nm
Leukoantosianidin dan katekin : 280 nm
Isoflavon : 310-330 nm
(penyajian spectrum ini dapat dijumpai dalam beberapa buku acuan umum dan tinjauan
Geissman)
G. Ekstraksi Flavonoid
Ekstraksi adalah proses pemisahan yang diperoleh dengan mengekstrasi zat aktif
dari simplisia nabati dan hewani menggunakan pelarut yang sesuai, kemudian sama atau
hamper semua pelarut diuapkan dan massa serbuk yang tersisa diperlukan sedemikian
hingga memenuhi baku yang telah ditetapkan. Ekstraksi merupakan suatu cara untuk
menarik komponen kimia yang terdapat dalam bahan simplisia.
Contoh:
1. Daun Jamblang ( Syzygium cumini )
Ekstraksi Sebanyak 400 gram sampel berupa serbuk halus daun jamblang
(Syzygium cumini) dimaserasi dengan metanol selama 4×24 jam, setiap 24 jam pelarut
diganti dengan yang baru hingga filtrat tidak berwarna. Filtrat dipekatkan dengan
evaporator pada suhu 40 ºC sehingga menghasilkan ekstrak kental metanol. Ekstrak
kental metanol disuspensi dengan perbandingan metanol:air (2:1) dan dipartisi berturut-
turut dengan n-heksan, etil asetat sehingga diperoleh masing-masing partisi dari fraksi
tersebut. Hasil partisi dari fraksi- fraksi tersebut dievaporasi pada suhu 30-40 ºC sampai
diperoleh ekstrak dari n-heksan, etil asetat, dan ekstrak air. Kemudian selanjutnya
dilakukan uji fitokimia. Uji Flavonoid yakni Ekstrak kental metanol sebanyak 0,1 g
dilarutkan dalam 10 ml metanol kemudian dibagi ke dalam empat tabung reaksi. Tabung
pertama digunakan sebagai tabung kontrol, tabung kedua, ketiga, dan keempat berturut-turut
ditambahkan NaOH, H2SO4 pekat, dan serbuk Mg-HCl pekat. Warna pada masing-masing
tabung dibandingkan dengan tabung kontrol, jika terjadi perubahan warna maka positif
mengandung flavonoid (Harborne, 2008 dalam Taher, 2011).
Ekstraksi Bagian batang, daun, dan bunga herba meniran dibersihkan lalu
dianginanginkan sampai kering, dengan kadar air 5%. Herba meniran yang telah kering
dipotong-potong dan digiling sampai terbentuk serbuk. Sebanyak 300 g serbuk dalam
labu ukur 2000 ml dimaserasi dalam etanol 96% sampai seluruh serbuk terendam (1500
ml). Maserasi dilakukan selama 6 jam sambil digoyang menggunakan shaker dengan
kecepatan 40 rpm. Rendaman serbuk meniran direfluks selama 3 jam dan disaring
menggunakan kertas saring Whatman No. 42. Ampas penyaringan direfluks kembali
dengan etanol 96%, diulang sebanyak 2 kali. Etanol yang terdapat pada filtrat
dihilangkan dengan cara diuapkan menggunakan evaporator vakum (vacuum evaporator)
pada suhu 40˚C, sehingga diperoleh ekstrak kental (crude extract) etanol 96%.
Ampas etanol diekstrak kembali menggunakan etil asetat, dengan cara direfluks
sebanyak 2 kali dan disaring menggunakan kertas saring Whatman No.42. Filtrat yang
dihasilkan dihilangkan pelarutnya melalui penguapan menggunakan evaporator vakum
suhu 40oC hingga diperoleh ekstrak kental etil asetat. Ampas etil asetat diekstraksi
kembali menggunakan n-heksan dengan cara maserasi selama 24 jam, kemudian disaring
dan filtrat yang dihasilkan dihilangkan pelarutnya melalui penguapan menggunakan
evaporator vakum suhu 40˚C, sehingga diperoleh ekstrak kental n-heksan. Rendemen
yang diperoleh ditimbang dan dicatat(8, 13). Ekstrak etanol 96% selanjutnya diuji kadar
air, kadar abu, dan kadar abu tidak larut asam(14, 15). Identifikasi flavonoid. Sebanyak 1
g ekstrak dilarutkan dalam 50 ml air, dipanaskan dan disaring. Sebanyak 5 ml filtrat
dimasukkan ke dalam tabung dan ditambahkan 500 mg serbuk seng serta 2 ml asam
klorida 2 N, didiamkan 1 menit, ditambahkan 10 ml asam klorida pekat. Terjadinya
warna merah dalam 2−5 menit menunjukkan adanya senyawa flavonoid. Sebanyak 5 ml
filtrat dalam tabung yang berbeda ditambahkan 100 mg serbuk magnesium dan 5 ml
asam klorida pekat. Terjadinya warna merah jingga sampai merah ungu menunjukkan
adanya flavonoid
PENUTUP
A. Kesimpulan
1. Flavonoid adalah senyawa yang terdiri dari dari 15 atom karbon.
2. Flavonoid dapat dibagi menjadi 3 struktur dasar yaitu Flavonoid, isoflavonoid,
dan neoflafonoid.
3. Flavonoid merupakan golongan filifenol sehingga memiliki sifat kimia senyawa
fenol.
4. Cincin A dari struktur flavonoid berasal dari jalur poliketida sedangkan cincin B
berasal dari jalur fenilpropanoid (jalur sikimat).
5. Identifikasi flavonoid dapat dilakukan dengan kromatografi dan spektrofotometri
UV-Vis.
DAFTAR PUSTAKA
Achmad, Sjamsul Arifin. 1986. Kimia Organik Bahan Alam. Jakarta: Penerbit Karunika.
Anonim, 1989. Materia medika Indonesia, edisi IV. Direktorat Jendral Pengawasan Obat
dan Makanan. Jakarta.
Robinson, Trevor. 1995. Kandungan Organik Tumbuhan Tinggi. Bandung: Penerbit ITB.
Rodney Croteau, Toni M. Kutchan, dan Norman G. Lewis. 2000. Biochemistry &
Molecular Biology of Plants,
Sovia Lenny. 2006. SENYAWA FLAVONOIDA, FENILPROPANOIDA DAN
ALKALOIDA. Medan.
Badan POM. Monografi ekstrak tumbuhan obat Indonesia. Vol 1. Jakarta: Badan POM;
2004. p. 67-70.